Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang

(1)

STRATEGI PETANI PADI DALAMMENGATASI MASALAH PERTANIAN DIDESA BANDARDOLOK

KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh:

RINI REZEKI UTAMI 110905001

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIALDAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankanoleh: Nama : Rini Rezeki Utami

NIM :110905001

Departemen :Antropologi Sosial

Judul :Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

Drs. Ermansyah, M.Hum.

NIP.19660304 199203 1 002 NIP.19621220 198903 1 005 Dr. Fikarwin Zuska

Dekan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP. 19680525 199203 1 002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.


(3)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau

Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2015


(4)

ii ABSTRAK

Rini Rezeki Utami, 2015, judul skripsi: Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab.Deli Serdang. Skripsi ini terdiri dari: 5 bab, 90 halaman, 6 daftar tabel dan 23 daftar foto.

Di era globalisasi ini masalah pertanian bukanlah masalah yang baru, masalah pertanian sudah muncul sejak adanya program Revolusi Hijau. Arus modernisasi memperluas pengetahuan petani padi sekaligus menjadi permasalahan yang harus dihadapi.Petani, dalam mengatasi masalah pertanian tersebut tentu mempunyai strategi tersendiri.Strategi sangat dibutuhkan petani untuk terus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Capaian-capaian yang diharapkan dari strategi yang diterapkan ialah petani dapat meningkatkan hasil panen serta menghidari gagal panen yang menyebabkan kerugian .

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara mendalam (thick description) mengenai budaya masyarakat petani, khususnya mengenai strategi petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif sebagai bagian dari kajian etnografis.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi partisipasi, wawancara, dan studi kepustakaan.Analisis data dilakukan dengan menggunakan kategorisasi dan evaluasi data.

Dari hasil penelitian lapangan dapat disimpulkan bahwa pada petani padi di Desa Bandar Dolok terdapat masalah-masalah pertanian diantaranya:Pertama, permasalahan hama seperti hama keong mas, wereng, tikus dan kupu-kupu. Kedua, permasalahan pupuk.Ketiga, permasalahan iklim/cuaca.Keempat, permasalahan ekonomi yaitu mengenai modal dan pendapatan petani.Kelima, permasalahan hubungan petani dengan penyuluh pertanian.Cara yang dilakukan petani untuk mengatasi hama ialah dengan menggunakan pestisida jenis insektisidaseperti: Centa-Fur 3GR Karbofuran, Saponin, rodentisida dan herbisida. Sementara untuk mengatasi masalah iklim/cuaca petani membentuk kelompok tani untuk menentukan pola tanam, berdagang dan berternak untuk mengatasi masalah ekonomi, serta berusaha membangun hubungan yang baik antara petani dengan penyuluh pertanian.Strategi yang dipilih dan digunakan tentu berdasarkan pengalaman dari masing-masing petani dalam mengatasi masalah pertaniannya.


(5)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah

Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec.Pagar Merbau Kab.Deli Serdang.Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

Sarjana S1 jurusan Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Tanpa bantuan dan bimbingan tersebut, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih.Terkhusus diucapkan terima kasih kepada keluarga besar penulis yakni Ayahanda Sugiri, S.E. dan Ibunda Jitem Manda Sari, yang telah membuktikan rasa kasih sayangnya kepada penulis melalui curahan perhatian, dukungan, motivasi, ajaran moral dan yang selalu mencoba untuk membuka mata hati penulis agar segera menyelesaikan perkuliahan ini karena keyakinan besarnya akan adanya sesuatu hal yang lebih menarik di luar sana yang telah menanti.Kalian berdua adalah sosok yang luar biasa, menginspirasi dan menjadi panutan bagi kami anak-anakmu. Kepada Kakanda Mariana, Mariani, Arie Gunawan, S.Kom., penulis ucapkan terima kasih karena telah menghibur hati, menemani penulis ke lapangan penelitian dan berbagi berbagai cerita kepada penulis. Seterusnya terima kasih buat keluarga besar yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.


(6)

iv

Ucapan terima kasih yang penulis sampaikan sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Penasehat Akademik. Terima kasih atas kesabaran bapak dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini. Bapak adalah mentor di balik semua ini. Bapak telah meluangkan waktu dan tenaga, memberikan ilmu, arahan, motivasi, perhatian, memberikan kritikan, serta masukan-masukan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal skripsi sampai akhirnya penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU yang telah banyak berbagi pengetahuan dan motivasi kepada penulis untuk mendalami Ilmu Antropologi mulai dari awal perkulihan hingga penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Agustrisno, MSP., selaku Sekretaris Departemen Antropologi yang telah memberi banyak perhatian dan motivasi kepada penulis.

Selanjutnya kepada bapak Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos, M.Si., yang telah memberikan perhatian berupa arahan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan akademis selama masa perkuliahan dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kepada Ibu Dra. Rytha Tambunan, M.Si. dan Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc.yang telah memberikan ide-ide cemerlang dan meluangkan waktunya untuk penulis. Seluruh staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan


(7)

v

begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan baru bagi penulis selama proses belajar ini berlangsung. Demikian juga kepada Kak Nurhayati dan Kak Sofiana selaku staf administrasi Departemen Antropologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam mengurus kelancaran administrasi selama perkuliahan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kerabat mahasiswa Antropologi FISIP USU, kerabat-kerabat seangkatan stambuk 2011 “relation antro 11”.Sahabat Sri Mauliani, S.Sos., Suci Wulan Sari, Richa Meliza, S.Sos., Rama Sitha Husna, Jayanti PNS, S.Sos., Mhd. Rifai, yang telah menjadi kawan dekat pertama mulai dari awal perkuliahan dan penulis harap persahabatan ini tidak akan putus sampai kapan pun. Terima kasih kepada rekan-rekan KeMANGTEER Medan Annisa Sholihati, Rianda Purba, Doni Latuparisa, Dina Rizki, Septian Yudiansyah Nst, Wisnu Tri Wibowo, S.Sos., Eddy S.H Ritonga, Indra Surya Sianipar, Prasetyo Utomo, yang telah memberi pengalaman kepada penulis mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada abang dan kakak senior stambuk 2009 hingga stambuk 2010 abang Razakiko Harkani Lubis, S.Sos., Dina Aulia Maya Sari, S.Sos., Eki Gunawan, S.Sos., Harry Afandy, S.Sos., Leonard Ginting, Desi Iriana, Zulham Rusdi,yang telah berbagi berbagai project, pengalaman di bidang akademik sehingga menambah pengetahuan penulis. Terima kasih kepada yang terkasih abang Andi Sasongko, S.Sos yang telah memberi motivasi hidup dan memberi pencerahan dengan nasehat-nasehatnya yang baik, yang memberi arti pentingnya kesabaran. Selanjutnya terima kasih kepada Rizky Ananda, S.Ikom., Ahmad Syarif Hasan Ridho Ritonga, S.Ikom.,


(8)

vi

Ryan Mora Zafandy, Azhar Fadillah, S.Kom, kalian teman spesial yang terbaik. Juga terima kasih buat teman yang telah setia menjadi kawan bimbingan penulis; dan seterusnya kepada kerabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.Begitu banyak kenangan yang telah kita lewati bersama.Kenangan yang tak mungkin terlupakan begitu saja.Kalian telah membuatku kuat, sedih dan tertawabersama, belajar bertukar pendapat,mewarnai hari-hariku dan memperkenalkan indahnya Kota Medan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada junior kami, yakni: kerabat Rizki Nanda Saputri, Arif Setiandi, Hasrika Ridhayanti (stambuk 2012), atas segala bantuannya saat berada dilapangan project. Seterusnya buat adek kerabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Kepada masyarakat dan petani di Desa Bandar Dolok, Rina Mentari Pakarti, Istie Cipta Ninghati yang telah membuat penulis merasa nyaman dan menjadi bagian dari kalian.Seterusnya kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Menyadari akan keterbatasan yang penulis miliki, maka skripsi atau hasil penelitian lapangan ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini.Semoga tulisan ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(9)

vii

RIWAYAT HIDUP

Rini Rezeki Utami atau yang biasa disebut dengan nama panggilan Rini, lahir pada tanggal 12 Desember 1993 di Desa Purwodadi Kabupaten Deli Serdang.Anak bungsu dari pasangan Sugiri, S.E. dan J.Manda Sari. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 105354 Purwodadi pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pagar Merbau pada tahun 2008. Lalu penulis melanjutkan pendidikan SMA di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam hingga selesai pada tahun 2011 yang kemudian meneruskan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, jurusan Antropologi

Sosial. E-ma

Pengalaman organisasi yang pernah penulis ikuti adalah KeMANGTEER Medan dan Himpunan Mahasiswa Islam Fisip Usu. Sebagai Sekretaris Panitia pada acara Rapat Kerja Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) tahun 2015, sebagai Panitia Sie.Kesehatan Inisiasi Antropologi FISIP USU 2012, Panitia 30 Tahun Departemen Antropologi FISIP USU 2011 dan sebagai Panitia Temu Ramah HMI FISIP USU 2012.

Prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah juara harapan II (dua) Arung Sejarah Bahari, Lomba Karya Tulis Sejarah Tingkat Nasional tahun 2013 di Provinsi Bangka Belitung yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan


(10)

viii

Dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah Dan Nilai Budaya. Penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) selama dua periode pada tahun ajaran 2011/2012 dan tahun ajaran 2012/2013 ketika duduk di bangku perkuliahan di Antropologi FISIP USU.

Pernah melakukan penelitian Petani Kopi di Sumbul, Kabupaten Dairi, Sidikalang yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi USU pada tahun 2013.Mengikuti kegiatan ekskavasi di Kabupaten Samosir yang diselenggarakan oleh Balai Arkeologi Medan pada tahun 2014.Sebagaiinterviewer Survey mengenai Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana; sebagai interviewer Survey mengenai Analisis Dampak Lingkungan tahun 2015 yang diselenggarakan oleh PT. Sari Persada Raya di Kabupaten Asahan.

