ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT IV JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI TAHUN AKADEMIK 2012/2013 DALAM PENGGUNAAN VERBA NOZOMU, NEGAU DAN KIBOU SURU.

(1)

Rosi Nurfadillah, 2012

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Lembar Pernyataan

Kata Pengantar ……… i

Abstrak ……… iv

Sinopsis ……….. v

Daftar Isi ………. xii

Daftar Tabel ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2Rumusan Masalah ..………... 5

1.3Batasan Masalah ……… 5

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 5

1.5Definisi Operasional ………. 6

1.6Metode Penelitian ………. 7

1.7Sistematika Penulisan ………... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Kesalahan ………... 11

2.2 Verba ………. 18

2.3 Sinonim ………. 22

2.4 Nozomu ………. 24


(2)

Rosi Nurfadillah, 2012

2.6 Kibou suru ……… 29

2.7 Persamaan dan Perbedaan Nozomu, Negau dan Kibou suru ……. 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengertian Metode ……… 35

3.2 Populasi dan Sampel ………. 36

3.3 Instrumen Penelitian ………. 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 40

3.5 Prosedur Penelitian ………... 41

3.6 Teknik Pengolahan Data ……… 42

3.7 Validitas dan Reabilitas ……… 44

3.8 Analisis Butir Soal ……… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ……… 56

4.2 Analisis Data ………. 57

4.3 Pembahasan ……….. 81

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ……… 85

5.2 Rekomendasi ……… 87

Daftar Pustaka ………. 89


(3)

Rosi Nurfadillah, 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, sedangkan pengertian dari bahasa itu sendiri seperti yang dikemukakan Kridalaksana dan Koentjono

dalam Abdul Chaer, “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang

digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”. Dari pengertian di atas, dapat

dipahami bahwa bahasa itu bervariasi karena penutur bahasa itu sangat beragam dan digunakan untuk keperluan komunikasi yang beragam pula. Untuk menjalankan fungsinya, bahasa haruslah jelas dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman kata atau makna ganda yang memungkinkan terjadinya kesalahan berkomunikasi (Chaer, 2007:32).

Perlunya berkomunikasi dengan masyarakat atau kelompok yang memiliki variasi bahasa yang berbeda mendorong masyarakat untuk mempelajari bahasa asing. Pembelajar bahasa asing pun mulai meningkat seiring dengan kemajuan zaman dan keperluan pergaulan berkomunikasi tingkat Internasional dan saat ini bahasa Jepang menjadi salah satu bahasa yang banyak diminati untuk dipelajari oleh pembelajar bahasa asing. Hal itu sesuai dengan penelitian The Japan Foundation yang menyebutkan bahwa


(4)

Rosi Nurfadillah, 2012

pembelajar bahasa Jepang semakin meningkat setiap tahunnya (Sudjianto, dan Dahidi 2009: 5).

Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna (imi) yang dituangkan melalui bahasa tersebut (Sutedi, 2008: 2). Penulis menyimpulkan, agar tidak terjadi kesalahan makna dalam berkomunikasi, maka diperlukan pembelajaran yang mendalam tentang bahasa asing tersebut, khususnya dalam hal ini bahasa Jepang.

Kesalahpahaman dalam berkomunikasi salah satunya bisa disebabkan karena persamaan makna yang terdapat dalam suatu kata atau disebut juga dengan sinonim. Seperti halnya bahasa Indonesia, dalam bahasa Jepang pun terdapat kata yang memiliki makna sama yang terkadang menyulitkan bagi pembelajar bahasa asing yang kurang memahaminya (Sutedi, 2008: 3). Sebagai contoh, kata nozomu, negau, dan kibou suru yang termasuk ke dalam

ruigigo (sinonim). Perhatikan contoh kalimat berikut:

1) 僕 君 幸 せ {望 む / 願 う / 希 望 す }。(Koizumi dkk.,

1989: 402)

(Boku wa kimi no shiawase wo {nozomu / negau / kibou suru}.)


(5)

Rosi Nurfadillah, 2012

2) 彼女 プレゼント しき に{望 い /*願っ い /希

望す }。(Jim Breen’s, www JDIC server) 1

(Kanoujo wa purezento wo shikirini {nozondeiru / *negatteiru / kibou suru}.)

“Dia sangat mengharapkan hadiah.”

Kedua verba di atas apabila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia

berarti “mengharapkan”. Pada kalimat (1), baik verba nozomu, negau

maupun kibou suru dapat digunakan dalam kalimat. Akan tetapi, pada kalimat (2) hanya verba nozomu yang sesuai dengan kalimat. Alasannya karena objek dari verba nozomu dapat bersifat konkret maupun abstrak, sedangkan objek pada verba negau hanya terbatas pada abstrak saja. Verba

kibou suru pun kurang sesuai untuk melengkapi kalimat di atas, karena verba kibou suru lebih menjelaskan tentang pengharapan di masa depan. Bagi

pembelajar bahasa Jepang yang belum paham betul mengenai kedua verba tersebut, tidak akan bisa membedakan kalimat mana yang menggunakan verba nozomu, negau atau kibou suru (Jim Breen’s, www JDIC server)2. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan sinonim masih dirasa sulit oleh pembelajar Jepang, padahal verba nozomu, negau dan kibou suru sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun sayangnya, penulis menemukan di dalam buku-buku sumber belajar bagi pembelajar bahasa Jepang tidak disertai keterangan yang memadai untuk bisa membedakan

1

Contoh kalimat, Jim Breen’s, http://www.csse.monash.edu.au/~jwb/cgi-bin/wwwjdic.cgi?1C, (18 September 2012)

2

Penjelasan kalimat, Jim Breen’s, http://www.csse.monash.edu.au/~jwb/cgi-bin/wwwjdic.cgi?1C, (18 September 2012)


(6)

Rosi Nurfadillah, 2012

kedua verba tersebut yang mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam berkomunikasi.

Penulis telah melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi di lapangan saat ini. Penelitian pendahuluan dilakukan kepada 15 orang mahasiswa tingkat IV jurusan pendidikan bahasa Jepang UPI tahun akademik 2012/2013 dengan memberikan tes tertulis berupa 10 pertanyaan pilihan ganda mengenai verba nozomu, negau dan kibou suru. Selain pertanyaan pilihan ganda, penulis juga menyertakan pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan mengenai kondisi responden saat ini seputar pengetahuan responden terhadap penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru. Hasilnya menunjukkan bahwa responden mengetahui makna dari ketiga verba nozomu, negau dan kibou suru, hanya saja kurang memahami secara mendalam. Kurangnya penjelasan yang ada pada buku penduan belajar menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya dalam memahami verba nozomu,

negau dan kibou suru. Solusi yang dilakukan responden untuk mengatasinya

adalah dengan memlihat kamus, atau dengan membandingkan penggunaan kalimat yang satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah disebutkan di atas, penulis merasa perlu diadakan penelitian untuk mengukur tingkat pemahaman dan kesalahan belajar mahasiswa terhadap penggunaan kosakata bersinonim, khususnya verba nozomu, negau, dan kibou suru. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud meneliti tentang kesalahan dan faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya bagi mahasiswa dalam memahami verba nozomu,


(7)

Rosi Nurfadillah, 2012

negau, dan kibou suru. Maka judul dalam penelitian ini yaitu, “Analisis Kesalahan Mahasiswa Tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Akademik 2012/2013 dalam Penggunaan Verba Nozomu,

Negau dan Kibou Suru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba

nozomu, negau dan kibou suru?

2. Apa saja faktor yang menjadi penyebab kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba nozomu, negau, dan kibou suru?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penulis memfokuskan penelitian terhadap kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru.

2. Penulis hanya akan meneliti faktor yang akan menjadi penyebab kesalahan dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru.


(8)

Rosi Nurfadillah, 2012

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesalahan serta faktor-faktor yang menjadi penyebab kesalahan dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru pada mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2012/2013.

Sedangkan manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, dapat lebih memperdalam mengenai penggunaan verba

nozomu, negau dan kibou suru.

2. Bagi dosen, dapat dijadikan umpan balik bagi pengajaran kepada mahasiswa setelah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam penggunaan verba bersinonim.

3. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan bahan referensi belajar agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou

suru.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Analisis

Pengertian analisis bahasa dalam Kamus Linguistik edisi ke-2 adalah sebagai berikut:

Istilah umum untuk pelbagai kegiatan yang dilakukan oleh penyelidik bahasa dalam menggarap data yang diperoleh dari penelitian lapangan atau pengumpulan teks. (Kridalaksana, 2008: 14)


(9)

Rosi Nurfadillah, 2012

1.5.2 Verba

Dooshi (verba) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa

Jepang, yang dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. (Dahidi, Ahmad dan Sudjianto, 2009: 149). Dalam penelitian ini verba yang dimaksud adalah nozomu, negau dan kibou

suru.

1.5.3 Sinonim

Secara semantik Verhaar (1978) dalam Abdul Chaer (2009: 83) mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009: 58). Metode ini digunakan untuk meneliti kesalahan mahasiswa tingkat IV jurusan bahasa Jepang UPI dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru serta mencari solusi atas permasalahan tersebut.


(10)

Rosi Nurfadillah, 2012

1.6.1 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Jepang UPI. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat IV jurusan pendidikan bahasa Jepang UPI kelas 7A dengan teknik penyampelan secara purposif yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan penulis dengan maksud atau tujuan tertentu.

