Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Hal yang menjadi fokus masalah dalam tulisan ini ialah strategi petanipadidalam mengatasi masalah pertanian.Hal ini menjadi pembahasan karena penulis melihat dari 4 (empat) hal. Pertama, berdasarkan study pustaka, tepatnya sejak 1985 hingga sekarang, produksi padi kembali menurun. Bahkan, seiring dengan krisis moneter yang merebak menjadi krisis ekonomi berkepanjangan, pemerintah hanya melakukan impor beras secara besar-besaran dari negara Thailand, Filipina,Vietnam, serta negara tetangga lainnya.Kedua, diterapkannya program modernisasi pertanian yang diharapkan memberi nilai tambah (value

added) kepada para petani, justru semakin memperbesar utang petani, kerena

biaya produksi lebih tinggi dibandingkan harga jual hasil panen (Kusnaka Adimihardja,dkk, 2008).Ketiga, pembahasan mengenai masalah pertanian ini menurut penulis masih menjadi topik yang sangat menarik dibahas mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara agraris justru mengalami masalah pemenuhan kebutuhan pangan.Keempat, catatan lahan pertanian atau persawahan dilokasi penelitian yang cukup luas, di desa ini ada juga catatan lainnya seperti permasalahan pertanian yang terjadi.

Permasalahan pertanian yang terjadi di wilayah Indonesia pada umumnya ialah permasalahan pupuk, hama, irigasi pada saat air sungai mengering. Selanjutnya, pengenalan hal-hal mengenai varietas padi unggul, teknologi modern, juga menjadi permasalahan baru. Misalnya dengan adanya teknologi


(2)

modern seperti alat pemotong padi yang menggantikan ani-ani, alat perontok gabah bermesin, dan peralatan traktor. Hadirnyaalat-alat mesin itu mengurangi tenaga kerja petani yang pada akhirnya mereka beralih sebagai buruh pabrik industri.

Masalah pertanian di Desa Bandar Dolok juga tidak jauh berbeda dengan masalah pertanian di wilayah Indonesia pada umumnya, seperti yang terjadi akhir-akhir ini menyangkut harga pupuk yang semakin mahal, seorang informan menerangkan bahwa pupuk bersubsidi juga mengalami masalah distribusi ke kios pengecer karena pernah terjadi bahwa kios pengecer harus membayar uang panjar ke pihak distributor sejumlah 20 % dari harga pupuk. Jika uang panjar tidak dibayar, maka kios pengecer tidak mendapatkan subsidi pupuk untuk dijual pada petani. Masalah uang panjar tersebut ialah masalah yang jarang terjadi dan pertama kalinya terjadi. Keterlambatan distribusi pupuk juga diduga karena adanya mafia pupuk. Namun, hal mengenai mafia pupuk juga belum dapat dibuktikan keberadaannya oleh masyarakat setempat. Petani juga mengeluh bahwa harga gabah/beras tidak seimbang dengan harga pupuk dan sarana lain.

Berdasarkan hasil wawancara saat survey, masalah lain yang dikeluhkan petani di lokasi penelitian adalah masalah tanah atau lahan pertanian yang sudah tua dengan kata lain tanah tersebut sudah jenuh. Jenuhnya tanah atau lahan pertanian disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang diresap oleh tanah selama 25 tahun lamanya tanpa ada pemulihan lahan hingga tingkat kesuburan tanah tersebut berkurang. Tidak sebatas sampai di situ, hama tikus, wereng, dan kupu-kupu juga menyerang karena pola tanam yang tidak serentak.


(3)

Menyimak berbagai hal yang telah diuraikan maka, masalah yang paling mendasar yang dihadapipetani adalah masalah ekonomi. Pendapatanyang rendah, sehingga kebutuhan rumah tangga tidak tercukupi. Oleh karenanya, perhatian masyarakat luas kepada petani semakin berkurang. Banyak masyarakat yang memandang rendah profesi sebagai petani. Padahal kenyataannya, petanilah yang memberi kehidupan untuk mereka. Keabsenan petani dapat berarti juga absennya keberadaan pangan. Petani menanam, memanen, menyediakan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia. Mereka memberikan jasa yang sangat besar, bahkan tidak disadari oleh petaninya sendiri. Mereka justru merasa rendah diri dengan profesi sebagai petani. Mereka tidak bangga terhadap apa yang dilakukannya sebagai penyedia pangan umat manusia.

Pada masa kemerdekaan, program Revolusi Hijau dicanangkan, terinspirasi dari keberhasilan Meksiko yang mencanangkan program yang sama. Revolusi hijau1

1

Revolusi hijau adalah suatu perubahan cara bercocok tanam, dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting, yaitu: 1) penyediaan air melalui sistem irigasi, 2) pemakaian pupuk kimia secara optimal, 3) penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, 4) penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas

pertama kali dimulai pada saat pemerintahan Soekarno, kemudian berkembang dengan sangat pesat pada pemerintahan Soeharto. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Hasil kerja petani tidak sia-sia. Petani menjadi sorotan utama pembangunan pemerintah. Namun, tidak lama setelah itu, permasalahan timbul. Berbagai kritikan hadir terhadap pelaksanaan Revolusi Hijau. Menurut Luthfi (2011), program Revolusi Hijau mengakibatkan timbulnya diferensiasi sosial, marjinalisasi perempuan, migrasi, keresahan pedesaan, dan punahnya keragaman hayati.


