Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum L.) 5% pada Mahasiswa FKG USU

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karies gigi dan penyakit periodontal adalah contoh penyakit terbanyak yang
pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme patogen di dalam rongga
mulut. Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks
dan berkembang dalam suatu matriks polisakarida yang disebut plak gigi. Plak
berupa lapisan tipis, berwarna dan lunak yang terdiri lebih dari 700 jenis bakteri dan
melekat erat pada permukaan gigi.1
Penyakit mulut mulai dengan plak.2 Plak di permukaan gigi dapat dipakai
sebagai salah satu indikator kebersihan mulut. Plak gigi adalah biofilm yang terdiri
dari populasi bakteri yang tumbuh di permukaan gigi terperangkap dalam matrix
polisakarida.2 Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan plak semakin
melekat dan menjadi karang gigi setelah mengalami kalsifikasi. Apabila plak telah
menumpuk, akan terlihat berwarna abu-abu, kekuningan dan kuning. Plak biasanya
terbentuk pada sepertiga permukaan gingiva. Plak tidak dapat terlihat akibat
kesamaan warna dengan gigi. Identifikasi plak dapat dilakukan dengan skrining plak
langsung dari permukaan gigi atau apabila diwarnai dengan disclosing solution.3
Berbagai jenis bakteri yang terdapat pada plak yaitu Streptococcus mutans,
dan Lactobacillus sp. Jenis bakteri yang dominan pada hampir semua dental plak

adalah bakteri jenis kokus terutama Streptococcus mutans. S. mutans, dan
Lactobacillus sp. memiliki kemampuan mengonversi karbohidrat menjadi asam dan
dapat menurunkan pH lingkungan rongga mulut dan melarutkan email untuk
memproduksi lesi karies.4
Ada banyak cara menurunkan jumlah koloni bakteri S. mutans dan
Lactobacillus sp. dalam rongga mulut. Salah satu cara adalah dengan penggunaan
obat kumur. Berkumur obat kumur adalah pembersihan rongga mulut secara kimiawi.
Substansi kimia yaitu klorheksidin yang terdapat dalam obat kumur memiliki sifat
antibakteri yang berguna untuk menurunkan jumlah koloni bakteri. Namun, obat

Universitas Sumatera Utara

kumur klorheksidin yang selama ini beredar di pasaran dan dirasa aman ternyata
memiliki efek samping yaitu menyebabkan perwarnaan gigi, rasa yang tidak
menyenangkan pada waktu makan dan iritasi mukosa.5
Oleh karena itu, para peneliti telah melakukan banyak penelitian yang
ditujukan untuk menurunkan jumlah bakteri dalam rongga mulut. Salah satu tanaman
yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan jumlah bakteri adalah
buah delima. Buah delima telah dikenal selama ratusan tahun dan bermanfaatmanfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini ditanam secara luas di Iran, India,
Turkey, Egypt, Tunisia, Spain dan Morocco. Tanaman ini sangat cocok untuk

ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak
dalam. Secara morfologi, tumbuhan delima (Punica granatum L.) dapat tumbuh
dengan tinggi mencapai 30 kaki. Daun buah delima berukuran 3-7 cm dengan luasnya
2 cm. Bunga delima biasanya berwarna merah, oranye dan merah muda. Buahnya
berbentuk bulat heksagonal dengan diameter 5-12 cm, beratnya 200 gram, terdiri atas
biji-biji kecil.6
Delima memiliki kandungan polifenol, flavonoid, ellagic acid, dan antosianin
yang merupakan antioksidan yang kuat. Antioksidan buah delima dapat menghambat
pembentukan matriks polisakarida pada plak, menurunkan jumlah koloni bakteri dan
mencegah terbentuknya asam. Ekstrak buah delima dapat menghambat pertumbuhan
S. mutans secara in vitro. Kandungan ellagic acid yang tinggi di dalam buah delima
dan berfungsi sebagai agen antibakteri, sehingga dapat menghambat perlekatan
bakteri pada permukaan gigi. Kulit buah delima memiliki kandungan ellagic acid
yang tinggi. Ellagic acid dapat beraksi pada dinding sel dan melewati membrane sel
dengan mengendapkan protein. Elagic acid dapat menghambat enzim dengan
mengoksidase reagen dan mengganggu koagreagsi mikroorganisme serta dapat
menonaktifkan adhesi mikroba, enzim dan selubung sel protein dan memodifikasi
morfologi sel mikroorganisme.7
Obat kumur buah delima ditemukan untuk mengurangi aktivitas αglucosidase (enzim merendahkan sukrosa) dalam saliva dan juga untuk meningkatkan
aktivitas seruloplasmin (enzim antioksidan). Ekstrak buah delima sangat efektif untuk


