Upaya Pengembangan Objek Wisata Lumban Silintong Di Kabupaten Toba Samosir

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA LUMBAN

SILINTONG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

NAMA

: LENNI SAMOSIR

NIM : 062204055

JURUSAN : USAHA WISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN

2009


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadrat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehinga penulis dapat menyelesaikan kertas rarya ini yang berjudul “UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK WISATA LUMBAN SILINTONG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR” ini sebagai mana mestinya.

Penulisan kertas karya akademik ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuiahan program D III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini penullis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati enulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Drs.Syaifudin, MA.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Ridwan Azhar selaku ketua Program Studi Pariwisata Uniersitas Sumatera Utara.

3. Bapak Solahudin selaku Dosen Pembingbing saya, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, my father in heaven (P.Samosir) dan mamaku tersayang (D.Simangunsong) terima kasih untuk doa, perhatian, kasih saying, cinta dan bantuan baik moril maupun materil.


(3)

6. Teristimewa untuk saudara- saudaraku bang Bobby, bang Frengky, bang Rudy, bang Rizal, kak Uli, kak Nelly, kak Eva, keponakanku tersayang Maria yang telah memberi bantuan, dukungan serta semangat bagi penulis.

7. Sahabat- sahabatku tersayang : Vera, Lulu, Erda, Rina, Era yang teah memberikan saya semangat dan dorongan.

8. Temanku Marganti dan Sarah yang telah membantuku menyelesaikan kertas kertas karya ini serta telah memberiku semangat.

9. Teman- teman satu kost saya Elfrida, jenny, Desry, Dewy, semangat ya... 10.Seluruh rekan- rekan mahasiswa angkatan 2006 jurusan Usaha Wisata.

Penulis menyadari ahwa tidak ada gadng yang tak retak, demikian pula halnya dengan kertas karya ini tentulah tidak terluput dari kelemahan dan kesalahan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan kertas karya ini

Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis, dan semoga kertas karya ini dapat menambah pengetahan kita.

Medan, Maret 2009 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….……… i

DAFTAR ISI ……….……. iv

ABSTRAK ……… vii

BAB I PENDAHULUAN ……….….. 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ……….……... 1

1.2 Pembatasan Masalah ……….………... 3

1.3 Tujuan Penulisan ……….…………. 3

1.4 Metode Penulisan ……….……….… 4

1.5 Sistematika Penulisan ……….………... 5

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN ………... 7

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan ………..….. 7

2.1.1 Pengertian Pariwisata ……….…... 7

2.1.2 Jenis-Jenis Pariwisata ………... 8

2.1.3 Motivasi Perjalanan Wisata ………..…….. 12

2.1.4 Pengertian Wisatawan ……….... 13

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata ………….….…. 14

2.3 Pengertian Produk Pariwisata ……….….…. 15

2.4 Pengertian Industri Pariwisata ………..….... 17

2.5 Pengertian Prasarana dan Sarana Pariwisata ………..….. 20

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA SAMOSIR …...… 26

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir ……….…... 26

3.2 Letak Geografis ……….….….. 27

3.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ……….……. 28

3.4 Kebudayaan Masyarakat ……….……... 28

3.4.1 Sistem Kepercayaan ……….…….……. 30

3.4.2 Sistem Kesenian ………... 32

3.4.3 Bahasa ……….……….….. 33


(5)

BAB IV UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI WISATA LUMBAN

SILINTONG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR ……….. 35

4.1 Gambaran Umum Lumban Silintong ………...……... 35

4.2 Potensi yang Dimiliki Lumban Silintong ………..…... 36

4.3 Upaya Pengembangan Objek Wisata Lumban Silintong ………..…...…. 39

4.4 Kendala yang Dihadapi dalam Pengembangan ……….... 46

4.4.1 Kendala Fisik ………..……... 46

4.4.2 Kendala Non-Fisik ………. 47

4.5 Dampak Positif dan Negatif Pengembangan Pariwisata……….…. 49

4.5.1 DampakPositif ……….…….. 49

4.5.2 Dampak Negatif ……….…..…. 50

BAB V PENUTUP ……….…...…. 52

5.1 Kesimpulan ………..…….... 52

5.2 Saran ………..…..… 53 DAFTAR PUSTAKA


(6)

ABSTRAK

Perkembangan kepariwisataan di Indonesia menunjukkan adanya kemajuan. Kepercayaan publik akan Indonesia memberikan dampak positif bagi citra Indonesia. Selain itu peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan produk-produk yang potensial dan promosi yang gencar yang dilakukan akan semakin memberi peluang untuk semakin meningkatkan kuantitas wisatawan yang berkunjung, sekaligus kualitas pelayanan yang semakin baik yang akan mereka dapatkan.

Pengembangan kepariwisataan ini tidak hanya mencakup pada satu daerah saja. Sebagai Negara yang kaya akan potensi pariwisata, banyak objek-objek wisata yang sangat potensial untuk menjadi salah satu daerah tujuan wisata alternatif baru. Kawasan objek wisata Lumban Silintong di kabupaten Toba Samosir masih asing terdengar. Padahal kawasan ini merupakan salah satu objek wisata yang berpotensi yang perlu dikembangkan. Kawasan wisata ini memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari keadaan pantainya yang masih sangat alami dan dari sini dapat pula dipandangi pegunungan Bukit Barisan serta berada di perkampungan penduduk yang masih menjunjung tinggi budayanya, sehingga menambah keunikan objek wisata ini.

Upaya pengembangan kawasan wisata Lumban Silintong harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah maupun masyarakat setempat, karena sangat disayangkan apabila terdapat kawasan objek wisata yang berpotensi besar dalam dunia pariwisata tetapi dibiarkan atau tidak dikembangkan secara maksimal.

Dengan adanya pengembangan kawasan wisata Lumban Silintong maka dapat menambah arus kunjungan wisatawan serta membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha, sehingga dapat meningkatkan pendapatan di daerah tersebut.


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menjadi daerah tujuan wisata (DTW) yang cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Di Sumatera Utara terdapat banyak objek wisata yang mempunyai ciri khas tersendiri yang sebenarnya mampu menarik minat para wisatawan untuk datang berkunjung.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan dan memberi peluang yang besar bagi pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya, dengan tujuan mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersatu, bersahabat, tertib dan damai. Hal ini tercatum dalam GBHN 1993.

Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa. Sehingga pembangunan itu bukan hanya meliputi bidang ekonomi dan


(8)

peningkatan pendapatan perkapita masyarakat tetapi juga aspek spiritual seperti pembangunan budaya , moral dan lain- lain yang tidak bersifat materil.

Pembangunan yang kita harapkan adalah pembangunan yang mampu meningkatkan taraf hidup bangsa serta mampu membesarkan dan mengharumkan nama bangsa hingga ke tengah-tengah pergaulan internasional. Dengan pengembangan sektor pariwisata juga dapat memberikan kesempatan kerja atau membuka lapangan kerja bagi setiap orang yang dapat meningkatkan pendapatan perkapita, khususnya bagi masyarakat di sekitar daerah objek wisata. Hal tersebut merupakan suatu wujud dari pembangunan nasional Selain itu pengembangan sektor pariwisata juga dapat menanamkan rasa cinta terhadap tanah air, serta melestarikan nilai- nilai budaya dan lingkungan hidup. Hal ini merupakan salah satu wujud dari pembangunan nasional. Dalam hal ini pengembangan pariwisata tidak terlepas dari adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, yang merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan suatu objek wisata.

Kepariwisataan itu tidak dapat diandalkan hanya dengan adanya objek wisata yang berpotensi, melainkan haruslah terdapat faktor- faktor penunjang yang menjadi faktor pendukung berkembangnya suatu objek wisata, seperti adanya modal yang cukup, adanya tenaga yang profesional serta sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini akan dapat terpenuhi dengan baik melalui adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dangan masyarakat, khususnya masyarakat setempat. Dengan demikian Daerah Tujuan Wisata (DTW) tersebut dapat berkembang secara optimal.

Dengan adanya uraian tersebut, maka penulis mencoba untuk memperkenalkan dan mendeskripsikan “OBJEK WISATA LUMBAN SILINTONG”, Yang terdapat di


(9)

Kabupaten Toba Samosir. Hal ini dilatarbelakangi karena kawasan objek wisata ini masih terdengar asing bagi wisatawan. Padahal objek wisata ini sangat berpotensi dan perlu dikelola dan dikembangkan.

Daerah objek wisata ini memiliki panorama yang menjadi daya tarik tersendiri, yang mana di tempat ini setiap wisatawan dapat menikmati keindahaan alam ciptaan Tuhan. Selain itu sebenarnya banyak kegiatan wisata yang sebenarnya dapat dilakukan di tempat tersebut. Hal inilah yang menjadi suatu kelebihan tempat ini yang tidak dimiliki oleh objek wisata yang lainnya. Pengembangan dan pengelolaan objek wisata ini dengan seoptimal mungkin akan memungkinkan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang untuk berkunjung.

1.2 Pembatasan Masalah

Banyak permasalahan yang timbul dalam dunia pariwisata,yang dapat dijadikan bahan dalam penyusunan kertas karya ini. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin membatasi dan meluruskan arah, tujuan dan maksud keras karya ini. Mengingat ruang lingkup kepariwisataan yang luas serta keterbatasan kemampuan penulis, maka dalam kertas karya ini akan dibahas masalah mengenai;

1. Pengertian serta gambaran umum mengenai kabupaten Toba Samosir.

2. Gambaran umum mengenai gambaran objek wisata Lumban Silintong serta upaya pengembangan objek wisata tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan


(10)

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir pada Program Studi Pariwisata Diploma III Bidang Keahlian Usaha Wisata, Fakulas Sastra, Universitas Sumatera Utara, guna memperoleh gelar Diploma Ahli Madia Pariwisata.