(4)

Berbagai problematika tidak pernah berhenti dihadapi petani.Di masa modern implikasi permasalahan petani semakin kompleks.Mulai dari kebijakan pemerintah serta isu-isu perubahan iklim, menjadi pikiran utama para petani dalam menjalankan usahanya.Perubahan iklim yang kini ramai dibicarakan menjadi isu penting bagi para petani.Petani di Indonesia yang mayoritas bersifat tradisional masih tergantung dengan alam.Pola hujan dan suhu mempengaruhi keberhasilan panen.Hal ini kemudian menjadi kendala ketika petani tidak mampu beradaptasi.

Jika problematika terus terjadi sepanjang waktu, tentu saja pemerintah juga wajib menangani masalah yang terjadi dalam bidang pertanian. Kementrian Pertanian memang telah berpihak pada petani dengan menjalankan beberapa penyuluhan serta penyediaan teknologi. Jika Kementrian Pertanian telah menyediakan teknologi, namun implikasi dari belum siapnya petani dalam menghadapi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) telah menempatkan petani dalam situasi yang sulit, dilematis, dan terjepit dalam berbagai kepentingan-kepentingan. Pestisida2

Permasalahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan pada umumnya dirasakan oleh petani di seluruh wilayah Indonesia, sebagian dari permasalahan misalnya, sebagai hasil olah iptek muncul dalam rangka menanggapi problem serangan hama dan penyakit yang semakin sulit dikendalikan, justru dapat merusak tanah (Suetomo, 1997:41). Masalah lainnya yang muncul ialah kurangnya pendidikan dan pengarahan terhadap petani dalam menggunakan sistem pertanian modern yang ditawarkan oleh pemerintah sebagai jargon pembangunan.

2

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu tanaman. Nama ini berasal dari kata “pest” yang berarti “hama”


(5)

tersebut juga dirasakan oleh petani di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Harus disadari bahwa dengan berbagai strategi yang diterapkan, petani pasti mempunyai cara sendiri untuk mengatasi masalah-masalahnya, kondisi berdasarkan latar belakang inilah yang menarik minat penulis untuk melakukan penelitian.

1.2.Tinjauan Pustaka

Sudah terang bahwa mata pencaharian hidup bercocok tanam dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia timbul sesudah berburu. Menurut seorang ahli sejarah kebudayaan, Verre Gordon Childe, penemuan kepandaian bercocok tanam itu merupakan suatu peristiwa hebat dalam proses perkembangan kebudayaan manusia (Koentjaraningrat, 1992:38). Selama ini orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam disebut sebagai petani. Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Namun definisi ini memiliki bias. Dalam batasan statistik, orang yang bekerja di sektor pertanian minimal satu jam seminggu, dapat disebut sebagai petani.Lalu sebenarnya siapakah yang dimaksud dengan petani?

Ada dua kata dalam bahasa Inggris berkenaan dengan “petani” yang memiliki konotasi dan atribut yang sangat berbeda, yaitu “peasant” dan

“farmer”. Secara mudahnya, “peasant”(petani pedesaan) adalah gambaran dari

petani yang subsisten, ia tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi, ia mengelola sebuah rumah tangga dan bukan sebuah perusahaan bisnis. Sedangkan“farmer” pengusaha-pertanian (agricultural entrepreneur)adalah petani modern yang


(6)

berusahatani dengan menerapkan teknologi modern serta memiliki jiwa bisnis yang sesuai dengan tuntutan agribisnis, seperti yang dikenal di Amerika Serikat bahwa Farm Amerika pertama-tama merupakan sebuah perusahaan yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi, yang dibeli di pasar untuk memperoleh laba dengan jalan menjual hasil produksinya secara menguntungkan di pasar hasil bumi. Dalam tulisan ini, petani yang dimaksud oleh penulis lebih cenderung mengarah pada peasant atau petani pedesaan.

Bagi Wolf (1985)peasant adalah suatu kelompok masyarakat dengan kegiatan utama bertani, sebagai bentuk transisi antara masyarakat primitive (tribe) ke masyarakat modern.Tampak bahwa ia menggunakan pendekatan evolutif dalam pengkategorian ini.

Merujuk pada kalangan antropologi dan sosiologi, dapat ditemukanbanyak ragam arti “petani” yang pernah dikemukakan.Lebih lanjut Rochbini (1990), menegaskan bahwa petani ialah mereka yang tidak memiliki rasionalitas ekonomi, tetapi lebih mendasarkan diri pada kepentingan sosial yang lebih dominan dimana hubungan kekerabatan dapat mengalahkan hubungan-hubungan yang bersifat rasional. Disisi lain terdapat dimensi yang melihat petani sebagai pengolah tanah di pedesaan (“rural cultivators”) dengan berpegang pada “teori pilihan rasional” yang dikemukakan oleh Samuel L. Popkin; Popkin (1979) berasumsi bahwa kehidupan ekonomi petani sangat dipengaruhi oleh keputusan individual dalam menghadapi tantangan. Melalui analisis individual akan dapat dibuat generalisasi tentang pandangan petani terhadap ekonomi pasar, keberanian berspekulasi, konflik yang terjadi dan sebagainya.


(7)

Melihat pada tahun 1930 melalui studi lapangan Geertz dkk, bahwasannya dunia pertanian kita pernah mengalami involusi pertanian. Dalam hal usaha tani sawah, involusi itu digambarkan oleh taraf produktivitas yang tidak menaik, dengan kata lain terjadi kemandekan atau kemacetan pada pola pertanian. Sebab dari involusi pertanian tersebut juga dipengaruhi oleh padat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menerapkan sistem ekonomi pasar. Melalui berbagai usaha dalam menghadapi permasalahan, secara kolektif petani memiliki moral ekonomi yaitu dahulukan selamat atau mengurangi resiko dengan cara petani hanya menanam tanaman yang ia pahami bagaimana cara menanamnya, karena jika tidak paham mereka takut panen akan gagal, petani pun hanya menanam tanaman yang bersifat subsistensi saja.

