Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan Chapter III V

27

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian deskriptif adalah metode
penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan atau melukiskan dalam
arti sebenarnya (harfiah), yaitu berupa gambar – gambar atau foto – foto yang
didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan dengan kata – kata. AdaPun
definisi dari penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring
informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek dihubungkan
dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis mauPun praktis.22

22

Hadari Nawawi & Martini Hadari, Instrumen Penelitian Sosial. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta:1992, Hal. 209


27

Universitas Sumatera Utara

28

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif dengan
melakukan wawancara mendalam. Peneliti memilih pendekatan penelitian ini
karena penelitian kulitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak
menggeneraliasi.
3.2

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

yang berada di Jalan Pinang Baris Nomor 114C , Medan Sunggal, Kota Medan,
Kantor Layanan Pengadaan dan Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE) yang berada Kantor Walikota Medan dengan alamat Jalan Kapten
Maulana Lubis Nomor 2, Kota Medan.

3.3

Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak bermaksud membuat generalisasi dari penelitinya.

Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya poPulasi dan
sampel. Informan penelitian adalah implementator dari kebijakan yang memahami
informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan yang
terdiri dari :
1.

Informan Kunci
Informan kunci adalah seseorang yang secara lengkap dan mendalam

mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian.23

23

Arie Yadi: Contoh Prosedur dalam Penelitian Kualitatif. Ariexsdelpotro.blogspot.com. diakses

pada 3 November 2016 Pukul 00.06 WIB

28

Universitas Sumatera Utara

29

Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kelompok
No

Informan Penelitian

1

Informan
kunci (key
informan)

Kelompok Kerja

(Pokja) Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan

2

2

Informan

Pegawai LPSE dan

10

Informasi yang
dibutuhkan
SOP e-procurement,
implementasi eprocurement yang dinilai
dari komunikasi, sumber
daya, disposisi dan
struktur birokrasi serta

tantangan dan hambatan
yang dilalui.
implementasi e-

Kerja (Pokja) Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
2.

Informan Utama
Informan Utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti.24 Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah
Pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan dan Pegawai
Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan.

24

Loc.cit

29


Universitas Sumatera Utara

30

utama

Layanan Pengadaan
Kota Medan

procurement yang dinilai
dari komunikasi, sumber
daya, disposisi dan
struktur birokrasi serta
tantangan dan hambatan
yang dilalui.

Jumlah
12
Gambar 3.1 : Informan Penelitian
3.4


Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data, keterangan dan informasi, untuk itu

penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang
diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung di lokasi penelitian.
Adapun bentuk pengumpulan data pada penelitian ini melalui :
a.

Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumPulan data dengan

jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumPul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).
Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung mauPun tidak
langsung25. Adapun yang menjadi informan dalam wawancara tersebut
adalah informan kunci dan informan utama.

b.

Observasi
Data dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap gejala yang diteliti.

Dalam hal ini, pancaindra manusia (penglihatan dan pendengaran)
diperlukan untuk menangkap gejala yang dimati dengan tujuan utama untuk
25

Wirartha, I Made. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. C.V Andi Offset.
Yogyakarta. 2005. Hal. 37

30

Universitas Sumatera Utara

31

melakukan


pencatatan

atau

mendeskripsikan

perilaku

objek

serta

memahaminya. Hasil penangkapan tersebut dicatat dan selanjutnya
dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian26. Adapun objek
yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah web LPSE Kota
Medan.
2.

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu data yang tidak secara langsung
dari objek penelitian yang terdiri dari :

a.

Studi Kepustakaan
Yaitu cara mengumPulkan data dalam bentuk dokumen atau sumber

Pustaka yang ditemukan sudah tertulis atauPun diolah oleh orang lain.
Sebaiknya peneliti mengenali perPustakaan yang bisa membantu dan juga
sumber data lain yang setiap saat dapat menyediakan data yang dapat
dipergunakan dalam penelitian. AdaPun yang menjadi sumber data studi
kepustakaan adalah buku, majalah, koran mauPun laporan data dari lembaga
resmi baik secara cetak mauPun elektronik27.
b.

Studi Dokumentasi

26

Loc. Cit

27


Ibid. Hal. 36

31

Universitas Sumatera Utara

32

Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk menulusuri
data historis. Hal dengan memanfaatkan dokumen tertulis, gambar mauPun
foto – foto yang dilakukan penulis untuk mendukung data penelitian ini.28
3.5

Teknik Analisis Data
Analisis data ialah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis

melalui transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang secara
akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Analisis
data berarti menggolongkannya (mengkategorikan) dalam pola atau tema. AdaPun
cara untuk menganalisis data adalah sebagai berikut :
1.

Reduksi Data
Data yang didapat kemudian diketik atau ditulis dengan rapi, terinci serta

sistematis. Laporan – laporan tersebut perlu direduksi, yaitu perlu memilih hal –
hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data – data yang sudah direduksi
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu – waktu diperlukan.29
2.

Display Data

28

Bungin, Burhan. Metodelogi Penelitian Sosial & Ekonomi : Format-format Kuantitaif dan
Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran.
Prenada Media Group. Jakarta: 2013. Hal.153
29

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, PT. Bumi Aksara.
Jakarta; 2009 Hal.84-85

32

Universitas Sumatera Utara

33

Display data adalah menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart
atau grafik dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan
tidak terbenam dengan setumpuk data.30
3.

Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Dari data yang didapatkan, peneliti mencoba untuk mengambil kesimPulan.

