Pemanfaatan Abu Boiler Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Pengganti Pupuk Kalium (K)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman

kelapa

sawit

merupakan

tanaman

primadona

yang

dikembangkan pada saat ini, disebabkan oleh perkembangan harga minyak sawit
di pasaran internasional yang semakin membaik dan akan menjadi andalan devisa
masa depan. Hal inilah yang mengakibatkan industri pengolahan kelapa sawit

semakin meningkat. Data BPPP (2007) menunjukkan bahwa pada tahun 2003
pengolahan kelapa sawit di seluruh Indonesia mencapai 320 unit dengan kapasitas
olah 13.520 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Hingga tahun 2005, jumlah unit
pengolahan di seluruh Indonesia mencapai 420 unit dengan kapasitas olah 18.268
ton TBS per jam, dan peningkatan ini terus berlanjut hingga tahun 2010 pabrik
kelapa sawit yang ada 608 unit di seluruh Indonesia dengan total kapasitas olah
34.284 ton TBS per jam (Ditjen PPKS, 2013) dengan potensi Crode Palm Oil
(CPO) yang dihasilkan sebanyak 34.584.000 ton per tahun.
Industri pengolahan kelapa sawit mengolah TBS menjadi CPO dan
disamping itu dihasilkan juga limbah. Limbah ini dapat berupa limbah padat,
limbah cair dan gas. Limbah padat berupa tandan kosong (TKKS), pelepah, serat
dan cangkang, sedangkan limbah cair (POME) akan dialirkan langsung kedalam
kolam pembuangan limbah minyak sawit. Setiap satu unit tandan buah segar
(TBS) menghasilkan 23% tandan kosong, 6,5% cangkang, 13% serabut, dan 50%
limbah cair (Tim PT SP. 2000) dan masing-masing limbah ini mempunyai potensi
dan pemanfaatan masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

Selama ini limbah padat yang dihasilkan parik pengolahan kelapa sawit

khususnya limbah cangkang dan serat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar
untuk memanaskan mesin boiler. Cangkang dan serat dibakar dengan
perbandingan 1:3. Setiap pembakaran serat dan cangkang ini akan menghasilkan
abu yang disebut abu boiler. Fauziah dan Hendri (2013), mengungkapkan bahwa
dalam 1 ton cangkang dan serat sawit dapat menghasilkan 5% abu boiler. Apabila
satu unit pabrik kelapa sawit memiliki kapasitas olah TBS 60 ton/jam, maka akan
diperoleh cangkang dan sawit 11,7 ton/jam (19,5%), dan abu yang dihasilkan pada
pembakaran cangkang dan serat ini sebanyak 5% yaitu 585 kg/ jam atau 11.700
kg/ hari. Apabila total kapasitas olah TBS pabrik di seluruh Indonesia 34.284 ton
TBS per jam maka akan dihasilkan abu boiler sebanyak 334,269 ton/jam atau
6.685,38 ton/hari atau 2.406.736,8 ton per tahun (± 2,41 juta ton/tahun) di seluruh
Indonesia. Abu ini akan sangat melimpah apabila tidak dimanfaatkan.
Abu boiler mempunyai potensi kandungan unsur hara yang tinggi terutama
kalium (K). Hasil analisis yang dilakukan oleh Ditjen Pengolahan Hasil Pertanian
(PPHP) tahun 2006, potensi kandungan hara K abu boiler yaitu 16,6–24,9%.
Hasil analisis Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan (2014) kadar K2O yang
dikandung abu boiler ini sebanyak 2,74% (Lampiran 2). Sehingga dalam suatu
unit pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 60 ton/jam dapat mengahasilkan
K2O dari abu boiler sebanyak 16,029 kg/jam atau 320,58 kg K2O/hari. Selain
unsur K, abu boiler juga mempunyai pH yang tinggi yaitu 10–12 yang berpotensi

menaikkan pH pada tanah.
Oleh karena abu boiler yang dihasilkan pabrik PKS cukup banyak dan
didukung oleh tingginya unsur hara K

yang dikandung, maka abu boiler

Universitas Sumatera Utara

berpotensi ini sebagai sumber unsur hara tanah terutama K, menggantikan pupuk
MOP (KCl) yang harganya relatif lebih mahal. Atas dasar itu maka dilakukanlah
penelitian pemanfaatan abu boiler sebagai sumber pupuk Kalium.
Kerangka Permasalahan
Produksi limbah pabrik kelapa sawit semakin hari semakin meningkat,
khususnya limbah hasil pembakaran cangkang dan serat sawit yang disebut
dengan abu boiler. Limbah ini ternyata mengandung K yang tinggi sekitar 16,6–
24,9%. Kadar K tersedia di tanah umumnya rendah. Oleh karena abu boiler yang
dihasilkan cukup banyak dan didukung oleh tingginya unsur hara K yang
dikandung, maka abu boiler ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur K,
mnggantikan pupuk MOP (KCl) yang harganya relatif lebih mahal.
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan abu boiler pabrik kelapa
sawit sebagai sumber unsur K.
Hipotesis Penelitian
Abu boiler dapat menjadi sumber unsur K tanah yang tersedia bagi
tanaman.
Kegunaan Penelitian


Sebagai bahan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan atau bagi
yang memerlukan dalam penyediaan pupuk untuk tanah yang dapat
meningkatkan produksi tanaman.

– Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara