Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari komputerisasi dan teknologi informasi yang

ada pada pemerintah pada tahun 1960-an dan 1970-an memiliki perkembangan
yang sangat pesat di sektor pelayanan Publik dan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.1. Hal ini dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi
memiliki peranan penting dalam meningkatkan pelayanan Publik dari pemerintah
untuk mencapai kepuasaan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut dan atas dasar perkembangan zaman serta
globalisasi maka penggunaan pelayananan atau administrasi pemerintahan dengan
menggunakan teknologi informasi bukanlah hal yang jarang ditemukan hingga
saat ini. Teknologi sangat membantu kualitas pelayanan baik dari segi
keefektifitas dan keefisienannya, begitu juga dengan pemerintah daerah di
Indonesia yang telah menerapkan e-government sejak tahun 2002 semenjak
dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 06 Tahun 2001 Tentang Telematika

(Telekomunikasi, Media dan Informatika). Diharapkan penerapan e-government
ini mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat di berbagai
sektor pelayanan Publik.
Salah satu implementasi e-government di Indonesia adalah dalam bentuk
pengadaan barang dan jasa pemerintah. Barang dan jasa pemerintah merupakan
1

Patrick Dunlevy, helen Margaretts, Simon Bostow, June Tinkler, Digital Era Governance : IT
Corporation, the state and E – Government, Oxford University Press, New York : 2006, hal 1

1

Universitas Sumatera Utara

2

dua hal dasar yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.
Pada mulanya pengadaan barang dan jasa pemerintah menggunakan cara yang
konvensional dimana para pihak pengguna dan penyedia barang/ jasa bertatap
muka secara langsung. Namun, cara tersebut mengakibatkan begitu banyak

kerugian akibat penyimpangan yang dilakukan oleh aktor pengadaan maupun
penyedia barang dan jasa. Kecurangan proyek pengadaan barang/ jasa pemerintah
bisa ditemui mulai dari penggelembungan, tender fiktif, bahkan adanya aliran
uang yang mengalir ke kantong pribadi.2
Untuk mengurangi atau meminimalisir penyimpangan dalam pengadaan
barang/jasa secara konvensional, pemerintah telah mengatur sebuah konsep
pengadaan barang/ jasa secara e-procurement yang termaktub dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.
Implementasi e-procurement diharapkan mampu menerapkan prinsip Pengadaan
Barang/ Jasa yaitu efektif, efisien, transparan, terbuka, bersaing, adil dan
akuntabel sehingga bisa mencapai good and clean government.
Penelitian terdahulu mengatakan bahwa e-procurement dapat mengurangi
supply cost sebanyak 1%, mengurangi cost per tender sebanyak 20 % , lead time
savings mencapai 4,1 bulan – 6,8 bulan untuk tender terbuka dan 7,7 bulan–11,8
bulan untuk tender terbatas”3. Dari data tersebut kita ketahui bahwa konsep e-

2

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa & Berbagai Permasalahannya, Sinar
Grafika, Jakarta;2008, hal. 119

3

Wahyu Hari Wijaya, Retno Indryani, Yusronia Eka Putri, Studi Penerapan E-Procurement pada
Proses Pengadaan di Pemerintah Kota Surabaya, Institut Teknologi SePuluh Nopember,
Surabaya; Jurnal yang diPublikasikan, 2011, hal 2

2

Universitas Sumatera Utara

3

procurement dapat menghemat biaya maupun menghemat waktu dalam aspek
pengadaannya.
Namun, dalam implementasi e-procurement juga memiliki kendala
sebagaimana yang diungkapakan oleh Helmy Prasetyo Yuwinanto yaitu penyedia
barang/jasa (vendor) banyak yang belum memahami aplikasi e-Procurement,
panitia pengadaan sebagian besar masih mengalami kesulitan untuk menggunakan
dan memahami aplikasi e-Procurement, tingkat kelalaian yang sangat tinggi
dalam penggunaan password dan kunci kerahasiaan lainnya oleh user, baik

Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pelaksana Kegiatan maupun Panitia Pengadaan,
range jadwal state lelang masih belum sepenuhnya bisa diikuti oleh Panitia
Pengadaan tepat sesuai yang telah ditetapkan, ketersediaan fasilitas koneksi
internet dan fasilitas pendukung lainnya (seperti scanner, installer adobe, dan
lain-lain) masih sangat terbatas untuk Panitia Pengadaan4. Permasalahan tersebut
muncul karena kurangnya persiapan teknis khususnya faktor sumber daya
manusia dan infrastruktur yang kurang memadai. Selain itu, implementasi eprocurement juga masih menimbulkan masalah dalam hal transparansi dana.
Bahwa sejumlah besar uang yang digunakan untuk pengadaan pada umumnya
mau tidak mau memberikan peluang korupsi dengan estimasi 10% - 25%.
Apalagi, pada beberapa kasus yang sama kerugian yang disebabkan oleh korupsi
ini mencapai sekitar 40%-50% dari nilai kontrak e-procurement.5

4

Helmy Prasetyo Yuwinanto, Implementasi E-Procurement pada Pemerintah Kota Surabaya,
Universitas Erlangga, Surabaya; Jurnal yang diPublikasikan, 2013, hal.215
5
Asima Yanti Siahaan, Februati Trimurni, E-Procurement Policy Model : Striving Towards
Transparancy in Goods and Services Procurement in North Sumatera Indonesia, Universitas
Sumatera Utara, Medan; Jurnal yang diPublikasikan, hal 18


3

Universitas Sumatera Utara

4

Sebagaimana dengan Pemerintah Daerah lain, Pemerintah Kota Medan
sudah mengimplementasikan E-procurement sejak tahun 2012 yang dibuktikan
dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2011
Tentang Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan.
Salah satu SKPD yang telah menerapkan e-procurement adalah Dinas Bina Marga
Kota Medan. Dinas Bina Marga Kota Medan merupakan SKPD yang paling
sering melakukan pengadaan barang/ jasa dimana Pemerintah Kota Medan telah
mencatat pada triwulan kedua pada bulan 2016, 35 paket telah selesai dilakukan
pelaksanaan lelang. Sedangkan 172 paket lagi masih dalam verifikasi berkas dan
akan menyusul masuk proses tender dan sebagian besar paket lelang yang sudah
masuk ke dalam sistem tersebut adalah proyek fisik yang pada umumnya milik
Dinas Bina Marga.6
Namun, proyek fisik berupa pekerjaan konstruksi dan infrastruktur yang

merupakan tugas pokok dari Dinas Bina Marga ini menempati posisi kelima
dalam laporan dugaan maladministrasi, berikut ini grafik yang menunjukannya :

6

Analisa,
35
Paket
Proyek
Selesai
Tender,
diakses
melalui
http://harian.analisadaily.com/kota/news/35-paket-proyek-2016-selesai-tender/241876/2016/06/06,
pada tanggal 7 Januari 2017 Pukul 20.43

4

Universitas Sumatera Utara


5

Gambar 1.1 : Grafik Laporan Dugaan Maladministrasi

Sumber : Ombudsman RePublik Indonesia

Dari diagram dan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
penyelenggaraan pengadaan jasa konstruksi masih cenderung mengalami
penyelewengan, baik dari pihak penyelenggara maupun pihak pelaksana.
Infrastruktur yang paling sering ditemui adalah jalan dimana memiliki fungsi
sebagai prasarana mobilitas masyarakat, namun pada tahun 2015 Provinsi
Sumatera Utara memiliki jalan provinsi sepanjang 3.048,5 km, dimana kondisi
jalan baik sepanjang 1.190,19 km (39,04%), jalan sedang sepanjang 1.078,56 km

5

Universitas Sumatera Utara

6


(35,38%), jalan rusak ringan sepanjang 259 km (8,5%) dan jalan rusak berat
sepanjang 520,75 km (17,08%).7
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dan ingin membahas lebih
dalam lagi mengenai “Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan”
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis menentukan perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana standar dan prosedur implementasi e-procurement dalam
Pengadaan barang dan jasa pemerintah?

2.

Bagaimana implementasi e-procurement dalam pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah di Dinas Bina Marga Kota Medan ?


3.

Apa tantangan dan hambatan implementasi e-procurement dalam Pengadaan
Barang dan Jasa di Dinas Bina Marga Kota Medan ?

1.3

Tujuan Peneitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

7

Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Sekretariat Jenderal Kementerian

Pu Dan Perumahan. 2015. Informasi Statistik Infrastruktur Pu dan Perumahan
Rakyat. Jakarta. PUSDATIN – Kementerian PUPR


6

Universitas Sumatera Utara

7

1.

Untuk mengetahui standar dan prosedur implementasi e-procurement dalam
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

2.

Untuk mengetahui implementasi e-procurement dalam Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah di Dinas Bina Marga Kota Medan.

3.

Untuk mengetahui tantangan dan hambatan implementasi e-procurement
dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Dinas Bina Marga Kota

Medan.

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1.

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai pelatihan intelektual,
mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya
mengenai implementasi kebijakan.

2.

Secara teoritis, akan diperoleh informasi empirik berdasarkan pijakan teori
yang mendukung terhadap implementasi e-procurement dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah.

3.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rekomendasi dari kajian kriteria – kriteria implementasi yang dijadikan
sebagai indikator dalam menentukan terlaksananya e-procurement dalam
pengadaan barang dan jasa pemerintah

4.

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainya untuk melakukan kegiatan
penelitian yang relevan dengan pijakan teori yang telah dibuktikan secara
ilmiah melalui prosedur penelitian ini.

5.
7

Universitas Sumatera Utara