Adapun seminar/pelatihan yang pernah penulis ikuti selama masa perkuliahan diantaranya: SeminarNasional “Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Di Propinsi Sumatera Utara Dalam Rangka Mengurangi Kemiskinan Dan Disparitas Antar Daerah Di Sumatera Utara” yang diadakan oleh Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional dan Universitas Sumatera Utara tahun 2013, Training of Fasilitator (TOF) Pengembangan Masyarakat Angkatan-3 Departemen Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2013, Seminar Nasional “Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Sumatera Utara” yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia tahun 2011, Seminar “Beasiswa” yang diadakan oleh UKMI As-Siyasah FISIP USU tahun 2011.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec.Pagar Merbau Kab. Deli Serdang” dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan shalawat besertasalam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’at kepada kita semua. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Antropologi Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berisi kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara mengenai strategi petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok. Dari hasil penelitian terlihat bahwa terdapat lima persoalan yang dihadapi petani, yakni: masalah hama, pupuk, iklim/cuaca, ekonomi dan hubungan petani dengan penyuluh pertanian. Strategi yang digunakan ketika menghadapi persoalan tersebut tentu berdasarkan dari pengalaman masing-masing petani, baik strategi bertahan maupun strategi adaptasi. Jauh dari kearifan lokal petani lebih tergantung pada pupuk anorganik, memilih menggunakan pestisida jenis insektisida, herbisida dan rodentisisda guna meningkatkan hasil panen serta mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hama yang diresahkan petani sampai saat ini ialah hama keong mas, wereng, tikus dan kupu-kupu (sundep). Adapun petani membentuk kelompok tani untuk menentukan pola tanam yang tidak serentak karena dipengaruhi oleh ketidakpastian iklim/cuaca,


(12)

x

buruh tani dan petani penyewa lahan mencari pekerjaan sampingan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mulai dari berdagang hingga berternak.

Dalam tulisan ini, penulis ingin menunjukkan bahwa sudah seharusnya pemerintah setempat khususnya Dinas Pertanian lebih memperhatikan kehidupan petani dengan menyusun program-program sesuai dengan keadaan di lapangan yang sebenarnya.Penulis melihatnya dari sudut pandang Antropologi. Petani dalam perspektif antropologi bukan semata-mata berwujud farmer yang berusahatani dengan menerapkan teknologi modern serta memiliki jiwa bisnis yang sesuai dengan tuntutan agribisnis, tetapi juga peasantdalam wujudnya yang subsisten, ia tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi, ia mengelola sebuah rumah tangga berdasarkan pengalaman dan peraturan lokal yang bersumber dari suatu kebiasaan masyarakat.

Kajian ini berbeda dengan kajian-kajian antropologi pertanian lainnya.Pada masa lalu, pendekatan etnografi konvensional hanya berfokus pada penelitian mikro untuk memperoleh gambaran suatu kebudayaan secara mendalam. Hal ini membuat olah masyarakat yang diteliti tersebut seolah-olah terisolasi dari peristiwa pada ruang dan waktu dalam konteks lain. Meskipun penulis memfokuskan dalam konteks masyarakat yang sederhana yakni masyarakat petani di Desa Bandar Dolok, namun di sini bukan berarti masyarakat tersebut “terpencil”. Arus globalisasi telah menyentuh kehidupan masyarakat di sana. Hal ini tentu mempengaruhi keputusan petani untuk membangun strategi yang akan digunakan.

Akhir kata ” tak ada gading yang tak retak”, demikian juga dengan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang


(13)

xi

disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik mengenai materi, teknik penyusunan maupun analisisnya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR FOTO ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Tinjauan Pustaka ... 5

1.3.Perumusan Masalah ... 12

1.4.Tinjauan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.5.Metode Penelitian... 13

a. Observasi Partisipasi ... 14

b. Wawancara Mendalam ... 15

1.6.Pengalaman Penelitian: Suatu Refleksi ... 17

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23

2.1.Letak Geografis dan Keadaan Alam Desa Bandar Dolok ... 23

2.2. Sejarah Singkat Desa Bandar Dolok ... 25

2.3. Komposisi Penduduk ... 28

2.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin . 29 2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 30

2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Hidup... 32

2.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 33

2.4. Pola Pemukiman ... 34

2.5. Keadaan Sosial ... 37

2.6. Gambaran Umum Pertanian Desa Bandar Dolok... 39

2.6.1. Proses Pengolahan Sawah (Menanam – Panen) ... 40

2.6.2. Tenaga Kerja ... 43

2.6.3. Pemasaran... 49

BAB III. PETANI DAN MASALAH-MASALAH PERTANIAN ... 51

3.1. Hama ... 51

3.1.1. Keong Mas ... 52

3.1.2. Wereng ... 53


(15)

xiii

3.1.4. Kupu-kupu ... 56

3.2. Pupuk ... 56

3.3. Iklim/Cuaca ... 59

3.4. Ekonomi Petani ... 61

3.4.1. Modal ... 62

3.4.2. Pendapatan ... 63

3.5. Peran Pemerintah ... 65

3.5.1. Hubungan Petani Dengan Penyuluh Pertanian... 66

BAB IV. STRATEGI PETANI ... 68

4.1. Strategi: Hama ... 69

4.1.1. Keong Mas ... 69

4.1.2. Wereng ... 70

4.1.3. Tikus ... 72

4.1.4. Kupu-kupu ... 72

4.2. Strategi: Pupuk ... 73

4.3. Strategi: Iklim/cuaca ... 74

4.4. Strategi: Ekonomi Petani ... 76

4.4.1. Modal ... 77

4.4.2. Pendapatan ... 78

4.4.2.1. Berdagang ... 78

4.4.2.2. Berternak ... 79

4.5. Strategi: Hubungan Petani dengan Penyuluh Pertanian ... 81

4.6. Pencapaian Dibalik Secercah Harapan ... 83

BAB V. KESIMPULAN ... 85

5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN

1. Peta Sosial Desa Bandar Dolok 2. Daftar Informan

3. Daftar Interview Guide 4. Surat Izin Penelitian


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sejarah Perkembangan Desa Bandar Dolok ... 27

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun Tahun 2014. ... 29

Tabel 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin. ... 30

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Hidup ... 32


(17)

xv

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 1. Petani Menanam Padi ... 21

Foto 2. Kondisi Jalan Menuju Desa Bandar Dolok ... 25

Foto 3. Warga Desa Bandar Dolok Pulang Melaksanakan Shalat Jum’at ... 34

Foto 4. Gapura Utama Desa Bandar Dolok ... 35

Foto 5. Pola Pemukiman Masyarakat Desa Bandar Dolok ... 36

Foto 6. Persawahan Di Desa Bandar Dolok ... 39

Foto 7. Varietas Padi Ciherang ... 41

Foto 8. Petani Melakukan Pemupukan... 43

Foto 9. Petani Menggunakan Thresser... 44

Foto 10. Tempat Penggilingan Padi ... 45

Foto 11.Odong-odong (penggiling padi berjalan) ... 46

Foto 12. Keong Mas Pemakan Padi ... 50

Foto 13. Telur Keong Mas Di Batang Padi ... 50

Foto 14. Bulir Padi yang Tidak Berisi Akibat Wereng ... 52

Foto 15. Padi yang Mati Terserang Hama Wereng ... 52

Foto 16. Jalur Distribusi Pupuk Kabupaten Deli Serdang ... 55

Foto 17. Pupuk Phonska ... 56

Foto 18. Padi yang Tumbang Akibat Angin Kencang ... 58

Foto 19. Insektisida Centa-Fur 3GR ... 66

Foto 20.Yellow Trap ... 67

Foto 21. Warung Sederhana Milik Petani ... 73

Foto 22. Ternak Kambing ... 75


(18)

ii ABSTRAK

Rini Rezeki Utami, 2015, judul skripsi: Strategi Petani Padi Dalam Mengatasi Masalah Pertanian Di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab.Deli Serdang. Skripsi ini terdiri dari: 5 bab, 90 halaman, 6 daftar tabel dan 23 daftar foto.

Di era globalisasi ini masalah pertanian bukanlah masalah yang baru, masalah pertanian sudah muncul sejak adanya program Revolusi Hijau. Arus modernisasi memperluas pengetahuan petani padi sekaligus menjadi permasalahan yang harus dihadapi.Petani, dalam mengatasi masalah pertanian tersebut tentu mempunyai strategi tersendiri.Strategi sangat dibutuhkan petani untuk terus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Capaian-capaian yang diharapkan dari strategi yang diterapkan ialah petani dapat meningkatkan hasil panen serta menghidari gagal panen yang menyebabkan kerugian .

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara mendalam (thick description) mengenai budaya masyarakat petani, khususnya mengenai strategi petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif sebagai bagian dari kajian etnografis.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi partisipasi, wawancara, dan studi kepustakaan.Analisis data dilakukan dengan menggunakan kategorisasi dan evaluasi data.

Dari hasil penelitian lapangan dapat disimpulkan bahwa pada petani padi di Desa Bandar Dolok terdapat masalah-masalah pertanian diantaranya:Pertama, permasalahan hama seperti hama keong mas, wereng, tikus dan kupu-kupu. Kedua, permasalahan pupuk.Ketiga, permasalahan iklim/cuaca.Keempat, permasalahan ekonomi yaitu mengenai modal dan pendapatan petani.Kelima, permasalahan hubungan petani dengan penyuluh pertanian.Cara yang dilakukan petani untuk mengatasi hama ialah dengan menggunakan pestisida jenis insektisidaseperti: Centa-Fur 3GR Karbofuran, Saponin, rodentisida dan herbisida. Sementara untuk mengatasi masalah iklim/cuaca petani membentuk kelompok tani untuk menentukan pola tanam, berdagang dan berternak untuk mengatasi masalah ekonomi, serta berusaha membangun hubungan yang baik antara petani dengan penyuluh pertanian.Strategi yang dipilih dan digunakan tentu berdasarkan pengalaman dari masing-masing petani dalam mengatasi masalah pertaniannya.