Mula- mula kesimPulan itu kabur, tetapi semakin lama semakin jelas karena data
yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan
dengan waktu yang singkat, yaitu dengan mengumpulkan data yang baru.31

BAB IV
30

Ibid. Hal.85

31

Loc.cit

33

Universitas Sumatera Utara

34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945, maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur
merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik di Pusat pemerintahan
(Jakarta/Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah. Sesudah Pemerintahan
Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para Menteri mulai menyusun
organisasi beserta fungsinya. Pekerjaan Umum pada waktu itu, berpusat di
Bandung dengan mengambil tempat bekas gedung V&W yang sekarang dikenal
dengan nama Gedung Sate.
Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia
Belanda sebelum perang, tentara sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari
keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik dengan pemuda
Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang
telah didudukinya, antara lain Gedung Sate yang telah menjadi Gedung
Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu dikenal
dengan peristiwa 3 Desember 1945). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945
sampai dengan 1949, Pemerintah Pusat Republik Indonesia di Jakarta terpaksa
mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga
Kementerian Pekerjaan Umum.
Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan
Republik Indonesia maka pusat pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta
berpindah lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1945 itu, Dinas Pekerjaan Umum (PU)
34

Universitas Sumatera Utara

35

telah sering mengalami perubahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik
pada waktu itu. Sebagai gambaran garis besar organisasi Pekerjaan Umum
diuraikan sebagai berikut:
a. Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta susunan kemerdekaan
Pekerjaan Umum perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai.
b. Khusus pada masa Republik Indonesia Serikat, Kementerian Perhubungan
dan Pekerjaan Umum dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa
Jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari
departemen Pekerjaan Umum.
Kementerian Perhubungan Pekerjaan Umum Republik Indoensia Serikat
tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu :
a. Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw (kecuali Mynbouw yang masuk
dalam kementerian kemakmuran).
b. Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw.
c. Departemen Van Scheepvaart.
Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan pra federal dalam satu
kementerian yaitu kementerian Perhubungan Tenaga dan Pekerjaam Umum
dianggap perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan yang lain
menjadi erat, terlebih-lebih jika diingat bahwa untuk pembangunan Negara akan
diadakan koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan untuk
melancarkan semua tugas yang dibebankan pada kementerian Perhubungan
Tenaga dan Pekerjaan Umum Republik Indonesia Serikat.
Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Inonesia,
maka susunan kementerian berbeda dalam masa prolog G 30 SPKI, terjadilah
35

Universitas Sumatera Utara

36

dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia suatu kabinet yang besar disebut
dengan nama kabinet Dwi Kora atau kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini
dibentuk koordinator kementerian. Tidak luput Departemen Pekerjaan Umum
yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Departemen
dibawah kompartemen Pekerjaan Umum Kabinet Dwikora yang dipimpin oleh
Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen Pekerjaan Umum ketika itu
membawahi antara lain :
a. Departemen Listrik dan Ketenagaan
b. Departemen Bina Marga
c. Departemen Cipta Karya Konstruksi
d. Departemen Pengairan Dasar
e. Departemen Jalan Raya Sumatera
Setelah peristiwa G30 S PKI pemerintah segera menyempurnakan kabinet
Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri Pekerjaan Umum untuk
memimpin kompartemen Pekerjaan Umum. Kabinet yang disempurnakan itu
tidak dapat lama dipertahankan.
Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru kembali
membentuk Departemen Pekerjaan Umum dengan Ir.Soetami sebagai Menteri.
Dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tertanggal 17 Juni 1968
N0.3/PRT/1968 dan diubah dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum tertanggal
1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970.
Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum, maka pada waktu itu azas tugas-tugas Pekerjaan
Umum telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.
36

Universitas Sumatera Utara

37

4.1.2 Visi dan Misi Organisasi
Adapun visi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Prasarana Kota Medan Metropolitan Yang Nyaman
Adapun Misi Dinas Pekerjaan Umum kota Medan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana jalan, jembatan, drainase dan
sumber daya air.
b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur.
c. Meningkatkan

keterpaduan

dan

kerjasama

lintas

wilayah

dalam

pengembangan prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air.
d. Mendorong

partisipasi

masyarakat,

pemerintah

dan

swasta

dalam

pemeliharaan fungsi prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air.
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum
a.

Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang

pekerjaan umum yang meliputi jalan, jembatan drainase dan sumber daya air
termasuk perawatan, pengawasan dan pengamanan bangunan fisik untuk
menunjang tercapainya usaha kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan tugas
pembangunan sesuai dengan bidang tugasnya.
b.

Fungsi

1.

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum.

2.

Menyusun program pelaksanaan pembangunan fisik meliputi jalan,
jembatan , drainase dan sumber daya air

37

Universitas Sumatera Utara

38

3.

Mengendalikan pelaksanaan pembangunan fisik jalan-jalan, jembatan ,
drainase dan sumber daya air serta sarana-sarana milik pemerintah.

4.

Melaksanakan pengawasan pembuat jalan, jembatan , drainase dan sumber
daya air yang dilaksanakan pihak ketiga.

5.

Memberikan

izin

dalam

membantu,

mengawasi

pelaksanaan

pemasangan/penggalian saluran bawah tanah dan izin pembuatan jalan,
jembatan dan saluran pembuangan air.
6.

Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang
tugasnya.

7.

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

8.

Mengurus Penyewaan alat-alat yang disewa pihak lain.

38

Universitas Sumatera Utara

39
39

4.1.4 Struktur Organisasi Dinas pekerjaan Umum
Berikut ini struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum sesuai dengan Peraturan Wali Kota Medan Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi dan Tata Kerja Perangkat Daerah :

39

Universitas Sumatera Utara

40

4.1.5 Sumber Daya SKPD
1. Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.1
Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
No
1
2
3
4
5
6

Pendidikan
S3/S2
S1
D3
SLTA
SLTP
SD
Jumlah

Jumlah
15
65
9
66
8
22
185

2. Jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan perjenjangan
Tabel 4.2
Jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan perjenjangan
No
1
2
3
4
5
6
7

3.

Nama Pelatihan Perjenjangan
ADUMLA
SPAMA
SPADA
ADUM
DIKLATPIM IV
DIKLATPIM III
DIKLATPIM
Jumlah

Jumlah
2
1
1
8
5
4
1
22

Jumlah pegawai berdasarkan golongan
Tabel 4.3
Jumlah pegawai berdasarkan golongan
No
1
2
3
4

Golongan
IV
III
II
I
Jumlah

Jumlah
11
92
61
21
185

Universitas Sumatera Utara

41

4.2

Standar Operasional Prosedur e-procurement pada Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum
Setiap SKPD pemerintah Kota Medan diberi kewenangan dalam

pengadaan barang dan jasanya sendiri melalui Rencana Umum Pengadaan. Dinas
Pekerjaan Umum maupun dinas lainnya memiliki prosedur yang sama dalam
melakukan pengadaan yang saat ini sudah secara menyeluruh menggunakan
e-procurement, baik secara e-purchasing maupun e-tendering. Sesuai dengan
fokus penelitian, maka penulis hanya memaparkan tentang standar operasional
prosedur dalam proses e-tendering. Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam implementasi e-procurement di Dinas Pekerjaan Umum sesuai
dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Tata Cara E-tendering adalah sebagai
berikut :
1.