Dibalik hiruk-pikuk masalah petani, James Scoot mengatakan bahwa akan muncul pergerakan petani karena terganggu subsistensinya. Terdapat gerakan petani tradisional dan gerakan petani bercorak modern, gerakan petani tradisional tidak hanya merupakan pernyataan tidak puas terhadap penguasa, tetapi sekaligus sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan sosial yang cepat. Sedangkan gerakan petani yang berbentuk modern berawal dari meningkatnya hubungan komunikasi antara pedesaan dengan dunia luar. Sikap outward-oriented3 memungkinkan masyarakat petani berkenalan dengan ideologi-ideologi politik modern yang datang dari kota, seiring dengan berdirinya organisasi dan pergerakan yang dapat memobilisasi mereka dalam gerakan politik4

3

Sikapoutward-oriented yang dimaksud ialah dimana masyarakat yang dalam membangun sektor pertanian, memfokuskan atau menerima sumber-sumber informasi yang berasal dari luar (daerah/negara) nya

4

Konflik antar etnik di pedesaan: pasang surut hubungan cina jawa, hlm. 80


(8)

memimpin gerakan petani adalah dari kalangan kelas menengah, yangmana sasaran dari pergerakan petani tersebut mencakup 3 (tiga) bentuk sasaran, yakni: sasaran kultural, sasaran ekonomi, dan sasaran sosial. Sasaran kultural biasanya ditujukan kepada pembasmian simbol-simbol adat yang bertentangan dengan agama, sasaran ekonomi ditujukan pada dominasi ekonomi pedagang Cina dan sasaran sosial ditujukan pada kaum priyayi dan pegawai pemerintah sebagai lambang kekuasaan penindas.

Awal mula gerakan petani disebut dengan Hari Petani Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April. Tanggal ini sepakat ditetapkan yang bertolak dari suatu peristiwa di Brazil. Pada tanggal 17 April 1996, di Kota Eldorado dos Carajos, telah terjadi pembantaian terhadap petani yang sedang menuntut hak-haknya. Saat itu aparat keamanan Brasil memuntahkan pelurunya kepada para demonstran, sehingga 19 orang tewas dan 60 orang luka. Tindak kekerasan ini turut mengukuhkan pikiran para ahli dan kalangan gerakan sosial untuk memperkuat perjuangan pembaruan agraria untuk petani. Tragedi ini belakangan dijadikan tonggak sejarah gerakan kaum tani se-dunia, dimana La Via Campesina (suatu organisasi gerakan tani lintas negara) menetapkan tanggal tersebut sebagai

International Day of Farmers Struggle5

Saat ini pergerakan petani pun masih terjadi seperti yang dimuat dalam surat kabar bahwasannya petani melakukan aksi demonstrasi ketika lahan pertanian mereka diusik. Ratusan petani yang melakukan aksi demo tergabung dalam Kelompok Tani Menggugat (KTM) di Pasar 4 Desa Klambir V Dusun

. Lalu, bagaimana dengan petani hari ini?


(9)

Germania, Kecamatan Hamparan Perak. Dalam perseteruan inibahkan sudah ada warga yang dibacok hingga kritis oleh para preman perampas lahan6

Perilaku petani yang demikian secara sadar atau tidak, merupakan strategi dalam menghadapi masalah dan juga cara mereka ber-adaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan asal katanya, strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani “strategos” yang dapat diterjemahkan sebagai komandan militer pada zaman demokrasi Athena

.

7

Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan

. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang.

memiliki

prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaandan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walapun pada umumnya orang seringkali mencampuradukkan kedua kata tersebut.

Strategi-strategi yang dimiliki petani tentu bersumber dengan kebudayaan yang mereka miliki. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan meng-interprestasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme kontrol” bagi kelakuan dan

6

Analisa Medan, 26 Februari 2015


(10)

tindakan manusia (Geertz, 1973a). Bagi Suparlan, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. Kebudayaan berisikan model-model kognitif yang mempunyai peranan sebagai kerangka pegangan untuk pemahaman. Dengan kebudayaan ini, manusia mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan kelakuan tertentu sesuai dengan rangsangan yang ada atau yang sedang dihadapinya. Salah satu fungsi utama dari kebudayaan bagi manusia adalah dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi adalah suatu proses untuk memenuhi beberapa syarat dasar tertentu untuk dapat tetap melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan tempatnya hidup. Berdasarkan hal yang demikian, strategi adaptasi dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal ataupun eksternal. Marzali dalam bukunya menjelaskan secara luas strategi adaptasi adalah merupakan prilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang tepat guna sesuai dengan lingkungan-sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat dimana mereka hidup.

Selain melakukan pergerakan petani, strategi di wilayah lain sebagai contohdalam menghadapi masalah pertanian, petani haruslah menjadi petani yang mandiri seperti yang diceritakan dalam buku Bisa Dewek. Petani diberi pelatihan-pelatihan lalu mampu menciptakan bibit atau varietas padi sendiri dari hasil


(11)

penyilangan antara varietas satu dengan yang lain. Petanijuga menggunakan bibit lokal.Akhirnya, petani dapat memproduksi hasil panen yang baik. Petani seperti ini disebut dengan pemulia tanaman.Fenomena yang tengah berlangsung mengenai kegiatan pemuliaan tanaman di Indramayu itu menyajikan suatu kasus menarik tentang pengadopsian seperangkat unsur-unsur pengetahuan ilmiah terkait dengan pemuliaan tanaman oleh petani yang melandaskan pengetahuan danpraktiknya dalam ranah pengetahuan lokal.