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Hal yang menjadi fokus masalah dalam tulisan ini ialah strategi petanipadidalam mengatasi masalah pertanian.Hal ini menjadi pembahasan karena penulis melihat dari 4 (empat) hal. Pertama, berdasarkan study pustaka, tepatnya sejak 1985 hingga sekarang, produksi padi kembali menurun. Bahkan, seiring dengan krisis moneter yang merebak menjadi krisis ekonomi berkepanjangan, pemerintah hanya melakukan impor beras secara besar-besaran dari negara Thailand, Filipina,Vietnam, serta negara tetangga lainnya.Kedua, diterapkannya program modernisasi pertanian yang diharapkan memberi nilai tambah (value added) kepada para petani, justru semakin memperbesar utang petani, kerena biaya produksi lebih tinggi dibandingkan harga jual hasil panen (Kusnaka Adimihardja,dkk, 2008).Ketiga, pembahasan mengenai masalah pertanian ini menurut penulis masih menjadi topik yang sangat menarik dibahas mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara agraris justru mengalami masalah pemenuhan kebutuhan pangan.Keempat, catatan lahan pertanian atau persawahan dilokasi penelitian yang cukup luas, di desa ini ada juga catatan lainnya seperti permasalahan pertanian yang terjadi.

Permasalahan pertanian yang terjadi di wilayah Indonesia pada umumnya ialah permasalahan pupuk, hama, irigasi pada saat air sungai mengering. Selanjutnya, pengenalan hal-hal mengenai varietas padi unggul, teknologi modern, juga menjadi permasalahan baru. Misalnya dengan adanya teknologi


(20)

2

modern seperti alat pemotong padi yang menggantikan ani-ani, alat perontok gabah bermesin, dan peralatan traktor. Hadirnyaalat-alat mesin itu mengurangi tenaga kerja petani yang pada akhirnya mereka beralih sebagai buruh pabrik industri.

Masalah pertanian di Desa Bandar Dolok juga tidak jauh berbeda dengan masalah pertanian di wilayah Indonesia pada umumnya, seperti yang terjadi akhir-akhir ini menyangkut harga pupuk yang semakin mahal, seorang informan menerangkan bahwa pupuk bersubsidi juga mengalami masalah distribusi ke kios pengecer karena pernah terjadi bahwa kios pengecer harus membayar uang panjar ke pihak distributor sejumlah 20 % dari harga pupuk. Jika uang panjar tidak dibayar, maka kios pengecer tidak mendapatkan subsidi pupuk untuk dijual pada petani. Masalah uang panjar tersebut ialah masalah yang jarang terjadi dan pertama kalinya terjadi. Keterlambatan distribusi pupuk juga diduga karena adanya mafia pupuk. Namun, hal mengenai mafia pupuk juga belum dapat dibuktikan keberadaannya oleh masyarakat setempat. Petani juga mengeluh bahwa harga gabah/beras tidak seimbang dengan harga pupuk dan sarana lain.

Berdasarkan hasil wawancara saat survey, masalah lain yang dikeluhkan petani di lokasi penelitian adalah masalah tanah atau lahan pertanian yang sudah tua dengan kata lain tanah tersebut sudah jenuh. Jenuhnya tanah atau lahan pertanian disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang diresap oleh tanah selama 25 tahun lamanya tanpa ada pemulihan lahan hingga tingkat kesuburan tanah tersebut berkurang. Tidak sebatas sampai di situ, hama tikus, wereng, dan kupu-kupu juga menyerang karena pola tanam yang tidak serentak.


(21)

3

Menyimak berbagai hal yang telah diuraikan maka, masalah yang paling mendasar yang dihadapipetani adalah masalah ekonomi. Pendapatanyang rendah, sehingga kebutuhan rumah tangga tidak tercukupi. Oleh karenanya, perhatian masyarakat luas kepada petani semakin berkurang. Banyak masyarakat yang memandang rendah profesi sebagai petani. Padahal kenyataannya, petanilah yang memberi kehidupan untuk mereka. Keabsenan petani dapat berarti juga absennya keberadaan pangan. Petani menanam, memanen, menyediakan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia. Mereka memberikan jasa yang sangat besar, bahkan tidak disadari oleh petaninya sendiri. Mereka justru merasa rendah diri dengan profesi sebagai petani. Mereka tidak bangga terhadap apa yang dilakukannya sebagai penyedia pangan umat manusia.

Pada masa kemerdekaan, program Revolusi Hijau dicanangkan, terinspirasi dari keberhasilan Meksiko yang mencanangkan program yang sama. Revolusi hijau1

1

Revolusi hijau adalah suatu perubahan cara bercocok tanam, dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting, yaitu: 1) penyediaan air melalui sistem irigasi, 2) pemakaian pupuk kimia secara optimal, 3) penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, 4) penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas

pertama kali dimulai pada saat pemerintahan Soekarno, kemudian berkembang dengan sangat pesat pada pemerintahan Soeharto. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Hasil kerja petani tidak sia-sia. Petani menjadi sorotan utama pembangunan pemerintah. Namun, tidak lama setelah itu, permasalahan timbul. Berbagai kritikan hadir terhadap pelaksanaan Revolusi Hijau. Menurut Luthfi (2011), program Revolusi Hijau mengakibatkan timbulnya diferensiasi sosial, marjinalisasi perempuan, migrasi, keresahan pedesaan, dan punahnya keragaman hayati.


(22)

4

Berbagai problematika tidak pernah berhenti dihadapi petani.Di masa modern implikasi permasalahan petani semakin kompleks.Mulai dari kebijakan pemerintah serta isu-isu perubahan iklim, menjadi pikiran utama para petani dalam menjalankan usahanya.Perubahan iklim yang kini ramai dibicarakan menjadi isu penting bagi para petani.Petani di Indonesia yang mayoritas bersifat tradisional masih tergantung dengan alam.Pola hujan dan suhu mempengaruhi keberhasilan panen.Hal ini kemudian menjadi kendala ketika petani tidak mampu beradaptasi.

Jika problematika terus terjadi sepanjang waktu, tentu saja pemerintah juga wajib menangani masalah yang terjadi dalam bidang pertanian. Kementrian Pertanian memang telah berpihak pada petani dengan menjalankan beberapa penyuluhan serta penyediaan teknologi. Jika Kementrian Pertanian telah menyediakan teknologi, namun implikasi dari belum siapnya petani dalam menghadapi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) telah menempatkan petani dalam situasi yang sulit, dilematis, dan terjepit dalam berbagai kepentingan-kepentingan. Pestisida2

Permasalahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan pada umumnya dirasakan oleh petani di seluruh wilayah Indonesia, sebagian dari permasalahan misalnya, sebagai hasil olah iptek muncul dalam rangka menanggapi problem serangan hama dan penyakit yang semakin sulit dikendalikan, justru dapat merusak tanah (Suetomo, 1997:41). Masalah lainnya yang muncul ialah kurangnya pendidikan dan pengarahan terhadap petani dalam menggunakan sistem pertanian modern yang ditawarkan oleh pemerintah sebagai jargon pembangunan.

2

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu tanaman. Nama ini berasal dari kata “pest” yang berarti “hama”


(23)

5

tersebut juga dirasakan oleh petani di Desa Bandar Dolok Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Harus disadari bahwa dengan berbagai strategi yang diterapkan, petani pasti mempunyai cara sendiri untuk mengatasi masalah-masalahnya, kondisi berdasarkan latar belakang inilah yang menarik minat penulis untuk melakukan penelitian.

1.2.Tinjauan Pustaka

Sudah terang bahwa mata pencaharian hidup bercocok tanam dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia timbul sesudah berburu. Menurut seorang ahli sejarah kebudayaan, Verre Gordon Childe, penemuan kepandaian bercocok tanam itu merupakan suatu peristiwa hebat dalam proses perkembangan kebudayaan manusia (Koentjaraningrat, 1992:38). Selama ini orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam disebut sebagai petani. Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Namun definisi ini memiliki bias. Dalam batasan statistik, orang yang bekerja di sektor pertanian minimal satu jam seminggu, dapat disebut sebagai petani.Lalu sebenarnya siapakah yang dimaksud dengan petani?

Ada dua kata dalam bahasa Inggris berkenaan dengan “petani” yang memiliki konotasi dan atribut yang sangat berbeda, yaitu “peasant” dan “farmer”. Secara mudahnya, “peasant”(petani pedesaan) adalah gambaran dari petani yang subsisten, ia tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi, ia mengelola sebuah rumah tangga dan bukan sebuah perusahaan bisnis. Sedangkan“farmer” pengusaha-pertanian (agricultural entrepreneur)adalah petani modern yang


(24)

6

berusahatani dengan menerapkan teknologi modern serta memiliki jiwa bisnis yang sesuai dengan tuntutan agribisnis, seperti yang dikenal di Amerika Serikat bahwa Farm Amerika pertama-tama merupakan sebuah perusahaan yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi, yang dibeli di pasar untuk memperoleh laba dengan jalan menjual hasil produksinya secara menguntungkan di pasar hasil bumi. Dalam tulisan ini, petani yang dimaksud oleh penulis lebih cenderung mengarah pada peasant atau petani pedesaan.

Bagi Wolf (1985)peasant adalah suatu kelompok masyarakat dengan kegiatan utama bertani, sebagai bentuk transisi antara masyarakat primitive (tribe) ke masyarakat modern.Tampak bahwa ia menggunakan pendekatan evolutif dalam pengkategorian ini.

Merujuk pada kalangan antropologi dan sosiologi, dapat ditemukanbanyak ragam arti “petani” yang pernah dikemukakan.Lebih lanjut Rochbini (1990), menegaskan bahwa petani ialah mereka yang tidak memiliki rasionalitas ekonomi, tetapi lebih mendasarkan diri pada kepentingan sosial yang lebih dominan dimana hubungan kekerabatan dapat mengalahkan hubungan-hubungan yang bersifat rasional. Disisi lain terdapat dimensi yang melihat petani sebagai pengolah tanah di pedesaan (“rural cultivators”) dengan berpegang pada “teori pilihan rasional” yang dikemukakan oleh Samuel L. Popkin; Popkin (1979) berasumsi bahwa kehidupan ekonomi petani sangat dipengaruhi oleh keputusan individual dalam menghadapi tantangan. Melalui analisis individual akan dapat dibuat generalisasi tentang pandangan petani terhadap ekonomi pasar, keberanian berspekulasi, konflik yang terjadi dan sebagainya.


