Kajian Ecotourism Pada Kawasan Wisata Bahari Berbasis Masyarakat ( Studi Kasus : Pantai Iboih, Sabang )

BAB II
KAJIAN PUSAKA
2.1

Pariwisata
Pariwisata menurut UU No.10 Tahun 2009 Bab I Pasal I “Pariwisata

adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah”.Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira abad ke18 khususnya sesudah revolusi industri di inggris (Dewi, 2011). Pariwisata
merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain yang bersifat
sementara dan dilakukan secara perorangan maupun berkelompok sebagai cara
untuk mencari kebahagiaan dengan lingkungan hidup (Spilane, 1987). Dengan
berpariwisata, seseorang akan senang dan merasa bangga dengan suatu tempat
karena memiliki simbol fisik yang menarik (Twigger-Ross et Al, 2003 ; Ginting
dan Vinky 2015).Ada enam jenis pariwisata, yaitu pariwisata untuk menikmati
perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan, pariwisata
untuk olahraga, pariwisata untuk dagang besar, dan pariwisata untuk konservasi
(Spillane, 1991).
Suatu perjalanan dapat disebut sebagai perjalanan wisata jika seseorang
melakukan perjalanan ke luar daerahnya untuk melihat dan menemukan sesuatu

yang unik. Keunikan yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dilihat yaitu ;
Berbeda dengan yang ada di daerahnya, Mempunyai nilai dan makna sejarah, dan
sesuatu yang unik itu seharusnya menyenangkan hati si pelancong (Zalikha 2015).

9

Universitas Sumatera Utara

Pariwisata memiliki berbagai manfaat yang tidak hanya berfokus pada wisatawan,
namun juga bermanfaat bagi masyarakat. Pariwisata adalah suatu aspek yang
memilki pengaruh besar terhadap ekonomi yang dapat berdampak pada
pengembangan daerah bahkan nasional (Goh, 2015; Diniz, dkk 2014). Pariwisata
tidak hanya memberikan pengalaman baru bagi wisatawan, namun juga dapat
berpengaruh dalam aspek ekonomi, sosial dan pengembangan yang berkelanjutan
(Muhammad dkk, 2012).
Sudah menjadi hal yang layak dalam pariwisata, salah satu hal yang
terpenting ialah kepuasan wisatawannya karena jika mereka puas mereka akan
kembali. Dan dari sisi lain mereka akan menjadi alat pemasaran yang berpotensial
(Voon dan Lee, 2009 di Ginting dan Wahid, 2015). Pariwisata yang menarik dan
mendidik serta memberikan suasana yang nyaman merupakan pertimbangan

utama wisatawan dalam memutuskan untuk berkunjung dan kembali ke tempat
tersebut (Oktaviani, Suryana 2006). Industri pariwisata akan membuka peluangpeluang bisnis yang dapat dikelola oleh masyarakat. Hal tersebut mengapa
pariwisata mampu meningkatkan pemasukan dan kualitas hidup masyarakat
(Ginting & Wahid, 2015).
Berbicara masalah pariwisata tentu tidak lepas dari yang namanya
pengunjung tempat wisata atau wisatawan, menurut WTO jenis wisatawan dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu; traveller yaitu orang yang melakukan
perjalanan antar dua atau lebih lokalitas, kedua visitor yaitu orang yang
melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya,
kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam

10

Universitas Sumatera Utara

kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, dan penghidupan di suatu tempat
tujuan, ketiga yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu
malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, dalam Pitana:2009).
2.2


Ecotourism
Menurut Robby (2001), yang menyatakan bahwa wisata alam adalah suatu

kegiatan perjalan yang dilaksanakan pada tempat-tempat yang berhubungan
dengan alam, seperti gunung, hutan, gua, lembah, sungai, pesisir, laut, air terjun,
danau, lembah sempit, dan lain sebagainya. Salah satu bentuk kegiatan wisata
alam yang berkembang saat ini adalah ecotourism (ekowisata).
Menurut Fandeli dan Mukhlison (2002), pengertian tentang ecotourism
mengalami pengertian dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ecotourism
dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap
kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat. Dengan demikian ekowisata
sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian
ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata, kelestarian alam
dapat ditingkatkan kualitasnya.
Ecotourism (ekowisata) merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan
sumber daya alam dalam bentuk wisata yang bertujuan untuk pendidikan,
penelitian dan pelestarian lingkungan hidup serta bertujuan untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat dan negara (Aswita, dkk 2015). Ecotourism sebagai alat
pembangunan 2 yang berkelanjutan dan memberikan manfaat sosial, lingkungan


