Potensi dan Pemanfaatan Bambu oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus: Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Indonesia adalah tempat tinggal dan penghidupan bagi ratusan
kelompok etnis, masing-masing dengan caranya sendiri dalam berhubungan
dengan hutan. Hutan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, yaitu sebagai suatu daerah yang mempunyai keanekaragaman hayati
yang sangat tinggi, dimana keanekaragaman tersebut sebagian besar merupakan
penopang kebutuhan hidup manusia. Keanekaragaman hayati adalah sebuah
sumber daya yang tentunya mempunyai nilai ekonomi, baik langsung maupun
tidak langsung (Resosudarmo dan Colfer, 2003).
Hutan sebagai sistem sumberdaya alam memiliki potensi untuk memberi
manfaat multiguna, di samping hasil kayu, hutan dapat memberi manfaat berupa
hasil hutan bukan kayu dan lingkungan. Hasil riset menunjukkan bahwa hasil
hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10% sedangkan sebagian besar
(90%) hasil lain berupa Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) yang selama ini belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Luas hutan Indonesia 120,3 juta Ha, memiliki keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi 30 sampai dengan 40 ribu jenis tumbuhan tersebar di hampir seluruh
pulau yang berpotensi menghasilkan HHNK yang cukup besar. Beberapa jenis
HHNK memiliki nilai cukup tinggi baik di pasar domestik maupun di pasar global

antara lain rotan, bambu, gaharu, atsiri, dan jenis lain. Secara ekonomis HHNK
memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi, namun

Universitas Sumatera Utara

pengembangan usaha dan pemanfaatan HHNK selama ini belum dilakukan secara
intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat (Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan
No. P.21/Menhut-II, 2009).
Bambu tergolong dalam hasil hutan non kayu, yang oleh masyarakat dikenal
sebagai tanaman serbaguna. Dikatakan demikian karena tanaman ini dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, salah satu manfaatnya adalah sebagai
alternatif pengganti kayu. Bambu mudah diperoleh dengan harga yang relatif
murah dan umur produksinya relatif cepat. Bambu merupakan tanaman berumpun
dan dimasukkan dalam famili Gramineae.
Potensi bambu dalam menopang keberlanjutan hutan dinilai ekonomis di
masa depan. Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu dari waktu ke waktu
kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Keadaan ini disebabkan adanya
tindakan


eksploitasi

dengan

cara

yang

sangat

tidak

bijaksana,

tanpa

memperhatikan keberlangsungan dan kelestarian hutan itu sendiri. Pertambahan
penduduk yang pesat, nilai ekonomis yang dikandung hutan merupakan beberapa
hal pemicu semakin cepatnya kerusakan hutan (Gunardja, 1995).

Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan.
Bambu dapat tumbuh di daerah yang beriklim kering hingga yang beriklim basah,
dari dataran rendah hingga ke daerah pegunungan dan biasanya di tempat-tempat
terbuka yang daerahnya bebas dari genangan air (Widyana, 2001).
Menurut Widjaja (2004), cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan
pohon kayu, membuat bambu dapat diunggulkan untuk deforestasi. Selain itu
bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi
persoalan CO2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk
memperbaiki lahan kritis. Selain itu Indonesia memiliki bambu sebagai sumber
daya lokal terbarukan dengan potensi yang luar biasa dari aspek lingkungan alam
dan sosial ekonomi.
Di Indonesia bambu memegang peranan yang sangat penting. Bahan bambu
dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan antara
lain: batangnya kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan
mudah dikerjakan serta mudah diangkut. Dari aspek sosial dan ekonomi, tanaman
bambu yang telah merata di daerah-daerah pedesaan dan dapat dikatakan

merupakan tanaman yang merakyat telah mampu mengangkat perekonomian
masyarakat sebagai penghasilan yang utama atau tambahan (Batubara, 2002).
Secara tradisional umumnya bambu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
seperti alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan bahan makanan. Sebagai
bahan bangunan banyak dipakai didaerah pedesaan, sedangkan di kota bambu
merupakan bahan penting untuk rumah murah, bangunan sementara dan untuk
bangunan bertingkat (Widjaja dkk., 1994).
Bambu merupakan salah satu komoditas hasil hutan non kayu dari Sumatera
Utara karena potensinya cukup banyak. Desa Sihombu merupakan salah satu desa
terpencil di Sumatera Utara yang terletak di Kecamatan Tarabintang, Kabupaten
Humbang Hasundutan yang berpotensi menghasilkan bambu. Meskipun tanaman
ini cukup dikenal masyarakat dan merupakan tanaman serbaguna serta dapat
menambah pendapatan masyarakat yang apabila digarap secara maksimal, namun
hingga saat ini bambu kurang mendapat perhatian (kurang ditonjolkan).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
potensi dan pemanfaatan bambu oleh masyarakat Desa Sihombu, Kecamatan
Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan.


Tujuan Penelitian
1. Mengetahui potensi dan jenis bambu yang terdapat di Desa Sihombu,
Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Mengetahui pemanfaatan bambu oleh masyarakat sekitar hutan yang terdapat
di Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat lokal mengenai jenis-jenis bambu
yang terdapat pada Hutan Produksi Terbatas di Desa Sihombu, Kecamatan
Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai pemanfaatan
bambu di Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang
Hasundutan.
3. Sebagai sumber informasi bagi para pengambil kebijakan agar dapat
mengetahui apakah tanaman bambu yang diambil masyarakat dari Hutan
Produksi Terbatas

di Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten


Humbang Hasundutan mendapatkan ijin dari pemangku hutan (legalitas
pengambilan hasil hutan).

Universitas Sumatera Utara