PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA.

(1)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN

BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Biologi

Oleh :

Mukhyati

1302781


(2)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(3)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI

LINGKUNGAN SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing

Dr. Hj. Siti Sriyati, M. Si NIP. 19640928 198901 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Dr. Bambang Supriatno, M. Si NIP. 19630521 198803 1 002


(4)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA


(5)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGEMBANGAN

BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan

Mukhyati 1302781


(6)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN

BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Oleh

Mukhyati

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar magister pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Biologi

@ Mukhyati 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(7)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA


(8)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA Mukhyati

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa SMA. Desain penelitian yang digunakan Research & Development yang meliputi studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan, validasi dan revisi. Uji coba terbatas dilakukan di satu sekolah pada 30 siswa kelas X dan uji coba skala luas dilakukan di tiga sekolah dengan melibatkan 92 siswa. Proses pengembangan bahan ajar mengikuti panduan pengembangan bahan ajar lingkungan menurut NAAEE dengan 6 karakteristik kunci bahan ajar berorientasi literasi lingkungan yang meliputi: fairness & accuracy, depth, emphasis on skill building, action orientation,

instructional soundness dan usability. Pengambilan data dilakukan melalui

observasi, dokumentasi, angket, dan tes. Untuk mengetahui kualitas bahan ajar dilakukan uji validasi ahli materi, ahli teknologi, pengguna, dan uji keterbacaan. Validasi kelayakan bahan ajar dari aspek materi dan kegrafikaan dilakukan dengan menggunakan angket validasi, sedangkan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dilakukan dengan tes keterbacaan uji rumpang (cloze test), sedangkan literasi lingkungan siswa diukur dengan instrument literasi lingkungan untuk siswa SMA. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) kualitas bahan ajar berdasarkan penilaian dari ahli materi dalam kategori layak dengan persentase 78.4%, penilaian ahli teknologi dalam kategori layak dengan persentase 75.0%, dan penilaian guru sebagai pengguna dalam kategori sangat baik dengan persentase 93.4%; 2) hasil tes uji rumpang menunjukkan bahan ajar perubahan lingkungan hasil pengembangan memiliki keterbacaan yang tinggi; 3) hasil implementasi bahan ajar dalam pembelajaran menunjukkan bahan ajar dapat meningkatkan kecakapan literasi lingkungan secara signifikan dengan kategori sedang. Produk yang dihasilkan telah dilakukan revisi sesuai saran dan masukan dari validator, hasil uji coba terbatas, dan uji coba skala luas.


(9)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DEVELOPING TEACHING MATERIALS OF ENVIRONMENTAL CHANGE BASED ON LOCAL CONTEXT TO ENHANCE STUDENT’S

ENVIRONMENTAL LITERACY Mukhyati

Abstract

This research was aimed to develop environmental teaching materials for senior high school based on local contexts of Bangka Island and environmental literacy. Research and Development design was used in this research with steps are: research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, & main field testing. The limited testing was conducted at one school by involving 30 students from year ten and testing of wide scale was conducted at three schools by involving 92 students. The teaching materials was developed follow the guidelines of developing environmental materials according to NAAEE. The six key characteristics of environmental materials which is environmental literacy oriented are: fairness & accuracy, depth, emphasis on skill building, action orientation, instructional soundness and usability. Data collections were conducted through observation, documentation, questionnaires, and test. Test validation by materials experts, technology experts, users, and readability test were conducted to ensure the quality of teaching materials. Feasibility of content and graphical aspects was measured through questionnaire; the readability test was conducted by using cloze test; and whereas the student’s environmental literacy was measured by secondary school environmental literacy instrument. Data were analyzed both qualitatively and quantitatively. The result showed: 1) the quality of teaching materials based on material experts validation was good categorized with a percentage of 78.4%, the technology experts validation was good categorized with a percentage of 75%, and the teacher validation, as a user, was excellent categorized with a percentage of 93.4%; 2) by using cloze test analysis, the teaching materials had a high readability; 3) the implementation of teaching material in learning process revealed that the student’s environmental literacy increased significantly in moderate categorized. The product has been revised based on advice and corrections from validators, the result of limited testing, and testing of wide scale.

Key words: local contexts, environmental teaching materials, environmental literacy.


(10)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA


(11)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terima Kasih... v

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Batasan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 11

B. Pengembangan Bahan Ajar... 17

C. Tinjauan Konsep Perubahan Lingkungan ... 24

D. Integrasi Realitas Lokal dalam Bahan Ajar ... 35

E. Literasi Lingkungan ... 37

F. Literasi Lingkungan dalam Kurikulum dan Buku Teks ... 41


(12)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 45

D. Definisi Istilah ... 46

E. Instrumen Penelitian ... 47

F. Teknik Analisis Data ... 50

G. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Pendahuluan ... 57

B. Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan ... 71

C. Validasi Bahan Ajar ... 81

D. Uji Keterbacaan Bahan Ajar ... 84

E. Implementasi Bahan Ajar ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116


(13)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen dan sub komponen literasi lingkungan... 38

Tabel 2.2 Aspek-aspek domain literasi lingkungan ... 40

Tabel 3.1 Target, instrumen, dan teknik pengumpulan data penelitian ... 47

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pengetahuan awal siswa ... 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi tesliterasi lingkungan ... 49

Tabel 3.4 Metode yang digunakan untuk mentransformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan ... 50

Tabel 3.5 Kriteria pembuatan cloze test sebagai alat ukur ... 51

Tabel 4.1 Keterampilan kognitif awal siswa ... 62

Tabel 4.2 KI dan KD dalam kurikulum 2013 untuk materi perubahan lingkungan72 Tabel 4.3 Komponen-komponen literasi lingkungan yang dikembangkan dalam bahan ajar ... 73

Tabel 4.4 Hasil validasi bahan ajar oleh ahli materi dan ahli teknologi ... 82

Tabel 4.5 Penilaian kelayakan bahan ajar perubahan lingkungan oleh guru ... 83

Tabel 4.6 Rangkuman rata-rata keterbacaan masing-masing bagian bahan ajar perubahan lingkungan dengan uji rumpang sampel kecil ... 85

Tabel 4.7 Rangkuman rata-rata keterbacaan masing-masing bagian bahan ajar perubahan lingkungan dengan uji rumpang sampel besar ... 86

Tabel 4.8 Deskripsi data hasil uji normalitas pretes dan postes ... 89

Tabel 4.9 Deskripsi data hasil uji homogenitas pretes dan postes ... 90

Tabel 4.10 Hasil uji Paired Sample T-Test untuk pretes dan postes ... 90

Tabel 4.11 Rata-rata skor literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain ketiga sekolah ... 92


(14)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Domain literasi lingkungan ... 39

Gambar 3.1 Prosedur penelitian dan pengembangan bahan ajar ... 56

Gambar 4.1 Pengetahuan awal siswa tentang isu lingkungan global ... 58

Gambar 4.2 Pengetahuan awal siswa tentang isu lingkungan lokal ... 59

Gambar 4.3 Pengetahuan awal siswa tentang isu lingkungan lokal akibat pertambangan timah ... 60

Gambar 4.4 Pengetahuan awal siswa tentang dampak isu lingkungan lokal akibat pertambangan timah ... 61

Gambar 4.5 Pendapat siswa tentang pihak yang bertanggung jawab mengatasi masalah lingkungan di Pulau Bangka ... 64

Gambar 4.6 Perilaku bertanggung jawab yang telah dilakukan siswa terhadap lingkungan ... 65

Gambar 4.7 Kerangka pengembangan bahan ajar perubahan lingkungan ... 75

Gambar 4.8 Perbandingan tingkat keterbacaan bahan ajar pada ketiga sekolah ... 87

Gambar 4.9 Rata-rata skor literasi lingkungan dan komponen-komponennya, pretes, postes, dan N gain pada seluruh siswa ketiga sekolah ... 91

Gambar 4.10 Rata-rata skor komponen literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain pada SMAN2 Pangkalpinang ... 93

Gambar 4.11 Rata-rata skor komponen literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain pada SMAN 1 Merawang ... 94

Gambar 4.12 Rata-rata skor komponen literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain pada SMAN 1 Sungailiat... 95

Gambar 4.13 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen pengetahuan pada ketiga sekolah ... 96


(15)

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.14 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen keterampilan kognitif pada ketiga sekolah ... 99 Gambar 4.15 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen afektif

pada ketiga sekolah ... 102 Gambar 4.16 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen

perilaku pada ketiga sekolah ... 105 Gambar 4.17 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain skor literasi


(16)

1

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan global saat ini sedang menghadapi sejumlah isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan akibat interaksi aktivitas manusia dengan ekosistem global (NAAEE, 2011). The OECD Environmental Outlook to 2030 mengidentifikasi beberapa permasalahan yang menjadi tantangan utama bagi lingkungan global yang meliputi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta penurunan kesehatan sebagai dampak degradasi lingkungan (OECD, 2008).

Pertambahan jumlah penduduk bumi yang terus meningkat menjadi salah satu penyebab terjadinya degradasi lingkungan. Jumlah penduduk bumi tahun 2011 mencapai 7 milyar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 9 milyar pada tahun 2050 mendatang. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Tingginya populasi penduduk tersebut memicu peningkatan kebutuhan akan makanan, air bersih, sumber energi, dan ruang untuk tempat tinggal, yang mendorong dilakukannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Aktivitas yang dilakukan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan inilah yang akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan.

Kerusakan lingkungan terjadi baik di lingkungan lokal, nasional maupun global dengan laju kerusakan yang terus meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Adanya kesadaran akan ancaman dan bahaya kerusakan lingkungan tersebut telah menarik perhatian baik pada masyarakat global, nasional, maupun lokal dan berupaya memberi tanggapan dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang ada. Salah satu upaya yang diakukan oleh masyarakat global adalah dengan dicanangkannya pendidikan lingkungan yang dirintis oleh UNESCO pada tahun 1977. Dalam konferensi yang dihadiri 265 delegasi dan 65 observer dari berbagai negara tersebut dihasilkan Deklarasi Tbilisi yang salah satunya mengamanatkan untuk dilaksanakannya pendidikan lingkungan bagi semua kalangan dan semua


(17)

2

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal. Sejak saat itulah pendidikan lingkungan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum-kurikulum sekolah. Pendidikan lingkungan bertujuan untuk mengembangkan populasi dunia yang menyadari dan peduli akan lingkungan dan permasalahan-permasalahannya, mengembangkan populasi dunia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi, dan komitmen untuk bekerja baik secara individu maupun kolektif menuju solusi dari permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut beserta upaya pencegahannya. Pendidikan lingkungan juga dimaksudkan untuk membentuk manusia-manusia yang memiliki kecakapan literasi lingkungan yaitu manusia yang mengetahui apa yang akan dilakukannya terhadap lingkungan serta mengetahui bagaimana cara melakukannya (NAAEE, 2008).

Mengembangkan literasi lingkungan merupakan tantangan besar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian tentang perilaku masyarakat peduli lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 diperoleh hasil nilai Indeks Perubahan Peduli Lingkungan (IPPL) dari 12 propinsi yang disurvey hanya sekitar 0,57 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku peduli lingkungan yang merupakan salah satu komponen literasi lingkungan pada sebagian besar masyarakat di Indonesia masih rendah.

Rendahnya literasi lingkungan juga terjadi di kalangan siswa. Hasil PISA 2006 mendudukkan Indonesia pada peringkat ke 52 (peringkat ke-6 terbawah) baik untuk sains lingkungan maupun geosains dari 57 negara yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut. Persentase tingkat kecakapan siswa Indonesia untuk sains lingkungan menunjukkan sebanyak 35.8% berada di bawah level D, 34.5% pada level D, 16.8% pada level C, 8.9% pada level B, dan hanya 4% yang berada pada level A (OECD, 2009). Analisis hasil PISA 2006 yang dilakukan oleh OECD menunjukkan bahwa kesadaran siswa terhadap isu-isu lingkungan sejalan dengan tingkat pengetahuan dan kecakapan literasi sains lingkungannya. Siswa yang lebih mengenal fenomena lingkungan yang kompleks ternyata memiliki kecakapan yang tinggi pada literasi sains lingkungannya. Memperbaiki kecakapan literasi lingkungan dimaksudkan untuk mempersiapkan manusia yang memahami dan


(18)

3

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat memecahkan isu-isu lingkungan, karena hanya orang-orang yang melek lingkungan sajalah yang dapat menemukan solusi terhadap permasalah-permasalahan tersebut (NAAEE, 2011).

Indonesia sendiri telah memiliki program pendidikan lingkungan hidup yang pelaksanaannya didasarkan pada keputusan bersama antara Menteri Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2010. Pendidikan lingkungan pada dasarnya dapat diimplementasikan melalui pembelajaran biologi. Dalam Kurikulum 2013 di tingkat SMA, materi tentang lingkungan tercakup pada KD 3.10 yaitu menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi kehidupan, dan KD 4.10 memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan. Sementara dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga dicantumkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran biologi untuk jenjang SMA/MA adalah untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta siswa dalam menjaga kelestarian lingkungan (Permendiknas, 2006). Adapun ruang lingkup materi biologi lingkungan dalam KTSP tercakup dalam Standar Kompetensi (SK) ke-4 untuk kelas X SMA/MA, yaitu menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem, yang dijabarkan dalam empat Kompetensi Dasar (KD).

Salah satu strategi yang dapat digunakan sekolah untuk menumbuhkan literasi lingkungan di kalangan siswa adalah dengan melaksanakan pembelajaran biologi yang kontekstual dan berbasis konteks lokal (Apriana, 2012b). Pembelajaran tersebut harus melibatkan siswa secara aktif dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (Ramadoss & Moli, 2011). Aspek kontekstualitas sangat diperlukan dalam pembelajaran tentang lingkungan, mengingat lingkup persoalan lingkungan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang tidak hanya melibatkan pengetahuan, tetapi juga memerlukan sikap dan keterampilan untuk menyikapi dan menyelesaikan masalah lingkungan yang ada. Mengangkat konteks lokal dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi dan meningkatkan kepedulian mereka terhadap


(19)

4

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alam serta dapat memperkaya materi pembelajaran (Djulia, 2005). Pemanfaatan konteks lokal dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat akan arti penting pelestarian lingkungan (Armesto et al., 2001; Rao et al., 2003). Dengan demikian, pembelajaran tentang lingkungan hendaknya dirancang dan diimplementasikan melalui strategi yang dapat memenuhi kebutuhan kontekstualitas tersebut sehingga siswa dapat berhadapan dengan masalah nyata yang ada di lingkungannya untuk mendukung pembentukan pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah (Subiantoro et al., 2013).

Mempelajari konteks lokal dalam pembelajaran juga selaras dengan salah satu prinsip dalam pengembangan kurikulum 2013, yang menyatakan bahwa kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan siswa dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidupnya. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat (Kemendikbud, 2012). Selain itu, pembelajaran yang dilakukan dengan berorientasi pada realitas lokal juga dapat mengembangkan KI yang dituntut oleh kurikulum 2013, baik pengembangan KI 1 (kompetensi spiritual atau religi), KI 2 (kompetensi sosial), KI 3 (kompetensi keilmuan), maupun KI 4 (kompetensi keterampilan). Salah satunya ditunjukkan oleh hasil penelitian Leksono (2014) bahwa penerapan pembelajaran biologi konservasi berbasis realitas lokal dapat mengembangkan semua Kompetensi Inti yang dituntut oleh kurikulum 2013 tersebut.

Pembelajaran berbasis konteks lokal yang berorientasi pada peningkatan literasi lingkungan perlu ditunjang oleh penggunaan bahan ajar yang sesuai. Pemakaian bahan ajar seperti buku teks yang seragam menyebabkan konteks kelokalan tidak tersampaikan dalam pembelajaran di sekolah. Buku teks harus bersifat inovatif dan memberi celah bagi guru untuk berinovasi dalam memasukkan konteks kelokalan dan budaya setempat, sehingga pembelajaran tetap memenuhi


(20)

5

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

standar yang ditetapkan dengan nuansa lokal (Leksono, 2014). Agar bahan ajar dapat mengakomodasi konteks lokal, maka bahan ajar yang dikembangkan berbasis pada lingkungan sekitar yang melibatkan dan menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media belajar. Bahan ajar berbasis lingkungan akan menyajikan contoh-contoh, baik contoh benda maupun penerapan konsep serta melibatkan lingkungan sekitar dalam uraian materi, objek pengamatan, dan sumber data secara optimal (Sukarno, 2015).

Pengembangan bahan ajar dengan mengangkat konteks lokal sangat diperlukan agar bahan ajar sesuai dengan karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan dalam skala umum seringkali kurang cocok untuk siswa tertentu. Terdapat sejumlah alasan ketidakcocokan misalnya lingkungan sosial, geografis, dan budaya. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, dan latar belakang keluarga. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran (Depdiknas, 2010).

Achyani (2010) merekomendasikan untuk menjadikan kepedulian terhadap lingkungan sebagai target dalam pencapaian pembelajaran biologi, sehingga guru perlu mengidentifikasi dan merancang konsep-konsep biologi yang potensial serta mengaitkannya dengan masalah-masalah lokal dalam pengembangan bahan ajar. Sejalan dengan Achyani, Subiantoro & Handziko (2011) berpendapat bahwa konteks lokal sangat perlu untuk diangkat dalam bahan ajar dan digunakan dalam pembelajaran biologi di sekolah. Selama ini upaya pemanfaatan atau pemberdayaan beragam obyek dan persoalan nyata yang ada di lingkungan dan masyarakat sebagai alternatif bahan ajar di lingkungan sekolah belum banyak dilakukan. Kontribusi bahan ajar dalam membantu guru biologi dalam mengungkap dan memberikan fakta-fakta dan persoalan biologi selama proses pembelajaran harus dimaksimalkan.

Bharucha (2004) menegaskan bahwa permasalahan lingkungan yang diangkat dalam buku teks semestinya dilakukan dengan mengaitkan antara proses pendidikan dengan pembentukan tindakan pro-lingkungan pada siswa. Bahan ajar yang


(21)

6

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikembangkan semestinya berorientasi pada perubahan perilaku individu agar memiliki gaya hidup berkelanjutan, sehingga diperlukan proses dari pemahaman pengetahuan menuju upaya untuk menumbuhkan kesadaran, yang diperlukan untuk menumbuhkan kepedulian dan membentuk perilaku pro-lingkungan (Bharucha, 2004).

Pulau Bangka yang merupakan salah satu propinsi kepulauan di Indonesia memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri, baik dari segi keanekaragaman hayati, kekayaan sumber daya alam, kekayaan budaya maupun lingkungan fisiknya. Pulau Bangka merupakan bagian dari Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki luas wilayah 81.752,14 km2, terdiri dari wilayah daratan kurang lebih 16.424,14 km2 atau 20,10% serta wilayah lautan seluas 65.301 km2 dengan panjang pantai 1.200 km, dan diperkirakan 20% dari luas perairan tersebut merupakan perairan karang (Bapeda, 2014).

Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa khususnya timah yang tersebar di hampir seluruh wilayahnya. Bahkan 40% lebih produk timah di Asia Tenggara berasal dari Kepulauan Bangka Belitung dan menjadikan Indonesia sebagai eksportir timah terbesar di dunia. Deposit timah terbesar ada di Pulau Bangka yang sekaligus merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia (BPK, 2007). Selain kekayaan SDA non hayati berupa timah, Pulau Bangka juga dikaruniai kekayaan SDA hayati yang melimpah. Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat, diantaranya tersedia di ekosistem hutan, ekosistem laut, dan ekosistem pesisir seperti mangrove, dan terumbu karang.

Aktivitas pertambangan timah yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan dan warga masyarakat, berdampak negatif terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan yang sangat nyata adalah terbentuknya lubang-lubang bekas tambang yang dikenal dengan kolong bekas tambang yang jumlahnya mencapai ribuan kolong di seluruh wilayah Pulau Bangka dan Belitung. Luas lahan kritis dari lahan bekas tambang yang ditinggalkan juga semakin bertambah. Bertambahnya


(22)

7

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerusakan habitat alami berbagai jenis organisme seperti ekosistem hutan, laut, mangrove, dan terumbu karang semakin mengancam kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di wilayah Pulau Bangka. Padahal kekayaan SDA dan keanekaragaman hayati di Pulau Bangka memberi sumbangan yang sangat berharga baik dari segi sosial, ekonomi, maupun ekologi bagi masyarakat Pulau Bangka sendiri, penduduk Indonesia, dan masyarakat global.

Perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah Pulau Bangka sangat mempengaruhi keseimbangan dan daya dukung lingkungan. Meningkatnya iklim lokal, kekeringan, berkurangnya air bersih, mewabahnya penyakit malaria, merupakan beberapa permasalahan yang sudah dirasakan oleh masyarakat Pulau Bangka hingga saat ini. Sementara pencemaran air dan tanah, kerusakan hutan, kerusakan mangrove, kerusakan terumbu karang, dan hilangnya keanekaragaman hayati, semuanya terjadi dengan laju yang semakin menghawatirkan.

Kerusakan lingkungan baik yang ada di kawasan darat maupun perairan di Pulau Bangka perlu menjadi perhatian bagi seluruh warga yang ada di Pulau Bangka, termasuk kalangan siswa. Kekayaan dan kondisi lingkungan fisik juga sangat perlu dijaga kelestariannya. Untuk itu realitas lokal yang ada di Pulau Bangka beserta permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi sangat perlu untuk diangkat dalam pembelajaran di sekolah, yang salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikannya ke dalam bahan ajar agar siswa lebih memahami kondisi riil yang ada di lingkungannya serta menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan.

Hasil identifikasi pengetahuan awal siswa SMA di Pulau Bangka tentang isu-isu lingkungan lokal terungkap sebanyak 68% siswa mengetahui bahwa isu-isu lingkungan yang ditemukan di Pulau Bangka adalah kerusakan lingkungan akibat pertambangan timah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyadari bahwa di daerahnya telah terjadi permasalahan lingkungan yang serius akibat pertambangan, serta permasalahan yang ditemukan berbeda dengan yang terjadi di daerah lain. Sementara fakta hasil pengamatan di lapangan menunjukkan buku pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran oleh siswa SMA yang ada di Pulau


(23)

8

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bangka cenderung seragam dan berskala nasional serta tidak berorientasi pada konteks lokal. Hasil identifikasi terhadap beberapa RPP yang disusun oleh guru biologi di Pulau Bangka juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran biologi konsep perubahan lingkungan tidak dijumpai adanya upaya mengaitkan materi perubahan lingkungan dengan konteks lokal yang ada di Pulau Bangka. Contoh-contoh kasus pencemaran yang diangkat justru diambil dari daerah lain seperti pencemaran Sungai Citarum, Jawa Barat, pencemaran merkuri di Pantai Banyuwangi, banjir di Jakarta, dll. Padahal kerusakan lingkungan di Pulau Bangka sangat penting untuk diangkat dalam pembelajaran, mengingat kondisi kerusakan lingkungan sudah sangat parah terutama akibat kegiatan pertambangan timah yang kurang berwawasan lingkungan.