(25)

7

Melihat pada tahun 1930 melalui studi lapangan Geertz dkk, bahwasannya dunia pertanian kita pernah mengalami involusi pertanian. Dalam hal usaha tani sawah, involusi itu digambarkan oleh taraf produktivitas yang tidak menaik, dengan kata lain terjadi kemandekan atau kemacetan pada pola pertanian. Sebab dari involusi pertanian tersebut juga dipengaruhi oleh padat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menerapkan sistem ekonomi pasar. Melalui berbagai usaha dalam menghadapi permasalahan, secara kolektif petani memiliki moral ekonomi yaitu dahulukan selamat atau mengurangi resiko dengan cara petani hanya menanam tanaman yang ia pahami bagaimana cara menanamnya, karena jika tidak paham mereka takut panen akan gagal, petani pun hanya menanam tanaman yang bersifat subsistensi saja.

Dibalik hiruk-pikuk masalah petani, James Scoot mengatakan bahwa akan muncul pergerakan petani karena terganggu subsistensinya. Terdapat gerakan petani tradisional dan gerakan petani bercorak modern, gerakan petani tradisional tidak hanya merupakan pernyataan tidak puas terhadap penguasa, tetapi sekaligus sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan sosial yang cepat. Sedangkan gerakan petani yang berbentuk modern berawal dari meningkatnya hubungan komunikasi antara pedesaan dengan dunia luar. Sikap outward-oriented3 memungkinkan masyarakat petani berkenalan dengan ideologi-ideologi politik modern yang datang dari kota, seiring dengan berdirinya organisasi dan pergerakan yang dapat memobilisasi mereka dalam gerakan politik4

3

Sikapoutward-oriented yang dimaksud ialah dimana masyarakat yang dalam membangun sektor pertanian, memfokuskan atau menerima sumber-sumber informasi yang berasal dari luar (daerah/negara) nya

4Konflik antar etnik di pedesaan: pasang surut hubungan cina jawa, hlm. 80


(26)

8

memimpin gerakan petani adalah dari kalangan kelas menengah, yangmana sasaran dari pergerakan petani tersebut mencakup 3 (tiga) bentuk sasaran, yakni: sasaran kultural, sasaran ekonomi, dan sasaran sosial. Sasaran kultural biasanya ditujukan kepada pembasmian simbol-simbol adat yang bertentangan dengan agama, sasaran ekonomi ditujukan pada dominasi ekonomi pedagang Cina dan sasaran sosial ditujukan pada kaum priyayi dan pegawai pemerintah sebagai lambang kekuasaan penindas.

Awal mula gerakan petani disebut dengan Hari Petani Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April. Tanggal ini sepakat ditetapkan yang bertolak dari suatu peristiwa di Brazil. Pada tanggal 17 April 1996, di Kota Eldorado dos Carajos, telah terjadi pembantaian terhadap petani yang sedang menuntut hak-haknya. Saat itu aparat keamanan Brasil memuntahkan pelurunya kepada para demonstran, sehingga 19 orang tewas dan 60 orang luka. Tindak kekerasan ini turut mengukuhkan pikiran para ahli dan kalangan gerakan sosial untuk memperkuat perjuangan pembaruan agraria untuk petani. Tragedi ini belakangan dijadikan tonggak sejarah gerakan kaum tani se-dunia, dimana La Via Campesina (suatu organisasi gerakan tani lintas negara) menetapkan tanggal tersebut sebagai

International Day of Farmers Struggle5

Saat ini pergerakan petani pun masih terjadi seperti yang dimuat dalam surat kabar bahwasannya petani melakukan aksi demonstrasi ketika lahan pertanian mereka diusik. Ratusan petani yang melakukan aksi demo tergabung dalam Kelompok Tani Menggugat (KTM) di Pasar 4 Desa Klambir V Dusun

. Lalu, bagaimana dengan petani hari ini?


(27)

9

Germania, Kecamatan Hamparan Perak. Dalam perseteruan inibahkan sudah ada warga yang dibacok hingga kritis oleh para preman perampas lahan6

Perilaku petani yang demikian secara sadar atau tidak, merupakan strategi dalam menghadapi masalah dan juga cara mereka ber-adaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan asal katanya, strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani “strategos” yang dapat diterjemahkan sebagai komandan militer pada zaman demokrasi Athena

.

7

Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan

. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang.

memiliki

prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaandan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walapun pada umumnya orang seringkali mencampuradukkan kedua kata tersebut.

Strategi-strategi yang dimiliki petani tentu bersumber dengan kebudayaan yang mereka miliki. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan meng-interprestasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme kontrol” bagi kelakuan dan

6Analisa Medan, 26 Februari 2015


(28)

10

tindakan manusia (Geertz, 1973a). Bagi Suparlan, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. Kebudayaan berisikan model-model kognitif yang mempunyai peranan sebagai kerangka pegangan untuk pemahaman. Dengan kebudayaan ini, manusia mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan kelakuan tertentu sesuai dengan rangsangan yang ada atau yang sedang dihadapinya. Salah satu fungsi utama dari kebudayaan bagi manusia adalah dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi adalah suatu proses untuk memenuhi beberapa syarat dasar tertentu untuk dapat tetap melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan tempatnya hidup. Berdasarkan hal yang demikian, strategi adaptasi dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal ataupun eksternal. Marzali dalam bukunya menjelaskan secara luas strategi adaptasi adalah merupakan prilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang tepat guna sesuai dengan lingkungan-sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat dimana mereka hidup.

Selain melakukan pergerakan petani, strategi di wilayah lain sebagai contohdalam menghadapi masalah pertanian, petani haruslah menjadi petani yang mandiri seperti yang diceritakan dalam buku Bisa Dewek. Petani diberi pelatihan-pelatihan lalu mampu menciptakan bibit atau varietas padi sendiri dari hasil


(29)

11

penyilangan antara varietas satu dengan yang lain. Petanijuga menggunakan bibit lokal.Akhirnya, petani dapat memproduksi hasil panen yang baik. Petani seperti ini disebut dengan pemulia tanaman.Fenomena yang tengah berlangsung mengenai kegiatan pemuliaan tanaman di Indramayu itu menyajikan suatu kasus menarik tentang pengadopsian seperangkat unsur-unsur pengetahuan ilmiah terkait dengan pemuliaan tanaman oleh petani yang melandaskan pengetahuan danpraktiknya dalam ranah pengetahuan lokal.

Praktik pemuliaan tanaman itu memberikan peluang bagi masing-masing individu untuk mengembangkan pilihan, minat, gagasan, dan kreativitasnya,serta mengambil keputusan dengan mengacu pula pada sarana, tenaga, waktu, kondisi ekologilahan, serta luas lahan yang dimiliki masing-masing.Tidak hanya adaptasi pada hal-hal individual seperti motivasi dan emosi yang menurut Strauss dan Quinn (1997) berperan puladalam pembentukan skema pengetahuan, tetapi juga pada habitat kehidupan dan landscape petani (lihat Nazarea 1999), serta mekanisme belajar mereka.Pengetahuan ilmiah itu ditumbuhkembangkan melalui seperangkat mekanisime belajaryang bertumpu pada pengamatan, uji-coba, perbandingan, belajar dari pengalaman,konsekuensi yang tidak terduga, bahkan juga apa yang mereka anggap sebagai “kesalahan” atau “kekurangtepatan” praktik yang dilakukan, serta tukar-menukar informasi dan materi berupa benih (lihat Winarto, 1999, 2004a; Ellen, 2004).

Dari ulasan sebelumnya, maka yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh penulis ialah strategi-strategi yang diciptakan serta dijalankan oleh petani padi di Desa Bandar Dolok, Kabupaten Deli Serdang, dalam rangka mengatasi masalah pertanian mereka.


(30)

12 1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah strategi petani padi dalam mengatasi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian, yakni:

1. Persoalan apa saja yang terjadi di kalangan petani?

2. Bagaimana strategi petani dalam menghadapi berbagai persoalan tersebut? 3. Bagaimana capaian-capaian yang dapat dilihat dari strategi yang telah

dibuat?

4. Apa harapan yang ingin dicapai ketika menggunakan strategi tersebut?

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam (thick description) mengenai petani padi, khususnya mengenai strategi petani padi dalam menghadapi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan ilmu sosial seperti antropologi pertanian yang memperkaya literatur mengenai masalah dan cara mengatasi masalah pertanian. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal peningkatan produksi dalam sektor pertanian, serta sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perundang-undangan yang sesuai dengan kondisi latar belakang budaya petani.


(31)

13 1.5. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bertipekan deskriptif dalam suatu kajian etnografis. Penelitian kualitatif dalam bentuk kajian etnografis ini adalah kajian yang melihat berbagai hal melalui sudut pandang masyarakat yang diteliti. Penelitian ini juga lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam (Bungin, 2007:68-69). Kajian etnografis ini akan memberi gambaran mendalam mengenai strategi petani padi dalam menghadapi masalah pertanian di Desa Bandar Dolok, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian antropologi pertanian ini bersifat holistik8

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Untuk melengkapinya maka digunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet. Untuk mendapatkan data-data primer maka digunakan metode pengumpulan sebagai berikut:

, yaitu dengan mempelajari semua budaya yang terkait dan melatarbelakangi peristiwa yang terjadi. Penelitian ini tidak hanya mempelajari mengenai sistem pertanian yang diterapkanpada suatu masyarakat saja, akan tetapi juga mempelajari mengenai budaya perilaku manusianya yang berbuat terhadap suatu masalah pertanian, dikarenakan adanya faktor-faktor budaya yang mempengaruhinya.

8Pendekatan holistik dalam

pandang yang melihat suatu masalah sosial-budaya dalam rangka kehidupan masyarakat sebagai kesatuan yang menyeluruh atau utuh


(32)

14

1.5.1.Observasi Partisipasi

Obeservasi atau pengamatan adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang melibatkan pancaindra (Bungin, 2007:115).Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi.Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Bungin, 2007:116).

Penulis tinggal dan hidup bersama masyarakat Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utarasesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengungkapkan kebudayaan dari sudut pandang mayarakat setempat (native point of vieuw). Selama tinggal dan hidup bersama dengan mereka, penulis melakukan pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses bercocok tanam/bertani tersebut, pihak-pihak siapa saja yang terlibat, alat-alat kelengkapan apa saja yang dibutuhkan, bagaimana hubungan kekerabatan yang terjadi pada kelompok-kelompok tani, serta bagaimana interaksi atau hubungan sosial yang dijalin dalam berbagai bidang kehidupan.

