Hutan kita Hama dan penyakit di depan Ma (1)
(disampaikan dalam FGD tentang Upaya Pengendalian
Hama dan Penyakit di Hutan Tanaman di Wilayah Perhutani,
di Pusdikbang Perum Perhutani, Madiun, 3 Mei 2012)
HUTAN KITA: HAMA DAN PENYAKIT DI DEPAN MATA
Corryanti
Waka Puslitbang
A.Pengantar
Judul di atas bukan ingin membuat sensasi. Sangat disadari bahwa hama dan penyakit pada
tanaman hutan kini hendaknya menjadi bagian prioritas pengelola dalam mengusahakan hutan
tanaman. Kesadaran ini tidak diikuti dengan pemahaman, baik secara konsepsi, maupun aksi di
lapangan, sehingga kondisi hutan tanaman kita tidak hanya bertambah terancam, tetapi semakin
banyak menghadapi kendala dalam pengelolaannya. Perum Perhutani dengan wilayah kelola
seluas sekitar 2,4 juta hektar, berlokasi di pulau Jawa dan Madura, ditanami beragam jenis
tanaman hutan, jati, pinus, kayu putih, sengon, dan seterusnya, yang diklasifikasikan atas kelaskelas perusahaan, atau dewasa ini dikenal dengan cluster. Pemahaman hama dan penyakit dalam
mengelola hutan adalah keniscayaan.
B.Pentingnya hama dan penyakit dalam pengelolaan hutan
Pengalaman menunjukkan, bahwa hama dan penyakit pada tanaman hutan menyerang tidak
mengenal sfesifikasi. Hama menyerang di semua komoditas yang sedang diusahakan, dan
penyakit terdapat baik pada tanaman jati, pinus, sengon, kayu putih, dan seterusnya. Sebarannya
pun tak mengenal tempat, sehingga terdapat di hampir sudut wilayah pengusahaan hutan di
Perum Perhutani dengan topografi yang beragam. Pengamatan menunjukkan serangan hama dan
penyakit terjadi pada semua tahapan kegiatan pembuatan tanaman, dari mulai penyiapan benih,
menyemai, membibitkan, tanaman muda di lapangan, bahkan pada tegakan-tegakan tua; tidak
hanya sebatas pucuk, tetapi juga akar, batang, daun, dari memeranakan sampai mematikan
tanaman.
Pemahaman ini menjadi semakin penting, karena banyak pertanaman gagal karena dampak
serangan hama dan penyakit. Perhatikan kasus pinus, sengon, jati, gmelina, dan bahkan komoditas
utama kita, yaitu jati. Banyak laporan hingga dewasa ini pun masih menyampaikan adanya
serangan hama dan penyakit pada komoditas-komoditas utama kita, seperti jati, pinus, sengon,
kayu putih, gmelina, mindi, dan akasia. Luasan dan lokasinya pun berkembang, lebih lanjut macam
hama dan peyakitnya pun bervariasi.
Kepentingan 1. : Hama dan penyakit pun datang tak dapat diduga, dalam ragam maupun musim.
Hal ini berkait erat dengan pola mengelola hutan yang dipraktikkan di lapangan. Serangan hama
dan atau penyakit berkonsekuensi pada kesehatan tanaman secara individu dan kesehatan
tegakan hutan. Kemampuan pengelola dalam mengidentifikasikan gejala dan tanda-tanda
kerusakan (kesehatan) akan memberikan pengendaliannya secara dini. Padahal di lapangan sering
terjadi keadaan seperti reduksi pertumbuhan, kehilangan biomasa, kondisi tajuk yang jelek dan
ancaman kematian.
Kepentingan 2. : Perubahan iklim secara makro akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya perubahan
aktivitas di muka bumi, sebagai contoh musim, masa berbuah,masa panen, suhu dan macam
klimatik lainnya. Dampak perubahan itu sangat peka terhadap siklus kehidupan serangga.
Organisme berdarah dingin dan sangat berpengaruh terhadap suhu lingkungan ini, sudah barang
tentu terganggu dengan adanya perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan ini (suhu
khususnya) akan berampak pada prilaku, distribusi, pertumbuhan dan perkembangan, serta daya
bertahannya. Lebih serius lagi, bahwa suhu yang tinggi memicu munculnya tipe serangga yang
lebih beragam, populasi lebih tinggi karena siklus hidupnya lebih pendek.
