Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi dan Hubungannya dengan Pendapatan di desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang

(1)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADI DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PENDAPATAN

( Studi Kasus : Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

MEILINDA ADISTY

060309021/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADI DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PENDAPATAN

(Studi Kasus : Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

MEILINDA ADISTY

060309021/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

(Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si

NIP : 196308221988032003

)

(Ir. M.Jufri, M.Si

NIP : 131 785 641

)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

ABSTRAK

MEILINDA ADISTY: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi dan

Hubungannya dengan Pendapatan di desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar

Merbau, Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia,

M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah pendapatan petani di Indonesia memilki kesejahteraan yang relatif rendah maka untuk dapat meningkatkan pendapatan petani peneliti melakukan penelitian karakteristik sosial ekonomi apa saja yang berhubungan erat terhadap pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani padi di daerah penelitian, 2) Untuk menganalisis bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi terhadap pendapatannya di daerah peneltian.

Hasil dari peneltian ini adalah : 1) Rata-rata tingkat pendapatan petani padi di desa Pasar Miring ini adalah Rp 7.137.544/Ha/Musim Tanam, dan 2) Hasil analisis karakteristik sosial ekonomi diperoleh: a) Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, dan penggunaan

tenaga kerja terhadap pendapatan dikarenakan th ≤ tα Ho diterima, b) Ada hubungan

yang signifikan antara pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan, dan jumlah produksi

terhadap pendapatan dikarenakan th >tα Ho ditolak.


(4)

RIWAYAT HIDUP

MEILINDA ADISTY, Lahir di Langkat pada tanggal 21 Mei 1988, anak pertama dari tiga bersaudara dari ayahanda Abdul Muis dan Ibunda Sri Karyawati.

Tahun 2006 penulis lulus SLTA Taman Siswa Binjai dan pada tahun yang sama masuk di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama kuliah:

1. Bendahara FSMM SEP di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

2. Melaksanakan penelitian Skripsi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau,

Kabupaten Deli Serdang mulai bulan April sampai Juni 2010.

3. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pasir Mbelang,


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah : “KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

PETANI PADI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDAPATAN”

(Studi kasus di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih kepada Kedua Orangtua penulis yaitu Ayahanda Abdul Muis dan Ibunda Sri Karyawati yang telah membesarkan penulis dengan rasa sayang yang tiada terkira dan kepada Suami penulis yaitu Bram Hadi Brata yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing

3. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian USU.

4. Camat Kecamatan Pagar Merbau beserta pegawai lainnya.

5. Kepala Desa Pasar Miring beserta pegawai lainnya.

6. Seluruh Responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini yang telah

memberikan data-data kepada penulis selama penelitian.

7. Sahabat-sahabat dan adik-adik penulis yang telah banyak mendukung dan

memberikan sarannya selama ini yaitu Sabrina Irsalina Siregar, Citranty Akriana, Meina Safitri Siregar, Febi Oktarina, Rusdiana Septia, Ayudya Melasari, Dian Permana, T. M. Iqbal Johan , Kamar Rizki Dalimunthe, Indra Pratama dan adik-adik yang penulis sayangi yaitu Mutia Dwi Ramadhani dan Mifta Huljannah.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan , Oktober 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka………. 5

Landasan Teori ... 6

Kerangka Pemikiran ... 18

Hipotesis Penelitian... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode Penentuan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 22

Definisi dan Batasan Operasional ... 23

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

Keadaan Umum ... 27

Keadaan Penduduk ... 27

Keadaan Kelompok Tani ... 27

Keadaan Potensi Areal Pertanian ... 27

Sarana dan Prasarana ... 27


(8)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi... 34

Karakteristik Sosial ... 35

Umur ... 35

Penggunaan teknologi ... 36

Pengalaman Bertani ... 39

Tingkat Pendidikan ... 41

Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan... 42

Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani ... 44

Karakteristik Ekonomi ... 47

Jumlah Tanggungan ... 47

Penggunaan Tenaga Kerja ... 48

Jumlah Produksi ... 50

Tingkat Pendapatan ... 51

Penerimaan ... 51

Biaya Produksi... 52

Pendapatan ... 53

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi dengan Pendapatan ... 54

Hubungan Umur dengan Pendapatan ... 54

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan ... 55

Hubungan Pengalaman Bertani dengan Pendapatan ... 56

Hubungan Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan dengan Pendapatan ... 57

Hubungan Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani dengan Pendapatan ... 58

Hubungan Penggunaan Teknologi dengan Pendapatan ... 60

Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan ... 61

Hubungan Penggunaan Tenaga Kerja dengan Pendapatan ... 62

Hubungan Jumlah Produksi dengan Pendapatan ... 64

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 66

Saran ... 67


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford ... 17 2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Menurut Kecamatan

Pagar Merbau Tahun 2010 ... 20 3. Strata Penentuan Saampel Desa Pasar Miring 2010 ... 21 4. Klasifikasi Data ... 22 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Petani Padi di Desa Pasar Miring

Kecamatan Pagar Merbau Berdasarkan Tahun 2009 ... 27 6. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan

Kelompok Umur Tahun 2009 ... 28 7. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan

Kelompok Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 29 8. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan

Kelompok Pengalaman Bertani Tahun 2009 ... 29 9. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan

Kelompok Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan Tahun 2009... 30

10. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok

Tani Tahun 2009... 31 11. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok

Penggunaan Teknologi Tahun 2009 ... 31 12. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan

Kelompok Jumlah Tanggungan Tahun 2009 ... 32 13. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok

Penggunaan Tenaga Kerja Tahun 2009 ... 32 14. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan

Kelompok Jumlah Produksi Tahun 2009 ... 33 15. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok


(10)

16. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok

Penggunaan Teknologi Tahun 2009 ... 37

17. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Pengalaman Bertani Tahun 2009 ... 39

18. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 41

19. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan Tahun 2009 ... 42

20. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani Tahun 2009 ... 45

21. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Jumlah Tanggungan Tahun 2009 ... 47

22. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Penggunaan Tenaga Kerja Tahun 2009 ... 48

23. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring Berdasarkan Kelompok Jumlah Produksi Tahun 2009 ... 50

24. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi/Ha/Musim Tanam Tahun 2010 .... 52

25. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi/Ha/Musim Tanam Tahun 2010... 52

26. Korelasi Umur Terhadap Pendapatan ... 54

27. KorelasiTingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan ... 55

28. Korelasi Pengalaman Bertani Terhadap Pendapatan ... 56

29. Korelasi Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan Terhadap Pendapatan ... 57

30. Korelasi Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani Terhadap Pendapatan ... 59

31. Korelasi Penggunaan Teknologi Terhadap Pendapatan ... 60

32. Korelasi Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan ... 61

33. Korelasi Penggunaan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan ... 62


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1 Jumlah Anggota Kelompok Tani Pasar Miring Menurut Kecamatan

Pagar Merbau Tahun 2009 ... 70

2 Karakteristik Sosial Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2010.... 71

3 Karakteristik Ekonomi Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2010... 72

4 Total Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 73

5 Total Biaya Pupuk di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 74

6 Total Biaya Obat-obatan di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 75

7 Total Biaya Penyusutan di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 76

8 Total Biaya Produksi di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 77

9 Total Penerimaan di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 78

10 Total Pendapatan Bersih di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 79

11 Total Pendapatan Bersih Per 1 Ha di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 80

12 Karakteristik Ekonomi Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2010... 81

13 Tabulasi Penggunaan Teknologi di Desa Pasar Miring Tahun 2010 ... 82

14 Korelasi Rank Spearman Umur dengan Pendapatan ... 83

15 Korelasi Rank Spearman Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan ... 84

16 Korelasi Rank Spearman Pengalaman Bertani dengan Pendapatan ... 85

17 Korelasi Rank Spearman Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan dengan Pendapatan ... 86

18 Korelasi Rank Spearman Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani dengan Pendapatan ... 87

19 Korelasi Rank Spearman Penggunaan Teknologi dengan Pendapatan .... 88


(12)

21 Korelasi Rank Spearman Penggunaan Tenaga Kerja

dengan Pendapatan ... 90

22 Korelasi Rank Spearman Jumlah Produksi dengan Pendapatan ... 91

23. Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosial Ekonomi dengan


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 19


(14)

ABSTRAK

MEILINDA ADISTY: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi dan

Hubungannya dengan Pendapatan di desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar

Merbau, Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia,

M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah pendapatan petani di Indonesia memilki kesejahteraan yang relatif rendah maka untuk dapat meningkatkan pendapatan petani peneliti melakukan penelitian karakteristik sosial ekonomi apa saja yang berhubungan erat terhadap pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani padi di daerah penelitian, 2) Untuk menganalisis bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi terhadap pendapatannya di daerah peneltian.

