Pengelolaan Pantai Lumban Binanga Sebagai Destinasi Wisata di Kecamatan Laguboti, Toba Samosir

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala,
yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam
motivasinya akan menimbulkan permintaan dalam bentuk jasa dan persediaanpersediaan lain. Dalam lingkungan ekonomi dan politik sekarang, industri
pariwisata merupakan kesempatan besar dalam pertukaran ekonomi, budaya dan
politik dunia. Berbeda dengan industri migas yang berdasar pada bahan bakar
fosil, pariwisata tidak tergantung dari sumber daya yang makin berkurang. Justru
sebaliknya, supaya pariwisata dapat berkembang maka harus ada upaya untuk
meningkatkan lingkungan dan memelihara keseimbangan ekologis.
Di dunia termasuk Indonesia, dikenal dengan kekayaan alam dan
keindahan alam. Keindahan dan kekayaan serta potensi sumber daya alam yang
dimiliki bangsa kita merupakan aset yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Tentu hal ini memberikan manfaat bagi masyarakat banyak khususnya dalam
bidang pariwisata. A.J Burkart dan S. Malik mengungkapkan bahwa “Tourisem,
present and future”, berbunyi bahwa pariwisata berarti perpindahan orang untuk
sementara dalam jangka waktu pendek ke tujuan di luar temapt dimana mereka
biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat
tujuan itu (Soekadijo. 1997:3).
Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan

manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata semakin berkembang

1
Universitas Sumatera Utara

sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan
politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta semakin meratanya distribusi sumber
daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi dan peningkatan waktu luang
yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia
antara daerah, negara dan benua khusunya dalam hal pariwisata.
Sebuah tempat wisata tidak cukup hanya memiliki daya tarik alam yang
indah. Akses menuju ke tempat wisata, promosi sebuah destinasi wisata,
pembangunan sarana pendukung di tempat wisata dan manajemen pengelolaan
yang baik juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan untuk menarik
wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Promosi destinasi wisata atau
pengenalan sebuah destinasi wisata kepada masyarakat bisa dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya melalui media sosial seperti facebook, twiter,
instagram, melalui media massa, mulut ke mulut, media cetak, melalui web
khusus, dll. Cara promosi yarng berbeda-beda dari setiap tempat wisata
merupakan salah satu strategi sebuah tempat wisata untuk mengenalkan dan

memasarkan produk kepada masyarakat umum.
Berbeda dengan industi wisata di Malaysia yang tumbuh dengan cepat
dimulai pada tahun 1995. Total permintaan dari sektor wisata bagi Malaysia
tercatat 3,6 Milliar US $ dari sekitar 7. 468. 749 wisatawan dengan rata-rata
waktu kunjung 8-11 jam dalam waktu satu hari. Melihat dari sektor pariwisata
tersebut pemerintah Malaysia menganggarkan 119 juta US $ pembangunan sektor
pariwisata. Dilakukan kampanye-kampanye pariwisata secara besar-besaran
diseluruh penjuru dunia yakni dengan memanfaatkan keunikan Malaysia lewat
semboyan “ Malaysia : Truly Asia”. Promosi ini digencar-gencarkan dibandara-

2
Universitas Sumatera Utara

bandara, majalah-majalah, iklan-iklan televisi serta biro perjalan wisata/travel
(Hakim, 2004).
Menurut A.J Nerwal, wisatawan adalah seorang yang memasuki wilayah
negara asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal
permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan
mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya, dimana apa yang diperoleh
itu bukan suatu yang ada di daerahnya tetapi yang ada di daerah orang lain.

Di Indonesia sendiri konsep formal pariwisata tercantum dalam pasal 1
Intruksi Presiden No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan adalah semua kegiatan
yang berhubungan dengan promosi, perjalanan dengan fasilitas lainnya yang
diperlakukan oleh para wisatawan. Indonesia dikenal sebagai negara yang
kekayaan dan sumber daya alam hayatinya terutama dalam hal keanekaragaman
flora, fauna dan tipe-tipe ekosistem yang semua ini mempunyai potensi yang
sangat besar untuk dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan kemakmuran
masyarakat (BKSDA-I.2006:I).
Hal ini mengandung konsekuensi bagi daerah untuk mengupayakan
berbagai langkah secara optimal guna menggali dan dan memanfaatkan potensi
kepariwisataan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, khususnya
pendapatan asli daerah. Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat
memacu pertumbuhan ekonomi satu wilayah, pariwisata dianggap sebagai suatu
aset yang sangat strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah
tertentu yang mempunyai potensi objek wisata.
Di Indonesia potensi untuk pengembangan pariwisata tidak terbatas.
Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan dengan baik akan mampu

3
Universitas Sumatera Utara


menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang dan
membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah
masyarakat daerah wisata akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan
mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya
dengan rupiah (Yoeti; 1985:3). Pengembangan pariwisata tidak hanya
memerlukan perencanaan pengembangan yang matang dan penentuan sasaran
pengembangan, tetapi dalam pengembangan pariwisata juga diperlukan strategi
pengembangan pariwisata yang akurat dalam mendukung rencana pengembangan
yang telah dibuat. Oka A. yoeti (2002:56), mengatakan dalam pengembangan
pariwisata bisa menentukan strategi mana yang akan dipilih dan yang mana yang
lebih cocok, dapat melakukannya dalam dua tahap:
Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin terasa, terutama setelah
melemahnya peranan minyak dan gas, walaupun nilai nominalnya dalam dollar
sedikit mengalami fluktuasi1. Sehingga dalam hal ini pariwisata di Indonesia
merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia, pada tahun 2009, pariwisata
menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisi setelah komoditi minyak
dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah
wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7,05% dibandingkan
tahun sebelumnya.