1.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tes Tertulis

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda.

b. Angket

Angket diberikan kepada mahasiswa tingkat IV jurusan pendidikan bahasa Jepang UPI untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam memahami verba nozomu, negau dan kibou suru.

1.6.3 Teknik Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berupa dokumen tertulis, sedangkan variabel penelitiannya adalah data yang diperoleh dari hasil tes dan angket.


(11)

Rosi Nurfadillah, 2012

b. Analisis Data

Dari data yang diperoleh, penulis mengkaji untuk menemukan kesalahan dalam penggunaan kemudian mengklasifikasikan jenis kesalahan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab kesalahan dalam penggunaan verba nozomu, negau dan

kibou suru.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan dibuat adalah sebagai berikut:

BAB I

Mengenai pendahuluan, di dalamnya berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II

Mengenai kajian pustaka, di dalamnya berisi kajian teori yang berhubungan dengan penelitian, analisis kesalahan, penelitian terdahulu dan verba nozomu,

negau, dan kibou suru.

BAB III

Mengenai metode penelitian, di dalamnya membahas mengenai pengertian penelitian, metode penelitian, objek penelitian instrumen dan sampel


(12)

Rosi Nurfadillah, 2012

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV

Mengenai hasil penelitian dan pembahasan, di dalamnya menguraikan tentang hasil penelitian terhadap variabel yaitu kesalahan dalam penggunaan verba

nozomu, negau, dan kibou suru.

BAB V

Mengenai kesimpulan tentang penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya.


(13)

Rosi Nurfadillah, 2012

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pengertian Metode

Seorang peneliti harus memilih metode yang tepat agar tujuan penelitian dapat tercapai secara maksimal. Metode penelitian berhubungan dengan prosedur, teknik dan instrumen penelitian. Di dalam prosedur terdapat urutan-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik merupakan cara melaksanakan suatu metode penelitian, sedangkan metode itu sendiri yang memandu si peneliti dalam melaksanakan penelitian (Sudaryanto, 1993:9).

Dari sekian banyaknya metode penelitian, seperti metode penelitian sejarah, eksperimen dan lain-lain, untuk penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deksriptif. Penelitian deskriptif ini bersifat menjabarkan, mengungkapkan semua permasalahan yang menjadi perhatian peneliti yang dijabarkan dengan apa adanya. Dengan kata lain, penelitian deskriptif adalah penelitian untuk membuat suatu deskripsi mengenai gambaran suatu situasi atau kejadian yang terjadi pada masa sekarang dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009: 58).

Penjabaran dari metode penelitian deskriptif tersebut sesuai dengan apa yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini, yaitu menjabarkan


(14)

Rosi Nurfadillah, 2012

tingkat kesalahan mahasiswa tingkat IV dalam penggunaan verba nozomu,

negau dan kibou suru serta faktor yang menjadi penyebab kesulitan dalam

penggunaan verba tersebut.

3.2 Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian, peneliti menetapkan suatu kelompok yang dapat berupa subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulan. Kelompok tersebut disebut dengan populasi, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 117).

Populasi tidak selalu berupa orang, tetapi suatu benda dan objek lain juga bisa dijadikan populasi penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI, sedangkan untuk sampelnya peneliti mengambil sampel mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang kelas 7A. Penulis mengambil sampel dengan teknik purposif, yaitu penulis memilih sampel dengan suatu pertimbangan dan tujuan tertentu dan dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI sebanyak 27 orang dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesalahan penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru.


(15)

Rosi Nurfadillah, 2012

3.3 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan suatu pengukuran dengan alat ukur yang baik. Alat ukur penelitian ini disebut dengan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian yang akan diamati oleh peneliti (Sugiyono, 2011: 148).

Menyusun instrumen penelitian dalam bidang sosial khususnya dalam bidang pendidikan umumnya sulit ditemukan, maka seorang peneliti harus membuat sendiri instrumen penelitiannya. Dalam penelitian ini penulis tidak membuat sendiri instrumen penelitian akan tetapi, penulis menyusun instrumen yang didapat dari berbagai sumber seperti, buku/handout mata kuliah bahasa Jepang, kamus bahasa Jepang dan kumpulan soal-soal tes kemampuan bahasa Jepang (日 本 語 能 力 試 験). Semua soal itu penulis rangkum menjadi sebuah instrumen penelitian. Selain instrumen berupa kumpulan soal tentang verba nozomu, negau dan kibou suru, penulis juga menggunakan instrumen berupa angket.

