Layanan Prima fbs4 Perbankan Syariah

BAB 1
PENDAHULUAN

ANALISIS LAYANAN PRIMA MELALUI BAURAN STRATEGI BANK SYARIAH
A. ( Pengertiandan Implementasi Pelayanan Prima )
Bauran Strategi adalah gabungan atau memebentuk, untuk memepersiapkan strategi di
bank syaraiah. Untuk mencapai sebuah target dan sasaran secara tepat. Malaysia
mungkin memang yang terbaik dalam pertumbuhan market share industri syariah.
Namun bank syariah Indonesia sedang membuat gabungan yang di sebut policy mix
yang akan melibatkan BI, OJK dan Pemerintah.
Mereka membuat gabungan untuk mencapai fine tuning agar perekonomian mampu
mencapai pertumbuhan yang baik. Korelasinya pada bank syariah, mereka harus
mempunyai pelayanan prima dengan membuat market share tertarik akan kepada
kepedulian pertumbuhan bank syariah dan mampu mengimbangi perkembangan bank
syariah.
B. ( Fakta Kontemporer )
Perkembangan system ekonomi syariah di Indonesia dimulai dengan lahirnya Bank
Islam Indonesia yang pertama yang diberi nama Bank Muamalat Indonesia pada
tanggal 3 November 1991. Melihat potensi dan animo masyarakat yang begitu besar
terhadap perbankan syariah telah membuat Bank Indonesia optimis akan
perkembangan perbankan syariah. Namun faktanya pertumbuhan bank syariah tidak

sesuai harapan menurut data statistik ekonomi keuangan Bank Indonesia, pangsa
pasar perbankan syariah di kota Bandung sendiri baru menguasai sekitar kurang dari
3%. Fakta ini berbanding terbalik dengan potensi kota Bandung yang mayoritas
beragama Islam. Bagaimana pula dengan ormasormas Islam terbesar seperti NU,
Muhammdiyah, Persis dll., dalam menggunakan perbankan syariah? Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis mengenai bauran pemasaran produk perbankan syariah
pada warga Muhammadiyah kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Bauran pemasaran produk perbankan syariah
pada warga Muhammadiyah di kaji dengan menggunakan teori manajemen pemasaran
dari Philip Kotler. Dalam menjual, menyampaikan dan mendistribusikan produk
perbankan syariah kepada masyarakat tidak bisa disampaikan secara parsial tapi harus

menggabungkan beberapa elemen pemasaran atau yang dikenal dengan marketing
mix atau bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, promotion, place, people,
physical evidence dan process. Ke tujuh elemen tersebut dapat memberikan informasi
pada management untuk proses pengambilan keputusan dal am menjual produk pada
konsumenya. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam
terhadap informan yang telah ditentukan dengan menggunakan purporsive sample
serta pengumpulan data-data dari berbagai sumber guna menjawab pertanyaan
penelitian. Untuk validitas data digunakan triangulasi sumber data. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bauran pemasaran produk perbankan syariah pada warga
Muhammadiyah di kota Bandung belum di terapkan secara maksimal dan menyentuh
warga Muhammadiyah kota Bandung untuk menggunakan produk perbankan syariah.
Perbankan syariah pada prakteknya hanya menjual produk tanpa mensosialiasikan
dampak sistem bunga pada bank konvensional bila dibandingkan dengan sistem bagi
hasil. Perbankan syariah belum berhasil secara emosional meyakinkan dan merubah
mind set warga Muhammadiyah untuk menggunakan produk perbankan syariah. Pada
tahap awal seharusnya perbankan syariah dapat merubah mind set masyarakat muslim
perihal sistem bunga menjadi sistem bagi hasil
C. ( Pendekata Legislasi atau Perundang-undangan ) Anti Monopoli
Dibeberapa negara, hukum persaingan dikenal dengan istilah, “Antitrust Laws” atau
antimonopoli. Di Indonesia istilah yang sering digunakan adalah hukum persaingan
atau anti monopoli. Di Indonesia hukum anti monopoli diatur dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan prakek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat. Undang-undang ini merupakan pengaturan secara khusus dan komprehensif
yang berkaitan dengan persaingan antar pelaku usaha.
Munculnya persaingan menjadikan setiap pelaku pasar dituntut untuk terus
menemukan metode produksi yang baru untuk memperbaiki kualitas dan harga barang
maupun jasa yang dihasilkannya, sehingga terciptalah efisiensi ekonomi, yang berarti
pelaku usaha dapat menjual barang dengan harga yang wajar.