Hasil dari peneltian ini adalah : 1) Rata-rata tingkat pendapatan petani padi di desa Pasar Miring ini adalah Rp 7.137.544/Ha/Musim Tanam, dan 2) Hasil analisis karakteristik sosial ekonomi diperoleh: a) Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, dan penggunaan

tenaga kerja terhadap pendapatan dikarenakan th ≤ tα Ho diterima, b) Ada hubungan

yang signifikan antara pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan, dan jumlah produksi

terhadap pendapatan dikarenakan th >tα Ho ditolak.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan bahan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia karena 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Tingginya kebutuhan konsumsi beras disebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia beranggapan bahwa beras merupakan bahan makanan pokok yang belum dapat digantikan keberadaanya. Apabila kegiatan usahatani dikelola dengan baik dan benar seharusnya petani akan memiliki pendapatan yang cukup tinggi (Wijono, 2005).

Sebagian besar penduduk adalah petani yang mana pada kenyataannya masih merupakan petani dengan tingkat kesejahteraannya masih rendah. Para petani sangat mengharapkan adanya perubahan-perubahan dalam tingkat kesejahteraan hidupnya. Salah satu usaha bagi kita yang telah menjadi ahli dalam pertanian atau yang masih menekuni ilmu pertanian, sebaiknya turut menyampaikan harapan dari petani itu

dalam meningkatkan pendapatan usahataninya yaitu dengan melakukan

penyuluhan-penyuluhan pertanian agar terjadi perubahan-perubahan yang positif dalam pengelolaan usahatani mereka (Wiriatmaja, 1986).

Petani merupakan subyek utama yang menentukan kinerja produktivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh karakteristik sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Namun dalam hal ini sangat dibutuhkan keterkaitan petani untuk ikut serta dalam aktivitas penyuluh dan keanggotaan kelompok tani yang dapat dilihat dari karakteristik sosialnya dan penggunaan tenaga kerja, dan lembaga ekonomi yang sangat membantu


(16)

petani dalam hal permodalan untuk melanjutkan usahataninya yang merupakan suatu karakteristik ekonomi. Usahatani padi dijalankan oleh petani sesuai dengan ketersediaan faktor-faktor produksi yang ada, dengan harapan akan memperoleh pendapatan yang menguntungkan bagi petani beserta keluarganya dalam berbagai hubungan kerja yang terjadi saat usahatani padi ini berlangsung (Yusdja, dkk, 2004). Usahatani yang baik, sering dinamakan usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani yang produktif atau efisien berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi maka pendapatan usahataninya juga tinggi. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan dan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya akan diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba (Mubyarto , 1989).

Pendapatan dalam usahatani merupakan selisih antara biaya yang dikelurakan dengan penerimaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan produksi. Karena dalam kegiatan sehari-hari seorang petani bertindak sebagai pengelola, sebagai pekerja, dan sebagai penanam modal pada usahanya maka pendapatan ini dapat digambarkan dengan jelas melalui faktor-faktor produksi yang biasanya dihitung dalam jangka waktu tertentu (Soeharjo dan Dahlan,1973).

Namun pada kenyataannya total rakyat miskin, sekitar 66 persen berada dipedesaan dan sekitar 56 persen menggantungkan hidupnya dari pertanian yaitu petani padi. Dari seluruh petani ini ternyata sebagian besar bekerja keras, namun tetap miskin. Hal ini terutama disebabkan oleh lemahnya akses petani terhadap sumber-sumber ekonomi dan sosial, termasuk yang terutama adalah pendapatan. Sektor pertanian yang bervariasi antar wilayah yang menyebabkan ketimpangan terhadap tingkat pendapatan


(17)

pada wilayah berbasis padi, sehingga pendapatan petani padi saat ini menjadi sangat terbatas (Wijono, 2005).

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi apa saja yang memiliki hubungan terhadap pendapatan petani padi di Desa Pasar Miring kabupaten Deli serdang Kecamatan Pagar Merbau Provinsi Sumatera Utara.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain :

1. Bagaimana tingkat pendapatan petani padi di daerah penelitian?

2. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi terhadap

pendapatannya di daerah penelitian?

Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani padi di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi

terhadap pendapatannya di daerah penelitian.

Kegunaan penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan pula dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam peningkatan pendapatan terhadap petani padi.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keunggulan Padi

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya (Wijono, 2005).

Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai denga harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan (Soekartawi, 2002).

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Hermanto, 1988).


(19)

Landasan Teori

Karakteristik Sosial Ekonomi

Perilaku petani dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berfikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirrinya beserta keluarganya maupun lingkungannya. Kartasapoetra (1994) juga menyatakan bahwa petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

Menurut Mosher (1981) latar belakang sosial ekonomi dan budaya maupun politik sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi seperti: umur,tingkat pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap terhadap perubahan.

Bahwa cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial itu diantaranya umur, frekuensi petani mengikuti kegiatan penyuluh, pendidikan, penggunaan teknologi, frekuensi mengikuti kegiatan kelompok tani dan pengalaman bertani yang dimiliki. Sedangkan karakteristik ekonomi diantaranya penggunaan tenaga kerja, dan produksi (Kesuma,2006).

Menurut Kesuma (2006) karakteristik sosial ekonomi adalah terdiri dari:

1. Umur petani

Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan.


(20)

2. Penggunaan teknologi

Penerimaan suatu cara ataupun teknologi terbaru oleh petani dan telah berlangsung sejak dilakukan kegiatan penyuluhan.

3. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lebih lama akan lebih muda menerapkan anjuran penyuluh dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

4. Tingkat pendidikan petani

Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap yang menuju penggunaan praktek petanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang.

5. Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani

Kegiatan kelompok tani sangat berperan dalam ruang lingkup petani karena kelompok tani suatu tempat atau wadah yang menampung semua pendapat petani, ataupun permasalahan yang sedang dihadapi oleh petani baik itu masalah usahataninya ataupun permodalannya. Sehingga dengan begitu petani lebih mudah untuk mengakses dunia luar dan memilki cukup pengetahuan setiap melakukan pertemuan.

6. Frekuensi petani mengikuti penyuluhan

Bahwa agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut.


(21)

7. Penggunaan tenaga kerja

Tenaga kerja yang ada pada kegiatan usahatani petani ini meliputi petani beserta keluarganya dan menggunakan tenaga luar untuk membantu pengelolaan usahatani mereka, namun petani harus memikirkan berapa besar biaya yang dikeluarkan sehingga antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan petani seimbang.

8. Jumlah tanggungan

Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan atau aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.

9. Total pendapatan

Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani atau usahatani lainnya.

Tingkat Pendapatan Petani

Menurut Soedarsono (1975), pada umumnya usahatani akan berhasil apabila mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

1. Suatu usahatani dapat mengahasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar

semua pengeluaran.

2. Suatu usaha tani dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan

membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut, baik modal yang dipinjam dari pihak lain.

3. Suatu usahatani harus dapat membayar upah tentang petani dengan keluarganya

yang dipergunakan dalam usaha tani secara layak.

Dalam analisa usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.


(22)

Tingkat pendapatan petani dan pendapatan perkapita pertahun ini dapat dilihat dari

jumlah tanggungan keluarga petani. Bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh

karakteristik sosial ekonomi petani. Karenanya petani memiliki peluang untuk

meningkatkan pendapatan hanya apabila faktor internal petani ditingkatkan. Begitu

pula dengan perbaikan faktoreksternal, termasuk di dalamnya pemberian nilai tambah

pada produk primer petani dan penambahan fasilitas proses produksi (pengairan

teknis dan traktor) sertaperbaikan pengelolaan pascapanen (Soekartawi, 2002).

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan diluar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektifitas usahatani menjadi rendah. Volume modal, produksi, biaya, produktivitas serta harga yang diharapkan jatuh diluar harapan yang dikhayalkan (Fhadoli,1991).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan usahatani. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah,K, 2008).

