PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP PERUBAHAN KEPERCAYAAN DIRI (SELF CONFIDENCE) PADA SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

UCAPAN TERIMAKASIH ………. iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 10

C. Tujuan Penelitian ……… 11

D. Asumsi ……….……….. 11

E. Hipotesis ……….… 15

F. Metode Penelitian ………. 16

G. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian ……… 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri ……… 19

1. Pengertian Kepercayaan Diri ……… 19

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ……… 21

3. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepercayaan Diri ……… 22

B. Keyakinan Diri ……… 25

1. Pengertian Keyakinan Diri ……… 25

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan Diri ………. 26

3. Aspek-aspek Keyakinan Diri …………..……….. 26

C. Optimis ……… 28

D. Objektif ……… 29

E. Tanggung Jawab ……….. 29


(2)

G. Karakteristik Siswa SMP ………..……….. 35

H. Outdoor Education ………... 38

1. Pengertian Outdoor Education ………. 38

2. Aktivitas Outdoor Education ……… 43

a. Outbound (Kegiatan Di Alam Terbuka) ……...………... 43

b. Kegiatan Ekstrakulikuler ………..……….. 49

3. Penelitian-penelitian Terdahulu ……….... 57

I. Experiential Learning ……….………. 60

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………. 63

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 65

1. Populasi ………. 65

2. Sampel Penelitian ……….. 66

C. Operasional Variabel ……….………..… 67

D. Instrumen Penelitian ………... 69

1. Alat Pengumpul Data ………... 69

2. Kisi-kisi Angket …………..………. 70

3. Uji Coba Instrumen ……… 72

a. Uji Validitas Instrumen ……….. 73

b. Uji Reliabilitas Instrumen ……….. 78

E. Tahapan Penelitian ……….. 81

F. Teknik Penghitungan Data ………..……… 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian …..……….……… 86

1. Deskripsi Data ………..………. 86

2. Hasil Uji Persyaratan Analisis ………... 95

a. Uji Normalitas ……… 95

b. Uji Homogenitas ……… 97

3. Uji Hipotesis ………. 98

B. Diskusi Temuan ………...… 106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….. 112

B. Rekomendasi ….……….. 113

DAFTAR PUSTAKA ……… 114


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Sumber Populasi Penelitian ……….……….…….. 66

3.2 Sampel Penelitian ……….………...…… 67

3.3. Kriterian Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban …………... 70

3.4. Kisi-kisi Angket ………...…… 71

3.5. Hasil Pengujian Validitas ………... 76

3.6. Kualitas Harga (r) ……… 80

4.1. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Keyakinan Akan Kemampuan Diri Siswa Kelompok Eksperimen Awal Dan Akhir ………...…… 87

4.2. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Keyakinan Akan Kemampuan Diri Siswa Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ………..…… 87

4.3. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Optimis Siswa Kelompok Eksperimen Awal Dan Akhir ……… 88

4.4. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Optimisi Siswa Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ………. 88

4.5. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Objektif Siswa Kelompok Eksperimen Awal Dan Akhir ……… 88

4.6. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Objektif Siswa Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ………..…… 89

4.7. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Tanggung Jawab Siswa Kelompok Eksperimen Awal Dan Akhir ……….. 89

4.8. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Tanggung Jawab Siswa Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ………. 90

4.9. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Rasional Siswa Kelompok Eksperimen Awal Dan Akhir ……… 90

4.10. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Rasional Siswa Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ………... 90

4.11. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Realistis Siswa Kelompok Eksperimen Awal Dan Akhir ……… 91

4.12. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Realistis Siswa Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ……….. 91

4.13. Hasil Penghitungan Perbedaan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Keyakinan Akan Kemampuan Diri Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ……… 93

4.14. Hasil Penghitungan Perbedaan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Optimis Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ……….. 93

4.15. Hasil Penghitungan Perbedaan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Objektif Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ……….……… 94


(4)

4.16. Hasil Penghitungan Perbedaan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Tanggung Jawab Siswa Kelompok Eksperimen Dan

Kelompok Kontrol Awal Dan Akhir ………... 94 4.17. Hasil Penghitungan Perbedaan Rata-rata, Simpangan Baku, dan

Varians Rasional Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok

Kontrol Awal Dan Akhir ……….………. 95 4.18. Hasil Penghitungan Perbedaan Rata-rata, Simpangan Baku, dan

Varians Realistis Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok

Kontrol Awal Dan Akhir ….………..……….. 95 4.19. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Percaya Diri Siswa Kelompok

Eksperimen ……….. 96 4.20. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Percaya Diri Siswa Kelompok

Kontrol ……… 96 4.21. Hasil Pengitungan Uji Homogenitas Percaya Diri Siswa Kelompok

Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ………... 97 4.22. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Percaya Diri Siswa

Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol . ……….. 99 4.23. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Keyakinan Akan

Kemampuan Diri Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok

Kontrol ……….... 102 4.24. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Keoptimisan Siswa

Kelompok Eksperimen Dan KelompokKontrol ……….. 102 4.25. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Keobjektifan Siswa

Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ……….. 103 4.26. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Tanggung Jawab Siswa

Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol …..……….….. 104 4.27. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Kerasionalan Siswa

Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ……….…… 105 4.28. Hasil Penghitungan Uji Perbedaan Gain Score Kerealistisan Siswa


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Siklus Belajar Efektif ……….……….………... 38 3.1. Tahapan Penelitian ……….……….………..…... 82 4.1. Nilai Rata-Rata Percaya Diri Siswa Secara Keseluruhan………. 86 4.2. Perolehan Perbedaan Rata-Rata Percaya Diri Antara Tes Awal

Dan Tes Akhir Untuk Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ….. 92 4.3. Tingkat Percaya Diri Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 98 4.4. Hasil Uji Perbedaan Gain Score Aspek Percaya Diri Siswa

Kelompok Eksperimen……… 100 4.5. Hasil Uji Perbedaan Gain Score Aspek Percaya Diri Siswa

Kelompok Eksperimen……… 101


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Pernyataan ……….………. 118

2. Skor Angket Uji coba Validitas ………. 120

3. Penghitungan Validitas Instrumen Dari 27% Responden ……… …. 121

4. Penghitungan Nilai Rxy Dan R11 Menggunakan MS-Excel ………. 122

5. Pengitungan Nilai r hitung Menggunakan MS-Excel ……… 123

6. Skor Angket Awal Kelompok Eksperimen ……… 124

7. Skor Angket Awal Kelompok Kontrol ……..……… 125

8. Skor Angket Akhir Kelompok Eksperimen …...……… 126

9. Skor Angket Akhir Kelompok Kontrol …….……… 127

10. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Percaya Diri Siswa Dilihat Dari Sub Variabel Kelompok Eksperimen ………... 128

11. Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Percaya Diri Siswa Dilihat Dari Sub Variabel Kelompok Kontrol ……..………... 129

12. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Liliefors Test Percaya Diri Awal Kelompok Eksperimen ………... 130

13. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Liliefors Test Percaya Diri Akhir Kelompok Eksperimen ………...…… 131

14. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Liliefors Test Percaya Diri Awal Kelompok Kontrol ………..………... 132

15. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Liliefors Test Percaya Diri Akhir Kelompok Kontrol ……..………..……. 133

