Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Kelinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proporsi yang menggemukakan pandangan, sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6)

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39). Fungsi dari teori itu sendiri adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Krisyantono, 2006:43), serta memberikan ketajaman analisi peneliti akan masalah yang diteliti. Dalam masalah ini teori – teori yang dianggap relevan adalah komunikasi massa, media massa, televisi, motif dan motivasi, opini dan uses and gratifications.

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi (cherry, 1983).Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D.Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan” siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Berdasarkan paradigma laswell, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang akan menimbulkan efek (Cangara, 2010:19).

Carl I.Hovland dalam karyanya “Social Communication” menjelaskan

komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan dengan kata, lambang atau gambar guna merubah tingkah laku orang lain (Lubis, 2011).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Book, 1980). Sedangkan menurut Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk


(2)

interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lainnya, dengan sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal tapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Menurut Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan penukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2010:20).

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003:28).

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar di bidang komunikasi. Dari beberapa pengertian tentang komunikasi terlihat ruang lingkup dari komunikasi itu cukup luas sebagaimana ruang lingkup dari aspek-aspek kehidupan manusia sehingga aktivitas komunikasi itu adalah aktivitas manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Selama manusia melakukan aktivitasnya maka komunikasi terus beraktivitas satu hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara aktivitas manusia dengan aktivitas komunikasi.

2.1.2 Komunikasi Massa

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin

“communicatio”. Istilah ini berasal dari perkataan “communis” yang berarti sama.

Sama yang dimaksud berarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30). Dari hal tersebut dapatlah diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi.

Menurut Harold laswell (Mulyana, 2005:62) cara yang baik untuk berikut: Who Saya What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?). komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2004:253).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi, dan internet) yang dikelola oleh sesuatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan – pesannya bersifat umum,


(3)

disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik) (Mulyana, 2005:75).

Fredrick C.Whitney menyebutkan komunikasi massa merupakan sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal lalu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai, komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000).

Komunikasi massa berupa proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai macam tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Banyak definisi komunikasi massa yang telah ditemukan oleh pakar di bidang komunikasi, namun dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah kesamaan definisi satu sama lain. pada dasarnya komunikasi massa adalah proses komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik).

Komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri-ciri (Severin, Warner J & James W. Tankard, 2008):

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audien yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk dapat mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya besar.

Komunikasi massa mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio, atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan


(4)

emosi, sikap, atau nilai (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang tidak dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2007:71).

Elemen pada komunikasi secara umum juga berlaku kepada komunikasi massa. Secara ringkas proses sederhana komunikasi meliputi; komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima). Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah pesan berlipat-lipat yang sampai kepada penerima (Nurudin, 2003:87). Unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

1. Komunikator

Dalam komunikasi massa komunikator adalah pihak yang mengandalikan media massa dengan teknologi telematika hingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

2. Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal, dan dapat diakses oleh masyarakat secara masal pula.

3. Informasi Massa (pesan)

Informasi massa adalah informasi yang diteruntukkan kepada masyarakat secara masal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian informasi massa merupakan milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

4. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi, sebagai mana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi setiap informasi akan disiarkan atau tidak. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk memperluas, membatasi informasi yang akan disiarkan tersebut.

5. Khalayak

Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa.


(5)

6. Umpan balik

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda berbeda dengan umpan balik pada komunikasi antar pribadi, akan tetapi konsep umpan balik yang tertunda pada komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dengan publik.

7. Komunikator

Dalam komunikasi massa komunikator adalah pihak yang mengandalikan media massa dengan teknologi telematika hingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

8. Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal, dan dapat diakses oleh masyarakat secara masal pula.

9. Informasi Massa (pesan)

Informasi massa adalah informasi yang diteruntukkan kepada masyarakat secara masal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian informasi massa merupakan milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

10. Umpan balik

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda berbeda dengan umpan balik pada komunikasi antar pribadi, akan tetapi konsep umpan balik yang tertunda pada komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dengan publik.

Komunikasi massa merupakan salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Merton mengemukakan, bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function) yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional (Bungin, 2007:78). Pada umumnya, komunikasi massa memiliki fungsi yang terdiri dari:

1. Fungsi pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan


(6)

dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi social learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

3. Fungsi penyampaian informasi

Komunikasi yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas.

4. Fungsi transformasi budaya

Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari komunikasi massa.

2.1.3 Efek Komunikasi Massa

Efek hanyalah perubahan perilaku manusia yang diterpa pesan media massa, Donald K. Robert mengungkapkan, fokus dari efek tersebut adalah pesan, oleh karena itu efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa. Namun dalam proses komunikasi massa, pesan dalam media massa tersebut dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, Stamm (1990) menyatakan bahwa efek komunikasi massa terdiri dari efek primer dan efek sekunder (Elvinaro, 2004: 48).

Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, (Nurrudin, 2004:192-199) yaitu:

1. Efek kognitif

Pesan komunikasi massa akan menimbulkan perubahan dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperoleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

2. Efek afektif

Pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah atau berkurang rasa tidak


(7)

senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio, atau menonton televisi. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Efek behavioral

Pesan komunikasi massa yang merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menyebabkan para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan – pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2.1.4 Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi, dan internet (Cangara, 2006:122). Media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas, seksei media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas (yang dimaksudkan dengan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa/negara). Secara tak sengaja memang media massa yang menerpa audiens sekaligus membuat masyarakat membentuk masyarakat massa (mass society) dengan karakteristik budaya tertentu yakni budaya massa (mass culture, popular culture).

Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum, dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan. Dengan demikian, tidak semua media informasi atau komunikasi dapat disebut media massa. Telepon, meskipun dengannya kita bisa berhubungan, bukanlah merupakan media massa karena hubungannya individu. Buletin intern suatu lembaga juga bukan media massa karena informasinya terkait dengan kepentingan lembaga yang kadang


(8)

tidak dikelola secara profesional, bahkan tidak bertujuan demi keuntungan (Monry, 2008:12).

Secara umum, fungsi dari media massa adalah sebagai berikut (Sudarman,2008:7):

a. Menginformasikan (to inform). Maksudnya media massa merupakan tempa tuntuk menginformasikan peristiwa-peristiwa atau hal-hal penting yang perlu diketahui oleh khalayak.

b. Mendidik (to educate). Tulisan di media massa dapat mengalihkan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, membentuk watak dan dapat meningkatkan keterampilan serta kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya.

c. Menghibur (to intertait). Media massa merupakan tempat yang dapat memberikan hiburan atau rasa senang kepada pembacanya atau khalayaknya.

d. Mempengaruhi (to influence). Maksudnya bahwa media massa dapat mempengaruhi pembacanya. Baik pengaruh yang bersifat pengetahuan(cognitive), perasaan (afektive), maupun tingkah laku (conative).

e. Memberikan respons sosial (to social responsibility), maksudnya bahwa dengan adanya media massa kita dapat menanggapi tentang fenomena dansituasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi.

f. Penghubung (to linkage), maksudnya bahwa media massa dapat menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bias dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Media massa berperan sebagai agent of change yaitu sebagai pelopor perubahan (Bungin, 2006:85). Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

1. Media edukasi yaitu media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat menjadi cerdas, pikiran terbuka dan menjadi masyarakat yang maju.


(9)

2. Media informasi yaitu media yang selalu menyampaikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat, menjadikan masyarakat kaya akan informasi dan terbuka dengan informasi.

3. Media hiburan juga menjadi media massa yang institusi terhadap budaya, dimana mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi masyarakat yang bermoral dan juga mencegah agar perkembangan budaya itu tidak merusak peradaban masyarakat.

Media massa pada masyarakat luas saat ini dapat dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan media online (Monry, 2008:12).

1. Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah.

2. Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Maka kemudian, yang disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi.

3. Media online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online

menggabungkan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.

4.

2.1.5 Televisi

Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, seta penemuan Marconi, pada tahun 1890. Paul Nipkow dan Willian Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode


(10)

pengiriman gmabar melalui kabel (Heibert, Ungrait, Bohn< pada komala dalam Karlinah, dkk. 1999). Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada taun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Fanklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940

2.1.5.1 Karakteristik televisi

Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. Sedangkan televisi menstimulus indra pendengaran dan penglihatan karena memiliki karakteristik:

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya dapat mendengar kata – kata, ataupun efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata – kata. Keduanya harus ada kesesuaian secar harmonis.

2. Berpikir dalam Gambar

Komunikator yang akan menyampaikan informasi sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginannya pada pengarah acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut.

Ada dua tahap dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata – kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual.

Tahap kedua dari proses “berpikir dalam gambar” adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar – gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontiniutasnya mengandung makna tertentu.


(11)

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih komplek, mulai dari sumber daya manusia sampai alat yang digunakan. Menurut Effendy (2005:27-30) dalam kaitannya dengan komunikasi massa, televisi menjadi media massa yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat dibanding dengan media massa lainnya. Siaran televisi menjadi lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dengan audio visual yang dimilikinya. Maka dari itu televisi sangat berguna dalam upaya pembentukan sikap, perilaku, dan perubahan pola pikir. Seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok yakni sebagai berikut:

1. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hali ini didukung oleh 2 (dua) faktor, yaitu:

a. Immediacy (Kesegaran). Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan). Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi , politik, dan sebagainya.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi


(12)

hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996:99).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bermanfaat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (stimulated experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto, 2007:119).

Televisi memiliki pengaruh yang sangat tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar‟at dari Unpad (dalam Effendy, 1992:122), bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, adalah wajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa sikap yang diungkap dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan dan waktu yang disediakan untuk bertemu, disebut opini (Kasali, 1994:23). Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan - akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah -olah terhanyut dalam ketelibatan pada kisah atau peristiwa yang disajikan televisi.

2.1.6 Uses And Gratification

Pengguna (Uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (Gratification) atas kebutuhan seseorang atau Uses and Gratification salah satu teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi karena sebagian besar pelaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan


(13)

(pesan media). Pendekatan Uses and Gratification ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu (Effendy,2000:289).