Kepentingan 3.: Perkembangan serangga yang dinamis akibat perubahan iklim menyebabkan
terjadi ketidakseimbangan antara populasi yang tumbuh dengan daya dukung habitatnya. Sumber
pakan serangga terganggu, sehingga sediaannya pun menjadi terbatas, dan terjadilah ledakan
populasi yang sebetulnya telah kehilangan tempat hidupnya. Masih ingat tentu dengan peristiwa
ulat bulu yang menimbulkan heboh di seantero pulau Jawa beberapa waktu lalu? Serangan ulat
bulu merupakan bentuk (respon) faktor eksternal maupun internal yang memengaruhi siklus hidup
serangga, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara serangga dan inang.
Memahami 3 hal kepentingan di atas, maka ancaman hama dan penyakit bagi tanaman hutan
adalah terjadinya ketidakseimbangan ekosistem hutan, karena kualitas tanaman secara individu
maupun tegakan menurun, dan berdampak jangka pendek maupun jangka panjang mengalami
produktivitas sumberdaya hutan yang menurun (rendah).
Laporan KPH kepada Puslitbang dewasa ini meliput komoditas cluster utama jati, pinus, kayu putih,
sengon, dan gemelina, dapat kami tuturkan dalam Tabel 1.
C.Konsepsi pengelolaan hama dan penyakit pada tanaman hutan
Dalam mengelola hutan orang sering lebih melihat aspek produktivitas dan kelestarian tegakan
sebagai aspek yang mengemuka. Namun, kegiatan perlindungan hutan, seperti menjaga tanaman
dalam keadaan sehat dan bebas penyakit diabaikan dan diremehkan.
Terdapat konsep segitiga penyakit, yakni patogen-tanaman-lingkungan, maka unsur lingkungan
sangat jelas dan tegas memengaruhi perkembangan penyakit. Penyakit sebagai produk dari
patogen tidak akan pernah terjadi apabila unsur-unsur lingkungan tidak mendukung proses
perkembangannya dalam berinteraksi dengan tanaman. Menurut konsep
ini pula, patogen
seganas apapun yang kemudian berinteraksi dengan tanaman inang, bila kondisi lingkungan
tidak mendukung proses perkembangan penyakit, maka patogen tersebut tidak akan mampu
menginfeksi tanaman dan tidak akan terjadi penyakit.
Tabel 1.
Jenis tanaman hutan, macam hama dan penyakit
yang banyak dilaporkan di wilayah Perhutani
No.
Jenis tanaman
Macam hama/ penyakit
1.
Jati (Tectona grandis Linn F.)
Benalu
Daun menguning
Mati pucuk
Ulat
Ulat & Semut
Ulat Lengkuk & Rayap
U;at penggerek batang
Inger-inger
Layu bakteri
Rayap
Kupu putih
Busuk akar
Jamur akar
Ulat penggerek/ oleng-oleng
Larva
Damping off (lodoh)
Rayap & kwangwung
Rayap / bengkelo
2.
Pinus (Pinus merkusii)
Bercak daun
Kutu lilin
Ulat
Kutu loncat
3.
Kayu putih (Melaeuca cajuput)
4.
Sengon (Paraserianthes moluccana)
5.
Gemelina (Gmelina arborea)
Rayap putih
Gejala daun kuning
Ulat Kantong & karat furu
Karat puru
Ulat kantong
Kepik renda
Kutu
Kutu putih
Mati pucuk & batang mengering
Keterangan: Data luas berdasarkan laporan
yang diterima Puslitbang sepanjang tahun 2011
Dalam pengertian lanjut, bahwa hama dan penyakit tidak mungkin serta merta diberantas dalam
ekosistem yang dinamis, namun hama dan penyakit harus dikelola (pengelolaan hama dan
penyakit). Pemahaman pengelolaan hama dan penyakit dalam kegiatan tanaman hutan meliput
pada aspek menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi tanaman dan mengendalikan terjadi
kerusakan pada tanaman. Ketiga aktivitas tersebut saling bergayut satu dengan lainnya, dan
merupakan siklus yang tidak berhenti, dengan demikian gangguan pada keseimbangan ekosistem
akan mengganggu tanaman dan sulitnya melakukan pengendalian terhadap kerusakan tanaman.