2. Memperkenalkan salah satu objek wisata yang terdapat di kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara yang sangat berpotensi serta memiliki daya tarik tersendiri dan masih sangat alami, yaitu Lumban Silintong..

3. Menambah ilmu pengetahuan penulis, yang dapat menginformasikan kepada para pembaca tentang objek wisata Lumban Silintong yang sangat berpotensi dan mempunyai banyak daya tarik, namun pengelolaannya masih kurang optimal.

4. Sebagai bahan kajian bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan objek wisata Lumban Silintong, yang memiliki kelebihan dari objek wisata lainnya dan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan, khususnya bagi masyarakat setempat.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipergunakan dalam penulisan kertas karya ini terdiri dari tahap-tahap kerja sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Researh)

Yaitu suatu pengumpulan data dan informasi yang diperlukan melalui penelaahan perpustakaan ataupun literatur seperti buku- buku, diktat


(11)

perkuliahan, majalah serta brosur- brosur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam kertas karya ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dengan melakukan peninjauan dan penelitian langsung ke objek wisata yang bersangkutan. Dalam tahap ini dilakukan wawancara terhadap beberapa informan yakni masyarakat serta pihak yang terlibat dalam pengembangan objek wisata tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan

Secara sistematika kertas karya ini dijabarkan melalui lima bagian dan setiap bagian terdiri dari beberapa sub-sub pembahasan. Adapun kelima bagian tersebut masing- masing memuat pembahasan topik yang berbeda, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Dalam bab ini mencakup pengertian pariwisata, wisatawan, kepariwisataan, industri dan produk pariwisata, motivasi perjalanan wisata, uraian teoritis mengenai objek wisata dan daya tarik wisata serta atraksi wisata, sarana dan prasarana pariwisata, dasar dan kriteria pengembangan objek wisata.


(12)

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum kabupaten Toba Samosir, sejarah terbentuknya, letak geografis, keadaan wilayah, iklim, kependudukan dan mata pencaharian, serta objek wisata yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir.

BAB IV : UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI WISATA LUMBAN

SILINTONG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Bab ini memaparkan tentang informasi umum potensi wisata yang dimiliki Lumban Silintong yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir serta upaya pengembangan objek wisata tersebut, sarana dan prasarana yang diperlukan, serta pengembangan kawasan Lumban Silintong oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat, kendala yang dihadapi.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup kertas karya ini, yang terdiri dari bagian kesimpulan dan saran, baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah daerah setempat.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Istilah Pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sanskerta, yang mana sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau tourism (bahasa Inggris). Kata Pariwisata terdiri dari dua suku kata, yaitu “Pari” dan “Wisata”

• Pari berarti banyak, berkali- kali, berputar-putar.

• Wisata berarti perjalanan.

Oleh karena itu, kata pariwisata itu dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali- kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain.

Menurut pendapat beberapa ahli mengenai pariwisata dapat didefenisikan sebagai berikut

1. Oka A. Yoeti, mengemukakan batasan pariwisata sebagai berkut:

Pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan berekreasi untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam. (dalam Yoeti 1983 : 109).

2. Prof.Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul An Introduction On Tourism Theory, mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam


(14)

suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. (dalam Yoeti 1983 :107)

2.1.2 Jenis-Jenis Pariwisata

Sebagaimana halnya pengertian pariwisata, kriteria dan jenis-jenis pariwisata oleh berbagai ahli juga senantiasa memberi pengungkapan yang berbeda walaupun dengan tujuan yang maksudnya tidak membedakan arti.

Dari sekian banyak pendapat para ahli, berikut ini penulis mencoba mengutip salah satu pembagian jenis-jenis pariwisata, yaitu:

1. Menurut Letak Geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang: a. Pariwisata Lokal (Local Tourism)

Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup yang relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja.

b. Pariwisata Regional (Regional tourism)

Yaitu kegiataan kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas dibanding dengan “local tourism” tetapi lebih sempit bila dibandingkan dengan kepariwisataan nasional.

c. Kepariwisataan Nasional dapat dibedakan dalam:

• Arti sempit, yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang dalam suatu wilayah negara.


(15)

• Arti luas, yaitu meliputi kegiatan kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu negara, tetapi selain adanya lalu lintas wisatawan di dalam negaranya sendiri, juga ada lalu lintas dari luar negeri maupun dari dalam negeri ke luar negeri.

d. Regional-Internasional Tourism

Yaitu kegiatan kepariwiataan yang berkembang di wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.

e. Internasional Tourism

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara di dunia termasuk di dalamnya selain Regional-Internasional Tourism juga kegiatan national tourism.

2. Menurut Neraca pembayaran a. In Tourism atau pariwisata aktif

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Kepariwisataan ini disebut pariwisata aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut.

b. Out Going Tourism atau Pariwisata Pasif

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan segala keluarnya warga negara sendiri, bepergian ke luar negeri.


(16)

3. Menurut Alasan/Tujuan Perjalanan

a. Business Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan dengan pekerjaan, kongres, seminar, symposium, musyawarah kerja dan sebagainya.

b. Vacation Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur atau cuti.

c. Education Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya adalah Dharma Wisata (Study Tour)

4. Menurut waktu atau saat berkunjung

a. Seasonal Tourism

Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada saat-saat tertentu, misalnya dalam suatu event olah raga seperti olympiade dan sebagainya.

b. Occasional Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkn dengan kejadian (occasional) maupun suatu event seperti hari raya Galungan dan sebagainya.


(17)

5. Menurut objeknya

a. Cultural Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang yang melakukan perjalanan wisata disebabkan karena adanya suatu daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi objek wisatanya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya. Pada perjalanan wisata semacam ini sering digunakan kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang dikunjunginya.

b. Recuperational Tourism

Yaitu pariwisata yang tujuan pengunjungannya adalah untuk penyembuhan suatu penyakit, seperti mandi di sumber air panas dan sebagainya.

c. Commercial Tourism

Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata ini dikaitkan kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional.

d. Sport Tourism

Yaitu suatu perjalanan yang bertujuan untuk melihat dan menyaksikan suatu pesta olah raga seperti Olympic All England, Indonesia Open dan sebagainya.

e. Political Tourism

Yaitu suatu perjalanan yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan suaru kejadian atau kegiatan sebuah Negara, seperti Parade 1 Mei di Tiongkok, Parade 1 oktober di Rusia dan sebagainya


(18)

f. Social Tourism

Pariwisata sosial ini tidak diartikan sebagai pengertian yang berdiri sendiri, tetapi yang dimaksud adalah dalam penyelenggaraannya tidak untuk mencari keuntungan tetapi untuk social seperti Study Tour, Youth Tourism dan sebagainya.

g. Religion tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan untuk menikuti atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, saperti Umroh dan kunjungan ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah dan sebagainya.

2.1.3 Motivasi Perjalanan Wisata

Motivasi perjalanan wisata membahas tentang mengapa orang melakukan perjalanan wisata, setiap orang akan mempunyai alasan-alasan tersendiri. Para ahli kepariwisataan mengatakan, perjalanan wisata dilakukan seseorang bisa saja karena didasari dengan dua motivasi atau tiga sekaligus atau lebih.

Tetapi dalam tradisi keilmuan pengklasifikasian semacam itu lazim dilakukan. Berikut ini diberikan beberapa motivasi mengapa orang melakukan suatu perjalanan wisata, yakni:

a. Alasan pendidikan dan kebudayaan

b. Alasan santai, kesenangan dan petualangan c. Alasan kesehatan, olah raga dan rekreasi


(19)

e. Alasan perasingan dan hadiah.

2.1.4 Pengertian Wisatawan

Kata wisatawan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “wisata” yang artinya “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata travel dalam bahasa Inggrisnya. Jadi orang yang melakukan perjalanan dalam pengertian ini disebut “wisatawan” yang artinya sama dengan “traveler”, yang mana dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman pemakaian akhiran ”wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya, kedudukan seseorang. (dalam Yoeti 1983 : 120).

Dalam rangka pengembangan dan pembinaan kepariwisataan di Indonesia, pemerintah telah merumuskan batasan tentang wisatawan, seperti yang dituangkan dalam Instruksi Presiden No.9 Tahun 1969 yang memberikan defenisi mengenai wisatawan, bahwa wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan tujuan menikmati perjalanan dengan kunjungannya itu.”

PATA (Pacific Asia Travel Association) yang didasarkan atas batasan League of Nation tahun 1936 dan yang telah diberi Amandemen oleh Komisi Tekhnik IUOTO ( International Union Of official Travel Organization) mengatakan bahwa istilah wisatawan pada prinsipnya harus diartikan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri dimana ia biasa tinggal (dalam Pendit 1996 : 39). Hal ini meliputi:


(20)

1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya.

2. Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan untuk maksud menghadiri

pertemuan, konfrensi, musyawarah, atau di dalam hubungan sebagai utusan berbagai badan/ organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, olah raga, keagamaan dan sebagainya).

3. Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis.

2.2 Pengertian Objek dan Atraksi Wisata

Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti biasa yang dikenal di Indonesia.Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah “Tourist Attraction”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi seseorang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Menurut Oka A.Yoeti (dalam Yoeti 1983 : 160) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara objek wisata dengan atraksi wisata. Kita hanya menyebutkan sebagai objek wisata apabila untuk melihat objek itu tidak ada yang perlu dipersiapkan sebelumnya, dengan kata lain dapat melihat secara langsung tampa bantuan orang lain walaupun kadang-kadang kita harus membayar sekedar tanda masuk saja, seperti misalnya pemandangan, gunung, candi, gereja, mesjid, bangunan bersejarah dan lain sebagainya. Sedangkan atraksi wisata yang merupakan sinonim dari entertainments yaitu segala sesuatu yang telah dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati, seperti misalnya tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat dan sebagainya.