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang memperkenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori milik Blumer dan Katz ini menekankan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi, pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Teori uses and gratification ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya . Sementara itu Schramm dan Porter dalam bukunya Man, Women, Message and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan berkerjanya teori ini (Nurudin,2003:181-182) .

Imbalan di sini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan itu memenuhi kebutuhan khalayak. Misalnya, anda pemirsa suatu acara televisi tertentu karena acara itu bisa memuaskan kebutuhan, anda akan menonton suatu acara pada televisi tertentu karena media tersebut menyediakan atau memuaskan anda akan kebutuhan informasi dan hiburan. Upaya yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu sangat bergantung pada tersedia tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu (Nurudin, 2003:182).

Model uses and gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khlayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003:290).

Pendekatan Uses and Gratification memberikan alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience dan pengkatagorian media menurut fungsinya Katz dan kawan-kawan (1974) dan Dennis McQuail


(14)

(1975) menggambarkan logika-logika yang mendasari penelitian uses and gratifications model sebagai berikut (Ardianto dan Erdinaya, 2004:72) :

Gambar 2.1

Logika Teori Uses and Gratification

Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori

Uses and Gratification, yaitu (West dan Turner, 2008:104) :

1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan. Asumsi teori ini mengenai khalayak yang aktif dan penggunaan media yang berorientsi pada tujuan cukup jelas. Anggota khalayak individu dapat membawa tingkat aktivitas yang berbeda untuk penggunaan media mereka. Kita semua mempunyai acara favorit dalam media tertentu, dan kita semua mempunyai alasan untuk memilih media tertentu.

2. Inisiatif dalam menghubungkan pemuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalyak. Asumsi ini menghubungkan kepuasan akan kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media yang berada di tangan khalayak karena orang adalah agen yang aktif, mereka mengambil inisiatif. Contohnya, kita memilih acara seperti the simpsons ketika kita ingin tertawa dan

CNN World News Tonight ketika kita ingin mendapatkan informasi, tetapi ada seorang pun memutuskan untuk kita apa yang kita inginkan dari sebuah media atau bagian dari isinya. Implikasi yang ada disini adalah khalayak mempunyai banyak sekali otonomi dalam proses komunikasi massa.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipengaruhi media lebih luas, bagaimana kebutuhan ini terpenuhi memalui konsumsi media amat bergantung pada prilaku khalayak yang bersangkutan. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan akan kebutuhan, berarti bahwa media dan khalayaknya tidak berada Faktor sosial

psikologis menimbulkan

(1)

Kebutuhan yang melahirkan

(2)

Harapan-harapan terhadap media

massa atau sumber lain mengarah pada

(3-4)

Berbagai pola penghadapan

media (5)

Menghasilkan gratifikasi kebutuhan (6)

Konsekuensi lain yang tidak diingiinkan (7)


(15)

dalam kevakuman. Keduanya adalah bagian dari masyarakat luas dan hubungan antara media dan khalayak dipengaruhi oleh masyarakat. Contohnya, pergi ke bioskop pada kencan pertama merupakan penggunaan media yang lebih mungkin dari pada menyewa sebuah video dan menontonnya dirumah.

4. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti. Asumsi keempat dari teori kegunaan dan gratifikasi adalah masalah metodelogis mengenai kemampuan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang akurat dari konsumen media. Untuk berargumen bahwa khalayak cukup sadar diri akan penggunaan media, minat, serta motif mereka sehingga mereka dapat memberikan kepada peneliti sebuah gambaran akurat menyatakan kembali keyakinan akan khalayak yang aktif; hal ini juga mengimplikasikan bahwa orang sadar akan aktivitas ini.

5. Penilaian tentang nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Asumsi kelima ini juga sedikit berbicara mengenai khalayak dari pada mengenai mereka yang melakukan studi mengenai ini. Hal ini menyatakan bahwa peneliti harus mempertahanan penilaiannya mengenai hubungan antara kebutuhan khalayak akan media atau muatan tertentu. Dikarenakan individu khalayak yang memutuskan untuk menggunakan isi tertentu untuk tujuan akhirnya, nilai muatan media dapat dinilai hanya oleh khalayaknya. Menurut J.D.Rayburn dan Philip Palmgreen (1984), “Orang mungkin membaca surat kabar tertentu karena surat kabar itu hanya satu-satunya yang ada, tetapi ini tidak menyiratkan bahwa ia terpuaskan secara penuh oleh surat kabar tersebut. Bahkan, ia mungkin cukup merasa tidak puas untuk menghentikan langganan jika ada alternatif surat kabar lain”.

Riset yang dilakukan oleh McQuail, Blumler dan Brown (1972) menemukan empat tipologi motivasi khlayak yang terangkum dalam skema media

persons interactions sebagai berikut (Severin dan Tankard, 2008:358) : 1. Pengalihan - pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi. 2. Hubungan personal - manfaat sosial informasi dalam percakapan;


(16)

3. Identitas pribadi atau psikologi individu - penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman-diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.

4. Pengawasan - informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau memutuskan sesuatu.

Uses and Gratifications model meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan terentu dari media massa atau sumber-sumber lain (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses and gratification

memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan.