Pendekatan pengelolaan hama dan penyakit dapat dilakukan melalui tiga cara menyesuaikan
kondisi keparahan serangan hama dan penyakit yag terjadi, yaitu pendekatan pencegahan;
pendekatan pengendalian; dan pendekatan pemberantasan. Pengelolaan hama dan penyakit
dengan demikian adalah bagian dari proses mengelola hutan. Hasilnya belum tentu segera tampak,
namun bila penanganannya tepat dampaknya pun akan lestari dan menjaga produktivitas
sumberdaya hutan secara jangka panjang.
D.Upaya Puslitbang
Puslitbang sebagai lembaga mitra bagi manajemen dalam ranah penelitian dan pengembangan kini
mulai ditoleh kipahnya dalam menghadapi ancaman hama dan penyakit tanaman hutan di
lapangan. Aktivitas yang dilakukan oleh peneliti-peneliti hama dan penyakit Puslitbang berupa
pendampingan dalam pemahaman tehadap hama dan penyakit; pengendalian secara preventif
atau pemberantasan; serta membangun plot-plot uji coba untuk model pengendalian hama dan
atau penyakit. Jenis tanaman hutan yang sudah disentuh dalam rangka ini adalah seperti
penanganan hama kutu lilin pada pinus (plot uji di KPH Lawu, Bondowsi, Probolinggo, dan
Pekalongan Timur), penanganan hama kepik pada gemelina (plot uji di KPH Semarang),
penanganan hama ulat kantong pada tanaman sengon (plotr uji d KPH Kedu Selatan), penangaan
hama rayap dan gejala daun kuning pada tanaman kayu putih (plot uji di KPH Madiun),
penanganan benalu dan penyakit karat tumor pada tanaman sengon plot uji di KPH Kediri). Di
Probolinggo, Puslitbang membangun sebuah plot uji dengan prinsip pengelolaan terhadap
serangan hama kutu lilin, yaitu membangun hutan dengan keanekaragaman jenis, menyehatkan
invidu dan tegakan hutan, serta menstimulasi muncul dan berkembangnya predator alami. Hingga
saat ini pengamatan memasuki tahun kedua dan masih terus dipantau oleh Tim Peneliti. Hasil
yang menjanjikan, bahwa pengelolaan dan pembangunan hutan tanaman secara intensif,
terencana dan memerhatikan konsep ekosistem dan keanekaragaman tampaknya mampu
melindungi tanaman dari serangan hama kutu lilin. Kita lihat saja, semoga plot ini bisa menjadi
model yang meneladani.
E.Penutup
Menyikapi hama dan penyakit pada tanaman hutan, hal ini tidak dapat ditangani secara parsial dan
terpisah-pisah. Kebijakan yang komprehensf, mulai dari perencanaan pembuatan tanaman hutan
menjadi penting dipikirkan bersama termasuk perlindungan tanaman hutan dari hama dan penyakit.
Mengendalikan ketika hama dan penyakit sudah mewabah sangat tidak efektif dan efisien hasilnya.
Penanganan hama dan penyakit tidak identik dengan mennyuburkan tanaman.
Artinya ketika tanaman mengalami gangguan hama dan penyakit, maka yang perlu dilakukan
adalah menyehatkan tanaman. Kegiatan preventif atau pencegahan sebelum terjadi musibah akan
lebih arif daripada kuratif atau mengobatinya. Akhirnya hendaknya kegiatan penanganan hama dan
penyakit bisa menjadi prioritas pengelola.
Daftar Pustaka
Anonimus, 2008. Pedoman Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hutan. Perum Perhutani.
Jakarta.
Anonimus, 2008. Teknik Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Hutan. Puslitbang Perhutani, Cepu.
Anonimus, 2011. Siklus Hama Berubah: Flora dan Fauna Indikator Perubahan Iklim. Harian Kompas,
15 Januari 2011.
Anonimus, 2011. Manfaatkan Musuh Alami Hama Pertanian. Harian Kompas, 22 Desember 2011.
Anonimus, 2012. Serangan Tomcat Tanda Kerusakan Lingkungan. Harian Kompas, 21 Maret 2011.
Noor, R.R., 2011. Invasi Ulat Bulu Suatu Musibah? Harian Kompas, 19 April 2011.
Kenya Forestry Research Institute, 1991. Exotic Aphid Pests of Connifers: A Crisis in African Forestry.