16. Perolehan Gain Score Percaya Diri Siswa Kelompok Eksperimen ……... 134

17. Perolehan Gain Score Percaya Diri Siswa Kelompok Kontrol …..……... 135

18. Perolehan Gain Score Keyakinan Akan KemampuanDiri Siswa Kelompok Eksperimen ………... 136

19. Perolehan Gain Score Keyakinan Akan KemampuanDiri Siswa Kelompok Kontrol ………..………... 137

20. Perolehan Gain Score Optimis Siswa Kelompok Eksperimen ……….. 138

21. Perolehan Gain Score Optimis Siswa Kelompok Kontrol …..……… 139

22. Perolehan Gain Score Objektif Siswa Kelompok Eksperimen ……….. 140

23. Perolehan Gain Score Objektif Siswa Kelompok Kontrol ……..………….. 141

24. Perolehan Gain Score Tanggung Jawab Siswa Kelompok Eksperimen …… 142

25. Perolehan Gain Score Tanggung Jawab Siswa Kelompok Kontrol …..…… 143

26. Perolehan Gain Score Rasional Siswa Kelompok Eksperimen. ………... 144

27. Perolehan Gain Score Rasional Siswa Kelompok Kontrol ………..… 145

28. Perolehan Gain Score Realistisis Siswa Kelompok Eksperimen ………..… 146

29. Perolehan Gain Score Realistis Siswa Kelompok Kontrol…. …………..… 147

30. Pengitungan Uji Homogenitas ………..… 148

31. Penghitungan Uji t / Uji Kesamaan Dua Rata-rata ……… 149

32. Program Kegiatan Penelitian ………... 151


(7)

34. Tabel Liliefors ……… 161

35. Tabel F ……….. 162

36. Surat Keputusan Direktur Sekolah Pasca Sarjana UPI, Tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis……….. 163

37. Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian Dari UPI.………... 165

38. Surat Pemberian Ijin Melakukan Penelitian Dari SMP YWKA……….. 166


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyaknya permasalahan di sekolah yang dihadapi siswa saat ini menjadi satu kendala dalam melaksanakan proses pendidikan yang baik. Adanya kompetisi untuk meraih prestasi dan nilai yang tinggi mengakibatkan terjadinya budaya mencotek pada siswa, perasaan rendah diri, minder dan cenderung mengucilkan diri terjadi pada siswa yang kurang mampu dalam pelajaran dan siswa yang berekonomi lemah. Keadaan tersebut menjadikan satu tekanan berat yang dirasakan siswa, tidak sedikit dari mereka melakukan hal-hal negatif sebagai pelarian dari masalah yang mereka hadapi, seperti membolos sekolah, tawuran sampai kepada penggunaan obat-obatan terlarang dan melakukan tindakan kekerasan. Salah satu faktor penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah kurangnnya rasa percaya diri pada siswa, yang mengakibatkan hilangnya keyakinan dan rasa optimis pada diri mereka untuk melewati semua tantangan yang ada didepannya.

Hakim (2002) dalam artikel yang berjudul Percaya Diri Dalam Psikologi (Masbow, 2009:1) menjelaskan bahwa “kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya.” Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan


(9)

2

rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain. Percaya diri merupakan keyakinan pada diri sendiri dan yakin bisa melakukan apa yang harus dilakukan. Percaya diri adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang karena merupakan salah satu modal suskes mencapai tujuan, seperti yang dikatakan Schwartz (2007:45), yang menjelaskan bahwa “kepercayaan diri merupakan satu langkah besar kedepan untuk mencapai keberhasilan.” Lauster (1997) dalam artikel yang berjudul Percaya Diri Dalam Psikologi (Masbow, 2009:2) menjelaskan bahwa “aspek-aspek percaya diri yang positif terdiri dari aspek keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, tanggung jawab, rasional dan realistis.”

Tidak ada seseorang dilahirkan dengan rasa percaya diri, kepercayaan diri itu harus dikembangkan. Seiring berjalannya waktu kepercayaan diri akan terbentuk sesuai dengan pengaruh yang diterima seseorang dalam kehidupannya. Di masa sekarang ini pendidikan merupakan hal yang dipandang perlu untuk melengkapi diri dalam kehidupan. Karena dengan adanya pendidikan maka pola tingkah laku manusia dapat berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang bodoh menjadi pandai, dengan adanya pendidikan pula maka manusia dapat berinteraksi dengan lingkungannya, seperti berhubungan dengan keluarga dan hidup bermasyarakat, dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan peristiwa dalam kehidupan melalui bentuk interaksi atau hubungan timbal balik antara manusia dengan


(10)

3

lingkungan sekitarnya. Seperti yang dikemukakan Shanty (2007:1) dalam artikelnya yang berjudul Pentingnya Pendidikan, yang menjelaskan bahwa :

“ilmu pengetahuan, keterampilan dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecekatan seseorang berfikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik diharapkan mampu mengubah keluarganya, kelak mengubah daerahnya dan kemudian mengubah negaranya serta mengubah dunia dimana dia hidup menjadi lebih baik.”

Proses Pendidikan dapat dilakukan secara formal, informal maupun non formal. Seperti yang dikemukakan Hartoto (2008:8) dalam artikelnya yang berjudul Pengertian Dan Unsur-unsur Pendidikan, yang menjelaskan bahwa :

“pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.”

Proses pendidikan di sekolah, mengutamakan kegiatan belajar para siswa. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh setiap individu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar berkembang secara optimal. Hal ini berarti bahwa melalui pendidikan, siswa diharapkan memiliki nilai-nilai yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.

Berbagai nilai yang dapat diraih melalui pendidikan adalah kecerdasan, keimanan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, pengetahuan, keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian, kemandirian, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Untuk memantapkan pendidikan siswa di sekolah diselenggarakan kegiatan


(11)

4

ekstrakurikuler yang dalam penyelenggaraannya dapat dilakukan di dalam sekolah dan di luar jam pelajaran, salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan di sekolah yaitu kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani.

Olahraga atau pendidikan jasmani merupakan suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan peristiwa mengolahragakan tubuh atau mengolah jasmani. Sekarang ini, para siswa di sekolah telah menyadari akan pentingnya melakukan aktivitas olahraga. Hal ini terbukti dengan meningkatnya para siswa untuk melakukan kegiatan olahraga pada saat jam pelajaran olahraga di lapangan, pada saat istirahat, serta pada jam diluar jam pelajaran olahraga bahkan setelah pulang sekolah. Pada umumnya, siswa berolahraga dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Karena dengan memiliki jiwa yang sehat merupakan dasar yang sangat diperlukan guna mencapai keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan serta kegiatan lainnya. Yang tentunya memerlukan kondisi yang prima dan pemeliharaan kesehatan.

Olahraga kesehatan hakekatnya meningkatkan derajat sehat dinamis yang merupakan wujud dari kebugaran jasmani, yang akan menjadi dasar bagi terwujudnya rohani dan sosial yang sehat. Olahraga sebagai kegiatan pemulihan keadaan fisik (jasmani) memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang merupakan upaya untuk membina kesehatan yang bersifat aktif. Jika olahraga dilakukan secara teratur dan sistematis, maka kita akan mendapatkan suatu kebugaran jasmani yang baik seperti terbentuknya fungsi alat-alat tubuh yang bekerja dengan normal. Sebagaimana dikemukakan oleh Giriwijoyo (1992:21), yang menjelaskan bahwa :


(12)

5

”kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.”

Menurut Herdinata (2008:5) dalam artikelnya yang berjudul Pendidikan Nilai Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler, menjelaskan bahwa :

“pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.”

Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan


(13)

6

olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.