Penggunaan contoh-contoh fakta yang terdapat di lingkungan sekitar siswa akan mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep. Sebaliknya, penggunaan contoh-contoh fakta yang tidak diketahui oleh siswa sebelumnya justru akan lebih sulit dipahami oleh siswa dari pada fakta yang sudah diketahui siswa sebelumnya, maka guru harus mengaitkan konsep-konsep dengan fakta-fakta yang terdapat disekitar siswa sesuai prinsip pembelajaran bermakna (meaningful

learning) (Achyani, 2010).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penting untuk dilakukan pengembangan bahan ajar yang kontekstual yang mengangkat permasalahan lingkungan lokal Pulau Bangka serta mengakomodasi keanekaragaman fakta yang terdapat di lingkungan lokal Pulau Bangka tersebut. Selain itu, pengembangan bahan ajar dengan mengangkat realitas lokal Pulau Bangka juga diperlukan untuk membekali siswa-siswa terutama yang ada di Pulau Bangka dalam menguasai kecakapan literasi lingkungan sehingga dapat membentuk siswa-siswa yang memiliki kesadaran, sikap, dan tindakan yang pro-lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana bahan ajar perubahan lingkungan berbasis


(24)

9

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa?

C. Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah di atas dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan isi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa? 2. Bagaimana kelayakan aspek kegrafikaan bahan ajar perubahan lingkungan

berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa?

3. Bagaimana tingkat keterbacaan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka?

4. Bagaimana kontribusi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang dikembangkan dalam meningkatkan literasi lingkungan siswa?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak meluas, maka cakupan yang menjadi ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan meliputi materi perubahan lingkungan yang dipelajari di kelas X SMA yang berbasis pada realitas lokal Pulau Bangka yaitu perubahan lingkungan akibat pertambangan timah di Pulau Bangka dan berorientasi pada komponen-komponen literasi lingkungan.

2. Realitas lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah realitas lokal Pulau Bangka yang meliputi lingkungan biofisik dan permasalahan-permasalahan lingkungan di Pulau Bangka akibat adanya aktivitas pertambangan timah.

3. Komponen literasi lingkungan dalam penelitian ini mengacu pada framework literasi lingkungan menurut NAAEE (2011) yang terdiri atas empat komponen yaitu: pengetahuan (kognitif), disposisi (afektif), keterampilan kognitif, dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Namun tidak semua sub komponen literasi lingkungan tersebut diukur dalam penelitian. Beberapa


(25)

10

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subkomponen literasi lingkungan yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu meliputi: (1) komponen pengetahuan (kognitif): pengetahuan tentang sistem fisik dan ekologis, pengetahuan tentang isu-isu lingkungan, (2) komponen disposisi (afektif): sensitivitas lingkungan, sikap terhadap lingkungan, locus of control, motivasi dan niat untuk bertindak, (3) komponen kompetensi (keterampilan kognitif): mengidentifikasi isu-isu lingkungan, menganalisis isu-isu lingkungan, membuat rencana penyelidikan isu-isu lingkungan, dan (4) komponen perilaku bertanggung jawab: eco-management, persuasi, dan aksi konsumen.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengidentifikasi kelayakan isi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa.

2. Untuk mengidentifikasi kelayakan aspek kegrafikaan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa.

3. Untuk mengidentifikasi tingkat keterbacaan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka.

4. Untuk mengidentifikasi kontribusi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka dalam meningkatkan literasi lingkungan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermantaaf bagi: 1. Guru

a. Memberikan kemudahan bagi guru-guru biologi di sekolah menengah khususnya di wilayah Pulau Bangka dalam melaksanakan pembelajaran


(26)

11

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mengintegrasikan realitas lokal untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa.

b. Memberi sumbangan bagi guru-guru sekolah menengah di Pulau Bangka dalam mengembangkan bahan ajar yang didasarkan pada realitas lokal.

2. Siswa

a. Membantu siswa khususnya siswa yang berdomisili di Pulau Bangka untuk lebih mengenal dan peduli terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya.


(27)

45

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi penelitian Research and Development dari Borg & Gall (1989) dan dilakukan dengan metode weak experiment. Desain yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Desain ini menggunakan satu kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan pretes dan postes.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014 – Januari 2015. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data awal tentang pengetahuan awal siswa serta data-data tentang perubahan lingkungan yang ada di Pulau Bangka. Pengumpulan data awal tentang pengetahuan awal siswa dilakukan pada tiga sekolah, sedangkan data awal tentang realitas lokal yang berkaitan dengan perubahan lingkungan lokal yang ada di Pulau Bangka dilakukan dengan observasi langsung ke lingkungan yang ada di wilayah Pulau Bangka dan melalui studi literatur dari buku dan jurnal penelitian.

Pengembangan bahan ajar dilakukan pada bulan Februari – April 2015, selanjutnya dilakukan uji coba terbatas dan implementasi pada bulan April – Mei 2015. Pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan di SMAN 2 Pangkalpinang dan implementasi dilkukan di tiga sekolah yaitu SMAN 2 Pangkalpinang, SMAN 1 Merawang, dan SMAN 1 Sungailiat.

C. Populasi dan sampel

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA. Populasi untuk uji coba terbatas penggunaan bahan ajar adalah siswa kelas X SMA 2 Pangkalpinang dan implementasi bahan ajar dilakukan terhadap siswa-siswa kelas X SMA pada tiga sekolah yaitu siswa kelas X SMA Negeri 2 Pangkalpinang yang ada di Kota madya


(28)

46

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pangkalpinang, SMA Negeri I Merawang, dan SMA Negeri 1 Sungailiat yang ada di Kabupaten Bangka, Tahun Pelajaran 2014/2015.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana sampel yang dipilih didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti lokasi sekolah. Masing-masing sekolah dipilih dua kelas X untuk sampel. Satu kelas digunakan untuk uji keterbacaan bahan ajar dan satu kelas yang lain digunakan untuk implementasi bahan ajar dalam pembelajaran. Pemilihan sekolah dilakukan atas dasar lokasi sekolah yaitu sekolah yang berlokasi di daerah perkotaan, pertengahan dan pinggiran.

D. Definisi Istilah

1. Pengembangan bahan ajar perubahan lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar pada konsep perubahan lingkungan yang dipelajari di kelas X SMA. Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan mengintegrasikan realitas lokal Pulau Bangka ke dalam konsep perubahan lingkungan dan berorientasi pada komponen-komponen literasi lingkungan untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa.

2. Realitas lokal merupakan semua kondisi dan kehidupan nyata serta fenomena yang ada di lingkungan sekitar (tempat hidup) siswa yang disusun secara sistematis yang didalamnya termasuk lingkungan fisik, sosial, pemahaman, keyakinan, dan wawasan lokal siswa (Achyani, 2010). Realitas lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah realitas lokal yang ada di Pulau Bangka yang meliputi lingkungan biofisik dan permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada di Pulau Bangka akibat aktivitas pertambangan timah.

1. Literasi lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman individu terhadap konsep dan prinsip-prinsip yang terjadi di lingkungan. Melalui pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsip tersebut individu mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan berperan aktif dalam mengatasi kerusakan lingkungan baik secara individu maupun kelompok (Coyle, 2005). Domain literasi lingkungan terdiri atas empat


(29)

47

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komponen yaitu: pengetahuan (kognitif), disposisi (afektif), kompetensi (keterampilan kognitif), dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (NAAEE, 2011). Beberapa subkomponen literasi lingkungan yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu meliputi: (1) komponen pengetahuan (kognitif): pengetahuan tentang sistem fisik dan ekologis, pengetahuan tentang isu-isu lingkungan, (2) komponen disposisi (afektif): sensitivitas lingkungan, sikap terhadap lingkungan, locus of control, motivasi dan niat untuk bertindak, (3) komponen kompetensi (keterampilan kognitif): mengidentifikasi isu-isu lingkungan, menganalisis isu-isu lingkungan, membuat rencana penyelidikan isu-isu lingkungan, dan (4) komponen perilaku bertanggung jawab:

eco-management, persuasi, dan aksi konsumen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data selama penelitian berlangsung tertuang dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Target, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian. Target Metode/Teknik

Pengumpulan Data

Instrumen Sumber Data

Pengetahuan awal Lembar isian Lembar isian terbuka Siswa

Realitas lokal Pulau Bangka

Observasi & studi literatur

Catatan lapangan Lingkungan di Pulau Bangka dan sumber

referensi Uji Keterbacaan

Bahan Ajar

Uji rumpang (cloze

test)