3.3.1 Tes

Tes merupakan alat ukur hasil belajar yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan untuk mengevaluasi hasil belajar pembelajar. Dengan kata lain, melalui tes didapatkan informasi


(16)

Rosi Nurfadillah, 2012

mengenai kemampuannya setelah proses pembelajaran. Karena alasan itulah instrumen berupa tes sering digunakan dalam penelitian desktiptif maupun penelitian eksperimen.

Dalam penelitian ini, tes tertulis berupa 25 soal pilihan ganda untuk mengukur tingkat kesalahan mahasiswa dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru. Berikut ini adalah kisi-kisi dalam penulisan tes tertulis:

Tabel 3.3.1

Kisi-kisi penulisan Soal Tes Tertulis

No Variabel Indikator Nomor Soal

1. Verba nozomu Mengharapkan sesuatu 6, 10, 20, 24 Memandang jauh 3, 15, 18, 21 Memiliki keterlibatan

langsung dengan kejadian 17

2. Verba negau Meminta sesuatu 1

Mengharapkan sesuatu 13, 16, 22 Memohon 4, 7, 8 Meminta Tolong 2 Berdoa 11 3. Verba kibou suru Mengharapkan seperti

yang diinginkan


(17)

Rosi Nurfadillah, 2012

Menginginkan sesuatu 5, 9, 23

3.3.2 Angket

Instrumen lain yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah angket. Dalam sebuah angket, setiap pertanyaannya berkisar seputar masalah yang ingin dipecahkan. Pertanyaan tertulis itu disusun kemudian disebar kepada responden untuk mendapatkan keterangan atau informasi. Oleh karena itu, seorang peneliti harus menyusun angket yang benar-benar bisa menggali informasi agar tujuan penelitian dapat tercapai secara maksimal (Sutedi, 2009:164).

Faisal dalam Sutedi menyebutkan ada dua golongan angket, yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Peneliti menyediakan alternatif jawaban yang nantinya harus dipilih oleh responden, sehingga tidak ada keleluasaan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan kepada responden, disebut dengan angket tertutup. Sedangkan dalam angket terbuka hanya berisi pertanyaan saja, sehingga responden bebas menjawabnya (Sutedi, 2009: 164).

Untuk menghimpun informasi guna mencapai tujuan penelitian, penulis menggunakan angket tertutup dan terbuka. Penulis menyusun pertanyaan dalam bentuk angket tertutup kemudian disusul pertanyaan akhir berupa angket terbuka. Dengan adanya kedua jenis angket ini, penulis bermaksud menghimpun informasi mengenai penyebab


(18)

Rosi Nurfadillah, 2012

kesulitan mahasiswa tingkat IV dalam pengunaan verba nozomu,

negau dan kibou suru. Adapun kisi-kisi dalam penyusunan angket

tertutup dan terbuka, sebagai berikut:

Tabel 3.3.2

Kisi-kisi Penulisan Angket

No. Aspek yang Ingin Diamati Nomor Soal

1. Pengalaman belajar bahasa Jepang 1 2. Kesulitan belajar bahasa Jepang 2, 6, 8 3. Cara belajar bahasa Jepang 3, 4, 5 4. Pemahaman mengenai verba bersinonim

(nozomu, negau dan kibou suru)

7, 9, 10, 11

5. Solusi dari mengatasi kesulitan tersebut 12

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis memberikan tes berupa soal tertulis sebanyak 25 soal kepada responden beserta angket tertutup dan angket terbuka. Responden diharuskan memilih dari tiga pilihan verba yaitu nozomu,

negau dan kibou suru yang telah penulis sediakan dalam setiap butir soal.

Responden diberikan alokasi waktu menjawab pertanyaan soal dan angket selama ±50 menit.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik one


(19)

Rosi Nurfadillah, 2012

pengumpulan data dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Oktober 2012 di kelas 7A gedung FPBS UPI.

3.5 Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam melaksanakan penelitian:

1. Mencari literatur mengenai verba bersinonim, yaitu verba nozomu, negau dan kibou suru.

2. Menyusun instrumen berupa tes tertulis dan angket. Soal untuk tes didapatkan dengan mengumpulkan kalimat dari beberapa sumber, seperti buku/handout mata kuliah bahasa Jepang, kamus bahasa Jepang, kumpulan soal tes kemampuan bahasa Jepang (日 本 語 能 力 試 験). Sedangkan untuk angket terdapat dua jenis, yaitu angket tertutup dan angket terbuka.

3. Mengkonsultasikan instrumen dengan dosen ahli. 4. Menguji instrumen tes tertulis.

5. Melaksanakan pengambilan data kepada sampel berupa tes tertulis dan angket.

6. Mengolah data hasil penelitian kemudian menganalisisnya. 7. Menarik kesimpulan dari hasil data yang diperoleh.


(20)

Rosi Nurfadillah, 2012

Penulis menggunakan dua instrumen yang berbeda, yaitu soal tes tertulis dan angket, maka teknik pengolahan data kedua instrumen tersebut pun berbeda. Berikut ini adalah langkah-langkah teknik pengolahan data yang dilakukan:

a. Tes

1. Mengumpulkan data, yaitu berupa jawaban salah dari responden dalam menjawab 25 instrumen soal yang telah penulis berikan.

2. Mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensinya. Untuk menghitung frekuensi dan presentase kesalahannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P : Presentase jawaban f : frekuensi jawaban salah

: jumlah responden

3. Menyusun tabel frekuensi dan presentase jawaban.

4. Mengidentifikasi kesalahan, mengklasifikasikan butir soal berdasarkan kategori kesalahan dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou

suru.

5. Mendeskripsikan kesalahan.

6. Mengidentifikasi faktor penyebab kesalahan dalam penggunaan verba

nozomu, negau dan kibou suru.


(21)

Rosi Nurfadillah, 2012

7. Memberikan kesimpulan.

b. Angket

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengolahan data berupa angket:

1. Memeriksa jawaban untuk masing-masing nomor jawaban.

2. Menghitung frekuensi dan presentase jawaban dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P : Presentase jawaban f : frekuensi jawaban

: jumlah responden

Tabel 3.6

Pedoman Penafsiran Angket

Jumlah Responden Interpretasi

0% Tidak ada 1% - 5 % Hampir tidak ada 6% - 25% Sebagian kecil 26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya 51% - 75% Lebih dari setengahnya �=�× %


(22)

Rosi Nurfadillah, 2012

76% - 95% Sebagian besar 96% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

3.7 Validitas dan Realibilitas

3.7.1 Uji Validitas

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, haruslah diuji kelayakan atau kevalidannya. Kevalidan suatu alat ukur berkenaan dengan persoalan tentang apa yang hendak diukur. Bagi peneliti pemula, setidaknya ada tiga jenis validitas yang harus dipenuhi, yaitu validitas isi, validitas konstruk (bangun pengertian), dan validitas kesamaan (coucurrent validity) (Sutedi, 2009: 157).

Penulis mengkonsultasikan instrumen tes kepada dosen ahli dan menghitung nilai validitasnya. Dosen ahli telah memberikan

Expert Judgment (terlampir) yang berarti instrumen telah valid. Namun,

penulis juga melakukan penghitungan validitas instrumen tes, dengan mencari nilai t hitung dengan rumus sebagai berikut:

�= −

� + �


(23)

Rosi Nurfadillah, 2012

Keterangan:

t : nilai t hitung Mx : mean variabel X My : mean variabel Y

Sdx : standar deviasi variabel X (dikuadratkan) Sdy : standar deviasi variabel Y (dikuadratkan) n : jumlah sampel

Sebelum mencari nilai t hitung, harus diketahui dahulu nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari variabel X dan variabel Y, dengan rumus sebagai berikut:

Rumus untuk mencari mean X:

Rumus untuk mencari mean Y:

Rumus untuk mencari standar deviasi X dan Y:

=

= 


(24)

Rosi Nurfadillah, 2012

Peneliti melakukan uji coba instrumen kepada 15 orang sampel (N) dengan soal yang berkenaan dengan penggunaan verba nozomu,

negau dan kibou suru. Tabel persiapan penghitungannya adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.7.1

Tabel Persiapan Mencari Nilai t hitung

N X Y X2 Y2

1 9 8 81 64 2 8 8 64 64 3 8 8 64 64 4 8 7 64 49 5 8 7 64 49 6 8 7 64 49 7 8 7 64 49 8 8 7 64 49 9 7 6 49 36 10 7 6 49 36 11 6 6 36 36 12 6 6 36 36 13 6 5 36 25 14 6 5 36 25 15 6 5 36 25

 109 98 807 656

Setelah mempersiapkan tabel penghitungan di atas, langkah selanjutnya adalah mencari nilai mean dan standar deviasi, seperti berikut ini:


(25)

Rosi Nurfadillah, 2012

Mencari mean X:

= = = ,

Mencari mean Y:

=  = = ,

Mencari standar deviasi X:

� =  − = − , = , − , = ,

= ,

Mencari standar deviasi Y:

� =  − = − , = , − , = ,

= ,

Setelah didapatkan nilai mean dan standar deviasi, maka selanjutnya adalah mencari nilai t hitung, sebagai berikut:

�= −

� + �

� −

= , − ,

, + ,

= ,


(26)