Praktik pemuliaan tanaman itu memberikan peluang bagi masing-masing individu untuk mengembangkan pilihan, minat, gagasan, dan kreativitasnya,serta mengambil keputusan dengan mengacu pula pada sarana, tenaga, waktu, kondisi ekologilahan, serta luas lahan yang dimiliki masing-masing.Tidak hanya adaptasi pada hal-hal individual seperti motivasi dan emosi yang menurut Strauss dan Quinn (1997) berperan puladalam pembentukan skema pengetahuan, tetapi juga pada habitat kehidupan dan landscape petani (lihat Nazarea 1999), serta mekanisme belajar mereka.Pengetahuan ilmiah itu ditumbuhkembangkan melalui seperangkat mekanisime belajaryang bertumpu pada pengamatan, uji-coba, perbandingan, belajar dari pengalaman,konsekuensi yang tidak terduga, bahkan juga apa yang mereka anggap sebagai “kesalahan” atau “kekurangtepatan” praktik yang dilakukan, serta tukar-menukar informasi dan materi berupa benih (lihat Winarto, 1999, 2004a; Ellen, 2004).

Dari ulasan sebelumnya, maka yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh penulis ialah strategi-strategi yang diciptakan serta dijalankan oleh petani padi di Desa Bandar Dolok, Kabupaten Deli Serdang, dalam rangka mengatasi masalah pertanian mereka.


(12)

1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah strategi petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian, yakni:

1. Persoalan apa saja yang terjadi di kalangan petani?

2. Bagaimana strategi petani dalam menghadapi berbagai persoalan tersebut? 3. Bagaimana capaian-capaian yang dapat dilihat dari strategi yang telah

dibuat?

4. Apa harapan yang ingin dicapai ketika menggunakan strategi tersebut?

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam (thick

description) mengenai petani padi, khususnya mengenai strategi petani padi dalam

menghadapi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan ilmu sosial seperti antropologi pertanian yang memperkaya literatur mengenai masalah dan cara mengatasi masalah pertanian. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal peningkatan produksi dalam sektor pertanian, serta sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perundang-undangan yang sesuai dengan kondisi latar belakang budaya petani.


(13)

1.5. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bertipekan deskriptif dalam suatu kajian etnografis. Penelitian kualitatif dalam bentuk kajian etnografis ini adalah kajian yang melihat berbagai hal melalui sudut pandang masyarakat yang diteliti. Penelitian ini juga lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam (Bungin, 2007:68-69). Kajian etnografis ini akan memberi gambaran mendalam mengenai strategi petani padi dalam menghadapi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian antropologi pertanian ini bersifat holistik8

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Untuk melengkapinya maka digunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet. Untuk mendapatkan data-data primer maka digunakan metode pengumpulan sebagai berikut:

, yaitu dengan mempelajari semua budaya yang terkait dan melatarbelakangi peristiwa yang terjadi. Penelitian ini tidak hanya mempelajari mengenai sistem pertanian yang diterapkanpada suatu masyarakat saja, akan tetapi juga mempelajari mengenai budaya perilaku manusianya yang berbuat terhadap suatu masalah pertanian, dikarenakan adanya faktor-faktor budaya yang mempengaruhinya.

8

Pendekatan holistik dalam

pandang yang melihat suatu masalah sosial-budaya dalam rangka kehidupan masyarakat sebagai kesatuan yang menyeluruh atau utuh


(14)

1.5.1.Observasi Partisipasi

Obeservasi atau pengamatan adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang melibatkan pancaindra (Bungin, 2007:115).Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi.Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Bungin, 2007:116).

Penulis tinggal dan hidup bersama masyarakat Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utarasesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengungkapkan kebudayaan dari sudut pandang mayarakat setempat (native point of vieuw). Selama tinggal dan hidup bersama dengan mereka, penulis melakukan pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses bercocok tanam/bertani tersebut, pihak-pihak siapa saja yang terlibat, alat-alat kelengkapan apa saja yang dibutuhkan, bagaimana hubungan kekerabatan yang terjadi pada kelompok-kelompok tani, serta bagaimana interaksi atau hubungan sosial yang dijalin dalam berbagai bidang kehidupan.

Karena keterbatasan kemampuan daya ingat, maka perlu dilakukan pencatatan hasil lapangan dalam bentuk sebuah catatan lapangan (field note). Di samping itu, juga akan dihasilkan karya-karya visual etnogarafi dalam bentuk rekamandan foto. Data-data ini nantinya dapat membantu penulis untuk memperjelas data-data yang didapatkan melalui wawancara, serta sebagai bukti otentik keberadaan penulis di lapangan.Penggunaan alat-alat tersebut terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari informan.


(15)

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan on going analysis (analisis berkelanjutan). Dengan kata lain, analisis tersebut telah dilakukan sebelum terjun ke lapangan (analisis hasil studi terdahulu untuk menentukan fokus penelitian sementara dan akan berkembang setelah penulis terjun ke lapangan), saat melakukan pengumpulan data dilapangan (analisis terhadap jawaban dari informan), dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data dalam tersebut dilakukan secara kualitatif.Data-data yang telah terkumpul dianalis menggunakan kebudayaan masyarakat itu sendiri dan kemudian baru dianalisis menggunakan teori-teori yang objektif.