Menurut beberapa para ahli pariwisata, sejak dimulainya peradaban
manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan
ziarah dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingin tahuan, gila

1

Fluktuasi adalah ketidaktetapan atau guncangan terhadap barang atau sebagainya atas segala
hal yang bisa dilihat di dalam grafik

4
Universitas Sumatera Utara

kehormatan jaman semakin berkembang seiring dengan perkembangan waktu,
begitu juga dengan perkembangan pariwisata hingga saat ini. Pariwisata dijaman
modern tidak lagi hanya untuk mencari kepuasan semata saja tetapi pariwisata
sudah berubah menjadi suatu industri yang menjanjikan dalam menambah devisa
daerah dan negara.
Daerah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki banyak daerah tujuan wisata seperti Danau Toba, Ekowisata Tangkahan,
Istana Maimoon dan masih banyak wisata alam dan serta budaya-budaya lainnya.

Keberadaan objek wisata tersebut memiliki peranan penting dalam mensukseskan
pembangunan daerah serta mampu meningkatkan devisa bagi Sumatera Utara.
Salah satu objek wisata alam lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi dearah tujuan wisata alam lainnya terdapat di kecamatan Laguboti,
kabupaten Toba Samosir yaitu Pantai Lumban Binanga. Pantai Lumban Binanga
adalah kawasan objek wisata yang mengandalkan pantainya sebagai daya tarik
wisata. Pantai ini terkenal dengan pantai pasir putihnya yang indah dan dangkal
sehingga cocok dijadikan masyarakat lokal maupun wisatawan sebagai daerah
tujuan wisata. Masyarakat lokal sering menyebut pantai ini dengan singkatan
“Lumbin” yang arti Lumban Binanga. Keramaian dan aktivitas perkotaan yang
padat tak jarang membuat kita merasa penat, jenuh, kelelahan dan jenuh dan tidak
menutup kemungkinan membuat kita menjadi sters bahkan depresi. Peranan
seperti ini membuat orang berpiknik untuk menghilangkan stress dan depresi dari
rutinitas kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan lokasi rekreasi yang dianggap
nyaman dan menyenangkan.

5
Universitas Sumatera Utara

Rute perjalanan menuju objek wisata Pantai Lumban Binanga dari kota

Laguboti hanya memerlukan jarak perjalanan  10km. Jarak yang lumayan cukup
dekat membuat masyarakat setempat baik orang tua, remaja maupun anak-anak
menjadi sering berkunjung ke pantai Lumban Binanga dan tak jarang masyarakat
lokal maupun wisatawan berkunjung ke pantai Lumban Binanga pada hari-hari
tertentu bisa mencapai ± 500 orang. Biasanya masyarakat yang berkunjung akan
lebih banyak ketika hari menjelang sore hingga pada pukul 09.00 malam.
Objek wisata Pantai Lumban Binanga sendiri dikelola secara swasta oleh
masyarakat lokal dengan membangun tempat-tempat

peristirahatan yang

menghadap ke Danau Toba seperti tempat penginapan dan rumah makan Batak
yang menyediakan berbagai macam makanan khas batak seperti, Naniura, Lomoklomok, Na pinadar dan lain-lain. Selain itu dibangun juga tempat peristirahatan
bagi masyarakat yang ingin menginap. Adapun penduduk yang tinggal di lokasi
Pantai Lumban Binanga lebih dominan adalah suku Batak Toba yang terkenal
pada kemargaannya. Marga yang dominan menjadi pengelola pantai Lumban
Binanga adalah marga Hutajulu. Alasan mengapa marga Hutajulu menjadi
dominan pemilik sekaligus pengelola pantai Lumban Binanga

adalah terkait


sejarah marga Hutajulu yang dulu telah menjadi masyarakat setempat sekaligus
menjadi orang pertama tinggal di sekitar pantai Lumban Binanga2.

2

Contohnya, Ingot Siahaan merupakan orang yang pertama kali membangun rumah dan
menetap di hutan. Ketika dia sudah punya anak maka dia akan mengatakan kepada anaknya
bahwa yang berkuasa nantinya adalah keturunan marga siahaan. Saat pendatang menetap dan
tinggal di hutan tersebut otomatis mereka tidak bisa memiliki hak atas lahan yang ada ditempat
itu tanpa ada persetujuan dari marga Siahaan.ini membuktikan orang batak sangat
mementingkan arogansi, materialistis, individualis.