Rosi Nurfadillah, 2012

= ,

,

= ,

,

= , , =

Berdasarkan hasil perhitungan nilai t hitung di atas adalah 2, kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel dengan derajat kebebasannya (n-1) adalah 14, diperoleh angka 2,14 untuk taraf signifikasi 5% dan 2,98 untuk taraf signifikasi 1%, maka nilai t hitung tidak lebih besar dari t tabel. Dengan kata lain, instrumen tes dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Selain valid, suatu instrumen juga harus dapat memiliki reliabilitas, artinya mampu digunakan untuk tes berkali-kali pada sampel yang sama pada waktu yang tidak terlalu lama dengan hasil data didapatkan akan sama pula. Ada dua macam reabilitas, yaitu reabilitas eksternal dan internal. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan reabilitas eksternal dengan cara tes ulang. Maksudnya adalah tes dilakukan dua kali pada sampel yang sama dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama. Tes pertama dilakukan pada hari Senin, 1 Oktober 2012 dan tes kedua dilakukan pada hari Selasa, 2 Oktober


(27)

Rosi Nurfadillah, 2012

2012 pada sampel yang sama. Hasil tes tersebut dikorelasikan kemudian ditafsirkan. Rumus yang digunakan dalam penghitungan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

r.xy : korelasi

X : skor sampel pada tes pertama Y : skor sampel pada hari kedua n : jumlah sampel

Dengan rumus di atas, maka dilakukan penghitungan mencari nilai korelasi dengan mempersiapkan tabel penghitungan korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.7.2-1 Penghitungan Korelasi

X Y XY X2 Y2

9 8 72 81 64 8 8 64 64 64 8 8 64 64 64 8 7 56 64 49 8 7 56 64 49 8 7 56 64 49

�. =  −  ( )


(28)

Rosi Nurfadillah, 2012

8 7 56 64 49 8 7 56 64 49 7 6 42 49 36 7 6 42 49 36 6 6 36 36 36 6 6 36 36 36 6 5 30 36 25 6 5 30 36 25 6 5 30 36 25 109 98 726 807 656

�. =  −  

[  −( )][  −( )]

= . −

. − . −

= −

− −

=

=

= , = ,


(29)

Rosi Nurfadillah, 2012

Hasil penghitungan korelasi tersebut kemudian ditafsirkan dengan tabel penafsiran berikut ini:

Tabel 3.7.2-2

Tabel Penafsiran Angka Korelasi

Rentang Angka Korelasi Tafsiran

0,00 ~ 0,20 Sangat rendah 0,21 ~ 0,40 Rendah 0,41 ~ 0,60 Sedang 0,61 ~ 0,80 Kuat 0,81 ~ 1,00 Sangat kuat

Dari tabel penafsiran korelasi di atas, dapat dipahami bahwa hasil penghitungan korelasi didapatkan nilai sebesar 0,90 yang berarti sangat kuat. Dengan kata lain, instrumen tes memiliki tingkat reabilitas yang sangat kuat.

3.8 Analisis Butir Soal

Istrumen yang akan dijadikan penelitian haruslah diketahui analisis butir soalnya dengan mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda dari setiap butir soal tersebut. Soal yang sudah dibuat dengan kategori sulit, sedang dan mudah bisa saja soal yang sedang dikatakan sulit oleh pembelajar, begitupun soal yang mudah bisa dikatakan sedang bagi yang menjawabnya.


(30)

Rosi Nurfadillah, 2012

Oleh karena itu, diperlukan analisa setiap butir soal. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda:

Rumus mencari tingkat kesukaran:

Keterangan:

TK : Tingkat kesukaran

BT : Jumlah sampel yang menjawab benar dari kelompok tinggi BR : Jumlah sampel yang menjawab benar dari kelompok rendah NT : Jumlah sampel kelompok tinggi

NR : Jumlah sampel kelompok rendah

Penafsirannya:

TK : 0,00 ~ 0,25 = sukar TK : 0,26 ~ 0,75 = sedang TK : 0,76 ~ 1,00 = mudah

Rumus mencari daya pembeda:

Keterangan:

DP : Daya pembeda

BT : Jumlah sampel yang menjawab benar dari kelompok tinggi BR : Jumlah sampel yang menjawab benar dari kelompok rendah n : Jumlah sampel kelompok tinggi atau kelompok rendah

�= � +� +

��=� −�


(31)

Rosi Nurfadillah, 2012 Penafsirannya:

TK : 0,00 ~ 0,25 = rendah (lemah) TK : 0,26 ~ 0,75 = sedang

TK : 0,76 ~ 1,00 = tinggi (kuat)

Dengan menggunakan rumus di atas, berikut ini adalah tabel hasil penghitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda dari setiap butir soal:

Tabel 3.8-1 Tabel Tingkat Kesukaran

Nomor Soal Tingkat Kesukaran Penafsiran

1 0,75 Sedang 2 1 Mudah 3 0,375 Sedang 4 0,875 Mudah 5 1 Mudah 6 0,875 Mudah 7 0,875 Mudah 8 0,625 Sedang 9 0,875 Mudah 10 0,875 Mudah 11 0,75 Sedang 12 0,875 Mudah 13 0,75 Sedang 14 0,875 Mudah 15 0,625 Sedang 16 0,75 Sedang


(32)

Rosi Nurfadillah, 2012

17 0,125 Sukar 18 0,5 Sedang 19 0,75 Sedang 20 0,875 Mudah 21 0,375 Sedang 22 0,375 Sedang 23 0,75 Sedang 24 0,5 Sedang 25 0,875 Mudah

Tabel 3.8-2 Tabel Daya Pembeda

Nomor Soal Daya Pembeda Penafsiran

1 0,17 Rendah 2 0 Rendah 3 0,25 Rendah 4 0,25 Rendah 5 0 Rendah 6 0,25 Rendah 7 0,25 Rendah 8 0,25 Rendah 9 0,25 Rendah 10 0,25 Rendah 11 0,5 Sedang 12 0,25 Rendah 13 0,5 Sedang 14 0,25 Rendah


(33)

Rosi Nurfadillah, 2012

15 0,75 sedang 16 0,5 Sedang 17 0,25 Rendah 18 0,5 Sedang 19 0,5 Sedang 20 0,25 Rendah 21 0,25 Rendah 22 0,5 Sedang 23 0,5 Sedang 24 1 Kuat 25 0,25 Rendah


(34)

Rosi Nurfadillah, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada BAB IV sebelumnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba nozomu, negau dan

kibou suru dikaji dari kesalahan makna. Dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesalahan yang dilakukan mahasiswa tingkat IV pada penggunaan verba

nozomu sebanyak 45,54%, kemudian kesalahan penggunaan pada verba negau sebanyak 37,56% dan kesalahan penggunaan pada verba kibou suru

sebanyak 16,90%.

2. Berdasarkan hasil analisis angket yang berisi mengenai kondisi, pemahaman dan upaya mahasiswa dalam memahami verba bersinonim, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman menyeluruh mengenai suatu verba. Kesalahan berfikir yang mengakibatkan kesalahan pamahaman makna dalam verba


(35)

Rosi Nurfadillah, 2012

bersinonim karena diterjemahkan secara menyeluruh, tidak secara mendalam dan terpaku pada bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu.

b. Cara belajar mahasiswa yang terlalu mengandalkan apa yang diberikan pada perkuliahan saja. Tidak mencari referensi lain untuk memperluas pemahaman mengenai verba bersinonim.

c. Pengajaran dalam perkuliahan yang kurang membahas lebih detail mengenai verba bersinonim.

d. Ketidaktelitian dan kurangnya pemahaman mendalam mengenai penggunaan verba bersinonim, khususnya verba nozomu, negau dan

kibou suru.

e. Upaya mahasiswa dalam mengatasi kesulitan dalam penggunaan verba bersinonim, khususnya verba nozomu, negau dan kibou suru hanya dilakukan oleh sebagian kecil saja. Hasil dari angket yang sangat jelas menunjukkan tidak semua mahasiswa mengatasinya dengan bertanya kepada dosen, teman atau senpai, mencari di kamus sinonim bahasa Jepang (ruigigo jiten). Bahkan ada sebagian kecil mahasiswa yang tidak tahu bagaimana cara mengatasi kesulitan ini.


(36)

Rosi Nurfadillah, 2012 5.2 Saran

Berdasarkan faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan verba bersinonim yang telah dipaparkan di atas, penulis merekomendasikan saran sebagai berikut:

1. Untuk menunjang pemahaman lebih mendalam, memilih alat bantu pembelajaran yang tepat juga perlu diperhatikan. Seperti penggunaan kamus sinonim bahasa Jepang (ruigigo jiten) sebaiknya lebih diutamakan dibandingkan dengan menggunakan kamus terjemahan Jepang-Indonesia. Adapun kelompok belajar (benkyoukai) juga perlu diadakan oleh pembelajar untuk membahasa lebih mendalam mengenai penggunaan verba bersinonim.

2. Penulis merasa dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Terutama dalam pengumpulan dan analisis data penelitian. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar mengumpulkan data melalui wawancara dan menganalisis kesalahan dari segi joshi dan bentuk.


(37)

Rosi Nurfadillah, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2009. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Jim Breen’s. 2011. Online Japanese Dictionary Service. [Online]

Tersedia: http://www.csse.monash.edu.au/~jwb/cgi-bin/wwwjdic.cgi?1C Kindaichi, Kyousuke. 1958. Gakushu Kokugo Shinjiten. Tokyo: Shogakukan. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik (edisi ke-2).