Membahas masalah yang berkaitan dengan kegiatan olahraga khususnya di sekolah yang dewasa ini telah berkembang dengan pesat dan bermunculan di berbagai tingkatan sekolah seperti TK, SD, SMP, SMA, bahkan Perguruan tinggi adalah kegiatan Outdoor Education. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari faktor pendukung yang mendukung perkembangan kegiatan Outdoor Education tersebut, seperti kondisi masyarakat, status sosial, gaya hidup atau trend sehingga memilih olahraga ini, juga aspek kejiwaan sebagai dasar pengetahuan psikologi. Aspek-aspek kejiwaan seseorang seperti : membina atau memperbaiki sikap, mental, kepribadian, motivasi, partisipasi, konsentrasi, kecemasan, merupakan tujuan utama dari kegiatan Outdoor Education.

Kegiatan Outdoor Education merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan di luar jam pelajaran atau perkuliahan yang menggunakan media alam terbuka dan apabila dilihat dari strukturnya kegiatan Outdoor Education ini termasuk sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang status dan fungsinya sama dengan


(14)

7

kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2007 tentang standar isi kompetensi menyebutkan bahwa : “kegiatan Outdoor Education merupakan salah satu jenis olahraga yang harus diberikan kepada siswa dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.” Oleh karena itu, Outdoor Education sebagai wahana intervensi untuk mengembangkan potensi diri siswa, tentunya kegiatan ini lebih banyak melibatkan faktor dan aktifitas fisik yang dilaksanakan di lapangan atau diluar ruangan.

Pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik, seperti yang dikatakan oleh Miles and Priest (1990:1) mengenai proses pengalaman dan proses pendidikan seseorang melalui kegiatan Outdoor Education ini yaitu : “Adventure for the goals of growth and human development. Adventure education involves the purposeful planning and plementation of educational processes that involve risk in some way, the risk may be physycal, social and spiritual.” Pendapat tersebut, mengandung makna bahwa proses pembelajaran atau pendidikan dan proses pengalaman ini merupakan suatu hal yang sangat berguna untuk perkembangan, pertumbuhan, dan kemajuan manusia. Dalam proses pendidikan melalui kegiatan ini sendiri memiliki maksud dan tujuan yang melibatkan perencanaan dalam pendidikan melalui berbagai macam proses yang juga melibatkan berbagai factor dan resiko yang berupa resiko fisik, sosial dan spiritual.

Dari pengertian dan definisi tersebut jelaslah bahwa maksud dan tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat menambah intensitas dan frekwensi belajar siswa, sehingga tercapailah satu tujuan pembentukan


(15)

8

kepribadian yang lebih baik. Kesempatan siswa dalam mengikuti satu kegiatan yang ada di lingkungan tempat mereka mengikuti proses belajar atau proses pendidikan tidaklah sulit dan tidak juga dikatakan mudah, asalkan para siswa memiliki kemauan tinggi untuk mengembangkan dirinya, mereka bisa mengikuti kegiatan keorganisasian dan unit-unit kegiatan lainnya yang positif pada waktu-waktu luang yang tidak mengganggu proses belajarnya.

Kegiatan Outdoor Education sebagai alternatif kegiatan pengisi waktu luang atau senggang yang dapat dilakukan di lingkungan luas yang melibatkan tempat-tempat dimana kegiatan ini dilakukan mencakup lingkungan di atas tanah, air dan udara dapat dijadikan sebagai upaya untuk pengembangan pribadi seseorang menjadi lebih baik lagi, seperti yang diungkapkan Priyatno (1999:25) yang mengemukakan bahwa “pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam.” Dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa : “permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun.” Hal tersebut dikarenkan sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya


(16)

9

belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari.

Dilatarbelakangi oleh keadaan tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengungkapkan dan mengkaji tentang pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa. Hal ini tentu saja berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pengembangan dan kemajuan hasil belajar dan kemampuan siswa. Melalui kegiatan Outdoor Education, diharapkan siswa dapat meningkatkan intensitas dan frekwensi belajar menjadi lebih baik, dan kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk menambah pengalaman, wawasan serta pengetahuan yang bersifat positif dan melatih siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri, memiliki keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab pada setiap apa yang dilakukannya, bisa berfikir rasional dan bertindak secara realistis.

Melihat dari definisi tersebut di atas, maka untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kemampuan yang lebih baik perlu dikembangkan suatu iklim belajar yang dapat menimbulkan kegairahan belajar atau bekerja pada anak didik. Dengan mengetahui kemampuan seseorang melalui kegiatan Outdoor Education, itu diharapkan siswa yang terlibat bisa mengetahui perkembangan hasil pembelajarannya dan terpacu untuk mengikuti pelajaran atau kegiatan lainnya dengan penuh semangat dan


(17)

10

diharapkan bisa menjadi sumber daya manusia yang bertanggung jawab dan percaya diri serta yakin akan memperoleh kesuksesan dimasa depannya, karena sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa.

B. Rumusan Masalah

Dalam upaya memperjelas dan mempermudah penelitian, maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh kegiatan Outdoor Education terhadap perubahan kepercayaan diri siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol?

2. Dari aspek-aspek kepercayaan diri yang meliputi aspek Keyakinan akan kemampuan diri, Optimis, Objektif, Tanggung Jawab, Rasional dan Realistis aspek manakah yang paling dominan dimiliki siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis suatu gambaran tentang pengaruh Outdoor Education terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa, atas dasar permasalahan tersebut tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(18)

11

1. Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan pengaruh kegiatan Outdoor Education terhadap perubahan kepercayaan diri siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

2. Untuk mengetahui dan mengkaji aspek kepercayaan diri yang meliputi aspek Keyakinan akan kemampuan diri, Optimis, Objektif, Tanggung Jawab, Rasional dan Realistis aspek manakah yang paling dominan dimiliki siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education

D. Asumsi

Asumsi merupakan landasan atau titik tolak pemikiran yang akan memberikan batasan-batasan dalam keseluruhan proses penelitian ini, fungsi asumsi adalah sebagai titik awal dimulainya penelitian, dan merupakan landasan untuk perumusan hipotesis. Asumsi dapat membantu peneliti dalam memberi arah terhadap pelaksanaan penelitian. Yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiental learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa. Beberapa asumsi yang mendasari perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan diri merupakan salah satu sikap individu dalam memandang kemampuan dirinya sendiri. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya.


(19)

12

Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. “Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain” (Hakim, 2002). Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1997) terdiri dari “aspek keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, tanggung jawab, rasional dan realistis.” Untuk membina domain afektif dan domain kognitif kepercayaan diri apabila diterapkan pada metode pembelajaran yang sesuai, melalui kegiatan Outdoor Education dengan metode experiential learning yang dapat menekankan pada aspek kerja sama, sportifitas, ketekunan, keyakinan diri, tanggung jawab dan pemberian makna terhadap pengalaman langsung di alam terbuka yang diperoleh dalam permainan, dan dapat mempengaruhi peningkatan afektif dan kognitif siswa.

2. “Keyakinan akan kemampuan diri merupakan sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya” Lauster (1997).

3. “Optimis merupakan sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan” Lauster (1997).


(20)

13

4. “Objektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri” Lauster (1997).

5. “Tanggung jawab merupakan kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya” Lauster (1997).

6. “Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan” Lauster (1997).