6
Universitas Sumatera Utara

Selain akan menikmati keindahan pantainya, di kawasan Lumban Binanga
juga akan terlihat area persawahan yang membentang luas dan bukit-bukit yang
mengembang yang mengelilinginya sehingga menambah kesan bagi wisatawan
untuk berlama-lama di pantai Lumban Binanga baik itu untuk mandi maupun

berfoto saja. Baru-baru ini pantai Lumban Binanga sendiri telah dikukuhkan
sebagai salah satu lokasi wisata andalan Kecamatan Laguboti, hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya fasilitas-fasilitas yang mendukung perkembangan objek
wisata Pantai Lumban Binanga antara lain berdirinya tempat penginapan dan hotel
yang tidak jauh dari lokasi objek wisata Lumban Binanga, sehingga para
pengunjung bisa menikmati suasana objek wisata pantai Lumban Binanga lebih
lama lagi begitu juga akses untuk menuju lokasi objek wisata Lumban Binanga
pun mulai diperbaiki.
Perkembangan jumlah pengunjung/wisatawan yang datang ke objek wisata
pantai Lumban Binanga mulai meningkat pada tahun 2000, hal ini diawali dengan
modal informasi dari mulut kemulut sebagai salah satu hal yang membangkitkan
antusias wisatawan untuk berkunjung ke Lumban Binanga, sehingga lambat laun
perbaikan akses dan infrastruktur mulai dibangun di sekitar objek wisata pantai
Lumban Binanga. Adanya perbaikan sarana dan prasarana tersebut, antusias
wisatawan yang berkunjung ke pantai Lumban Binanga semakin meningkat dan
memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitar pantai
Lumban Binanga.
Dengan perkembangan seperti ini mendorong masyarakat dari luar
berkeinginan untuk membeli tanah yang dijual dan membangun rumah ataupun
penginapan di sekitar objek wisata pantai Lumban Binanga. Adanya keinginan


7
Universitas Sumatera Utara

orang membeli tanah tersebut memunculkan persolan baru karena ketika
pendatang baru ingin membuka usaha di pantai Lumban Binanga tidaklah
semena-mena, sebab masyarakat pendahulu ataupun pemilik pantai Lumban
Binanga mengakui pantai tersebut adalah harta milik keluarga warisan dari nenek
moyang, sehingga tak banyak masyarakat yang bisa membuka usaha di pantai
tersebut, kecuali mereka memiliki garis keturunan dari nenek moyang yang
mereka akui sebelumnya. Kepemilikan hak untuk membangun usaha di pantai
Lumban Binanga hanya marga Hutajulu, Sehingga marga ini adalah marga yang
diakui ataupun memiliki hak menjadi pemilik dalam mengolah pantai Lumban
Binanga3.
Penelitian ini akan mengkaji tentang pengembangan dan pengolahan objek
wisata pantai Lumban Binaga oleh masyarakat lokal yang mayoritas penduduknya
adalah orang Batak Toba. Lokasi penelitian ini berada di desa Lumban Binanga,
Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Alasan penulis memilih lokasi
Pantai Lumban Binanga dari berbagai objek wisata yang ada di Kabupaten Toba
Samosir adalah karena keunikan Pantai Lumban Binanga yang dangkal, pasir

putihnya yang indah namun, pengembangan dan pengolahan Pantai Lumban
Binanga yang dilakukan masyrakat lokal maupun pemerintah masih buruk. Selain
itu, penulis tertarik dengan pengelola Pantai Lumban Binanga yang ditarik dari
berdasarkan garis keturunan orang tua
3

kepemilikan lahan batak toba sangatlah kompleks. sebagian besar lahan di wilayah manapun

boleh dikuasai oleh anggota satu marga, dan meskipun orang dari marga lain dan bekerja di
tempat tersebut, hak jangka panjangnya terbatas kecuali ia membeli tanah itu, atau memilikinya
sebagai pelunasan hutang atau sebagai mas kawi

8
Universitas Sumatera Utara

1.2. Tinjauan Pustaka
Istilah “pariwisata” untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden
Soekarno dalam suatu percakapan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo
pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan
wisatawan. Semua kegiatan membangun hotel, pemugaran cagar budaya,
pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pecan pariwisata, penyediaan
angkutan umum dan sebagainya semua itu disebut kegiatan pariwisata sepanjang
kegiatan-kegiatan itu semua dapat

diharapkan wisatawan

akan datang

(Soekadijo,1997:2). Soekadijo (1996: 2), memberikan pendapat bahwa kegiatan
wisata diciptakan untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan, yaitu
mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil
“dipuaskan” kebutuhannya atas kegiatan kunjungan tersebut.