Model-model kegunaan dan gratifikasi dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjadikan pengguna media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Model-model ini menyajikan kerangka bagi sejumlah studi yang berbeda-beda termasuk Katz dan Gurevitch (pada Betty-Soemirat, dalam Karlinah, dkk.1999) yang menggunakan riset kegunaan dan gratifikasi untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan berbagai media dilihat dari fungsi dan karakteristik lainnya. Penelitian ini menghasilkan sebuah model sederhana yang memperlihatkan bagaimana sebagian besar media itu memiliki kesamaan (Ardianto dan Erdinaya, 2004:72).


(17)

Teori Uses and Gratification beroprasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini.

Gambar 2.2

Operasionalisasi Teori Uses and Gratification

Model ini memulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai kebutuhan kognitif (cognitive needs), kebutuhan afektif (affective needs), kebutuhan integratif personal (personal integrative needs), kebutuhan integratif sosial (social integrative needs), dan kebutuhan pelepasan (escapist needs). Penjelasanya adalah sebagai berikut (Effendy, 2003:294):

1. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan keperluan mendapatkan informasi, pengetahuan dan pemahaman, Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan serta memuaskan dari rasa penasaran.

2. Kebutuhan afektif (affective needs) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

Lingkungan sosial: 1.ciri demografis 2.afiliasi kelompok 3.ciri kepribadian Kebutuhan khalayak: 1.Kognitif 2.Afektif 3.Intergratif personal 4.Integratif Sosial 5.Pelepasan Sumber pemuasan kebutuhan yang non media: 1.Keluarga,teman 2.Komunikasi interpersonal 3.hobi 4.Istirahat Penggunaan media massa: 1.jenis media 2.isi media 3.terapan media 4.konteks sosial dan terapan media

Pemuasan media(fungsi): 1.pengamatan lingkungan 2.hiburan 3.identitas personal 4.hubungan sosial


(18)

3. Kebutuhan integratif personal (personal integrative needs) ialah kebutuhan yang berkaitan dengan kepercayaan, kredibilitas, stabilitas, dan status individual.

4. Kebutuhan integratif sosial (social integrative needs) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kontak dengan keluarga teman dan dunia, didasarkan pada hasrat berafiliasi.

5. Kebutuhan pelepasan (escapist needs) merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghadirkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

Inti teori Uses and Gratifications adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan pada motif-motif tertentu. Media dianggap memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media efektif (Kriyantono, 2009:206).

Gambar 2.3

Model “Uses and Gratifications”

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek

Variabel Individu Kognitif Hubungan Kepuasan Variabel Lingkungan Personal Diversi Macam Isi Pengetahuan

Personal Identity Hubungan Dengan Isi Sumber: (Kriyantono, 2009:208)

Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Daftar motif memang tak terbatas. Tetapi operasionalisasi Blumer agak praktis untuk dijadikan petunjuk penelitian. Blumer menyebutkan tiga orientasi: orientasi kognitif (kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), identitas personal (yakni menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri). Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media


(19)

dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberi kepuasan (Rakhmat, 2004:66).

Salah satu macam riset Uses and Gratifications yang saat ini berkembang adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen. Kebanyakan riset Uses and Gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh Palmgreen ini tidak berhenti disitu dengan menanyakan apakah motif-motif audiens itu telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain apakah audiens puas setelah menggunakan media (Kriyantono, 2009:208).

2.1.7 Motif dan motivasi

Motif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 3), istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Sedangkan menurut pendapat M. Ngalim purwanto (1990:60) motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Menurut Rochman Natawijaya (1980: 78), motif adalah setiap kondisi atau keadaan seseorang atau suatu organisme yang menyebabkan atau kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan suatu serangkaian tingkah lakuatau perbuatan. Hal ini diperjelas oleh Sudibyo Setyobroto (1989: 24), bahwa motif adalah sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan atau perbuatan manusia yang dapat diartikan sebagai latar belakang dari tingkah laku manusia itu sendiri. Motif merupakan suatu keadaan tertentu pada diri manusia yang mengakibatkan manusia itu bertingkah laku untuk mempunyai tujuan. Motivasi adalah “pendorong”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu, (Ngalim Purwanto, 1990: 71).


(20)

Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik (1992: 173), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya, (Hamzah B. Uno, 2008:3). Menurut Rochman Natawidjaja (1980: 79), motivasi ialah suatu proses untuk menggiatkan motif - motif menjadi perbuatan atau tingkah laku yang mengatur tingkahlaku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan. gDengan batasan-batasan dan pengertian di atas, maka rumus perbuatan tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:

Gambar 2.4

Rumus Perbuatan, (Rochman Natawidjaja, 1980:79)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa, motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan sehingga tercapai suatu kebutuhan yang diinginkan.

McQuail (1991: 72) membagi motif penggunaan media oleh individu ke dalam empat kelompok. Adapun pembagian tersebut adalah:

1. Motif Informasi

1. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.

2. Mencari bimbingan berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

3. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. 4. Belajar, pendidikan diri sendiri.

Dorongan

Tujuan motif

Perbuata kebutuhan


(21)

5. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Motif Identitas Pribadi

1. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. 2. Menemukan model perilaku.

3. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media. 4. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

1. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain..

2. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.

3. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. 4. Memperoleh teman selain dari manusia.

5. Membantu menjalankan peran sosial.

6. Memungkinkan diri untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat.

4. Motif Hiburan

1. Melepaskan diri dari permasalahan. 2. Bersantai.

3. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. 4. Mengisi waktu.

5. Penyaluran emosi.

6. Membangkitkan gairah seks.

Individu-individu menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu yang dicarikan pemuasannya melalui media tertentu pula, meski betapa pun kecilnya pemuasan yang dapat dilakukan media tersebut. Dari berbagai motif yang mendorong menggunakan media, akan tumbuh semacam harapan yang dicarikan pemuasannya melalui media tersebut. Hal ini akan menimbulkan suatu pola perilaku penggunaan media sebagai perwujudan dari motif yang ada.

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi


(22)

juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Uno, 2008:1).

Allan Rubin (dalam Morissan, 2010:270) menemukan bahwa alasan atau motivasi orang menggunakan media dapat dikelompokkan kedalam sejumlah kategori yaitu untuk menghabiskan waktu, sebagai teman (companionship), memenuhi ketertarikan (excitement), pelarian, kesenangan, interaksi sosial, memperoleh informasi dan untuk mempelajari konten media tertentu.

Pada umumnya motivasi juga mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu terhenti. Tetapi akan kembali ke keadaan seperti semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi (Walgito, 2002:169). Rosengren mendefinisikan kebutuhan sebagai infrastruktur biologis dan psikologis yang menjadi landasan bagi semua perilaku sosial manusia dan bahwa sejumlah besar kebutuhan biologis dan psikologis menyebabkan kita beraksi dan bereaksi (dalam Lull, 1998:117). Kebutuhan berasal dari “pengalaman sosial” dan bahwa media massa sekalipun kadang-kadang dapat membantu membangkitkan khalayak ramai suatu kesadaran akan kebutuhan tertentu yang berhubungan dengan situasi sosialnya (McQuail dkk dalam Lull, 1998:117).

2.1.8 Opini

Menurut Dan Nimmo, Pengertian opini adalah suatu respons aktif terhadap suatu stimulus, suatu respons yang dikonstruksikan melalui interpretasi pribadi yang berkembang dari dan menyumbang pada imej.

Menurut Cutlip & Center opini (opinion) adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Dan menurut William Albig (Sunarjo, 1984 : 31)

Opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang bersifat bertentangan. Subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah - masalah yang baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai rasa ragu - ragu terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur - unsur tersebut mendorong untuk saling mempertentangkannya. Pendapat atau opini itu tidak akan timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Sunarjo (1984: 24) menjelaskan opini atau pendapat mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:


(23)

a. Selalu diketahui dari pernyataan - pernyataan

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan disusul melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kesediaannya terhadap sesuatu yang terjadi. Abelson menyebutkan unsur - unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan Perception

(persepsi) (Kasali, 1994:20)

Setiap opini mencerminkan suatu organisasi yang kompleks dari tiga komponen yaitu pengharapan (ekspektasi), keyakinan,dan nilai-nilai.

Ketiga komponen tersebut sebenarnya saling terkait dan tumpang tindih akan tetapi untuk dapat mencerna opini pribadi sebagai building block dari opini publik, perlu untuk memperhatikan setiap komponen yang ada untuk dapat mengerti semua hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Antara opini, sikap/attitude dan kepercayaan saling berkaitan satu dan yang lain. Pegangan seseorang dalam menjani kehidupan merupakan kepercayaan seseorang, yang kelak dan kemudian akan menjadi dasar dari opini dan setelah itu akan membentuk attitude seseorang. Attitude atau sikap dan opini seseorang akan berkembang sesuai dengan kepercayaan orang tersebut.

2.1.9 Reality Show

Reality show adalah jenis program acara televisi dimana pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa. Reality show berarti pertunjukan yang asli (real), factual, yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non fiksi. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat yang apa adanya, yaitu realita dari masyarakat (Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia, 2004, Bab II, pasal 8, ayat1-2).

Keunggulan dalam reality show adalah unsur kedekatannya dengan kehidupan masyarakat, dan didukung oleh pesertanya yang berasal dari khalayak biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show diantaranya


(24)

permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat, mengekspose kehidupan sehari - hari, percintaan, bahkan menjahili orang.

Dapat disimpulkan bahwa reality show adalah program yang menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibuat - buat dan berdasarkan kisah nyata yang mana dalam kehidupan sosial masyarakat memiliki perbedaan dari status sosialnya dan di ambil dari masyarakat sehari – hari orang biasa atau orang awam bukan selebriti .

1. Bentuk - bentuk Reality Show

Stasiun televisi setiap hari menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Jenis program itudapat dikelompokkan dalam berbagai jenis diantranya program reality show yang sedang popular di Indonesia karena program reality show merupakan program yang real tidak direkayasa dan tidak dibuat - buat.

Adapun bentuk - bentuk reality show adalah a. Hidden camera.