Workshop Proceedings.
Sumardi dan SM Widyastuti, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hama dan Penyakit di Hutan Tanaman di Wilayah Perhutani,
di Pusdikbang Perum Perhutani, Madiun, 3 Mei 2012)
HUTAN KITA: HAMA DAN PENYAKIT DI DEPAN MATA
Corryanti
Waka Puslitbang
A.Pengantar
Judul di atas bukan ingin membuat sensasi. Sangat disadari bahwa hama dan penyakit pada
tanaman hutan kini hendaknya menjadi bagian prioritas pengelola dalam mengusahakan hutan
tanaman. Kesadaran ini tidak diikuti dengan pemahaman, baik secara konsepsi, maupun aksi di
lapangan, sehingga kondisi hutan tanaman kita tidak hanya bertambah terancam, tetapi semakin
banyak menghadapi kendala dalam pengelolaannya. Perum Perhutani dengan wilayah kelola
seluas sekitar 2,4 juta hektar, berlokasi di pulau Jawa dan Madura, ditanami beragam jenis
tanaman hutan, jati, pinus, kayu putih, sengon, dan seterusnya, yang diklasifikasikan atas kelaskelas perusahaan, atau dewasa ini dikenal dengan cluster. Pemahaman hama dan penyakit dalam
mengelola hutan adalah keniscayaan.
B.Pentingnya hama dan penyakit dalam pengelolaan hutan
Pengalaman menunjukkan, bahwa hama dan penyakit pada tanaman hutan menyerang tidak
mengenal sfesifikasi. Hama menyerang di semua komoditas yang sedang diusahakan, dan
penyakit terdapat baik pada tanaman jati, pinus, sengon, kayu putih, dan seterusnya. Sebarannya
pun tak mengenal tempat, sehingga terdapat di hampir sudut wilayah pengusahaan hutan di
Perum Perhutani dengan topografi yang beragam. Pengamatan menunjukkan serangan hama dan
penyakit terjadi pada semua tahapan kegiatan pembuatan tanaman, dari mulai penyiapan benih,
menyemai, membibitkan, tanaman muda di lapangan, bahkan pada tegakan-tegakan tua; tidak
hanya sebatas pucuk, tetapi juga akar, batang, daun, dari memeranakan sampai mematikan
tanaman.
Pemahaman ini menjadi semakin penting, karena banyak pertanaman gagal karena dampak
serangan hama dan penyakit. Perhatikan kasus pinus, sengon, jati, gmelina, dan bahkan komoditas
utama kita, yaitu jati. Banyak laporan hingga dewasa ini pun masih menyampaikan adanya
serangan hama dan penyakit pada komoditas-komoditas utama kita, seperti jati, pinus, sengon,
kayu putih, gmelina, mindi, dan akasia. Luasan dan lokasinya pun berkembang, lebih lanjut macam
hama dan peyakitnya pun bervariasi.
Kepentingan 1. : Hama dan penyakit pun datang tak dapat diduga, dalam ragam maupun musim.
Hal ini berkait erat dengan pola mengelola hutan yang dipraktikkan di lapangan. Serangan hama
dan atau penyakit berkonsekuensi pada kesehatan tanaman secara individu dan kesehatan
tegakan hutan. Kemampuan pengelola dalam mengidentifikasikan gejala dan tanda-tanda
kerusakan (kesehatan) akan memberikan pengendaliannya secara dini. Padahal di lapangan sering
terjadi keadaan seperti reduksi pertumbuhan, kehilangan biomasa, kondisi tajuk yang jelek dan
ancaman kematian.
Kepentingan 2. : Perubahan iklim secara makro akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya perubahan
aktivitas di muka bumi, sebagai contoh musim, masa berbuah,masa panen, suhu dan macam
klimatik lainnya. Dampak perubahan itu sangat peka terhadap siklus kehidupan serangga.
Organisme berdarah dingin dan sangat berpengaruh terhadap suhu lingkungan ini, sudah barang
tentu terganggu dengan adanya perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan ini (suhu
khususnya) akan berampak pada prilaku, distribusi, pertumbuhan dan perkembangan, serta daya
bertahannya. Lebih serius lagi, bahwa suhu yang tinggi memicu munculnya tipe serangga yang
lebih beragam, populasi lebih tinggi karena siklus hidupnya lebih pendek.