(21)

Yang penting diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjugi oleh wisatawan harus memenuhi 3 syarat, yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”, yang artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do”, yang artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama agi di tempat itu.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to buy”, yang artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

2.3 Pengertian Pruduk Pariwisata

Produk pariwisata sangat diperlukan, guna menunjang suatu kepariwisataan agar dapat berjalan sesuai rencana. Itulah sebabnya dalam kalangan kepariwisataan dikenal istilah Paket Wisata “Package Tour” yang berarti rencana suatu perjalanan wisata yang disusun secara tetap (fix) dengan biaya tertentu, dimana di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya untuk penginapan, angkutan, makan, sight seeing, tour, transfer dan lain-lain,


(22)

yang semuanya digambarkan dalam suatu “package iteneraries” yang dibuat khusus untuk itu. (dalam Yoeti 1983 : !54)

Berikut beberapa defenisi mengenai produk pariwisata:

a. Nyoman S.Pendit mengemukakan bahwa produk wisata adalah barang-barang persediaan pariwisata yang disediakan oleh kelompok-kelompok industri pariwisata sebagai kebutuhan yang dikehendaki oleh wisatawan, baik dalam hubungan dalam subjek sentra maupun objek sentra yang bersifat material maupun non material, yaitu yang diperoleh dari alam bebas seperti cuaca, iklim, panorama indah, keajaiban semesta alam, pantai pasir molek, dan sebagainya yang diciptakan manusia seperti monumen, candi, tempat-tempat bersejarah, benda-benda arkeologi, koleksi budaya, pemandian, gereja, mesjid, tugu, theater, museum, dan sebagainya hasil karya besar kegiatan politik, ekonomi, dan budaya, serta yang diusahakan demi pelayanan (service) kepariwisataan. (dalam Yoeti 1983 : 153)

b. Burkad dan Medlik mengemukakan bahwa produk pariwisata :

“…….. the tourist produk may be seen as a composite product, as an amalgam of attraction, transport, accommodation and of entertainment.”

Mengatakan bahwa produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana setiap unsur dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. (dalam Yoeti 1983 : 151)

Ada delapan macam unsur pokok yang membentuk produk pariwisata sehingga merupakan satu paket, yaitu:


(23)

1. Jasa-jasa Travel Agent atau Tour Operator, yang memberikan informasi, advis, pengurusan dokumen perjalanan, perencanaan perjalanan itu sendiri pada waktu akan berangkat.

2. Jasa-jasa perusahaan angkutan (darat, laut, dan udara) yang akan membawa wisatawan dari dan ke daerah tujuan wisata yang telah ditentukan.

3. Jasa-jasa pelayanan dari perusahaan : akomodasi perhotelan, bar dan restoran, fasilitas rekreasi, entertainment dan hiburan lainnya.

4. Jasa-jasa Retail Travel Agent atau Tour Operator Local yang menyelenggarakan City Sight Seeing, tours atau excurtion tersebut, berikut jasa pramuwisatanya. 5. Jasa-jasa transport local (bus, taxy, coach-bus) dalam melakukan city Sight

Seeing, Tours and excursion pada objek wisata dan atraksi wisata setempat.

6. Objek wisata dan atraksi wisata, yang terdapat di daerah tujuan wisata, yang menjadi daya tarik orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

7. Jasa-jasa Souvenirshop dan handycraft serta shoping centre dimana wisatawan dapat berbelanja untuk oleh-oleh dan barang-barang lainnya.

8. Jasa-jasa perusahaan pendukung, seperti penjual postcard, perangko (kantor pos), penjual kamera dan film (photo supply), penukaran uang (money changers dan bank).

2.4 Pengertian Industri Pariwisata

Dalam literatur kepariwisataan luar negeri, kata “Industri Pariwisata” disebut dengan istilah “Travel Industry”. (dalam Yoeti 1983 : 133)


(24)

Pariwisata sebagai suatu industri baru dikenal di Indonesia setelah dikeluarkan Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1969 pada tanggal 6 Agustus 1969, dimana dalam Bab II pasal 3 disebutkan “Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan “Industri Pariwisata” dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan Negara”.

Beberapa pendapat para ahli mengenai defenisi industri pariwisata:

a. Menurut Oka A. Yoeti (1983 : 140) mengemukakan bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersamaan menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya. b. R.S Damarjadi (dalam Yoeti 1983 : 141) mengatakan bahwa industri pariwisata

merupakan rangkuman daripada berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk ataupun jasa-jasa/ layanan-layanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya.

c. G.A Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion memberi batasan Industri

Pariwisata sebagai berikut “Tourism is a highly decentralized industry consisting of enterprises different in size, location, function, type organization, range of service provided and method used and market and sell them.”

Dikatakan industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya, perbedaan itu katanya tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi dan


(25)

tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode pemasarannya. (dalam Yoeti 1983 : 143)

Industri pariwisata dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Travel Agent atau Tour Operator

Yaitu perusahaan yang telah memberi informasi dan advis, melakukan reservasi, mengurus tiket dan voucher, serta pengurusan dokumen perjalanan sehubungan dengan perjalanannya.

b. Perusahaan Pengangkutan

Dapat berupa angkutan laut, darat maupun udara yang akan membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata.

c. Akomodasi Perhotelan

Tempat dimana wisatawan akan menginap untuk sementara waktu selama dia berada di daerah tujuan wisata.

d. Bar dan restoran

Tempat dimana wisatawan dapat memesan makanan dan minuman yang sesuai dengan seleranya.

e. Travel Agent atau Tour Operator Local

Yaitu perusahaan yang akan menyelenggarakan sigth seeing atau tour, entertainment atau atraksi wisata lainnya.


(26)

Tempat dimana wisatawan dapat belanja untuk membeli oleh-oleh sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang.

g. Perusahaan yang berkaitan dengan aktifitas wisatawan

Yaitu perusahaan seperti tempat orang menjual dan mencetak film, camera, postcard, kantor pos, money changer, bank dan lain-lain.

2.5 Pengertian Prasarana dan Sarana Pariwisata

Pelayanan adalah faktor utama dalam pengembangan kepariwisataan. Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan adalah kesiapan sarana dan prasarana kepariwisataan yang merupakan “Tourist Supply” yang perlu dipersiakan.

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. (dalam Yoeti 1983 : 184)

Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 bagian (dalam Yoeti 1996 : 9-12), yaitu:

a. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Superstructure)

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:

1. Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan “receiptive tourist plan” yaitu perusahaan yang


(27)

mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour sightseeing bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, dan lain-lain.

2. Perusahaan yang memberi pelayanan di daerah tujuan kemana itu pergi, atau bisa disebut “residential tourism plan” yaitu perusahaan yang memberi layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisata, misalnya hotel, hostel, homestay, cottage, pension, dan sebagainya.

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure).

Merupakan perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya.

Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sarana/fasilitas olah raga dan sarana lainnya.

c. Sarana Penunjang Kepariwisataan

Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata, tetapi mempunyai fungsi yang lebih penting, yaitu agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya.

Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah : Night Club, Steam Baths, Casinos dan lain-lain.

Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat


(28)

memberi pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beranekaragam.

Yang termasuk dalam kelompok prasarana kepariwisataan adalah :

1. Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik dan Instalasi Penyediaan air minum. 2. Prasarana perhubungan seperti : jaringan jalan raya, kereta api, pelabuhan

udara, pelabuhan laut, terminal dan stasiun.

3. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentigan pertanian, peternakan dan lain sebagainya.

2.6 Syarat-Syarat Objek Wisata yang dapat Dikembangkan

Pengembangan suatu daerah tujuan wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi wisatawan, ia harus memiliki syarat-syarat yang mana daerah itu harus mempunyai sesuatu yang dapat dilihat atau sering disebut dengan “something to see” dan juga atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain harus memunyai daya tarik khusus, disamping itu harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai “entertainments” (dalam Yoeti 1983 : 25-29). Yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata adalah:

1. Attraction

Ialah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Attraction dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Site attraction

Ialah segala sesuatu yang menjadi daya tarik dengan iklim yang dimilikinya atau pemandangan yang indah serta tempat-tempat sejarah yang dimilikinya.


(29)

b. Event Attraction

Ialah kejadian-kejadian yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan, misalnya kongres pameran-pameran tentang atraksi-atraksi kebudayaan ataupun peristiwa-peristiwa olah raga.

2. Accessibilities

Ialah sarana dan prasarana perhubungan dengan fasilitasnya, sehingga memungkinkan para wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah objek wisata tertentu. Wisatawan adalah orang yang akan melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempat atau daerah yang sama sekali belum dia kunjungi. Maka sebelum ia melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu ia harus mengetahui tentang :

1. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara di daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

2. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari daerah dan ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

3. Fasilitas Catering Service yang dapat memberi pelayanan mengenai makanan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing.

4. Aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjunginya tersebut.

5. Objek dan atraksi wisata yang ada di daerah wisata yang akan dikunjunginya. 6. Tempat atau took, dimana ia dapat membeli dan mereparasi kamera dan mencuci

cetak film hasil pemotretannya.

7. Fasilitas perbelanjaan, dimana ia dapat membeli barang-barang pada umumnya dan souvenir khususnya.


(30)

Semua ini menyangkut sarana dan prasarana kepariwisataan yang harus diadakan sebelum kita mempromosikan suatu daerah tujuan wisata serta aksesibilitasnya harus disiagakan agar mudah dicapai.