Persiapan Pemilihan
a.

PPK
1)

PPK menyerahkan surat yang berisikan paket, kualifikasi paket,
spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan rancangan
umum kontrak kepada Layanan Pengadaan

2)

Surat beserta lampirannya dapat berbentuk dokumen elektronik

3)

Aktivasi pada nomor 1) dan 2) dilaksanakan diluar aplikasi
SPSE

4)

PPK yang belum mendapatkan kode akses (User ID dan
Password) aplikasi SPSE harus melakukan pendaftaran sebagai

Universitas Sumatera Utara

42

pengguna SPSE dengan memberikan Surat Keputusan/ Perintah/
Penunjukan sebagai PPK
b.

Layanan Pengadaan (LP)
1)

Layanan Pengadaan menerima, menyimpan dan melaksanakan
pemilihan berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK

2)

Layanan Pengadaan menyerahkan surat keputusan tentang
kepanitiaan untuk paket pemilihan kepada LPSE untuk
mendapatkan kode akses (user ID dan Password) untuk masingmasing nama yang tertera dalam kepanitiaan

3)

Layanan Pengadaan membuat dokumen pengadaan dalam
bentuk softcopy

4)

Aktivasi pada nomor 1) dan 2) dilaksanakan diluar aplikasi
SPSE

c.

Penyedia Barang/ Jasa
1)

Penyedia barang/ jasa yang belum mendapatkan kode akses
aplikasi SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE
dan melakukan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan kode
akses aplikasi SPSE

2)

Untuk penyedia barang/ jasa yang saling bergabung dalam suatu
konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka semua anggota
berhak untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE

Universitas Sumatera Utara

43

d.

LPSE
1)

LPSE menerima, menyimpan

dan menerbitkan kode akses

terhadap nama-nama yang tercantum dalam surat keputusan
tentang penunjukkan/ pengangkatan PPK, Pokja Layanan
Pengadaan, kepanitiaan untuk paket pemilihan.
2)

LPSE melakukan verifikasi jati diri pimpinan perusahaan
terhadap penyedia barang/ jasa yang telah melaksanakan
pendaftaran melalui aplikasi SPSE namun belum tercatat
sebagai pengguna SPSE.

2.

Pelaksanaan Pemilihan
a.

Pembuatan paket dan pendaftaran
1)

Layanan Pengadaan membuat paket dalam aplikasi SPSE,
lengkap dengan informasi paket dan sistem pengadaan,
berdasarkan informasi yang diberikan PA/KPA/PPK maupun
keputusan internal Layanan Pengadaan.

2)

Layanan Pengadaan memasukkan nomor surat/ file atau softcopy
yang diterbitkan oleh PPK yang menjadi dasar pembuatan paket.

3)

Layanan Pengadaan membuat jadwal pelaksanaan pemilihan
pengadaan, dimana penentuan hari dan jam pada jadwal
pemilihan untuk tahap pengambilan dokumen lelang dan
pemasukan dokumen penawaran menggunakan hari kalender
dan menghiraukan jam kerja.

4)

File dokumen diunggah (upload) pada aplikasi SPSE

Universitas Sumatera Utara

44

5)

Paket

pemilihan

yang dilakukan

dalam

aplikasi

SPSE

merupakan paket pemilihan baru/ awal
6)

Untuk penyedia barang/ jasa yang saling bergabung dalam suatu
konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka pendaftaran lelang
dilakukan oleh pimpinan (leadfirm) konsorsium atau bentuk
kerjasama lain.

b.

Pemberian Penjelasan
1)

Proses pemberian penjelasan (aanwijzing) dilakukan secara
online tanpa tatap muka melalui aplikasi SPSE

2)

Layanan Pengadaan menjawab setiap pertanyaan yang masuk
dan hanya boleh menambah waktu tahap penjelasan untuk
menjawab pertanyaan terakhir

3)

Layanan Pengadaan dilarang menjawab pertanyaan dengan cara
mengumpulkan pertanyaan terlebih dahulu dan menjawab
pertanyaan tersebut sekaligus pada akhir jadwal

4)

Dalam hal waktu tahap penjelasan telah berakhir, Layanan
Pengadaan masih mempunyai waktu 3 (tiga) jam untuk
menjawab pertanyaan-pertanyan yang mungkin belum terjawab

5)

Untuk menjawab pertanyaan beberapa menit sebelum tahapan
penjelasan berakhir (10 menit terakhir), Layanan Pengadaan
dapat menambah waktu penjelasan

6)

Dengan terjawabnya pertanyaan terakhir yang dijawab pada
masa

penambahan waktu, penyedia

barang/ jasa

tidak

diperkenankan untuk memberikan pertanyaan kembali.

Universitas Sumatera Utara

45

7)

Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan
informasi lapangan ke dalam dokumen pemilihan, Layanan
Pengadaan dapat melaksanakan proses penjelasan lanjutan
dengan peninjauan lapangan/ lokasi pekerjaan.

8)

Pelaksanaan penjelasan lanjutan dilakukan oleh seseorang selain
Layanan Pengadaan, misal Layanan Pengadaan menunjuk
seorang atau beberapa tenaga ahli pemberi penjelasan teknis
(aanwijzer) yang telah ditetapkan oleh PPK dan pelaksanaan
penjelasan lanjutan dibuktikan dengan berita acara penjelasan
lanjutan.

9)

Layanan Pengadaan tidak perlu membuat Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (BAPP)

10)

Perubahan (adendum) dapat dilakukan secara berulang dengan
batas akhir 2 hari sebelum tahap pemasukan dokumen
penawaran berakhir

11)

Berita Acara Penjelasan Lanjutan (BAPL), menjadi bagian dari
addendum, jika tidak ada addendum maka BAPL menjadi
bagian dari Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)

12)

Peserta yang tidak mengikuti penjelasan pekerjaan tidak dapat
digugurkan

c.