Kepuasan itu

berupa rasa senang, rasa tenang, rasa aman ketika di berada di tempat yang dituju.
Kepuasan setiap orang itu berbeda-beda, ada yang ketika sampai di sebuah
destinasi wisata orang itu merasa sangat puas atas hasil karena sesuai dengan apa
yang di bayangkan sebelumnya dan ada juga yang merasa tidak puas karena tidak
sesuai dengan apa yang di bayangkan sebelumnya.
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan
tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.
Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal ditempat yang dituju dan fasilitas
dibuat untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi dari keberadaan
ekonomi, fisik dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan melakukan kegiatan
wisata (Happy Marpaung 2002:13). Daerah yang potensial menjadi daerah tujuan
wisata dalam pengembangannya harus memperhatikan unsur-unsur pembangunan

9
Universitas Sumatera Utara

pariwisata di daerah tujuan wisata diantaranya adalah objek wisata sebagai daya
tarik wisata (seperti lansekap pantai), dan prasarana wisata (seperti hotel, rumah
makan, dan fasilitas penunjang lainnya). Pembangunan merupakan suatu usaha
responsive manusia terhadap lingkungannya, apakah itu lingkungan sosial,
ekonomi ataupun lingkungan alam lainnya. Esensi dari pembangunan itu adalah
menciptakan (sesuatu yang berguna) yang belum ada menjadi ada dan
meningkatkan yang telah ada. Selain itu tujuan ahkir dari pembangunan itu adalah
untuk manusia karna manusia adalah subjek dan objek pembangunan tersebut
(Astrid, 1984).
Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat
dijelaskan berdasarkan dari cerita (Pendit, 2003:15) menjelaskan bahwa hubungan
antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu seseorang dimana
perasaan ini menjadi faktor pendorong orang untuk melakukan perjalanan
(berwisata). Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa makin banyak orang yang
melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengalaman serta pengetahuannya,
kemudian berlanjut pada bertambahnya keberanian. Bambang Sunaryo (2013:7780), mengatakan Secara teoritis pola manajemen dari penyelenggaraan
pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
akan dapat dengan mudah dikenali melalui berbagai ciri penyelenggaraan yang
berbasis pada prinsip- prinsip sebagai berikut ini Parisipasi masyarakat terkait,
Keterlibatan segenap pemangku kepentingan, Kemitraan kepemilikan lokal,
Pemanfaatan sumber daya secara berlanjut, Mengakomodasikan aspirasi
masyarakat, Daya dukung lingkungan, Monitor dan evaluasi program,

10
Universitas Sumatera Utara

Akuntabilitas lingkungan, Pelatihan pada masyarakat terkait, Promosi dan
advokasi nilai budaya kelokalan.
Hubungan antara Antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk
membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai aset dalam dunia pariwisata.
Kajian teori dan konsep-konsep Antropologi terutama dalam melestarikan aspek
budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek tersebut sebagai aspek
pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa
merusak makna dan nilai aspek budayanya.
Antropologi Pariwisata memiliki fokus intens pada masalah pariwisata
dari segi sosial budaya. Adapun sosial budaya dalam hal ini adalah sistem sosial
dan sistem budaya yang berkembang dalam konteks pariwisata. Pariwisata
merupakan pertemuan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang
saling mempengaruhi. Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religo, seni dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Tujuh unsur kebudayaan sebagaimana diungkapkan oleh (Koentjaningrat
1966) menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas tujuh aspek penting yang saling
berkaitan satu sama lain, adapun unsur-unsur tersebut adalah bahasa, religi, sistem

11
Universitas Sumatera Utara

pengetahuaan, sistem teknologi, kesenian, sitem organisasi sosial, dan mata
pencaharian.
Koentjaningrat (1966:75) juga mengistilahkan tiga wujud kebudayaan
yaitu:
-

Wujud kebudayaan sebagai salah satu yang kompleks bersumber dari ideide, nilai-nilai, peraturan, gagasan-gagasan, norma-norma dan sebagainya.

-

Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktivitas serta tindakan,
perilaku yang berpola dari manusia dalam masyarakat.

-

Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia

Keselarasan antara alam dan lingkungan sangat dibutuhkan antara satu
dengan yang lain, dimana di dalamnya terkandung sistem nilai yang disebut
kebudayaan, yang mana budaya merupakan pola pikir manusia yang di tuangkan
kedalam tingkah lakunya sehari-hari yang menjadi pedoman bagi dirinya yang
berasumsikan larangan dan peraturan yang memberikan sangsi bila dilanggar,
yang kesemuanya diwujudkan dalam mengelola lingkungan mereka (Spreadly
1972: 38). Interaksi perjalanan yang dikategorikan sebagai pariwisata yang tidak
lepas dari unsur-unsur manusia yang saling berhubungan atau berinteraksi satu
dengan yang lain. Hal ini disebabkan adanya prasarana-prasarana yang
memungkinkan manusia saling berinteraksi secara intensif sehingga menimbulkan
kontak-kontak budaya. Oleh karena itu pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
perjalanan seseorang atau sekelompok orang dari daerah asalnya yang akan
menimbulkan adanya interaksi berlangsung ditempat tujuan.