7. Outdoor Education merupakan aktivitas jasmani, rohani dan sosial yang mampu memberikan rangsangan bagi perkembangan yang bersifat menyeluruh, dan karena itu efektif untuk “mengembangkan aspek fisikal, emosional, mental dan sosial” (Bucher, 1979:68). Outdoor Education menurut Kardjono (2009:96) adalah :

“terbagi dalam dua penekanan yang berbeda, yaitu pada tekanan psiko-sosial dan pada tugas alam dan lingkungan. Untuk membantu memperjelas arti Outdoor Education, disampaikan beberapa pengertian yang dikutip Neil (2006 c) dalam Kardjono (2009:96) dibawah ini :

a. Definisi Outdoor Education dengan tekanan kepada Psycho-social :

“Outdoor Education is the use of experiences in the outdoors for education and development of the whole person” (The Outdoor Institute)

“Outdoor education is appeals to the use of the senses – audio, visual, taste, touch, and smell – for observation and perception” (C. A. Lewis, 1975, The Administration of Outdoor Education Program. Dubuque, IA: Kendall-Hunt).


(21)

14

Dari ke-dua definisi di atas dapat disimak, Outdoor Education adalah sebuah pendidikan yang menggunkan pengalaman belajar di luar ruangan dengan tujuan untuk pengembangan seseorang secara menyeluruh dari hasil pengamatan dan tanggapan melalui perasaan, pendengaran, penglihatan, cobaan, sentuhan dan penciuman.

b. Definisi Outdoor Education dengan tekanan pada tugas alam dan lingkungan: “Outdoor Education is an experiential method of learning with the use of all senses. It takes place primarily, but not exclusively, through exposure to the natural environment. In Outdoor Education, the emphasis for the subject of learning is placed on relationships concerning people and natural resources.” (Lund, 2002 ; dalam Neil 2006 c). Definisi Outdoor Education dengan tekanan pada tugas alam dan lingkungan yang dapat disimak adalah, Outdoor Education merupakan metode pembelajaran pengalaman yang menggunakan semua akal sehat melalui pendalaman lingkungan alam dan menempatkan seseorang dalam hubungannya dengan sumber alam.”

Salah satu kegiatan Outdoor Education yang terkenal saat ini adalah kegiatan Outward Bound, di Indonesia lebih banyak dikenal dengan nama Outbound. Kegiatan yang memadukan ilmu manajemen sebagai metode pelatihan dengan kegiatan di alam terbuka. Ilmu manajemen dalam hal ini adalah tentang bagaimana memanage diri sendiri, dan sekelompok orang. Di dalamnya disajikan berbagai kegiatan permainan untuk membentuk kepercayaan diri (Self Confidence), membentuk sebuah kelompok (Team Building), jiwa kepemimpinan (Leadership) dan sebaginya.

Kegiatan Outbound termasuk dalam kegiatan Outdoor Education yang memberikan metode pembelajaran pengalaman dan pendekatan diri pada sumber alam, yang akan lebih mendekatkan individu yang mengikutinya dengan sumber alam dengan tujuan untuk lebih mencintai sumber alam dan menjaga kelestariannya. Dari beberapa pendapat di atas terlihat bahwa kegiatan Outdoor Education melalui permainan di alam terbuka atau outward bound


(22)

15

mempunyai tujuan untuk membangun manusia yang memiliki ketahanan mental yang kokoh, pantang menyerah, selalu ingin terus mencoba, menghargai orang lain dan sebagainya. Dalam kegiatan Outdoor Education, akan mencoba untuk menggali potensi yang dimiliki yang selama ini mungkin terpendam.

8. Keadaan alam yang dihadapi dalam kegiatan ini sangat bervariasi dan memenuhi karakteristik kegiatan Outdoor Education seperti : lapangan yang luas dengan rerumputan, bebatuan, sungai yang mengalir, pemandangan yang indah serta suhu yang beragam dan diluar kebiasaan para siswa yang dilakukan dalam keseharian. “Alam terbuka sudah ada jauh sebelum kita, dan akan terus berlanjut jauh setelah kita tiada. Keadaan alam terbuka di udara mendorong kita kedalam kesadaran akan diri kita dan hubungannya dengan susunan alami dari lingkungan di alam terbuka” (Kardjono, 2009:115).

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah dalam penelitian. Penelitian ini berangkat dari permasalahan penelitian, kemudian diuji berdasarkan data empirik. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengajukan hipotesis yang nantinya akan diuji kebenarannya, dengan hipotesis kerja : terdapat pengaruh yang positif dari penggunaan metode Outdoor Education terhadap perubahan kepercayaan diri dan aspek- aspek yang ada didalamnya yang meliputi aspek keyakinan akan kemampuan diri, aspek optimis, aspek objektif, aspek tanggung jawab, aspek rasional dan aspek realistis pada siswa kearah yang lebih baik.


(23)

16

1. Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning yang dilakukan siswa kelompok eksperimen dapat membangkitkan dan menanamkan kepercayaan diri menjadi lebih baik dibandingkan dengan kepercayaan diri siswa kelompok kontrol yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut

2. Terdapat aspek kepercayaan diri yang meliputi aspek Keyakinan akan kemampuan diri, Optimis, Objektif, Tanggung Jawab, Rasional dan Realistis yang paling dominan dimiliki siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education.

F. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengkaji hasil penggunaan kegiatan Outdoor Education dengan permainan di Alam terbuka melalui metode pembelajaran experiential learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa. Untuk memecahkan masalah ini perlu digunakan metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan penulis hadapi.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah memberikan perlakuan berupa aktivitas permainan di alam terbuka atau outbound kepada kelompok penelitian. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengaruh pemberian perlakukan tersebut adalah dengan teknik pengumpulan data melalui angket. Seperti yang dikemukakan Syaodih (2008:57) bahwa “penelitian experimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif, metode ini bersifat menguji yaitu menguji


(24)

17

kontribusi satu atau lebih variabel terhadap variabel lain.” Variabel yang memberikan kontribusi dikelompokkan sebagai variabel bebas dan variabel yang dikontribusi dikelompokkan sebagai variabel terikat. Subjek penelitian terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan namun tidak sama.

G. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di daerah Bandung yang memiliki karakteristik untuk melakukan kegiatan Outdoor Education seperti lapangan dan tempat-tempat perkemahan yang memenuhi syarat. Sample terdiri dari para siswa Sekolah Menengah Pertama Yayasan Wanita Kereta Api (SMP YWKA) Bandung.

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, Riduwan (2004:55). Populasi terdiri dari 40 orang, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Seperti yang dikemukakan Arikunto (1996:107) yang mengatakan bahwa : “ Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.”

Riduwan (2007:56) mengatakan bahwa : “sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan pengambilan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling. Seperti yang dikemukakan Mustafa (2000:1), “sesuai dengan namanya, sampel dalam teknik purposive sampling,


(25)

18

diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.” Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan masing-masing kelompok berjumlah 20 orang. Mengenai jumlah sampel Syaodih (2008:253) berpendapat bahwa : “secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai”.


(26)

63

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Untuk meneliti pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa, maka dibuat desain penelitian yang terdiri dari kelompok eksperimen yaitu kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh kegiatan Outdoor Education dengan dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning, disamping itu ada juga kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak terlibat atau tidak dipengaruhi oleh kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning mereka adalah siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler selain kepramukaan, seperti ekstrakulikuler basket, volly, futsal, seni suara, dan lain sebagainya dengan maksud sebagai pembanding hingga dapat diketahui sejauh mana terjadi perbedaan diantara keduanya.