3. Amenities

Yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayan kepada wisatawan dalam perjalanan wisata yang dilakukan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Adapun fasilitas yang termasuk amenities adalah : 1. Tempat penginapan

2. Hiburan 3. Restoran

4. Transport local yang memungkinkan wisatawan bepergian di tempat tersebut. Menurut Sinaga (1993 : 38-40) disamping ketiga factor tersebut diatas masih ada juga factor lain yang dapat membantu suatu daerah tujuan wisata dalam pengembangan objek wisata yang dimilikinya, seperti:

1. Pemerintah

Yang termasuk kegiatan di dalamnya adalah:

a. Melakukan penelitian aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan

kepariwisataan secara berkelanjutan.

b. Memberi pengertian dan memperluas arti penting pariwisata sebagai suatu industri.

c. Mengadakan pemasaran, melakukan promosi dan propaganda ke luar negeri. d. Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan-kegiatan perusahaan yang


(31)

e. Mengembangkan dan membina daerah-daerah tujuan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan.

2. Dunia Usaha

Pengusaha mengadakan usaha-usaha yang ada hubungannya dengan kepariwisataan, bisa berupa souvenir, catering, akomodasi, dan sebagainya.

3. Masyarakat

Diharapkan keadaan masyarakat agar turut berpartisipasi dalam meningkatkan kepariwisataan yaitu dengan cara mematuhi peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti mematuhi sapta pesona dan mempersembahkan atraksi wisata yang menjadi kebanggaan tiap etnis seperti Tor-Tor Batak, serta memperkenalkan kerajinan tangan, separti Ulos Batak. Kepada masyarakat diharapkan agar mendukung aktivitas dunia usaha pihak swasta, serta diharapkan memberi pelayanan yang baik bagi wisatawan agar wisatawan menambah waktu untuk kunjungan wisatanya ke daerah tersebut.


(32)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA SAMOSIR

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir

Kabupaten Toba Samosir merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam ini mencakup luasnya lahan kering untuk dijadikan areal persawahan baru dengan membangun sarana irigasi yang memadai. Perairan daerah Danau toba cukup luas dan banyak sungai yang dapat dimanfaatkan potensinya untuk irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya di kawasan Danau Toba, kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional.

Saat ini Kabupaten Toba samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal, di Daerah Tinggkat I Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Toba samosir ini merupakan pemekaran dari Daerah tingkat II Tapanuli Utara yang telah diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 oleh Bapak Menteri Dalam Negeri sekaligus pelantikan pejabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II toba samosir.

Kabupaten Toba Samosir terdiri dari 14 Kecamatan dan lima perwakilan Kecamatan, 281 desa serta 19 kelurahan. Kabupaten Toba Samosir terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara dan berada di jajaran pegunungan Bukit Barisan dengan tofologi berbukit dan bergelombang. Dengan posisi tersebut maka wilayah Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu daerah pengaman bagi kabupaten lainnya karena


(33)

wilayah ini merupakan hulu berbagai sungai yang mengalir ke wilayah Timur Sumatera Utara.

Kabupaten Toba Samosir mempunyai batas-batas sebagai berikut: Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun (Parapat dan Karo) Di sebelah barat berbatasan dengan Samosir dan Danau Toba

Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan

Potensi lain yang terdapat di wilayah ini antara lain: Tanah deatomea, Kaolin, Belerang, Guano, dan lainnya.

3.2 Letak geografis

Kabupaten Toba Samosir memiliki luas daratan 3.124,40 km², luas perairan danau toba 1.102,60 Km², dan kemiringan/kelerengan tanah, yaitu datar 32.673 Ha (9,66%), landai 67.951Ha (20,09%), miring 119.464 Ha (35,32%),terjal 118.145 Ha (34,93%) yang memiliki jenis tanah yang didominasi tanah podsolik. Secara geografis Kabupaten Toba Samosir terletak pada 2º 06’-2º 45’ LS dan 98º 10’-99º 35’ BT, dibagi dalam 14 kecamatan dan dihuni oleh 325.468 penduduk berdasarkan sensus pada tahun 1999. Iklimnya tropis dan tidak pernah terjadi perubahan cuaca yang mencolok, hari-harinya cerah dan hangat, namun pada malam hari cukup dingin. Suhu rata-rata adalah 17ºC di dataran rendah dan 29ºC di dataran tinggi, rata-rata hari hujan sekitar 126 hari/tahun. Komposisi tanah di dominasi jenis tufa toba, pasir bercampur tanah liat, kapur dan sebagian lainnya berupa lapisan tanah bantuan yang relatif kurang subur untuk pertanian.


(34)

3.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Perekonomian di Toba Samosir didominasi oleh sektor pertanian terutama sekitar tanaman bahan makanan kemudian industri, jasa-jasa, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor lainnya seperti perikanan. Mereka adalah nelayan tradisional, petani padi, bawang, kemenyan dan bermacam holtikultura sehingga mereka mempunyai beraneka ragam cara dalam mengelola lahan pertaniannya.

3.4 Kebudayaan Masyarakat

Orang Batak percaya bahwa kehidupan ada 3 yaitu kehidupan Banua Ginjang, Banua Tonga dan Banua Toru. Kehidupan banua ginjang adalah kehidupan dalam nirwana nanti dan dilambangkan dengan warna putih. Kehidupan Banua Tonga adalah kehidupan sekarang ini yang penuh dengan permusuhan dan lain-lain yang dilambangkan dengan warna merah. Sedangkan kehidupan banua toru adalah kehidupan alam kubur yang dilambangkan dengan warna hitam. Ketiga warna ini sangat dominan dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, baik itu pada warna rumah, ulos, ukiran dan pahatan yang terdapat pada masyarakat Batak Toba.

Suku Batak Toba adalah suku Batak yang berdiam di sekitar Danau Toba, yakni di Toba, Humbang, Samosir dan Silindung. Menurut sejarahnya masyarakat Batak berasal dari dataran asia, yaitu rumpun Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mendarat di Pantai Barat Pulau Sumatera dan terus mendesak masuk ke pedalaman. Namun orang Batak percaya bahwa mereka adalah titisan dari Debata Mulajadi Nabolon melalui si Boru Deak Parujar yang turun ke bumi.


(35)

Masyarakat Batak Toba menganut sistem kekerabatan patrilineal, yaitu yang mengambil garis keturunan dari pihak laki. Dalam keluarga Batak Toba anak laki-laki memegang peranan yang sangat penting karena merupakan penyambung garis keturunan/marga. Sedangkan wanita garis keturunanannya akan berhenti, karena apabila dia menikah maka marga yang diambil adalah marga suaminya.

Masyarakat Batak Toba menganut kebudayaan Dalihan Natolu, yang secara harafiah dalihan adalah tungku yang terbuat dari batu, na adalah yang, tolu adalah tiga. Jadi dalihan Natolu artinya tiga buah tungku batu tempat diletakkannya periuk untuk memasak. Dalihan berbentuk bulat panjang dimana salah satu ujungnya tumpul dan ujung yang lain agak bersegi empat sebagai kaki dalihan. Kakinya kira-kira 30 cm dan diameternya kira-kira 12 cm yang ditanamkan berdekatan dengan dapur di tempat yang telah disediakan yang terbuat dari papan berbentuk persegi panjang dan berisi tanah liat yang telah dikeraskan. Masing-masing dalihan ini ditanamkan sedemikian rupa pada suatu tempat dan ditata dengan baik agar ketiga tungku itu tetap harmonis dan seimbang. Demikian juga halnya dengan keadaan kekerabatan suku Batak Toba dan pandangan hidupnya menurut unsur Dalihan Natolu.

Pada prinsipnya Dalihan Natolu terdiri dari tiga unsur yang kuat dalam mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat Toba, yang terdiri dari:

• Hula-hula : orang tua dari pihak istri.

• Boru : orang tua dari pihak suami.

• Dongan tubu : saudara laki-laki seayah, saudara laki-laki berdasarkan sistem kekeluargaan garis laki-laki (patrilineal).


(36)

Ketiga unsur ini masing-masing mempunyai pribadi dan harga diri, tahu akan hak dan kewajibannya sebagai pelaksana tanggung jawab pada suatu kejadian. Pada suatu saat pihak boru bisa saja menjadi pihak hula-hula atau dongan tubu dan demikian juga sebaliknya.

Boru tidak lebih rendah dari hula-hula. Ada satu rumusan hikmat yaitu bahwa hula-hula haruslah “Elek marboru” artinya agar hula-hula selalu bersikap membujuk dan sayang terhadap boru, sedangkan setiap boru haruslah “Somba Marhula-hula” artinya bahwa setiap boru haruslah bersikap hormat terhadap hula-hula dan setiap perbuatan hula-hula harus dipandang hormat oleh boru. Sedangkan pusat kejadian yaitu suhut yang mana harus bersikap “Manat Mardongan Tubu”, yang artinya semarga haruslah bersikap hati-hati.

3.4.1 Sistem Kepercayaan

Sistem kepercayaan yang dianut masyarakat Batak Toba mayoritas adalah Kristen Protestan, namun juga terdapat penganut agama Katolik dan Islam. Selain itu juga masih terdapat sekelompok penganut aliran kepercayaan yang disebut dengan parmalim, yang merupakan suatu aliran kepercayaan yang dianut oleh Raja Sisingamangaraja. Meskipun sudah hampir semua masyarakat menganut agama, baik itu agama Kristen maupun Islam namun masih banyak konsep tradisional yang masih hidup. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan orang Batak asli adalah dari buku-buku kuno (Pustaka). Selain berisi silsilah atau tarombo, buku yang terbuat dari kulit kayu ini juga berisi konsepsi orang Batak tentang dunia mahluk halus. Konsepsi tentang pencipta menurut orang Batak mempunyai arti bahwa alam beserta isinya diciptakan oleh “Debata


(37)

Ompung Mulajadi Na Bolon” . Persepsi tentang kedudukan Debata Ompung Mulajadi

Na Bolon itu bertempat tinggal di atas langit dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan tugas dan tempat kedudukannya. Sebagai penguasa di dunia tengah, ia bertempat tinggal di dunia ini dan bernama “Silaon Nabolon”. Selain sebagai pencipta Debata Ompung Mulajadi Nabolon juga membuat dan mengatur kejadian-kejadian dan gejala alam, seperti hujan, badai, kehamilan, dan sebagainya. Sedangkan “Pane Na Bolon” mengatur setiap penjuru angin.