12
Universitas Sumatera Utara

M Baiquni (2011:3), menyebutkan, kata “pariwisata” diidentikkan sebagai
perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar
itu dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai
suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari
satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan
kesenangan. Selain itu M Baquini (2011:3)

juga berpendapat bahwa ada 3

pandangan mengenai pariwisata yaitu: pertama, pariwisata tidak dikenal
masyarakat sepenuhnya dan belum dapat diterapkan dalam kehidupan, karena
dalam masyarakat tidak ada pembedaan antara waktu luang dengan waktu kerja
dikaitkan dengan aktivitas melakukan pekerjaan. Pada prinsipnya, masyarakat
agraris memaknai waktu dalam kehidupannya sebagai waktu untuk bekerja guna
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga waktu tidak bekerja itu hanya
merupakan bagian dari waktu kerja saja. kedua, pariwisata sudah mulai dikenal
oleh sebagian anggota masyarakat, tetapi masih dipandang sebagai hal yang
bersifat negatif, bahwa waktu senggang bagi mereka adalah waktu tidak dalam
keadaan kerja atau meninggalkan pekerjaan. ketiga,

pariwisata sebagai

pemanfaatan waktu luang yang dipandang sebagai sebuah hal yang berguna dan
memiliki arti, bermanfaat bagi kehidupannya, oleh karena itu jika mereka
menggunakannya dengan baik, mereka akan mendapatkan manfaat. Dalam hal ini
pariwisata menjadi sebuah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi supaya hidupnya
lebih baik, Gejala seperti ini terjadi pada masyarakat industrial.
Happy Manurung (2002:19) sesuai perkembangannya, kepariwisataan
seharusnya bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun
masyarakat setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar

13
Universitas Sumatera Utara

kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat
tujuan wisata. Selain itu, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi,
keduanya

menguntungkan

wisatawan

dan

warga

setempat,

sebaliknya

kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata.
I Nyoman Erawan (1994:30-31) mengatakan bahwa keuntungan dan
kerugian pariwisata dalam arti sempit hanya mengambil kenikmatan perjalanan
dan kunjungan sebagai motivasinya. Sedangkan dalam arti luas mencakup segala
macam motivasi tersebut adalah sangat luas dan bervariasi karena pariwisata ini
mempunyai pengaruh pada berbagai segi kehidupan orang dan masyarakat baik
pada bidang sosial-ekonomi yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, pada
bidang politik, kebudayaan maupun lingkungan hidup.
Terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata di
suatu daerah, Parsudi Suparlan (1985; 107) menyatakan bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk hidup dan mahluk
sosial yang saling berhubungan dalam menciptakan tindakan-tindakan terhadap
lingkungannya. Brown (1965) dan Malinowski (1993) dalam Koentjaningrat
menjelaskan bahwa perkembangan kajian ekologi manusia keseluruhannya
berkaitan dengan hal material, dimana dijelaskan bagaimana keberagaman yang
ada saling terintegrasi dan saling menyesuaikan antara satu dengan yang lainnya
sehingga terbentuk perubahan yang kompleks secara fungsional.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dan para ahli tersebut maka penulis
dapat memberikan pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai objek
dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan

14
Universitas Sumatera Utara

yang mendapatkan kepuasan lahir dan batin. Begitu juga dengan objek wisata
Pantai Lumban Binanga di Desa Lumban Binanga yang memiliki ciri-ciri tersebut
sehingga tempat ini bisa diartikan sebagai salah satu kawasan wisata yang
memiliki potensi wisata untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dalam kepemilikan usaha di pantai Lumban Binanga marga Hutajulu
menjadikan marga4 ini memiliki ikatan kekuasaan dalam memiliki maupun
mengelola pantai Lumban Binanga. Kekuasaan yang ditentukan dari kemargaan
yang mereka miliki, membuat hanya marga Hutajulu atau “raja di luati” yang
berhak untuk membuka lahan/membangun tempat tinggal di sekitar Pantai
Lumban Binanga. Dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata di Pantai
Lumban Binanga, masyarakat mengelola tempat wisata tersebut dengan kearifan
lokal masyarakat setempat. Kearifan

lokal dapat dipahami sebagai suatu

pemahaman kolektif, pengetahuan dan kebijaksanaan yang mempengaruhi suatu
keputusan penyelesaian atau penanggungan suatu masalah. Kearifan lokal yang
dimaksud dalam hal ini merupakan perwujudan seperangkat pemahaman dan
pengetahuan yang mengalami proses perkembangan oleh suatu kelompok
masyarakat dari proses dan pengalaman panjang dalam berinteraksi dalam suatu
sistem dan dalam ikatan hubungan yang saling menguntungkan (Purba, 2002).
Indonesia mempunyai banyak etnik dan suku bangsa, dimana setiap etnik dan
4

Marga adalah landasan munculnya Dalihan Natolu, yang menjadi dasar fundamental hubungan
sosial dan adat batak.struktur kemasyarakatan batak dapat dilihat dari struktur marga, marga
juga menjadi dasar mendirikan huta, marga raja mempunyai hak atas tanah, pemimpin huta,
dll.(Bungaran Antonius Simanjuntak,2006)