Pada tanggal 5 Maret 1999 telah diundangkan Undang-undang Republik Indonesia
No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (Undang-undang Anti Monopoli). Pasal 3 Undang-undang tersebut menyatakan
bahwa tujuan pembentukan Undang-undang ini adalah untuk :

1.

Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
2.

Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan usaha yang sehat

sehinggan menjamin adanya kepastian kesempatan yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil,
3.

Mencegah praktek monopoli atau praktek usaha tidak sehat yang ditimbulkan


oleh pelaku usaha,
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Sehubungan dengan lahirnya Undang-undang no.5 tahun 1999 maka Indonesia harus
menata kembali kerangka perekonomiannya, yang selama 32 tahun terpola seperti
yang diinginkan oleh Pemerintah Orde Baru, dimana perekonomian Indonesia
bergantung sepenuhnya pada kebijakan penguasa pada saat itu.
D. ( Pendekatan Bisnis )
Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari
berbagai aspek. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa sampai dengan akhir
tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) mencapai 31.8 persen dengan pangsa pasar (market share) yang terus
mengalami penigkatan hingga mencapai 4.8 persen. Hal ini di dorong oleh permintaan
masya rakat Indonesia akan Islamic product sebagai alternatif dalam menggunakan
jasa perbankan yang semakin meningkat. Masyarakat baik individu mau pun badan
usaha semakin banyak yang menaruh simpanan dan investasi pada bank syariah.
Dapat dilihat dari peningkatan nominal DPK yang dihimpun berupa giro, tabungan
dan deposito meningkat tiap tahunnya. DPK yang dihimpun BUS dan UUS hingga
Desember 2013 tercatat me ningkat hingga mencapai Rp183 tri liun. Begitu pula
dengan nilai pembiayaan yang meningkat dari tahun sebelumnya, sehingga pada
tahun 2013 mencapai Rp 184 triliun. Volume pem biayaan yang melebihi volume

DPK menunjukkan bahwa perbankan syariah tetap berkomitmen untuk menggerakkan
sektor rill dan mengoptimalkan pencapaian tersebut. Perbankan syariah sangat peka
dan terpengaruh erat dengan kondisi makro ekonomi. Pertumbuhan ekono mi
Indonesia tahun 2013 yang tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya membuat dinamika
perekonomian yang kurang kondisif bagi perkembangan sektor riil. Hal ini
berdampak terhadap laju pertumbuhan aset dan pembiayaan perbankan syariah yang
mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya. Inflasi yang meningkat hingga

mencapai 8.38 persen pada tahun 2013 cukup berdampak negatif pada kinerja bank
syariah. Hal ini di tandai dengan adanya penurunan ROA perbankan syariah pada
tahun 2013. Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA dalam perkembangannya
senantiasa mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2013 ROA BUS dan UUS
mengalami penurunan sebesar 0.14 persen dari tahun sebelumnya. Profitabilitas
merupakan indikator yang tepat untuk mengukur kinerja suatu bank dan kemampuan
bersaing (Sofyan 2002). Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas adalah melalui Return on Asset (ROA) atau rasio laba terhadap asset.
Dengan menurunnya ROA pada tahun 2013, di butuhkan sebuah evaluasi mengenai
faktorfaktor yang dapat memengaruhi profitabilitas suatu bank syariah. Berdasarkan
beberapa aspek penentu profitabilitas, maka dalam penelitian ini dilakukan analisis
terhadap pembiayaan, CAR, FDR, NOM, market share DPK serta inflasi yang