Untuk mengetahui pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa, maka dilakukan tes melalui pengisian angket terhadap kedua kelompok. Adapun tes tersebut adalah tes awal untuk mengetahui hasil dari permulaan tes kedua kelompok dan tes akhir untuk mengetahui hasilnya setelah melakukan kegiatan Outdoor Education terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang hanya melakukan kegiatan ekstrakulikuler selain kepramukaan. Dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam


(27)

64

terbuka melalui experiential learning yang diberikan kepada kelompok eksperimen terhadap perubahan kepercayaan diri siswa. Desain yang digunakan pada tahap ini disesuaikan dengan jenis pendekatan atau metode penelitian yang digunakan. Mengenai desain penelitian ini Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006:84) membagi jenis-jenis desain ini berdasarkan atas baik buruknya eksperimen, atau sempurna tidaknya eksperimen. Secara garis besar mereka mengelompokan atas Pre Experimental Design (eksperimen yang belum baik) dan True Experimental Design (eksperimen yang dianggap sudah baik).

Ada tiga jenis desain yang termasuk kedalam pre experimental design, pertama

one shot case study, desain ini sederhana sehingga kurang bernilai ilmiah dan peneliti

hanya mengadakan treatment satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh. Kedua pre-test and post-test group design, di dalam desain ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah experimen. Ketiga yaitu static group comparison, dimana desain ini sudah ada kelompok kontrol lain sebagai standar eksternal. Model desain eksperimen dalam penelitian ini adalah desain kelompok pembanding prates-pascates beracak (Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design) yang penulis kutip dari pendapat Syaodih (2008:205) sebagai berikut:

Kelompok prates perlakuan pascates A (KE) O X1 O1 B (KK) O X2 O1 Keterangan:

A = Kelompok Eksperimen O = Tes Awal B = Kelompok Kontrol O1 = Tes Akhir X1 = Program Outbound


(28)

65

Eksperimen dilakukan terhadap dua kelompok, terhadap keduanya diberikan tes awal dengan cara pengisian angket, kemudian kelompok A diberi perlakuan dan dipengaruhi kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning, sedangkan kelompok B tidak diberi perlakuan, mereka hanya melakuan kegiatan ekstrakulikuler selain kepramukaan dengan rutin disekolah. Kedua kelompok berikan tes akhir dengan pengisian angket yang sama seperti pada tes awal. Setelah itu hasil dari tes awal dan tes akhir kelompok A dan kelompok B diperbandingkan.

B. Populasi Dan Sample Penelitian 1. Populasi

Populasi menurut Mustafa (2000:1) adalah “sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Objek penelitian (populasi) tidak selamanya manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dapat pula digunakan sebagai populasi.” Populasi diartikan oleh Surakhmad (1982:93), yaitu : “sekelompok subyek, gejala, nilai benda-benda ataupun peristiwa.”

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari siswa SMP YWKA Bandung kelas 8 sebanyak 118 orang. Pengambilan sample menggunakan teknik perposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa SMP YWKA Bandung kelas 8 yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler kepramukaan secara aktif sebanyak 20 orang siswa untuk kelompok eksperimen dan sebagai kelompok kontrol diambil dari siswa kelas 8 yang mengikuti ekstrakulikuler selain kepramukaan, seperti basket, volly, futsal, seni suara dan lain sebagainya. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1.


(29)

66

Tabel 3.1

Sumber Populasi Penelitian

No Sumber Populasi Jumlah

Populasi

1. Kelas 8 (Delapan) A 38

2. Kelas 8 (Delapan) B 40

3. Kelas 8 (Delapan) C 40

Jumlah Populasi 118

2. Sample Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan teknik teknik purposive sampling. Seperti yang dikemukakan Mustafa (2000:1), “sesuai dengan namanya, sampel dalam teknik purposive sampling, diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.” Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang siswa kelas 8 yang terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kelompok A sebagai kelompok Eksperimen, yang diberi perlakuan dan kelompok B sebagai kelompok kontrol, yang hanya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler selain kepramukaan dan masing-masing kelompok berjumlah 20 orang siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2.


(30)

67

Tabel 3.2 Sample Penelitian

No Sample Jumlah

Sample 1. Siswa kelas 8 (Delapan) yang aktif dalam kegiatan

ekstrakulikuler kepramukaan, sebagai kelompok eksperimen 20 2. Siswa kelas 8 (Delapan) yang aktif dalam kegiatan

ekstrakulikuler selain kepramukaan, sebagai kelompok kontrol 20

Jumlah Sample 40

C. Operasional Variabel

Variabel adalah ciri dari individu, objek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Sugiyono (2009:38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini penulis menetapkan variable-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mangaburkan pengertian sebenarnya, variabel tersebut adalah :

1. Variabel bebas :

a. Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu


(31)

68

aktifitas yang memberikan peluang dan pengalaman langsung melalui jenis-jenis permainan di alam terbuka yang dimodifikasi.

b. Kelompok kontrol dalam penelitian ini digunakan sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen atau yang dikenai perlakuan Outdoor Education, yaitu siswa kelas delapan yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler lainnya seperti sepak bola, bola basket, kesenian dan keterampilan lainnya.

2. Variabel terikat :

a. Kepercayaan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat kepercayaan diri siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning.

b. Keyakinan akan kemampuan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat keyakinan akan kemampuan diri siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning

c. Optimis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat optimis siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning

d. Objektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat objektif siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning

e. Tanggung Jawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat tanggung jawab siswa setelah mengikuti kegiatan


(32)

69

Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning

f. Rasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat rasional siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning

g. Realistis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan tingkat realistis siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning

D. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengaruh pemberian perlakukan berupa kegiatan Outbound adalah dengan cara memberikan angket. Angket adalah alat pengumpul data melalui jenis pertanyaan dan pernyataan yang tertulis atau tersusun serta diedarkan dengan maksud untuk memperoleh data dan informasi dari sumber data yang berupa orang atau responden. Jenis angket dapat dipakai sebagai alat pengumpul data oleh Nasution (1995:129) dijelaskan sebagai berikut : “Angket dapat dibagi menurut sifat jawaban yang diinginkan 1) tertutup 2) terbuka dan 3) kombinasi dari kedua jenis itu .“ Sehubungan dengan alat pengumpul data dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket tertutup, angket tertutup terdiri dari pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan yang telah tersusun, teratur dan tegas.


(33)

70

responden hanya memilih satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang dirasakannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini adalah “agar dapat memberikan informasi dengan jelas tentang tingkatan persetujuan responden dan penyusunannya relatif sederhana .”

Sudjana dan Ibrahim (1987:107) menjelaskan bahwa “skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu . Oleh karena itu, pernyataan diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif .”

Kriteria pemberian skor untuk setiap jawaban butir pernyataan sesuai dengan positif atau negatifnya pernyataan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban

No Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

2. Kisi Kisi Angket

Kisi-kisi dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui sub variable, dan indikator yang dibuat menjadi pernyataan-pernyataan. Butir-butir pernyataan tersebut merupakan gambaran tentang pengaruh kegiatan Outdoor


(34)

71

Education terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa. Menurut Lauster (1997) dalam artikel yang berjudul Percaya Diri Dalam Psikologi (Masbow, 2009:2) “aspek kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, tanggung jawab, rasional dan realistis”, (lebih jelasnya dibahas pada Bab II dalam penelitian ini). Yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode eksperiential learning, terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa dan aspek kepercayaan diri mana yang dominan dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan tersebut, maka disusunlah kisi-kisi instrumen untuk mempermudah pembuatan butir pernyataan pada angket yang dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi - Kisi Angket

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

NOMORITEM

Positif Negatif

Kepercayan Diri

( menurut Lauster, 1997 )

1. Keyakinan akan

kemampuan diri

2. Optimis 3. Objektif

4. Tanggung jawab 5. Rasional 6. Realistis

1. Memilki Kemampuan

2. Sanggup menyelesaikan tugas 3. Percaya pada teman

Pada harapan / cita-cita

Mengungkapkan kebenaran yang semestinya

1. Kesadaran untuk melakukan 2. Kesediaan untuk melakukan Berfikir rasional Bertindak realistis 1,2,3 7,8,9 13,14,15 19,20,21 25,26,27 31,32,33 37,38,39 43,44,45 49,50,51 4,5,6 10,11,12 16,17,18 22,23,24 28,29,30 34,35,36 40,41,42 46,47,48 52,53,54


(35)

72

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan maka spesifikasi intervensi yang dilakukan lebih difokuskan pada perubahan kepercayaan diri pada siswa, dan aspek kepercayaan diri mana yang dominan dimiliki siswa setelah mengukuti kegiatan Outdoor Education dengan permainan dia alam terbuka melalui eksperiential learning. Oleh karena itu, kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini khusus untuk mengukur pengaruh kegiatan Outdoor Education engan permainan dia alam terbuka melalui experiential learning yang diberikan terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa, dan aspek kepercayaan diri mana yang dominan dimiliki siswa setelah mengukuti kegiatan tersebut.

3. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen dibagikan pada anggota sampel yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengkaji sampai sejauh mana tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dan untuk mengetahui apakah alat ukur itu benar-benar untuk mengukur apa yang hendak diukur atau dicapai.

Untuk keperluan ini digunakan kelompok sampel yang memiliki karkateristik yang hampir sama dengan sampel sebenarnya, yaitu 20 orang siswa kelas 8, yang tidak mengikuti ektrakulikuler kepramukaan. Pengisian angket dilakukan dengan lancar, setelah sebelumnya diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pengisinan angket dan tata cara pengisian angket yang benar. Semua siswa antusias mengikuti pengisian angket dan memerlukan waktu rata-rata 15 menit untuk menyelesaikan pengisian angket tersebut.


(36)

73

a. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diukur dan dapat mengungkapkan variabel yang hendak diteliti secara tepat. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi, alasannya karena ingin mendapatkan gambaran mengenai sikap dan sifat seseorang.

Mengenai pengujian validitas konstruksi (construct validity), seperti yang dikemukakan Sugiyono (2007:100-101) bahwa, “Untuk menguji validitas konstruksi, maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (Judgement Experts).” Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Adapun langkah - langkahnya sebagai berikut :

1) Memberi skor pada masing - masing butir soal pernyataan sesuai dengan jawaban responden.

2) Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor tiap responden.

3) Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan dari yang tertinggi sampai yang terendah.

4) Menentukan 27% responden yang memperoleh skor tinggi, kelompok ini disebut kelompok atas.

5) Menentukan 27% responden yang memperoleh skor rendah, kelompok responden ini disebut kelompok bawah.


(37)

74

6) Menguji perbedaan setiap butir antara kelompok atas dengan kelompok bawah dengan menggunakan rumus statistik dari Sudjana, untuk menentukan :

a) Mencari nilai rata - rata dari masing - masing butir pernyataan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah.

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

X : skor rata-rata yang dicari

Xi : Jumlah skor pada setiap item tes n : Jumlah orang coba

∑ : Sigma ( jumlah )

b) Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah, rumus yang digunakan :

∑ ( Xi – X ) n - 1 Keterangan :

S : Simpangan baku

Xi : Skor pada setiap item tes X : Nilai rata-rata

n : Jumlah responden S =

∑ X i X =


(38)

75

c) Mencari simpangan baku gabungan dari tiap butir pernyataan antara kelompok atas dengan kelompok bawah, rumus yang digunakan :

( n1 - 1)2 S1 2 + ( n2 - 1 ) S22 n1 + n 2 - 2

Keterangan :

S : Simpangan baku gabungan n1 : Responden kelompok atas n2 : Responden kelompok bawah

S1 2: Simpangan baku kelompok atas yang dikuadratkan S22: Simpangan baku kelompok bawah yang dikuadratkan

d) Mencari nilai t hitung tiap butir pernyataan dari kelompok atas dan kelompok bawah.

Rumus yang digunakan sebagai berikut : X 1 - X2

S 1 + 1 n 1 n 2 Keterangan : t : Nilai t hitung

X1 : Nilai rata-rata kelompok atas X2 : Nilai rata-rata kelompok bawah S : Simpangan baku gabungan n1 : Responden kelompok atas n2 : Responden kelompok bawah

S2 =


(39)

76

e) Membandingkan n ilai t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan

α = 0.05 atau tingkat kepercayaan 95 %.

Valid tidaknya sebuah butir tes dapat ditentukan melalui uji signifikansi daya pembeda. Nilai thitung dinyatakan valid apabila lebih besar atau sama dengan nilai ttabel, sebaliknya thitung dinyatakan tidak valid apabila lebih kecil dari ttabel, maka butir pernyataan yang tidak valid tersebut tidak diikut sertakan dalam tes sebenarnya.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus–rumus tersebut di atas, maka diperoleh nilai t hitung dari hasil jawaban responden, yang selanjutnya dibandingkan dengan t tabel, untuk mengetahui berapa banyak pernyataan yang layak digunakan sebagai alat pengumpul data, seperti yang tercantum pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas

No. Soal t Hitung t Tabel Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 1.31 1.60 2.26 2.45 1.96 1.40 4.58 3.31 4.38 2.26 0.00 2.53 1.60 1.79 0.57 2.45 3.16 1.39 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid


(40)

77 19. 20. 21. 22. 23 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52 53. 54 1.41 2.61 1.79 0.80 1.70 0.54 2.68 3.81 1.69 0.00 0.51 0.49 3.05 0.00 1.13 3.82 0.00 5.74 0.00 2.61 2.48 3.82 1.60 0.54 2.40 2.76 4.80 4.22 6.32 2.68 1.74 2.68 3.05 1.96 0.96 2.61 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 Tidak valid Valid Valid Tidak valid Tidak Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak Valid Valid Tidak valid Tidak Valid Valid Tidak valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid

Berdasarkan pengujian validitas, pernyataan yang dinyatakan valid ialah pernyataan yang nilai t hitungnya harus lebih besar atau sama dengan t tabel. Instrument pada tabel di atas memiliki tingkat kebebasan (dk) n1 + n2 – 2 = 10 + 10 – 2 = 18, nilai tabel pada taraf nyata α = 0.05 atau tingkat kepercayaan 95% dan dk (18) menunjukkan harga 1,73. Ini berarti dari ke 54 soal tersebut, ada 32 pernyataan


(41)

78

dinyatakan valid dan 22 pernyataan dinyatakan tidak valid, pernyataan yang tidak valid tersebut tidak diikutsertakan dalam angket yang diujikan pada sampel sebenarnya, dan setelah di dilihat keefektifannya angket yang diujikan berjumlah 28 pernyataan saja (lampiran 3, halaman 121) .