Konsepsi tentang jiwa, roh dan dunia akhirat adalah bahwa dalam hubungan jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu:

• Tondi : jiwa atau roh individu itu sendiri dan sekaligus juga merupakan kekuatan.

• Sahala : jiwa atau roh/kekuatan yang dimiliki oleh seorang individu. Bedanya dengan tondi adalah tidak semua orang mempunyai sahala dan kualitasnya berbeda-beda. Sahala dari raja atau datu (dukun) lebih banyak dan lebih kuat dari orang biasa. Dan begitu juga dengan sahala dari hula-hula lebih kuat dari sahala boru. Berkurangnya sahala menyebabkan perikehidupaan seseorang kurang disegani atau kedatuannya menjadi hilang. Tondi diterima oleh seseorang ketika dia masih di dalam rahim ibunya dan demikian pula sahala. Tondi juga merupakan kekuatan yang memberi hidup kepada bayi/calon manusia. Sedangkan sahala adalah merupakan kekuatan yang menunjukkan wujud dan jalan orang itu dalam hidup selanjutnya. Sahala juga dapat bertambah dan berkurang, tondi juga dapat meninggalkan badan. Bila tondi meninggalkan badan untuk sementara maka orang yang bersangkutan sakit, dan bila seterusnya orang itu akan mati.


(38)

Keluarnya tondi dari raga disebabkan oleh karena ada kekuatan lain “sombaon” yang menawarnya. Untuk mengembalikan tondi maka harus dilakukan upacara

“mangalap tondi” atau menjemput rohnya.

• Begu adalah penjelmaan tondi dari orang yang sudah meninggal. Semua tingkah laku begu adalah seperti tingkah laku manusia hanya secara kebalikannya, yaitu apa yang dilakukan oleh manusia pada siang hari dilakukan oleh begu pada malam hari. Orang Batak mengenal begu yang baik dan yang jahat sesuai dengan kebutuhannya dan begu dipuja dengan sajian yang disebut “pelean”.

Masyarakat Batak masih mempunyai ritual untuk menyembuhkan orang sakit. Upacara ini diiringi dengan musik gondang yakni “gondang saem”. Dengan memainkan musik ini para musisi mencoba membangkitkan roh orang-orang yang sudah meninggal yang dipercaya mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Ritual ini juga diselenggarakan bila terjadi kegagalan panen atau kelaparan. Karena semakin kuatnya agama Kristen berakar di tanah Batak dan perawatan medis telah meningkat mutunya, maka ritual penyembuhan seperti inipun sudah sangat jarang dilakukan.

3.4.2 Sistem Kesenian

Sistem kesenian pada masyarakat Batak Toba cukup beragam yang meliputi seni ukir, seni bangunan, seni sastra, dan juga dalam berbagai bentuk jenis tari-tarian. Seni sastra dapat jumpai di tanah batak yang dituliskan dalam daun lontar yang disebut dengan “lak-lak” dengan menggunakan aksara Batak. Selain itu orang Batak juga menggunakan banyak umpasa dan umpama dalam kehidupannya, yaitu yang merupakan perumpamaan tentang kehidupan manusia. Selain itu juga terdapat bait-bait sajak yang


(39)

bersifat mistis seperti mantra-mantra yang dihafalkan oleh para petua yang berupa doa, ada juga yang berupa senandung, berupa huling-hulingan atau teka-teki dan juga turi-turian yaitu cerita yang diceritakan oleh orang tua kepada anaknya sebelum tidur. Mengenai seni bangunan dapat dilihat pada struktur bangunan rumah adat masyarakat Batak.

3.4.3 Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam keseharian penduduk pada umumnya adalah bahasa Batak Toba, namun sekarang ini penggunaan bahasa Indonesia sudah semakin meluas terutama sering dipergunakan di perkantoran, lingkungan sekolah, dan instansi pemerintahan. Umumnya orang Batak yang tinggal di perantauan juga lebih sering menggunakan bahasa Batak bila mereka saling mengetahui bahwa mereka sama-sama datang dari daerah Toba. Suara orang Batak cukup keras sehingga orang yang pertama kali berbicara dengan mereka akan mengira bahwa mereka sedang marah padahal sebenarnya tidak. Hal ini disebabkan oleh kondisi daerahnya yang merupakan daerah pegunungan, yang mana tiupan angin kadang-kadang cukup kencang dan jarak rumah yang cukup berjauhan sehingga mereka sering berkomunikasi dengan suara yang cukup keras. Hal ini merupakan ciri khas masyarakat Toba.

3.4.4 Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Batak Toba sudah cukup maju. Hal ini terbukti dengan adanya peninggalan budaya berupa lak-lak, yaitu sejenis tulisan aksara Batak yang dituliskan di atas selembar daun lontar. Selain itu orang Batak


(40)

juga mengenal seni perbintangan untuk musim untuk menanam padi, menuai padi dan sebagainya, serta dengan adanya kalender Batak, yang menjadi pedoman tentang hari baik dan hari tidak baik sebelum melakukan suatu pekerjaan.

Pada masyarakat Batak Toba, kesadaran akan sistem pendidikan cukup tinggi, hal ini dibuktikan oleh pameo pada masyarakat yang berbunyi “Anakkonhi do hamoraon di

au” artinya anakku adalah kekayaanku. Jika anaknya berhasil maka orang tua juga turut

merasakan keberhasilan anaknya dan orang tua juga akan melakukan apa saja untuk kepentingan pendidikan si anak, walaupun itu harus dengan jalan menggadaikan sawah atau hewan peliharaan. Balige merupakan kota pelajar, yang mana di sana terdapat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah kejuruan, sekolah menengah umum baik milik pemerintah maupun yang dikelola oleh lembaga swasta. Salah satu diantaranya adalah SMU 2 Balige, yang berada di bawah Yayasan Soposurung, di bawah pimpinan T.B Silalahi. Selain itu juga terdapat sebuah sekoah tinggi Komputer yang terdapat di Laguboti, kabupaten Toba Samosir.


(41)

BAB IV

UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI WISATA LUMBAN

SILINTONG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

4.1 Gambaran Umum Lumban Silintong

Desa Lumban Silintong merupakan sebuah desa yang menjadi daerah tujuan wisata, yang mana terletak di tepi Danau Toba dan dikelilingi oleh perbukitan, di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Desa ini adalah objek wisata yang ramai pada hari Minggu dan hari libur, di mana pengunjung bisa mandi di danau dan menyantap ikan mas bakar di café-café yang terdapat di tepinya. Danau Toba terbentuk dari letusan sebuah gunung berapi. Puncak gunung tersebut runtuh dan terjadilah Danau Toba. Sebagian reruntuhan itu menjadi Pulau Samosir. Peristiwa alam tersebut membuat kawasan itu menjadi indah. Danau seluas 6,60 kilometer persegi itu dikelilingi dinding-dinding bukit yang menjulang tinggi hingga 480 meter di atas permukaan laut.

Balige merupakan ibu kota Kabupaten Tobasa. Tempat ini memiliki panorama pantai yang indah yang masih meupakan bagian dari Danau Toba. Wisatawan bisa datang ke pinggiran pantainya, untuk menunggu saat matahari terbenam dan di sini bisa menikmati masakan Batak, seperti ikan mas panggang atau natinombur dengan bumbu yang khas. Salah satu hidangan khas Batak ini bisa kita jumpai khususnya di beberapa desa tepi pantai, mulai dari desa Lumban Silintong, Tara Bunga hingga ke Meat.


(42)

jalur, yaitu melalui simpang pemandian dan simpang meat. Pencapaian menuju daerah ini bisa menggunakan transportasi pribadi (mobil pribadi, kereta dan bus sewaan) maupun angkutan umum seperti bus dan becak yang tersedia. Jika menggunakan transportasi umum jalur yang dilalui adalah:

Medan kota – Amplas – Lubuk Pakam – Perbaungan – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Parapat – Porsea – Balige – Simpang Pemandian – Lumban Silintong. Jarak desa ini kira-kira 248 Km dari kota Medan dan membutuhkan waktu kira-kira 6 jam untuk dapat sampai ke desa tersebut.

Untuk memasuki kawasan objek wisata ini dipungut biaya retribusi, itupun pada hari Minggu dan hari-hari besar saja. Biaya yang dipungut sebesar Rp.1000 (seribu rupiah) untuk kendaraan roda dua dan untuk kendaraan roda empat dipungut biaya Rp.2000 (dua ribu rupiah). Namun selain hari-hari tersebut tidak dipungut biaya apa-apa.

4.2. Potensi yang Dimiliki Lumban Silintong

Lumban silintong sebenarnya memiliki potensi yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah objek wisata yang siap untuk dijual. Hal ini dapat dilihat dari potensi pantai dan danaunya serta potensi alam yang mendukung yang dimiliki oleh Desa Lumban Silintong.

Sebagai daerah yang terletak di pinggiran Danau Toba, potensi Lumban Silintong dari segi panorama alamnya tidak kalah dengan obyek-obyek wisata lainnya yang terdapat di Sumatera Utara. Pemandangan indah Danau Toba serta pantainya yang sangat bersih sangat memanjakan mata para pengunjungnya.


(43)

Pantai Lumban Silintong yang berjarak kira- kira 4 km dari kota Balige ini dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan, dimana sepanjang jalan menuju objek tersebut memiliki pemandangan panorama Danau Toba, iklimnya yang sejuk dan dingin sangat nyaman untuk dijadikan sebagai suatu daerah tujuan wisata.

Wisata alam selain berupa pemandangan juga dimanfaatkan sebagai tempat memancing ikan yang cukup potensial. Biasanya para wisatawan dan pengunjung menghabiskan waktunya selama berjam-jam sepanjang sore di pinggiran Danau Toba. Sayangnya tempat penyewaan pancing belum ada, sehingga pengunjung yang berminat harus membawa sendiri.

Wisata alam lainnya adalah traking yang menyusuri keindahan alam pegunungan Huta Ginjang, yang tidak begitu jauh dari Lumban silintong dan selalu melalui Desa Lumban Silintong untuk menuju kesana. Di tempat ini pengunjung dapat melihat berbagai jenis tumbuhan khas Toba. Pada pagi hari ketika matahari terbit dan pada sore hari ketika terbenamnya matahari, dari sini dapat dilihat permukaan hamparan Danau Toba dan Pulau samosir yang diselimuti oleh embun tipis.

Selain itu karena di objek wisata ini juga terdapat perbukitan yang masih asri dan tidak terganggu oleh kebisingan, maka tidak jarang dijadikan oleh para pengunjung sebagai tempat kunjungan wisata rohani.

Selain potensi-potensi yang telah disebutkan di atas Lumban Silintong juga memiliki potensi-potensi lain. Adapun potensi alam dan pantainya adalah:

1. Terbentangnya persawahan hijau milik penduduk yang luas di sepanjang pinggir jalan, yang menambah keindahan pemandangan sebelum mencapai Lumban


(44)

silintong.

2. Dari objek ini, wisatawan bisa memandang jajaran bukit barisan yang ditumbuhi pepohonan yang hijau serta menikmati tiupan angin sepoi-sepoi yang cocok untuk bersantai.

3. Di pinggiran danau terdapat pasir putih yang bersih sehingga menambah keindahannya.

4. Gelombang air tidak terlalu besar, sehingga tidak akan membahayakan wisatawan untuk melakukan kegiatan air.

5. Sekitar 2 km dari desa ini terdapat bukit yang bernama “Tarabunga”. Dari atas bukit di pinggiran pantai Danau Toba, matahari hendak pulang ke peraduan. Langit mulai gelap dengan rona merah berpencar-pencar. Gumpalan awan putih bersih bergulung-gulung diterpa sinaran mentari. Sunset di Tara Bunga sungguh indah. Untuk berada di Tara Bunga, lebih dulu melewati Desa Lumban Silintong yang persis berada di pinggiran Kota Balige. Jarak tempuhnya sekitar 10 menit, menyusuri cafe-cafe pinggir pantai tapi dengan jalan aspal yang sudah berlubang-lubang.

6. Saat menyusuri jalanan menuju Tara Bunga, pemandangan Danau Toba menjadi daya pikat, di samping cuaca yang sangat sejuk. Dan bila sudah tiba di Desa Tara Bunga, dari puncak bukit bisa disaksikan matahari yang hendak pulang keperaduan, yang perlahan-lahan menghilang seperti ditelan Danau Toba. Usai menyaksikan sunset di Tara Bunga, Desa Lumban Silintong menjadi pilihan untuk bersantai. Jejeran cafe di pinggiran pantai yang menyuguhkan ikan mas


(45)

panggang khas Batak dengan bumbu khas menjadi daya tarik untuk bersinggah. 7. Sajian wisata panorama Lumban Silintong jika dilihat dari segi aspek fasilitas

untuk menikmati lukisan alam Danau Toba sebenarnya sudah memadai. Pada tepi-tepi danau kita tidak akan mengalami kesulitan untuk menemukan lokasi yang pas dan aman untuk bersantai dan memanjakan mata kita untuk menikmati karunia Tuhan itu. Sekaligus ditambah dengan sajian yang membuat lidah kita bergetar dengan sajian khas ikan bakar.

Potensi yang dimiliki oleh desa Lumban Silintong ini sangat cocok untuk dikembangkan menjadi salah satu objek wisata pantai, mengingat objek wisata yang dikembangkan secara optimal di Sumatera Utara belum begitu banyak Eksotisme nuansa pariwisata yang khas dan tersendiri bisa dinikmati, misalnya alam Lumban Silintong. Lokasi wisata yang berada di Kabupaten Toba Samosir, Balige, ini ternyata menyimpan potensi yang bisa dijual.

4.3 Upaya Pengembangan Objek Wisata Lumban Silintong

Lumban Silintong merupakan sebuah objek wisata yang berpotensi dan perlu dikembangkan. Objek wisata ini memerlukan pengembangan lanjutan yang harus lebih ditingkatkan baik dari segi sarana maupun prasarana. Selama ini pengembangannya belum diperhatikan secara serius. Kekurang seriusan pengelolaan ini dapat dilihat dari infrastruktur jalan, yang mana jalan menuju objek ini masih cukup sempit dan di sepanjang jalan menuju objek ini akan banyak ditemui lubang-lubang yang sangat mengganggu kenyamanan dalam menikmati panorama keindahan Danau Toba dan Bukit


(46)

Barisan, ditambah lagi kurangnya angkutan umum yang menuju tempat wisata ini. Sehingga mengakibatkan wisatawan berpikir dua kali sebelum berkunjung ke tempat wisata ini.

Pengembangan tempat wisata ini sebenarnya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir, yaitu dari segi sarana dan prasarana. Akan tetapi perlu juga diketahui bahwa standart pariwisata berbeda dengan standart umum. Diperlukan bidang khusus tata ruang dan jalan pariwisata untuk membantu terciptanya kenyamanan, keamanan dan pemenuhan estetika kepariwisataan di sepanjang jalur ini. Pembukaan jalan dari Lumban Silintong yang melalui Desa Meat menuju Desa Paropo yang terletak di Kabupaten Samosir hingga mencapai Desa Muara merupakan suatu langkah yang baik. Wisatawan dan pengunjung yang ingin datang untuk menikmati panorama keindahan objek ini bisa dari dua arah, yakni dari Kecamatan balige dan kecamatan Muara. Hal ini adalah merupakan langkah yang strategis karena pengunjung dan masyarakat bisa menikmati kemudahan prasarana yang berdampak pada kelancaran kegiatan kepariwisataan, ekonomi, dan interaksi sosial.

Berdasarkan kebijakan dan visi pemerintah akan pembangunan daerah ini di bidang pariwisata untuk meningkatkan arus wisatawan, maka sangatlah sesuai apabila daerah objek wisata Lumban silintong ini menjadi salah satu daerah yang akan dikembangkan. Pembangunan pariwisata yang dimaksud adalah dengan mengarahkan pembangunan bentuk fisik tata ruang kawasan wisata dengan perencanaan yang mantap. Terdapat beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah, yaitu:


(47)

2. Promosi pariwisata yang luas.

3. Meningkatkan perhatian lembaga kepariwisataan khususnya di daerah objek wisata tersebut.

4. Mendorong usaha-usaha swasta yang bergerak di bidang kegiatan wisata.

Oleh karena itu perlu dilakukan strategi pengembangan kepariwisataan yang bertujuan untuk mengembangkan produk dan jasa yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Usaha-usaha pengembangan tersebut antara lain:

1. Mengadakan pendekatan di bidang konservasi lingkungan hidup dan

meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat setempat untuk melestarikan objek tersebut.

2. Pendekatan di bidang sosial budaya. Hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata merupakan sesuatu hal yang akan menciptakan keadaan baru bagi masyarakat setempat sehingga masyarakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

3. Pemerintah mengadakan kebijaksanaan dalam pembangunan kepariwisataan yaitu dengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional.

4. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana serta fasilitas di kawasan wisata.

5. Pemerintah mengajak seluruh anggota masyarakat untuk bersikap ramah dalam menyambut kehadiran para wisatawan agar mereka merasa nyaman, aman dan betah menikmati objek wisata dalam waktu lama.


(48)

6. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia serta meningkatkan kreatifitas pengembangan ide usaha kawasan wisata ini.

7. Pemerintah menjalin dan meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak swasta yang dapat menginvestasikan modalnya dalam pengembangan objak wisata Lumban Silintong.

8. Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan, serta

meningkatkan mutu dan kelancaran pelayanan.

Selain dari berbagai usaha tersebut di atas, sarana dan prasarana yang tepat juga sangat diperlukan untuk upaya pengembangan objek wisata ini. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain:

a. Jalan Raya

Objek wisata Lumban Silintong yang berjarak kira-kira 248 Km dari kota Medan ini dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Apabila ditinjau dari persyaratan suatu daerah yang akan dijadikan kawasan wisata, maka Lumban Silintong masih kurang memenuhi untuk dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Hal ini dikarenakan infrastruktur jalan menuju Lumban silintong masih kurang baik.

Sepanjang jalan menuju objek ini masih tergolong sempit dan berlubang. Selain jalan tersebut juga berbatasan langsung dengan sisi jurang yang di bawahnya adalah danau, tanpa palang pembatas. Selama dalam perjalanan kita akan melewati sawah yang hijau, pinggiran danau dan pemandangan bukit barisan yang indah.


(49)

keunikan alam tersendiri yang masih alami. Mengingat hal tersebut maka diperlukan proses pembangunan yang membutuhkan modal yang cukup besar. Untuk mewujudkan proses pembangunan tersebut sangat diperlukan sarana yang penting untuk menarik minat wisatawan yang datang.

