Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Agronomi

Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika
Tengah dan Selatan. Tanaman ini idealnya ditanam pada kisaran suhu 20-27oC
dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Secara umum tomat dapat
tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1500 m dpl. Kata tomat berasal dari
bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate. Tanaman
tomat berasal dari negara Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh
Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropik, sebagai gulma.

Penyebaran tanaman tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan
kotorannya tersebar kemana-mana. Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia
dilakukan oleh orang Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia sesudah kedatangan
orang Belanda. Dengan demikian, tanaman tomat sudah tersebar ke seluruh dunia,
baik di daerah tropik maupun subtropik (Turgiyono, 2002).

Di Indonesia buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sangat digemari,karena
rasanya enak, baik untuk dimakan segar, dibuat salad maupun untuk bumbu

masak, bahkan tanaman ini mengandung vitamin C, vitamin A (karoten) dan
mineral. Konsumsi tomat segar dan olahan meningkat terus seiring dengan
kebutuhan manusia pada gizi yang seimbang. Kebutuhan minimum vitamin A dan
vitamin C tiap orang dapat terpenuhi apabila tiap hari makan tomat sebanyak 100
hingga 300 gram. Akan tetapi sayuran dan buah-buahan lainnya merupakan

Universitas Sumatera Utara

sumbangan terhadap kebutuhan kita pula, sehingga apabila makan sayuran dan
buah-buahan tersedia setiap hari telah cukup dapat menciptakan masyarakat yang
sehat gizi (Wiryanta, 2002).

Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Anak divisi

: Angiospermae


Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus

: Lycopersicon (Lycopersicum)

Species

: Lycopersicon esculentum Mill


Tomat selain sebagai bahan pangan bagi manusia juga memiliki kontribusi
terhadap perekonomian negara diantaranya berkontribusi terhadap PDB nasional
dan sebagai sumber mata pencaharian warga untuk memperoleh pendapatan
(Cahyono, 1998).

Menurut Rahardi (2006), sebagai salah satu produk agribisnis, sayuran memiliki
karakteristik tersendiri yang membedakan dengan komoditas hortikultura lainnya.
Karakteristik yang dimiliki sayuran antara lain:
1.Tidak tergantung musim
Sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran semusim dan tahunan. Meskipun ada
beberapa sayuran yang sifatnya tahunan, namun konsumen masih dapat
menemukan walaupun jumlahnya sedikit dan harganya mahal. Sehingga sayuran
dapat dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuhnya terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

2.Tinggi risiko
Produk sayuran umumnya mudah rusak, mudah busuk, dan voluminous. Jika tidak
ada penanganan lebih lanjut pada pasca panen maka harganya pun akan turun

bahkan tidak bernilai sama sekali.

3.Perputaran modalnya lebih cepat.
Walaupun berisiko tinggi, namun perputaran modal usaha sayuran terbilang cepat
dibandingkan dengan komoditas pertanian yang lainnya. Hal ini terkait dengan
umur tanam untuk produk sayuran lebih singkat dan disertai dengan permintaan
konsumen terhadap berbagai jenis sayuran tidak akan pernah berhenti.

Menurut Kurnia et al.(2004), pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran
tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti iklim dan topografi lingkungan lahan
tanam. Secara umum, sentra produksi tomat dataran tinggi terletak pada
ketinggian 700-2500 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata
sekitar 220C. Selain itu, curah hujan di sentra produksi sayuran dataran tinggi
berkisar 2.500 hingga 4.000 mm/tahun dan merupakan daerah yang dipengaruhi
oleh aktivitas gunung merapi baik statusnya masih aktif maupun yang sudah tidak
aktif lagi.
Menurut Dewa (2007), tomat dapat diusahakan diberbagai daerah. Namun,
pertumbuhan optimal tomat hanya dapat terjadi pada daerah di ketinggian lebih
dari 750 m dpl dengan kemasaman lahan sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 15C-28C
sangat cocok agar tomat tumbuh optimal. Tomat akan cenderung kuning pada

suhu di atas 32 C dan warna buah tidak merata jika berada pada suhu yang tidak

Universitas Sumatera Utara

stabil. Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan tomat antara 750-125
mm/tahun dengan sistem pengairan yang baik.

2.1.2 Sistem Agribisnis
Agribisnis dari cara pandang ekonomi ialah usaha penyediaan pangan. Pendekatan
analisis makro memandang agribisnis sebagai unit sistem industri dan suatu
komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara regional atau
nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro memandang agribisnis sebagai
suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu subsistem agribisnis,
baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini komodias atau lebih dari satu
lini komoditas (Maulidah, 2012).
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas,
mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan
pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang
saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu
sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu:


Subsistem Agribisnis Praproduksi/Agroindustri Hulu
Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, ,
pupuk , obat pemberantas hama alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian.
Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan,
perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat
perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis.
Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri
hulu (upstream).

Universitas Sumatera Utara

Subsistem AgribisnisProduksi / Usahatani
Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan,
buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan
dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha
tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain (Gumbira, 2001).

Subsistem AgribisnisPasca Produksi/ Agroindustri Hilir
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk

usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang
dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar
negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian
didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul
produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-lain.
Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (downstream).
Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor
penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan
lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan(Maulidah, 2012).

