Makalah Pendidikan Agama Islam Pelaksana

Makalah Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Hukuman Mati di Indonesia
dari Perspektif Agama Islam
disusun untuk memenuhi tugas individual mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : Hj. Widyastini, Dra, M.Hum.

Nama

: Nadya Ahda

NIM

: 14/EK/363822/19915

Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2015

I.


Pendahuluan
“Para terpidana narkotika yang akan dieksekusi mati pada tahap dua adalah dua
warga Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, atau lebih dikenal Duo Bali
Nine. Jaksa Agung HM Prasetyo kemarin menyatakan bahwa para terpidana ini akan
dieksekusi setelah Konferensi Asia Afrika pada 20 sampai 24 April berakhir.”1
Akhir-akhir ini, Indonesia dihadapkan pada pandangan pro-kontra mengenai hukuman
mati yang diterapkan untuk narapidana kasus narkoba. Mayoritas dari narapidana
tersebut adalah warga negara asing, sehingga memperkeruh hubungan bilateral
antarnegara. Walaupun begitu, Indonesia tetap mempertahankan hukum yang sudah
tercantum pada KUHP, termasuk hukuman mati. Makalah ini akan menjelaskan
bagaimana perspektif agama Islam mengenai penerapan hukuman mati di Indonesia.
1. Hukuman Mati
Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan (atau
tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang
akibat perbuatannya2. Hukuman mati menjadi pidana terberat untuk beberapa kasus
kejahatan seperti pasal 104, pasal 111, pasal 124, pasal 140 dan lain-lain. Hal ini
menunjukkan bahwa hukuman mati masih diperlukan dan diterapkan dalam
kehidupan bernegara Indonesia.
2.


Perspektif Islam
Perspektif adalah asumsi-asumsi dasar yang paling banyak sumbangannya kepada
pendekatan psikologi sosial3. Perspektif Islam adalah asumsi-asumsi dasar
berdasarkan kepada pandangan Islam yang berpegang teguh pada Al Qur’an, Al
Hadits dan ajaran Islam lainnya.

II.

Pembahasan
Dalam menjalani kehidupan bersama, manusia memerlukan suatu sistem hukum untuk
mengatur ketertiban sehingga terwujudlah kedamaian di antara manusia. Begitu juga
dengan hukum Islam, hukum Islam diciptakan sebagai rahmat Allah SWT untuk
memperhatikan kemaslahatan umat. Seberat apapun sanksi yang diterapkan hukum

“Pelaksanaan Hukuman Mati Tinggal Tunggu Eksekutor”, 8 April 2015,
http://news.okezone.com/read/2015/04/08/340/1131129/pelaksanaan-hukuman-mati-tinggaltunggu-eksekutor, diakses pada tanggal 11 April 2015
2 “Hukuman Mati”, http://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati, diakses pada tanggal 11
April 2015
3 “Pengertian Kata Perspektif”,

https://konsultasikehidupan.wordpress.com/2009/05/13/pengertian-kata-perspektif/, diakses
pada tanggal 11 April 2015
1

Islam, pada dasarnya semua itu bertujuan untuk menjaga keseimbangan hubungan antar
manusia pada umumnya, bukan untuk sebagian golongan saja. Tujuan dari hukum
Islam:
1. Tujuan Primer (al-dharury)
Tujuan hukum yang harus ada dalam kehidupan manusia. Apabila tujuan ini tidak
tercapai, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan kemaslahatan hidup manusia
di dunia dan di akhirat. Kebutuhan hidup yang primer ini hanya bisa dicapai bila
terpeliharanya lima tujuan hukum Islam yang disebut al-dharuriyyat al-khams atau
al-kulliyyat alkhams (disebut pula maqasid al-syari’ah):
a. Memelihara agama;
b. Memelihara jiwa;
c. Memelihara akal;
d. Memelihara keturunan atau kehormatan;
e. Memelihara harta.
2. Tujuan Sekunder (al-haajiy)
Terpeliharanya tujuan kehidupan manusia yang terdiri atas berbagai kebutuhan

sekunder. Jika tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan kesukaran bagi manusia,
namun tidak sampai menimbulkan kerusakan.
3. Tujuan Tersier (al-tahsiniyyat)
Tujuan hukum yang ditujukan untuk menyempurnakan hidup manusia dengan cara
melaksanakan apa yang baik dan yang paling layak menurut kebiasaan dan
menghindari hal-hal yang tercela menurut akal sehat4.
Hukum Islam secara sistematis mengupayakan pemberantasan kejahatan dengan caracara berikut:
1. Islam mewajibkan negara untuk tanpa henti membina keimanan dan ketakwaan
rakyat. Keimanan dan ketakwaan itu akan menjadi faktor pencegah sangat efektif
dalam diri seseorang yang bisa mencegah dia dari melakukan kejahatan apapun
bentuknya.
2. Sistem ekonomi Islam akan bisa mendistribusikan kekayaan negeri secara merata
dan adil kepada seluruh rakyat. Jika ada yang luput oleh mekanisme ekonomi, maka
Islam mewajibkan pemenuhan kebutuhan pokok dijamin melalui mekanisme non“Pidana Mati dalam Pandangan Islam”, 12 April 2010, http://dendenimadudin.blogspot.com/2010/04/pidana-mati-dalam-pandangan-islam.html, diakses pada
tanggal 12 April 2015
4

ekonomi. Islam mewajibkan negara mewujudkan hal itu. Dengan begitu, alasan
ekonomi tidak lagi menjadi faktor yang orang melakukan kejahatan.
3. Jika dengan semua itu masih ada orang yang melakukan tindak kriminal, maka

sistem sanksi (‘uqubat) Islam akan menjadi palang pintu terakhir yang efektif.
Sanksi hukum Islam akan efektif memberi efek jera yang bisa mencegah terjadinya
kejahatan5.
Hukuman bagi siapa saja yang melanggar aturan dalam hukum Islam bersifat tegas dan
adil untuk semua pihak. Hal itu menjadi wajar karena hukum Islam bersumber kepada
Al-Qur’an sedangkan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang tidak pernah salah,

“Kebe

n

aran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orangorang yang ragu.” (Q.S. Al-Baqarah:147)
Selain itu, Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam juga mengandung banyak hikmah,

“Demi Al Quran yang penuh hikmah.” (Q.S. Yaasiin: 2)
Salah satu dasar penyelesaian perselisihan diantara manusia dalam Islam adalah ‫قصاص‬
(qishaash). Qishaash berasal dari bahasa Arab dari kata qishaash yang berarti mencari
jejak seperti al-qashaash. Sedangkan dalam istilah hukum Islam berarti pelaku
kejahatan dibalas seperti perbuatannya yaitu hukuman yang setimpal dari perbuatan
manusia atas manusia yang lain. Sebagai contoh jika seseorang memukul maka

hukumannya dipukul, bila seseorang merusak mata orang lain maka hukumannya mata
si pelaku tersebut dirusak, bila seseorang membunuh maka dihukum bunuh demikian
seterusnya.

“Ada Kehidupan di dalam Hukuman Mati”, 21 Januari 2015, http://hizbuttahrir.or.id/2015/01/21/ada-kehidupan-di-dalam-hukuman-mati/, diakses pada tanggal 12
April 2015
5

“...dan
Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak qishaash) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Maidah 5:45)
Sepintas memang kejam namun dibalik itu ada palajaran berharga bagi manusia, yaitu
mendidik manusia supaya perbuatannya tidak semena-mena atas manusia yang lain.
Manusia akan berpikir berulang kali untuk berbuat kejahatan atas manusia lain karena
hukuman yang didapat sesuai dengan perbuatannya.
Ada contoh kasus dimana Islam memperbolehkan hukuman mati atasnya:

1. Pelaku zina yang sudah menikah (muhson), sanksinya dirajam, yakni dilempari batu
sampai mati.

“Syaikh lelaki dan perempuan apabila keduanya berzina maka rajamlah keduanya
sebagai balasan dari Allah SWT dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(HR Sunan Ibnu Majah)
2. Pelaku pembunuhan berencana.
Orang yang membunuh orang Islam (tanpa hak) harus di-qishaaash (dibunuh juga).
Jika ahli-ahli waris (yang terbunuh) memaafkannya, maka pelaku tidak di-qishaash
(tidak dihukum bunuh) tetapi harus membayar diyat (denda) yang besar, yaitu
seharga 100 ekor unta tunai yang dibayarkan pada waktu itu juga.
3. Perampokan (al-hirabah)

Tindakan mengambil harta dengan jalan kekerasan yang realisasinya menakutnakuti orang yang lewat di jalan atau mengambil harta baik dengan taktik atau
kekuatan.

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu

penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar.” (Q. S. Al-Maidah: 33)
4. Riddah (Murtad)
Keluar dari Islam baik dengan perkataan, perbuatan maupun dengan keyakinan.
Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Barang siapa
yang menukar agamanya (dari Islam kepada agama yang lain) maka bunuhlah
dia.”
III.

Penutup
Kesimpulan:
Islam membenarkan hukuman mati dengan berbagai alasan:
1. Adanya kepastian hukum;
2. Pelaku menjadi terhormat karena kematiannya sedang melaksanakan hukum Allah;
3. Mampu mencegah kejahatan karena hukumannya berat sehingga stabilitas
keamanan dalam masyarakat terjaga;
4. Memenuhi rasa keadilan karena hukumannya setimpal dengan perbuatannya;
5. Mendukung perikemanusian dan menghapus perikejahatan dari muka bumi.