Tes rumpang Siswa

Kelayakan isi bahan ajar

Tanggapan ahli Angket tanggapan ahli Ahli materi dan teknologi Literasi lingkungan Pretes dan Postes Tes literasi lingkungan Siswa

Tanggapan Siswa dan Guru

Angket Rubrik Siswa dan guru


(30)

48

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi pendahuluan dilakukan untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang isu-isu lingkungan dan keterampilan kognitif dasar dengan menggunakan lembar isian terbuka. Pengetahuan siswa tentang isu-isu lingkungan meliputi: pengetahuan tentang isu lingkungan global, pengetahuan tentang isu lingkungan lokal, pengetahuan tentang masalah lingkungan akibat pertambangan timah, pengetahuan tentang dampak masalah lingkungan akibat pertambangan timah, serta partisipasi warga dan tindakan pelestarian lingkungan. Keterampilan kognitif dasar yang digali meliputi keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan variabel penelitian, dan menentukan parameter penelitian. Kisi-kisi angket untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang beberapa aspek literasi lingkungan tertuang dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pengetahuan awal siswa

Komponen Literasi Lingkungan (umum)

Komponen Spesifik Aspek yang ditanyakan No Soal A. Pengetahuan Pengetahuan Ekologi Pengetahuan tentang isu-isu

lingkungan

1-4 B. Afektif tentang

Lingkungan

Komitmen Verbal. Sikap

locus of control

5 6a C. Kompetensi (Keterampilan Kognitif) Rencana Penyelidikan Isu lingkungan

Merumuskan tujuan penyelidikan Merumuskan pertanyaan penyelidikan Merumuskan hipotesis penyelidikan Menentukan variabel penyelidikan Menentukan parameter penyelidikan

7a 7b 7c 7d 7e D. Perilaku Komitmen Nyata

(Tindakan Pro-lingkungan)

Perilaku bertanggung jawab 6b

2. Tes Literasi Lingkungan.

Kecakapan literasi lingkungan siswa diukur dengan menggunakan tes literasi lingkungan yang diadaptasi dari Middle School Environmental Literacy

Instrument/Survey (MSELS) yang dikembangkan oleh National Environmental Literacy Assessment (NELA) (2008). Tes Literasi lingkungan mencakup empat

domain yaitu domain kognitif, domain keterampilan kognitif, domain afektif, dan domain tindakan. Dari keempat domain tersebut, komponen-komponen literasi


(31)

49

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lingkungan yang diukur meliputi; komponen pengetahuan ekologi, sikap dan peduli terhadap lingkungan, keterampilan dalam memecahkan masalah lingkungan, serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Pengembangan instrumen tes literasi lingkungan dilakukan dengan mengadaptasi soal tes Middle Schools Environmental Literacy Survey/Instrument (MSELS/I) yang digunakan oleh NELA (2008) dan menyesuaikannya dengan konteks lokal Pulau Bangka. Adapun kisi-kisi tes literasi lingkungan dituangkan pada Tabel 3.3.

Meskipun MSELS telah teruji baik validitas konstruk maupun reliabilitasnya seperti yang telah diteliti oleh McBeth & Volk (2010), serta telah menjadi rujukan asesmen atau evaluasi standar untuk tes literasi lingkungan di beberapa negara, namun tes literasi lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini tetap diuji validasinya mengingat dilakukannya perubahan, penambahan, dan penyesuaian soal tes tersebut dengan realitas lokal di Pulau Bangka. Analisis indeks kesukaran, validitas, dan reliabilitas instrumen literasi lingkungan dilakukan menggunakan Anatest dan SPSS 16. Hasil validasi instrumen literasi lingkungan dapat dilihat pada Lampiran C.1. Kisi-kisi tes literasi lingkungan tersaji pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi tes literasi lingkungan Komponen Literasi

Lingkungan (umum)

Komponen Spesifik Nomor Soal Jumlah Item Perolehan poin tertinggi A.Pengetahuan Pengetahuan Ekologi 1-20 20 20 B.Afektif tentang

Lingkungan

1.Komitmen Verbal. 2.Sensitivitas Lingkungan 34-53 54-58 20 5 100 15 C.Kompetensi (Keterampilan Kognitif)

1.Rencana Penyelidikan Isu

2.Identifikasi Isu 3.Analisis Isu

21-25 26-27 28-33 5 2 6 9 2 6 D.Perilaku Komitmen Nyata

(Tindakan Pro-lingkungan)


(32)

50

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Transformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan beserta masing-masing komponennya baik pretes maupun postes dilakukan dengan metode yang merujuk pada metode transformasi yang digunakan oleh NELA (2008) dalam mentransformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan siswa dengan menggunakan MSELS/I. Metode transformasi tersebut secara lengkap tersaji dalam Tabel 3.4.


(33)

51

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4. Metode yang digunakan untuk mentransformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan.

Komponen Literasi Lingkungan

Komponen Spesifik Nomor Soal Jumlah Item Kisaran Skor Faktor Pengali Skor

A. Pengetahuan Pengetahuan Ekologi 1-20 20 0-20 3.00 60 B. Afektif tentang

Lingkungan

1.Komitmen Verbal. 2.Sensitivitas Lingkungan 34-53 54-58 20 5 20-100 5-15 0.40 1.33 40 20 60 C. Kompetensi (Keterampilan Kognitif) 1.Rencana Penyelidikan Isu 2.Identifikasi Isu 3.Analisis Isu

21-25 26-27 28-33 5 2 6 0-9 0-2 0-6 3.33 5.00 3.33 30 10 20 60 D. Perilaku Komitmen Nyata

(Tindakan Pro-lingkungan)

59-73 15 15-75 0.8 60

TOTAL 73 40-227 240

Keterangan range skor dan kategori untuk tiap komponen:

- Pengetahuan : Range = 0 – 60, Rendah = 0 – 20, Sedang = 21 – 40, Tinggi = 41 -60. - Afektif : Range = 15 – 60, Rendah = 15 – 30, Sedang = 31 – 45, Tinggi = 46 -60. - Keterampilan Kognitif : Range = 0 – 60, Rendah = 0 – 20, Sedang = 21 – 40, Tinggi = 41 -60. - Perilaku : Range = 12 – 60, Rendah = 12- 27, Sedang = 28 – 44, Tinggi = 45 -60 - Literasi lingkungan : Range = 27 – 240, Rendah = 27 – 98, Sedang = 99 – 169, Tinggi = 170-240

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Keterbacaan Bahan Ajar

Analisis keterbacaan bahan ajar yang dilakukan dengan menggunakan uji rumpang (cloze test). Uji ini dilakukan dengan cara menghilangkan bagian kata dari kalimat yang ada dalam sebuah badan teks. Perumpangan kata dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara sistematis atau secara acak (Suhadi, 1996).

Kriteria pembuatan tes cloze mengikuti prosedur konstruksi wacana untuk uji rumpang. Taylor (Sulistyorini, 2006) sebagai pengembang teknik ini mengemukakan sebuah prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi wacana rumpang. Prosedur tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memilih suatu wacana yang relatif sempurna, yakni wacana yang tidak bergantung pada informasi selanjutnya.


(34)

52

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan penghilangan atau pelesapan setiap kata ke-n tanpa memperhatikan arti dan fungsi kata yang dihilangkan atau dilesapkan tersebut.

c. Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan dengan tanda-tanda tertentu, misalnya dengan garis mendatar (---).

d. Memberi salinan dari semua bagian yang direproduksi kepada siswa atau peserta tes.

e. Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua lesapan dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap wacana, memperhatikan konteks wacana, atau memperhatikan kata-kata sisanya.

f. Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya.

Adapun kriteria pembuatan tes cloze sebagai alat ukur disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kriteria pembuatan cloze test sebagai alat ukur

Karakteristik Sebagai alat ukur

Panjang wacana Antara 250-350 kata dari wacana terpilih

Delisi atau lepasan Setiap kata ke-n yang dilepaskan secara sistematis dan konsisten.

Evaluasi Jawaban berupa kata yang persis dan sesuai dengan kunci/teks aslinya ’exact words’

(Taylor dalam Sulistyorini, 2006).

Tingkat Keterbacaan (TK) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

� = SS ya a u � % Dimana:

Skor yang diperoleh = jumlah jawaban yang benar dari responden Skor maksimum = semua jawaban test rumpang benar


(35)

53

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun kategori Tingkat Keterbacaan bahan ajar menurut Suhadi (1996).adalah:

TK > 57% = tinggi 44% < TK < 57% = sedang TK < 44% = rendah

2. Analisis Kelayakan Isi Bahan Ajar

Kelayakan isi bahan ajar dilihat dari hasil angket tanggapan yang diberikan oleh para ahli. Kelayakan bahan ajar akan dinilai berdasarkan kriteria penilaian dari BSNP dengan melihat profil dari kedua komponen dengan aturan penetapan status sebagai berikut.

a. Layak.

Bahan ajar dinyatakan layak berdasarkan profil hasil penilaian dari seluruh aspek pada kedua komponen penilaian kelayakan, yaitu konten materi dan kegrafikaan, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor minimal 2,75 pada setiap subkomponennya.

2) Komponen kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan mempunyai rata-rata skor komposit lebih besar dari 2,50 pada setiap subkomponennya.

b. Layak dengan perbaikan

Bahan ajar dinyatakan layak dengan perbaikan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Komponen isi, kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan mempunyai rata-rata skor komposit kurang dari, atau sama dengan 2.50 dengan persentase kurang dari 30% pada setiap subkomponennya.

c. Tidak layak

Bahan ajar dinyatakan tidak layak apabila subkomponen mempunyai rata-rata skor = 1 dari salah satu penilai pada setiap komponen.


(36)

54

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun hasil validasi yang dilakukan oleh guru biologi didasarkan pada kategori tingkat kelayakan bahan ajar yang digunakan oleh Achyani (2010) dengan ketentuan:

a. Penilaian dalam bentuk skor kualitatif yang terbagi dalam empat tingkatan, yaitu; Sangat Baik (SB), Baik(B), Kurang (K), dan Sangat Kurang (SK). b. Bila skor dikonversi menggunakan angka maka SB=4, B=3, K=2, dan SK=1.

Sehingga dari jumlah keseluruhan 24 item diperoleh skor maksimum yang mungkin adalah 4 x 24 = 96.

c. Perolehan skor dihitung dengan rumus:

� =Skor yang diperolehSkor maksimum � %

d. Hasil perhitungan berupa persentase kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria interpretasi skor dari Riduwan dan Akdon (2008) sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat Lemah

21% – 40% = Lemah 41% - 60% = Cukup 61% - 80% = Kuat

81% - 100% = Sangat Kuat

3. Analisis Kemampuan Literasi Lingkungan Siswa

Kemampuan literasi lingkungan siswa yang berupa hasil pretest dan

posttest dianalisis menggunakan uji statistik Normalized gain (N-gain) dengan

rumus sebagai berikut.

� − ��� = �� −− � Dimana:


(37)

55

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Spre = skor pretest

Spost = skor posttest

Smaks = skor maksimum ideal

Adapun kategori perolehan skor adalah : tinggi: N-gain > 0,7, sedang: 0,3 > N-gain > 0,7, dan rendah: N-gain < 0,3 (Hake, 1999).

G. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Bahan ajar

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti tahap-tahap desain

Research & Development dari Borg & Gall (1989) yang dibatasi sampai tahap ke-6,

meliputi studi pendahuluan (research and information collecting), perencanaan (planning), pengembangan (develop preliminary form of product), validasi dan revisi (preliminary field testing, main product revision, & main field testing). Masing-masing langkah dijelaskan sebagai berikut.

1. Studi pendahuluan (research and information collecting)

Studi pendahuluan yang dilakukan terdiri atas studi kepustakaan dan survey lapangan serta studi kecakapan awal literasi lingkungan siswa pada beberapa komponen. Studi kepustakaan meliputi studi literatur dan studi tentang hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Studi literatur yang dilakukan meliputi studi tentang penelitian yang relevan, identifikasi bahan ajar yang ada dan selama ini digunakan tentang konsep perubahan lingkungan pada buku teks Biologi kelas X SMA, serta studi tentang kecakapan awal siswa pada beberapa komponen literasi lingkungan. Sedangkan studi tentang hasil penelitian dilakukan melalui kajian tentang hasil penelitian yang berhubungan dengan upaya peningkatan literasi lingkungan, pengembangan bahan ajar berbasis konteks lokal. Studi literature juga dilakukan terhadap literature yang yang berhubungan dengan realitas lokal Pulau Bangka untuk diintegrasikan dalam materi bahan ajar.


(38)

56

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi pendahuluan melalui survey lapangan ditujukan untuk mengetahui kondisi obyektif yang ada di lapangan berkaitan dengan realitas lokal Pulau Bangka yang dapat diintegrasikan dalam bahan ajar yang dikembangkan.

2. Perencanaan (planning)

Tahap perencanaan meliputi pemilihan konsep yang akan dikembangkan sebagai materi bahan ajar, identifikasi komponen-komponen literasi lingkungan dan model pengintegrasiannya, serta identifikasi realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai dengan konsep perubahan lingkungan yang akan dikembangkan dalam bahan ajar. Tahapan ini juga termasuk penyusunan instrumen untuk mengukur literasi lingkungan siswa melaui adaptasi instrumen literasi lingkungan yang digunakan oleh NELA (2008), melakukan validasi dan uji coba instrumen, dan mengembangkan draft awal bahan ajar.

3. Pengembangan bahan ajar (develop preliminary form of product)

Tahap ini merupakan tahap pengembangan bahan ajar dari draft awal yang sudah dibuat menjadi bahan ajar lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang berorientasi pada komponen-komponen literasi lingkungan sehingga sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar didasarkan pada guideline penyusunan bahan ajar lingkungan untuk mengembangkan literasi lingkungan yang dikeluarkan NAAEE (2004) dengan enam karakteristik kunci yaitu fairness & accuracy, depth, emphasis on skill

building, action orientation, instructional soundness dan usability.

4. Validasi dan revisi bahan ajar (preliminary field testing, main product revision,

& main field testing)

Validasi bahan ajar dilakukan dengan meminta judgment dari ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli teknologi untuk menilai kelayakan bahan ajar dari aspek materi dan kegrafikaan, serta meminta penilaian kelayakan bahan ajar oleh


(39)

57

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengguna yaitu guru biologi. Revisi awal dilakukan sesuai dengan masukan dari validator. Selanjutnya bahan ajar hasil revisi diuji-cobakan dalam skala terbatas (preliminary field testing) yang dilakukan pada satu sekolah. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap bahan ajar berdasarkan hasil uji coba terbatas. Tahap selanjutnya adalah melakukan implementasi pada skala yang lebih luas (main

field testing) pada tiga sekolah yang dilakukan dengan metode weak experiment

dengan desain one group pretest-posttest serta dilakukan pengukuran literasi lingkungan siswa.

Secara ringkas penelitian tentang pengembangan bahan ajar perubahan lingkungan dilakukan melalui prosedur seperti yang tersaji pada Gambar 3.1.

TAHAP I STUDI PENDAHULUAN

TAHAP II PERENCANAAN

TAHAP III PENGEMBANGAN

BAHAN AJAR

TAHAP IV VALIDASI & REVISI


(40)

58

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Studi Literatur:

Kajian penelitian tentang

peningkatan literasi lingkungan dan pengembangan bahan ajar

Identifikasi konsep buku teks biologi kelas X SMA

Identifikasi komponen-komponen literasi lingkungan.

Studi literature tentang data-data perubahan lingkungan di Pulau Bangka.

2. Studi Lapangan:

 Identifikasi realitas lokal di Pulau Bangka untuk diintegrasikan dalam bahan ajar.

 Studi pendahulu an tentang kecakapan literasi lingkungan siswa di Pulau Bangka.

