PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN BIOLOGI KONSERVASI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL ACEH UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN DAN TINDAKAN KONSERVASI.

(1)

ABSTRACT... . v

KATA PENGANTAR... . vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... . viii

DAFTAR ISI... . xi

DAFTAR TABEL... . xiii

DAFTAR GAMBAR... . xiv

DAFTAR LAMPIRAN... . xvi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang M a s al a h ... . 1

B. Kerangka Pemikiran... . 10

C. Rumusan Masalah... . 11

D. Pertanyaan Penelitian ... . 11

E. Tujuan Penelitian ... . 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

G. Penjelasan Istilah ... 14

H. Penelitian yang Relevan ... 17

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL, KEARIFAN LOKAL, LITERASI LINGKUNGAN, DAN TINDAKAN KONSERVASI DALAM PERKULIAHAN BIOLOGI KONSERVASI A. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... . 20

B. Teori Belajar Konstruktivisme Sosial ... . 26

1. Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development) ... . 27

2. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development) ... . 28

3. The More Knowledgeable Other (MKO)... . 29

C. Kearifan Lokal ... . 29

D. Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh ... . 36

E. Literasi Lingkungan ... 39

F. Tindakan Konservasi ... . 42

H. Biologi Konservasi ... . 46

1. Hutan dan Kehutanan ... . 46

2. Peranan Budidaya Hutan dalam Kehutanan... 48

3. Peranan Ekologi Hutan dalam Pengelolaan Hutan... . 50

4. Konsep Ekosistem dalam Pengelolaan Hutan ... . 54

BABIIIMETODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... . 56

1. Tahap I Studi Pendahuluan ... . 56

2. Tahap II Perencanaan Program ... . 58

3. Tahap III Pengembangan Program ... . 59


(2)

BABIVHASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN

A. StudiPendahuluan ... . 71

1. Analisis Kebutuhan... . 71

2. Studi Dokumentasi...………... . 72

3. Studi Lapangan... . 74

a. Kearifan Lokal Masyarakat di sekitar Hutan Ulu Masen ………. . 74

b. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Konservasi di LPTK………. . 80

c. Pendapat dan Pandangan dari Peserta Didik dan Pendidik…….. . 81

B. Perencanaandan Pengembangan P2BK………….…... . 83

1. PerencanaandanPengembangan P2BK dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh... . 84

2. Pengembangan Silabus dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh ... . 96

3. Pengembangan Tes Biologi Konservasi... . 98

C. Validasi Program... . 98

1. Penilaian Ahli dan Perbaikan Program Perkuliahan... . 98

2. Uji Coba Program... . 100

D. Implementasi Program ... . 103

1. Pengaruh P2BK dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Acehterhadap Peningkatan Literasi Lingkungan ... . 108

2. Pengaruh P2BK dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh terhadap Peningkatan Tindakan Konservasi... . 127

3. Tanggapan Mahasiswa terhadap Program yang Telah Dilaksanakan ... . 145

4. Keunggulan P2BKdengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh... 148

5. Temuan Penelitian ... . 149

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan…... . 151

B. Implikasi…... . 152

C. Saran…... . 153

DAFTAR PUSTAKA…...... . 155


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bencana tsunami pada bulan Desember 2004 dan MoU perdamaian yang disepakati pada bulan Agustus 2005 telah membuka keterisoliran Aceh selama lebih dari 30 tahun. Banyak pihak telah mengulurkan tangan untuk membantu proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh yang masih berjalan hingga saat ini.Bencana tersebut berdampak terhadap seluruh masyarakat di Aceh dan kebutuhan untuk pemulihan dan rekonstruksi telah membawa perhatian terhadap kekayaan sumber daya alam (SDA) di Aceh serta masalah-masalah lingkungan dan sosial apabila penggunaan sumber daya ini tidak ditangani dengan baik.

Kebebasan masyarakat Aceh untuk mengeksplorasi SDA (misalnya penjarahan hutan) akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak pertama adalah kerusakan habitat.Koordinator Nasional Greenomics (Dewi, 2008) menyebutkan, saat ini kerusakan hutan di Acehsudah mencapai 50 persen.

Dampak kedua hilangnya hutan adalah terjadinya bencana banjir di musim penghujan, tanah longsor, dan kekeringan di musim kemarau (Alikodra, 1987).Menurut catatan Walhi (2009), frekuensi bencana banjir yang melanda provinsi Aceh setiap tahun terus meningkat.Hal ini selain disebabkan terjadinya perubahan iklim, juga dipengaruhi oleh luas hutan Aceh yang tiap tahunnya terus mengalami pengurangan akibat deforestrasi (hilangnya lahan hutan).Laju pengurangan luas hutan ini disebabkan makin tingginya aktivitas pengelolaan


(4)

SDA seperti penambangan di berbagai sektor, perkebunan skala besar, dan illegal logging (pembalakan liar).Kerusakan hutan tersebut turut mengancam daerah aliran sungai (DAS) di Aceh.

Dampak ketiga adalah konflik satwa liar,diantaranya gajah dan harimau yang masuk ke perkampungan masyarakat.Khususnya gajah di Aceh Jaya sudah sangat memprihatinkan, bahkan sudah menimbulkan korban jiwa pada pihak masyarakat, seperti yang pernah terjadi di Desa Cot Pange, Kecamatan Sampoiniet, dan Desa Bukit Keumuneng, Sarah Raya Kecamatan Teunom (Pepe, 2009).Kasus penyerangan harimau terhadap ternak masyarakat di desa Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar, intensitasnya cukup tinggi.Kegiatan illegal logging yang marak di sekitar lokasi dan perburuan rusa diperkirakan sebagai mata rantai rusaknya habitat.Hal ini sangat berpengaruh pada keterbatasan mangsa bagi sang “Rimueng” (harimau). Dengan kemampuan jarak jelajah sampai puluhan kilometer, kekuasaan harimau ini dapat sangat luas per individunya (Rully, 2007). Walaupun ada kerusakan lingkungan, sudah dilakukan usaha konservasi oleh Fauna Flora International Aceh Programme(FFIAP).Dalam kapasitasnya sebagai salah satu lembaga konservasi alam FFIAP sedang mengembangkan salah satu metode penyadaran masyarakat melalui pendidikan lingkungan dalam lingkup program hutan dan lingkungan Aceh (Aceh Forest and Environmental Project-AFEP). Kegiatan ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat akan pelestarian hutan dan lingkungan Aceh secara berkelanjutan (Arifien, 2008).


(5)

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh FFI di Aceh sejak 1998 bekerjasama dengan Badan Konservasi Alam-Aceh, pemerintahan kabupaten, tokoh tradisional dan masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Perlindungan satwa-satwa endemik dan kawasan konservasi Aceh (Balai Konservasi Provinsi NAD, 2007).

2. Perlindungan terhadap area hutan „Ulu Masen‟ seluas 750.000 hektar atau 7.388 Km2 meliputi lima kabupaten di Aceh Utara-Barat (sejak 2003) dan memastikan konservasi jangka panjang terhadap keanekaragaman hayati yang dimiliki (Anonimous, 2006; Anonimous, 2009).

3. Mendistribusikan bantuan bagi korban bencana banjir dan tanah longsor di pesisir pantai timur NAD (Anonimous, 2007).

4. Mencari penyelesaian konflik satwa liar (Pepe, 2009) dan kasus penyerangan harimau terhadap ternak masyarakat di desa Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar (Rully, 2007).

5. Membentuk Conservation Response Unit (CRU) gajah liar Sarah Deu di Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya (Selasa, 21 April 2009) (Pepe, 2009; Zulfahmi, 2009).

6. Kegiatan pendidikan ramah lingkungan di SD wilayah Mukim Pante Purba bertujuan untuk mendidik siswa agar peduli terhadap lingkungan di sekitarnya, seperti fungsi penanggulangan sampah dan pemanfaatan air bersih (Senin, 20 April 2009) (Pepe, 2009).

7. Membuat buku modul, kurikulum dan silabus pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup (PALH) (2008); mensosialisasikannya pada


(6)

SMA/MA di Banda Aceh (2009); pelatihan penggunaan modul pelestarian alam dan lingkungan hidup bagi 19 orang guru SMA/MA (5 - 6 Maret 2009) dengan respon dan sikap guru terhadap materi dalam buku PALH sangat baik (Silfi, 2009b).

8. Kegiatan kunjungan siswa sekolah dasar(SD) menggunakan metode dan strategi penyampaian materi; kegiatan menggambar hutan (fauna, flora, air); kegiatan di luar ruangan (outdoor activity) dengan konsep nature game atau permainan alam; kegiatan pementasan atau pertunjukan panggung boneka; dan pemutaran film (Silfi, 2009c).

9. Lokakarya Konservasi “Rencana Aksi Gajah Sumatera dan Kalimantan serta Harimau Sumatera” di Padang, Sumatera Barat (29 -31 Agustus 2007) (Hadi, 2007).

10. Pelatihan Guru Pendidikan Lingkungan “Cara Efektif Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa” di Kecamatan Teunom (14 April 2007) (Hadi dan Monica, 2007).

Kegiatan konservasi alam FFIAP ini bertujuan untuk mempertahankan spesies-spesies tumbuhan dan hewan agar tetap lestari dan berfungsi sebagai sumber gen (DNA, pembawa sifat). Upaya untuk melakukan konservasi alam dapat dilakukan melalui pendidikan dari mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi (Munandar, 2009). Cara penanggulangan bencana global adalah dengan menyadarkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dengan cara pendidikan biologi konservasi sejak dini. Pengetahuan tentang konservasi sangat diperlukan untuk mengubah sikap tentang pengelolaan satwa liar dan


(7)

habitatnya.Penelitian yang dilakukan oleh Thody et al. (2009) tentang program pendidikan partisipasi sukarelawan dalam proyek konservasi spesies terancam punah dan berbahaya dan membantu perkembangan sikap individu, menunjukkan hasil bahwa program dapat meningkatkan pengetahuan, apresiasi sukarelawan pada kebijakan konservasi spesies yang terancam punah dan berbahaya, dan minat mendukung konservasi.

Diperlukan penyadaran semua pihak untuk melaksanakan pembelajaran biologi konservasi untuk meningkatkan literasi lingkungan.Penelitian tentang pengembangan instrumen literasi lingkungan untuk mengukur pengetahuan, sikap, perilaku, dan ketrampilan telah dilakukan (Chu et al., 2007).Hasilnya menunjukkan bahwa korelasi antara sikap dan perilaku adalah paling kuat, sedangkan antara pengetahuan dan perilaku adalah paling lemah.Selain itu ditemukan pulabahwa jenis kelamin, latar belakang sekolah orang tua, dan sumber dari mana siswa memperoleh informasi lingkungan mempengaruhi literasi lingkungan.

Pendidikan biologi konservasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam. Undang-undang No. 5 tahun 1990 telah mengatur tentang konservasi keanekaragaman hayati, termasuk pengelolaan sumber daya alam hayati dengan tiga hal, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Berlandaskan undang-undang tersebut hendaknya masyarakat peduli akan pentingnya keanekaragaman hayati di sekitarnya. Namun masyarakat


(8)

Indonesia masih kurang peduli akan lingkungan sekitar. Penebangan pohon semena-mena di hutan adalah contoh paling nyata bahwa masyarakat tidak peduli dengan lingkungannya tersebut. Padahal hutan merupakan benteng terakhir untuk melindungi flora dan fauna, disamping fungsinya untuk mencegah banjir, kekeringan, dan mengurangi gas emisi rumah kaca penyebab pemanasan global.

Kita semua hendaknya menanamkan tentang konservasi, pentingnya menjaga satwa-satwa liar di habitatnya dan memelihara lingkungan sejak dini.Oleh sebab itu pengetahuan tentang konservasi, flora dan fauna yang terancam punah sudah saatnya dimasukkan dalam muatan kurikulum mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.Pembelajaran konservasi, flora dan fauna yang terancam punah dan lingkungan hidup hendaknya disampaikan secara menarik dengan melibatkan aspek kognitif (otak, kecerdasan), afektif (perasaan), motorik (gerakan) dan sosial (hubungan antar manusia).Van Den Berg and Dann (2008) telah melakukan penelitian mengenai ConservationStewards Program(CSP)dengan cara menarik perhatian audien Extension, meningkatkan pengetahuan ekosistem pelajar, memperbaiki sikap pengelolaan sumber daya, dan membantu perkembangan ketrampilan mengakses informasi ekologis, menunjukkan hasil bahwaCSP dapat merancang kurikulum, menerapkan program penuntun, mengevaluasi proses program dan dampak konservasi.

Dari hasil evaluasi kegiatan Fauna Flora International(FFI)diketahui ada beberapa kendala yang dihadapi, baik teknis maupun muatan kegiatan, terutama terkait dengan kapasitas pendidik. Secara teknis, kendala ada pada peralatan dan


(9)

tatalaksana kegiatan misalnya pemutaran film tidak dapat dilakukan di semua SD karena ketiadaan arus listrik, “genset” yang ada diduga tidak dapat mendukung penggunaan LCD dan laptop secara bersamaan. Terkait dengan muatan materi kendala terletak pada kapasitas pendidik. Dua kendala ini dapat diatasi, namun kedepan perlu perhatian lebih besar terutama untuk kapasitas pendidik(Silfi, 2009a).

Peningkatan SDM (guru) dalam pendidikan biologi konservasi dilakukan FFI melalui pelatihan dan workshop ”Konsep Konservasi” supaya mutu guru meningkat dengan bertambahnya wawasan cara berpikir konservasi yang luas sehingga mutu pendidikan konservasi akan meningkat pula. Respon guru terhadap gagasan pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup di Aceh sangat baik. Data yang telah dianalisis menunjukkan bahwa perasaan positif para pendidik mencapai nilai positif 20,8 dari total 25 nilai positif atau sejumlah 83% peserta memiliki perasaan dan sikap yang positif terhadap gagasan untuk menerapkan PALH di Aceh. Respon kognitif menunjukkan bahwa 78% guru telah memiliki cara berfikir dan cara pandang yang positif terhadap kemampuan pembelajaran PALH (Silfi, 2009a). Materi pelajaran PALH diujicoba sebagai muatan lokal di Aceh sejak 28 Juli 2009 lalu pada sembilan SMA yang tersebar di beberapa kabupaten (Silfi, 2009d).

Untuk memiliki kapasitas pendidik yang baik dan keberlangsungan program PALH di masa datang maka perlu adanya respon positif pihak sekolah dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam menerapkan dan mengembangkan program ini.Untuk itu diperlukan pengadaan tenaga pendidik


(10)

calon guru yang memadai sesuai dengan tuntutan kurikulum biologi konservasi.LPTK sebagai lembaga penghasil guru diharapkan memiliki program penyiapan calon guru biologi yang dapat mendukung program PALH tersebut.Hasil observasi pada beberapa LPTK di Aceh saat ini misalnya Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, FKIP Universitas Serambi Mekkah, Fak. Tarbiyah IAIN Ar-Ranniry Banda Aceh, dan FKIP Al-Muslim Bireuen belum mengembangkan kurikulum biologi konservasi secara khusus. Untuk itu perlu penelitian dan pengembangan tentangProgram Perkuliahan Biologi Konservasi(P2BK) agar calon guru lulusan LPTK mempunyai kapasitas dan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap biologi konservasi.

Sementara pembelajaran biologi konservasi yang dilaksanakan selama ini hanya mempelajari pengetahuan ekologi dan konservasi saja.Dengan demikian sangat diperlukan adanya pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAcehyang mempelajari pengetahuan (pengetahuan tentang sejarah alam dan ekologi, isu-isu lingkungan dan permasalahannya, sosial-politik-ekonomi daerah Aceh), keterampilan kognitif, afektif, tindakan untuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Apriana dkk.(2011b),dari analisis kebutuhan, studi dokumentasi, dan studi lapangan diperoleh hasilbahwapembelajaran Biologi Konservasiyang dilaksanakan selama ini hanya mempelajari pengetahuan ekologi dan konservasi yang dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, informasi, tanya jawab, dan penugasan tanpa praktikum dan kuliah lapangan. Ditemukan pula bahwa dosen tidak berupaya mengaitkan materi dengan situasi nyata kehidupan mahasiswa


(11)

sesuai konteks kehidupan masyarakat Aceh (pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh tidak digunakan), sebagian besar mahasiswa kurang aktif (tidak mengajukan pertanyaan, dan tidak mengemukakan pendapat), dan bahan kuliah atau buku sulit didapat (terutama dalam bahasa Indonesia),sehingga sangat diperlukan adanya pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Acehuntuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAceh.Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2004).Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalammasyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaranmasyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnyaberkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan(Sartini,2004).Kelembagaanmasyarakat (lembaga adat) dan kearifan lokal Aceh terhadap pemanfaatanhutan masih berlaku sampai sekarang yang kemudianditerjemahkan kepada peraturan-peraturan desa (Purwantodkk., 2008; Dwi, 2009).Dalam hal ini P2BKditeliti dan dikembangkan melalui pendekatan


(12)

kontekstual berbasis kearifan lokalAceh sesuai kondisi dan isu yang berkembang di daerah Aceh.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diambil tema penelitian “Pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAcehuntuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi melalui perkuliahan di perguruan tinggi”.

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali denganstudi pendahuluan melalui analisis kebutuhan (kebutuhan pada pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi), studi dokumentasi (kurikulum biologi konservasi, catatan mahasiswa), studi lapangan (identifikasi kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen, pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi) dan pengembanganP2BKyang sesuai dengan keadaan di provinsi Acehdan sekitar kampus dalam rangka membantu mahasiswa mengetahui dan memahami lingkungan sekitar, meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi. Materi P2BKdikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan.

P2BKyang dikembangkan dan diujicobakanmencakup enam tahap, yaitu: pengenalan flora fauna Aceh; pengembangan rasabertanggungjawab melalui film dokumenter; kerja ilmiah melalui observasi dan eksperimen pada laboratorium lapangan (field laboratorium);kolaborasi dengan masyarakat dan lembaga adat; membuat koneksi melalui hubungan sebab akibat;pemberian tindakan dan refleksi melalui tes kognitif. Ujicobaprogram dilakukan di dalam dan di luar kelas sesuai dengan prinsip-prinsip dan metodependekatan kontekstualberbasis kearifan


(13)

lokalAceh yang dilakukan di alam terbukamencakup aspek-aspek: pengembanganfisik, sosial, intelektual, spiritual, emosional, dan karakter individu berkaitandengan pemecahan masalah konservasi. Alur pemikiran tertuang dalam Gambar1.1.

Umpan balik

Gambar 1.1.Bagan Alur Pemikiran Penelitian

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka secara umum permasalahan yang diupayakan solusinya dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Acehuntuk meningkatkanliterasi lingkungan dan tindakan konservasi dikembangkan?”

D. Pertanyaan Penelitian

Analisis Kebutuhan

Masukan:

 Kearifan lokal Aceh

 Isu & permasalahan di lingkungan sekitar

P2BK

Instrumen:

Pedoman Perkuliahan Biologi Konservasi & Kurikulum PT

Pendekatan, metode, dan strategi perkuliahan Pelaksana Pengelola Sistem pendidikan nonformal Kerjasama:

Inter pendidikan nonformal

Instansi terkait Pelaksanaan

P2BK

Proses pengelolaan perkuliahan

Keluaran:

Pengetahuan & pemahaman

Tanggapan

Hasil kegiatan

Kinerja

Hasil pendidikan:

Literasi lingkungan


(14)

Permasalahan dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana keberadaan kearifan lokalmasyarakat di sekitar hutan Ulu Masen dan aplikasinya?