Semakin mudah objek wisata untuk dicapai, maka semakin banyak wisatawan yang ingin berkunjung. Oleh sebab itu hendaknya pemerintah setempat memberikan perhatian khusus untuk membangun infrastruktur jalan yang baik sehingga bermanfaat bagi pengembangan pariwisata serta peningkatan nilai sektor ekonomi lainnya.

b. Tenaga Listrik

Salah satu prasarana lain yang penting dan mutlak adalah tenaga listrik. Lumban Silintong ini sangat menguntungkan karena telah tersedia tenaga listrik sehingga dapat melancarkan berbagai kegiatan masyarakat setempat. Bila ditinjau dari segi ini, maka pemerintah mulai memperhatikan objek wisata tersebut dengan menyediakan tenaga listrik sehingga masyarakat setempat tidak ketinggalan dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk pengelolaan dan perkembangan objek wisata serta memajukan kehidupan masyarakat setempat.

c. Transportasi

Transportasi merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah tujuan wisata. Di daerah Lumban Silintiong ini, transportasi sangat penting untuk mendapatkan perhatian yang lebih serius. Transportasi yang digunakan untuk mencapai objek ini adalah kendaraan pribadi maupun becak dan bus sewaan. Namun kendaraan umum lainnya belum ada. Untuk itu, perlu diperhatikan dan


(50)

ditingkatkan sistem transportasi menuju objek ini guna meningkatkan arus wisatawan yang berkunjung.

d. Air Bersih

Air bersih juga merupakan sarana utama dalam dunia kepariwisataan khususnya untuk pembangunan objek wisata. Disekitar daerah Lumban Silintiong ini, pengelolaan air bersih sudah dilakukan dengan baik.

e. Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi sangat dibutuhkan untuk memperlancar arus komunikasi dan informasi, serta memperkecil jarak tempuh kelancaran arus komunikasi dan informasi sehingga dapat meningkatkan usaha masyarakat setempat. Di kawasan ini sudah dibenahi dengan prasarana telekomunikasi. Untuk itu sebenarnya tidak terlalu sulit lagi untuk mengembangkan objek ini mengingat potensi yang dimiliki.

f. Akomodasi

Kawasan Lumban Silintong merupakan objek wisata yang sedang dikembangkan di kabupaten Toba Samosir dan untuk itu perakomodasian merupakan sarana pokok yang harus dimiliki. Objek wisata ini sudah memiliki sarana akomodasi, namun jumlahnya masih sangat terbatas. Sehingga perlu dikembangkan dan dibangun beberapa perakomodasian mulai dari hotel berkelas rendah hingga hotel yang berbintang. Jasa akomodasi dan pelayanan sangat penting sebagai tempat wisatawan beristirahat dari kegiatan wisata yang telah mereka lakukan sebelumnya.


(51)

sangat penting dan hal ini akan lebih menarik minat wisatawan yang inign berkunjung dengan ditambahkannya menu-menu yang khas dan tradisional didaerah tersebut.

Kehadiran pemandu wisata lokal atau Local Guide juga sangat penting bagi pengembangan objek wisata. Dari informasi yang diberikan oleh local guide inilah wisatawan dapat mengetahui lebih jelas tentang objek wisata Lumban Silintong.

Di daerah objek wisata seperti ini sebenarnya yang sangat cocok untuk dibangun dan dibenahi adalah peralatan permainan ataupun olahraga air, seperti Banana Boat, Jet Ski, Flying Fish, dan lain-lain, yang mana kita ketahui bahwa wisatawan akan cepat bosan apabila hanya melihat-lihat saja. Wisatawan menginginkan adanya aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut. Mengingat hal tersebut pembangunan alat-alat permainan olahraga air merupakan suatu langkah yang dapat memberikan peluang yang besar untuk meningkatkan kepariwisataan di kawasan Lumban Silintong.

Pengadaan toilet-toilet umum juga sangat penting di kawasan ini. Yang mana disini sangat jarang ditemui toilet umum. Jadi apabila wisatawan ingin ke toilet maka mereka harus terlebih dahulu singgah ke café-café yang ada di pinggiran pantai. Padahal sebenarnya hal itu merupakan sarana yang standart. Selain sarana dan prasarana tersebut hendaknya pengembangan yang akan dilakukan meliputi sarana dan prasarana lainnya, baik yang termasuk sarana pokok, sarana pelengkap, maupun sarana penunjang kepariwisataan lain yang masih berhubungan, seperti : panggung terbuka untuk kebudayaan, mengingat kebudayaan asli daerah tersebut yang masih dipertahankan dan dilestarikan, tempat parkir, permainan anak-anak dan menara peninjau.


(52)

aman bagi wisatawan yang berkunjung dan apabila fasilitas keamanan telah terpenuhi maka tidak ada lagi keraguan bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata Lumban Silintong tersebut.

4.4 Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan

Dalam kenyataannya pengembangan dan pengelolaan objek wisata masih mendapat banyak hambatan. Dalam pengembangan kawasan wisata Lumban Silintong ini ditemukan beberapa kendala antara lain :

1. Kurangnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan dan membangun

kawasan ini, terlihat dari kurangnya sarana dan prasarana kepariwisataan seperti infrastruktur jalan, akomodasi dan tempat pelayanan jasa lainnya.

2. Minimnya promosi yang dilakukan yang mengakibatkan kurang dikenalnya daerah tujuan wisata ini secara meluas di kalangan dunia pariwisata.

3. Kurangnya sumber daya manusia yang benar-benar memahami unsur, bentuk dan pelayanan kepariwisataan.

4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya pengembangan pariwisata.

5. Kurangnya aksesibilitas pendukung seperti kendaraan umum untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.

6. Belum terdapatnya barang-barang souvenir yang dijual.


(53)

dalam hal sadar wisata dan biro perjalan wisata yang masih sangat terbatas jumlahnya.

8. Masih adanya anggapan dari sekelompok masyarakat bahwa usaha dibidang pariwisata itu adalah usaha sampingan.

9. Alokasi dana bagi pengembangan kepariwisataan yang benar-benar terbatas untuk pengembangan Lumban Silintong dari pemerintah kabupaten Toba Samosir. 10.Keadaan sosial budaya.

Struktur ekonomi, sosial serta budaya juga mempengaruhi pola pengembangan suatu kawasan, tidak terkecuali kawasan Lumban Silintong. Perbedaan tradisi dan budaya yang dibawa oleh wisatawan dengan masyarakat setempat sangat perlu mendapat perhatian. Disatu pihak pemerintah dan masyarakat membutuhkan kunjungan wisatawan untuk mendapatkan devisa dan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun di pihak lain tokoh adat tidak ingin adat mereka terkikis oleh kebudayaan baru yang dibawa oleh wisatawan.

Untuk mengatasi masalah di atas dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat betapa pentingnya pengembangan suatu objek wiata. Hal ini dilakukan tanpa menghilangkan salah satu harapan-harapan masyarakat. Untuk mengatasi dampak-dampak negative yang mungkin timbul dari datangnya pariwisata diperlukan filter atau penyaringan terhadap budaya-budaya luar tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan menempatkan insan-insan pariwisata yagn terampil dan professional dibidangnya.


(54)

4.5 Dampak Positif dan Negatif Pengembangan Pariwisata

Pengembangan suatu daerah tujuan wisata tentunya akan selalu menimbulkan dua dampak yaitu :

4.5.1 Dampak positif

Dalam pengembangan dan pengelolaan objek wisata dikawasan objek wisata Lumban Silintong ini dapat diuraikan dampak positif yang diperoleh oleh pemerintah dan masyarakat setempat antara lain :

- Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat bahkan sebagai sumber pendapatan masyarakat setempat.

- Mendorong pembangunan sarana dan prasarana.

- Memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha.

- Dapat merangsang minat masyarakat untuk mengembangkan seni budaya, mendorong partisipasi masyarakat untuk melestarikan budaya terutama kesenian, adat istiadat dan tradisi.

- Dapat menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan serta rasa cinta tanah air. Dengan demikian melalui pariwisata Indonesia semakin dikenal oleh dunia internasional melalui wisatawan manca negara yang berkunjung.

- Adanya peningkatan pemeliharaan dan peningkatan sumber daya lingkungan, kegiatan kebersihan, nilai-nilai keindahan dan kesadaran masyarakat akan sadar wisata semakin meningkat.


(55)

- Sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah dengan penyediaan beberapa sarana dan prasarana untuk wisatawan sehingga sebagai imbalan atau pendapatan maka pemerintah daerah dapat memungut retribusi seperti retribusi pada tempat masuk objek wisata.

- Kecerdasan masyarakat semakin meingkat karena banyak belajar dari wisatawan yang berkunjung dengan bertukar informasi mengenai daerah tempat tinggalnya. - Menambah devisa Negara.

4.5.2 Dampak Negatif

Para wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, akan dengan membawa perilaku dan pola hidup yang dianutnya di negeri asalnya. Hal ini sedikit banyak akan dapat membawa pengaruh bagi berbagai aspek lingkungan masyarakat setempat. Dampak-dampak negatif kegiatan kepariwisataan ini, antara lain:

a. Dampak Budaya

Pengaruh kebudayaan wisatawan akan menimbulkan suatu budaya baru di daerah tujuan wisata secara langsung. Hal ini akan bersinggungan langsung dengan kebudayaan setempat yang dapat mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai budaya asli masyarakat. Mengingat cara pandang setiap masyarakat yang berbeda-beda. Selain itu hal ini dapat juga menjadikan perubahan tujuan kesenian dan kebudayaan menjadi komersialisasi seni budaya, yang mana hal ini tidak sesuai dengan nilai yang dianut oleh masyarakat setempat.