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji Reliabilitas Instrumen dimaksudkan untuk menunjukan keterandalan dari instrumen yang akan dijadikan alat pengumpul data. Teknik yang digunakan dalam uji reliabilitas ini adalah teknik Split Half (Suhendra, 2002:36).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Membagi butir soal pernyataan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok butir soal pernyataan bernomor genap dan kelompok butir soal pernyataan yang bernomor ganjil

2) Skor dari butir soal pernyataan yang bernomor genap dijadikan variabel X dan skor butir soal pernyataan yang bernomor ganjil dijadikan variabel Y

3) Mengkorelasikan skor dari butir soal pernyataan yang bernomor genap (variabel X) dengan skor butir soal pernyataan yang bernomor ganjil (variabel Y) dengan menggunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : N ΣXY – ( ΣX ) ( ΣY )

Rxy =

N ΣX2 – (ΣX)2 xy2 – (ΣY)2 Keterangan :

Rxy : Koefisyen Korelasi yang dicari XY : Jumlah perkalian skor X dan skor Y X2 : Jumlah skor X2

Y2 : Jumlah skor Y2 N : Jumlah orang coba


(42)

79

4) Mencari reliabilitas seluruh pernyataan dengan rumus Spearman Brown. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

R11 = 2 r ½ ½ 1 + r ½ ½ Keterangan :

R11 : Reliabilitas internal seluruh instrumen

r ½ ½ : Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua Dari pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson product momen yang penghitungannya menggunakan bantuan MS-Excel, diperoleh hasil uji dengan nilai Rxy = 0,21 dan nilai Realibilitas yang dicari dengan menggunakan metode Split Half dan koreksi dari Spearman Brown diperoleh nilai R11 = 0.60, yang pada table menunjukan kualitas kuat (lampiran 4, halaman 122).

Hasil perhitungan r dibandingkan dengan r table didasarkan pada kualitas harga R11 berdasarkan pendapat para ahli sesuai dengan kutipan dari Sugiyono (1997:200), yang dapat dilihat pada tabel mengenai kualitas harga r. Artinya instrument ini cukup memadai untuk digunakan sebagai alat ukur, seperti dapat dilihat pada tabel 3.6.


(43)

80

Tabel 3.6 Kualitas Harga ( r )

Angka Korelasi Keterangan

Antara 0.80 – 1.00 Antara 0.60 – 0.79 Antara 0.40 – 0.59 Antara 0.20 – 0.39 Antara 0.00 – 0.19

Sangat kuat Kuat Sedang Rendah Sangat rendah

5) Menguji signifikasi koefisyen korelasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n Σ XY – ( Σ X ) ( Σ Y )

{ n Σ X2 – ( Σ X )2 } { n Σ Y2 – ( Σ Y )2 } Keterangan :

r : r hitung yang dicari

X : nilai pernyataan bernomor genap Y : nilai pernyataan bernomor ganjil N : jumlah orang coba

Σ : Sigma ( jumlah )

Dari hasil penghitungan dengan rumus tersebut di atas menggunakan MS-Excel diperoleh nilai r hitung = 0.47 (lampiran 5, halaman 123) kemudian nilai tersebut dimasukan kedalam uji signifikasi korelasi dengan membandingkan nilai r hitung dan r tabel. Nilai r tabel pada pengujian taraf nyata α = 0.05 dan dk (8) = 0.95 adalah 0.44.


(44)

81

Dari hasil tersebut diperoleh perbandingan, r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel. Hal tersebut menunjukan bahwa instrumen yang dibuat dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dan layak digunakan untuk meneliti permasalahan yang ada.

E. Tahapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu penulis menetapkan populasi dan kemudian menentukan sampel dengan teknik purposive sampling, selanjutnya melakukan tes awal, diteruskan dengan pemberian perlakuan (eksperimen) berupa kegiatan Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning.

Neill (2004 c) dalam Kardjono (2009:151) berpendapat bahwa, ”Particularly strong outcomes were evident for the long (3-4 week) Outward Bound program with young adults.” Neill (1999) dalam Kardjono (2009:151) menyampaikan bahwa ”3 sampai 4 minggu program Outdoor Education dapat mengembangkan bagian penting dari ”physical, social, intellectual and emotional development.”

Dalam penelitian ini eksperimen yang berupa kegiatan permainan di alam terbuka (Outbond) dilakukan 12 kali pertemuan dalam 3 minggu. Tes awal berupa pengisian angket diberikan kepada kedua kelompok sebelum diberikannya perlakuan Outdoor Education berupa permainan di alam terbuka untuk kelompok eksperimen, dan kegiatan Ekstrakulikuler untuk kelompok kontrol. Setelah dilakukan eksperimen dilakukan tes akhir, berupa pembagian angket yang sama dengan angket yang diberikan pada saat sebelum dilakukan perlakuan Outdoor Education. Angket untuk tes akhir


(45)

82

tersebut diberikan kepada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dan kelompok kontrol untuk diisi. Data perolehan dari tes awal dan tes akhir kemudian dianalisis dan diolah dengan statistik, data hasil pengolahan kemudian disimpulkan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk memperjelas uraian tersebut di atas dapat dilihat pada gambar 3.1.

Tahap Penelitian

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Tes Akhir

Analisis dan pengolahan data Kesimpulan

Populasi

Sampel

Tes Awal

Kelompok A Kelompok B


(46)

83

F. Teknik Penghitungan data

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh positif dari kegiatan Outdoor Education yang dilakukan dengan permainan di alam terbuka melalui metode eksperiental learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa. Seperti yang dikemukakan Sudjana (1989:465) : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan proses penghitungan dan analisis data secara statistik. Adapun rumus statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mencari nilai rata-rata dengan menggunakan rumus : ∑ Xi

∑ ni Keterangan :

X : Skor rata-rata yang dicari

∑ Xi : Jumlah seluruh nilai X

∑ ni : Jumlah orang coba

2. Mencari simpangan baku dengan menggunakan rumus : ∑ ( Xi – X )

n - 1 Keterangan :

S : Simpangan baku

Xi : Skor pada setiap item tes X : Nilai rata-rata

n : Jumlah responden X =


(47)

84

3. Uji Normalitas, uji kenormalan dilakukan secara non parametik yang menurut Sudjana (1989:466-467) dikenal dengan nama uji Lilliefors. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengamatan x1,x2,…, xn yang sudah dijadikan bilangan baku z1,z2,…, zn dengan rumus : z1 = x1 - x ( x dan s masing masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sample )

b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi).

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1,z2,…, zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika prororsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka

a. S(zi) = banyaknya z1,z2,…, zn yang ≤ zi

d. Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, yang diberinama Lo. Bandingan dengan nilai L tabel dengan taraf nyata yang dipilih (α = 0.05), jika Lo yang diperoleh lebih kecil atau sama dengan Ltabel maka populasi berdistribusi normal.

4. Uji Homogenitas, menggunakan rumus :

F table = F α (dk pembilang –1, dk penyebut –1) Jika Fhitung ≤ Ftable maka Ho diterima (homogen) Jika Fhitung > Ftable kedua kelompok tidak homogen

s

n

Varians terbesar F =


(48)

85

5. Uji kesamaan dua rata-rata, dilakukan jika sample berdistribusi normal dan homogen dengan menggunakan rumus :

x1 - x2 Sgab√ 1 + 1

Keterangan :

x1 - x2 = rata-rata sample

Sgab = simpangan baku gabungan

n1 dan n2 = jumlah anggota sample, dengan :

( n1 - 1)2 S1 2 + ( n2 - 1 ) S22 n1 + n 2 - 2

6. Uji Hipotesis, dengan kriteria :

Ho = tidak terdapat perbedaan variable terikat antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah penelitian

H1 = terdapat perbedaan variabel terikat antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah penelitian, dengan kriteria pengujian :

melalui taraf signifikasi (α = 0.05) dimana dk = n1+n2-2 dengan menggunkan ttabel, jika − ttabel ≤ thitung ≤ + ttabel, maka hipotesis (Ho) diterima.

t =

n1 n2

S2 =


(49)

(50)

112

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan diskusi penemuan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Outdoor Education melalui metode experiential learning berpengaruh positif terhadap kepercayaan diri siswa. Kelompok eksperimen menjadi lebih baik dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan Outdoor Education.