11

Universitas Sumatera Utara

serta ekonomi dalam jangka panjang dan menjadi prioritas yang tepat dalam
pembangunan ekonomi negara (Barkauskiene and Vytautas, 2013). Ecotourism
merupakan suatu upaya dalam mempromosikan perjalanan wisata dan
bertanggung jawab dan memberikan konstribusi positif terhadap kelestarian
lingkungan serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Zambrano
et al, 2010).
Ecotourism yang dimaksud dalam kriteria ini adalah ecological tourism,
yaitu suatu pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab ke daerah yang
masih alami atau daerah – daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk
menikmati dan menghargai alam dan segala bentuk budaya yang menyertai yang
mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan dan pemahaman, memiliki
dampak yang rendah dan keterlibatan aktif sosial ekonomi masyarakat setempat
(Direktorat Jendral Pengadilan Kerusakan Keanekaragaman Hayati, 2001).
Prinsip dan kriteria ekowisata harus memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan
komitmen dalam pelestarian alam dan budaya dalam pengembangannya, sesuai

dengan peraturan perundang-undang. Selain itu, dapat memberikan dampak
positif bagi masyarakat, dengan terbukanya

kesempatan kerja melalui

pemberdayaan masyarakat (Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan
Budaya, 1999).Pelaksanaan ecotourism didasari pada pemeliharaan keaslian alam
dan lingkungan, pemeliharaan keaslian adat istiadat masyarakat yang tinggal pada
daerah setempat, serta menjaga kelestarian flora dan fauna yang terdapat pada
wilayah tersebut (Asmita, dkk 2015).

12

Universitas Sumatera Utara

Ecotourism juga dilakukan pada wisata bahari. Ecotourism bahari adalah
wisata yang berbasis pada sumber daya pesisir dan laut dengan menyertakan
aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan dan budaya masyarakat.
Ecotourism bahari merupakan bentuk pengelolaan sumber daya pesisir dan laut
yang dikembangkan dengan pendekatan bentuk pengelolaan sumber daya pesisir

dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi (Ketjulan, 2011).
Ecotourism bahari merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan
pendekatan berkelanjutan, seperti; pengelolaan alam diarahkan pada kelestarian
sumber daya pesisir dan laut, pengelolaan budaya diarahkan pada kesejahteraan
masyarakat

pesisir,

kegiatan

konservasi

diarahkan

untuk

menjaga

keberlangsungan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan
(Tuwo, 2011). Adapun aktivitas yang dilakukan Ecotourism pada wisata bahari

berorientasi pada air, yaitu; renang, berlayar dengan perahu, diving, snorkeling,
memancing, dan wisata pantai.
2.3

Obyek danDaya Tarik Wisata
Wisata bahari yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai,

laut (Pendit 1994). Wisata bahari merupakan suatu kegiatan wisata yang
menggunakan potensi pantai (air) sebagai daya dukung kegiatan wisata bahari.
Potensi dan daya tarik wisata merupakan salah satu yang menjadi faktor
dalam pengembangan pariwisata. Potensi wisata adalah berbagai sumber daya
yang terdapat disebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi
wisata

yang

dimanfaatkan

untuk


kepentingan

ekonomi

dengan

tetap

13

Universitas Sumatera Utara

mempertahankan aspek-aspek lainnya (Pendit, 2002). Potensi wisata menurut
Mariotti dalam Yoeti (1983:160-162) “Potensi wisata adalah segala sesuatu yang
terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau
datang berkunjung ke tempat tersebut”.
Daya tarik menurut UU No.10 tahun 2009 “Daya tarik wisata yaitu
sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau kunjungan wisatawan. ada tiga komponen yang membentuk daya

tarik wisata yaitu; atraksi mencakup tempat bersejarah, pemandangan, dan
kebudayaan, aksesibilitas mencakup transportasi lokal, kondisi jalan, dan
infrastruktur, amenitas / fasilitas mencakup penginapan, tempat makan, dan
fasilitas dasar seperti toilet, tempat ibadah, dan tempat penjualan souvenir
(Rusnanda, dkk 2014).
Atraksi budaya dan pemandangan menarik merupakan daya tarik bagi
wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat, aksesibilitas yang optimal seperti
tersedianya transportasi, mudah dijangkau, dan kondisi jalan yang baik, serta
fasilitas pendukung yang memadai juga merupakan pertimbangan utama bagi
wisatawan (Jaafar, dkk 2015). Terdapat empat komponen yang mendukung suatu
pariwisata menjadi daya tarik wisata yang berkelanjutan. Keempat komponen itu
meliputi; acttractiveness merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki daya
tarik, baik berupa kebudayaan masyarakat ataupun keindahan alam, accessibility
merupakan tempat wisata tersebut mudah akses perjalanannya, baik bagi
masyarakat domestik maupun mancanegara, aminities merupakan fasilitas –

14

Universitas Sumatera Utara


fasilitas pendukung seperti akomodasi, tempat makan dan fasilitas lainnya, serta
ancillary merupakan adanya lembaga pariwisata yang mampu memberikan rasa
nyaman dan aman bagi wisatawan (Guatama, Sunarta, 2012).
Keberhasilan suatu daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh; atraksi yang
menarik seperti atraksi budaya, pemandangan alam maupun event yang
diselenggarakan, fasilitas pendukung meliputi penginapan, tempat makan, tempat
beribadah sehingga wisatawan nyaman untuk tinggal di tempat tersebut,
aksesibilitas yang baik, terdapatnya lembaga pariwisata yang berperan aktif.
Dan secara keseluruhan teori dari para ahli wisata tentang komponen objek dan
daya tarik wisata dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Menurut Para Pakar Tentang Komponen Obyek dan Daya Tarik Wisata
NO

REFERENSI

KOMPONEN
Atraksi

Aksesibilitas


1

Amenitas
Rusnanda, Ginting dan
Wahid (2014)

PARAMETER
Tempat bersejarah
Pemandangan
Kebudayaan
Transportasi lokal
Kondisi jalan
Infrastruktur
Penginapan
Tempat makan
Fasilitas dasar (toilet, tempat
ibadah, dan tempat penjualan
cendramata)

15

Universitas Sumatera Utara

NO
2

REFRENSI
Jaafar, Bakri, dan
Rassolimanesh (2015)

KOMPONEN
Atraksi
Aksesibilitas

Fasilitas

Atraksi

3

Gautama dan Sunarta
(2012)

Aksesibilitas
Amenitas

Pendukung

Atraksi

4

Getz dan Page (2016)
Aksesibilitas
Amenitas

Pendukung

PARAMETER
Kebudayaan
Pemandangan alam
Transportasi
Kondisi jalan
Mudah dijangkau
Penginapan
Tempat makan
Fasilitas dasar
Kebudayaan masyarakat
Keindahan alam
Mudah untuk dijangkau
Akomodasi
Tempat makan
Fasilitas dasar
Lembaga pariwisata yang
mampu memberi rasa nyaman
dan aman bagi wisatawan
Atraksi budaya
Pemandangan alam
Event yang mudah
diselenggarakan
Kondisi jalan yang baik
Lokasi yang mudah dijangkau
Penginapan
Tempat makan
Tempat ibadah
Lembaga pariwisata yang
berperan aktif

Tabel 2.1 Komponen Obyek dan Daya Tarik Wisata

Berdasarkan penelitian ini komponen daya tarik wisata yang digunakan
adalah berdasarkan teori (Jaafar, dkk 2015) yang menyatakan bahwa komponen
daya tarik wisata berdasarkan atas tiga komponen yaitu daya tarik (atraksi), akses
(aksesibilitas), fasilitas wisata (amenitas).

16

Universitas Sumatera Utara

2.4

Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata merupakan suatu industri yang tidak dapat di prediksi akan

memiliki tren apa di masa yang akan datang. Pergerakan yang ada di dalam
industri pariwisata terus mengalir dan dapat berubah-ubah. Perkembangan
pariwisata juga harus dilakukan secara dinamis (Nyoman, 2010).
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan jenis pariwisata yang melibatkan
masyarakat sebagai pemeran dalam pengelolaan potensi wisata lingkungannya
(Yusof, dkk 2012). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menekankan
pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisatanya (Rusnanda,
Ginting, Wahid, 2014). Pariwisata berbasis masyarakat merupakan pengembangan
pariwisata yang mampu mempertahankan keuntungan yang diperoleh dari aspek
ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya secra berkelanjutan (Lopez-Guzman, dkk
2011).
Pariwisata berbasis masyarakat membuka peluang – peluang bisnis baru
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan wisatawan
seperti tempat makan, penginapan, penyewaan transportasi dan lain sebagainya
dapat menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat dalam meningkatkan
pemasukan keluarga. Pengelolaan pariwisata yang dilakukan langsung oleh
masyarakat akan memberikan kepercayaan diri bagi mereka yang didapatkan dari
rasa bangga terhadap kegiatan pariwisata yang ada dilingkungan. Rasa percaya
diri dan rasa bangga terhadap kegiatan pariwisata yang ada dilingkungannya. Rasa
percaya diri tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhada kinerjamya

17

Universitas Sumatera Utara

dalam mencapai kehidupan yang berkualitas. Peningkatan rasa percaya diri
masyarakat yang tumbuh dalam sektor pariwisata akan berdampak positif pada
kualitas hidup mereka (Yusuf, dkk 2012).
Dalam mengaplikasi pariwisata yang berbasis masyarakat terdapat tiga
kriteria yang terpenuhi, yaitu; menghasilkan perkembangan yang berkelanjutan,
mampu memperdayakan masyarakat setempat, serta menggunakan sumber daya
alam lokal (Cawley, Gilmor, 2008). Pengembangan pariwisata yang berbasis
masyarakat akan mempengaruhi kehidupan masyarakat lokal. Pengembangan
parwisata yang tepat akan mampu mencerminkan kesuksesan pada kehidupan
masyarakat lokal (Prabhakaran, dkk 2014).
Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat didukung oleh aspek sosial, aspek
budaya, aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek politik. Pengembangan
pariwisata yang berbasis masyarakat akan membuka peluang usaha baru,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperkenalkan masyarakat dengan
budaya

baru,

meningkatkan

kelestarian

lingkungan

serta

meningkatkan

keterlibatan aktif masyarakat (Rusnanda, dkk 2014).
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam mengambil keputusan yang
berpihak pada kepentingan mereka. Keterlibatan masyarakat dalam industri
pariwisata dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan dalam proses
pengembangannya (Prabhakaran, dkk 2014). Pemerintah harus memahami
persepsi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam upaya pengembangan.

18

Universitas Sumatera Utara

Persepsi masyarakat merupakan hal yang penting dalam pengembangan
pariwisata yang berbasis masyarakat (Said 2011).
Berdasarkan kajian literatur pariwisata berbasis masyarakat dan faktor pendukung
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat maka penulis menyimpulkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata yang berbasis
masyarakat (Tabel 2.2).
Menurut Para Pakar Tentang Faktor Pengembangan Pariwisata
NO

1

REFERENSI
(Goh, 2015); (Diniz,
Falleiro, dan Barros, 2014);
(Smitha, 2014); (Dmitrovic´
dkk., 2009)

FAKTOR
Ekonomi

PARAMETER




Memberikan
keuntungan secara
ekonomi bagi
masyarakat
Terbukanya peluang
usaha baru

Lingkungan

(Yusof, Ibrahim, Muda, dan
Amin, 2012)

Ekonomi

Sosial



Mendorong
perkembangan
daerah



Masyarakat
mendapat
keuntungan yang
optimal
Menumbuhkan rasa
percaya diri dan
bangga dalam diri
dan bangga dalam
diri masyarakat
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat



2


19

Universitas Sumatera Utara

NO

REFRENSI
(Ismail dan Said, 2015);
(Goodwin dan Santilli,
2009)

FAKTOR

PARAMETER

Ekonomi



Sosial



Politik



3



Ekonomi

(Rusnanda, Ginting, dan
Wahid, 2015)
4

Sosial

Lingkungan

Budaya

Politik

keuntungan yang
langsung dirasakan
oleh masyarakat
Penerapan dan
pengembangan yang
selaras dengan
kearifan lokal
Keterlibatan masyaraka
pengambilan keputusan
Keterlibatan masyaraka
mengelola pariwisata
Membuka peluang
usaha baru bagi
masyarakat
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat
Meningkatkan
kelestarian
lingkungan
Memperkenalkan
budaya baru bagi
masyarakat
Melibatkan
masyarakat dalam
pengembangan
pariwisata

Tabel 2.2 Faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata

Berdasarkan rangkuman dari faktor-faktor mempengaruhi pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pengembangan pariwisata meliputi; faktor ekonomi, faktor sosial,
faktor lingkungan faktor budaya, dan faktor politik. Dan dalam penelitian ini saya
mengambil satu pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi pengembangan
pariwisata yaitu; Faktor Ekonomi, dimana faktor ini berpengaruh untuk dikaji
menjadi acuan pariwisata sebagai Ecotourism.

20

Universitas Sumatera Utara

2.5

Penelitian Terdahulu
Uraian ringkas tentang beberapa penelitian terdahulu yang meneliti

tentang kajian pariwista berdasarkan ecotourism, pengembangan wisata bahari
dan obyek daya tarik wisata dapat dilihat dari Tabel 2.3
Dari setiap penelitian terdahulu mengambarkan keberhasilan penerapan
Community Based Tourism di berbagai daerah dan negara. Peneliti mengambil
referensi berupa teori, metode, dan kesimpulan (Tabel 2.3).

21

Universitas Sumatera Utara

PENELITIAN TERDAHULU
METODE
NO

SUMBER

JUDUL

MASALAH

HASIL PENELITIAN
PENELITIAN


Pantai natsepa cukup

Kurangnya peranan
Deskriptif

berpotensi sebagai daya

Kualitatif

tarik wisata bahari,

Observasi dan

adapun potensi yang

Wawancara dan

dimiliki adalah lintas

Teknik

jalur yang strategis dan

perumusan

mudah untuk dijangkau

pemerintah terhadap
StudiPengembangan
kegiatan atraksi wisata
Wisata Bahari Untuk
(wisata bahari) bagi
Ferdiandus,

Meningkatkan Kunjungan

1

wisatawan yang
Suryasih (2014)

Wisatwan Di Pantai
berkunjung ke Pantai
Natsepta Kota Ambon
Natsepa tanpa melihat
Provinsi Maluku

strategi dengan



Kurangnya kepekaan

dari segi potensi pantai
analisis SWOT

pemerintah, dinas

tersebut
kebudayaan pariwisata,

Universitas Sumatera Utara

pemda, serta masyarakat
sekitar
Peran Ekowisata Dalam
Mengetahui peran
In-Depth

Konsep Pengembangan



Ekowisata dalam

ekowisata sebagai
Pariwisata Berbasis
Soedigdo,
2

Interview,

pemberdayaan

Observasi,

masyarakat Desa Bukit

Observasi data

Tangkiling berperan

sekunder

hanya secara pasif

konsep pengembangan
Masyarakat Pada Taman

Priono (2013)

pariwisata berbasis
Wiasata Alam (TWA)
masyarakat di
Bukit Tangkiling
Kecamatan Batu
Kalimantan Tengah

3

Suchaina, 2014



Pengaruh Kualitas Fasilitas Bagaimana keadaan

Deskriftif

Sarana dan Prasarana

fasilitas, prasarana.

Kualitatif

Terhadap Peningkatan

Tingkat jumlah

dengan

Pengunjung Wisata Danau

pengunjung, pengaruh

pendekatan

pengunjung mengalami

Grati

kualitas fasilitas,

studi kasus

peningkatan

Keadaan sarana
prasarana cukup baik



Tingkat jumlah



Universitas Sumatera Utara



prasarana di wisata
Danau Ranu Grati

Kualitas sarana
prasarana sangat
berpengaruh terhadap
tingkat jumlah
pengunjung wisata


Brabaskoro,

Membangun Pariwisata

Bagaimana menerapkan

Cecep Rukendi

Berbasis Komunitas :

teori CBT terhadap

Teori CBT sangat cocok
diterapkan pada kawasan

4

Deskripttif
pariwisata berbasis

(2008)

Suatu Kajian Teori

perencanaan pariwisata
masyarakat
Tabel 2.3 Penelitian terdahulu



Universitas Sumatera Utara