Karena keterbatasan kemampuan daya ingat, maka perlu dilakukan pencatatan hasil lapangan dalam bentuk sebuah catatan lapangan (field note). Di samping itu, juga akan dihasilkan karya-karya visual etnogarafi dalam bentuk rekamandan foto. Data-data ini nantinya dapat membantu penulis untuk memperjelas data-data yang didapatkan melalui wawancara, serta sebagai bukti otentik keberadaan penulis di lapangan.Penggunaan alat-alat tersebut terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari informan.


(33)

15

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan on going analysis (analisis berkelanjutan). Dengan kata lain, analisis tersebut telah dilakukan sebelum terjun ke lapangan (analisis hasil studi terdahulu untuk menentukan fokus penelitian sementara dan akan berkembang setelah penulis terjun ke lapangan), saat melakukan pengumpulan data dilapangan (analisis terhadap jawaban dari informan), dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data dalam tersebut dilakukan secara kualitatif.Data-data yang telah terkumpul dianalis menggunakan kebudayaan masyarakat itu sendiri dan kemudian baru dianalisis menggunakan teori-teori yang objektif.

1.5.2.Wawancara Mendalam

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007:108).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani padi di Desa Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara yang mengetahui akanpertanian dan masalah yang dihadapi tersebut. Petani yang penulis maksud di sini bukan saja mereka yang memiliki lahan pertanian sendiri, mereka yang menyewa lahan dan buruh tani pun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Jumlah informan dalam penelitian ini sesuai dengan kebutuhan data.Jadi dengan informan petani dengan lahan


(34)

16

sendiri, untuk dapat menangkap informasi mengenai gambaran struktur masyarakat pertanian yang lebih realistis. Begitu juga dengan buruh tani atau penyewa lahan sebagai informan, untuk dapat melihat tingkat pendapatan dan apakah kehidupan buruh tani dengan pemilik lahan tingkat kesejahteraannya dalam posisi sejajar atau berbanding terbalik. Menuruthemat penulis mereka sudah mempunyai pengalaman bagaimana menghadapi masalah pertanian.Di samping itu, penulis juga mewawancarai Kepala Desa setempat guna mengetahui sejarah Desa Bandar Dolok serta latar belakangpertanian di Desa tersebut. Dalam penelitian ini, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Bandar Dolok sebagai informan pangkal, petani pemilik lahan sendiri, petani penyewa lahan, buruh tani serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai informan kunci. Semuaorang sebagai informan biasa yang memberikan informasi mengenai data-data yang penulis butuhkan adalah sama pentingnya.

Dalam proses wawancara, maka rapport9

9Rapport adalah keterampilan dalam membina hubungan baik antara peneliti dengan

informan.

merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal ini akan mengurangi kecurigaan informan terhadap penulis, sehingga dengan keterbukaan tersebut diharapkan informan dapat memberikan informasi berupa data terkait dengan masalah penelitian. Di sini penulis memposisikan diri sebagai orang yang tidak mengetahui mengenai masalah pertanian dan menunjukkan rasa ketertarikan akan hal tersebut, sehingga mereka menjadi bersemangat untuk menceritakan apa saja pengetahuan yang dimiliki tanpa adanya rasa takut pendapat tersebut benar atau salah. Untuk menjalin rapport ini merupakan suatu keterampilan yang perlu dilatih.Cara-cara yang peneliti lakukan dalam menjalin hubungan baik dengan informan ini yaitu dengan


(35)

17

terlebih dahulu memperkenalkan diri dan sering-sering berkunjung. Setelah kehadiran penulis mulai dapat diterima oleh informan, maka dilakukanlah tahap penjajakan dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan yang ringan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pun semakin mendalam dan menjurus pada inti masalah dalam penelitian ini, sehingga terjadilah jalinan kerja sama dengan informan. Pada tahapan berikut akan terjadi suatu partisipasi, dimana informan memberikan informasi penting yang belum penulis sadari sebelumnya untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam menjalin rapport ini terkadang harus dilakukan pertemuan secara intens (berkali-kali). Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan benar-benar mendalam dan menggambarkan apa yang ada di dalam pola fikiran mereka.

Dalam proses wawancara tersebut penulis membutuhkan tape recorder. Penggunaan alat perekam ini terkait dengan terbatasnya kemampuan daya ingat penulis dalam mengingat setiap kata yang diucapkan oleh informan dan kecepatan tangan yang belum terlatih dalam mecatat kata-kata yang diucapkan informan secara rinci.Hasil wawancara tersebut kemudian dibuatkan transkripnya.

1.6. Pengalaman Penelitian: Suatu Refleksi

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan kegiatan pra survey lapangan, ini dimaksudkan penulis untuk mencari data ataupun informasi-informasi dari masalah pertanian yang ada di Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.


(36)

18 Experience is the best teacher. Dari pengalaman dapat dipelajari makna kehidupan. Pengalaman jugalah yang menghantarkan seseorang pada pola fikir kedewasaan. Karena itu penulis merasa perlu berbagi sedikit pengalaman selama bersama masyarakat lokal Desa Bandar Dolok demi mengungkapkan kebudayaan bertani dari sudut pandang mereka. Pengalaman berburu data penelitian sembari mempelajari makna kehidupan bersama informan-informan yang luar biasa. Semoga dengan uraian pengalaman yang penulis sampaikan ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua orang.

Survey ini dilakukan pada Januari 2015, sebelumnya penulis juga sudah melakukan survey saat mengambil matakuliah seminar proposal di semester 7 (tujuh). Penulis awalnya hanya bertujuan untuk membeli semangka karena di Desa ini banyak semangka yang dijual sangat murah. Uniknya masyarakat setempat dominan adalah berasal dari Kabupaten Simalungun dan bahasa yang digunakan mayoritas adalah bahasa Jawa. Perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke desa ini berjarak 8 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang dan memakan waktu ± 1 (satu) Jam dengan mengendari sepeda motor karena tidak ada angkutan umum untuk menuju ke desa ini. Kondisi jalannya kurang baik, dikatakan demikian karena jalan desa yang di lewati menuju lokasi penelitian kondisi jalannya ada yang masih tanah berbatu dan ada juga jalan yang sudah beraspal, penulis juga harus melewati perkebunan kelapa sawit milik PT.Perkebunan Nusantara II dimana jalan ini sangat sepi dan becek jika sehabis hujan sehingga sulit untuk dilalui.

Kehidupan masyarakat di Desa Bandar Dolok menurut pengamatan penulis ketika melakukan survey mayoritas bekerja sebagai petani. Hal ini


(37)

19

ditandai dengan sekitar 70% daerah di Desa Bandar Dolok adalah areal persawahan dan perladangan. Penulis tidak hanya melihat tanaman padi saja, namun ada berbagai macam tanaman lainnya seperti semangka, melon, cabai, dan juga timun. Desa ini bukanlah daerah dengan suhu yang dingin, suhu di desa ini mencapai 30º-31º C.

Selain pengamatan sementara, penulis juga melakukan sedikit wawancara tanya jawab di rumah sekretaris desa dengan muda-mudi desa serta dengan sekretaris desa Bandar Dolok mengenai kegiatan bertani, permasalahan petani, dan kelompok tani. Wawancara yang dilakukan ini bukanlah wawancara mendalam dan tanpa pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan santai sambil minum teh manis hangat yang disuguhkan oleh ibu sekretaris desa. Wawancara yang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10:00 WIB, selain ada saya dan bapak sekretaris desa di sana juga ada orang tua saya yang saat itu menemani.

Untuk membangun raport, penulis berada di lokasi penelitian selama sebulan namun tidak menetap di desa ini, masyarakat di desa ini memberi sambutan yang baik saat saya hadir. Saya juga punya banyak teman di sana, tidak hanya teman yang baru saya kenal tetapi saya juga bertemu dengan teman SD yang tinggal di desa ini. Sambutan yang baik ini membuat penulis bersemangat dan jika sudah mendapat acc lapang penulis akan kembali lagi ke lokasi penelitian.

Setelah acc lapangan pada tanggal 1 April 2015 penulis langsung mengajukan surat permohonan penelitian, kurang lebih selama dua mingggu akhirnya surat-surat tersebut selesai sehingga penulis datang kembali ke Desa


(38)

20

Bandar Dolok untuk bertemu dengan bapak Kepala Desa guna memberi surat izin penelitian tersebut, namun saat penulis datang tidak ada satu pegawai pun di kantor kepala desa. Keesokan harinya penulis datang kembali dan bertemu dengan bapak Kepala Desa, lalu beliau memberi surat balasan yang berisi izin penelitian, dan penulis langsung bertemu dengan petani yang akan diwawancarai dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Petani yang penulis temui dan wawancarai dari berbagai suku yaitu, jawa, banten, mandailing, simalungun dan karo. Selama melakukan penelitian penulis tinggal dengan bapak sekretaris Desa Bandar Dolok dan terkadang juga tinggal di rumah teman saya yang bernama Istie yangmana orang tuanya juga seorang petani. Penulis mencari informasi dan data yang dibutuhkan tidak hanya saat petani sedang di rumah mereka saja, tetapi saat petani pergi ke sawah penulis juga ikut membantu kegiatan bercocok tanam. Para petani sangat senang bila merasa dibantu apalagi jika mereka mengerjakan sawahnya sendiri tanpa adanya buruh yang diupahkan.