2. Dari aspek kepercayaan diri yang meliputi aspek Keyakinan akan kemampuan diri, Optimis, Objektif, Tanggung Jawab, Rasional dan Realisatis terdapat aspek yang paling dominan dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan Outdoor Education, pada kelompok eksperimen adalah aspek keyakinan akan kemampuan diri dan pada kelompok kontrol adalah aspek realistis.

B. Rekomendasi

Setelah mengetahui pengaruh positif yang ditimbulkan dari pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui metode experiential learning, peneliti ingin menyampaikan rekomendasi yang diharapkan bisa berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, yaitu :


(51)

113

1. Kegiatan Outdoor Education dengan permainan di Alam terbuka melalui metode experiential learning dijadikan bagian dari kegiatan ekstra kurikuler sekolah.

2. Kegiatan Outdoor Education dikembangkan melalui permainan di Alam terbuka (Outbound) di lingkungan masyarakat luas, dan dapat dijadikan sebagai bagian kegiatan olahraga masyarakat.

3. Kegiatan Outdoor Education dengan permainan di Alam terbuka melalui metode experiential learning dapat dijadikan alternatif kegiatan rekreatif untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam instansi pemerintah atau swasta.


(52)

114

DAFTAR PUSTAKA

Abdi. (2007). Uji Lilliefors. Tersedia : htpp://www.utdallas.edu/~herve/abdi-lillie2007-pretty.pdf. Tanggal akses 09 Mei 2010

Alex, S. (1987). Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga. Jakarta : BPK Gunung Mulia Ali, Muhamad. (1984). Penelitian Kependidikan. Bandung : Angkasa

American Institutes for Research. (2005). Effect of Outdoor Education Programs for

Children in California. The California Department of Education. Sacramento.

Ancok, D. (2003). Aplikasi Ilmu Perilaku Dalam Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Outbound Management Training. Yogyakarta : UII Press

Anthony, R. (1992). Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (terjemahan Rita Wiryadi). Jakarta : Binarupa Aksara.

Anwar. (2009). Pentingnya Tabayyun. Tersedia :

http://www.marzanianwar.wordpress.com/2009/09/05/pentingnya-tabayyun. Tanggal akses 04 Juli 2010

Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. PT

Bustanova. (2008). Bagaimana Menjadi Orang Yang Optimis. Tersedia : http://www.bustanova.wordpress.com/2008/10/27/bagaiman-menjadi-orang-yang-optimis. Tanggal akses 03 Juli 2010

Centi, P. J. 1995. Mengapa Rendah Diri . Yogyakarta : Kanisius

Cohen, D & Prusak, L. (2001). In Good Company. Boston : Harvard Business School Press.

David Hopkins. Phd, Robert Putman. (1986). Personal Growth Through Adventure Darmansjah. (2002). Ilmu Kedokteran Transparan. Tersedia :

http://www.iwandarmansjah.web.id/miscellaneous.php?id=29. Tanggal akses 30 Juni 2010

Dekrizky. (2009). Masa Remaja . Tersedia : http://www.kuliahpsikologi.dekrizky.com Tanggal akses 15 Mei 2010


(53)

115

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi ; Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.

Drajat , Z. 1994. Remaja, Harapan dan Tantangan. Jakarta : CV. Ruhama DR/Teamwork/09-2002. (2002). Contoh Pemainan Outbound

Giriwijoyo, H.Y.S. Santosa, (2007). Ilmu Faal Olahraga ; fungsi tubuh manusia pada olahraga. Ilmu kesehatan olahraga : Universitas Pendidikan Indonesia.

Hakim. T, (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara.

Harsuki, (2003). Perkembangan Olahraga Terkini ; Kajian Para Pakar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hartoto. (2008). Pengertian Dan Unsur-unsur Pendidikan. Tersedia : http://www.fatamorgana.wordpress.com/2008/07/11/bab-ii-pengertian-dan-usur-unsur-pendidikan/hartoto.html Tanggal akses 20 April 2010

Herdinata. (2008). Pendidikan Nilai Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler. Tersedia : http://www.sportman1.blogspot.com/2008/05/01/herdinataarchive.html. Tanggal akses 09 Mei 2010

Kardjono, (2009). Pengendalian Diri (Self Control) Melalui Outdoor Education. Disertasi Doktor pada Prodi Pendidikan Olahraga SPs UPI : tidak diterbitkan Kwartir Pusat Kepanduan Hizbul Wathan. (2009). Panduan Bagi Fasilitator

Permainan

Lauster, P. (1997). Test Kepribadian ( terjemahan Cecilia, G. Sumekto ). Yokyakarta : Kanisius

Lutan. R. (2001), Keniscayaan Pluralitas Budaya Daerah. Bandung : Angkasa.

Maryati, (2008). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Keyakinan Diri

(Self-Afficacy) Dengan Kreativitas Pada Siswa Akselerasi. Skripsi Sarjana pada

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia : http://www.etd.eprints.ums.ac.id/3693/2/F100040097.pdf. Tanggal akses 25 Juni 2010

Masbow. (2009). Percaya Diri Dalam Psikologi. Tersedia : http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam psikologi.html. Tanggal akses 20 April 2010


(54)

116

Mustafa, H. (2000). Teknik Sampling. Tesedia :

http://www.home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc. Tanggal akses 03 Mei 2010 Nasution. (1995). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Neill, James. (1997). The 10th National Outdoor Education Conference. Paper Sydney, Australia. International Education (1999) Vol. 3 No. 4. Tesedia : http://www.wilderdom.com/jamesNeil.htm. Tanggal Akses 30 April 2010

North California Outward Bound School. (1973) The Instucture Hand Book Pedoman Akademik IKIP Bandung. (1997). Pengembangan Mahasiswa

Purwanto, Ngalim M, Drs. (1987). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.CV Priyatno, T. (2008). Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dan Partisipasi Dalam Kegiatan

OSISI Terhadap Prestasi Belajar PKn Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mojogedang Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2007/2008. Skipsi Sarjana pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta : tidak diterbitkan

Psikologi Remaja. (2009). Psikologi Remaja, Karakteristik Remaja Dan Permasalahannya. Tersedia : http://www.episentrum.com/artikel-psikologi/remaja/#more-213. Tanggal akses 14 Juni 2010

Riduwan. (2008), Dasar-Dasar Statistika. Bandung : CV. Alfabeta.

Schwartz, David J, Ph.D. (2007), Berfikir Dan Berjiwa Besar. Jakarta : PT. Pustaka Delapratasa

Shanty. (2007). Pentingnya Pendidikan. Tersedia : http://www.re-searchingines.com/0607shanty.html. Tanggal akses 19 Juni 2010

Sudjana. (1989). Metode Statistika, (Edisi V). Bandung : Sinar Baru.

Sudjana dan Ibrahim. (1998). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.

Suhendra, (2002). Profil Dan Hasil Pembelajaran Mahasiswa Yang Terlibat Dalam

Kegiatan Outward Bound. Skripsi Sarjana pada FPOK UPI : tidak diterbitkan

Sumadinata. N. Syaodih. (2008), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(55)

117

Supardi, Drs. DR. Prof. (1998). PRS IKIP Bandung

Surakhmad, Winarno, M.Sc., Ed., Dr., Prof., (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah

Dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito.

Sobarnas. (2009). Model Pembelajaran Terpadu Tersedia : http://www.sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html. Tanggal akses 09 Mei 2010


(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

(94)

(95)

(96)

(97)

(98)

(99)

(100)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)