memiliki pengaruh terhadap profitabilitas BUS. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder dalam bentuk cross section dan time series yang merupakan data
triwulanan selama kurun waktu empat tahun, yaitu 2010 kuartal II sampai 2013
kuartal IV. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BUS di Indonesia sampai
dengan Desember 2013. Peng ambilan sampel dalam analisis dila kukan dengan
metode purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega, Bank Rakyat Indonesia
Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Central Asia Syariah dan Bank Negara Indonesia
Syariah. Variabel total pembiayaan (LnPYD) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA BUS di Indonesia. Peningkatan pembiayaan sebesar 1persen akan
menyebabkan kenaikan ROA BUS di Indonesia sebesar 1.982 persen. Hubungan yang
positif ini dapat dijelaskan yaitu dengan menyalurkan pembiayaan seba nyakbanyaknya maka bank juga akan mendapatkan pendapatan yang tinggi pula sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan laba. Tingkat kapitalisasi yang diwakili oleh
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA BUS. Peningkatan CAR sebesar 1 persen akan akan meningkatkan ROA BUS di
In do nesia sebesar 0.009 persen. Tinggi nya nilai CAR menunjukkan bahwa modal
bank semakin besar sehingga bank semakin leluasa dan memiliki peluang yang cukup
besar untuk melakukan ekspansi pembiayaan dengan lebih aman kedalam aktivitas
investasi yang menguntungkan. Di sisi lain, tingginya CAR dapat menambah
kepercayaan masyarakat terhadap bank, karena jaminan dana masyarakat semakin


tinggi. Dengan kondisi demikian maka akan meningkatkan perolehan laba dari bank
tersebut.

BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
A. Perekonomian Global
Menyikapi akhir tahun 2014, global ekonomi menunjukkan tanda-tanda melemah
dengan resiko penurunan signifikan. Kemungkinan adanya beberapa risiko
tersebut akan terwujud tahun depan, meninggalkan kondisi ekonomi global
memburuk dibandingkan tahun 2014. Kami membuat lima prediksi yang
diperkirakan akan membentuk prospek ekonomi global pada tahun 2015 dan
seterusnya.
B. Napak tilas selama tahun 2014, perkiraan kami untuk tahun 2014 adalah adanya
pemulihan moderat terhadap perekonomian dunia yang memungkinkan keluar
dengan tertib dari US Quantitative Easing (QE) dan kembalinya pertumbuhan
global ke tingkat sebelum krisis. Namun, pada faktanya hasil yang dicapai
berbeda dari harapan semula.
C.
D. Pemulihan Amerika Serikat tidak seutuhnya merata di tahun 2014, dengan

pertumbuhan negatif pada kuartal pertama, diikuti oleh dua kuartal pertumbuhan
pesat. Pemulihan awal Zona Euro tersendat, meninggalkan kondisi mata uang
mendekati resesi dan risiko deflasi. Jepang tetap terjebak dalam deflasi –
meskipun adanya ekspansi besar pada neraca keuangan Bank of Japan dan
depresiasi signifikan pada mata uang Yen – kembali lagi jatuh dalam resesi pada
kuartal ketiga.
E.
F. Pertumbuhan Cina tetap di angka 7 persen dengan serangkaian stimulus fiskal
dan moneter, namun penurunan harga pasar selama tujuh bulan terakhir telah
secara signifikan melemahkan konsumsi swasta. Emerging Markets (EMS) terus
melambat ditengah penurunan harga komoditas dan tanggapan kebijakan tidak
seimbang. Perkembangan di Gulf Cooperation Council (GCC) dan Sub-Sahara
Africa (SSA) tetap kuat pada perbelanjaan infrastruktur yang tinggi; akan tetapi,
harga minyak baru-baru ini merosot tajam menguakkan bayangan pada
momentum pertumbuhan kedepannya.
G.
H. Selain itu, kejutan terbesar adalah terjadinya tekanan disinflasi berkelanjutan pada
ekonomi global. Kami sudah mengingatkan mengenai resiko Great Deflation
(lihat Economic Commentary 19 Oktober 2014). Sejak itu, resiko tersebut
tampaknya mulai terbentuk. Kelemahan pada global kian melonjak dari prediksi