Merupakan kamera video yang diletakkan tersembunyi dan digunakan untuk merekam orang dan aktivitasnya tanpa mereka ketahui/menyadarinya. Sebenarnya fungsi Hidden camera digunakan untuk pemantauan keamanan pada pertokoan atau bank, tetapi kemudian di kembangkan menjadi sebuah tanyangan reality.Program acara Hidden camera

juga merupakan reality show, produser menggunakan camera tersembunyi untuk menangkap aktivitas orang tak terduga dalam situasi biasa atau tak masuk akal (absurd). Aliran ini dimulai tahun 1959- an, dengan acara candit camera, tidak seperti reality television, yang perfileman telah diketahui, disadari, dan di setujui oleh partisipan. Program hidden camera dibuat tanpa sepengetahuan partisipan. Allen funt merupakan selebriti terbaik Amerika yang dikenal sebagai seorang produser, creator, dan pembawa acara (host) candid

camera dari tahun 1951 - 1954 dan 1960 - 1966 di CBS. Acara serupa diantaranya adalah America’s Funniest Home Vidios (1990), The Jamie Kennedy Experiment (2002), Trigger Happy TV (2002), danPunk’d (2003).


(25)

b. Competition show

program ini melibabkan beberapa orang yang saling bersaing dalam berkompetisi yang berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu untuk memenangkan perlombaan, permainan, atau pertanyaan. Setiap peserta akan tersingkir satu persatu memulai pemungutan suara (voting), baik oleh peserta sendiri ataupun audiens. Pemenangnya adalah peserta yang paling akhir bertahan.

c. Relationship Show

Seorang kontestan harus memilih satu orang dari sejumlah orang yang berminat untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus bersaing untuk merebut perhatian kontestan agar tidak tersingkir dari permainan. Pada setiap episode ada satu peminat yang harus disingkirkan.

d. Fly on the wall

Program yang memperlihatkan kehidupan sehari - hari dari seseorang (biasanya orang terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga aktivitas profesionalnya. Dalam hal ini, kamera membuntuti kemana saja orang bersangkutan pergi.

e. Mistik

Program yang berkaitan dengan hal- hal supranatural menyajikan tanyangan yang terkait dengan dunia gaib, para normal, klinik, praktik spiritual magis, mistik kontak dengan roh, dan lain - lain. Program mistik merupakan program yang paling digunakan realitasnya. Apakah peserta betul - betul melihat makhluk halus atau tidak, dan apakah penampakan itu benar - benar ada atau tidak. Acara yang terkait dengan mistik ternyata menjadi program yang memiliki audien tersendiri. Morisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: kencana 2008), h. 228

2.1.10 Tayangan 86

86 (Delapan Enam) adalah program reality show (fly on the wall) yang diproduksi secara kerjasama antara NET. dan Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai keseharian beberapa anggota polisi. Nama program ini sendiri berasal dari kode sandi POLRI yang berarti dimengerti atau roger that


(26)

Dalam program ini, pemirsa akan diajak bersama melihat keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin, mulai dari menertibkan pelanggar lalu lintas, penggerebekan, hingga pengungkapan sindikat narkoba. Namun selain soal tugas mereka, akan dibahas juga sisi humanis dari seorang polisi yang tentunya merupakan seorang manusia biasa juga, terutama pengaturan prioritas tugas yang menuntut kesiagaan setiap saat dengan keluarga yang menunggu di rumah. Tayangan yang tayang sejak 2 Agustus 2014 ini berjenis tayangan informatif, durasi di setiap penayangannya adalah 30 menit dan di tayangkan di stasiun Net tv setiap harinya.

2.2 Kerangka Konsep

Di dalam setiap penelitian sosial, seorang peneliti harus terlebih dahulu menetapkan variabel – variabel penelitian sebelum memulai pengumpulan data. Hal ini tertuang dalam kerangka konsep karena dengan menetapkan variabel akan mempermudah penelitian si peneliti.

Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 2004:40). Konsep adalah suatu makna yang berada di alam pikiran atau dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata – kata (Suryanto & Sutinah, 2005:49). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau yang untuk mempengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini, maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 2001:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motif menonton tayangan 86.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 2001:57). Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah opini penonton terhadap tayangan 86.


(27)

2.3 Model Teoritis

Komponen – komponen yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

2.4 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel operasional sebagai berikut:

Tabel. 2.1 Variabel Operasional

Variabel X:

Motif menonton tayangan 86

a. Motif Informasi: 1. Mencari berita

2. Memuaskan rasa ingin tahu 3. Belajar, pendidikan

4. Penambah pengetahuan b. Motif Identitas Pribadi:

1. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

c. Motif Integrasi dan Identitas Sosial:

1. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain

d. Motif hiburan Variabel Y:

Opini penonton terhadap tayangan 86

1. Belief (kepercayaan tentang sesuatu)

2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)

3. Perception (persepsi)

Karakteristik responden

1. Usia 2. Agama 3. Suku 4. Kota asal Variabel X

Motif Menonton Tayangan 86

Variabel Y

Opini Penonton Terhadap Tayangan


(28)

2.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel – variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamia yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46). Definisi operasional dari varibel – variabel penelitian ini adalah:

Variabel X:

Motif menonton tayangan 86 terdiri dari: a. Motif Informasi:

1. Mencari berita, yaitu mencari informasi yang diinginkan melalui tayangan 86.

2. Memuaskan rasa ingin tahu, adalah apa yang membuat responden terdorong untuk menonton tayangan 86.

3. Belajar, pendidikan diri sendiri, yaitu menjadikan tayangan 86 salah satu cara responden belajar dan menjadikan tayangan 86 sebagai evaluasi reponden dalam kegiatan sehari – hari.