2. Bagaimana pengembangan P2BKdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dan aplikasinya?

3. Sejauhmana program yang dilaksanakan dapat meningkatkan literasi lingkungan pada diri mahasiswa?

4. Sejauhmana program yang dilaksanakan dapat meningkatkan tindakan konservasi?

5. Apa tanggapan mahasiswa terhadap program yang telah dilaksanakan? E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Mengembangkan P2BKyang terintegrasi antara perkuliahan di kelas dengan kegiatan lapangan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi keberadaan kearifan lokalmasyarakat di sekitar hutan Ulu Masendan aplikasinya. Melalui identifikasi ini dapat diupayakan cara untuk mempermudah dosen dalam mengetahui ruang lingkup kajian kearifan lokalmasyarakat di sekitar hutan Ulu MasenProvinsi Acehdan aplikasinya


(15)

serta hubungannya dengan materi biologi konservasi yang telah termuat dalam perkuliahan dan mengembangkannya.

b. Mengungkapkan ruang lingkup pengembangan materi program dan aplikasinya. Ruang lingkup materi program dan aplikasinya terkait dengan pengembangan literasi lingkungan dan tindakan konservasi. Melalui gambaran ini, maka dapat diketahui keefektifan dan keefisienan program. c. Mengetahui peningkatan literasi lingkungan pada diri mahasiswa dan

mengungkapkan pengembangannya sebagai hasil dari implementasi P2BK. Melalui gambaran literasi lingkungan, maka P2BK dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, sikap mahasiswa terhadap lingkungan.

d. Mengungkapkan peningkatan tindakan konservasi sebagai hasil dari implementasi P2BK. Melalui gambaran ini, maka P2BK dapat mengembangkan area konservasi.

e. Mengungkapkan tanggapan mahasiswa terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Melalui gambaran tanggapan mahasiswa, maka implementasi P2BK melalui kegiatan lapangan dapat menantang, menyenangkan, menarik dan membantu meningkatkan pemahaman materi perkuliahan di kelas.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Dari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh P2BKyang sudah diujicoba,efektif, terintegrasi dalam perkuliahan dan kegiatan lapangan yang mampu memperjelas pembelajaran di kelas, mengembangkan literasi lingkungan sampai pada tindakan konservasinya.


(16)

2. Manfaat Praktis a. Mahasiswa

Bagi mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu mengembangkan literasi lingkungan sampai pada tindakan konservasi secara nyata; memberikan motivasi dan kesanggupan bekerja secara individu ataubersama dalam mengatasi kerusakan lingkungan disekitarnya; mengembangkan keterampilan berpikir, menganalisis, memecahkan masalah dan kemampuan bertindak melalui proses ilmiah; serta membantu memperjelas materi perkuliahan di kelas sesuai standar kelulusan yang harus dicapai Perguruan Tinggi.

b. Perguruan Tinggi

Bagi Perguruan Tinggi hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai motivasi dalam mengembangkan kegiatan lapangan yang bervariasi (tidak monoton) dan berkesinambungan.Selain itu hasil penelitian dapat membantu mengembangkan materi dan strategi perkuliahan di luar kelas yang mendukung pemahaman materi perkuliahan di kelas.

c. Instansi Terkait

Bagi instansi terkait yang bergerak dalam pengelolaan biologi konservasi hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kesadaran masyarakat dalam mengatasi kerusakan lingkungan.Keterlibatan mahasiswa dalam tindakan konservasi dapat meningkatkan kepercayaan intansi terkait pada mahasiswa agar melakukan tindakan-tindakan konservasi, sekaligus membantu mengembangkan model pengelolaan lingkungan yang melibatkan mahasiswa.


(17)

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuatlah definisi sebagai berikut.

1. Program Perkuliahan Biologi Konservasi (P2BK)

P2BKadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan bersama-sama terkait dengan pendekatan kontekstualberbasis kearifan lokalAcehuntuk mengembangkan literasi lingkungan dan melaksanakan konservasi, serta membantu memperjelas materi perkuliahan di kelas berdasarkan konsep mahasiswa.

2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning, CTL) merupakan strategi belajar yang dapat membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme (constructivism),menemukan (inquiry),bertanya

(questioning),masyarakat belajar (learning community),pemodelan

(modelling),refleksi (reflection),dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi, 2004).


(18)

Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local)yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikutioleh anggota masyarakatnya (Sartini,2004). Bentuk-bentuk kearifan lokal dalammasyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus (Sirtha,2004). Fungsi dan makna kearifan lokal yaituuntuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam (Balipos, 2003). 4. Literasi Lingkungan

Literasi lingkungan adalah pengetahuan dan pemahaman individu terhadap konsep dan prinsip-prinsip yang terjadi di lingkungan.Melalui pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsip tersebut individu mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan berperan aktif dalam mengatasi kerusakan lingkungan baik secara individu maupun kelompok (Coyle, 2004). Literasi lingkunganmencakup enam komponen (pengetahuan tentang sejarah alam dan ekologi, pengetahuan tentang isu-isu lingkungan dan permasalahannya, pengetahuan sosial-politik-ekonomi, keterampilan kognitif, afektif (faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku bertanggungjawab terhadap lingkungan), dan tindakan (perilaku bertanggungjawab terhadaplingkungan)) dan 40 sub komponen (Erdogan et al., 2009).

5. Tindakan Konservasi

Tindakan konservasi didefinisikan sebagai upaya pengelolaan yang dilakukan individu dalam memanfaatkan area konservasi, sehingga memberikan keuntungan dan keberlanjutan bagi semua sistem kehidupan. Pengertian tindakan konservasi ini mencakup: aspek perlindungan, pemeliharaan, cara-cara


(19)

pemanfaatan secara berkelanjutan, dan restorasi(Indrawan dkk., 2007).Tindakan konservasi dilakukan mahasiswadi lingkungan sekolah, Pusat Latihan Gajah Saree Aceh Besar, Tahura Saree Aceh Besar, Kebun Binatang Mini Jantho Aceh Besar, dan lingkungan kampus.Tindakan konservasi ini mencakup aspek tindakan konservasimenjaga, memelihara, dan memperbaiki.

H. Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka meneliti program, dampak, tindakan konservasi, dan literasi lingkungan.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kesediaan membayar termasuk biaya, usia responden, dan kesadaran individu pada program konservasi melindungi koridor lingkungan di tepi sungai (Blaine and Smith, 2006).

Peneliti lain mengungkapkan bahwa pengalaman Water Fair sesuai kebutuhan karena pembelajaran hands-on untuk konservasi air dan persoalan mutu(Francisand Rothlisberger, 2006).Konservasi biokultural di Taman Ethnobotanical Omora Amerika dapat menetapkan 10 prinsip tindakan konservasi Omora (Rozzi et al., 2006).

DeMouche et al.(2007) memperoleh gambaran bahwa apresiasi partisipan lebih baik mengenai terbatasnya sumber daya air melalui tindakan pengukuran rutin dan perbandingan ruang timbulnya hujan pada network berbasis komunitas untuk mengukur dan memetakan hujan dalamkonservasi air.Van Den Berg and Dann (2008)telah merancang kurikulum, menerapkan program penuntun, mengevaluasi proses program dan dampak konservasimenyimpulkan bahwa


(20)

Conservation StewardsProgram (CSP) menarik perhatian pelajar, meningkatkan pengetahuan ekosistem, memperbaiki sikap pengelolaan sumber daya, dan membantu perkembangan ketrampilan mengakses informasi ekologis.

Responden melaporkan frekuensi tindakan konservasi air pada rumah tangga.Skala New Human Interdependence Paradigm(NHIP) lebih baik dibanding skala Human Exception Paradigm(HEP) - New Environmental Paradigm(NEP) pada penelitian tentang pengaruh pemikiran falsafah HEP-NEP dan NHIP di konservasi air (Verdugoet al., 2008).Program pendidikan partisipasi sukarelawan dalam proyek konservasi spesies terancam punah dan berbahaya dan membantu perkembangan sikap individu dapat meningkatkan pengetahuan, apresiasi sukarelawan pada kebijakan konservasi spesies terancam punah dan berbahaya, dan minat mendukung konservasi(Thody et al., 2009).

Penelitian tentang literasi lingkungan antara lain: McDougall, Ibanez and White (2006), bahwa proses asesmen proyek percontohan berfokus studi kasus dengan operasional network mengamati sistem muara dapatmencapai literasi lingkungan dengan Sistem Data Pengamatan NOAA.Chuet al. (2007) menyatakan bahwa korelasi antara sikap dan perilaku adalah paling kuat, sedangkan antara pengetahuan dan perilaku adalah paling lemah.Ditemukan pula bahwa jenis kelamin, latar belakang sekolah orang tua, dan sumber dari mana siswa memperoleh informasi lingkungan mempengaruhi literasi lingkungan; pada pengembangan instrumen literasi lingkunganuntuk mengukur pengetahuan, sikap, perilaku, dan ketrampilan.


(21)

Analisisenam komponen dasar literasi lingkungan menunjukkan bahwa banyak perhatian pada pengetahuan (pengetahuan ekologi, pengetahuan sosial-politik, pengetahuan isu-isu lingkungan), sedikit pada keterampilan kognitifdan sikap, beberapa untuk prilaku bertanggungjawab pada lingkungan(Erdogan et al., 2009).Analisis perubahan tahapan peta konsep siswa dalam literasi lingkunganmenemukan bahwa terjadi peningkatan signifikanpadapetaproposisi, dan kompleksitas grafis mendukung bagaimana siswa mengembangkan ketrampilanpengetahuan artikulasi dan menunjukkan lebih banyak pemahaman kontenliterasi lingkungan(Meagher, 2009).


(22)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini didesain dengan metodeResearch and Development dan dilakukan menggunakan desainQuasi Experimentdengan One Group Pretest-Postest Design (Creswell, 2008).Metode ini menggunakansatu kelompok penelitian quasi eksperimen dan dikenai perlakuan pretes dan postes.

A. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam pengembangan P2BK ini meliputi beberapa tahap yang digambarkan sebagai Gambar 3.1.Padagambar tersebut dapat dikemukakan deskripsi dari setiap tahap penelitian dalam pengembangan P2BK sebagai berikut.

1. Tahap I Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan ini, studi yang dilakukan dibedakan pada fokus kajian yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Analisis Kebutuhan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan produk (program perkuliahan).Need assessment dilakukan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik maupun pendidik pada pelaksanaan pembelajaran konsep biologi konservasi.Pengumpulan informasi dilakukan melalui studi literatur dan studi lapangan.


(23)

PENDAHULUAN PROGRAM PROGRAM PROGRAM PROGRAM

b. Studi Literatur

Pada bagian ini dilakukan kajian terhadap berbagai hasil penelitian tentang konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi; teori pendekatan

1.Analisis Kebutuhan

2.Studi Literatur

- Berbagai penelitian tentang konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi - Teori pendekatan kontekstual - Teori tentang

kearifan lokal - Kajian teori

tentang konsep biologi konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi 1.Membuat konteks kearifan lokal Aceh dari konsep biologi konservasi 2.Menetapkan kriteria keberhasilan dan jenis instrumen yang akan digunakan 3.Merancang instrumen penelitian 4.Melakukan uji

coba instrumen 5.Membuat produk awal program perkuliahan yang akan dikembangkan

3. Studi Lapangan

- Identifikasi kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen - Penerapan

pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajaran biologi konservasi - Kondisi dan

kinerja mahasiswa dan dosen Membuat desain pengembang-an P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Acehdalam pembelajaran Revisi Program 1.Pengolahan data 2.Refleksi dan

evaluasi program perkuliahan yang

dikembangkan 3.Perbaikan dan

penyempurnaan program perkuliahan yang dikembangkan Uji Coba Program

- Uji coba program pada subjek yang dipilih - Observasi - Refleksi dan

evaluasi program -

Penyempur-naan program 1.Validasi ahli

/ Expert Judgement 2.Merevisi produk berdasarkan Review Para Ahli Analisis Data Kesimpulan PRODUK AKHIR Desain Quasi Eksperimen Pretes Program perkuliahan Postes


(24)

teori tentang kearifan lokal; kajian teori tentang pedagogi materi subyek dan karakter konsep biologi konservasi, literasi lingkungan, dan tindakan konservasi melalui berbagai sumber, baik buku teks, artikel, laporan penelitian, internet, pendapat para ahli.

c. Studi Lapangan

Pada bagian ini dilakukan studi lapangan mengenai identifikasi kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen; pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi di LPTK, terutama difokuskan pada penerapan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAceh dalam pembelajaran, dilakukan di program studi pendidikan biologi yang melibatkan 27 mahasiswa dan dua dosen biologi; kondisi dan kinerja mahasiswa dan dosen; serta berbagai pendapat dan pandangan dari peserta didik dan pendidik mengenai karakteristik dan pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi. Pengambilan data pada studi lapangan menggunakan metode observasi, kuesioner, dan wawancara, kemudian diolah menggunakan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan karakter data dan kebutuhan informasi.

2. Tahap II Perencanaan Program

Pada tahap perencanaan program, dibuat konteks berbasis kearifan lokal Aceh dari konsep biologi konservasi, menetapkan kriteria keberhasilan dan jenis instrumen yang digunakan(merumuskan indikator dan kriteria ketercapaiannya), merancang instrumen penelitian untuk mengukur keberhasilan tiap indikator, melakukan uji coba instrumen, dan mengembangkan produk awal program


(25)

kearifan lokalAceh, dan tes biologi konservasi). 3. Tahap III Pengembangan Program

Pada tahap pengembangan program perkuliahan ini, dibuat desain P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajarannya.P2BK dikembangkan berdasarkan hasil temuan pada tahap I, yaitu analisis kebutuhan, kajian teori dan studi lapangan, serta dengan mempertimbangkan hasil perencanaan programyang diperoleh pada tahap II.

P2BK yang dikembangkan bersifat holistik dan situasional, sehingga tidak berkontribusi terhadap satu masalah saja tetapi juga membantu menyelesaikan masalah lainnya terkait dengan lingkungan sekitar peserta didik.Pengembangan P2BK dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh meliputi pengembangan silabus dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dan tes biologi konservasi yang dilakukan menggunakan analisis pengembangan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan dan kearifan lokal Aceh.

P2BK dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dikembangkan berdasarkan studi pendahuluan melalui analisis kebutuhan, studi dokumentasi, dan studi lapangan.Rush et al. (1999) menjelaskan sebelum menentukan komponen-komponen dari suatu program perlu dilakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu, sehingga hasil program sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan tidak terjadi kesenjangan yang terlalu menonjol.


(26)

Pada tahap validasi pengembangan program perkuliahan ini, dilakukan dua tahap validasi, yaitu validasi ahli (expert judgement)dengan memintapendapat dan pandangan beberapa ahli pembelajaran biologi konservasi mengenai program perkuliahan yang dikembangkan, lalu dilakukan validasi lapangan melalui uji coba lapangan, dan revisi program. Masing-masing tahap validasi dan revisi programdiuraikan sebagai berikut.

a. Validasi Ahli (Expert Judgement)

Pada pelaksanaan validasi ahli diperlukan tujuh ahli pada bidang yang terkait dengan konteks kearifan lokalAceh, pedagogi materi subjek, strategi dan program perkuliahan yang dikembangkan, untuk menimbang kelayakan program perkuliahan yang dikembangkan. Validasi dilakukan mulai dari rumusan tujuan perkuliahan, konsep/materi ajar, konteks, kearifan lokal Aceh,komponen pendekatan konstektual, metode, media,LKM, indikator penilaian, instrumen, alokasi waktu,pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAceh, dan disain program perkuliahan yang dikembangkan. Dari validasi ahli didapatkan beberapa catatan perbaikan, untuk melakukan penyempurnaan rancangan program perkuliahan yang dikembangkan, sehingga diperoleh suatu rancangan P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajarannya untuk meningkatkan literasi lingkungan dan tindakan konservasi.


(27)

Hasil rancangan yang telah divalidasi berdasarkan pandangan dan pendapat para ahli kemudian diujicoba pada lingkungan pembelajaran yang sesungguhnya, yaitu pada pembelajaran biologi konservasi di LPTK.Program perkuliahan dan konteks berbasis kearifan lokal Aceh tersebut diuji coba pada skala terbatas yang melibatkan 30 mahasiswa, tiga pengamat pembelajaran di dalam kelas, dan tujuh pengamat pembelajaran di luar kelas.Pada pelaksanaan uji coba ini semua aspek baik proses maupun hasil pembelajaran biologi konservasi diamati sesuai indikator dan instrumen yang telah disiapkan. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan melalui metode observasi dan wawancara.Observasi difokuskan pada keterlaksanaan perkuliahan Biologi Konservasi dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajarannya.Untuk mengamati dampak penerapan program perkuliahan yang dikembangkan terhadap hasil belajar, dilakukan wawancara terhadap pendidik dan peserta didik untuk memperoleh pendapat dan pandangan mengenai program perkuliahan yang dikembangkan.

c. Revisi Program

Berdasarkan hasil validasi ahli dan validasi lapangan, maka pada tahap ini dilakukan revisi program perkuliahan yang telah dikembangkan.Pada tahap ini dilakukanpengolahan data, refleksi dan evaluasi program perkuliahan yang dikembangkan, perbaikan dan penyempurnaan program perkuliahan yang dikembangkan. Hasil dari tahap ini adalah diperoleh P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajarannya


(28)

P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajaran ini, diharapkan juga dapat digunakan pada berbagai konsep lingkungan dan ekologi dalam bidang biologi atau bahkan pada bidang ilmu lainnya.

5. Tahap V Implementasi Program

Kegiatan selanjutnya adalah implementasi produk akhir dengan menggunakan metode quasi eksperimen.Implementasi program melibatkan 33 mahasiswa, empat pengamat pembelajaran di dalam kelas, dan tujuh pengamat pembelajaran di luar kelas.Subyek penelitian yaitu kelompok eksperimen.Kelompok diberi pretes untuk mengukur kemampuan awalnya.P2BK dengan menerapkan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Aceh dalam pembelajarannya diimplementasikan terhadap subyek penelitian dalam kelompok eksperimen.Setelah implementasi program kelompok diberi postes.

Pada implementasiprogram ini, untuk melihat keunggulan program yang dikembangkan dengan cara membandingkan hasil pretes dan postes, baik terhadap penguasaan konsep, literasi lingkungan maupun tindakan konservasi, dan rancangannya adalah sebagai berikut.

Kelompok Eksperimen O1 X1 O1’

Keterangan:

O1= pretes, O1' = postes

Xl= Pembelajaran dengan program yang dikembangkan


(29)

literasi lingkungan dan tindakan konservasi.

Pengumpulan data pada kegiatan implementasi dilakukan melalui:

 Observasi implementasi program.

 Penyebaran kuesioner untuk mahasiswa.

 Administrasi perangkat tes terhadap subyek penelitian (pretes dan postes). Data-data yang terkumpul diolah, dianalisis dan diinterpretasi dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan jenis data.Untuk selanjutnya diambil kesimpulan.

Secara keseluruhan tujuan akhir dari implementasi program adalah mendapatkan produk akhir yang menjadi bahan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas dan adaptabilitas program perkuliahan dalam konteks berbasis kearifan lokalAceh di LPTK.

B. LokasidanWaktu Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan berdasar kelengkapan kepemilikan lingkungan konservasi mencakup: kawasan hutan Ulu Masen, lingkungan rumah dan masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen, kampus dan halamannya, halaman sekolah, dan kawasan konservasi provinsi Aceh (Pusat Latihan Gajah Saree Aceh Besar, Tahura (Taman Hutan Raya) Saree Aceh Besar, dan Kebun Binatang Mini Jantho Aceh Besar).