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan input, faktor, sumber daya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk) (Beattie dan Taylor,1994).


(23)

Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk mengahasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang (Prawirokusumo, S.,1990).

Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal, waktu atau input lainnya (misalnya: uang tunai, energi, air dan unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usahatani menurut hasil biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya: gabah, jerami, kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksilmalkan hasil per satuan lahan. Keluarga individu-individu di dalam keluarga itu memilki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefinisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan atau dengan satuan irigasi air yang dimanfaatkan (Reinjntjes,dkk, 2003).

Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktivitas dan biaya mempunyai hubungan terbalik. Jika produktivitas makin tinggi, biaya produksi akan lebih rendah. Perilaku biaya juga berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi yang tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang karena semua faktor adalah variabel, biaya juga variabel, artinya besarnya biaya produksi dapat disesuaikan dengan tingkat produksi (Soekartawi, 2002).

Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani. Pengeluaran usaha total usahatani (total farm expenses) nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja


(24)

keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Jadi nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atu berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai pengeluaran. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Net farm income). Ini merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi, 1984).

Pendapatan tenaga kerja petani yaitu pendapatan pengelola ditambah upah tenaga kerja petani. Penerimaan usahatani adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Ada beberapa pembagian tentang pendapatan, yaitu:

a. Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan usaha dikurangi biaya.

b. Pendapatan tenaga kerja ( labour income) adalah jumlah seluruh penerimaan

dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.

c. Pendapatan tenaga kerja keluarga (family’s income) adalah pendapatan bersih

ditambah tenaga kerja dalam keluarga (Prawirokusumo, 1990).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR=Y.Py

Yaitu :

TR = Total Penerimaan (Rp/musim tanam)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Ton/musim tanam) Py = Harga y (Rp)

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usahatani adalah :


(25)

Pd = TR-TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

Korelasi Rank Spearman

Metode korelasi rank (peringkat) Spearman digunakan apabila pengukuran kuantitatif secara eksak sulit atau tidak mungkin dilakukan. Dalam mengukur koefisien korelasinya hanya disyaratkan bahwa pengukuran kedua variabelnya sekurang-kurangnya ddalam skala ordinal sehingga individu-individu yang diamati dapat diberi peringkat dalam dua rangkaian yang berurutan (Firdaus, 2004).

Asumsi yang harus dipenuhi adalah :

1. Kedua variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing

variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Data terdiri dari n pasangan sampel acak hasil pengamatan dapat berupa data numerik atau non numerik. Setiap pasangan pengamatan menyatakan dua hasil pengukuran yang dilakukan terhadap objek

atau individu yang sama. Setiap data X1 maupun Y1 ditetapkan peringkatnya

relatif terhadap X dan Y yang lain dari terkecil sampai terbesar. Peringkat terkecil diberi nilai 1. Jika diantara nilai-nilai X atau Y terdapat angka sama, masing-masing nilai sama diberi peringkat rata-rata dari posisi yang seharusnya. Dan terakhir, jika data terdiri atas hasil pengamatan nonnumerik bukan angka, data tersebut harus dapat diperingkat seperti yang telah dijelaskan di atas.


(26)

Rumus : rs = 6 Σd1²

n (n² - 1)

Dimana :

rs : Koefisien Korelasi Spearman di : Menunjukkan perbedaan setiap rank n : Menunjukkan jumlah pasangan ranking Dengan kriteria uji :

Ho : Tidak ada hubungan antara kedua variabel H1 : Ada hubungan antara kedua variabel

2. Data untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi

normal artinya data yang distribusinya simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva bel. Ciri-ciri data yang mempunyai distribusi normal ialah sebagai berikut:

a. Kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di

tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan kanannya. Kesimpulannya, nilai yang paling sering muncul dalam distribusi normal ialah rata-rata (average), dengan setengahnya berada dibawah rata-rata dan setengahnya yang lain berada di atas rata-rata.

b. Kurva normal, sering juga disebut sebagai kurva bel, berbentuk simetris

sempurna. Karena dua bagian sisi dari tengah-tengah benar-benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai diatas rata-rata (mean) akan benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.

c. Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada dalam area dibawah

kurva. Perlu diketahui bahwa area total dibawah kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut.


(27)

d. Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Yang menentukan bentuk-bentuk tersebut adalah nilai rata-rata dan simpangan baku (standard deviation) populasi.

Korelasi mempunyai karakteristik-karakteristik diantaranya :

1. Kisaran Korelasi

Kisaran (range) korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat positif dan dapat pula negatif.

2. Korelasi Sama Dengan Nol

Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak ada hubungan antara dua variabel. Jika dilihat dari sebaran data.

3. Korelasi Sama Dengan Satu

Korelasi sama dengan 1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik. Untuk sebuah ketepatan pengukuran tingkat korelasi antara Y dan X kita menggunakan parameter yang disebut dengan koefisien korelasi yang

dilambangkan dengan ῥ dan diestimasi dari sampel yang dinotasikan

dengan r.

Koefisien korelasi sampel didefinisikan dengan rumus :

rxy = Σx1 y1 dimana xi = Xi - X dan yi = Yi - Y

Σx1 y1² Σ y1

Atau

r = n Σ XY – Σ XΣ Y


(28)

Nilai dari hubungan statistika dua peubah berada pada selang tutup (-1, 1). Untuk membaca besarnya derajat keeratan dari hubungan statistika dua peubah, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yakni :

a) Lihatlah tanda dari derajat keeratan tersebut, positif atau negatif. Hubungan

statistika kedua peubah akan negatif apabila salah satu variabel memiliki hubungan yang bertolak belakang dengan peubah lainnya. Atau dengan kata lain, apabila nilai satu peubah membesar maka nilai peubah lainnya mengecil. Sedangkan hubungan statistika kedua peubah akan bernilai positif jika hubungan kedua peubah searah atau dengan kata lain apabila suatu peubah membesar nilainya maka peubah lainnya ikut membesar, dan sebaliknya jika satu peubah mengecil nilainya maka peubah lainnya ikut mengecil.

b) Lihat besarnya nilai dari derajat keeratan, Untuk membaca nilai dari derajat

keeratan dapat digunakan klasifikasi hubungan statistika dua peubah (asosiasi, korelasi, dan korelasi pangkat) menurut Guilford pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Hubungan Statistika

dua peubah

Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua peubah

Antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua peubah lemah

Antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua peubah sedang

Antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua peubah kuat

Antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua peubah sangat kuat

Sebagai catatan penting, nilai hubungan statistika dua peubah sama dengan “1” memiliki makna bahwa terdapat hubungan yang sempurna antara kedua peubah, dengan kata lain, nilai suatu peubah dapat dengan tepat/ pasti dijelaskan oleh peubah


(29)

lainnya. Nilai r = -1 menunjukkan suatu hubungan linier negatif yang sempurna. Sedangkan nilai r = +1 menunjukkan suatu hubungan linier positif yang sempurna. Semakin besar nilai mutlak dari r, semakin kuat hubungan linier kedua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi (r) dua peubah sama dengan “nol” menunjukkan tidak adanya hubungan diantara dua peubah (Supriana, T., 2008).

Kerangka Pemikiran

Petani dalam menjalankan usahataninya, berperan sebagai pembuat keputusan dan berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Di dalam membuat keputusan bagaimana petani menjalankan dan mengelola usahataninya, maka petani terdiri dari beberapa karakteristik antara lain karakteristik sosial dan ekonomi. Keputusan yang diambil petani, pada akhirnya diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pendapatan usahataninya.

Karakteristik sosial ekonomi petani meliputi umur,tingkat pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti penyuluhan dan frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, dan penggunaan teknologi. Sedangkan karakteristik. ekonomi dilihat dari jumlah tanggungan, penggunaan tenaga kerja, jumlah produksi dan penerimaan.

Tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup serta kepemilikan harta yang bernilai ekonomi akan mempengaruhi motivasi petani untuk meningkatkan pendapatan agar lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka petani akan semakin termotivasi untuk meningkatkan usahataninya, karena tingkat pendapatan akan berperan dalam mendukung pembiayaan usahatani, penyediaan sarana dan prasarana bagi kelancaran usahataninya. Oleh karena itu karakteristik sosial ekonomi mutlak diperlukan dalam peningkatan pendapatan petani padi.


(30)

Keterangan :

= Menyatakan terdiri dari = Menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis penelitian

Beberapa karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan, penggunaan tenaga kerja, jumlah produksi) memiliki hubungan yang nyata terhadap pendapatan petani padi di daerah penelitian.

Petani Padi

Karakteristik Sosial :

- Umur

- Tingkat pendidikan

- Pengalaman bertani

- Frekuensi petani mengikuti

penyuluhan

- Frekuensi mengikuti kegiatan

kelompok tani

- Penggunaan Teknologi

Karakteristik ekonomi :

- Jumlah tanggungan

- Penggunaan tenaga kerja

- Jumlah produksi


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah ini diambil secara purposive (sengaja) karena desa tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi yang cukup besar. Penentuan daerah dilakukan dengan alasan bahwa desa ini memiliki potensi yang begitu besar dalam melakukan usahataninya yaitu dilihat dari keadaan kelompok tani yang telah dapat mengelola hasil gabahnya sendiri kemudian areal pertaniannya yang cukup luas dan letak geografisnya yang strategis karena berdekatan dengan kota Lubuk Pakam serta mempunyai akses yang lancar. Sehingga memberikan peluang pada pasar usaha petani padi di Desa Pasar Miring, serta mempertimbangkan waktu dan kemampuan dari jangkauan peneliti seperti pernyataan dari Notohadiprawiro (2006).

Tabel 2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Menurut Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2009

No Desa Luas lahan

(Ha)

Produksi (Kw/Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

1. Sumberejo 339 678 78

2. Suka mandi hulu 130 260 78

3. Sukamandi hilir 391 782 80

4. Pasar Miring 349 698 75

5. Jati Baru 170 340 73

6. Purwodadi 24 48 66

7. Bandar Dolok 300 600 70

8. Tanjung Garbus 289 578 67

9. Pagar Merbau 16 32 70

10. Perbarakan 276 552 70

11. Tanjung Mulia 61 122 64

Jumlah 2.345Ha 4.690 791

Sumber : Kantor Camat Pagar Merbau Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah petani yang melakukan usahatani padi di Desa Pasar Miring. Metode penentuan sampsael dilakukan dengan teknik Proportional Stratified


(32)

populasi yang ada dimana setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional. Strata dalam hal ini terdiri atas luas lahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel yang merupakan anggota dari kelompok tani Sedar di desa Pasar Miring. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Penentuan petani sampel diambil dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel 3. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Pasar Miring 2010

No Kelas Interval

Berdasarkan Luas Lahan (Ha) Populasi Sampel

1 < 1 Ha 578 578/801 x 30 = 22

3 ≥ 1 Ha 223 223/801 x 30 = 8

Jumlah 801 30

Sumber : Analisis Data Primer Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan Dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, kantor camat kecamatan lubuk pakam. Adapun data yang diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 4. Klasifikasi Data

Jenis data Sumber Data

Primer :

- Kuesioner - wawancara dengan petani

Sekunder :

- Data produksi, produktivitas dan luas lahan - Kantor Camat Pgr. Merbau


(33)

Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan tabulasi sederhana yaitu:

TR = Y.Py

Yaitu :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga y

Pd = TR-TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Untuk menguji hipotesis hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan pendapatan maka identifikasi masalah 2 menggunakan metode korelasi sederhana dan akan dianalisis dengan menggunakan SPSS, dengan rumus pengujian sebagai berikut:

r = n

Σ

X

i

Y

i

Σ

X

i

Σ

Y

i

n

Σ

X

i

² - (

Σ

X

i

²)

n

Σ

Y

i

² - (

Σ

Y

i

²)

Keterangan:

∑XiYi = Penjumlahan antara variabel X dan Y

∑Xi = Penjumlahan variabel X(umur, tingkat pendidikan, pengalaman

bertani, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan, penggunaan tenaga kerja, dan jumlah produksi)

∑Yi = Penjumlahan variabel Y (Pendapatan)

∑Xi2

= Penjumlahan variabel X2

∑Yi2


(34)

Dimana :

t

h =

r

n - 2

√ 1 – r2 Kaidah keputusan:

 Jika th ≤ tα, berarti terima Ho (tidak ada hubungan)

 Jika th > tα, berarti tolak Ho (ada hubungan) Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat definisi dan batasan operasional antara lain:

Definisi

1. Petani padi adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani padi pada

sebidang tanah atau lahan.

2. Karakteristik adalah sifat-sifat khas yang dimilki manusia dengan perwatakan

tertentu.

3. Umur adalah usia petani sampai pada saat penelitian.

4. Tingkat pendidikan petani adalah sejauh mana jenjang pendidikan yang telah

ditempuh petani untuk memperoleh pelajaran dibangku sekolah.

5. Pengalaman bertani adalah ukuran waktu dalam tahun lamanya seorang petani

menekuni usahatani padi.

6. Frekuensi petani mengikuti penyuluhan adalah jumlah pertemuan yang dilakukan

oleh penyuluh untuk memberikan pendidikan informal kepada petani padi.

7. Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani adalah sejauh mana petani

padi ikut serta dalam keanggotaan kelompok tani.

8. Penggunaan teknologi adalah sejauh mana petani menerima suatu hal yang baru


(35)

9. Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung oleh petani.

10.Luas lahan adalah luas lahan usahatani padi yang dimilki oleh petani.

11.Penggunaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja pada setiap tahapan

usahatani padi.

12.Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan

untuk mengahasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi.

13.Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan

kekuatan-kekuatan input, faktor, sumber daya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk).

14.Penerimaan adalah harga jual komoditi dikalikan dengan berapa produksi yang

dihasilkan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau,

Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman padi dan juga

merupakan anggota kelompok tani di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang.

3. Karakteristik sosial yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman

bertani, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, dan penggunaan teknologi.

4. Karakteristik ekonomi yang diteliti adalah jumlah tanggungan, penggunaan tenaga

kerja, dan jumlah produksi.


(36)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Pasar Miring berdiri sejak tahun 1950 dan desa dahulunya merupakan Perkebunan Timbang Deli. Penduduk yang ada disekitar perkampungan desa Pasar Miring adalah pendatang dari Sidoarjo yaitu desa Jawa Timur, namun desa Pasar Miring terjadi karena jalan utama desa Pasar Miring dengan kabupaten mencapai kemiringan ± 30%, maka terjadilah nama desa Sidoarjo I Pasar Miring.

Adapun batas-batas desa Pasar Miring adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN II

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Keramat Gajah

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pagar Merbau II

- Sebelah barat berbatasan dengan Timbang Deli

Masyarakat desa Pasar Miring mayoritasnya petani, dengan profil sebagai berikut:

- Petani : 80%

- Pedagang : 10%

- PNS : 5%

- Pengangguran dan Buruh Tani : 5%

Keadaan Umum

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk tahun 2010 di WKPP Pasar Miring berjumlah 874 jiwa, mata pencaharian petani 675 jiwa, non petani 199 jiwa, dengan petani pemilik sebanyak 600 jiwa dan buruh tani sebanyak 49 jiwa. Dengan jumlah Penduduk 4.230 jiwa.


(37)

Keadaan Kelompok Tani

Kelompok tani WKPP berjumlah 10 kelompok tani dengan tingkat kelas kelompok lanjut 6 kelompok, Madya 2 kelompok, Utama 2 kelompok, dengan luas lahan 349 Ha.

Keadaan Potensi Areal Pertanian

- Sawah Irigasi : 320 Ha

- Sawah Tadah Hujan : 19 Ha

- Lahan Kering/Perkarangan : 10 Ha

Sarana dan Prasarana

Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Petani Padi di Desa Pasar Miring

Berdasarkan Tahun 2009

No Sarana Jumlah

1 Kios saprodi pertanian 3

2 Kilang Padi 3

3 Gapoktan 1

4 Pengrajin dan Pengusaha Batu Bata 100 kk

Sumber : Data dari Kantor Kepala Desa Pasar Miring Tahun 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Petani di desa Pasar Miring cukup memadai dibidang pertaniannya dan perekonomiannnya maupun sosialnya.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi yang terdiri dari: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan, penggunaan tenaga kerja, dan jumlah produksi. Karakteristik Sosial umur yang dapat dilihat persentasenya pada tabel dibawah ini.


(38)

Tabel 6. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

Umur (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase (%)

Srata I (< 1 Ha) Strata II (≥ 1 Ha)

15-24 0 0 0 0

25-54 17 6 23 76,67

>54 5 2 7 23,33

Jumlah 22 8 30 100%

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2.

Tabel 6 menunjukkan kisaran umur petani terbesar berada pada kelompok 25-54 tahun dengan persentase 76,67% sebanyak 23 jiwa. Sedangkan yang terkecil pada kelompok umur >54 tahun dengan persentase 23,33% sebanyak 7 jiwa. Adapun karakteristik sosial dari tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

Tingkat Pendidikan (Tahun)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

SD (6) 9 4 13 (43,3%)

SLTP (9) 4 1 5 (16,67%)

SLTA (12) 9 3 12 (40%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan tamatan SD terdapat 13 orang (43,3%) petani padi, pada tamatan SLTP terdapat 5 orang (16,67%) petani, sedangkan pada tamatan SLTA terdapat 12 orang (40%) petani padi. Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan petani padi sampel berada pada tingkat pendidikan yang dapat di golongkan masih rendah karena tingkat pendidikan SD lebih tinggi persentasenya dari pada SLTP dan SLTA. Untuk melihat persentase pengalaman bertani petani padi di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.


(39)

Pengalaman

Bertani Jumlah Petani (orang) Jumlah Persentase

(%)

(Tahun) Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

- 9 1 10 33,3%

20-35 12 7 19 63,3%

36-50 1 - 1 3,33%

Jumlah 22 8 30 100%

Sumber : Data diolah Lampiran 2

Tabel 8 menunjukan data kisaran terbesar tedapat pada 20-35 tahun dengan persentase sebesar 63,3% sebanyak 19 jiwa dan kisaran terkecil terdapat pada 36-50 tahun dengan persentase 3,33% sebanyak 1 jiwa.

Frekuensi petani mengikuti penyuluhan merupakan suatu pendidikan informal yang diberikan penyuluh kepada petani beserta keluarganya dan untuk melihat persentase frekuensi petani mengikuti penyuluhan di desa Pasar Mirig ini dapat dillihat pada tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan Tahun 2009

Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan (Kali/MusimTanam)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

0 1 2 3 (10%)

1 8 1 9 (30%)

2 13 5 18 (60%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah Lampiran 2

Tabel 9 menunujukkan bahwa pada frekuensi petani mengikuti penyuluhan pada nilai 0 terdapat 3 orang (10%) dan sedangkan pada 1 kali/musim tanam terdapat 9 orang (30%) dan pada 2 kali/musim tanam terdapat 18 orang (60%). Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa frekuensi petani mengikuti penyuluhan dapat dilihat dengan pola fikir petani yang cukup tinggi karena hasil persentase untuk mengikuti kegiatan penyuluhan yang lebih besar dengan persentase 60% dan 30% dan yang tidak sama


(40)

sekali mengikuti kegiatan penyuluhan sebesar 10% .Persentase frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani di desa Pasar Miring dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring. Berdasarkan Frekuensi Petani Mengikut i Kegiatan Kelompok Tani Tahun 2009

Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan

Kelompok Tani (kali/Musim Tanam)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

1 14 3 17 (56,67%)

2 8 5 13 (43,33%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2.

Tabel 10 menunujukkan bahwa pada frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani pada 1 kali/musim tanam terdapat 17 orang (5,67%) sedangkan pada 2 kali/musim tanam terdapat 13 orang (43,33%). Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa kepedulian petani untuk mengikuti kegiatan kelompok tani masih kurang karena lebih besar jumlah yang mengikuti kegiatan kelompok tani dengan jumlah 1 kali/musim tanam (56,67%) dari pada 2 kali/musim tanam (43,33%). Pesentase penggunaan teknologi dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini.

Tabel 11. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Penggunaan Teknologi Tahun 2009

Tahap Kegiatan Penggunaan Teknologi

Tradisional Modern

Pengolahan 30% 70%

Pembibitan - 100%

Pemupukan - 100%

Penggunaan Alsintan 50% 50%

Pengendalian Hama dan

Penyakit - 100%

Pengairan - 100%


(41)

Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase penggunaan teknologi petani padi terbesar terdapat pada penggunaan teknologi modern dengan persentase 86,67% dan penggunaan teknologi terendah terdapat pada penggunaan teknologi tradisional dengan persentase 13,33%.

Adapun persentase jumlah tanggungan petani padi di desa Pasar Miring dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini.

Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

0 – 3 20 6 26 (86,67%)

4 – 6 2 2 4 (13,33%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah Lampiran 3

Tabel 12 menunjukkan bahwa pada kisaran jumlah tanggungan keluarga 0-3 orang terdapat 26 orang (86,67%) petani padi dan sedangkan pada jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang terdapat 4 orang (13,33%) petani padi. Adapun persentase penggunaan tenaga kerja petani padi di desa Pasar Miring ini dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini

Tabel 13. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Penggunaan Tenaga Kerja Tahun 2009

Penggunaan Tenaga Kerja

(HKP)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Persentase

(%) Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

90-929 19 8 27 90

930-1769 2 - 2 6,67

>1770 1 - 1 3,33

Jumlah 22 8 30 100%

Sumber : Data diolah dari Lampiran 12

Tabel 13 menunjukkan kisaran penggunaan tenaga kerja (HKP) petani terbesar berada pada kisaran 90-929 HKP dengan persentase 90% sebanyak 27 jiwa. Sedangkan yang terendah pada kisaran penggunaan tenaga kerja >1770 HKP dengan persentase


(42)

3,33% sebanyak 1 jiwa. Adapun persentase jumlah produksi petani padi di desa pasar miring dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Jumlah Produksi Tahun 2009

Jumlah Produksi

(Ton)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Persentase

(%) Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

4-5 13 8 21 70

>5 9 - 9 30

Jumlah 22 8 30 100%

Sumber : Data diolah dari Lampiran 12

Tabel 14 menunjukkan kisaran jumlah produksi petani terbesar berada pada kelompok 4-5 ton dengan persentase 70% sebanyak 21 jiwa. Sedangkan yang terkecil pada kelompok jumlah produksi >5 ton dengan persentase 30% sebanyak 9 jiwa.


(43)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada petani yang melakukan usahatani padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau dengan tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi dengan pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani padi.

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi di Desa Pasar Miring

Karakteristik merupakan suatu ciri khas yang identik dengan sesuatu hal, baik yang menyangkut manusia atau materi lainnya. Peneliti membahas karakteristik petani yang berusahatani padi. Setiap petani memiliki karakter atau kepribadian masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lain, hal ini akan berpengaruh di dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan usahatani padi yang mereka jalankan.

Petani juga memiliki keluarga yang mendampinginya dalam segala kegiatan kehidupan yang dijalani. Kehadiran keluarga tentu sangat berpengaruh di dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, baik dalam kegiatan sehari-hari ataupun di dalam kegiatan agar sumber mata pencahariannya didalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Karakteristik petani sangat beragam dan cukup berbeda antara petani padi yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik petani padi ditinjau dari dua aspek yaitu karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi.

Karakteristik Sosial

Umur

Umur yang tidak produktif lagi seringkali menjadi salah satu hambatan bagi seseorang untuk menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik, begitu juga petani yang selalu bekerja di lahannya tanpa mempedulikan kondisi cuaca, secara langsung


(44)

hal ini mempengaruhi kesehatan petani yang secara tidak langsung mempengaruhi produktivitas petani.Umur petani di desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau dapat dikelompokkan berdasarkan kelompok umur seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

Umur (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase (%)

Srata I (< 1 Ha) Strata II (≥ 1 Ha)

15-24 0 0 0 0

25-54 17 6 23 76,67

>54 5 2 7 23,33

Jumlah 22 8 30 100%

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Tabel 15 menunjukkan kisaran umur petani terbesar berada pada kelompok 25-54 tahun dengan persentase 76,67% sebanyak 23 jiwa. Sedangkan yang terkecil pada kelompok umur >54 tahun dengan persentase 26,67% sebanyak 8 jiwa. Umur merupakan salah satu faktor yang mendukung petani untuk dapat bekerja secara optimal agar dapat mengelola usahatani padi untuk mencapai produktivitas yang tinggi. di desa Pasar Miring ini umur petani relatif masih dapat dikatakan produktif dengan kisaran umur 25-54 tahun. Sesuai dengan pernyataan (Rusastra,2005) yang menyatakan bahwa kesempatan kerja secara nasional didominasi oleh kelompok umur produktif dengan kisaran umur 25-54 tahun. Sementara itu, proporsi kelompok umur muda (15-24 tahun) mengalami penurunan, dan kelompok tua (>54 tahun) bersifat konstan. Permasalahan disektor pertanian dengan komposisi kelompok umur usia tua akan merupakan beban yang berat dengan produktivitas yang rendah.

Kisaran umur pada strata I (<1Ha) 25-54 tahun terdapat 77,2 % dengan jumlah petani sebesar 17 orang petani sedangkan pada strata II (≥1 Ha) terdapat 75 % dengan jumlah petani sebesar 6 orang petani. Ini menunjukkan bahwa jumlah persentase yang


(45)

memilki usia produktif lebih besar terdapat pada strata II (≥1Ha) bahwa petani di de sa Pasar Miring ini memiliki potensi yang besar untuk dapat meningkatkan

produktivitasnya dengan memilki luas lahan ≥1Ha dengan jumlah usia produktif yang

lebih besar dari pada luas lahan <1Ha.

Sedangkan kisaran umur >54 tahun pada strata I(<1Ha) terdapat 22,7% dengan

jumlah petani sebesar 5 orang dan pada strata II (≥1 Ha) terdapat 25% dengan jumlah

petani 2 orang. Ini menunjukkan bahwa pada strata I memiliki produktivitas yang rendah dari pada strata II dimana sesuai dengan pernyataan (Rusastra, 2005) kelompok tua (>54 tahun) bersifat konstan. Permasalahan disektor pertanian dengan komposisi kelompok umur usia tua akan merupakan beban yang berat dengan produktivitas yang rendah.

Penggunaan Teknologi

Penggunaan teknologi petani sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 16. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Penggunaan Teknologi Tahun 2009

Tahap Kegiatan Penggunaan teknologi

Tradisional Modern

Pengolahan 30% 70%

Pembibitan - 100%

Pemupukan - 100%

Penggunaan Alsintan 50% 50%

Pengendalian Hama dan

Penyakit - 100%

Pengairan - 100%

Jumlah 80/6 = 13,33% 520/6 = 86,67%

Sumber : Data diolah Lampiran 13

Tabel 16 menunjukkan bahwa persentase penggunaan teknologi petani padi terbesar terdapat pada penggunaan teknologi modern dengan persentase 86,67% sedangkan


(46)

terkecil berada pada penggunaan teknologi tradisional dengan persentase 13,33% . Adapun cara modern dan tradisional yang digunakan para petani pada tahapan kegiatan usahatani padi antara lain pada tahapan pengolahan modern menggunakan alat pertanian jetor sedangkan pada tradisional hanya menggunakan bajak atau cangkul, untuk tahapan pembibitan petani masih menggunakan cara modern dengan cara memperhatikan jarak tanam antara tanaman yang satu dengan yang lain kemudian menggunakan sistem larikan agar dapat melakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan mudah dan memilih bibit yang dapat menghasilkan produk sesuai harapan para petani, sedangkan pembibitan cara tradisional belum memperhatikan jarak tanam dan bibit yang digunakan juga belum dapat menghasilkan produk yang diharapkan namun cara pembibitan tradisional ini tidak lagi digunakan oleh petani sampel.

Kemudian pada tahapan pemupukan telah didominasi dengan cara modern yaitu petani melakukan penyemprotan pupuk dengan cara menggunakan penyemprotan dan tidak lagi dengan cara manual yaitu menggunakan gembor. Tahapan penggunaan alsintan ini petani yang menggunakan cara modern telah memiliki alat-alat pertanian seperti jetor (traktor) dan alat penyemprotan pupuk dan pestisida sedangkan yang tradisional masih menggunakan bajak dan cangkul untuk mengolah lahan mereka. Tahapan pengendalian hama dan penyakit petani sampel 100% telah menggunakan cara kimiawi dan tidak menggunakan cara manual lagi untuk mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman padi. Sedangkan pengairan seluruh petani sampel telah menggunakan irigasi dan tidak lagi menggunakan air hujan ataupun sawah tadah hujan.

Dengan demikian bahwa petani di desa Pasar Miring memiliki penggunaan teknologi modern yang persentasenya cukup besar dibandingkan dengan penggunaan teknologi


(47)

tradisional, yang dimana penggunaan teknologi mempengaruhi pola fikir petani dalam pengetahuan untuk hidup lebih baik lagi dengan mendapatkan pendapatan yang sesuai dengan harapan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2006) penggunaan teknologi petani yang berlangsung sejak dilakukan kegiatan penyuluhan. Sangat berpengaruh pada kegiatan usahatani yang mereka lakukan baik itu dari awal pengolahan tanah sampai masa panen dan sangat menentukan tingkat pendapatan yang akan petani dapat dari usahataninya.

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani yang dimiliki petani padi sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 17. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2009

Pengalaman

Bertani Jumlah Petani (orang) Jumlah Persentase

(%)

(Tahun) Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

- 9 1 10 33,3%

20-35 12 7 19 63,3%

36-50 1 - 1 3,33%

Jumlah 22 8 30 100%

Sumber : Data diolah Lampiran 2

Tabel 17 menunjukan data kisaran terbesar tedapat pada 20-35 tahun dengan persentase sebesar 63,3% sebanyak 19 jiwa dan kisaran terkecil terdapat pada 36-50 tahun dengan persentase 3,33% sebanyak 1 jiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengalaman bertani padi di desa Pasar Miring dapat kita lihat dari berapa lama petani padi berpengalaman dalam usahatani yang mereka olah untuk dapat menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2006) menyatakan bahwa pengalaman bertani padi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan petani, karena dari lama bertani dapat diketahui sejauh mana petani itu mengerti tentang wawasan


(48)

bertani dalam usahataninya. Kemudian dapat juga dilihat dari tingkat penguasaan petani terhadap teknik-teknik bertani serta pola pikirnya agar dapat dikatakan bahwa petani tersebut semakin mampu mengelola usahataninya dengan lebih baik dan mampu dalam mengatasi masalah atau kendala yang dihadapi dalam usahataninya. Kisaran pengalaman bertani pada strata I (<1Ha) 4-19 terdapat 40,9% dengan jumlah petani 9 orang sedangkan strata II terdapat 12,5% dengan jumlah petani sampel sebesar 1 orang petani. Ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani pada strata I lebih besar nilai persentasenya dibandingkan dengan strata II ini disebabkan pengalaman petani pada strata I sebelum bertani bekerja bukan sebagai petani.

Kisaran pengalaman bertani pada strata I 20-35 terdapat 54,5% dengan jumlah petani sebesar 12 orang petani sedangkan strata II terdapat 87,5% dengan jumlah petani

sebesar 7 orang petani. Petani yang memiliki luas lahan yang ≥1Ha memiliki

pengalaman bertani yang lebih berpengalaman karena pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan utama yang telah lama mereka lakukan. Dengan pengalaman

yang cukup lama maka petani yang memiliki lahan ≥1Ha akan semakin berpotensi

untuk meningkatkan pendapatannya dan produktivitasnya.

Kisaran pengalaman bertani pada strata I 36-50 terdapat 4,5% dengan jumlah petani sebesar 1 orang sedangkan strata II terdapat 0%. Ini menunjukkan bahwa strata I dengan pengalaman yang cukup lama dan dapat dilihat bahwa dengan umur yang tidak produktif lagi masih mengusahakan lahan yang petani miliki, walaupun luas lahan yang petani milki hanya <1Ha.


(49)

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan petani sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 18. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

Tingkat Pendidikan (Tahun)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

SD (6) 9 4 13 (43,3%)

SLTP (9) 4 1 5 (16,67%)

SLTA (12) 9 3 12 (40%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Tabel 18 menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan tamatan SD terdapat 13 orang (43,3%) petani padi, pada tamatan SLTP terdapat 5 orang (16,67%) petani, sedangkan pada tamatan SLTA terdapat 12 orang (40%) petani padi. Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan petani padi sampel berada pada tingkat pendidikan yang dapat di golongkan masih rendah karena tingkat pendidikan SD lebih tinggi persentasenya dari pada SLTP dan SLTA. Tingkat pendidikan SD (6) pada strata I terdapat 40,9% dengan jumlah petani sebesar 9 orang petani sedangkan pada strata II terdapat 50% dengan jumlah petani sebesar 4 orang petani. Dan tingkat pendidikan SLTP (9) pada strata I terdapat 18,18% dengan jumlah petani sebesar 4 orang petani sedangkan pada strata II terdapat 12,5% dengan jumlah petani sampel sebesar 1 orang petani. Sedangkan pada tingkat pendidikan SLTA (12) pada strata I terdapat 40,9% dengan jumlah petani sebesar 9 orang petani sedangkan pada strata II terdapat 37,5% dengan jumlah petani sebesar 3 orang petani. Ini menunujukkan bahwa antara strata I dengan strata II memilki persentase yang sama pada tingkat pendidikan SD dapat ditarik kesimpulan bahwa petani didesa Pasar Miring memiliki pendidikan yang relatif rendah. Tingkat pendidikan sangat perlu dalam peningkatan


(50)

suatu kegiatan usahatani. Menurut penelitian yang dilakukan Kesuma (2006) meyatakan bahwa tingkat pendidikan formal petani yang cukup memadai, juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya, karena hal ini akan menunjukkan tingkat pengetahuan, wawasan serta ketrampilan petani yang akan membantu petani dalam menganalisa dan menerapkan apa yang akan diusahakan oleh petani dalam usahataninya.

Frekuensi petani mengikuti penyuluhan

Frekuensi petani mengikuti penyuluhan merupakan suatu jumlah kegiatan penyuluhan yang diikuti oleh petani padi. Apabila petani padi cukup sering mengikuti kegiatan penyuluhan maka wawasan yang diperoleh akan bertambah dan petani dapat dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah tentang usahataninya. Frekuensi petani mengikuti penyuluhan petani sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 19. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan Tahun 2009

Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan (Kali/MusimTanam)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

0 1 2 3 (10%)

1 8 1 9 (30%)

2 13 5 18 (60%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah Lampiran 2

Tabel 19 menunujukkan bahwa pada frekuensi petani mengikuti penyuluhan pada nilai 0 terdapat 3 orang (10%) dan sedangkan pada 1 kali/musim tanam terdapat 9 orang (30%) dan pada 2 kali/musim tanam terdapat 18 orang (60%). Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa frekuensi petani mengikuti penyuluhan dapat dilihat


(51)

dengan pola fikir petani yang cukup tinggi karena hasil persentase untuk mengikuti kegiatan penyuluhan yang lebih besar dengan persentase 60% dan 30% dan yang tidak sama sekali mengikuti kegiatan penyuluhan sebesar 10% . adapun kegiatan penyuluhan yang dilakukan setiap kali pertemuan membahas tentang persemaian, cara pengendalian hama dan penyakit, irigasi dan tentang RDKK setiap kelompok tani. Yang mana setiap pertemuan membahas topik yang berbeda.

Frekuensi petani mengikuti penyuluhan yang sama sekali tidak mengikuti penyuluhan (0) pada strata I terdapat 4,5% dengan jumlah petani sebesar 1 orang petani sedangkan pada strata II terdapat 25% dengan jumlah petani sebesar 2 orang petani. Frekuensi petani mengikuti penyuluhan 1 kali/musim tanam pada strata I terdapat 36,3% dengan jumlah petani sebesar 8 orang petani sedangkan strata II terdapat 12,5% dengan jumlah petani sebesar 1 orang petani. Sedangkan frekuensi petani mengikuti penyuluhan 2 kali/musim tanam pada strata I terdapat 59% dengan jumlah petani sampel sebesar 13 orang petani sedangkan pada srata II terdapat 62,5% dengan jumlah petani sebesar 5 orang petani. Ini menunujukkan bahwa petani sampel yang luas lahannya ≥1 Ha lebih antusias untuk mengikuti penyuluhan secara rutin yaitu sebesar 2 kali/musim tanam daripada luas lahan <1Ha.

Dengan demikian maka dapat diliihat bahwa petani di Desa Pasar Miring ini lebih banyak yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan yang dapat membantu petani mengubah cara pola fikirnya, sesuai dengan pernyataan Rafael (2007) mengemukakan bahwa pembangunan pertanian akan memberikan harapan dengan hasil yang optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik, karena penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Inti dari kegiatan penyuluhan pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun


(52)

produk teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih baik kepada para petani dan keluarganya.

Maka dari itu hal yang terpenting dalam kegiatan penyuluhan adalah terjadinya suatu interaksi antara komunikator dan komunikan yaitu petani. Intensitas interaksi tersebut bergantung dari sistem sosial-budaya masyarakat setempat termasuk latar belakang petani penerima pesan dari penyuluh setempat ataupun dari luar daerah dari Desa Pasar Miring Tersebut.

Frekuensi mengikuti kegiatan kelompok tani

Frekuensi mengikuti kegiatan kelompok tani menunjukkan besarnya jumlah kegiatan kelompok tani yang diikuti oleh petani padi. Apabila petani cukup sering mengikuti kegiatan kelompok tani maka pendidikan informal yang diberikan melalui kegiatan kelompok tani akan dapat menambah wawasan para petani dan mengubah pola pikir petani tersebut. Dengan adanya kegiatan kelompok tani ini cukup dapat membantu mereka dalam permodalan usahataninya karena adanya pembagian subsidi dari pemerintah.

Frekuensi mengikuti kegiatan kelompok tani petani sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 20. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring. Berdasarkan Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani Tahun 2009

Frekuensi Petani Mengikuti Kegiatan

Kelompok Tani (kali/Musim Tanam)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

1 14 3 17 (56,67%)

2 8 5 13 (43,33%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Tabel 20 menunujukkan bahwa pada frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani pada 1 kali/musim tana terdapat 17 orang (56,67%) sedangkan pada 2 kali/musim


(53)

tanam terdapat 13 orang (43,33%). Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa kepedulian petani untuk mengikuti kegiatan kelompok tani masih kurang karena lebih besar jumlah yang mengikuti kegiatan kelompok tani dengan jumlah 1 kali/musim tanam (56,67%) dari pada 2 kali/musim tanam (43,33%). Adapun kegiatan kelompok tani di desa Pasar Miring ini meliputi pupuk organic dan ternak unggas namun karena minimnya peralatan yang digunakan untuk pembuatan kompos tidak ada, maka kelompok tani sedar ini melakukan kegiatan beternak unggas seperti ayam ras dan ayam kampung. Namun adapun kegiatan yang dibahas tiap kali pertemuan antar anggota kelompok tani yaitu mengenai pola tanam padi mulai dari tahapan pengolahan sampai panen kegiatan ini ditujukkan agar dalam satu kelompok tani memilki pola tanam padi yang sama secara terjadwal.

Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani 1 kali/musim tanam pada strata I terdapat 63,6% dengan jumlah petani sebesar 14 orang petani sedangkan strata II terdapat 37,5% dengan jumlah petani sebesar 3 orang petani.Sedangkan frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani 2 kali/musim tanam pada strata I terdapat 36,3% dengan jumlah petani sampel sebesar 8 orang petani sedangkan pada srata II terdapat 62,5% dengan jumlah petani sebesar 5 orang petani. Ini menunjukkan bahwa strata I(<1Ha) lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan kelompok tani dengan frekuensi sebanyak 1 kali/musim tanam sedangkan strata II (≥1Ha) lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan kelompok tani dengan frekuensi sebanyak 2 kali/ musim

tanam, maka dapat disimpulkan bahwa petani yang memilki luas lahan ≥1Ha

memiliki kemauan untuk meningkatkan produktivitasnya agar hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peranan kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksankan berbagai


(54)

program. Pentingnya pemberdayaan kelompok tani tersebut sangat beralasan karena apabila kita perhatikan keberadaan kelompok tani akhir-akhir ini, terutama sejak era otonomi daerah dilaksanakan. Ada kecenderungan perhatian pemerintah daerah terhadap kegiatan kelompok tani sangat kurang bahkan terkesan diabaikan sehingga kelembagaan kelompok tani yang sebenarnya merupakan aset sangat berharga dalam mendukung ketahanan pangan dan pendapatan bagi petani itu sendiri belum berfungsi dengan optimal seperti yang diharapkan. Seperti dapat kita lihat pada data diatas bahwa petani di Desa Pasar Miring ini termasuk antusias untuk memberikan partisipasinya terhadap kegiatan kelompok tani, sesuai dengan pernyataan Rahman (2009) yang mengemukakan bahwa dalam upaya meningkatkan kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan karena kelompok tani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan ketahanan pangan. Keberadaan kelembagaan kelompok tani sangat penting diberdayakan karena potensinya sangat besar. Kelembagaan kelompok tani ini sangat efektif sebagai sarana untuk kegiatan belajar, bekerja sama, dan pemupukan modal kelompok dalam mengembangkan usahatani.

Karakteristik Ekonomi

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimiliki petani padi sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(55)

Tabel 21. Distribusi Petani Padi di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan Jumlah Tanggungan Tahun 2009

Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah Petani (orang)

Jumlah Strata I (<1 Ha) Strata II (≥1 Ha)

0 – 3 20 6 26 (86,67%)

4 – 6 2 2 4 (13,33%)

Jumlah 22 8 30 (100%)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Tabel 21 menunjukkan bahwa kisaran pada jumlah tanggungan keluarga 0-3 orang terdapat 26 orang (86,67%) petani padi dan sedangkan pada jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang terdapat 4 orang (13,33%) petani padi. Ini menunjukkan bahwa petani padi di daerah penelitian memilki jumlah tanggungan keluarga yang tidak begitu besar.

Kisaran jumlah tanggungan 0-3 orang pada strata I terdapat 90,9% dengan jumlah petani sebesar 20 orang petani sedangkan pada strata II terdapat 75% dengan jumlah petani sebesar 6 orang petani. Dari data terlihat bahwa petani sampel di desa Pasar Miring ini termasuk memperhatikan jumlah anggota keluarganya. Sedangkan kisaran jumlah tanggungan 4-6 orang pada strata I (<1Ha) terdapat 9% dengan jumlah petani sebesar 2 orang petani sedangkan pada strata II terdapat 25% dengan jumlah petani sebesar 2 orang petani. Dengan demikian Jumlah tanggungan mempengaruhi petani dalam kegiatan usahatani. Bila jumlah tanggungan yang dimiliki petani tersebut relatif besar akan memudahkan petani dalam hal pengadaan tenaga kerja, tetapi hal ini juga bergantung pada jumlah produksi dan pengelolaan yang dimiliki petani dan luas lahannya. Menurut penelitian Kesuma (2006) banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan atau aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.


(1)

Lampiran 18. Korelasi Rank Spearman Frek. Petani Mengikuti Kegiatan Kel. Tani Dengan Pendapatan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan 7.1375E6 1.61539E6 30

Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani

1.4333 .50401 30

Correlations

Pendapatan

Frekuensi petani mengikuti

kegiatan kelompok tani

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .221

Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani

.221 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .120

Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani

.120 .

N Pendapatan 30 30

Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani

30 30

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6120745.656 895815.610 6.833 .000

Frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani

709394.403 590683.321 .221 1.201 .240

r = 0,221

t hitung = 1,201

t tabel (α = 0,05) = 0,305


(2)

Lampiran 19. Korelasi Rank Spearman Penggunaan Teknologi dengan Pendapatan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan 4.7855E6 3.73177E6 30

Penggunaan teknologi 11.2333 .85836 30

Correlations

pendapatan

Penggunaan teknologi

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .301

Penggunaan teknologi

.301 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .053

Penggunaan teknologi

.053 .

N Pendapatan 30 30

Penggunaan teknologi

30 30

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -9896945.401 8827277.369 -1.121 .272 Penggunaan

teknologi

1307038.638 783602.769 .301 1.668 .106

r = 0,301

t hitung = 1,668

t tabel (α = 0,05) = 0,305


(3)

Lampiran 20. Korelasi Rank Spearman Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan 7.1375E6 1.61539E6 30

jumlah tanggungan 2.2667 1.28475 30

Correlations

pendapatan

jumlah tanggungan

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .295

jumlah tanggungan .295 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .057

jumlah tanggungan .057 .

N Pendapatan 30 30

jumlah tanggungan 30 30

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6326390.880 572971.820 11.041 .000

jumlah tanggungan 333350.720 203854.225 .295 1.635 .113

r = 0,295

t hitung = 1,635

t tabel (α = 0,05) = 0,305


(4)

Lampiran 21. Korelasi Rank Spearman Penggunaan Tenaga Kerja dengan Pendapatan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan 7.1375E6 1.61539E6 30

Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) 378.5706 415.29125 30

Correlations

Pendapatan

Penggunaan Tenaga Kerja

(HKP)

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 -.378-

Penggunaan Tenaga Kerja (HKP)

-.378- 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .020

Penggunaan Tenaga Kerja (HKP)

.020 .

N Pendapatan 30 30

Penggunaan Tenaga Kerja (HKP)

30 30

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 7694380.386 378915.499 20.306 .000 Penggunaan Tenaga

Kerja (HKP)

-1470.891- 680.515 -.378- -2.161- .039

r = -0,378

t hitung = -2,161

t tabel (α = 0,05) = 0,305


(5)

Lampiran 22. Korelasi Rank Spearman Jumlah Produksi dengan Pendapatan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan 7.1375E6 1.61539E6 30

jumlahh produksi 5.1672 .47362 30

Correlations

Pendapatan jumlahh produksi

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .442

jumlahh produksi .442 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .007

jumlahh produksi .007 .

N Pendapatan 30 30

jumlahh produksi 30 30

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant)

-648510.397-

3000121.401 -.216- .830

jumlahh produksi

1506813.065 578261.682 .442 2.606 .015

r = 0,442

t hitung = 2,606

t tabel (α = 0,05) = 0,305


(6)

Lampiran 23. Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosial Ekonomi Usahatani Padi dengan Pendapatan

No. Sa mp el U m ur (X 1) Tingk at Pendi dikan

(X2)

Pengal aman Berta

ni (X3)

Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan

(X4)

Frekuensi Petani Mengikuti

Kegiatan Kel.Tani (X5)

Penggu naan Teknol ogi (X7)

Jumlah Tanggu

ngan (X8)

Penggunaa n Tenaga Kerja (X10)

Jumlah Produk si (X12)

Pendapatan Bersih

(Y)

1 63 6 28 2 1 11 3 180.45 2.5 3781333

2 51 6 25 2 1 10 2 177.775 0.5 576750

3 50 9 27 2 1 12 4 200.75 1 986833

4 50 12 14 2 1 12 3 89.55 2.5 3789333

5 50 12 30 1 2 11 1 89.7 2.5 3615333

6 46 9 20 2 1 10 2 173.15 0.5 579418

7 37 12 20 2 1 12 5 128.2 3.5 4221833

8 56 9 25 2 1 12 1 133.75 3 4078833

9 46 12 15 2 1 10 3 180.45 2 1741333

10 57 6 20 2 1 10 1 94.85 3 4011833

11 30 6 10 1 1 12 1 90.96 2 2543333

12 57 6 20 1 1 11 1 170.15 3 4076833

13 45 12 14 2 2 12 2 128.6 2 2571333

14 40 6 27 2 1 12 2 110 2 2499333

15 42 12 10 1 2 12 3 129.95 2 1739333

16 50 12 4 1 2 10 2 57.15 2 2569333

17 33 9 8 2 2 10 2 126.85 2 1811333

18 55 6 20 2 1 10 1 141.15 3 4176833

19 45 12 14 1 2 11 3 115.3 2.5 3817333

20 42 12 14 1 1 12 3 183.2 4 5508333

21 53 6 20 1 2 12 2 128.2 1 1264500

22 40 6 50 0 2 10 1 17.45 2 3169333

23 49 6 25 1 1 12 3 176.75 5 7101833

24 60 6 30 2 1 11 3 207.85 6 8610333

25 40 12 13 0 1 11 2 126.85 5 9138583

26 60 6 20 2 2 12 2 211.6 6 8914333

27 35 12 20 0 2 11 6 109 6 11826333

28 39 9 23 2 2 12 6 219.45 6 11824333

29 40 6 21 2 2 12 3 242.5 8 15920083