4. Penambahan pengetahuan, melalui tayangan 86 responden menambah pengetahuannya terhadap kegiatan kepolisian lainnya.

b. Motif Identitas Pribadi:

1. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Pengaruh yang dirasakan bagi responden setelah menonton tayangan 86.

c. Motif Integrasi dan Identitas Sosial:

1. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain. bertugas untuk mengayomi masyarakat tentu saja membuat responden harus bisa mengetahui kondisi masyarakat.

d. Motif Hiburan: tayangan 86 menjadi pilihan responden untuk mendapatkan hiburan dan melepas beban pekerjaan.


(29)

Variabel Y:

Opini Penonton Terhadap Tayangan 86 terdiri dari

1. Belief (kepercayaan terhadap sesuatu): yaitu kepercayaan responden terhadap tayangan 86.

2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang): yaitu sikap responden setelah menonton tayangan 86.

3. Perception (persepsi): yaitu tanggapan responden terhadap tayangan 86 dari segi media penyiaran tayangan, durasi tayangan, isi tayangan, dan jam tayang tayangan 86. Sehingga mempengaruhi responden untuk menonton. Karakteristik Responden terdiri dari:

1. Usia: usia masing – masing responden.

2. Agama: agama atau keyakinan yang dianut masing – masing responden. 3. Suku: suku atau kelompok etnik masing – masing responden.


(1)

permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat, mengekspose kehidupan sehari - hari, percintaan, bahkan menjahili orang.

Dapat disimpulkan bahwa reality show adalah program yang menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibuat - buat dan berdasarkan kisah nyata yang mana dalam kehidupan sosial masyarakat memiliki perbedaan dari status sosialnya dan di ambil dari masyarakat sehari – hari orang biasa atau orang awam bukan selebriti .

1. Bentuk - bentuk Reality Show

Stasiun televisi setiap hari menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Jenis program itudapat dikelompokkan dalam berbagai jenis diantranya program reality show yang sedang popular di Indonesia karena program reality show merupakan program yang real tidak direkayasa dan tidak dibuat - buat.

Adapun bentuk - bentuk reality show adalah a. Hidden camera.

Merupakan kamera video yang diletakkan tersembunyi dan digunakan untuk merekam orang dan aktivitasnya tanpa mereka ketahui/menyadarinya. Sebenarnya fungsi Hidden camera digunakan untuk pemantauan keamanan pada pertokoan atau bank, tetapi kemudian di kembangkan menjadi sebuah tanyangan reality.Program acara Hidden camera juga merupakan reality show, produser menggunakan camera tersembunyi untuk menangkap aktivitas orang tak terduga dalam situasi biasa atau tak masuk akal (absurd). Aliran ini dimulai tahun 1959- an, dengan acara candit camera, tidak seperti reality television, yang perfileman telah diketahui, disadari, dan di setujui oleh partisipan. Program hidden camera dibuat tanpa sepengetahuan partisipan. Allen funt merupakan selebriti terbaik Amerika yang dikenal sebagai seorang produser, creator, dan pembawa acara (host) candid camera dari tahun 1951 - 1954 dan 1960 - 1966 di CBS. Acara serupa diantaranya adalah America’s Funniest Home Vidios (1990), The Jamie Kennedy Experiment (2002), Trigger Happy TV (2002), danPunk’d (2003).


(2)

b. Competition show

program ini melibabkan beberapa orang yang saling bersaing dalam berkompetisi yang berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu untuk memenangkan perlombaan, permainan, atau pertanyaan. Setiap peserta akan tersingkir satu persatu memulai pemungutan suara (voting), baik oleh peserta sendiri ataupun audiens. Pemenangnya adalah peserta yang paling akhir bertahan.

c. Relationship Show

Seorang kontestan harus memilih satu orang dari sejumlah orang yang berminat untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus bersaing untuk merebut perhatian kontestan agar tidak tersingkir dari permainan. Pada setiap episode ada satu peminat yang harus disingkirkan.

d. Fly on the wall

Program yang memperlihatkan kehidupan sehari - hari dari seseorang (biasanya orang terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga aktivitas profesionalnya. Dalam hal ini, kamera membuntuti kemana saja orang bersangkutan pergi.

e. Mistik

Program yang berkaitan dengan hal- hal supranatural menyajikan tanyangan yang terkait dengan dunia gaib, para normal, klinik, praktik spiritual magis, mistik kontak dengan roh, dan lain - lain. Program mistik merupakan program yang paling digunakan realitasnya. Apakah peserta betul - betul melihat makhluk halus atau tidak, dan apakah penampakan itu benar - benar ada atau tidak. Acara yang terkait dengan mistik ternyata menjadi program yang memiliki audien tersendiri. Morisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: kencana 2008), h. 228

2.1.10 Tayangan 86

86 (Delapan Enam) adalah program reality show (fly on the wall) yang diproduksi secara kerjasama antara NET. dan Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai keseharian beberapa anggota polisi. Nama program ini sendiri berasal dari kode sandi POLRI yang berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris.