(56)

Gaya hidup para wisatawan yang pada hakekatnya bertujuan untuk bersenang-senang mengakibatkan adanya peniruan oleh masyarakat setempat. Sehingga timbul masalah-masalah sosial seperti sex bebas, pemakaian narkoba, judi dan lain sebagainya yang secara perlahan-lahan diikuti oleh masyarakat setempat.

c. Dampak Ekonomi

Para pemodal akan mulai membuka usahanya di suatu daerah tujuan wisata. Lama-kelamaan para warga setempat yang memiliki lahan akan tergusur ke pedalaman. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ekonominya, para pengusaha besar ini akan menguasai perekonomian di daerah itu, sehingga jarak antara pemodal dengan warga yang memiliki modal sedikit akan semakin lebar.

d. Dampak Sosial

Diiringi oleh kebudayaan yang lumrah bagi masyarakat, timbulnya gaya hidup yang individualistis antara masing-masing masyarakat dan gaya hidup hedonisme adalah salah satu pengaruh negatifnya bagi kehidupan sosial masyarakat.

e. Dampak lingkungan

Dengan berkembangnya suatu daerah tujuan wisata akan mempengaruhi kawasan objek wisata tersebut, yang mana dapat merusak lingkungan sekitar khususnya pada lokasi Pantai Lumban Silintong. Hal ini terjadi apabila wisatawan maupun masyarakat setempat tidak menjaga kelestarian dan kebersihan daerah objek wisata tersebut.


(57)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Lumban Silintong merupakan sebuah objek wisata yang sangat potensial, yang mana di kawasan ini kita dapat menikmati wisata pantai dan wisata pegunungan. Namun objek wisata ini kurang mendapat perhatian yang serius untuk dikembangkan di Kabupaten Toba Samosir. Keindahan alam dan keunikannya sangat memukau memenuhi estetika sebagai salah satu daerah tujuan wisata sehingga tidak kalah dengan daerah-daerah tujuan wisata lainnya yang terdapat di Sumatera Utara yang sudah berkembang. Secara geografis pantai ini sangat strategis karena dari sini dapat memandangi keindahan Bukit Barisan. Sayangnya, belum ada keseriusan pemerintah dalam pengembangannya. Konsep pengembangan dan pemasaran belum dilakukan secara optimal. Kurangnya sarana dan prasarana di objek wisata ini secara kuantitas dan kualitas sangat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu masih perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat, pengusaha pariwisata dan pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan objek wisata tersebut.


(58)

Dengan adanya kerja sama yang baik antara pihak-pihak di atas akan mengembangkan potensi wisata objek ini. Sehingga pada akhirnya kemajuan dalam dunia pariwisata khususnya di kawasan Lumban Silintong ini akan meningkatkan penerimaan devisa negara dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

5.2 Saran

Pengembangan objek wisata Lumban Silintong belum dilakukan secara optimal, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, setelah saya mengadakan penelitian maka saya memberikan saran-saran baik kepada pemerintah maupun masyarakat setempat, yaitu sebagai berikut:

1. Penataan dan pengembangan objek wisata

Penataan di kawasan Lumban Silintong telah dilakukan oleh masyarakat setempat, tetapi itu belum cukup. Pemerintah harus turut memperhatikan penataan objek ini dengan serius dan terarah serta memperhatikan sarana dan prasarana yang akan meningkatkan arus kunjungan wisata.

2. Peningkatan sadar wisata masyarakat

Peningkatan sadar wisata masyarakat sangat penting dalam pengembangan objek wisata. Hal ini dapat dilakukan melalui program sapta pesona. Dengan kesuksesan program tersebut kerja sama antara pemerintah dan masyarakat akan terjalin dengan baik dalam membangun objek wisata Lumban Silintong.

3. Promosi Pariwisata

Promosi dan pemasaran wisata di objek ini belum dilakukan dengan maksimal, sehinngga perlu dibentuk sebuah kebijakan dalam rangka memperkenalkan objek


(59)

tersebut, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan kalender-kalender event, yakni:

a. Olah raga memancing b. Lomba perahu tradisional

Hal ini pada awalnya adalah kegiatan rutin masyarakat setempat, namun beberapa tahun ke depan program ini akan dikenal hingga ke luar daerah.

4. Pembuatan Souvenir

Setiap daerah objek wisata biasanya mempunyai souvenir yang mempunyai ciri khas. Demikian pula di sini hendaknya terdapat souvenir yang dapat dibeli oleh wisatawan untuk dibawa ke tempat asalnya sebagai kenang-kenangan.

5. Perlunya perhatian dari Lembaga Kepariwisataan

Diperlukan perhatian yang serius dari Lembaga Kepariwisataan, khususnya yang konsen terhadap pengembangan objek wisata Lumban Silintong.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaa Pembangunan Darah Kabupaten Toba Samosir dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir “Toba Samosir Dalam Angka (Toba

Samosir In Figures)”, 2005

Booklet Pemda “Selamat Datang di Toba Samosir” Pemda TK II Toba Samosir, 2002. Balige.

Pendit, Nyoman S. 1967, Pengantar Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita.

Pendit, Nyoman S. 1990, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta : Pradnya Paramita.

Sinaga, S. 1993, Pemasaran Pariwisata, Diktat Perkuliahan Jurusan Pariwisata Keahlian Usaha Wisata, Universitas Sumatera Utara.

Undang-undang No. 9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan

Yoeti, Oka A. 1983, Pengantar Ilmu Kepariwisataan, Bandung : Angkasa. Yoeti, Oka A. 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung : Angkasa.


(61)

Gambar 1: Pemandangan dari Lumban Silintong


(62)

Gambar 3: Pemandangan Danau Toba dari Lumban Silintog

BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Lenni Samosir

Tempat, Tanggal Lahir : Janji Maria, 06 Agustus 1987

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting No.386 P.Bulan Medan

Hobi : Dengar Musik, Nonton Tv, Baca Majalah

Nama Orang tua

Ayah : P. Samosir

Ibu : D. Simagunsong

Alamat Orang tua : Jl. D. I. Panjaitan

Jenjang Pendidikan Formal :

1. SD Negeri No. 17852 Sigumpar 1993 – 1999

2. SLTP Budi Darma Balige 1999 – 2002


(63)

4. Diploma III – Usaha Wisata 2006 - 2009 Universitas Sumatera Utara


(1)

Dengan adanya kerja sama yang baik antara pihak-pihak di atas akan mengembangkan potensi wisata objek ini. Sehingga pada akhirnya kemajuan dalam dunia pariwisata khususnya di kawasan Lumban Silintong ini akan meningkatkan penerimaan devisa negara dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

5.2 Saran

Pengembangan objek wisata Lumban Silintong belum dilakukan secara optimal, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, setelah saya mengadakan penelitian maka saya memberikan saran-saran baik kepada pemerintah maupun masyarakat setempat, yaitu sebagai berikut:

1. Penataan dan pengembangan objek wisata

Penataan di kawasan Lumban Silintong telah dilakukan oleh masyarakat setempat, tetapi itu belum cukup. Pemerintah harus turut memperhatikan penataan objek ini dengan serius dan terarah serta memperhatikan sarana dan prasarana yang akan meningkatkan arus kunjungan wisata.

2. Peningkatan sadar wisata masyarakat

Peningkatan sadar wisata masyarakat sangat penting dalam pengembangan objek wisata. Hal ini dapat dilakukan melalui program sapta pesona. Dengan kesuksesan program tersebut kerja sama antara pemerintah dan masyarakat akan terjalin dengan baik dalam membangun objek wisata Lumban Silintong.


(2)

tersebut, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan kalender-kalender event, yakni:

a. Olah raga memancing b. Lomba perahu tradisional

Hal ini pada awalnya adalah kegiatan rutin masyarakat setempat, namun beberapa tahun ke depan program ini akan dikenal hingga ke luar daerah.

4. Pembuatan Souvenir

Setiap daerah objek wisata biasanya mempunyai souvenir yang mempunyai ciri khas. Demikian pula di sini hendaknya terdapat souvenir yang dapat dibeli oleh wisatawan untuk dibawa ke tempat asalnya sebagai kenang-kenangan.

5. Perlunya perhatian dari Lembaga Kepariwisataan

Diperlukan perhatian yang serius dari Lembaga Kepariwisataan, khususnya yang konsen terhadap pengembangan objek wisata Lumban Silintong.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaa Pembangunan Darah Kabupaten Toba Samosir dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir “Toba Samosir Dalam Angka (Toba

Samosir In Figures)”, 2005

Booklet Pemda “Selamat Datang di Toba Samosir” Pemda TK II Toba Samosir, 2002. Balige.

Pendit, Nyoman S. 1967, Pengantar Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita.

Pendit, Nyoman S. 1990, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta : Pradnya Paramita.

Sinaga, S. 1993, Pemasaran Pariwisata, Diktat Perkuliahan Jurusan Pariwisata Keahlian Usaha Wisata, Universitas Sumatera Utara.

Undang-undang No. 9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan

Yoeti, Oka A. 1983, Pengantar Ilmu Kepariwisataan, Bandung : Angkasa. Yoeti, Oka A. 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung : Angkasa.


(4)

Gambar 1: Pemandangan dari Lumban Silintong


(5)

Gambar 3: Pemandangan Danau Toba dari Lumban Silintog

BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Lenni Samosir

Tempat, Tanggal Lahir : Janji Maria, 06 Agustus 1987

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting No.386 P.Bulan Medan

Hobi : Dengar Musik, Nonton Tv, Baca Majalah

Nama Orang tua

Ayah : P. Samosir

Ibu : D. Simagunsong


(6)

4. Diploma III – Usaha Wisata 2006 - 2009 Universitas Sumatera Utara