yang mengakibatkan harga komoditas terus menurun. Berdasarkan The IMF

Global Commodity Index, penurunan mencapai 17,4 persen selama dua belas
bulan tercatat di November, mencerminkan penurunan harga minyak menjadi 23,2
persen dan 5,8 persen pada komoditas lainnya. Tekanan kuat disinflasi ini
mungkin akan menjadi faktor penentu pada pertumbuhan ekonomi global
selanjutnya.
I.
J. Kedepannya, berikut penjelasan lima faktor yang memprediksikan pergerakan
ekonomi global tahun 2015:
K.
L. 1. US Federal Reserve (FED) tidak akan menaikkan kebijakan suku bunga di
tahun 2015. Tidak seperti prediksi konsensus untuk kenaikkan di kuartal kedua
2015, kami percaya tekanan global disinflasi dan penguatan mata uang US dollar
berkelanjutan diprediksi akan mengarah angka inflasi menjadi nil bagi negara
Amerika Serikat di tahun 2015. Hasilnya, Fed tidak memiliki rasional mendasar
untuk menaikkan suku bunga sejalan dengan ekspektasi inflasi akan berada
dibawah target inflasi sekitar 2 persen. Apabila Fed menaikkan kebijakan suku
bunga, maka dampak terhadap ekonomi global akan memburuk siginifikan.
M.

N. 2. Zona Euro akan memasuki deflasi dan resesi. Penurunan tajam pada harga
minyak belakangan ini mendorong Zona Euro ke periode resesi di tahun 2015,
meskipun European Central Bank (ECB) dengan segala upaya menghindari
kondisi tersebut , namun akan tetap memicu penurunan konsumsi dan investasi,
sehingga timbul resesi pada mata uang secara umum.
O.
P. 3. Momentum pertumbuhan Cina melambat ditengah-tengah deflasi beresiko
tinggi. Menurunnya harga pasar dan komoditas global akan terus menghambat
kebutuhan domestik seiring dengan tekanan deflasi. Pihak otoritas Cina mungkin
berusaha untuk menstimulasi ekonomi lebih lanjut diatas kebijakan stimulus yang
ada, namun tidak cukup untuk menghindari perlambatan pertumbuhan yang
signifikan.
Q.
R. 4. Beberapa ekspor minyak dari EMs kemungkinan akan menimbulkan dampak
krisis pada neraca keuangan. Penurunan substansial di minyak kelapa sawit (CPO)
menghasilkan obligasi piutang bagi negara-negara seperti Rusia dan Venezuela.
Kondisi ini membawa dampak menular di seluruh EMs sehingga besar
kemungkinan untuk insitutisi internasional menangani permasalahan yang terjadi.
S.


T. 5. Harga komoditas yang lebih rendah dan lemahnya ekonomi global dapat akan
menyiratkan perlambatan dalam momentum pertumbuhan yang kuat bagi GCC
dan Negara-negara SSA selaku negara pengekspor minyak; khususnya dengan
harga minyak yang jatuh akan melalui pengkajian ulang implementasi program
infrastruktur investasi pada dua wilayah. Negara pengecualian adalah Qatar, yang
mana persiapan program World Cup untuk tahun 2022 akan tetap
diimplementasikan sesuai rencana.
U.
V. Secara menyeluruh, perkembangan global di tahun 2015 akan menurun signifikan
dibandingkan tahun 2014. Berdasarkan IMF World Economic Outlook bulan
Oktober 2014 lalu, tercatat global ekonomi diprediksikan meningkat dari 3,3
persen di 2014 menjadi 3,8 persen di tahun 2015. Apabila prediksi tersebut terjadi,
maka kemungkinan besar perkembangan ekonomi global hanya naik dari 1,5
persen menjadi 2,0 persen. Seperti kata pepatah, “Berharap yang terbaik,
persiapkan yang terburuk”.

W. Perekonomian Regional atau Sekitar Asean
X.
Y. A.
Z.
AA. PENDAHULUAN
BB. Kalimat
CC. “Satu Visi –
DD.
Satu Identitas
EE. –
FF.
GG.
Satu Komunitas”
HH.
II. –
JJ. menjadi visi dan komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada
tahun 2020. Tetapi mungkinkah cita-cita tersebut dapat dicapai oleh negara-negara
ASEAN
KK. (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailan, Brunai Darussalam,
Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar)
LL. dalam waktu kurang dari satu dasawarsa lagi. Berdasarkan catatan dan laporan
dari berbagai sumber menunjukkan bahwa cita-cita bersama yang terintegrasi
dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat Asean
MM. (Asean Community)
NN.
ini masih harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang terdapat
pada masing-masing negara anggota. Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan
untuk merealisasikan target atau sasaran bersama Masyarakat Asean tersebut, di
antaranya adalah melalui penerapan Masyarakat Ekonomi Asean
OO. (Asean Economic Community) pada tahun 2015.
PP. Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara Asean
QQ. (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam,
Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar)

RR.
yang masing-masing memiliki latar-belakang sosial-budaya, ideologi politik,
ekonomi dan kepentingan berbeda ke dalam suatu komunitas yang disebut
Masyarakat Ekonomi Asean ini masih menghadapi sejumlah kendala besar,
khususnya bagi Indonesia yang masih dihadapkan dengan berbagai masalah multi
dimensi yang sarat kepentingan. Masyarakat Ekonomi Asean dengan sasarannya
yang mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara menggambarkan
karakteristik utama dalam bentuk pasar tunggal dan basis produksi, kawasan
ekonomi yang sangat kompetitif, kawasan pengembangan ekonomi yang merata
atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi
global.Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47 juta
km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi
kawasan Asean yang diindikasikan melalui terjadinya arus bebas
SS. (free flow)
TT. : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal

UU.

Perekonomian Nasional

VV. Perkembangan ekonomi Indonesia tahun 2010-014 tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan lingkungan eksternal. Pemulihan akibat krisis global,
disebabkan oleh berhasilnya intervensi pemerintah di berbagai negara yang telah
(i) mendorong sisi permintaan dan (ii) mengurangi ketidakpastian dan terjadinya
resiko sistemik pada pasar keuangan. Meskipun demikian, perekonomian global
masih menghadapi tantangan yaitu: (i) utang negara maju yang meningkat sejalan
dengan upaya peningkatan stimulus fiskal; (ii) tingkat pengangguran yang tinggi
di Negara-negara maju; (iii) ketidakpastian harga minyak di pasar dunia.
WW. Paska / imbas global akibat krisis keuangan dunia pada 2008, ekonomi
Indonesia mengalami penurunan namun selanjutnya menampakan pemulihan dan
tumbuh cukup tinggi sejalan membaiknya perekonomian. Perkembangan
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dikategorikan memiliki kinerja
perekonomian yang baik mengingat banyak negara yang pertumbuhannya negatif,
sementara itu Indonesia tumbuh positif 4 persen bersama Cina dan India (7,9
persen dan 6,1 persen). Dari sisi moneter, setelah mengalami tekanan akibat
gejolak ekonomi dunia, indikator moneter terus membaik dimana salah satunya
ditunjukkn dari laju inflasi terus mengalami perbaikan demikian pula dengan nilai
tukar rupiah.
XX. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa sebagai akibat
skandal keuangan di USA, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor.
Dalam kondisi tekanan ekonomi tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia di
tahun 2012 masih tetap bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah satu
yang tertinggi di Asia setelah China (7,8%), namun demikian persentasenya lebih
rendah dari asumsi APBN 2012 (6,5%) dan pertumbuhan ini juga lebih rendah
dibandingkan 2011 (6,5%). Adapun nilai PDB Indonesia atas dasar harga konstan
2000 pada tahun 2012 mencapai IDR 2.618,1 trilyun, naik sebesar IDR 153,4
trilyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2.464,7 trilyun.

YY. Berdasarkan penggunaannya, laju pertumbuhan sektor tertinggi pada tahun
2012 terjadi pada komponen investasi fisik sebesar 9,81% (YoY). Pertumbuhan
ekonomi juga ditopang oleh Konsumsi Rumah Tangga yang tercatat tumbuh
sebesar 5,28% (YoY). Sedangkan, sektor Konsumsi Pemerintah yang diharapkan
menberikan sumbangan optimal pada pertumbuhan ekonomi nasional hanya
tumbuh sebesar 1,25% (YoY). Sementara itu, tekanan pelemahan ekonomi global
berimbas pada melambatnya ekspor nasional karena berkurangnya permintaan
dari negara tujuan ekspor. Sementara itu, impor tumbuh jauh lebih tinggi. Dalam
kondisi perekonomian global yang tidak menentu, Indonesia masih akan
mengandalkan konsumsi dalam negeri dan investasi untuk menggenjot
pertumbuhan ekonominya di tahun 2013-2014 ini karena kontribusi ekspor belum
bisa diharapkan akibat permintaan global yang sedang menurun.
ZZ.Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kondusif dan mampu mempertahankan diri
dari krisis global di beberapa tahun terakhir, memberikan dampak positif ke
dalam pertumbuhan di setiap daerah termasuk DIY. Program-program kerja
pemerintah yang diantaranya dilaksanakan di DIY dalam 2-5 tahun ke depan. Hal
ini diperkirakan akan memberikan dampak yang sangat besar bagi pertumbuhan
ekonomi dan sosial wilayah ini.
AAA. Meskipun tingkatan kondisi fiskal di DIY menempati urutan ke dua puluh
empat dari seluruh Provinsi DIY (BPS,2008), namun pemerataan dan stabilitasnya
sangat menonjol di bandingkan dengan daerah lain. Keseimbangan ekonomi
dalam index pembangunan manusia yang menempati urutan ketiga nasional
menunjukkan bahwa faktor kesejahteraan di DIY dapat dikatakan cukup baik
dengan berbagai.
BBB. DIY dalam hal ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pesat dalam
sektor ekonomi seiring dengan pengembangan DIY sebagai koridor Jawa MP3EI.
DIY memiliki peran yang strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
selatan Jawa. Beberapa program untuk menumbuhkan perekonomian wilayah
selatan diantaranya adalah bandar udara internasional, pengemangan pelabuhan
perikanan, pengembangan kawasan industri berbasis baja, pengembangan
kawasan industri Sentolo, dan penataan kawasan pertumbuhan ekonomi koridor
Temon-wates-yogyakarta-prambanan.
CCC. Bandar Udara Internasional baru merupakan pusat pertumbuhan dan
pelayanan di wilayah selatan Jawa, yang menghubungkan antara koridor timurbarat Jawa bagian selatan terutama antara Ponorogo sampai dengan Cilacap, serta
koridor utara-selatan Semarang, Magelang dengan Yogyakarta. Sarana pra sarana
pendukung kawasan strategi ekonomi di Kulon Progo adalah jalan yang melintasi
kawasan strategi ekonomi yang akan di fungsikan sebagai jalur jalan lintas selatan
untuk mengurangi kepadatan di jalur pantai utara. Kemajuan transportasi akan
mempermudah mengefisienkan pembiayaan sehingga kunjungan ke wilayah DIY
juga akan terimbas secara positif termasuk kemudahan transport bagi para peminat
kegiatan diklat di DIY.
DDD. Dalam 15-20 tahun ke depan, investasi baik oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat diperkirakan akan terus akan meningkat. Industri pengolahan mikro,
kecil dan menengah akan berkembang dan memperluas kesempatan kerja serta

kesempatan berusaha. Berkembangnya industri kecil akan berdampak kepada
bertambahnya pekerja di sektor ini. Sektor pertanian tetap menjadi sektor andalan
di struktur perekonomian DIY. Hasil produksi perikanan diperkirakan akan terus
meningkat. Produksi dan produktifitas tanaman, mutu hasil, keanekaragaman
produk olahan serta kelembagaan petani dalam agribisnis perkebunan akan
meningkat.
EEE.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN