Catatan Kuliah Teori Perancangan Hukum

TEORI PERANCANGAN HUKUM
Manfaat

kuliah

teori

perancangan

hukum

adalah

untuk

membantu

mahasiswa mendapatkan pemahaman bagaimana peraturan perundangundangan yang baik, artinya baik dalam pemahaman, metode, proses,
teknik perundang-undangan, atau baik berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004
(UU No. 12 Tahun 2011). Jadi teori perancangan hukum ini akan memberikan
pemahaman


secara

komprehensif

perundang-undangan,

sebagai

mengenai

mahasiswa

pembentukan
mempunyai

peraturan

keterampilan


merancang peraturan perundang-undangan, dan memperkuat penguasaan
dan memperluas wawasan hukum yang akan berguna untuk manakala
mahasiswa masuk pasar kerja.
Deskripsi mata kuliah teori perancangan hukum:
Teori perancangan hukum merupakan mata kuliah yang secara langsung
mengembangkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Teori
perancangan

hukum

merupakan

bidang

studi

tentang

atau


yang

mempelajari dan mengembangkan mengenai sumber hukum, jenis, hierarki
peraturan

perundang-undangan,

dan

teknik

perancangan

peraturan

perundang-undangan serta keberlakuannya.
Undang-Undang (UU) diumumkan di dalam lembar negara, sedangkan
Keputusan Presiden (Kepres) diumumkan di dalam berita negara.
Tujuan instruksional mata kuliah teori perancangan hukum:

1. Menjelaskan perkembangan pengaturan sumber hukum dan tata
urutan

perundang-undangan

Indonesia

Tahun

1945

dan

berdasarkan
UU

No.

12


UUD

Negara

Tahun

2011

Republik
tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
2. Menjelaskan bentuk resmi suatu peraturan perundang-undangan:

a. Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pengganti Undang-Undang
(Perpu)
b. Peraturan Pemerintah (PP)
c. Peraturan Presiden (Perpres)
d. Peraturan Daerah (Perda)
3. Menilai suatu peraturan perundang-undangan yang benar atau bail

secara teori, metode, proses, maupun teknik peraturan perundangundangan.
4. Menyiapkan rancangan suatu peraturan perundang-undangan.
Teori perancangan hukum dikembangkan dan diusahakan berdasarkan:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI 1945)
2. Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2011

tentang

Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (UU No. 12 Tahun 2011)

3. Peraturan Perundang-Undangan pelaksana UU No. 12 Tahun 2011:
a. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
b. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional
c. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata
Cara

Mempersiapkan

Peraturan

Pemerintah

Rancangan

Undang-Undang,

Rancangan


Pengganti

Undang-Undang,

Rancangan

Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden
d. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 8 / I
/ 2005-2006 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
e. Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 2 / DPD / 2004 tentang
Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 15 Tahun
2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah

g. Peraturan Menteri (Permendagri) Dalam Negeri Nomor 16 Tahun
2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun
2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 29 Tahun
2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Peraturan

Desa
j. Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
UUD NRI 1945 sebagai dasar pengembangan dan pengusahaan teori
perancangan hukum memuat unsur Sistem Hukum Nasional Indonesia (SHNI)
yang mempunyai makna secara hukum sebagai keseluruhan unsur aturan
baik tertulis berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan serta
putusan Hakim maupun aturan tidak tertulis yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan hukum nasional Indonesia.
Unsur SHNI dalam UUD NRI 1945:
1. Bentuk dan kedaulatan negara Republik Indonesia
2. Sumber hukum
3. Jenis hukum tertulis yang disebut dengan istilah peraturan perundangundangan
4. Hierarki peraturan perundang-undangan
5. Materi muatan peraturan perundang-undangan
6. Lembaga negara pemegang atau pejabat pemegang dan pembentuk
peraturan perundang-undangan
7. Penyiapan rancangan peraturan perundang-undangan
8. Pembahasan peraturan perundang-undangan

9. Keberlakuan peraturan perundang-undangan
10.

Tata cara pembentukan undang-undang

11.

Pengujian peraturan perundang-undangan

12.

Penyelenggaraan hukum

13.

Penegakan hukum

14.

Pengakuan keberlakuan nilai-nilai yang harus


diperhatikan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan
juga dalam penyelenggaraan serta penegakannya.
Contoh prinsip-prinsip kenegaraan yang ada dalam peraturan perundangundangan:
Bentuk dan kedaulatan pada pasal 1 ayat (1),(2),dan (3) UUD NRI 1945
mengandung prinsip-prinsip:
1. Negara kesatuan
2. Kedaulatan di tangan rakyat
3. Negara hukum
Ditambah pasal 28 I ayat (5) UUD NRI 1945 dengan prinsip negara hukum
yang demokratis.
Sampai pada tahun 2004 terdapat berbagai macam ketentuan yang
berkaitan dengan pembentukan perundang-undangan termasuk teknik
penyusunan perundang-undangan, diatur secara tumpang tindih baik
peraturan yang berasal dari kolonial maupun yang dibuat setelah Indonesia
merdeka, yaitu:
1. Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie (AB) (Stb.
1847:23)
2. UU No. 1 Tahun 1950
3. UU No. 2 Tahun 1956
Arti penting UU No. 10 Tahun 2004:
1. Pembentukan berbagai pengertian
2. Menetapkan sumber hukum
3. Menetapkan asas peraturan perundang-undangan

4. Menetapkan materi muatan peraturan perundang-undangan
5. Mengatur perencanaan penyusunan undang-undang
6. Mengatur pembentukan peraturan perundang-undangan
7. Mengatur pembahasan dan pengesahan rancangan undang-undang
8. Mengatur pembahasan dan pengesahan peraturan daerah
9. Menetapkan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan dan
keputusan
10.

Mengatur pengundangan dan penyebarluasan

11.

Menetapkan partisipasi masyarakat

Makna Teori Perangcangan Hukum Sebagai Bidang Studi
Definisi teori perancangan hukum:
Teori

perancangan

hukum

adalah

bidang

studi

yang

mempelajari

pembentukan peraturan perundang-undangan dan keputusan. Pembentukan
peraturan perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundangundangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan, atau penetapan dan pengundangan. Peraturan perundangundangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Keputusan adalah keputusan di bidang
administrasi yang bersifat tidak mengatur.
Ruang lingkup kajian teori perancangan hukum:
1. Sumber hukum
2. Asas peraturan perundang-undangan
3. Proses pembentukan peraturan perundang-undangan
4. Teknik peraturan dan bentuk peraturan perundang-undangan
Asas peraturan perundang-undangan:

1. Asas pembentukan peraturan
a. Kejelasan tujuan, artinya mempunyai tujuan yang jelas dan hendak
dicapai.
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, artinya apabila
pejabat

yang

tidak

berwenang

maka

peraturan

perundang-

undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum.
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, artinya benarbenar memperhatikan jenis, hierarki, materi muatan.
d. Dapat dilaksanakan, artinya suatu peraturan harus memperhatikan
efektifitasnya di masyarakat secara filosofis, sosiologis, dan yuridis.
e. Kedayagunaan

dan

kehasilgunaan,

artinya

setiap

peraturan

perundang-undangan dibuat karena memang dibutuhkan dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. Kejelasan

rumusan,

artinya

memenuhi

persyaratan

teknis

penyusunan perundang-undangan, sistematika pilihan kata atau
istilah atau bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.
g. Keterbukaan,

artinya

mulai

dari

perencanaan,

penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan
yang bersifat transparan atau terbuka, dan masyarakat mempunyai
kesempatan luas untuk memberi masukan dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan.
2. Asas materi muatan peraturan perundang-undangan
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
f. Bhineka Tunggal Ika
g. Keadilan

h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. Ketertiban dan kepastian hukum
j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Sumber Hukum
Perkembangan pengaturan dan makna sumber hukum sejak berlakunya lagi
UUD NRI 1945 mengalami perkembangan pengaturan dan makna serta
jenisnya, yang diatur dalam:
1. Surat presiden kepada ketua DPR No. 2262/HK/59, dengan hal bentuk
peraturan-peraturan negara pada tanggal 20 Agustus 1959. Dan surat
MPR kepada presiden No. 1168/U/MPR/61 pada tanggal 12 Mei 1961
dengan hal pennetuan tata urutan perundang-undangan Republik
Indonesia.
2. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.
3. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
4. UU No. 12 Tahun 2011 (pasal 2 dan pasal 3 berikut penjelasannya).
Hierarki norma hukum


Stufenbautheorie – Hans Kelsen
Norma hukum itu berjenjang dan berlapis dalam suatu hierarki (tata
susunan) yang dalam arti suatu norma yang lebih rendah berlaku,
bersumber, dan berdasarkan pada norma yang lebih tinggi, norma
yang lebih tinggi berlaku, bersumber, dan berdasarkan pada norma
yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma
yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif
yaitu norma dasar (grundnorm).
Norma dasar yang merupakan norma tertinggi dalam suatu sistem
norma tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi
lagi, tetapi norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat
sebagai norma dasar yang merupakan gangguan bagi semua norma

yang berada di bawahnya, sehingga suatu norma dasar itu dikatakan
pre-supposed.


Die theorie vom stufenordnung der rechtsnormen – Hans Nawiasky
Selain norma itu berlapis dan berjenjang, norma hukum dari suatu
negara itu juga berkelompok, dan pengelompokan norma hukum
dalam suatu negara itu terdiri dari empat kelompok besar, yaitu:
a. Kelompok I

: Staatsfundamentalnorm (norma fundamental

negara)
b. Kelompok II

: Staatsgrundgesetz (aturan dasar negara atau

aturan pokok negara)
c. Kelompok III

: Formell gesetz (undang-undang negara)

d. Kelompok IV

:

Verordnung

&

autonom

satzung

(aturan

pelaksana dan aturan otonom)
Sejarah perkembangan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia:
1. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPRGR Mengenai
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Urutan Perundangundangan Republik Indonesia.
Undang-undang ini mengatur sumber dari segala sumber hukum
Republik Indonesia yaitu:
a. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
b. Dekrit Presiden Republik Indonesia 5 Juli 1959
c. Undang-Undang Dasar 1945
d. Surat perintah 11 Maret 1966
Bentuk peraturan perundang-undangan:
a. Undang-Undang Republik Indonesia 1945 (UUD RI 1945)
b. Ketetapan MPR
c. Undang-Undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perpu)
d. Peraturan Pemerintah (PP)
e. Keputusan Presiden (Kepres)

f. Peraturan pelaksana lainnya seperti peraturan menteri, instruksi
menteri, dll.
2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang ini mengatur sumber hukum dasar nasional yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
b. Ketetapan MPR (Tap MPR)
c. Undang-Undang (UU)
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
e. Peraturan Presiden (Perpres)
f. Keputusan Presiden (Kepres)
g. Peraturan Daerah (Perda)
3. UU No. 10 Tahun 2004 tentag Pembentukan Peraturan Perundangundangan
Undang-undang ini mengatur bahwa sumber dari segala hukum negara
adalah Pancasila dengan hukum dasar dalam peraturan perundangundangan yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI 1945)
b. Undang-Undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perpu)
4. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan
Undang-undang ini mengatur bahwa sumber dari segala hukum negara
adalah Pancasila, dengan hukum dasar dalam peraturan perundangundangan adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan:

a. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
1945)
b. Ketetapan MPR
c. Undang-Undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perpu)
d. Peraturan Pemerintah (PP)
e. Peraturan Presiden (Perpres)
f. Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi)
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Perda Kab/Kota)
Materi Muatan
Materi muatan Undang-Undang (UU):
1. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD NRI 1945
Misal: pasal 2 dan 3 UUD NRI 1945 yang mengatur tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) diatur lebih lanjut dalam UU No. 27
Tahun 2000.
2. Perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang
Misal:

apabila

diperhatikan

di

semua

undang-undang

terdapat

redaksional “hal-hal yang belum diatur dalam undang-undang ini akan
diatur dengan undang-undang….”
3. Pengesahan perjanjian internasional
Misal: undang-undang tentang laut internasional
4. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi yang dilakukan oleh
DPR atau Presiden
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu):
Materi muatannya sama dengan materi muatan undang-undang, hanya saja
perbedaannya peraturan pemerintah pengganti undang-undang

mengatur

hal-hal yang bersifat mendesak yang memerlukan peraturan perundang-

undangan segera. Misalnya: Perpu No. 1 Tahun 2013 tentang Mahkamah
Konstitusi.
Materi muatan Peraturan Pemerintah (PP):
1. Materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya
2. Pertimbangannya biasanya hanya satu
Materi muatan Peraturan Presiden (Perpres):
1. Materi yang diperintahkan undang-undang
2. Materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah
3. Materi

untuk

melaksanakan

penyelenggaraan

kekuasaan

pemerintahan. Misalnya dalam hukum agraria dalam hal pembangunan
nasional harus bersifat sosial secara sukarela.
Materi muatan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi, Kabupaten/Kota:
Materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan, serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjut tentang peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Misalnya kondisi khusus di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta serta DI Nangroe
Aceh Darussalam, penyelenggaraan otonomi daerah melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penjabaran lebih lanjut dari
peraturan pemerintah. Materi muatan perda tidak diperbolehkan mengatur
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya (misal: APBN).
Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
undang-undang dan peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota.
Ketentuan pidana dalam peraturan daerah:


Pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).



Dapat memuat lebih dari hal pertama tersebut, asalkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan lainnya.

Pembentukan peraturan perundang-undangan mencakup tahapan:
1. Perencanaan, yaitu ada tahap program legislasi nasional (prolegnas),
perencanaan peraturan pemerintah, perencanaan peraturan presiden,
program legislasi daerah (prolegda)
2. Penyusunan, dengan menggunakan naskah akademik dan teknik
penyusunannya terdapat di pasal 64 dan lampiran II UU No. 12 Tahun
2011
3. Pembahasan oleh DPR – Presiden / DPRD – Kepala Daerah
4. Pengesahan untuk undang-undang, dan penetapan untuk peraturan
daerah yang keduanya sama-sama ditandatangani maksimal 30 hari
setelah diundangkan
5. Pengundangan, berarti pemuatan dalam tempat pengundangan resmi
negara. Undang-undang di lembaran negara, dan peraturan daerah di
lembaran daerah
Dalam tahap perencanaan:


Eksekutif melalui peraturan presiden



Legislatif melalui tata tertib legislatif masing-masing

Program

legislasi

nasional

(prolegnas)

adalah

istrumen

perencanaan

program pembentukan undang-undang yang disusun secara berencana,
terpadu, dan sistematis. Prolegnas ini memuat antara lain:
1. Program

pembentukan

undang-undang

dengan

judul

Rancangan

Undang-Undang (RUU), materinya diatur, dan keterkaitannya dengan
peraturan perundang-undangan lainnya
2. Penyusunan prolegnas dilaksanakan DPR dan pemerintah, yang
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh DPR melalui badan legislasi

3. Prolegnas ditetapkan dalam rapat paripurna DPR dengan keputusan
DPR
4. Prolegnas ditetapkan untuk jangka waktu menengah dan tahunan
berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan undang-undang
Pembentukan undang-undan

Mengesahkan

Memegang kekuasaan

Tidak boleh diajukan

(pasal 20a UUD

membentuk undang-

lagi dalam

NRI 1945) dalam

undang. Anggotanya

persidangan masa itu

hal rancangan

berhak mengajukan
undang-undang.

Tidak

Disetuju

disetujui

i

undang-undang
tidak disahkan,
maka dalam

Persetujuan

waktu 30 hari

bersama.

rancangan
undang-undang

DP
R

Rancangan undangundang dibahas
bersama.

Preside
n

DPD ikut membantu
memberikan

Berhak mengajukan

pertimbangan dan

rancangan undang-

mengajukan
undang.
Terdapat dua tingkat pembicaraan dalam pembentukan undang-undang:
rancangan undang Tingkat I : Dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat badan
undang tertentu.
legislasi, rapat badan anggaran, atau rapat panitia khusus.
Kegiatannya:



-

Pengantar musyawarah

-

Pembahasan inventarisasi masalah

-

Penyampaian pendapat mini

Tingkat II : Dalam rapat paripurna dilakukan pengambilan keputusan.
Kegiatannya:

-

Penyampaian laporan pembicaraan tingkat I

-

Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap fraksi atau
anggota

-

Pendapat akhir Presiden

Terdapat pengundangan resmi:
1. Lembaran negara Republik Indonesia (pusat), untuk udang-undang dan
peraturan presiden.
2. Tambahan lembaran negara (bagian penjelasan undang-undang atau
peraturan presiden).
3. Berita negara Republik Indonesia, untuk keputusan.
4. Tambahan

berita

negara

Republik

Indonesia

(bagian penjelasan

keputusan).
5. Lembaran daerah, untuk peraturan daerah.
6. Tambahan lembaran daerah (bagian penjelasan peraturan daerah).
7. Berita daerah.
Norma Hukum
Norma adalah suatu nilai atau patokan bagi seseorang dalam bertindak atau
bertingkah laku dalam masyarakat.
Norma hukum adalah suatu ukuran atau patokan yang dibentuk atau
ditentukan oleh suatu otoritas resmi (negara) yang berlaku mengikat bagi
semua warga negara dan bagi warga negara yang tidak mematuhinya akan
dikenakan sanksi pidana atau sanksi pemaksa.
Perbedaan antara norma hukum dan norma lain (adat, moral, agama):
Norma Hukum
Norma Lain
Dibentuk oleh otoritas resmi (negara) Dibentuk oleh komunitas masyarakat
atau

berasal

dari

luar

suatu sendiri.

komunitas masyarakat tertentu.
Nilai ukuran yang berlaku seragam Nilai ukuran yang berlaku terbatas
bagi semua warga negara.

bagi

warga

komunitas

yang

bersangkutan, sehingga norma ini
ukurannya beragam.
Dapat dilekati dengan sanksi pidana Tidak dapat dilekati dengan sanksi
atau sanksi pemaksa.
pidana atau sanksi pidana.
Pemberian sanksi pidana atau sanksi Sanksi terhadap pelanggaran norma
pemaksa dilaksanakan oleh aparat ini datang dari diri sendiri, dapat juga
negara berwenang.

dari komunitas masyarakat dimana
norma itu berlaku.

Norma hukum dilihat dari alamat yang dituju (addressat):
1. Norma hukum umum yaitu norma hukum yang ditunjukan untuk orang
banyak dan tidak tertentu. Umum disini diartikan suatu peraturan itu
ditunjukan untuk semua orang, semua warga negara, dan untuk semua
wilayah.
2. Norma hukum individual yaitu norma hukum yang ditunjukan kepada
seseorang, beberapa orang atau banyak orang yang tertentu sehingga
norma hukum ini berlaku secara individual.
Kerangka peraturan perundang-undangan
A. Judul
a. Judul pasal perundang-undangan memuat ketentuan mengenai:
-

Jenis

-

Nomor

-

Tahun pengundangan atas penetapan

-

Norma peraturan perundang-undangan

b. Norma peraturan perundang-undangan dibuat dengan singkat dan
mencerminkan isi peraturan perundang-undangan.
c. Judul ditulis seluruhnya dengan:

-

Huruf kapital

-

Diletakan di tengah margin

-

Tanpa diakhiri tanda baca

B. Pembukaan
a. Pembukaan perturan perundang-undangan terdiri atas:
-

Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”

-

Jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan,
Dicantumkan di tengah margin dengan huruf kapital pada
pembuatan tiap jenis peraturan, serta diakhir dengan tanda
baca koma.

-

Konsideran, yaitu uraian singkat pokok pikiran.
Diawali dengan kata “menimbang”
Contoh: Menimbang: a. Bahwa ……, b. Bahwa…………
Peraturan pemerintah cukup satu pokok pikiran saja, sedangkan
untuk undang-undang dan peraturan daerah pertimbangannya
harus lebih dari satu.

-

Dasar hukum
Diwali dengan kata “mengingat”
Memuat:
 Dasar

kewenangan

membuat

peraturan

perundang-

undangan
 Peraturan

perundang-undangan

yang

memerintahkan

pembuatan peraturan perundang-undangan
 Menggunakan dasar hukum peraturan yang lebih tinggi
tingkatannya
 Lebih dari satu sesuai dengan hirarki
 Sejajar diperbolehkan tingkatannya untuk menjelaskan
kronologis
-

Diktum, terdiri atas:
 Kata “memutuskan”

 Kata “menetapkan”
C. Batang Tubuh
Memuat

semua

substansi

peraturan

perundang-undangan

dikelompokan dalam:
a. Ketentuan umum
-

Penetapan ketentuan umum

-

Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal

-

Ketentuan umum memuat:
 Batasan pengertian atau definisi
 Singkatan atau akronim

b. Materi pokok yang diatur
c. Ketentuan pidana (jika diperlukan untuk undang-undang dan
peraturan daerah)
d. Ketentuan peralihan (jika diperlukan)
Ketentuan peralihan ini diperlukan untuk mengubah hal yang
dirasakan penting
e. Ketentuan penutup
D. Penutup
E. Penjelasan (jika diperlukan)
F. Lampiran (jika diperlukan)