15
Universitas Sumatera Utara

suku bangsa mempunyai sistem dan pendekatannya tersendiri. Artinya banyak
tempat wisata di Indonesia yang dikelola oleh berbagai macam etnik dan suku
bangsa yang menggunakan sistes pengetahuan tradisional tersendiri bahkan telah
melahirkan inovasi pengembangan pariwisata di Indonesia yang unik berbasis
adat dan budaya setempat.
Kedekatan manusia secara fisik dan emosional dengan lingkungan
sumberdaya alam serta terjadinya interaksi dalam suatu sistem yang menghasilkan
proses dan hasil proses yang saling berkaitan kemudian saling memberi dan
mengambil kemanfaatan satu dengan yang lainnya dalam kurun waktu yang lama
telah melahirkan pengetahuan mengenai sumber daya alam itu sendiri yang pada
gilirannya pengetahuan tersebut melahirkan kearifan lokal. Hasil proses interaksi
yang menghasilkan pemahaman yang mendalam dengan didasari saling
ketergantungan telah mendorong manusia menemukan bentuk penyikapan
terhadap alam dan lingkungan yang paling ideal. Dalam tataran ini manusia
menemukan apa yang disebut dengan kearifan lokal, terutama terkait penyikapan
manusia dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya alam. Sama halnya
dengan cara masyarakat lokal dalam mengelola potensi wisata yang ada di
daerahnya. Jika pariwisata di daerahnya dikelola dengan baik dengan tidak
merusak lingkungan tersebut maka akan membuat nilai jual wisata itu tinggi dan
hubungan timbal baliknya lingkungan tetap terjaga keasliannya.
1.3 . Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka peneliti akan mengkaji
tentang:

16
Universitas Sumatera Utara

-

Bagaimana pengelolaan objek wisata pantai Lumban Binaga dilakukan
oleh masyarakat lokal?

-

Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata di
Lumban Binanga?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini pertama, untuk mengetahui bagaimana
Masyarakat lokal tersebut terutama pada pemilik usaha pantai Lumban Binanga
dalam mengembangkan dan mengelola objek wisata pantai Lumban Binanga. Hal
ini menyangkut fasilitas yang disediakan pemilik usaha maupun pelayanan yang
diberikan kepada wisatawan.
Kedua untuk mengetahui peran pemerintah dalam pengembangan objek
wisata di Lumban Binanga yaitu mencakup bagaimana kebijakan-kebijakan yang
di buat pemerintah dalam mengembangkan objek wisata, baik itu berupa PERDA(
Peraturan Daerah), surat edaran, dan badan hukum. Selain itu, bantuan apa saja
yang diberikan pemerintah dalam pembangunan objek wisata di Lumban Binanga
baik itu infrastruktur dan program yang dijalankan.
Secara akademis penelitian ini akan bermanfaat dalam keilmuan
antropologi dan menambah wawasan yang berkaitan dengan pengembangan dunia
pariwisata melalui perspektif antropologi. Hal ini karena makin banyaknya
pariwisata di Indonesia yang mengandalkan potensi alam yang semakin
membutuhkan rujukan dalam mengembangkan objek wisata tersebut, terlebih
khusus pada objek pantai Lumban Binanga yang akan diteliti oleh peneliti sendiri.
Selain itu secara praktis penelitian ini akan bermanfaat untuk berbagai
kalangan, antara lain :

17
Universitas Sumatera Utara

1. Bagi pemerintah, penelitian ini akan menjadi bahan masukan maupun saran
yang diperlukan dalam mengembangkan model-model kebijakan yang akan
diterapkan dalam mengembangkan sebuah objek wisata, baik objek wisata
pantai Lumban Binanga itu sendiri.
2. Bagi pelaku usaha pariwisata, penelitian ini akan memberikan saran dalam
membantu masyarakat untuk memberikan sebuah pemahaman tentang
pengelolaan yang baik dengan melayani wisatawan dalam proses
pengembangan objek wisata berkelanjutan.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di pantai Lumban
Binanga di Desa Lumban Binanga, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba
Samosir, juga nantinya dalam penelitian ini peneliti akan melibatkan masyarakat
lokal/pemilik usaha di pantai Lumban Binanga, wisatawan, juga pemda/dinas
pariwisata Kabupaten Toba Samosir.
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
deskriptif berusaha menemukan data/informasi atau keterangan yang dapat
menggambarakan kebudayaan yang diteliti secara utuh/bulat sesuai dengan fokus
masalah yang dikaji. Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang terjadi
dan dialami oleh subjek penelitian diantaranya prilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain. Bongdan dan Taylor (Moleong, 2006:4) mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

18
Universitas Sumatera Utara

dapat diamati. Menurutnya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (utuh), sebagaimana Koentjaraningrat mengutarakan
bahwa para ahli antropologi biasanya memakai istilah holistik untuk
menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai
suatu kesatuan yang terintegrasi (1980:224).
Adapun cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data tentang
penelitian ini yaitu:
1.5.1

Teknik Observasi Partisipasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain
pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit.
Observasi juga disebut sebagai sebuah tindakan untuk meneliti suatu
gejala tindakan atau peristiwa atau peninjauan secara cermat dan langsung
dilapangan atau di lokasi penelitian.
Pengamatan dilakukan peneliti dengan cara langsung turuk
kelapangan, mengamati kegiatan masyarakat setempat, mengamati
keindahan objek wisata pantai Lumban Binanga, dan mengamati semua
aktifitas di sekitar daerah pantai Lumban Binanga; mulai dari mengamati
pengunjung (wisatawan), mengamati tukang parkir, dan mengamati
pedagang di objek wisata pantai Lumban Binanga.