2.1.3 Erupsi Gunung Sinabung
Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya
adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi di
provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini tidak pernah
tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus

Universitas Sumatera Utara


pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan
berlangsung hingga kini. Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan
ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari,
status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak
berhenti dan kondisinya fluktuatif (Simatupang, 2013).

Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan
yang semakin menguat, sehingga status dinaikkan kembali menjadi Siaga.
Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan. Letusanletusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5
km. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat
rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena
hujan abu vulkanik.

Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi
Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar
radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan.

2.2 Landasan Teori
Menurut Arsyad (2003) agribisnis adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang

ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Arti luas maksudnya adalah
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertaian dan kegiatan usaha yang ditunjang
oleh kegiatan pertanian.
Pada umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material- material
dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam

Universitas Sumatera Utara

pengolahan suatu barang atau jasa. Faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input,
production factor, dan korbanan produksi (Soekartawi, 2001).

Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output.
Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja tetapi juga
penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali, hingga pemasaran
hasilnya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. Bahkan sebenarnya
perbedaan antara barang dan jasa itu sendiri, dari sudut pandang ekonomi, sangat tipis.
Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi di asumsikan dengan tujuan
memaksimumkan keuntungan (Pracoyo, 2006).


Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi2 kelompok,
yaitu :
1. Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.
2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan,

tingkat

pendapatan,

resiko

ketidakpastian,

kelembagaan,

tersedianya kredit dan sebagainya (Soekartawi, 2003).


Untuk memperoleh tingkat produksi optimal agar tercapai tingkat penerimaan
yang optimal, produsen haruslah memperhitungkan jumlah produksi, di mana
pada jumlah tersebut diharapkan penggunaan yang berlebihan akan menurunkan
hasil sehingga optimalisasi penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi
penerimaan akan tercapai bila penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien dan

Universitas Sumatera Utara

harga yang berlaku dapat menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang
diperoleh mencerminkan tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut
(Sudarsono, 1995)

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya
produksi (input).Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh
sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek,
dll (Sofian, 2006).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut(Ahmadi, 2001).

Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan selisih antara
penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan
digambarkan sebagai berikut.
Y = TR-TC
Keterangan:
Y

= Pendapatan (Rp)

TR

= Total Penerimaan (Rp)

TC

= Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus
formula sebagai berikut.
TR = P.Q
TC = TFC + TVC
Keterangan
P

= Harga per satuan (Rp)

Q

= Jumlah Produksi (kg)

TVC

= Total Biaya Variabel (Rp)

TFC

= Total Biaya Tetap (Rp) (Suratiyah, 2006).

2.3. Kerangka Pemikiran
Sistem Agribisnis yang baik harus didukung pula oleh baiknya kinerja setiap
subsistem agribisnis. Setiap subsistem agribisnis akan mendukung kinerja
subsistem agribisnis lainnya. Dalam penelitian ini sistem agribisnis yang diteliti
adalah sistem agribisnis komoditas tomat. Tomat merupakan tanaman pangan
yang memiliki prospek usaha yang cukup baik. Permintaan tomat cukup tinggi,
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

Subsistem dalam agribisnis tomat meliputi subsistem praproduksi, subsistem
produksi/usahatani, dan subsistem pasca produksi. Kinerja seluruh subsistem ini
harus berjalan baik. Kinerja sistem agribisnis tomat yang berjalan dengan baik
dapat meningkatkan produksi,produktivitas serta pendapatan petani tomat.

Tomat merupakan salah satu

komoditi pertanian penopang perekonomian

masyarakat di Kabupaten Karo. Akan tetapi, belakangan ini produksi komoditi
tomat telah menjadi sumber masalah karena terjadinya musibah erupsi gunung

Universitas Sumatera Utara

Sinabung. Maka untuk melihat dampak dari musibah erupsi gunung Sinabung
terhadap petani karo akan dibandingakan kinerja sistem agribisnis tomat dan
pendapatan usahatani tomat sebelum dan sesudah terjadinya bencana alam erupsi
gunung Sinabung. Berdasarkan uraian sebelumnya maka secara sistematis dapat
digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut.

AGRIBISNIS TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill)

Kinerja Sistem Agribisnis:

Kinerja Sistem Agribisnis:

- Subsistem Praproduksi

- Subsistem Praproduksi

- Subsistem Produksi

- Subsistem Produksi

- Subsistem Pasca Produksi

- Subsistem Pasca Produksi

Pendapatan
Sebelum
Musibah Erupsi
Gunung
Sinabung

Pendapatan
Sesudah
Musibah Erupsi

Gunung
Sinabung

Gambar1. Skema kerangka Pemikiran

Keterangan
: Menyatakan Pengaruh
:

Menyatakan Banding/Komparasi

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian
Sesuai landasan teori yang telah dibangun, maka diajukan hipotesis yang akan
diuji kebenaranya sebagai berikut :
1. Kinerja sistem agribisnis tomat sebelum terjadi musibah erupsi gunung
Sinabung adalah lebih baik daripada sesudah terjadi musibah erupsi gunung
Sinabung.
2. Pendapatan Petani tomat sebelum terjadi musibah erupsi gunung Sinabung
adalah lebih tinggi daripada sesudah terjadi musibah erupsi gunung Sinabung.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

15 160 96

Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara

6 97 49

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

1 10 91

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 11

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 1 7

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 40

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 35

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 13