Pemasukan Kualifikasi
1)

Data kualifikasi disampaikan melalui formulir elektronik isian
kualifikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE

Universitas Sumatera Utara

46

2)

Layanan Pengadaan dilarang meminta penyedia barang/ jasa
untuk

mengupload

softcopy

lampiran

dokumen

yang

dipersyaratkan dalam data isian kualifikasi
3)

Penyedia barang/ jasa dilarang memasukkan softcopy data
kualifikasi pada fasilitas pengunggahan lain yang tersedia pada
aplikasi SPSE termasuk APENDO

4)

Jika formulir elektronik isian kualifikasi yang tersedia pada
kualifikasi SPSE belum mengakomodir data kualifikasi yang
diminta oleh Layanan Pengadaan, maka data kualifikasi tersebut
di-upload pada fasilitas pengunggahan lain yang tersedia pada
aplikasi SPSE.

5)

Pada prakualifikasi, Layanan Pengadaan dapat memanfaatkan
fasilitas komunikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE untuk
meminta

penyedia

barang/

jasa

melengkapi

formulir

kualifikasinya.
6)

Dengan mengirimkan data kualifikasi secara elektronik,
penyedia barang/ jasa menyetujui pernyataan sebagai berikut :
a.

Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak
dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak
sedang dihentikan kegiatan usahanya.

b.

Salah satu dan/ atau semua pengurus dan badan usahanya
atau peserta perorangan tidak masuk dalam Daftar Hitam.

c.

Data kualifikasi yang diisikan benar dan jika kemudian hari
ditemui bahwa data/ dokumen yang disampaikan tidak

Universitas Sumatera Utara

47

benar dan ada pemalsuan, maka penandatangan dan badan
usaha

yang

diwakili

bersedia

dikenakan

sanksi

administratif, sanksi pencantuman dalm Daftar Hitam,
gugatan secara perdata dan/atau pelaporan secara pidana
kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d.

Pemasukan Penawaran
1)

Dokumen penawaran disampaikan dengan bentuk file yang
diunggah melalui aplikasi SPSE

2)

Penyampaian penawaran secara satu file, yaitu penyampaian
dokumen penawaran administrasi, teknis dan harga dalam satu
file penawaran, dimana evaluasi dilakukan setelah

file

administrasi, teknis dan harga terbuka
3)

Penyampaian penawaran secara dua file, yaitu penyampaian
dokumen penawaran administrasi dan teknis dalam satu file dan
penawaran harga dalam file penawaran lainnya, dimana evaluasi
administrasi dan teknis dilakukan sebelum file penawaran
dibuka.

4)

Surat penawaran dan/ atau surat lain bagian dari dokumen
penawaran dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
secara elektronik ini tidak memerlukan tanda tangan basah dan
stempel sehingga penyedia barang/jasa tidak perlu mengunggah
hasil pemindaian dokumen asli, kecuali surat lain yang

Universitas Sumatera Utara

48

memerlukan tanda tangan basah dari pihak lain, contoh surat
dukungan bank, surat keterangan fiskal (tax clearance).
5)

Surat

penawaran

ditandatangani

secara

elektronik

oleh

pemimpin/ direktur perusahaan ataupenerima kuasa dari direktur
utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akta
pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan
yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan
dokumen otentik atau pejabat yang menurut perjanjian
kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang
bekerjasama.
6)

Pada tahap penyampaian penawaran, penyedia barang/jasa
mengirimkan file penawaran dengan terlebih dahulu melakukan
enkkripsi/ penyandian dengan menggunakan APENDO

7)

Penyedia barang/jasa dapat melakukan upload file penawaran
secara ulang untuk mengganti atau menimpa file penawaran
sebelumnya sampai dengan batas akhir pemasukan penawaran.

8)

Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan
penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada
saat mengoperasikan APENDO.

9)

APENDO dikembangkan oleh Lembaga Sandi Negara yang
khusu diperuntukkan bagi aplikasi SPSE

10)

Layanan Pengadaan bila dianggap perlu dapat melakukan
perubahan

jadwal

tahap

pemasukan

penawaran

dengan

ketentuan wajib menginputkan alasan yang sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

49

e.

Pembukaan Penawaran dan Evaluasi
1)

Pada

tahap pembukaan penawaran,

Layanan Pengadaan

mengunduh dan melakukan deskripsi file penawaran tersebut
dengan menggunakan APENDO.
2)

Harga penawaran dan hasil koreksi aritmatik dimasukkan pada
fasilitas yang tersedia pada aplikasi SPSE.

3)

Layanan Pengadaan dapat terlebih dahulu melakukan evaluasi
terhadap 3 (tiga) penawar terendah.

4)

Terhdap file penawaran yang tidak dapat dibuka (file dengan
ekstensi *rhs), Layanan Pengadaan wajib menyampaikan file
penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka (deskripsi)
tersebut kepada LPSE dan bila dianggap perlu LPSE dapat
menyampaikan penawaran tersebut kepada LKPP.

5)

Terhadap file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka
yang disampaikan kepada LPSE atau LKPP, maka LPSE atau
LKPP akan memberikan keterangan kondisi file penawaran
kepada Layanan Pengadaan.

6)

Dengan adanya proses penyampaian informasi, Layanan
Pengadaan dapat melakukan pemunduran jadwal.

7)

Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi)
dilakukan secara manual diluar aplikasi SPSE dan selanjutnta
hasil evaluasi tersebut dimasukkan ke dalam aplikasi SPSE.

Universitas Sumatera Utara

50

8)

Layanan Pengadaan wajib melakukan klarifikasi kepada penerbit
surat jaminan tentang keabsahan dan substansi jaminan
penawaran.

9)

Ketidakabsahan atau kemungkinan penolakan klaim jaminan
terhadap softcopy surat jaminan yang ditujunkan oleh Layanan
Pengadaan dapat berakibat pada gugurnya syarat administrasi.

10)

Pembukatian kualifikasi dengan meminta dokumen penawaran
asli dilaksanakan terhadap calon pemenang.