Waktu pengembangan program pembelajaran dilakukan selama 12 bulan, mulai dari studi pendahuluan(analisis kebutuhan (kebutuhan pada pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi), studi dokumentasi (kurikulum biologi


(30)

masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen, pelaksanaan pembelajaran biologi konservasi)), perancangan program, pengembangan program (pengembangan silabusdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAcehdan tes biologi konservasi), validasi program, implementasi program, dan pelaporan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah masyarakat di sekitar hutan Ulu Masenprovinsi Aceh dan 33mahasiswa semester VI (tahun ke-3) Prodi Pendidikan Biologi yang mengikuti mata kuliah Biologi Konservasidi salah satu LPTK Banda Aceh.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat pengumpul data.Alat ini disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini mencakup: catatan lapangan, pedoman observasi kegiatan perkuliahan, tes, pedoman observasi tindakan konservasi, angket, dan pedoman wawancara.

Data penelitian yang dikumpulkan mencakup: data kearifan lokal Aceh,proses pembelajaran, pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang biologi konservasi (nilai tesberdasarkan komponen dan sub komponen literasi lingkungan), tindakan konservasi, tanggapan peserta didik terhadap program perkuliahan,dan wawancara (Tabel 3.1.).


(31)

Target Metode/Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data Instrumen Keterangan

Kearifan lokalAceh Observasi dan wawancara Masyarakat dan lembaga adat hutan Aceh Catatan lapangan Pada lima kabupaten Keberhasilan program Kegiatan dan observasi Mahasiswa Dosen Pedoman observasi kegiatan perkuliahan Selama kegiatan Literasi lingkungan Pemberian tes pengetahuan dan pemahaman

Mahasiswa Tes biologi konservasi Pretes dan postes Tindakan konservasi Kegiatan dan observasi

Mahasiswa Pedoman observasi tindakan konservasi

Selama kegiatan

Tanggapan Pemberian angket Mahasiswa Angket Studi pendahuluan dan postes Program

perkuliahan

Wawancara Mahasiswa Dosen

Pedoman wawancara

Akhir kegiatan

1. Catatan Lapangan

Catatan lapangan yang dikembangkan untuk mengetahuikearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen.Catatan lapangan dibuat mencakup aspek: narasumber; kearifan lokal Aceh; adat hutan, bersawah, berladang, perkebunan, berkebun sayuran/palawija (meulampoih), berburu, mengambil sarang burung walet (cok umpung cicem), mengambil madu lebah (cok meunisan uno), beternak hewan, menambang hasil bumi, dan terhadap makhluk hidup lainnya; peran ulama dalam konservasi lingkungan; peran lembaga adat dalam konservasi lingkungan; dan kebijakan pemerintah.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini mencakup pedoman observasi kegiatan perkuliahan yang dikembangkan untuk mengetahui keberhasilan


(32)

Pedoman observasi kegiatan perkuliahan dibuat mencakup aspek: kegiatan pendahuluan (membuka perkuliahan), kegiatan inti (komponen konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment)), dan kegiatan penutup (menutup perkuliahan).

Pedoman observasi tindakan konservasiyang dikembangkan untuk mengetahui keberhasilantindakan konservasi yang dilakukan mahasiswadi lingkungan sekolah, Pusat Latihan Gajah Saree Aceh Besar, Tahura Saree Aceh Besar, Kebun Binatang Mini Jantho Aceh Besar, dan lingkungan kampus. Pedoman observasi tindakan konservasidibuat mencakup aspek tindakan konservasimenjaga, memelihara, dan memperbaiki.

3. Tes dan Pengembangannya

Tes yang disusun dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur literasi lingkunganberdasarkan enam komponen dan 40 sub komponen literasi lingkungan. Tes ini dikembangkan mengacu pada materi dan hasil belajar yang telah ditetapkan bersama sebelumnya.

Tes tertulis ini dalam bentuk soal pilihan ganda (multiple choice) = 55 soal dan essay = 7 soal yang memenuhi kriteria reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik setelah diujicobakan.

4. Angket


(33)

program perkuliahan yang telah dilaksanakan. 5. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang dikembangkan untuk mengetahui pelaksanaan program perkuliahan. Wawancara dilakukan terhadap beberapa mahasiswa dan dosen biologi konservasi yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran. E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif diperoleh dari wawancara dan pengamatan (observasi) langsung, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari skor uji coba tes, pretes,dan postes.Data yang dikumpulkan meliputi: data tentang kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen; pengembangan silabusdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAceh; pengembangan tes biologi konservasi; pengetahuan dan pemahaman biologi konservasi (literasi lingkungan), aktivitas pembelajaran di kelas dan di lapangan, tindakan konservasi, tanggapan peserta didik terhadap perkuliahan dan kegiatan field laboratorium.

Teknik pengumpulan data yang terkait dengan kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara dan observasi.Observasi langsung pada masyarakat di sekitar hutan Ulu Masen dan dilakukan wawancara mendalam (deep interview) dengan informan (key person) masyarakat dan lembaga adat hutan Aceh. Alat bantu lain yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, handycam,tape recorder, dan catatan lapangan (field note). Menurut Lincoln dan Guba (1985), teknik


(34)

penelitian kualitatif.Dilakukan untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan subjek.Kadang subjek penelitian tidak menyadari bahwa percakapan informal mereka merupakan wawancara.

Teknik pengumpulan data pengembangan silabusdengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokalAceh dan tes biologi konservasi dilakukan menggunakan analisis pengembangan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan dan kearifan lokalAceh.Teknik pengumpulan data yang terkait dengan pengetahuan dan pemahaman tentang biologi konservasi (literasi lingkungan) dilakukan menggunakan tes.

Teknik pengumpulan data aktivitas pembelajaran di kelas dan di lapangan dilakukan menggunakan pedoman observasi kegiatan perkuliahan.Tindakan konservasi mahasiswa di kawasan konservasi diobservasi sesuai pedoman observasi tindakan konservasi.Data tanggapan peserta didik terhadap perkuliahan dan kegiatan field laboratorium dikumpulkan menggunakan angket.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif tentang kearifan lokal masyarakat diperoleh melalui observasi dan wawancara,berbentuk informasi atau keterangan-keterangan pendukung data lainnya baik lisan maupun tulisan yang diperoleh dari berbagai sumber.Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, dikelompokkan lalu dibuat abstraksinyauntuk memudahkan pendeskripsian (Lincoln dan Guba, 1985).Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis


(35)

wawancara dan observasi) diklasifikasikan, direduksi, disajikan dandisimpulkan. Data dianalisis secara deskriptif meliputi: transkripsi, tabulasi, pengkodean, dan deskripsi sesuai dengan fokus penelitian, seperti pada Gambar 3.2. berikut.

Gambar 3.2.Teknik Analisis Data Kualitatif dengan Model Analisis Interaktif

Teknik analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan program excel dan uji statistik normalized gainterhadap hasil pretes dan postes.Peningkatan literasi

lingkungan mahasiswa dianalisis menggunakan rerata skor Ngain mahasiswa (Meltzer, 2002) sebagai berikut.

Ngain = NB−NA

NMAX −NA

x100%

Keterangan: NB : rerata skor post-test mahasiswa, NA : rerata skor pre-test mahasiswa, dan NMAX : rerata skor ideal mahasiswa.


(36)

1. 0 – 30 Rendah

2. 31 – 69 Sedang

3. 70 – 100 Tinggi

Peningkatan tindakan konservasi mahasiswa dianalisis secara deskriptifmelalui deskripsi hasil pengamatan (observasi) langsung.


(37)

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkanfokuspenelitiandanpembahasan diatas,makadapatdisimpulkansebagaiberikut.

1. Kearifanlokalmasihadadanmelekatdalamkehidupansebagianmasyarakat Aceh,

ditemukan 11 adatsebagaikearifanmasyarakat yang

berhubungandengantindakankonservasi. Kearifantersebutmeliputiadathutan, adatbersawah, adatperkebunan, adatberkebunsayuran/palawija (meulampoih), adatberladang, adatberburu, adatmengambilsarangburungwalet (cokumpungcicem), adatmengambilmadulebah (cokmeunisanuno),

adatbeternakhewan, adatterhadapmakhlukhiduplainnya,

danadatmenambanghasilbumi.

2. PengembanganP2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokal Acehdapatdilakukandenganmetodebervariasi.Dalam P2BK,kearifanlokalAceh dapatdikelompokkanmenjadi29 pasangkonteksberbasiskearifanlokal Aceh(konservasihutan, konservasitumbuhan, pertanian, danperkebunan

13pasangdankonservasihewan 16 pasang) yang

dikaitkandenganmateri/konsepbiologikonservasimelaluikegiatanperkuliahan. 3. PenerapanP2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAceh

dapatmeningkatkanliterasilingkunganmahasiswa (N-gain = 46%).

4. PenerapanP2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokal Acehdapatmeningkatkantindakankonservasimahasiswa,meliputitindakanmenj


(38)

5. Pengembangan P2BK denganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokal Aceh merupakanhalbarudancukupmenarikminatbelajarmahasiswa.

B. Implikasi

PendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehsangatdiperlukandandapa tmembantumahasiswadalammengkonstruksipengetahuanbiologikonservasi.Olehka renaitupendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehdalam P2BK harusdirencanakandenganbaik,

duahalpentinghendaknyadipersiapkandalampendekatankontekstualberbasiskearifa nlokalAcehpada P2BK.Pertama, memilihkontekssesuaikondisidanisu yang berkembang di daerah Acehberbasiskearifanlokal Aceh yang sesuai.Kedua,

menyesuiakankonteksberbasiskearifanlokal Aceh

tersebutdengankonsepbiologikonservasi yang akandipelajari agar proses P2BK dapatberlangsungsecaraefektifdanefisien.

Produkpenelitianiniberupa

P2BKdenganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehdankonteksberbasis kearifanlokal Aceh.Hasilpenelitianinihendaknyaberimplikasiterhadapkualitas

proses P2BK.

HasilpengembanganP2BKdenganpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAce hberimplikasiterhadapkualitaspenerapankomponenutamapembelajarankontekstual dalamP2BK akanlebih optimal, sedangkanhasilkonteksberbasiskearifanlokal Aceh dapatberimplikasiterhadappenggunaankontekssesuaikondisidanisu yang berkembang di daerah Acehberbasiskearifanlokal Aceh dalamP2BK.


(39)

alAceh yang dikembangkanberimplikasiterhadappenggunaanpendekatankontekstualberbasiskea rifanlokalAcehdalamP2BK,sehinggasetiappenggunaankonteksberbasiskearifanlok al Aceh dalamP2BK harusdipersiapkandenganbaik, kontekssesuaikondisidanisu yang berkembang di daerah Acehberbasiskearifanlokal Aceh yang digunakandipilihsecaracermat, dankesesuiaankonteksberbasiskearifanlokal Aceh dengankonsepbiologikonservasi yang akandipelajaridirencanakandengantepat. DengandemikianpenerapanpendekatankontekstualberbasiskearifanlokalAcehdala

mP2BK dapatmemberikanhasil yang lebihbermakna,

dankonteksberbasiskearifanlokal Aceh yang digunakanbenar-benardapatmembantumeningkatkanliterasilingkungandantindakankonservasimaha siswa.

C. Saran

1. Penelitian P2BK inihanyaterbataspadakonservasiekosistem terrestrial hutandanlingkungandisekitarnyaberbasiskearifanlokal.

Perlupenelitiandanpengembanganlanjutanpadakonsepkonservasiekosistemaqu atik/perairandanlingkungannya (laut, sungai, waduk,danau,dll), sehinggadapatmemperluasdanmelengkapikonteksberbasiskearifanlokal Aceh yang telahdikembangkan.

2. Melakukanpenelitianpengembanganbahanajarbiologikonservasiberbasiskearif anlokal Indonesia.


(40)

menemukankonteksberbasiskearifanlokal Aceh terhadapkualitas proses danhasilbelajarsiswa.

4. Pengembangan P2BK inidiimplementasikanpadasubjekterbatas (33

mahasiswa), perludilakukanimplementasipadasubjek yang

lebihbanyakdanluasmelibatkanlokasikampus yang

berbeda-bedadengankawasankonservasi yang berbedapula untukmendapatkanhasil yang lebih valid.

5. Penugasanmahasiswadapatdilakukanpadaobjek yang lebihluas, tidakterbataspadakearifanlokalsaja. Misalnya,kebijakan BKSDA, Dephut, BPKEL,dan LSM-LSM yang berkaitandengankonservasi di Aceh.

6. MengingatP2BK merupakanpembelajaran yang terintegrasiantaraperkuliahan

di kelasdan dilapangan,

perlumanajemenpengelolaanwaktudanpersiapankelokasikuliahlapangansecara matangdanterencanadenganbaik.

7. Kesiapandosendalampenguasaanmateridankonteksberbasiskearifanlokal Aceh,komitmendosenuntukmeningkatkanpembelajaran, saranadanprasarana, sertabiaya yang diperlukanhendaknyadipersiapkanagar proses perkuliahanbiologikonservasidapatberlangsungsecaraefektifdanefisien.

8. Konsepkonservasilingkungan di masyarakat (kearifanlokal Aceh) perludiketahuidandipahamiolehsiswasejakdini,

untukmenumbuhkankesadaransiswamelestarikankearifanlokal Aceh danmenjagalingkungan.


(41)

Abdullah.(2008). Strategi Penggunaan Habitat dan Sumber Daya oleh Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus TEMMINCK, 1847).Disertasi Doktor pada SPs ITB. Bandung: tidak diterbitkan.

Ahmad, S.M. (1999). Berjuang Mempertahankan Hutan Kearifan Tradisional Masyarakat Aceh Melestarikan Ekosistem Leuser. Jakarta: Madani Press. Alikodra, H.S. (1987). Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka Mempertahankan

Keanekaragaman Hayati Indonesia PAU Ilmu Hayati. Bogor: IPB.

Amini, R. (2010). Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor untuk Calon Guru Sekolah Dasar.Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Andriana, D., Aryadi, A.W., Suryadi, E. (2008). Pendidikan Lingkungan Hidup untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Arya Duta.

Anonimous.(2006). Program FFI Aceh[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [21 September 2009].

______. (2007). Program FFI Aceh.Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International- Aceh Programme. Edisi 1Januari 2007. Banda Aceh.

______. (2008). Hasil Rumusan dan Rekomendasi Bidang Upland.Semiloka Pengendalian dan Konservasi Lingkungan Menuju Aceh Green. Banda Aceh, 4 – 5 Nopember 2008 [Online]. Tersedia: http://www.balipos.co.id. [4 Pebruari 2011].

______. (2009). About Ulu Masen [Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].

Antara.(2011, 3 Maret).Dua Tanaman Khas Aceh Perlu Diselamatkan. Antara [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/news/248409/dua-tanaman-khas-aceh-perlu-diselamatkan. [7 Mei 2011].

______. (2011, 6 Mei).China Bangun Rumah Sakit Panda Senilai 32 Juta Dolar.Antara [Online]. Tersedia: http://id.berita.yahoo.com/china-bangun-rumah-sakit-panda-senilai-32-juta-042009461.html. [7 Mei 2011].

Apriana, E. (2008). Proses Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai Implementasi dari Kurikulum Muatan Lokal di SMU.Laporan Field Study pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

______. (2009). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dengan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMU pada Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati (Application of


(42)

Natural Resources Conservation). Proceeding of the Third (3th)

International Seminar on Science Education “Challenging Science

Education in the Digital Era”.Prodi P. IPA SPs UPI Bandung. Halaman 69 – 75. ISBN: 978-602-8171-14-1. Sabtu, 17 Oktober 2009.

______. (2011). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dengan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan SikapSiswa SMU pada Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati.Prosiding Seminar Nasional Biologi "Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa". Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung.ISBN: 978-602-95207-1-2. Jumat-Sabtu, 1-2 Juli 2011.

Apriana, E., Munandar, A., Rustaman, N.Y., Surtikanti, H.K. (2010).Kearifan Lokal Masyarakat di sekitar Hutan Ulu Masen (Local Wisdom of the Community around the Ulu Masen Forest). Proceeding of the 4th International Seminar on Science Education “Curriculum Development of Science Education in 21th Century”. Prodi P. IPA SPs UPI Bandung. Halaman B5-1 – B5-10 (85 – 94). ISBN: 978-979-99232-3-3. Sabtu, 30 Oktober 2010.

______. (2011a). Kawasan Konservasi Aceh dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Biologi Konservasi. Prosiding Seminar Nasional Biologi “Meningkatkan Peran Biologi dalam Mewujudkan National Achievement

with Global Reach”. Departemen Biologi FMIPA USU Medan.ISBN:

979-458-522-X. Sabtu, 22 Januari 2011.

______. (2011b). Studi tentang Pembelajaran Biologi Konservasi di LPTK. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan III “Asesmen Otentik dalam Implementasi Pembelajaran Aktif dan Kreatif”. FKIP UNILA Bandar Lampung dan HEPI. Halaman 136 – 143. ISBN 978-979-3262-04-8.Sabtu-Minggu, 29-30 Januari 2011.

Arifien.(2008). Fauna & Flora International Aceh Program[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].

Arikunto, S. (2002).Penilaian Program Pendidikan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Dirjend. Pendidikan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Balai Konservasi Provinsi NAD. (2007). Kawasan Konservasi Provinsi NAD. Banda Aceh.

Balipos.(2003). Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisional[Online]. Tersedia: http://www.balipos.co.id. [4 Pebruari 2010].


(43)

BKSDA Provinsi NAD.(2008). Penanggulangan Gangguan Gajah Liar. Laporan Kegiatan. Desa Krueng Simpho Kecamatan Juli Kabupaten Bireun Provinsi NAD. 17 Mei – 8 Juni 2008. Departemen Kehutanan.

Blaine, T.W. and Smith, T. (2006). “From Water Quality to Riparian Corridors:

Assessing Willingness to Pay for Conservation Easements Using the

Contingent Valuation Method”. Journal of Extensio.44, (2).[Online].

Tersedia: http://www.joe.org/joe/2006april/a7.php. [4 Pebruari 2010]. Blanchard, A. (2001). Contextual Teaching and Learning [Online]. Tersedia:

http://www.horizonshelpr.org/contextual/contextual.htm-8k. [11 Februari 2010].

Chapin, F.S., III, Matson, P.A., and Mooney, H.A. (2002).Principles of

Terrestrial Ecosystem Ecology. New York, USA: Springer

Science+Business Media, LLC.

Chu, H.E., Lee, E.A., Ko, H.R., Shin, D.H., Lee, M.N., Min, B.M., Kang, K.H.

(2007). “Korean Year 3 Children's Environmental Literacy: A Prerequisite

for a Korean Environmental Education Curriculum”. International Journal of Science Education.29, (6), 731-746.

Coll, R.K. and Neil Taylor, T.G. (2001).Using Constructivism to Inform Tertiary Chemistry Pedagogy, Chemistry Education: Research and Practice in Europe. 2, (3), 215-226.

Creswell, J.W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

DeMouche, L., Bathke, D. and Doesken, N. (2007).“Master Gardeners' Role in

Encouraging Water Conservation Using a Rain Gauge Network”.Journal

of Extensio.45, (4).[Online]. Tersedia:

http://www.joe.org/joe/2007august/iw5.php. [6 Februari 2010].

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (2000). Program Pembangunan Nasional (Propenas) Perlindungan dan Konservasi Alam Tahun 2000-2004. Departemen Kehutanan dan Perkebunan.Direktorat Jenderal Perlindugan dan Konservasi Alam. Jakarta.