Universitas Sumatera Utara

pengobatan denture stomatitis yang berhubungan dengan infeksi jamur kandidiasis.
Ellagic acid buah delima ditemukan dapat menghambat α-amylase dalam saliva
manusia yaitu mengkatalisis hidrolisis pati ke oligosakarida dan mengikat
streptokokus, sehingga memberikan substrat bagi mikroba kariogenik. Ekstrak kulit
buah delima ditemukan kondusif untuk pemeliharan kebersihan mulut apabila
pemeriksaan yang dilakukan terhadap tahap perkembangan gingivitis menurun. Satu
menit berkumur dengan obat kumur yang mengandung ekstrak kulit buah delima
berhasil mengurangi jumlah mikroorganisme plak gigi.8
Penelitian Abdollahzadeh menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima
memiliki efek antibakteri yang signifikan terhadap Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Lactobacillus acidophilus, S. mutans dan Streptococcus
salivarius. Pada konsentrasi 4 mg/ml, 8 mg/ml dan 12 mg/ml memiliki aktivitas
anitibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Hanya
pada konsentrasi 8 mg/ml dan 12 mg/ml ekstrak kulit buah delima efektif terhadap
Lactobacillus acidophilus, S. mutans dan Streptococcus salivarius.9
Penelitian Moorthy menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki
efek antibakteri yang signifikan terhadap Staphylococcus epidermidis, Yersinia

enterocolitica, Salmonella paratyphi, Salmonella typhimurium, S. mutans, Salmonella
brunei, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Pada konsentrasi 0.51
mg/ml memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dan
Yersinia enterocolitica. Hanya pada konsentrasi 1.02 mg/ml ekstrak kulit buah delima
efektif terhadap Salmonella paratyphi, Salmonella typhimurium, S. mutans,
Salmonella brunei, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa.10
Subramaniam melakukan penelitian dengan membandingkan efek antibakteri
ekstrak kulit buah delima dan ekstrak lidah buaya pada S. mutans. Ekstrak kulit buah
delima dan lidah buaya disiapkan dalam konsentrasi 5, 25, 50, dan 100%. Ekstrak
kulit buah delima menunjukkan efek penghambatan S. mutans pada semua
konsentrasi tetapi ekstrak lidah buaya menunjukkan efek penghambatan S. mutans
pada konsentrasi 100%.11

Universitas Sumatera Utara

Penelitian Muslim menunjukkan bahwa ellagic acid yaitu kimiawi antibakteri
yang terkandung dalam kulit buah delima efektif dalam penghambatan S. mutans.
Ekstrak ellagic acid diuji untuk efek pada saliva yang mengandung S. mutans dengan
konsentrasi 5 mg/ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5 mg/ml memiliki
aktivitas antibakteri yang sangat signifikan terhadap S. mutans karena dapat

mengurangkan jumlah bakteri dalam saliva. Ellagic acid memiliki kemampuan tinggi
dalam penurunan jumlah bakteri dalam saliva.12

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian adalah apakah berkumur dengan larutan ekstrak
buah delima 5% selama 1 menit dapat menurunkan jumlah bakteri dalam saliva
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu berkumur plasebo pada mahasiswa
FKG USU ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penurunan
bakteri dalam saliva setelah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% selama 1 menit
dibandingkan kelompok kontrol yaitu berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline
salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% pada
mahasiswa FKG USU.
2. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline
salivary bacterial count) dan sesudah berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.
3. Untuk mengetahui perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva

sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah
delima 5% pada mahasiswa FKG USU.
4. Untuk mengetahui perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva
sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur plasebo pada
mahasiswa FKG USU.

Universitas Sumatera Utara

5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri
dalam saliva sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur
ekstrak kulit buah delima 5% dan plasebo pada mahasiswa FKG USU.

1.4 Hipotesis
Ada perbedaan penurunan jumlah bakteri sesudah berkumur larutan ekstrak
kulit buah delima 5% selama 1 menit dalam saliva dibandingkan kelompok kontrol
yaitu berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah diharapkan
menjadi masukan dan memberi informasi kepada masyarakat bahawa berkumur obat

kumur ekstrak kulit buah delima 5% dapat digunakan sebagai metode tambahan
pemeliharaan oral higiene karena mempunyai efek samping minimal dan aman
digunakan.
2. Manfaat ilmiah penelitian ini adalah sebagai bahan penyuluhan kepada
masyarakat tentang efektivitas berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% .
3. Manfaat untuk peneliti adalah peneliti memperoleh pengalaman melakukan
penelitian.

Universitas Sumatera Utara