Kepentingan 3.: Perkembangan serangga yang dinamis akibat perubahan iklim menyebabkan
terjadi ketidakseimbangan antara populasi yang tumbuh dengan daya dukung habitatnya. Sumber
pakan serangga terganggu, sehingga sediaannya pun menjadi terbatas, dan terjadilah ledakan
populasi yang sebetulnya telah kehilangan tempat hidupnya. Masih ingat tentu dengan peristiwa
ulat bulu yang menimbulkan heboh di seantero pulau Jawa beberapa waktu lalu? Serangan ulat
bulu merupakan bentuk (respon) faktor eksternal maupun internal yang memengaruhi siklus hidup
serangga, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara serangga dan inang.
Memahami 3 hal kepentingan di atas, maka ancaman hama dan penyakit bagi tanaman hutan
adalah terjadinya ketidakseimbangan ekosistem hutan, karena kualitas tanaman secara individu
maupun tegakan menurun, dan berdampak jangka pendek maupun jangka panjang mengalami
produktivitas sumberdaya hutan yang menurun (rendah).
Laporan KPH kepada Puslitbang dewasa ini meliput komoditas cluster utama jati, pinus, kayu putih,
sengon, dan gemelina, dapat kami tuturkan dalam Tabel 1.
C.Konsepsi pengelolaan hama dan penyakit pada tanaman hutan
Dalam mengelola hutan orang sering lebih melihat aspek produktivitas dan kelestarian tegakan
sebagai aspek yang mengemuka. Namun, kegiatan perlindungan hutan, seperti menjaga tanaman
dalam keadaan sehat dan bebas penyakit diabaikan dan diremehkan.
Terdapat konsep segitiga penyakit, yakni patogen-tanaman-lingkungan, maka unsur lingkungan
sangat jelas dan tegas memengaruhi perkembangan penyakit. Penyakit sebagai produk dari
patogen tidak akan pernah terjadi apabila unsur-unsur lingkungan tidak mendukung proses
perkembangannya dalam berinteraksi dengan tanaman. Menurut konsep
ini pula, patogen
seganas apapun yang kemudian berinteraksi dengan tanaman inang, bila kondisi lingkungan
tidak mendukung proses perkembangan penyakit, maka patogen tersebut tidak akan mampu
menginfeksi tanaman dan tidak akan terjadi penyakit.
Tabel 1.
Jenis tanaman hutan, macam hama dan penyakit
yang banyak dilaporkan di wilayah Perhutani
No.
Jenis tanaman
Macam hama/ penyakit
1.
Jati (Tectona grandis Linn F.)
Benalu
Daun menguning
Mati pucuk
Ulat
Ulat & Semut
Ulat Lengkuk & Rayap
U;at penggerek batang
Inger-inger
Layu bakteri
Rayap
Kupu putih
Busuk akar
Jamur akar
Ulat penggerek/ oleng-oleng
Larva
Damping off (lodoh)
Rayap & kwangwung
Rayap / bengkelo
2.
Pinus (Pinus merkusii)
Bercak daun
Kutu lilin
Ulat
Kutu loncat
3.
Kayu putih (Melaeuca cajuput)
4.
Sengon (Paraserianthes moluccana)
5.
Gemelina (Gmelina arborea)
Rayap putih
Gejala daun kuning
Ulat Kantong & karat furu
Karat puru
Ulat kantong
Kepik renda
Kutu
Kutu putih
Mati pucuk & batang mengering
Keterangan: Data luas berdasarkan laporan
yang diterima Puslitbang sepanjang tahun 2011
Dalam pengertian lanjut, bahwa hama dan penyakit tidak mungkin serta merta diberantas dalam
ekosistem yang dinamis, namun hama dan penyakit harus dikelola (pengelolaan hama dan
penyakit). Pemahaman pengelolaan hama dan penyakit dalam kegiatan tanaman hutan meliput
pada aspek menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi tanaman dan mengendalikan terjadi
kerusakan pada tanaman. Ketiga aktivitas tersebut saling bergayut satu dengan lainnya, dan
merupakan siklus yang tidak berhenti, dengan demikian gangguan pada keseimbangan ekosistem
akan mengganggu tanaman dan sulitnya melakukan pengendalian terhadap kerusakan tanaman.
Pendekatan pengelolaan hama dan penyakit dapat dilakukan melalui tiga cara menyesuaikan
kondisi keparahan serangan hama dan penyakit yag terjadi, yaitu pendekatan pencegahan;
pendekatan pengendalian; dan pendekatan pemberantasan. Pengelolaan hama dan penyakit
dengan demikian adalah bagian dari proses mengelola hutan. Hasilnya belum tentu segera tampak,
namun bila penanganannya tepat dampaknya pun akan lestari dan menjaga produktivitas
sumberdaya hutan secara jangka panjang.
D.Upaya Puslitbang
Puslitbang sebagai lembaga mitra bagi manajemen dalam ranah penelitian dan pengembangan kini
mulai ditoleh kipahnya dalam menghadapi ancaman hama dan penyakit tanaman hutan di
lapangan. Aktivitas yang dilakukan oleh peneliti-peneliti hama dan penyakit Puslitbang berupa
pendampingan dalam pemahaman tehadap hama dan penyakit; pengendalian secara preventif
atau pemberantasan; serta membangun plot-plot uji coba untuk model pengendalian hama dan
atau penyakit. Jenis tanaman hutan yang sudah disentuh dalam rangka ini adalah seperti
penanganan hama kutu lilin pada pinus (plot uji di KPH Lawu, Bondowsi, Probolinggo, dan
Pekalongan Timur), penanganan hama kepik pada gemelina (plot uji di KPH Semarang),
penanganan hama ulat kantong pada tanaman sengon (plotr uji d KPH Kedu Selatan), penangaan
hama rayap dan gejala daun kuning pada tanaman kayu putih (plot uji di KPH Madiun),
penanganan benalu dan penyakit karat tumor pada tanaman sengon plot uji di KPH Kediri). Di
Probolinggo, Puslitbang membangun sebuah plot uji dengan prinsip pengelolaan terhadap
serangan hama kutu lilin, yaitu membangun hutan dengan keanekaragaman jenis, menyehatkan
invidu dan tegakan hutan, serta menstimulasi muncul dan berkembangnya predator alami. Hingga
saat ini pengamatan memasuki tahun kedua dan masih terus dipantau oleh Tim Peneliti. Hasil
yang menjanjikan, bahwa pengelolaan dan pembangunan hutan tanaman secara intensif,
terencana dan memerhatikan konsep ekosistem dan keanekaragaman tampaknya mampu
melindungi tanaman dari serangan hama kutu lilin. Kita lihat saja, semoga plot ini bisa menjadi
model yang meneladani.
E.Penutup
Menyikapi hama dan penyakit pada tanaman hutan, hal ini tidak dapat ditangani secara parsial dan
terpisah-pisah. Kebijakan yang komprehensf, mulai dari perencanaan pembuatan tanaman hutan
menjadi penting dipikirkan bersama termasuk perlindungan tanaman hutan dari hama dan penyakit.
Mengendalikan ketika hama dan penyakit sudah mewabah sangat tidak efektif dan efisien hasilnya.
Penanganan hama dan penyakit tidak identik dengan mennyuburkan tanaman.
Artinya ketika tanaman mengalami gangguan hama dan penyakit, maka yang perlu dilakukan
adalah menyehatkan tanaman. Kegiatan preventif atau pencegahan sebelum terjadi musibah akan
lebih arif daripada kuratif atau mengobatinya. Akhirnya hendaknya kegiatan penanganan hama dan
penyakit bisa menjadi prioritas pengelola.
Daftar Pustaka
Anonimus, 2008. Pedoman Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hutan. Perum Perhutani.
Jakarta.
Anonimus, 2008. Teknik Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Hutan. Puslitbang Perhutani, Cepu.
Anonimus, 2011. Siklus Hama Berubah: Flora dan Fauna Indikator Perubahan Iklim. Harian Kompas,
15 Januari 2011.
Anonimus, 2011. Manfaatkan Musuh Alami Hama Pertanian. Harian Kompas, 22 Desember 2011.
Anonimus, 2012. Serangan Tomcat Tanda Kerusakan Lingkungan. Harian Kompas, 21 Maret 2011.
Noor, R.R., 2011. Invasi Ulat Bulu Suatu Musibah? Harian Kompas, 19 April 2011.
Kenya Forestry Research Institute, 1991. Exotic Aphid Pests of Connifers: A Crisis in African Forestry.
Workshop Proceedings.
Sumardi dan SM Widyastuti, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.