1.5.2

Teknik Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang

19
Universitas Sumatera Utara

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama, dan sebelumnya si peneliti sudah memiliki
rapport (hubungan dekat) terhadap informan. Sehingga demikian,
kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatan si peneliti dalam
kehidupan informan.
Model wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau
informasi tunggal. Pertanyaan yang diajukan tidak disusun lebih dahulu,
tetapi disesuaikan dengan keadaan informan. Pelaksanaan tanya jawab
mengalir sepeti percakapan sehari-hari. Wawancara tidak terstruktur bersifat
bebas dan santai, dengan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya
kepada informan untuk mengemukakan keterangan-keterangan yang
sifatnya umum. Wawancara dilakukan seperti percakapan biasa sehari-hari
sehingga tidak membuat informan merasa bosan dan takut.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap beberapa informan
kunci. Informan kunci merupakan orang yang dianggap penting dalam
pengelolaan objek wisata pantai Lumban Binanga itu sendiri. Adapun
informan kunci tersebut adalah pengelola pantai Lumban Binanga, Kepala
Desa Lumban Binanga, wisatawan yang berkunjung, Tokoh Adat dan
Dinas pariwisata. Adapun alasan peneliti menetapkan ketiga informan
diatas menjadi informan kunci berkaitan dengan kedudukan strategis
mereka dalam pengelolaan pantai Lumban Binanga.

20
Universitas Sumatera Utara

Selain itu, karena disini posisi saya sebagai peneliti dan juga
sebagai wisatawan saya melakukan wawancara seperti percakapan biasa
sehari-hari sehingga tidak membuat informan yang saya wawancarai
merasa bosan takut dengan saya.
1.5.3

Teknik Dokumenter
Teknik dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode
dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis,
Dengan demikian, pada penelitian sejarah, maka bahan dokumenter
memegang peranan penting yang amat penting. Secara detail bahan
dokumenter terbagi beberapa macam yaitu :
a. Otobiografi,
b. Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial,
c. Kliping,
d. Dokumenter pemerintah,
e. Data di server atau flashdisk,
f. Data tersimpan di website, dan lain-lain.

1.5.4

Tinggal Hidup Bersama Informan
Tinggal hidup bersama informan adalah teknik bagaimana si
peneliti akan tinggal dengan informan dengan tujuan membangun lebih
dekat dengan informan, sehingga manfaat yang akan diperoleh adalah
memperoleh data dengan lebih detail dan mendalam lagi tentang
kehidupan informan.

21
Universitas Sumatera Utara

1.6. Rangkaian Pengalaman Dilapangan
Peneliti memulai penelitian ke lapangan yaitu pada bulan September 2015
di objek wisata Pantai Lumban Binanga. Sebagai langkah awal penelitian, peneliti
langsung menjumpai kepala desa Lumban Binanga bapak Bobby Hutajulu untuk
meminta izin penelitian di objek wisata pantai Lumban Binanga. Begitu
menerangkan identitas saya dan menjelaskan tujuan penulis melakukan penelitian
di desa Lumban Binanga, bapak kepala desa senang karena melihat saya berasal
dari Universitas Sumatera Utara dan langsung memberikan gambaran tentang desa
Lumban Binanga serta objek wisata pantai Lumban Binanga.
Setelah selesai menerangkan sedikit gambaran lokasi desa Lumban
Binanga, bapak kepala desa langsung menyuruh saya untuk menjumpai sekertaris
desa yang tidak jauh dari rumah kepala desa untuk meminta surat izin penelitian.
Begitu saya tiba dirumah sekertaris desa, penulis disambut baik oleh sekertaris
desa. Saya langsung menerangkan identitas saya dan menerangkan maksud tujuan
saya melakukan penelitian di objek wisata pantai Lumban Binanga. Setelah itu
saya memberikan surat pengantar (surat izin penelitian) dari kampus dan
mengatakan telah bertemu terlebih dahulu dengan kepala desa. Sekertaris desa
lalu menerima surat pengantar saya dan mengatakan bahwa surat izin penelitian
bisa diambil seminggu kemudian karena ada urusan keluarga sehingga harus
keluar kota selama beberapa hari. Saya pun menyetujuinya dan segera pergi ke
pantai Lumban Binanga untuk melihat terlebih dahulu kondisi lingkungan pantai
dan sekaligus menikmati keindahan pantai Lumban Binanga.