Depdiknas.(1996). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Supervisi Akademik Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Umum (SMU). Jakarta: Dikdasmen. ______.(2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


(44)

Dewi, V.M. (2008). Banjir Aceh Akibat Rusaknya Hutan[Online]. Tersedia:http://www.republika.co.id.[26September 2009].

Dwi. (2009). Ulu Masen: Ekosistem Penyokong Peradaban Masa Depan. Sisipan National Geographic Indonesia.Edisi September 2009. Banda Aceh. 3. Echols, J.M. dan Shadily, H. (2003).Kamus Inggris Indonesia. Cetakan XXV.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Erdogan, M., Kostova, Z. and Marcinkowski, T. (2009). “Components of Environmental Literacy in Elementary Science Education Curriculum in

Bulgaria and Turkey”. Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education.5, (1), 15-26.

Francis, D.W. and Rothlisberger, D. (2006). “Weber Water Fair: A Partnership for

Water Conservation Awareness for Fourth Grade Youth”. Journal of

Extensio.44,(4).[Online].

Tersedia:http://www.joe.org/joe/2006august/iw6.php. [26 September 2009].

Hadi, S. (2007).Lokakarya Konservasi “Rencana Aksi Gajah Sumatera dan Kalimantan serta Harimau Sumatera”. Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi Oktober 2007. Banda Aceh. 32-33.

Hadi, S. dan Monica, Z. (2007).Pelatihan Guru Pendidikan Lingkungan “Cara

Efektif Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa”. Bulletin ULU MASEN

Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi Agustus 2007. Banda Aceh. 26-27.

Hake, R.R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.AERA-D-American

Educational Research Association’s Division, Measurement, and Research

Methodology.[Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cqibin/wa?A2= ind9903&L=aera-d&P=R6855.[26 September 2009].

Hull’s, D. and Sounders, Jr., J.C. (1996). “The Coming Challenge: are Community Colleges Ready for the New Wave of Contextual

Learners?”.Community CollegeJournal.67, (2), 15-17.

Indrawan, M., Primack, R.B. dan Supriatna, J. (2007).Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Indriyanto.(2006). Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(45)

Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it is Hero to Stay. California, USA: Corwin Press. Inc.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP.Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

______. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Kompas.(2011, 27 Februari).Pemerintah AS Bantu Konservasi

Hutan.Kompas[Online]. Tersedia:

http://sains.kompas.com/read/2011/02/27/19351263/Pemerintah.AS.Bantu .Konservasi.Hutan. [8 Mei 2011].

Kurniawan, R. (2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual untuk Koneksi Matematik.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

La Trobe, H.L. and Acott, T.G. (2000).“A Modified NEP/DSP Environmental Attitudes Scale”.Journal of Environmental Education.32, (1), 12-21. Leksono, A.S. (2007). Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang:

Bayumedia.

Leksono, S.M. (2008). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Konservasi, Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Alam (sebagai Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup dan Mengatasi Bencana secara Global). Serang: Prodi P. Biologi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Lieberman, G.A. and Hoody, L.L. (1998).Closing the Achievement GAP: Using the Environment as an Integrating Context for Learning. San Diego California: State Education and Environmental Roundtable.

Lincoln, Y.S., and Guba, E.G. (1985).Naturalistic Inquiry.Beverly Hills, California: Sage Publications, Inc.

Mahyuddin.(2007). Pembelajaran Asam Basa dengan Pendekatan Konstekstual untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Manru, M. (2005).Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Kontekstual pada Konsep Ekologi.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(46)

Society Journal.39, (4).[Online]. Tersedia: http://www8.nos.noaa.gov/estuaries101/Doc/PDF/AchievingEnvironmenta lLiteracy.pdf. [26 Januari 2010].

Meagher, T. (2009). “Looking Inside a Student’s Mind: Can An Analysis of Student Concept Maps Measure Changes in Environmental

Literacy?”.Electronic Journal of Science Education.13, (1), 1-28.

Meltzer, D. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”.American Journal of Physics.70, (12), 1259-1268.

Miles, M.B. and Huberman, A.M. (1984).Qualitative Data Analysis: aSourcebook ofNew Methods.Beverly Hills, California: Sage Publications, Inc.

Muhammad, C.F. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munandar, A., Kartika, I., Aulidiany, G.R., Sari, J.R., Danni, M.R., Dewi, R.R., Sina, A., Sumaryanti, H.I., Prihastuti, I., Oktari, A., Sutarman, A. (2009). Konservasi Fauna Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

Nando, T. (2008).Tentang Hutan Ulu Masen. Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi Januari 2008. Banda Aceh. 0 & 49.

National Science Teachers Association.(1998). Standards for Science Teacher Preparation.

Novak, J. and Gowin, B. (1984).Learning How to Learn. New York: Cambridge University Press.

Nugroho, D. (2009). Desa Kawasan Konservasi Semoyo: Melestarikan

Lingkungan dengan Kearifan Lokal [Online]. Tersedia:

http://www.beritajogja.com/berita/2009-10/desa-kawasan-konservasi-semoyo-melestarikan-lingkungan-dengan-kearifan-lokal. [16 Januari 2010].

Nuh, M. (2011). “Gerakan Tanam Pohon Usia Dini”. Pikiran Rakyat (16

November 2011).

Nuraeni, E., Rahman, T., Hermayati Arief, M. (2008).The Effectiveness of Audio-Visual Teaching Media in Supporting Student Learning of Human Growth


(47)

Oktober 2011].

Nurhadi.(2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Paryadi, S. (2008).Modul: Konsep Pengelolaan Lingkungan Sekolah (Green School). Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal PMPTK. PPPPTK Pertanian Cianjur.

Pepe. (2009). Monitoring and Protection[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].

Pujiyanto, S. (2008).Menjelajah Dunia Biologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Purwanto, E., Pamekas, R., dan Syamaun, H. (2008).Pengendalian Pembangunan Lingkungan dan Konservasi di NAD-Nias dalam Rangka Perwujudan

Kebijakan “Green Province”[Online]. Tersedia:

http://www.undp.or.id/pubs/docs/Green_Province.pdf. [26 Januari 2010]. Puspandari, D. (2008). “Upaya Meningkatkan Kesadaran Pelestarian Lingkungan

Hidup melalui Pembelajaran PKLH Berbasis CTL”.Jurnal Pendidikan

Inovatif. 4, (1), 28-30.

Putri, H.E. (2006). Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematik Siswa SMP.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Rahardjo, T.S. (1991). Country Report: Indonesia. Some Aspects of Nature Conservation in Indonesia. Workshop Proceedings Second Asian School on Conservation Biology. Conservation and Restoration of Rain Forest in Asia. Sampurno Kadarsan et al. (ed). Life Sciences Inter University Center Faculty of Graduate Studies. Bogor Agricultural University. Bogor.

Ratulayn, K.S. (2010).Teori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934)[Online]. Tersedia: http://kristoforus-kinoe.blogspot.com/2010/10/teori-pendidikan-teori-pengembangan.html. [25 Februari 2010].

Rochmad. (2006). Tinjauan Filsafat dan Psikologi Konstruktivisme: Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif [Online]. Tersedia: http://rochmad-unnes.blogspot.com/. [25 Februari 2010].

Rozzi, R., Massardo, F., Anderson, C.B., Heidinger, K., and Silander,J.A.(2006). “Ten Principles for Biocultural Conservation at the Southern Tip of the


(1)

Evi Apriana, 2012

Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Dan Tindakan Konservasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

McDougall, C., Ibanez, A. and White, S. (2006). “Achieving Environmental Literacy with NOAA’s Observing Systems Data”.Marine Technology

Society Journal.39, (4).[Online]. Tersedia:

http://www8.nos.noaa.gov/estuaries101/Doc/PDF/AchievingEnvironmenta lLiteracy.pdf. [26 Januari 2010].

Meagher, T. (2009). “Looking Inside a Student’s Mind: Can An Analysis of Student Concept Maps Measure Changes in Environmental

Literacy?”.Electronic Journal of Science Education.13, (1), 1-28.

Meltzer, D. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”.American Journal of Physics.70, (12), 1259-1268.

Miles, M.B. and Huberman, A.M. (1984).Qualitative Data Analysis: aSourcebook ofNew Methods.Beverly Hills, California: Sage Publications, Inc.

Muhammad, C.F. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munandar, A., Kartika, I., Aulidiany, G.R., Sari, J.R., Danni, M.R., Dewi, R.R., Sina, A., Sumaryanti, H.I., Prihastuti, I., Oktari, A., Sutarman, A. (2009). Konservasi Fauna Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

Nando, T. (2008).Tentang Hutan Ulu Masen. Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi Januari 2008. Banda Aceh. 0 & 49.

National Science Teachers Association.(1998). Standards for Science Teacher Preparation.

Novak, J. and Gowin, B. (1984).Learning How to Learn. New York: Cambridge University Press.

Nugroho, D. (2009). Desa Kawasan Konservasi Semoyo: Melestarikan

Lingkungan dengan Kearifan Lokal [Online]. Tersedia:

http://www.beritajogja.com/berita/2009-10/desa-kawasan-konservasi-semoyo-melestarikan-lingkungan-dengan-kearifan-lokal. [16 Januari 2010].

Nuh, M. (2011). “Gerakan Tanam Pohon Usia Dini”. Pikiran Rakyat (16 November 2011).

Nuraeni, E., Rahman, T., Hermayati Arief, M. (2008).The Effectiveness of Audio-Visual Teaching Media in Supporting Student Learning of Human Growth


(2)

Evi Apriana, 2012

Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Dan Tindakan Konservasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197606052 001122-ENI_NURAENI/MAKALAH/makalah_lengkap_AV_LS.pdf. [5 Oktober 2011].

Nurhadi.(2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Paryadi, S. (2008).Modul: Konsep Pengelolaan Lingkungan Sekolah (Green School). Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal PMPTK. PPPPTK Pertanian Cianjur.

Pepe. (2009). Monitoring and Protection[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].