(3)

Dalam program ini, pemirsa akan diajak bersama melihat keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin, mulai dari menertibkan pelanggar lalu lintas, penggerebekan, hingga pengungkapan sindikat narkoba. Namun selain soal tugas mereka, akan dibahas juga sisi humanis dari seorang polisi yang tentunya merupakan seorang manusia biasa juga, terutama pengaturan prioritas tugas yang menuntut kesiagaan setiap saat dengan keluarga yang menunggu di rumah. Tayangan yang tayang sejak 2 Agustus 2014 ini berjenis tayangan informatif, durasi di setiap penayangannya adalah 30 menit dan di tayangkan di stasiun Net tv setiap harinya.

2.2 Kerangka Konsep

Di dalam setiap penelitian sosial, seorang peneliti harus terlebih dahulu menetapkan variabel – variabel penelitian sebelum memulai pengumpulan data. Hal ini tertuang dalam kerangka konsep karena dengan menetapkan variabel akan mempermudah penelitian si peneliti.

Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 2004:40). Konsep adalah suatu makna yang berada di alam pikiran atau dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata – kata (Suryanto & Sutinah, 2005:49). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau yang untuk mempengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini, maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 2001:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motif menonton tayangan 86.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 2001:57). Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah opini penonton terhadap tayangan 86.


(4)

2.3 Model Teoritis

Komponen – komponen yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

2.4 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel operasional sebagai berikut:

Tabel. 2.1 Variabel Operasional

Variabel X:

Motif menonton tayangan 86

a. Motif Informasi: 1. Mencari berita

2. Memuaskan rasa ingin tahu 3. Belajar, pendidikan

4. Penambah pengetahuan b. Motif Identitas Pribadi:

1. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

c. Motif Integrasi dan Identitas Sosial:

1. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain

d. Motif hiburan Variabel Y:

Opini penonton terhadap tayangan 86

1. Belief (kepercayaan tentang sesuatu)

2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)

3. Perception (persepsi)

Karakteristik responden

1. Usia 2. Agama 3. Suku 4. Kota asal Variabel X

Motif Menonton Tayangan 86

Variabel Y Opini Penonton Terhadap Tayangan


(5)

2.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel – variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamia yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46). Definisi operasional dari varibel – variabel penelitian ini adalah:

Variabel X:

Motif menonton tayangan 86 terdiri dari: a. Motif Informasi:

1. Mencari berita, yaitu mencari informasi yang diinginkan melalui tayangan 86.

2. Memuaskan rasa ingin tahu, adalah apa yang membuat responden terdorong untuk menonton tayangan 86.

3. Belajar, pendidikan diri sendiri, yaitu menjadikan tayangan 86 salah satu cara responden belajar dan menjadikan tayangan 86 sebagai evaluasi reponden dalam kegiatan sehari – hari.

4. Penambahan pengetahuan, melalui tayangan 86 responden menambah pengetahuannya terhadap kegiatan kepolisian lainnya.

b. Motif Identitas Pribadi:

1. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Pengaruh yang dirasakan bagi responden setelah menonton tayangan 86.

c. Motif Integrasi dan Identitas Sosial:

1. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain. bertugas untuk mengayomi masyarakat tentu saja membuat responden harus bisa mengetahui kondisi masyarakat.

d. Motif Hiburan: tayangan 86 menjadi pilihan responden untuk mendapatkan hiburan dan melepas beban pekerjaan.


(6)

Variabel Y:

Opini Penonton Terhadap Tayangan 86 terdiri dari

1. Belief (kepercayaan terhadap sesuatu): yaitu kepercayaan responden terhadap tayangan 86.

2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang): yaitu sikap responden setelah menonton tayangan 86.

3. Perception (persepsi): yaitu tanggapan responden terhadap tayangan 86 dari segi media penyiaran tayangan, durasi tayangan, isi tayangan, dan jam tayang tayangan 86. Sehingga mempengaruhi responden untuk menonton. Karakteristik Responden terdiri dari:

1. Usia: usia masing – masing responden.

2. Agama: agama atau keyakinan yang dianut masing – masing responden. 3. Suku: suku atau kelompok etnik masing – masing responden.


Dokumen yang terkait

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

8 82 97

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

1 8 93

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

1 10 97

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

0 0 14

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

0 0 2

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

0 0 6

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

0 0 2

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 14

OPINI ANGGOTA POLISI DI MAPOLRESTABES SURABAYA MENGENAI TAYANGAN 86 DI NET TV SKRIPSI

1 1 22

Opini anggota Polisi di Mapolrestabes Surabaya mengenai tayangan 86 di NET TV - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 11