Saat di sawah bersama petani, penulis banyak belajar cara membuat pembibitan padi yang akan ditanam. Antara peneliti dan informan dapat dikatakan telah terjalin hubungan yang baik satu sama lain. Selain informasi yang didapat, penulis juga banyak mendapat nasehat-nasehat dari petani yang biasa dipanggil buk ros. Beliau salah satu petani yang sering memberi nasehat, beliau mengerjakan sawah hanya dengan suaminya saja dan beliau sudah menganggap penulis sebagai anaknya sendiri “kamu kan sudah ibuk anggap seperti anak ibu sendiri, makanya ibu selalu menasehati agar kamu selalu dijalan yang baik, agar kamu dapat menyelesaikan sekolah dengan baik juga. Ibu gak bisa memberi apa-apa..nahhh nasehat inilah yang bisa ibu kasih ke kamu” (ungkapan ibu ros yang


(39)

21

sedang di sawah bersama penulis saat melakukan pembibitan padi dan membersihkan rumput-rumput yang ada di sawah)

Menurut salah satu informan, bertani adalah pekerjaan yang sangat jujur. Bertani tidak bisa berbohong, artinya hasil panen akan bagus jika petani benar-benar memperhatikan dan merawat tanaman yang ditanamnya. Kita akan menuai apa yang kita tanam. Jika petani merawat tanaman dengan baik maka hasil yang didapat juga baik, begitu juga sebaliknya jika petani tidak merawat tanaman dengan baik hasil yang didapat juga tidak memuaskan.

Foto 1. Seorang Petani Sedang Menanam Padi Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015

Pada tanggal 30 April 2015 tepatnya sore hari penulis datang ke sawah dan melihat petani mencangkul dan menggemburkan tanah. Menurut ungkapan petani, tanah yang digemburkan tersebut akan ditanami cabai merah dan juga semangka, sebagian lahan yang ditanami semangka sudah panen. Semangka yang dipanen di tumpuk di pinggir jalan sawah untuk dijual, selain semangka ada juga melon dan ubi kayu. Di bagian kotak sawah yang lain, ada petani yang sedang menanam padi.

Setelah ke sawah, penulis melanjutkan perjalanan ke tempat penggilingan padi yang jaraknya tidak jauh dari sawah. Penulis mengobrol dengan pemilik


(40)

22

penggilingan, saat itu kami membahas mengenai harga yang harus dibayar petani untuk menggiling padi per kilonya. Selain membahas masalah tersebut, pemilik penggilingan juga bercerita tentang keluarga, sawah, juga pekerjaannya. Harapan pemilik penggilingan padi saat ini ialah beliau ingin membuat penggilingan padinya menjadi lebih besar yang mampu menggiling padi lebih dari 100 Ton per harinya. Beliau merasa usaha penggilingan padinya ini masih tergolong penggilingan padi yang kecil.

Dihari berikutnya tepat pada tanggal 6 Mei 2015. Penulis pergi mengelilingi 3 (tiga) dusun yang ada di Desa Bandar Dolok hingga akhirnya sampai di tali air. Di tali air banyak masyarakat setempat yang mandi, mencuci piring dan baju, juga banyak anak laki-laki yang memanfaat tali air untuk menyuci kendaraan motor mereka.

Setelah musim tanam selesai, penulis melihat petani selalu memperhatikan padi-padinya. Petani akan terus merawat tanamannya hingga waktu panen. Untuk terus datang ke lokasi penelitian ada sedikit kendala yang penulis alami, yaitu kendala waktu karena tidak lama setelah itu bulan ramadhan segera hadir. Namun, penulis tetap berusaha semangat.

Pada pertengahan bulan Agustus penulis pergi ke sawah dan ternyata petani sudah memanen padi-padinya. Penulis mengabadikan sejumlah foto kegiatan petani yang sedang memotong padi dengan arit, memisahkan bulir padi dari batangnya serta kegiatan petani yang menjemur hasil panennya di pekarangan rumah mereka. Pada musim panen kali ini, harga gabah adalah Rp 4.000/Kg harga tersebut turun dari harga yang sebelumnya mencapai Rp 4.300/Kg hal tersebut tidak sesuai dengan harapan para petani.


(41)

23 BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Desa Bandar Dolok

Desa Bandar Dolok terletak di dalam suatu wilayah administratif

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa ini mempunyai luas wilayah ± 5.27 Km² atau sekitar 450 Ha. Luas tersebut terdiri dari: perkampungan, lahan pertanian, dan sungai seperti yang terlihat dalam peta (Lampiran I. Sumber : Dokumen Kantor Kepala Desa Bandar Dolok).

Desa Bandar Dolok di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Garbus Kampung Kecamatan Pagar Merbau. Di sebelah Selatan, desa ini berbatasan dengan Desa Paya Itik Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah Timur, desa ini berbatasan dengan Desa Tanjung Garbus II Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah Barat, desa ini berbatasan dengan Desa Nagarejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Disamping menunjang pertanian, kondisi geografis ini juga menunjang peternakan dimana masyarakat setempat memelihara hewan ternak, seperti: ayam, itik, kerbau, sapi, ikan, kambing dan lain sebagainya

Secara topografis, Desa Bandar Dolok merupakan suatu daerah yang terdiri daratan atau tanah datar dengan suhu rata-rata 30ºC dan beriklim sedang yang terdiri dari musim kemarau dan musim hujan. Kedua musim ini dipengaruhi oleh dua arah angin laut dan angin gunung. Angin laut membawa udara panas dan angin gunung membawa udara dingin. Curah hujan yang menonjol di desa ini adalah mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Sedangkan mulai


(42)

24

bulan Januari sampai dengan bulan Juli adalah musim kemarau, akan tetapi setiap tahun dapat saja mengalami perubahan10

Untuk mencapai Desa Bandar Dolok, alternatifnya yaitu dengan sepeda motor atau kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan umum yang sampai ke desa ini, baik itu ojek maupun angkot. Terkadang ada juga becak yang mau

.

Desa ini dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) dan sedikit belukar. Di samping itu juga ada sungai seperti: Sei Asam Kumbang, dan Sei Batu Gingging yang dimanfaatkan masyarakat untuk irigasi areal persawahan. Desa ini memiliki tanah yang subur, masyarakat memanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan menanam beranekaragam tanaman produktif seperti: tanaman pangan (padi, dan ubi kayu, jagung, dan kacang hijau), tanaman perkebunan (kelapa, coklat, dan kelapa sawit), tanaman buah-buahan (semangka, melon, dan pisang), dan sayur-sayuran (cabai, tomat, dan kacang panjang).

Desa Bandar Dolok terdiri dari 3 (tiga) dusun, yaitu: Dusun I, Dusun II, dan Dusun III. Setiap dusun tersebut dipimpin oleh Kepala Dusun (Kadus) demi mempermudah anggota masyarakat dalam mengurus segala sesuatu keperluan administrasi. Dusun-dusun tersebut dihubungkan oleh satu jalan utama. Jalan ini digunakan sebagai sarana transportasi ke pusat kecamatan atau kabupaten. Kondisi jalan dikatakan belum memadai karena jalan berbatu, dan sebagian jalan yang beraspal sudah rusak. Jalan tersebut digunakan juga oleh masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian ke pusat kota, dan sebaliknya membawa barang kebutuhan pokok sehari-hari ke desa.

10


(43)

25

mengantar sampai ke desa ini tetapi dengan bayaran yang mahal. Jarak dari Desa Bandar Dolok ke Ibukota kecamatan yakni Pagar Merbau (Tanjung Mulia), sejauh ± 8 Km dengan waktu tempuh 30 menit, sedangkat jarak ke Ibukota Kabupaten yaitu Lubuk Pakam sejauh ±16 Km dapat ditempuh selama 1 (satu) Jam dengan menggunakan kendaraan sepeda motor.

Foto 2. Kondisi Jalan Menuju Desa Bandar Dolok Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015

2.2. Sejarah Singkat Desa Bandar Dolok

Desa Bandar Dolok mulai terbentuk pada tahun 1948 melalui program

pemerintahan yang pada saat itu berjumlah 28 KK (Kepala Keluarga) atau 104 jiwa dengan luas wilayah ±450 Hektar dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yaitu Bapak Juki Purba. Kepala desa tersebut, memimpin Desa Bandar Dolok sampai tahun 1951. Tanah yang digunakan untuk lokasi Desa Bandar Dolok berasal dari penyerahan wakaf dari salah satu warga desa. Pada masa pemerintahan Kepala Desa yang pertama ini, kegiatan Desa Bandar Dolok banyak digunakan untuk menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian regu yang nantinya berkembang menjadi dusun dan penataan kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok masyarakat ini banyak bekerja pada sektor pertanian.


(44)

26

Namun, karena para pendatang waktu itu berasal dari desa maka banyak juga yang membawa hewan ternak dan sebagian mengembangkannya di Desa Bandar Dolok.

Selanjutnya setelah berakhir masa kepemimpinan Bapak Juki Purba, masyarakat Desa Bandar Dolok memilih pemimpin baru pada tahun 1951 yang bernama Bapak Buyung Damanik. Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara langsung yang diikuti oleh dua orang calon. Bapak Buyung Damanik memimpin sampai dengan tahun 1961. Kemudian pada tahun 1961 sampai dengan 1971 Desa Bandar Dolok dipimpin oleh Bapak Firman Silalhi. Tahun 1971 sampai dengan 1985 dipimpin oleh Bapak Abdul Hakim Purba. Tahun 1985 sampai dengan tahun 2005 dipimpin oleh Bapak Azwar Damanik. Selanjutnya pada tahun 2005 masyarakat Desa Bandar Dolok melakukan pemilihan Kepala Desa dengan cara seperti pemilihan Kepala Desa pada saat sekarang ini, dengan beberapa calon Kepala Desa dan sebelumnya melakukan adu visi dan misi dalam rencana Pembangunan Desa Bandar Dolok.