1.5.2.Wawancara Mendalam

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007:108).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani padi di Desa Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara yang mengetahui akanpertanian dan masalah yang dihadapi tersebut. Petani yang penulis maksud di sini bukan saja mereka yang memiliki lahan pertanian sendiri, mereka yang menyewa lahan dan buruh tani pun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Jumlah informan dalam penelitian ini sesuai dengan kebutuhan data.Jadi dengan informan petani dengan lahan


(16)

sendiri, untuk dapat menangkap informasi mengenai gambaran struktur masyarakat pertanian yang lebih realistis. Begitu juga dengan buruh tani atau penyewa lahan sebagai informan, untuk dapat melihat tingkat pendapatan dan apakah kehidupan buruh tani dengan pemilik lahan tingkat kesejahteraannya dalam posisi sejajar atau berbanding terbalik. Menuruthemat penulis mereka sudah mempunyai pengalaman bagaimana menghadapi masalah pertanian.Di samping itu, penulis juga mewawancarai Kepala Desa setempat guna mengetahui sejarah Desa Bandar Dolok serta latar belakangpertanian di Desa tersebut. Dalam penelitian ini, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Bandar Dolok sebagai informan pangkal, petani pemilik lahan sendiri, petani penyewa lahan, buruh tani serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai informan kunci. Semuaorang sebagai informan biasa yang memberikan informasi mengenai data-data yang penulis butuhkan adalah sama pentingnya.

Dalam proses wawancara, maka rapport9

9

Rapport adalah keterampilan dalam membina hubungan baik antara peneliti dengan informan.

merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal ini akan mengurangi kecurigaan informan terhadap penulis, sehingga dengan keterbukaan tersebut diharapkan informan dapat memberikan informasi berupa data terkait dengan masalah penelitian. Di sini penulis memposisikan diri sebagai orang yang tidak mengetahui mengenai masalah pertanian dan menunjukkan rasa ketertarikan akan hal tersebut, sehingga mereka menjadi bersemangat untuk menceritakan apa saja pengetahuan yang dimiliki tanpa adanya rasa takut pendapat tersebut benar atau salah. Untuk menjalin

rapport ini merupakan suatu keterampilan yang perlu dilatih.Cara-cara yang


(17)

terlebih dahulu memperkenalkan diri dan sering-sering berkunjung. Setelah kehadiran penulis mulai dapat diterima oleh informan, maka dilakukanlah tahap penjajakan dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan yang ringan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pun semakin mendalam dan menjurus pada inti masalah dalam penelitian ini, sehingga terjadilah jalinan kerja sama dengan informan. Pada tahapan berikut akan terjadi suatu partisipasi, dimana informan memberikan informasi penting yang belum penulis sadari sebelumnya untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam menjalin rapport ini terkadang harus dilakukan pertemuan secara intens (berkali-kali). Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan benar-benar mendalam dan menggambarkan apa yang ada di dalam pola fikiran mereka.

Dalam proses wawancara tersebut penulis membutuhkan tape recorder. Penggunaan alat perekam ini terkait dengan terbatasnya kemampuan daya ingat penulis dalam mengingat setiap kata yang diucapkan oleh informan dan kecepatan tangan yang belum terlatih dalam mecatat kata-kata yang diucapkan informan secara rinci.Hasil wawancara tersebut kemudian dibuatkan transkripnya.

1.6. Pengalaman Penelitian: Suatu Refleksi

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan kegiatan pra survey lapangan, ini dimaksudkan penulis untuk mencari data ataupun informasi-informasi dari masalah pertanian yang ada di Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.


(18)

Experience is the best teacher. Dari pengalaman dapat dipelajari makna kehidupan. Pengalaman jugalah yang menghantarkan seseorang pada pola fikir kedewasaan. Karena itu penulis merasa perlu berbagi sedikit pengalaman selama bersama masyarakat lokal Desa Bandar Dolok demi mengungkapkan kebudayaan bertani dari sudut pandang mereka. Pengalaman berburu data penelitian sembari mempelajari makna kehidupan bersama informan-informan yang luar biasa. Semoga dengan uraian pengalaman yang penulis sampaikan ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua orang.

Survey ini dilakukan pada Januari 2015, sebelumnya penulis juga sudah melakukan survey saat mengambil matakuliah seminar proposal di semester 7 (tujuh). Penulis awalnya hanya bertujuan untuk membeli semangka karena di Desa ini banyak semangka yang dijual sangat murah. Uniknya masyarakat setempat dominan adalah berasal dari Kabupaten Simalungun dan bahasa yang digunakan mayoritas adalah bahasa Jawa. Perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke desa ini berjarak 8 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang dan memakan waktu ± 1 (satu) Jam dengan mengendari sepeda motor karena tidak ada angkutan umum untuk menuju ke desa ini. Kondisi jalannya kurang baik, dikatakan demikian karena jalan desa yang di lewati menuju lokasi penelitian kondisi jalannya ada yang masih tanah berbatu dan ada juga jalan yang sudah beraspal, penulis juga harus melewati perkebunan kelapa sawit milik PT.Perkebunan Nusantara II dimana jalan ini sangat sepi dan becek jika sehabis hujan sehingga sulit untuk dilalui.

Kehidupan masyarakat di Desa Bandar Dolok menurut pengamatan penulis ketika melakukan survey mayoritas bekerja sebagai petani. Hal ini


(19)

ditandai dengan sekitar 70% daerah di Desa Bandar Dolok adalah areal persawahan dan perladangan. Penulis tidak hanya melihat tanaman padi saja, namun ada berbagai macam tanaman lainnya seperti semangka, melon, cabai, dan juga timun. Desa ini bukanlah daerah dengan suhu yang dingin, suhu di desa ini mencapai 30º-31º C.

Selain pengamatan sementara, penulis juga melakukan sedikit wawancara tanya jawab di rumah sekretaris desa dengan muda-mudi desa serta dengan sekretaris desa Bandar Dolok mengenai kegiatan bertani, permasalahan petani, dan kelompok tani. Wawancara yang dilakukan ini bukanlah wawancara mendalam dan tanpa pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan santai sambil minum teh manis hangat yang disuguhkan oleh ibu sekretaris desa. Wawancara yang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10:00 WIB, selain ada saya dan bapak sekretaris desa di sana juga ada orang tua saya yang saat itu menemani.

Untuk membangun raport, penulis berada di lokasi penelitian selama sebulan namun tidak menetap di desa ini, masyarakat di desa ini memberi sambutan yang baik saat saya hadir. Saya juga punya banyak teman di sana, tidak hanya teman yang baru saya kenal tetapi saya juga bertemu dengan teman SD yang tinggal di desa ini. Sambutan yang baik ini membuat penulis bersemangat dan jika sudah mendapat acc lapang penulis akan kembali lagi ke lokasi penelitian.

Setelah acc lapangan pada tanggal 1 April 2015 penulis langsung mengajukan surat permohonan penelitian, kurang lebih selama dua mingggu akhirnya surat-surat tersebut selesai sehingga penulis datang kembali ke Desa


(20)

Bandar Dolok untuk bertemu dengan bapak Kepala Desa guna memberi surat izin penelitian tersebut, namun saat penulis datang tidak ada satu pegawai pun di kantor kepala desa. Keesokan harinya penulis datang kembali dan bertemu dengan bapak Kepala Desa, lalu beliau memberi surat balasan yang berisi izin penelitian, dan penulis langsung bertemu dengan petani yang akan diwawancarai dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Petani yang penulis temui dan wawancarai dari berbagai suku yaitu, jawa, banten, mandailing, simalungun dan karo. Selama melakukan penelitian penulis tinggal dengan bapak sekretaris Desa Bandar Dolok dan terkadang juga tinggal di rumah teman saya yang bernama Istie yangmana orang tuanya juga seorang petani. Penulis mencari informasi dan data yang dibutuhkan tidak hanya saat petani sedang di rumah mereka saja, tetapi saat petani pergi ke sawah penulis juga ikut membantu kegiatan bercocok tanam. Para petani sangat senang bila merasa dibantu apalagi jika mereka mengerjakan sawahnya sendiri tanpa adanya buruh yang diupahkan.

Saat di sawah bersama petani, penulis banyak belajar cara membuat pembibitan padi yang akan ditanam. Antara peneliti dan informan dapat dikatakan telah terjalin hubungan yang baik satu sama lain. Selain informasi yang didapat, penulis juga banyak mendapat nasehat-nasehat dari petani yang biasa dipanggil buk ros. Beliau salah satu petani yang sering memberi nasehat, beliau mengerjakan sawah hanya dengan suaminya saja dan beliau sudah menganggap penulis sebagai anaknya sendiri “kamu kan sudah ibuk anggap seperti anak ibu sendiri, makanya ibu selalu menasehati agar kamu selalu dijalan yang baik, agar kamu dapat menyelesaikan sekolah dengan baik juga. Ibu gak bisa memberi


(21)

sedang di sawah bersama penulis saat melakukan pembibitan padi dan membersihkan rumput-rumput yang ada di sawah)

Menurut salah satu informan, bertani adalah pekerjaan yang sangat jujur. Bertani tidak bisa berbohong, artinya hasil panen akan bagus jika petani benar-benar memperhatikan dan merawat tanaman yang ditanamnya. Kita akan menuai apa yang kita tanam. Jika petani merawat tanaman dengan baik maka hasil yang didapat juga baik, begitu juga sebaliknya jika petani tidak merawat tanaman dengan baik hasil yang didapat juga tidak memuaskan.

Foto 1. Seorang Petani Sedang Menanam Padi Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015

Pada tanggal 30 April 2015 tepatnya sore hari penulis datang ke sawah dan melihat petani mencangkul dan menggemburkan tanah. Menurut ungkapan petani, tanah yang digemburkan tersebut akan ditanami cabai merah dan juga semangka, sebagian lahan yang ditanami semangka sudah panen. Semangka yang dipanen di tumpuk di pinggir jalan sawah untuk dijual, selain semangka ada juga melon dan ubi kayu. Di bagian kotak sawah yang lain, ada petani yang sedang menanam padi.

Setelah ke sawah, penulis melanjutkan perjalanan ke tempat penggilingan padi yang jaraknya tidak jauh dari sawah. Penulis mengobrol dengan pemilik


(22)

penggilingan, saat itu kami membahas mengenai harga yang harus dibayar petani untuk menggiling padi per kilonya. Selain membahas masalah tersebut, pemilik penggilingan juga bercerita tentang keluarga, sawah, juga pekerjaannya. Harapan pemilik penggilingan padi saat ini ialah beliau ingin membuat penggilingan padinya menjadi lebih besar yang mampu menggiling padi lebih dari 100 Ton per harinya. Beliau merasa usaha penggilingan padinya ini masih tergolong penggilingan padi yang kecil.

Dihari berikutnya tepat pada tanggal 6 Mei 2015. Penulis pergi mengelilingi 3 (tiga) dusun yang ada di Desa Bandar Dolok hingga akhirnya sampai di tali air. Di tali air banyak masyarakat setempat yang mandi, mencuci piring dan baju, juga banyak anak laki-laki yang memanfaat tali air untuk menyuci kendaraan motor mereka.

Setelah musim tanam selesai, penulis melihat petani selalu memperhatikan padi-padinya. Petani akan terus merawat tanamannya hingga waktu panen. Untuk terus datang ke lokasi penelitian ada sedikit kendala yang penulis alami, yaitu kendala waktu karena tidak lama setelah itu bulan ramadhan segera hadir. Namun, penulis tetap berusaha semangat.

Pada pertengahan bulan Agustus penulis pergi ke sawah dan ternyata petani sudah memanen padi-padinya. Penulis mengabadikan sejumlah foto kegiatan petani yang sedang memotong padi dengan arit, memisahkan bulir padi dari batangnya serta kegiatan petani yang menjemur hasil panennya di pekarangan rumah mereka. Pada musim panen kali ini, harga gabah adalah Rp 4.000/Kg harga tersebut turun dari harga yang sebelumnya mencapai Rp 4.300/Kg hal tersebut tidak sesuai dengan harapan para petani.


(1)

terlebih dahulu memperkenalkan diri dan sering-sering berkunjung. Setelah kehadiran penulis mulai dapat diterima oleh informan, maka dilakukanlah tahap penjajakan dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan yang ringan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pun semakin mendalam dan menjurus pada inti masalah dalam penelitian ini, sehingga terjadilah jalinan kerja sama dengan informan. Pada tahapan berikut akan terjadi suatu partisipasi, dimana informan memberikan informasi penting yang belum penulis sadari sebelumnya untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam menjalin rapport ini terkadang harus dilakukan pertemuan secara intens (berkali-kali). Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan benar-benar mendalam dan menggambarkan apa yang ada di dalam pola fikiran mereka.

Dalam proses wawancara tersebut penulis membutuhkan tape recorder. Penggunaan alat perekam ini terkait dengan terbatasnya kemampuan daya ingat penulis dalam mengingat setiap kata yang diucapkan oleh informan dan kecepatan tangan yang belum terlatih dalam mecatat kata-kata yang diucapkan informan secara rinci.Hasil wawancara tersebut kemudian dibuatkan transkripnya.

1.6. Pengalaman Penelitian: Suatu Refleksi

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan kegiatan pra survey lapangan, ini dimaksudkan penulis untuk mencari data ataupun informasi-informasi dari masalah pertanian yang ada di Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.


(2)

Experience is the best teacher. Dari pengalaman dapat dipelajari makna kehidupan. Pengalaman jugalah yang menghantarkan seseorang pada pola fikir kedewasaan. Karena itu penulis merasa perlu berbagi sedikit pengalaman selama bersama masyarakat lokal Desa Bandar Dolok demi mengungkapkan kebudayaan bertani dari sudut pandang mereka. Pengalaman berburu data penelitian sembari mempelajari makna kehidupan bersama informan-informan yang luar biasa. Semoga dengan uraian pengalaman yang penulis sampaikan ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua orang.

Survey ini dilakukan pada Januari 2015, sebelumnya penulis juga sudah melakukan survey saat mengambil matakuliah seminar proposal di semester 7 (tujuh). Penulis awalnya hanya bertujuan untuk membeli semangka karena di Desa ini banyak semangka yang dijual sangat murah. Uniknya masyarakat setempat dominan adalah berasal dari Kabupaten Simalungun dan bahasa yang digunakan mayoritas adalah bahasa Jawa. Perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke desa ini berjarak 8 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang dan memakan waktu ± 1 (satu) Jam dengan mengendari sepeda motor karena tidak ada angkutan umum untuk menuju ke desa ini. Kondisi jalannya kurang baik, dikatakan demikian karena jalan desa yang di lewati menuju lokasi penelitian kondisi jalannya ada yang masih tanah berbatu dan ada juga jalan yang sudah beraspal, penulis juga harus melewati perkebunan kelapa sawit milik PT.Perkebunan Nusantara II dimana jalan ini sangat sepi dan becek jika sehabis hujan sehingga sulit untuk dilalui.

Kehidupan masyarakat di Desa Bandar Dolok menurut pengamatan penulis ketika melakukan survey mayoritas bekerja sebagai petani. Hal ini


(3)

ditandai dengan sekitar 70% daerah di Desa Bandar Dolok adalah areal persawahan dan perladangan. Penulis tidak hanya melihat tanaman padi saja, namun ada berbagai macam tanaman lainnya seperti semangka, melon, cabai, dan juga timun. Desa ini bukanlah daerah dengan suhu yang dingin, suhu di desa ini mencapai 30º-31º C.

Selain pengamatan sementara, penulis juga melakukan sedikit wawancara tanya jawab di rumah sekretaris desa dengan muda-mudi desa serta dengan sekretaris desa Bandar Dolok mengenai kegiatan bertani, permasalahan petani, dan kelompok tani. Wawancara yang dilakukan ini bukanlah wawancara mendalam dan tanpa pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan santai sambil minum teh manis hangat yang disuguhkan oleh ibu sekretaris desa. Wawancara yang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10:00 WIB, selain ada saya dan bapak sekretaris desa di sana juga ada orang tua saya yang saat itu menemani.

Untuk membangun raport, penulis berada di lokasi penelitian selama sebulan namun tidak menetap di desa ini, masyarakat di desa ini memberi sambutan yang baik saat saya hadir. Saya juga punya banyak teman di sana, tidak hanya teman yang baru saya kenal tetapi saya juga bertemu dengan teman SD yang tinggal di desa ini. Sambutan yang baik ini membuat penulis bersemangat dan jika sudah mendapat acc lapang penulis akan kembali lagi ke lokasi penelitian.

Setelah acc lapangan pada tanggal 1 April 2015 penulis langsung mengajukan surat permohonan penelitian, kurang lebih selama dua mingggu akhirnya surat-surat tersebut selesai sehingga penulis datang kembali ke Desa


(4)

Bandar Dolok untuk bertemu dengan bapak Kepala Desa guna memberi surat izin penelitian tersebut, namun saat penulis datang tidak ada satu pegawai pun di kantor kepala desa. Keesokan harinya penulis datang kembali dan bertemu dengan bapak Kepala Desa, lalu beliau memberi surat balasan yang berisi izin penelitian, dan penulis langsung bertemu dengan petani yang akan diwawancarai dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Petani yang penulis temui dan wawancarai dari berbagai suku yaitu, jawa, banten, mandailing, simalungun dan karo. Selama melakukan penelitian penulis tinggal dengan bapak sekretaris Desa Bandar Dolok dan terkadang juga tinggal di rumah teman saya yang bernama Istie yangmana orang tuanya juga seorang petani. Penulis mencari informasi dan data yang dibutuhkan tidak hanya saat petani sedang di rumah mereka saja, tetapi saat petani pergi ke sawah penulis juga ikut membantu kegiatan bercocok tanam. Para petani sangat senang bila merasa dibantu apalagi jika mereka mengerjakan sawahnya sendiri tanpa adanya buruh yang diupahkan.

Saat di sawah bersama petani, penulis banyak belajar cara membuat pembibitan padi yang akan ditanam. Antara peneliti dan informan dapat dikatakan telah terjalin hubungan yang baik satu sama lain. Selain informasi yang didapat, penulis juga banyak mendapat nasehat-nasehat dari petani yang biasa dipanggil buk ros. Beliau salah satu petani yang sering memberi nasehat, beliau mengerjakan sawah hanya dengan suaminya saja dan beliau sudah menganggap penulis sebagai anaknya sendiri “kamu kan sudah ibuk anggap seperti anak ibu sendiri, makanya ibu selalu menasehati agar kamu selalu dijalan yang baik, agar kamu dapat menyelesaikan sekolah dengan baik juga. Ibu gak bisa memberi apa-apa..nahhh nasehat inilah yang bisa ibu kasih ke kamu” (ungkapan ibu ros yang


(5)

sedang di sawah bersama penulis saat melakukan pembibitan padi dan membersihkan rumput-rumput yang ada di sawah)

Menurut salah satu informan, bertani adalah pekerjaan yang sangat jujur. Bertani tidak bisa berbohong, artinya hasil panen akan bagus jika petani benar-benar memperhatikan dan merawat tanaman yang ditanamnya. Kita akan menuai apa yang kita tanam. Jika petani merawat tanaman dengan baik maka hasil yang didapat juga baik, begitu juga sebaliknya jika petani tidak merawat tanaman dengan baik hasil yang didapat juga tidak memuaskan.

Foto 1. Seorang Petani Sedang Menanam Padi Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015

Pada tanggal 30 April 2015 tepatnya sore hari penulis datang ke sawah dan melihat petani mencangkul dan menggemburkan tanah. Menurut ungkapan petani, tanah yang digemburkan tersebut akan ditanami cabai merah dan juga semangka, sebagian lahan yang ditanami semangka sudah panen. Semangka yang dipanen di tumpuk di pinggir jalan sawah untuk dijual, selain semangka ada juga melon dan ubi kayu. Di bagian kotak sawah yang lain, ada petani yang sedang menanam padi.


(6)

penggilingan, saat itu kami membahas mengenai harga yang harus dibayar petani untuk menggiling padi per kilonya. Selain membahas masalah tersebut, pemilik penggilingan juga bercerita tentang keluarga, sawah, juga pekerjaannya. Harapan pemilik penggilingan padi saat ini ialah beliau ingin membuat penggilingan padinya menjadi lebih besar yang mampu menggiling padi lebih dari 100 Ton per harinya. Beliau merasa usaha penggilingan padinya ini masih tergolong penggilingan padi yang kecil.

Dihari berikutnya tepat pada tanggal 6 Mei 2015. Penulis pergi mengelilingi 3 (tiga) dusun yang ada di Desa Bandar Dolok hingga akhirnya sampai di tali air. Di tali air banyak masyarakat setempat yang mandi, mencuci piring dan baju, juga banyak anak laki-laki yang memanfaat tali air untuk menyuci kendaraan motor mereka.

Setelah musim tanam selesai, penulis melihat petani selalu memperhatikan padi-padinya. Petani akan terus merawat tanamannya hingga waktu panen. Untuk terus datang ke lokasi penelitian ada sedikit kendala yang penulis alami, yaitu kendala waktu karena tidak lama setelah itu bulan ramadhan segera hadir. Namun, penulis tetap berusaha semangat.

Pada pertengahan bulan Agustus penulis pergi ke sawah dan ternyata petani sudah memanen padi-padinya. Penulis mengabadikan sejumlah foto kegiatan petani yang sedang memotong padi dengan arit, memisahkan bulir padi dari batangnya serta kegiatan petani yang menjemur hasil panennya di pekarangan rumah mereka. Pada musim panen kali ini, harga gabah adalah Rp 4.000/Kg harga tersebut turun dari harga yang sebelumnya mencapai Rp 4.300/Kg hal tersebut tidak sesuai dengan harapan para petani.