22
Universitas Sumatera Utara

Penulis melakukan penelitian di objek wisata pantai Lumban Binanga
selama dua minggu karena penulis ingin mengejar target bisa menyelesaikan
skripsi dengan cepat untuk mengejar wisuda di bulan dua tahun depan.
Hari pertama, penelitian penulis berangkat dari Sibodiala menuju pantai
Lumban Binanga jam sembilan pagi. Jarak dari rumah penulis ke lokasi objek
penelitian yaitu 45 km dengan waktu tempuh perjalan selama sejam menggunakan
sepeda motor. Setelah tiba di pantai Lumban Binanga penulis langsung menuju
salah satu rumah makan yang pemiliknya merupakan salah satu pengelola objek
wisata di pantai lumban binanga. Untuk langsung akrab dengan narasumber
penulis langsung menggunakan bahasa daerah supaya tidak kaku dalam bertanya
sembari memesan cappuccino susu.
“Horas namboru, bahen jo kappucino susu dingin sada. Boado
perkembangan pantai lumban binanga saonari namboru? Au sian USU namboru
naeng mambahen
penlitian di hutaon selama dua minggu lao menyelesaihon
skripsi namboru (horas
namboru, pesan kapuccino dingin satu. Bagaimana
perkembangan pantai lumban
binanga ini sekarang namboru? Saya dari
kampus USU namboru mau melakukan
penelitian di kampung ini selama
dua minggu untuk menyelesaikan skripsi saya
namboru)”
Narasumber saya langsung menerangkan semua yang ada di pantai
Lumban Binanga dan pengelolaannya dengan menggunakan bahasa daerah.
Beliau senang dengan keberadaan saya yang meneliti di pantai lumban binanga ini
beliau berharap dengan adanya penelitian saya nanti pemerintah segera
membangun segala kekurangan yang ada di objek wisata Pantai Lumban Binanga
dan banyak masyarakat datang mengunjungi objek wisata pantai Lumban
Binanga. Setelah bercerita panjang lebar saya pun permisi untuk pulang karena
hujan.

23
Universitas Sumatera Utara

Hari berikutnya kemudian saya pergi mewancarai salah satu tokoh
masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di pantai Lumban Binanga. Karena saya
melakukan wawancara secara tidak terstruktur, saya memilih bahasa daerah
supaya narasumber saya tidak kaku dan nyaman ketika saya bertanya tentang
bagaimana sejarah berdirinya objek wisata pantai Lumban Binanga. Beliau
menjelaskannya dengan senang sebab jarang ada orang yang menanyakan sejarah
berkembangnya objek wisata pantai Lumban Binanga di desa Lumban Binanga.
Karena tidak ingin menggangu aktivitas narasumber saya pun bergegas minta ijin
dan berterima kasih atas waktunya.
Hari berikutnya lagi saya mewancarai beberapa narasumber yang datang
ke Pantai Lumban Binanga, seperti wisatawan, warga sekitar dan pengelola pantai
Lumban Binanga. Narasumber saya dengan senang hati menjelaskan semua yang
berkaitan dengan pariwisata di pantai Lumban Binanga dan membandingkan
dengan objek wisata di tempat lain. Bagi mereka kenyamanan dan kebersihan
adalah nomor satu. Setelah banyak menerima masukan dan kritikan mereka
tentang pengembangan dan pengelolaan pantai Lumban Binanga, saya kemudian
berpamitan pulang.
Selama berada di objek wisata pantai Lumban Binanga, penulis berusaha
akrab dengan masyarakat setempat maupun pengunjung. Keakraban itu ada berkat
bahasa Batak Toba (kita tahu bahwa salah satu cara cepat untuk menggali
informasi dari masyarakat di lokasi penelitian adalah dengan mengetahui dan
menguasai bahasa yang mereka gunakan sehari – hari, sebab masih banyak di
beberapa daerah terpencil yang tidak mengerti bahasa Indonesia karena terbiasa
menggunakan bahasa daerah) dimana hanya bertegur sapa mereka berusaha

24
Universitas Sumatera Utara

menanyakan identitas saya dan maksud tujuan saya berada di desa mereka.
Setelah mereka mengetahui tujuan saya, mereka dengan senang hati memberikan
informasi secara mendalam siapa saja tokoh masyarakat yang banyak memberikan
masukan di desa Lumban Binanga, dan memberikan nasehat kepada saya supaya
cepat selesai mengerjakan skripsinya. Mereka juga berharap kelak jika saya
sukses, bisa datang lagi ke desa Lumban Binanga.
Data yang saya peroleh setiap hari di lapangan selalu saya ingat dan saya
tarik garis besar inti wawancara untuk kemudian saya tulis dimalam hari di
catatan kecil untuk mempermudah saya mengerjakan skripsi. Banyak kesan
menarik dan pesan yang penulis dapatkan selama berada di lokasi penelitian
karena penulis bisa mengetahui sejarah perkembangan objek wisata pantai
Lumban Binanga, selain itu penulis bisa akrab bersama masyarakat setempat
meskipun hanya berjumpa sehari saja. Penulis berharap skrispsi ini nantinya bisa
selesai dengan baik dan cepat.
Banyak pengalaman yang peneliti dapatkan dari penelitian di Pantai
Lumban Binanga. Pengalaman penelitian di objek wisata Pantai Lumban Binanga
juga membawa saya banyak mengenal penduduk dari berbagai daerah dan dari
berbagai kabupaten, dengan beragam suku dan beragam sikap dalam merespon
setiap pertanyaan peneliti. Sebelum peneliti kembali ke Medan, peneliti
berpamitan kepada semua narasumber dengan tujuan untuk mempererat tali
persaudaran jika dikemudian hari berjumpa, bisa bertegur sapa.

25
Universitas Sumatera Utara