Pada pemilihan Kepala Desa tahun 2005 ini yang tepilih menjadi Kepala Desa adalah Bapak Feri Kurniawan Hasibuan. Rata-rata Kepala Desa di Desa Bandar Dolok ini menjabat selama 2 (dua) periode masa pemerintahan desa. Perkembangan sejarah Desa Bandar Dolok adalah sebagai berikut:


(45)

27

Tabel 1

Sejarah Perkembangan Desa

Tahun Kejadian yang Baik Kejadian yang Buruk

1948

Terbentuknya Desa BandarDolok yang pertama kali

dipimpin Kepala Desa pertama yang bernama Juki Purba

Banyak warga desa yang pindah keluar desa akibat dari buruknya kondisi ekonomi di desa

1951

Diadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama dan terpilih Bapak Buyung Damanik sebagai Kepala Desa

1960

Terjadi banjir karena belum dibangun tanggul penahan banjir 1968

Pembangunan Kantor Kepala Desa Bandar Dolok

1970

Pembangunan Mushola Al-Ikhlas di Dusun III

1982

Pembangunan Mesjid Al-Huda di Dusun II

1984

Pembangunan Tanggul Sei Batu Gingging dan Pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2000

PembangunanMesjid Nurul Iman di Dusun III

Tanggul jebol mengakibatkan areal persawahan rusak

2005

PembangunanMushola Al-Ikhlas di Dusun I

Petani mengalami gagal panen disebabkan hama tikus

2007

Petani mengalami gagal panen disebabkan hama ganjur

2009

Normalisasi aliran Sei Batu Gingging

2010 Pembangunan drainase di Dusun

I, II, dan III dan

Pembangunanperpustakaan sekolah di SD Negeri 104249

Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011-2015

Bedasarkan sejarah awal mulanya, Desa Bandar Dolok adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang yang menurut beberapa tokoh masyarakat dikenal karena sebelum dijadikan pemukiman/perumahan maupun persawahan Desa Bandar Dolok masih berupa


(46)

28

rawa yang sangat luas. Oleh masyarakat yang datang kemudian dibuat tanggul dan jalan yang gunanya untuk mengurangi air di rawa tersebut. Setelah kering, masyarakat menggunakannya sebagai persawahan dan perumahan. Peristiwa ini bermula sekitar tahun 1945. Rawa yang luas tersebut kemudian dalam keseharian masyarakat dikenal sebagai bandar, ketika dijadikan sebuah desa, dinamakan Desa Bandar Dolok.

Desa Bandar Dolok mempunyai Visi yakni: meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bermartabat dan religius dengan mengembangkan potensi sumber daya. Selain menyusun Visi, Desa Bandar Dolok juga mempunyai Misi, yakni: mengembangkan dan meningkatkan hasil pertanian masyarakat, pembuatan sarana jalan usaha tani dan peningkatan jalan lingkungan, peningkatan sarana air bersih bagi masyarakat, perbaikan dan peningkatan layanan sara kesehatan umum, meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kapasitas aparat desa, serta pengadaan permodalan untuk usaha kecil, memperluas lapangan kerja dan manajemen usaha masyarakat.

2.3. Komposisi Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang tahun 2010, jumlah penduduk Desa Bandar Dolok adalah 922 jiwa, yang terdiri dari 449 jiwa penduduk laki-laki dan 473 jiwa penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga adalah sebanyak 235 KK. Jumlah penduduk dapat berubah sesuai dengan tingkat kematian dan kelahiran setiap waktunya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(47)

29

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun Tahun 2014

NO Dusun Penduduk

1 I 291

2 II 304

3 III 322

Jumlah 917

Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dusun III merupakan dusun yang daerahnya paling banyak jumlah penduduknya. Pembagian wilayah dusun di Desa Bandar Dolok tidak ada pembagian wilayah secara khusus, jadi setiap dusun ada yang mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat Desa berada di dusun I (satu). Berikut ini penulis jelaskan mengenai komposisi penduduk Desa Bandar Dolok, yakni mengenai pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu seperti usia, jenis kelamin, mata pencaharian, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan deskripsi ini penulis memanfaatkan data statistik yang diperoleh dari Kantor Camat Pagar Merbau dan Kantor Kepala Desa Bandar Dolok.

2.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Pengelompokkan penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin ini bermanfaat untuk mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang terdiri dari kategori penduduk usia produktif (15-56 Tahun) dan kategori penduduk usia non-produktif (berusia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel berikut ini:


(48)

30

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No Umur

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 0-14 Tahun 65 73 138

2 15-19 Tahun 49 53 102

3 20-26 Tahun 110 89 199

4 27-40 Tahun 87 74 161

5 41-56 Tahun 112 160 272

6 57+ Tahun 23 22 45

Jumlah 917

Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bandar Dolok ini tergolong usia dewasa dan dapat dikategorikan usia produktif (15-56 tahun), selebihnya adalah penduduk usia non-produktif (57 tahun ke atas) dan anak-anak (0-14 tahun). Penduduk usia produktif berjumlah sebanyak 600 dan sisanya ada sekitar 317 adalah usia non-produktif atau lanjut usia. Pada kenyataannya di lapangan ada penduduk usia produktif yang masih bersekolah dan penduduk usia non-produktif yang masih tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi setiap manusia. Setiap orang atau keluarga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Secara umum tingkat pendidikan di Desa Bandar Dolok dapat dikatakan cukup baik. Dari data yang didapat dari Kantor Desa Bandar Dolok bahwa tingkat pendidikan di daerah ini rata-rata mengenyam pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar, namun masih sedikit yang mengenyam pendidikan


(49)

31

hingga Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan karena ekonomi masyarakat setempat.

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Keterangan Jumlah (orang)

1 Lulusan Pendidikan Umum 1. Taman Kanak-kanak 2. Sekolah Dasar 3. SLTP

4. SLTA

5. Akademi (D1-D3) 6. Sarjana (S1-S2)

34 80 25 30 - 15 2 Lulusan Pendidikan Khusus

1. Pendidikan Pesantren 2. Madrasah

3. Sekolah Luar Biasa 4. Kursus/Keterampilan

- - - - Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hanya sedikit saja penduduk yang mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa Bandar Dolok masih tergolong rendah. Berdasarkan laporan RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015, masih ada anak yang putus sekolah pendidikan 9 (sembilan) tahun, hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yakni kurangnya dana untuk membiayai sekolah karena mata pencaharian yang minim. Disamping itu, adanya pengaruh gender dimana bagi sebagian dari mereka berpikir bahwa seorang wanita tidak perlu sekolah tinggi karena setelah lulus mereka tetap akan menjadi seorang ibu rumah tangga. Hal ini tentu mempengaruhi pengetahuan mereka.

Desa Bandar Dolok memiliki sarana pendidikan berupa gedung sekolah. Gedung sekolah tersebut yakni 1 (satu) gedung Taman kanak-kanak, 1 (satu)


(50)

32

gedung sekolah dasar yakni SDN 104249, dan 1 (satu) gedung Madrasah Ibtidaiyah. Sementara untuk sekolah menengah atas masyarakat harus bersekolah di luar Desa Bandar Dolok, umumnya para orang tua memilih menyekolahkan anaknya di Kota Lubuk Pakam.

2.3.3. Jumlah Penduduk Mata Pencaharian Hidup

Pada umumnya masyarakat Desa Bandar Dolok bekerja di sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini didukung oleh keadaan geografisnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Hidup

No Keterangan Jumlah (KK)

1 Karyawan

a. Pegawai Negeri Sipil b. ABRI

c. Polisi d. Swasta e. Perkebunan

6 6 - - 10

2 Wiraswata 20

3 Petani 243

4 Pedagang 15

5 Buruh 30

6 Pensiunan -

7 Nelayan -

8 Pengangguran/pekerja tidak tetap

Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015

Disamping bekerja sebagai petani, terdapat juga yang beternak ayam dan ikan. Ikan-ikan jenis Nila dan Gurami dipelihara mereka di dalam sebuah kolam atau empang sebagai tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


(51)

33

2.3.4. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

Sebagai suatu sistem kepercayaan dan keyakinan, agama bagi masyarakat setempat memiliki peranan yang teramat penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sistem nilai dan norma yang terdapat dalam ajaran agama ditempatkan dalam posisi teratas dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh semua lapisan masyrakat. Masyarakat Desa Bandar Dolok 90% beragama Islam, sehingga nilai-nilai Islami sangat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Termasuk mengenai masalah perkawinan, sehingga tidak ada ditemukan kasus perkawinan campuran antar agama di daerah ini.

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa)

1 Islam 844

2 Protestan 69

3 Katolik 0

4 Budha 0

5 Hindu 0

Jumlah 913

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang 2010

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat desa ini adalah pemeluk agama Islam. Nilai-nilai Islami sudah terinternalisasi pada jiwa masyarakat Desa Bandar Dolok. Sebagai wujud dari spirit keagamaan mereka senantiasa meramaikan mesjid setempat untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu, tetapi yang paling banyak melaksanakan ibadah shalat lima waktu di mesjid adalah kaum perempuan terutama anak-anak dan yang paling ramai waktu sholat maghrib. Apabila hari Jum’at tiba, maka kaum laki-laki di sini datang


(52)

34

berbondong-bondong mengenakan pakaian rapi dan pecinya untuk menunaikan ibadah sholat Jum’at.

Foto 3. Warga Pulang Melaksanakan Shalat Jum’at Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015

Informan menambahkan bahwa suasana keagamaan sangat terasa ketika menjelang bulan Ramadhan dan pada saat perayaan hari-hari besar agama Islam seperti: Maulid Nabi, Isra’Miraj dan hari-hari besar lainnya. Masyarakat akan mengadakan berbagai rangkaian acara di mesjid setempat dengan memasak kue apem sebagai panganan tradisionalnya saat punggahanyaitu hari dimana sehari menjelang bulan suci Ramadhan. Saat acara Maulid Nabi ataupun Isra’Miraj yang menjadi panitianya ialah remaja mesjid, ada satu lagi tradisi lain yang dilakukan masyarakat Desa Bandar Dolok yakni ziarah dan membersihkan tempat pemakaman/perkuburan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

2.4. Pola Pemukiman

Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan ataupun aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pola


(53)

35

pemukiman merupakan persebaran tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya. Ada 3 (tiga) buah dusun yang terdapat di Desa Bandar Dolok, dusun-dusun tersebut ada yang terletak agak masuk ke dalam dengan sebuah gapura sebagai tandanya.

Foto 4. Gapura Utama Desa Bandar Dolok Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015

Secara umum pola pemukiman di Desa Bandar Dolok bersifat berjajar mengikuti jalan desa. Seseorang yang sudah menikah masih ada yang tinggal di lingkungan keluarga isterinya. Menurut Koenjtaraningrat (1967;97-99) adat menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat isteri ini disebut dengan istilah uxorilokal. Rumah-rumah dibangun di pinggir jalan utama yang digunakan untuk menghubungkan desa yang satu dengan desa lainnya. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya tidak terlalu jauh. Kebanyakan bentuk rumah masyarakat sudah termasuk kategori permanen, namun ada juga beberapa rumah semi permanen. Bangunan rumah itu secara umum terdiri dari sebuah ruang utama yang berfungsi juga sebagai ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi atau mereka sering menyebutnya sumur. Masih ada juga masyarakat yang belum memiliki MCK, mereka memanfaatkan tali air untuk mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Dari ruangan-ruangan yang ada, dapur memiliki ukuran yang


(54)

36

paling luas dibanding ruang lainnya. Dapur yang luas ini sekaligus dimanfaatkan untuk menyimpan alat-alat pertanian dan sebagian hasil pertanian mereka.