Nomasa, Wako. 1995. Nihongo Daijiten (edisi ke-2). Jepang: Kodansha. Ookurashu Insatsu Kyouiku. 1990. Kihongo Yourei Jiten. Bunkachou.

Rachman, Sandy. 2008. Analisis Verba Nozomu dan Negau sebagai Sinonim. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Satou, Norimasa. 1994. Tsukaikata No Wakaru Ruigo Reikai Jiten. Jepang: Shougakukan.

Shibata, Takeshi dkk. 2002. Ruigo Daijiten. Jepang: Kodansha.

Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).


(38)

Rosi Nurfadillah, 2012

. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Tamotsu, Koizumi. 1996. Nihongo Kihondoushi Youhou Jiten. Tokyo.

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Offset Angkasa.


(1)

15 0,75 sedang

16 0,5 Sedang

17 0,25 Rendah

18 0,5 Sedang

19 0,5 Sedang

20 0,25 Rendah

21 0,25 Rendah

22 0,5 Sedang

23 0,5 Sedang

24 1 Kuat


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada BAB IV sebelumnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru dikaji dari kesalahan makna. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kesalahan yang dilakukan mahasiswa tingkat IV pada penggunaan verba nozomu sebanyak 45,54%, kemudian kesalahan penggunaan pada verba negau sebanyak 37,56% dan kesalahan penggunaan pada verba kibou suru sebanyak 16,90%.

2. Berdasarkan hasil analisis angket yang berisi mengenai kondisi, pemahaman dan upaya mahasiswa dalam memahami verba bersinonim, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesalahan mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Akademik 2012/2013 dalam penggunaan verba nozomu, negau dan kibou suru adalah sebagai berikut:


(3)

bersinonim karena diterjemahkan secara menyeluruh, tidak secara mendalam dan terpaku pada bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu.

b. Cara belajar mahasiswa yang terlalu mengandalkan apa yang diberikan pada perkuliahan saja. Tidak mencari referensi lain untuk memperluas pemahaman mengenai verba bersinonim.

c. Pengajaran dalam perkuliahan yang kurang membahas lebih detail mengenai verba bersinonim.

d. Ketidaktelitian dan kurangnya pemahaman mendalam mengenai penggunaan verba bersinonim, khususnya verba nozomu, negau dan kibou suru.

e. Upaya mahasiswa dalam mengatasi kesulitan dalam penggunaan verba bersinonim, khususnya verba nozomu, negau dan kibou suru hanya dilakukan oleh sebagian kecil saja. Hasil dari angket yang sangat jelas menunjukkan tidak semua mahasiswa mengatasinya dengan bertanya kepada dosen, teman atau senpai, mencari di kamus sinonim bahasa Jepang (ruigigo jiten). Bahkan ada sebagian kecil mahasiswa yang tidak tahu bagaimana cara mengatasi kesulitan ini.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan verba bersinonim yang telah dipaparkan di atas, penulis merekomendasikan saran sebagai berikut:

1. Untuk menunjang pemahaman lebih mendalam, memilih alat bantu pembelajaran yang tepat juga perlu diperhatikan. Seperti penggunaan kamus sinonim bahasa Jepang (ruigigo jiten) sebaiknya lebih diutamakan dibandingkan dengan menggunakan kamus terjemahan Jepang-Indonesia. Adapun kelompok belajar (benkyoukai) juga perlu diadakan oleh pembelajar untuk membahasa lebih mendalam mengenai penggunaan verba bersinonim.

2. Penulis merasa dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Terutama dalam pengumpulan dan analisis data penelitian. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar mengumpulkan data melalui wawancara dan menganalisis kesalahan dari segi joshi dan bentuk.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2009. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Jim Breen’s. 2011. Online Japanese Dictionary Service. [Online]

Tersedia: http://www.csse.monash.edu.au/~jwb/cgi-bin/wwwjdic.cgi?1C Kindaichi, Kyousuke. 1958. Gakushu Kokugo Shinjiten. Tokyo: Shogakukan. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik (edisi ke-2).

Nomasa, Wako. 1995. Nihongo Daijiten (edisi ke-2). Jepang: Kodansha. Ookurashu Insatsu Kyouiku. 1990. Kihongo Yourei Jiten. Bunkachou.

Rachman, Sandy. 2008. Analisis Verba Nozomu dan Negau sebagai Sinonim. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Satou, Norimasa. 1994. Tsukaikata No Wakaru Ruigo Reikai Jiten. Jepang: Shougakukan.

Shibata, Takeshi dkk. 2002. Ruigo Daijiten. Jepang: Kodansha.

Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).


(6)

. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Tamotsu, Koizumi. 1996. Nihongo Kihondoushi Youhou Jiten. Tokyo.

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Offset Angkasa.