11)

Aplikasi SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan
(termasuk melalui email) kepada pemenang pemilihan dan
meminta

untuk

menyelesaikan

proses

selanjutnya

yang

pelaksanaannya diluar SPSE.
12)

Penggunaan aplikasi APENDO oleh bukan pihak yang
sebenarnya akan berakibat penawaran dianggap tidak sah.

f.

Sanggahan
1)

Peserta pemilihan hanya dapat mengirimkan 1 (satu) kali
sanggahan kepada Layanan Pengadaan melalui aplikasi SPSE.

2)

Aplikasi SPSE digunakan Layanan Pengadaan untuk menjawab
sanggahan yang diajukan peserta pemilihan yang dikirimkan
pada batas akhir waktu sanggah.

3)

Dalam hal terdapat sanggahan banding, peserta pemilihan
memberikan pemberitahuan informasi sanggahan banding
kepada Layanan Pengadaan melalui fasilitas yang tersedia dalam
aplikasi SPSE.

Universitas Sumatera Utara

51

4)

Kealpaan atau kelalaian pemberian pemberitahuan informasi
sanggahan banding oleh peserta pemilihan tidak menggugurkan
proses sanggahan banding.

g.

Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa
PPK membuat Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)

dengan menggunakan fasilitas dan berdasarkan format penulisan yang
tersedia dalm aplikasi SPSE.
h.

Penandatanganan Kontrak :
1)

Disertai dengan asli dokumen penawaran, pemenang lelang
melakukan penandatanganan kontrak dengan PPK yang
dilakukan di luar SPSE.

2)

PPK memasukkan informasi mengenai kontrak dalam aplikasi
SPSE.

3)

PPK dapat mengunggah softcopy kontrak atau ringkasan
kontrak dalam aplikasi SPSE.

Sesuai dengan standar operasional prosedur diatas, Dinas Pekerjaan Umum
Kota Medan yang akan melakukan e-procurement tidak dapat melakukan
pengadaan itu sendiri, harus berkoordinasi dengan instansi yang berwenang.
Adapun intansi yang berwenang dalam implementasi e-procurement adalah LPSE
(Lembaga Pengadaan Secara Elektronik) dan LP (Layanan Pengadaan) serta
Pokja (Kelompok Kerja) yang ditunjuk.

Universitas Sumatera Utara

52

4.3

Implementasi

E-Procurement

dalam

Pengadaan

Barang/

Jasa

Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum
Pada tahapan kebijakan publik, implementasi kebijakan publik merupakan
tahapan yang penting dan harus dilalui demi mencapai hasil dari sutau kebijakan.
Implementasi kebijakan publik merupakan pelaksanaan atau eksekusi dari suatu
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berupa peraturan perundangundangan sehingga tujuan dari kebijakan publik itu akan tercapai apabila dilalui
dengan tahapan pelaksanaan atau implementasi. Pada tahapan implementasi ini,
tentunya akan ditemukan variabel – variabel yang mempengaruhi keberhasilan
ataupun kegagalan sebuah implementasi kebijakan yang pada implementasi
kebijakan lainnya akan sangat membantu perbaikan dan penyempurnaan tahapan
implementasi kebijakan di masa yang akan datang.
Pada bab pembahasan ini, peneliti menggunakan teori yang disampaikan
oleh George C. Edward III bahwa implementasi kebijakan publik merupakan
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sutau keputusan kebijakan. Akan tetapi dalam pembuatan
kebijakan, seharusnya pemerintah mengkaji apakah kebijakan tersebut memang
diperlukan masyarakat atau tidak sehingga kebijakan publik tersebut akan
berpihak kepada masyarakat yang nantinya akan memberikan dampak yang
positif kepada mereka, bukan malah merugikannya.
Proses pengkajian impelementasi kebijakan menurut George C. Edward III
memiliki 4 (empat) variabel yang merupakan faktor untuk mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

53

implementasi kebijakan, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi. Adapun keempat variabel tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :
4.3.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi antara komunikator
kepada komunikan, hal ini bisa terjadi secara vertikal maupun horizontal.
Komunikasi dilakukan untuk memperlancar proses implementasi kebijakan
publik. Hal ini diperlukan agar tercipta keselarasan antara pihak implementor
sehingga terjalin hubungan yang baik dengan mengetahui hubungan atau proses
komunikasi antara pihak – pihak yang terkait atau implementor dari sebuah
kebijakan. Komunikasi ini dapat dilihat melalui proses penyampaian informasi
antara implementor terkait dengan berbeda instansi, penyampaian informasi
antara pihak terkait dalam suatu institusi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan.
Dari wawancara yang sudah dilakukan dengan informan yang merupakan
Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum dan Pegawai LPSE serta Layanan Pengadaan,
proses komunikasi pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/
jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum sudah berjalan cukup baik. Hal ini
dilihat dari komunikasi yang terjalin antara Dinas Pekerjaan Umum, LPSE, LP
dan pihak peyedia jasa.
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, implementasi e-procurement ini
tidak bisa dilaksanakan oleh satu pihak implementor saja, namun harus
dilaksanakan bersama oleh impelementor terkait yang saling bekerjasama dan

Universitas Sumatera Utara

54

berkoordinasi, yakni Dinas Pekerjaan Umum dengan pelaksana teknis Kelompok
Kerja Fungsional, Layanan Pegadaan dan LPSE.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah melakukan komunikasi yang
baik kepada implementor dalam melaksanakan proses e-procurement. Pertama
kali, komunikasi dilakukan secara formal yaitu melalui surat resmi yang
dikeluarkan oleh Dinas tersebut mengenai permintaan lelang. Setelah komunikasi
resmi atau formal itu disetujui, maka dilanjutkan dengan komunikasi informal
yang dilakukan apabila dibutuhkan, bisa secara langsung ketika bertemu di kantor
ataupun melalui media yang sudah mengikuti perkembangan teknologi, informasi
juga dapat disampaikan melalui handphone. Nah, komunikasi semacam itu hanya
berlaku antara Dinas Pekerjaan Umum dengan Layanan Pengadaan dan LPSE
begitu sebaliknya. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh Bapak
Une selaku satu Staff Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum bahwa penyampaian
informasi tetap melalui surat, setelah itu prosesnya ke LPSE, tetapi diawalnya
SKPD telah membuat RUP terlebih dahulu32.
Kemudian, salah staff pokja lainnya memperjelas lagi mengenai proses
penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum kepada
instansi terkait dalam implementasi e-procurement :
Penyampaian informasi pertama kali melalui pengajuan lelang dari SKPD
terkait melalui surat. Kemudian surat tersebut akan di proses. Apabila disetujui
maka akan dikeluarkan SPT (Surat Perintah Tugas) bagi yang bersangkutan.
Kemudian akan berhubungan dengan LPSE dalam pembuatan user id melalui
surat yang dibuatkan oleh LP. Setalah itu baru ada komunikasi selanjutnya yang
bersifat informal33.

32

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Une Bangun tanggal 19 April 2017

33

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Sofiyan tanggal 19 April 2017

Universitas Sumatera Utara

55

Selain dilihat dari penyampaian informasi antara pihak Dinas Pekerjaan
Umum dengan instansi terkait, komunikasi yang dinilai cukup baik juga dilihat
melalui komunikasi antara pegawai yang terlibat dalam e-procurement di Dinas
Pekerjaan Umum sendiri. Adapun bentuk penyampaian informasi antara pegawai
tersebut melalui komunikasi secara formal dan non formal baik langsung maupun
tidak langsung. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan staff pokja
Dinas Pekerjaan Umum :
Komunikasi antara pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan e-procurement
dilakukan dengan dua cara yaitu secara formal dan non formal. Komunikasi
formal secara tidak langsung dilakukan melalui pemberian surat tugas, sedangkan
komunikasi formal secara langsung dilakukan pada saat rapat. Selain melalui cara
tersebut, terdapat komunikasi non formal secara langsung yaitu pimpinan
langsung mengarahkan atau memberi tugas kepada anggotanya. 34
Tidak hanya bentuk komunikasi formal maupun non formal seperti yang
telah dipaparkan diatas, dalam pelaksanaanya terdapat komunikasi secara
langsung di tempat para pegawai bekerja. Seperti yang disampaikan oleh
informan saat wawancara yaitu :
Komunikasi kami cukup baik, kami sering melakukan komunikasi secara
langsung karena setiap hari kami bertemu di kantor. Apabila tidak berbicara
secara langsung di kantor, kami juga sering menggunakan telepon dalam
berkomunikasi.35
Tidak hanya penyampaian informasi antara Dinas Pekerjaan Umum dengan
instansi terkait dan antara pihak internal saja untuk melihat komunikasi dalam
pelaksanaan e-procurement, peneliti juga mengumpulkan informasi mengenai
bentuk komunikasi yang dilakukan antara LPSE dan Layanan Pengadaan dengan
instansi terkait. Adapun bentuk penyampaian informasi yang dilakukan oleh
34

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Une Bangun tanggal 19 April 2017

35

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Sofiyan tanggal 19 April 2017

Universitas Sumatera Utara

56

LPSE dan Layanana Pengadaan juga dilaksanakan secara langsung dan tidak
langsung seperti penyampaian informasi antara Dinas Pekerjaan Umum dengan
instansi terkait, hal yang sama juga terjadi dalam penyampaian informasi sesama
anggota LPSE dan Layanan Pengadaan.
Namun, apabila penyampaian informasi kepada pihak penyedia jasa hanya
dilakukan melalui website LPSE. Segala penyampaian informasi dan interaksi
yang terjadi dalam proses implementasi e-procurement khususnya pelelangan,
hanya dilakukan melalui internet. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan regulasi
yang mengatur e-procurement untuk menghindari penyimpangan yang terjadi
apabila dilaksanakan secara manual atau tatap muka secara langsung.
Sebagaimana yang disampaikan oleh staff LPSE :
Penyampaian informasi yang sasarannya kepada penyedia jasa tentang
sesuatu yang berkaitan dengan e-procurement, khususnya saya sebagai admin di
LPSE ini diumumkan atau diberitahukan melalui website LPSE. Nantinya,
mereka akan membuka website untuk melihat berita atau pengumuman yang ada.
Tidak ada bentuk informasi lain yang disampaikan kepada penyedia jasa kecuali
menggunakan aplikasi atau internet36.
Penyedia jasa yang ingin mengikuti pelelangan secara elektronik
diharuskan mendaftar dan memiliki user id. Kedua hal tersebut bisa didapatkan
melalui pendaftaran akun secara online dan kemudian verifikasi akunnya dengan
datang ke LPSE. Setelah akun tersebut diaktifkan maka para penyedia jasa akan
memilik akun atau user id sehingga bisa mengikuti seluruh pelelangan di
Indonesia.
Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan, penyedia jasa akan
mendapatkan informasi lelang hanya melalui internet di website LPSE dalam
36

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Foni Sanjaya Pada 28 April 2017

Universitas Sumatera Utara

57

bentuk pengumuman lelang. Interkasi penyedia jasa dengan Kelompok Kerja
lelang pun berinteraksi hanya melalui internet dari proses pertama hingga terakhir,
baik dalam proses upload dokumen pengadaan dan jadwal penjelasan dokumen,
proses penjelasan dokumen, pemberian dokumen penawaran dari penyedia jasa,
pengumuman tiga besar pemenang, pengajuan sanggahan hingga pengumuman
pemenang lelang. Melihat uraian diatas, kita ketahui bahwa proses penyamapaian
informasi kepada penyedia jasa sudah dilaksanakan 100% melalui sistem
elektronik.
Tidak hanya mengenai proses penyampaian informasi, pada penelitian ini
komunikasi juga dinilai dengan intensitas komunikasi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang terkait tersebut (Dinas Pekerjaan Umum, LP, LPSE dan
Penyedia Jasa). Berdasarakan hasil wawancara, intensitas komunikasi antara
pihak-pihak tersebut dilakukan sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan dan
sesuai dengan jadwal terencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Berbeda dengan instansi lainnya, LPSE

selalu standby kepada setiap

implementor tekait jika membutuhkan bantuan atau penjelasan mengenai eprocurement sehingga tidak mengherankan apabila LPSE seringkali dikunjungi
baik oleh pihak impelementor e-procurement maupun penyedia jasa. Tidak hanya
bertatap muka secara langsung, tetapi juga menerima pelayanan dan pertanyaan
melalui telepon sehingga proses komunikasi yang berjalan tidak dapat ditentukan
intensitasnya karena terkadang pernah dalam satu hari tidak menerima tamu
namun dihari yang lain sangat banyak menerima tamu. Pada pertengahan tahun
merupakan intensitas komunikasi terbanyak karena proses lelang banyak

Universitas Sumatera Utara

58

dilakukan pada pertengahan tahun menuju akhir tahun (bulan Juli sampai
Desember).
Secara keseluruhan, dapat kita ketahui bahwa komunikasi yang terjalin
antara pihak implementor kebijakan e-procurement (Pokja Dinas Pekerjaan
Umum, Layanan Pengadaan dan LPSE) sebagai pihak pelaksana maupun dengan
pihak penyedia barang/ jasa sudah terjalin cukup baik. Hal ini dilihat dari proses
penyampaian informasi antara implementor terkait (beda institusi), sesama
implementor dalam satu institusi dan intensitas komunikasi antara implementor
terkait.
Selain dilihat dari tiga hal yang dipaparkan diatas, komunikasi yang terjalin
cukup baik juga bisa dilihat dari hasil observasi peneliti yaitu melalui website
LPSE yang selalu menampilkan informasi terbaru dan juga berinteraksi dengan
penanya pada forum diskusi cukup memberikan respon yang cepat saat menjawab
pertanyaan. Selain itu, transparansi informasi yang diberikan oleh pihak LPSE
kepada seluruh pihak yang bisa mengakses websitenya juga menjadi bahan
pengamatan dimana komunikasi sudah terjalin dengan cukup baik.
4.3.2 Sumber daya
Sumber daya merupakan faktor yang paling penting dalam implementasi
kebijakan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber daya
dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya modal (finansial) dan sumber
daya pendukung yang berupa fasilitas.
a.

Sumber Daya Manusia (Staff/ Pegawai)

Universitas Sumatera Utara

59

Pada implementasi e-procurement impelementor atau sumber daya manusia
yang terlibat terlibat adalah Dinas Pekerjaan Umu Kota Medan, Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan.
Untuk memudahkan pemahaman kita tentang keterkaitan antar instansi tersebut,
berikut ini dipaparkan bagan keterkaitan antara implementor e-procurement dalam
pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :
Bagan 4.3.2.1 : Keterkaitan antara LPSE, Layanan Pengadaan & SKPD

Sumber : Leaflet Layana Pengadaan
Dari bagan diatas kita ketahui bahwa dalam pelaksanaan e-procurement
dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum diperlukan
tiga pelaksana teknis yang memiliki garis koordinasi maupun konsultasi yang
memiliki tupoksi masing-masing. Mengenai Dinas Pekerjaan umum sudah
dipaparkan pada gambaran umum lokasi penelitian sebelumnya. Untuk

Universitas Sumatera Utara

60

mengetahui lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan mengenai Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE) dan Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan.

a.

Layanan Pengadaan (LP)
Layanan Pengadaan yang dulunya bernama Unit Layanan Pengadaan (ULP)

merupakan organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat
pada unit yang sudah ada. Pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan oleh
kelompok kerja yang berasal dari berbagai SKPD yang memiliki Surat Perintah
Tugas (SPT) atau diutus dari SKPDnya. Anggota Kelompok Kerja berjumlah
gasal beranggotakan paling kurang 3 (tiga) orang dan dapat ditambah sesuai
dengan kompleksitas pekerjaan. Adapun tugas pokok dan kewenangan Layanan
Pengadaan adalah sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pemilihan penyedia Barang/jasa
2) Melakukan analisa terhadap dokumen pengadaan
3) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada situs (website)
masing-masing SKPD/ Unit Kerja dan papan pengumuman resmi untuk
masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal
Pengadaan Nasional
4) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi
5) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran
yang masuk.
6) Menjawab sanggahan dari penyedia barang/jasa

Universitas Sumatera Utara

61

7) Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada
PA/KPA dan/atau PPK
8) Mengarsipkan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa
9) Mengusulkan perubahan HPS dan spesifikasi teknis pekerjaan kepada
PA/KPA dan/ atau PPK
10) Menyusun dan melaksanakan strategi dan kebijakan proses pengadaan
barang/jasa
11) Melaksanakan penyebarluasan strategi, kebijakan, standar, sistem dan
prosedur yang berkaitan dengan pengadaan yang dikeluarkan instansi
pemerintah.
12) Melaksanakan pembinaan dan peningkatan kapasitas sumbe daya manusia
bidang pengadaan
13) Melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan memanfaatkan teknologi
informasi melalui LPSE (e-procurement)
14) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada PA/KPA/ atau PPK
15) Melaksanakan

evaluasi

terhadap

proses

pengadaan

yang

telah

dilaksanakan
16) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan barang/jasa
kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah secara berkala
17) Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga
18) Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja
19) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Layanan Pengadaan.
b. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Universitas Sumatera Utara

62

Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah unit kerja K/L/D/I yang
dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik. LPSE Kota Medan dibentuk oleh Wali Kota Medan untuk
memfasilitasi Layanan Pengadaan (LP) dalam melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa secara elektronik. Adapun fungsi minimal pelayanan LPSE
meliputi :
1) Administrator sistem elektronik
2) Unit registrasi dan verifikasi pengguna
3) Unit layanan pengguna
4) Mengoperasikan sistem pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (eprocurement)
5) Melakukan

registrasi

dan

verifikasi

penyedia

barang/jasa

untuk

memastikan penyedia barang/jasa memenuhi persyaratan yang berlaku
6) Melakukan pelatihan/training kepada panitia lelang dan penyedia
barang/jasa untuk menguasi aplikasi sistem pelelangan secara elektronik
7) Sebagai help desk yang menyediakan layanan sistem pengadaan
barang/jasa secara elektronik pada penyedia barang/jasa yang memerlukan
panduan untuk mengikuti tahapan lelang secara elektronik.
Dari uraian diatas, kita ketahui bahwa Layanan Pengadaan dan Lembaga
Pengadaan secara elektronik memiliki tugas dan fungsi yang saling berkoordinasi
dimana Layanan Pengadaan bersama dengan Kelompok Kerja merupakan
pelaksana teknis dalam pengadaan barang/jasa secara e-procurement sedangkan
Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan pelaksana sistem yang
membantu dalam pengadaan barang/jasa secara e-procurement.

Universitas Sumatera Utara

63

Pada uraian selanjutnya akan dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang
sumber daya manusia atau implementor yang terkait impelementasi eprocurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum
Kota Medan. Secara kuantitas, jumlah kelompok kerja yang berasal dari instansi
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan adalah 8 orang dari total kelompok kerja
yang berjumlah 27 orang dan staff pada Layanan Pengadaan (LP) Sebanyak 16
orang serta pegawai LPSE berjumlah 15 orang yang juga ikut dalam implementasi
e-procurement sedangkan yang harus di lelang ada sekitar 500 pelelangan setiap
tahunnya. Berdasarkan hal diatas dan informasi yang didapatkan, jumlah sumber
daya manusia yang tersedia sangat kurang untuk menangani pelelangan sebanyak
itu sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu Staff Pokja yang berasal dari
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :
Jumlah personil Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan terdiri dari
8 orang dari total Pokja Se-Kota Medan yang berjumlah 31 orang, sedangkan
yang dilelang itu ada sekitar 500. Makanya klenger. Saya merasa kurang dengan
jumlah pokja yang ada.37
Tabel 4.3.2.1 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Kota Medan
No

37

Nama

Golongan

Jabatan

1

Drs. Ahmad Basaruddin, M.Si

IV/b

Ketua

2

Maisarah Nasution, SE, M.Si

III/c

Sekretaris

3

Dian Mayasari Manurung, S.Si

III/b

Help-Desk

4

Lely Meliana Nst, Sh

III/b

Help-Desk

5

Nanda Lestari, S.Si

III/b

Help-Desk

6

Ramadani Sinulingga, S.STP

III/d

Verifikator

7

Lailan Nuri, SE

III/b

Verifikator

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Sofiyan pada tanggal 19 April 2017

Universitas Sumatera Utara

64

8

Yanty Nurhaidah, A.Md

II/d

Verifikator

9

Foni Sanjaya, S.Kom

III/b

Administrator

10

Syaiful Bahri Pohan, S.Kom

III/a

Administrator

11

Jaka Priatma Ginting, S.Kom

III/a

Administrator

12

Doddy Faisal Hasibuan, SE

III/a

Trainer

13

Ferdian Lubis

II/b

Trainer

14

Najamuddin

III/c

Staff Sekretaris

15

Mariono

III/b

Staff Sekretaris

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

Tabel 4.3.2.2 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan
No

Nama

Golongan

Jabatan

1

Ir. Fadli

IV/b

Kasubbag Layanan Pengadaan

2

Drs. Abdul Halim

III/d

Staff

3

Drs. Taufik Lubis

III/d

Staff

4

Hendrik Iskandar,SH, MAP

III/c

Staff

5

Tantiana Nasution, SP

III/c

Staff

6

Lidia Kandou Sianturi, SE

III/b

Staff

7

Samsul Bahri Harahap, ST

III/b

Staff

8

Tsalits Qomaruddin

III/b

Staff

9

Syahril Batubara, S.Sos

III/b

Staff

10

Habib, ST

III/b

Staff

11

Fatimah Harahap, SE

III/a

Staff

12

Rudi Darmawan, S.Sos

III/b

Staff

13

Syahrial, SE

III/a

Staff

14

Johan, SE, MM

III/b

Staff

15

Armansyah, SE

III/a

Staff

Sumber : Layanan Pengadaan Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 4.3.2.3 : Daftar Kelompok Kerja Layanan Pengadaan (LP)
Kota Medan
No

Nama

SKPD

1

Drs. Edward Pakpahan, M.Si

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

2

Drs. Abdul Halim

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

3

Drs. Taufik Lubis

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

4

Johan, SE, MM

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

5

Hendrik Iskandar, SH, MAP

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

6

Fatimah Harahap, SE

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

7

Habib, ST

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

8

Kario Darminto H, S.Sos

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

9

Rudi Darmawan S.Sos

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

10

Samsul Bahri, ST

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

11

Syahril Batubara, S.Sos

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

12

Syahrial, SE

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

13

Tsalits Qomaruddin

Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan

14

Yusrin Helmi, ST

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

15

Ir. Elfira Wahyuni

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

16

Utuh Januar Sitompul, ST

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

17

Une Bangun S, ST, M.Si

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

18

Danny Sembiribg, ST

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

19

Sofiyan J. P.Manik, ST, M.Si

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

20

Pretty Novalia Htg, SE, MM

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

21

Rika Yanita, SE

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

22

Chairul Abidin, ST

Dinas PKPPR Kota Medan

23

Fakhrul ST, MM

Dinas PKPPR Kota Medan

24

John Ester Lase, ST, M.Si

Dinas PKPPR Kota Medan

25

Syahrial, ST

Dinas PKPPR Kota Medan

26

Zulfansyah Ali S, ST, M.Eng

Dinas PKPPR Kota Medan

27

Virga Savitri, ST

Dinas PKPPR Kota Medan

Sumber : Layanan Pengadaan Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

66

Jika dilihat dari kuantitas atau jumlahnya, untuk beban kerja yang
ditanggung oleh pelaksana teknis dalam pelelangan eketronik tidak sesuai dari
beban kerjanya. Beban yang mereka tanggung tidak sesuai dan terlalu banyak
sehingga mereka merasa lelah karena terus menerus bekerja sesuai dengan
tugasnya dalam implementasi e-procurement ini. Menurut observasi penulis,
semua pelaksana teknis tersebut memang sangat sibuk mengerjakan tugasya
ketika penelitian sedang berlangsung hingga peneliti sulit meminta waktu luang
mereka untuk menjadi informan.
Selain itu, ditinjau dari kualitasnya berdasarkan tingkat pendidikan para
pelaksana teknis sudah memenuhi syarat. Hal ini terbukti dari 7 pelaksana teknis
yang men