Foto 5. Pola Pemukiman Rumah Masyarakat Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015

Pekarang depan rumah juga cukup luas yang ditanami bunga-bunga ataupun apotek hidup, ada juga yang memanfaatkannya sebagai tempat berjualan makanan-makanan ringan. Pada sore hari mereka sering memanfaatkannya sebagai tempat untuk bersendagurau, tempat anak-anak bermain, dan apabila panas terik masyarakat memanfaatkannya sebagai tempat untuk menjemur padi.

Suasana malam di Desa Bandar Dolok tidaklah ramai, di sejumlah titik jalan belum ada penerangan sehingga masyarakat tidak berani keluar rumah sendirian jika malam hari karena sering terjadi pembegalan. Penerangan di desa ini sudah menggunakan listrik bersumber dari PLN (Perusahaan Listrik Negara), listrik tersebut digunakan untuk penerangan di rumah, untuk belajar anak-anak, dan sebagai sarana hiburan (menonton televisi).

Untuk sarana kesehatan, Desa Bandar Dolok memang tidak memiliki rumah sakit, namun terdapat sebuah puskesmas sebagai balai kesehatan desa. Puskesmas yang ada digunakan untuk melayani imunisasi setiap bulan bagi balita dan konsultasi para ibu hamil. Dengan adanya puskesmas menunjukkan juga bahwa di Desa Bandar Dolok ada Bidan Desa, mantri dan juga ada dukun


(55)

37

beranak. Kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dapat dikatakan baik, jika sakit mereka mengunjungi bidan desa untuk diperiksa dan mendapatkan penanganan dengan diberikan obat sesuai dengan sakit yang diderita.

2.5. Keadaan Sosial

Penduduk Desa Bandar Dolok berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya berasal dari berbagai kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan yang paling dominan adalah berasal dari Kabupaten Simalungun. Meskipun berasal dari daerah Simalungun, tetapi mayoritas etnis yang ada di Desa Bandar Dolok ialah etnis Jawa dengan jumlah 833 jiwa atau mencapai sekitar 80%, selebihnya ada etnis Melayu, dan Mandailing.

Kerjasama, konflik, dan akomodasi merupakan tiga bentuk kemungkinan atau konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan antar etnis. Konsekuensi itu dapat terjadi antar kelompok etnik yang memiliki ciri-ciri kelompok, identitas dan nilai-nilai budaya sendiri yang diterima oleh dan dapat dibedakan dari kelompok lain. Pada masyarakat Desa Bandar Dolok yang terjadi ialah hubungan yang harmonis, sehingga terbentuk tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, goton-royong, dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Bandar Dolok dan hal ini secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok.

Pada umunya masyarakat Desa Bandar Dolok mengenal antara satu dengan yang lainnya. Bukan hanya etnis Jawa saja, melainkan mereka juga mengenal tetangganya secara mendalam. Hal ini terjadi karena akibat adanya rasa hubungan kekeluargaan, mereka saling bertegur-sapa ketika bertemu di jalan,


(1)

90 Sastraatmadja E. 2006. Petani Di Tanah Merdeka. Bogor: Petani Center HA IPB Scott, James C. 1981.Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia

Tenggara. Pener-bit LP3S. Jakarta

Spradley,James.P. 1997.Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Suetomo,Greg.1997.Kekalahan Manusia Petani. Yogyakarta: Kanisius Supomo.S 1983.Involusi Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara

Winarto T. Yunita. 2011.Bisa Dewek: Kisah Perjuangan Petani Pemulia Tanaman di Indramayu. Jakarta: Gramata Publishing

Wolf. R. Eric .1985.Petani, Suatu Tinjauan Antropologis, Jakarta: CV Rajawali

Sumber Lain:

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 No 2. Jurnal Juni 2010 Kecamatan Pagar Merbau Dalam Angka 2008

Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015

Patar Sinarta S: Pengaruh Kepadatan Populasi Keong Mas Terhadap Tanaman Padi Di Lapangan. 2009. (USU Repository @2009)

Kerontang (Diakses pada: 1 Agustus 2015, 01:57 WIB)


(2)

Lampiran 2

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Suhemi Purba Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Sekretaris Desa

Alamat : Desa Bandar Dolok dusun III 2. Nama : Fery Kurniawan Hsb

Umur : 47 Tahun Pekerjaan : Kepala Desa

Alamat : Desa Bandar Dolok dusun I 3. Nama :Sugiono

Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan menyewa) Alamat : Desa Bandar Dolok 4. Nama : Bp. Nasution

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan milik sendiri) Alamat : Desa Bandar Dolok

5. Nama : Bp. Barus Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Pemilik Penggilingan Padi Alamat : Desa Bandar Dolok 6. Nama : Rosliana Sitorus

Umur : 52 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan milik sendiri) Alamat : Desa Bandar Dolok

7. Nama : Istie Umur : 24 Tahun Pekerjaan : Buruh Upah


(3)

8. Nama : Theresia Sembiring Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan milik sendiri) Alamat : Desa Purwodadi dusun I 9. Nama : Mariyem

Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan milik sendiri) Alamat : Desa Bandar Dolok

10. Nama : Wagiyah Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Buruh Upah

Alamat : Desa Bandar Dolok 11. Nama : Sarinah

Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan menyewa) Alamat : Desa Bandar Dolok 12. Nama : Suwarno

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Penyuluh Pertanian Lapangan Alamat : Naga Timbul

13. Nama : Eko Umur : 34 Tahun

Pekerjaan : Petani (lahan menyewa) Alamat : Desa Pasar Miring 14. Nama : Mhd Ali Sipayung

Umur : 52 Tahun

Pekerjaan : Ketua Kelompok Tani Alamat : Desa Bandar Dolok 15. Nama : Ana

Umur : 33 Tahun Pekerjaan : Buruh Upah


(4)

Lampiran 3

DAFTAR INTERVIEW GUIDE

NO DATA YANG INGIN

DIDAPATKAN

PERTANYAAN ETNOGRAFIS INFORMAN

1 Sejarah Desa Bandar Dolok

Dapatkah bapak ceritakan bagaimana sejarah berdirinya Desa Bandar Dolok?

Kepala Desa dan Sekretaris Desa Bandar Dolok

Adakah kira-kira peninggalan seperti tulisan yang mencatat sejarah tersebut pak?

Penduduk di sini suku apa aja pak? Bagaimana hubungan sosial yang terjalin?

2 Gambaran umum Pertanian Desa Bandar Dolok

Coba bapak jelaskan tentang struktur masyarakat petani di Desa Bandar Dolok

Petani, PPL, Buruh Upah Dan Sekretaris Desa Bandar Dolok Adakah kelompok petani

yang dibentuk? Jika ada,

berapa kelompok pak? Apa saja namanya?

Untuk menanam padi apa saja langkah awal yang harus dilakukan pak/buk?

Jenis bibit apa yang biasanya Ditanam oleh petani? Mengapa memilih bibit tersebut?

Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membajak sawah, menanam dan panen?

Kemana petani menjual hasil panennya? Pada siapa? Berapa harga gabah per kilonya? Bagaimana hubungan petani pemilik lahan dengan buruh upah?

Apakah buruh upah yang bekerja merupakan buruh upah tetap, langganan atau buruh lepas?


(5)

Apakah hubungan bapak/ibu dengan buruh upah hanya sebatas hubungan kerja? atau ada hubungan keluarga? Jika petani menyewah lahan, berapakah biaya sewa yang harus dibayar?

Apakah luas lahan yang di- miliki oleh petani menentukan tinggi rendahnya status sosial? Apakah petani sudah memakai alat-alat pertanian modern? 3 Masalah-masalah

Pertanian

Pernahkah petani mengalami gagal panen?

Petani, PPL, Buruh Upah Apa yang menyebabkan para

petani mengalami gagal panen? Serangan hama apa saja yang menurut petani benar-benar menjadi penghambat?

Selain hama, masalah apa lagi yang dihadapi petani?

Berapa harga pupuk subsidi? darimana petani mendapatkan Pupuk tersebut?

Apakah hasil dari bertani sudah mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga?

Adakah peranan PPL ketika petani mengalami kesulitan? Apakah petani melakukan pola tanam yang serentak?

4 Strategi Mengatasi Masalah Pertanian

Bagaimana cara bapak/ibu dalam mengatasi persoalan pertanian yang dihadapi?

Petani, PPL, Buruh Upah Mengapa bapak/ibu lebih me-

milih menggunakan pestisida? Dan pupuk anorganik?

Adakah dampak dari pestisida terhadap tingkat keburan tanah Sampai sejauh ini?

Apakah tidak ada penerapan Kearifan lokal dalam hal Mengatasi masalah pertanian? Untuk mengatasi masalah eko- nomi hal apa yang dilakukan? Apakah dengan berjualan dan beternak dapat memenuhi


(6)

kebutuhan ekonomi?

Hewan ternak apa saja yang ibu pelihara? Kenapa memilih itu?

Sepengetahuan saya di sini ada penerapan sistem bagi hasil, apakah benar? Bisakah bapak jelaskan mengenai hal itu? Bagaimana cara PPL memberi, membangun kepercayaan pada petani?

Adakah peranan pemerintah dalam mengatasi persoalan yang dihadapi petani saat ini? Apa benar sebagian buruh upah ada yang menjadi pembantu rumah tangga untuk menambah pendapatan ekonomi?

Apakah strategi yang diterap- kan berhasil dan memberi dampak positif?

5 Capaian-capaian Dan Harapan

Apa capaian yang telah dirasa- kan dengan menerapkan strategi yang dibangun?

Petani, PPL, Buruh Upah Apa harapan petani dengan

Membangun strategi itu? Apa harapan petani kepada Pemerintah saat ini?