Pujiyanto, S. (2008).Menjelajah Dunia Biologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Purwanto, E., Pamekas, R., dan Syamaun, H. (2008).Pengendalian Pembangunan Lingkungan dan Konservasi di NAD-Nias dalam Rangka Perwujudan

Kebijakan “Green Province”[Online]. Tersedia:

http://www.undp.or.id/pubs/docs/Green_Province.pdf. [26 Januari 2010].

Puspandari, D. (2008). “Upaya Meningkatkan Kesadaran Pelestarian Lingkungan Hidup melalui Pembelajaran PKLH Berbasis CTL”.Jurnal Pendidikan Inovatif. 4, (1), 28-30.

Putri, H.E. (2006). Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematik Siswa SMP.Tesis Magister pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Rahardjo, T.S. (1991). Country Report: Indonesia. Some Aspects of Nature Conservation in Indonesia. Workshop Proceedings Second Asian School on Conservation Biology. Conservation and Restoration of Rain Forest in Asia. Sampurno Kadarsan et al. (ed). Life Sciences Inter University Center Faculty of Graduate Studies. Bogor Agricultural University. Bogor.

Ratulayn, K.S. (2010).Teori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934)[Online]. Tersedia: http://kristoforus-kinoe.blogspot.com/2010/10/teori-pendidikan-teori-pengembangan.html. [25 Februari 2010].

Rochmad. (2006). Tinjauan Filsafat dan Psikologi Konstruktivisme: Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif [Online]. Tersedia: http://rochmad-unnes.blogspot.com/. [25 Februari 2010].

Rozzi, R., Massardo, F., Anderson, C.B., Heidinger, K., and Silander,J.A.(2006).


(3)

Evi Apriana, 2012

Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Dan Tindakan Konservasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Americas: the Approach of the Omora Ethnobotanical Park”. Ecology and

Society.11,(43).[Online]. Tersedia:http://www.ecologyandsociety.org/

vol11/iss1/art43/ [25 Februari 2010].

Rully.(2007). Harimau Turun Gunung, 28 Ekor Lembu Jadi Santapan.Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi 1 Januari 2007. Banda Aceh.

Ruseffendi, E.T. (2001). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.Semarang: IKIP Semarang Press.

Rush, M., Wharfe, L., Collins, H., Thomas, K., Callaghan, R., & Blakeley, J. (1999). Towards a Set of Principles for Effective Environmental Education Strategies and Programmes and Their Evaluation. Wellington: Agriculture New Zealand Ltd.

Rusnawati.(2006). Pergeseran Budaya Turun ke Sawah (Tron U Blang) pada Sistem Bercocok Tanam Masyarakat Petani di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara.Tesis Magister pada PPs Universitas Padjajaran. Bandung: tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, K.M. (2005).Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Sanjaya, W. (2008).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sartini.(2004). “Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian

Filsafati”.Jurnal Filsafat. Agustus 2004, 37, (2), 111-120.

Serambi. (2010, 21 November). Satwa-satwa Kelaparan di Kebun Binatang Jantho.Serambi[Online].Tersedia: http://aceh.tribunnews.com/news/view /43215/satwa-satwa-kelaparan-di-kebun-binatang-jantho. [20 April 2011]. Setio, P. dan Takandjandji, M. (2006). Konservasi Ex Situ Burung Endemik

Langka Melalui Penangkaran. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007.47-61. Silamon, R.F. (2008). Pendekatan Bioregion dalam Pengelolaan Kawasan

Konservasi.

Silfi. (2009a). Respon Guru terhadap Gagasan Pendidikan Pelestarian Alam dan

Lingkungan Hidup di Aceh ”Konsep Konservasi”.Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi VII April-Juni 2009. Banda Aceh. 20-25.


(4)

Evi Apriana, 2012

Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Dan Tindakan Konservasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

______. (2009b). Training for Teachers[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].

______. (2009c). School Visit[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [1 Juni 2009].

______. (2009d). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Landasan Kokoh Penerapan Pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup sebagai Materi Muatan Lokal Tingkat SMA di Aceh.Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi VIII Agustus-Desember 2009. Banda Aceh. 31-33.

Simmons, B., McCrea, E., Shotkin, A., Burnett, D., McGlauflin, K., Osorio, R., Prussia, C., Spencer, A., Weiser, B.(2004). Nonformal Environmental Education Program: Guidelines for Excellence. Washington DC: North American Association for Environmental Education (NAAEE).

Sinaga, W. (2007). Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Sumber:

Laporan Skripsi “Studi Prilaku Harian Satwa Gajah Liar (Elephas maximus sumatranus)dalam Upaya Mendukung Pengelolaan Populasi

Gajah Sumatera”. Buletin Leuser. Vol. 5 No. 2 April 2007. Banda Aceh. 5. Sirtha, N. (2004). Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali[Online]. Tersedia:

http://www.balipos.co.id. [4 Pebruari 2010].

Stufflebeam, D.L. and Shikfield, A.J. (1986).Systematic Evaluation a Self-Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer-Nljhof Publishing.

Supriyadi.(2003). Kajian Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jurusan Fisika, FPMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Surtikanti, H.K. (2011). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama. Syafi'i, A. (2009). Fiqh Lingkungan: Revitalisasi Ushûl Al-Fiqh untuk Konservasi

dan Restorasi Kosmos.Presented on Annual Conference of Islamic Studies Direktur Pendidikan Tinggi Islam Depag RI, Surakarta 2-5 Nopember 2009.

Syarif, S.M. (2007). CEPF Final Project Completion Report, Strengthen Community Forest Management in Sumatra's Seulawah Ecosystem (SCFM

– MSE), Indigenous people institutions in Mukim Lampanah, Lamteuba

and Lamkabeu (September 1, 2003 - March 31, 2008).Yayasan Rumpun Bambu Indonesia. Banda Aceh. E-mail: Sanusi_syarif@yahoo.com.

Tambunan, R. (2008). “Perilaku Konservasi pada Masyarakat Tradisional”.Jurnal Harmoni Sosial.II, (2), 83-87.


(5)

Evi Apriana, 2012

Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Dan Tindakan Konservasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Taqwaddin.(2007).Manajemen Kepemimpinan Lembaga Adat Uteun di Aceh. Makalah disampaikan pada Pelatihan Sumber Daya Manusia dan Simulasi Penyelesaian Sengketa di Luar Peradilan, Lembaga Hukum Adat Uteun di Kabupaten Aceh Barat, Dilaksanakan oleh BRR – Ar Rijal Institute, Meulaboh, 26-29 Nopember 2007 dan 10-11 Desember 2007.

______.(2008). Adat Hutan Aceh[Online]. Tersedia: http://ajrcaceh.org/file/opn%20ADAT%20HUTAN%20ACEH.pdf. [26 Januari 2010].

Thody, C.M., Held, R.J., Johnson, R.J., Marcus, J.F., Brown, M.B. (2009).

”Grassroots Conservation: Volunteers Contribute to Threatened and

Endangered Species Projects and Foster a Supportive Public”. Journal of

Extensio.47, (1).[Online]. Tersedia:

http://www.joe.org/joe/2009february/pdf/JOE_v47_1rb3.pdf.(9hal). [25 Februari 2010].

Tumisem.(2007). Program Pendidikan Lingkungan Berbasis Ekologi Perairan sebagai Upaya Pengembangan Literasi Lingkungan dan Konservasi melalui Kepramukaan di Sekolah Dasar.Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Umar, M. (2006).Peradaban Aceh (Tamaddun) I, Mengungkap Kilasan Sejarah Aceh dan Adat. Banda Aceh: Yayasan Busafat Bekerjasama dengan Jaringan Komunitas Masyarakat Adat (JKMA) Aceh.

Undang-Undang Republik Indonesia.(2009). Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup[Online].

Tersedia:http://birohukum.pu.go.id/Peraturan/UU32-2009.pdf.[6 Pebruari 2010].

Van den Berg, H.A. and Dann, S.L. (2008). “Evaluation of an Adult Extension

Education Initiative: The Michigan Conservation Stewards Program”.

Journal of Extensio.46, (2).[Online]. Tersedia: http://www.joe.org/joe/ 2008april/rb1.php. [25 Februari 2010].

Verdugo, V.C.,Carrus, G., Bonnes, M., Moser, G., Sinha, J.B.P. (2008).

“Environmental Beliefs and Endorsement of Sustainable Development

Principles in Water Conservation Toward a New Human Interdependence

Paradigm Scale”. Environment and Behavior.40, (5), 703-725.

Wahidin.(2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

Walhi.(2009). Banjir 'Ancaman Klasik Masyarakat Aceh’[Online]. Tersedia:http://www.ffi.or.id. [26 September 2009].

Waryanto, N.H. (2007). Penggunaan Media Audio Visual dalam Menunjang Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam kegiatan Pengabdian Pada


(6)

Evi Apriana, 2012

Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Dan Tindakan Konservasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Masyarakat untuk Guru‐guru MIPA SMA N 1, SMA N 2 dan SMA N 3 Bantul dalam Penggunaan Audio Visual dalam Menunjang Pembelajaran pada tanggal 18 Januari 2007 di SMA N 1 Bantul.

Waspada.(2011, 8 Maret).Kebun Binatang Jantho Jadikan Target PAD. Waspada

[Online]. Tersedia:

http://english.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article

&id=179551:kebun-binatang-jantho-jadikan-target-pad&catid=13:aceh&Itemid=26. [20 April 2011].

Wirakusumah, S. (2003).Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Yacob, I., Isa, A.G., Jakfar, T.M., Hadi, I., Muzzakir, A.M., Ali, H.M., Jamaluddin, Aidi, M., Sulaiman, R., Monika, Z. (2009).Fiqih Konservasi Alam Aceh; Kajian Hutan dan Lingkungan. Banda Aceh: Fauna & Flora International Program Aceh.

Zainul, A. (1997). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Zulfahmi.(2009). Conservation Response Unit (CRU) Dibentuk.Bulletin ULU MASEN Fauna & Flora International-Aceh Programme. Edisi VI Januari-Maret 2009. Banda Aceh. 27.