1.Merancang instrument penelitian. 2.Uji coba

instrument 3.Menyusun Draft awal bahan ajar yang akan dikembangkan Mengembangkan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa Validasi ahli/ expert judgment Revisi produk berdasarkan masukan para ahli

Uji coba bahan ajar Uji coba terbatas Revisi dan penyempur naan produk Uji coba skala luas Weak Experiment Pretest literasi lingkungan Penggunaan bahan ajar Posttest literasi lingkungan Analisis Data Kesimpulan Produk Akhir Bahan Ajar Perubahan Lingkungan Berbasis Realitas Lokal Pulau Bangka


(41)

115

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada BAB IV dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa telah berhasil dikembangkan. Bahan ajar yang dikembangkan telah divalidasi dan diujicobakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan, kelayakan isi, kegrafikaan, dan kemampuannya dalam meningkatkan literasi lingkungan.

Kualiatas bahan ajar berdasarkan penilaian dari ahli materi dalam kategori layak diujicobakan dengan persentase kelayakan 78.4%, penilaian ahli teknologi dalam kategori layak dengan persentase kelayakan 75.0%, dan penilaian guru sebagai pengguna dalam kategori sangat baik dengan persentase 93.4%.

Bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan memenuhi syarat dan layak untuk digunakan oleh siswa kelas X SMA ditinjau dari aspek keterbacaan, hal ini ditunjukkan dari hasil uji keterbacaan bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan memiliki keterbacaan dengan kategori tinggi. Produk yang dihasilkan telah dilakukan revisi sesuai saran dan masukan dari validator, hasil uji coba terbatas, dan uji coba skala luas.

Hasil implementasi bahan ajar dalam pembelajaran menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan kecakapan literasi lingkungan siswa secara signifikan dengan kategori peningkatan (N-gain) sedang, untuk masing-masing komponen terjadi peningkatan komponen pengetahuan dan komponen keterampilan kognitif dalam kategori sedang, serta peningkatan komponen afektif dan perilaku dalam kategori rendah.


(42)

116

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis realitas lokal Pulau Bangka ini hanya terbatas pada perubahan lingkungan yang terjadi di Pulau Bangka sebagai dampak aktivitas pertambangan. Penelitian dan pengembangan lanjutan masih sangat terbuka untuk memperluas dan menggali lebih dalam mengenai realitas lokal Pulau Bangka Belitung.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan melalui implementasi pada jumlah sekolah yang lebih banyak agar diperoleh bahan ajar yang lebih layak dan teruji untuk meningkatkan kecakapan literasi lingkungan.

3. Implementasi bahan ajar dalam pembelajaran konsep perubahan lingkungan perlu dilakukan dengan menggunakan strategi dan metode yang tepat agar diperoleh hasil yang optimal terhadap peningkatan kecakapan literasi lingkungan siswa. Untuk itu perludilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektifitas pemanfaatan bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan dalam meningkatkan literasi lingkungan siswa dengan memadukannya menggunakan metode-metode pembelajaran tertentu.


(43)

117

Mukhyati, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Achyani. (2010). Pengembangan Model Penulisan Buku Pelajaran Biologi SMA

Berwawasan Ekologi dan Berbasis Realitas Lokal. (Disertasi). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Aiyen. (2006). Ilmu Remediasi untuk Atasi Pencemaran Tanah di Aceh dan

Sumatera Utara. Fakultas Pertanian UGM: Pusat Kajian Rehabilitasi Lahan

Tambang.

Aktamis, H. (2011). “Determinng energy saving behavior and energy awareness of sechondary school students according to socio demographic characteristics”. Educational Research and Reviews. 6(3), 243-250.

Anwar, S. (2014). Pengolahan Bahan Ajar. Bahan Perkuliahan Pengolahan Bahan

Ajar. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Apriana, E. (2012a). Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi

dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan dan Tindakan Konservasi. (Disertasi).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Apriana, E. (2012b). “Pengintegrasian Konsep Biokonservasi dalam Pembelajaran Biologi Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi dan Kesadaran Lingkungan di Kalangan Siswa”. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. 12, (1), 1-6.

Archie, M. L. (2003). Advancing Education Through Environmental Literacy. Alexandria,Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development

Armesto, J. J., Rozzi, R., Ramirez, S. C. (2001). Conservation strategies for biodiversity and indigenous people in Chilean forest ecosystems. Journal of

The Royal Society of New Zealand, Volume 31, pp 865-877.

Bharucha, E. (2004). Environmental Studies. Textbook for Undergraduate Cources of All Branches of Higher Education. University Grand Comission and Bharati Vidyapeet Institute of Environment Education and Research, New Delhi.

Bharucha, E. (2002). Present Status and Future Possibilities for Infusion of

Biodiversity Conservation Issues Into School and College Curricula in India. Bharati Vidyapeeth Institute of Environmental Education and

Research: Pune, India. [Online]. Diakses dari: http://www.ceeindia.org/esf/download/paper32.pdf.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Achyani. (2010). Pengembangan Model Penulisan Buku Pelajaran Biologi SMA

Berwawasan Ekologi dan Berbasis Realitas Lokal. (Disertasi). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Aiyen. (2006). Ilmu Remediasi untuk Atasi Pencemaran Tanah di Aceh dan

Sumatera Utara. Fakultas Pertanian UGM: Pusat Kajian Rehabilitasi Lahan

Tambang.

Aktamis, H. (2011). “Determinng energy saving behavior and energy awareness of sechondary school students according to socio demographic

characteristics”. Educational Research and Reviews. 6(3), 243-250.

Anwar, S. (2014). Pengolahan Bahan Ajar. Bahan Perkuliahan Pengolahan Bahan

Ajar. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Apriana, E. (2012a). Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi

dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan dan Tindakan Konservasi. (Disertasi).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Apriana, E. (2012b). “Pengintegrasian Konsep Biokonservasi dalam Pembelajaran Biologi Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi dan Kesadaran Lingkungan di Kalangan Siswa”. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. 12, (1), 1-6.

Archie, M. L. (2003). Advancing Education Through Environmental Literacy. Alexandria,Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development

Armesto, J. J., Rozzi, R., Ramirez, S. C. (2001). Conservation strategies for biodiversity and indigenous people in Chilean forest ecosystems. Journal of

The Royal Society of New Zealand, Volume 31, pp 865-877.

Bharucha, E. (2004). Environmental Studies. Textbook for Undergraduate Cources of All Branches of Higher Education. University Grand Comission and Bharati Vidyapeet Institute of Environment Education and Research, New Delhi.

Bharucha, E. (2002). Present Status and Future Possibilities for Infusion of

Biodiversity Conservation Issues Into School and College Curricula in India. Bharati Vidyapeeth Institute of Environmental Education and

Research: Pune, India. [Online]. Diakses dari:


(2)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (2007). Hasil Pemeriksaan Sem II TA 2007 atas

Pengendalian Kerusakan Pertambangan Umum dan Penetimaan Royalti Tahun 2003-2007 pada PT. Timah Tbk dan PT. Koba Tin. Jakarta:

Auditorat Utama Keuangan Negara IV.

Borg, W. R. & Gall, J. P. (1989). Educational Research: An Introduction (fifth

edition). New York: Longman.

Chu, H. E., Lee, E. A., Ko, H. R., Shin, D. H., Lee, M. N., Min, B. M., & Kang, K.

H. (2007). Korean Year 3 Children’s Environmental Literacy: A

Prerequisite for a Korean Environmental Education Curriculum.

International Journal of Science Education 29:731–746

Coyle, K. (2005). Environmental Literacy in America: What Ten Years of

NEETF/Roper Research and Related Studies Says about Environmental Literacy in The US. Washington, D.C: The National Education and

Training Foundation.

Depdiknas. (2008). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjendikdasmen PSMA.

Depdiknas. (2010). Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.

Djulia, E. (2005). Peran Budaya Lokal dalam Pembentukan Sains (Studi

Naturalistik Sains Siswa Kelompok Budaya Sunda tentang Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan dalam Konteks Sekolah dan Lingkungan Pertanian.

(Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Eggen, P. & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan

Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Eilam, E. & Trop, T. (2012). “Environmental Attitudes & Environmental Behavior – Which is The Horse andWhich is The Cart?”. Sustainability Journal, 4,

2210-2246.

Erdogan, M., Bahar, M., & Usak, M. (2012). Environmental Education in High School 9th - 12th Biology Course Curricula Started to be Implemented in 2007. Journal of Educational Sciences: Theory & Practice - 12(3) Educational Consultancy and Research Center.

Erdogan, M., Kostova, Z., and Marcinkowski, T. (2009). “Component of

Environnmental Literacy in Elementary Science Education Curriculum in

Bulgaria and Turky”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 5, (1), 15-26.


(3)

Futschek, G. (2013). “Extreme Didactic Reduction in Computational Thinking Education”. X World Conference on Computers in Education July 2-5, 2013; Toruń, Poland.

Gopal, R. (2005). “Indigenous Environmental Knowledge in Formal Education”. Jurnal Penyelidikan MPBL. 6, 120-132.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Diakses dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

Hungerford, H. R. & Volk, T. L. (1990). “Changing Learner Behaviour trough Environmental Education”. Journal of Environmental Education, 21(3), 8-21.

Hungerford, H. R., Litherland, R. A., Peyton, R. B., Ramsey, J. M., & Volk, T. L. (1996). Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action: Skill

Development Program. Illionis: Stipes Publishing LLC.

Kahar, A. P. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Ekosistem Mangrove Berbasis

Potensi Lokal untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Karatekin, K. (2012). “Environmental Literacy in Turkey Primary School Social Studies Textbooks”. Procedia Social and Behavioral Sciences Vol. 46, pp.

3519-3523.

Karimzadegan, H. & Meiboudi, H. (2012). “Exploration of Environmental Literacy in Science Education Curriculum in Primary School in Iran”. Procedia -

Social and Behavioral Sciences 46 ( 2012 ) 404 – 409.

Kemendikbud. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Keraf, A. S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Penerbit Buku Kompas.

Kollmuss, A. & Agyeman, J. (2002). “Mind The Gap: Why People Act

Environmentally and What are The Barrier to Pro Environmental

Behavior?”. Environmental Education Res, 8, 239-260.

Krnel, D. & Naglic, S. “Environmental Literacy Comparison between Eco-School and Ordinary School in Slovenia”. International Council of Association

for Science Education. Vol. 20, No. 1/2 pp. 5-24.

Leksono, S.M. (2014). Program Pembelajaran Biologi Konservasi Berbasis

Kearifan Lokal untuk Mengembangkan Literasi Biodiversitas Calon Guru Biologi. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan


(4)

Maulidya, F., Mudzakir, A., Sanjaya, Y. (2014). “Case Study the Environmental

Literacy Fast Learner Middle School Student in Indonesia”. International Journal of Science and Research. Vol 3, Issue1.

McBeth, W. & Volk, T. L. (2010). “The National Environmental Literacy Project: A Baseline Study of Middle Grade Students in the United States”. The

Journal Of Environmental Education, 41(1), 55–67.

Meagher, T. (2009). “Looking Inside a Student’s Mind: Can an Analysis of Students Concept Map Measure Change in Environmental Literacy?”. Electronic Journal of Science Education. Vol.13, No.1, pp.1-28.

National Environmental Literacy Assessment (NELA). (2008). Final Research

Report Part 1 & 2. Washington DC: NELA Project.

National Research Council (NRC). (1996). National Science Education Standards. Washington DC: The National Academic Science.

North American Association for Environmental Education (NAAEE). (2011).

Developing a Framework for Assessing Environmental Literacy.

Washington DC: The National Science Foundation.

North American Association for Environmental Education (NAAEE). (2004).

Environmental Education Materials: Guidelines for Excellence.

Washington, D.C.: NAAEE.

OECD. (2009). Green at Fifteen?: How 15-years-olds Perform in Environmental

Science and Geoscience in PISA 2006. Paris: OECD.

OECD. (2008). The OECD Environmental Outlook to 2030. Paris: OECD.

Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.

Ramadoss, A. & Moli, G. P. (2011). “Biodiversity Conservation Through Environmental Education for Sustainable Development – A Case study

from Puducherry, India”. International Electronic Journal of Environmental Education. 1, (2), 97-111.

Ratnasari, D. (2014). Analisis Hubungan Kompetensi Siswa SMA pada Konsep

Pencemaran Lingkungan dengan Memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua Melalui Kegiatan Field Trip. (Tesis). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Raven, P. H., Berg, L. R., Hassenzahl, D. M. (2010). Environment. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.


(5)

Riduwan dan Akdon. (2008). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Servan-Scheiber, D. (2010). Hidup Bebas Kanker : Terobosan Terbaru Mencegah,

Melawan, dan Mengobati Kanker. Penerjemah Rani S.Ekawati. Bandung:

Qanita. . [Online]. Diakses dari

https://books.google.com/books?isbn=6028579394

Siahaan, N.H.T. (2004). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga. [Online]. Diakses dari https://books.google.com/books?

Snively, G. & Corsiglia, J. (2001). “Discovering Indigenous Science: Implication for

Science Education”. Science Education. 85, 6-34.

Stokes, E., Edge, E., & West, A. (2001). Environmental education in the educational systems of the European Enion: A synthesis report. Commissioned by the Environment Directorate-General of the European Commission. [Online]. Diakses dari: http://www.medies.net/_uploaded_files/ee_in_eu.pdf.

Suhadi, R. (1996). Analisis Bahasa Buku Paket SMA dari Segi Keterbacaan (Suatu

Pendekatan Analisis Kalimat dan Uji Rumpang yang Dilakukan oleh Pembelajar Jurusan Fisika di SMA Negeri di Kotamadya Bandung).

(Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Subiantoro, A. W., Ariyanti, N. A., & Sulistyo. (2013). “Pembelajaran Materi Ekosistem dengan Socio-scientific Issue dan Pengaruhnya Terhadap

Reflective Judgment Siswa”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. JPII 2 (1)

(2013) 41-47.

Subiantoro, A. W., & Handziko, R. C. (2011). Erupsi Merapi dan Potensi

Pengembangan Bahan Ajar Ekosistem Berbasis Representasi. [Online].

Diakses dari:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309690/Erupsi%20Merapi%20& %20Representasi_UNS_2011.pdf.

Sukarno. (2015). Peran Bahan Ajar Sains Berbasis School Environment Exploration

dalam Meningkatkan Penguasaan Materi Pelajaran dan Keterampilan Proses Sainsh. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Sulistyorini, H. (2006). Tingkat keterbacaan teks dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ’larutan penyangga’ di SMA

Negeri I Kramat Kabupaten Tegal (skripsi). Semarang: Universitas Negeri

Semarang. [Online]. Diakses dari:


(6)

Sungkono. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Surtikanti, H. K. (2009). Toksikologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press.

The North American Mosaic. An Overview of Key Environmental Issues. [Online]. Diakses dari: www.cec.org/soe/files/en/soe_pbts_en.pdf

Toharudin, U. (2010). Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Literasi

Sains untuk Pendidikan Dasar. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Toto. (2009). Pengembangan Bahan Ajar Fisika Dasar untuk Calon Guru Biologi. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

UNESCO. (1978a). Intergovernmental Conference on Environmental Education.

Tbilisi (USSR), October 14-26, 1997, FINAL REPORT. Paris:

UNESCO/UNEP.

UNESCO. (1978b). “The Tbilisi Declaration. Intergovernmental Conference on

Environmental Education October 14-26, 1997”. UNESCO/UNEP

Environmental Education Newsletter. Vol. III No.1.

Utina, R. (2015). Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya.

[Online]. Diakses dari:

http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/324/pemanasan-global-dampak-dan-upaya-meminimalisasinya.pdf.

Zeidler L. D. (2005). “Boyond STS: A Research-Based Framework for

Sosioscientific Issues Education”. Department of Secondary Education, College of Education, University of South Florida: Wiley Interscience.