Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Kriteria usaha yang didirikan diwilayah sekitar Universitas Sumatera

Utara sebagian besar adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Merupakan
salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak
sektor UKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan lapangan
pekerjaan. Kriteria Usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan
Menengah telah di atur dalam payung hukum berdasarkan Undang – Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada
beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria
UMKM. Pengertian – pengertian UMKM tersebut adalah :
1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagai mana dalam undang – undang ini.
2. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang ini.

9
Universitas Sumatera Utara

3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang – undang ini.
Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini
meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil
informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang
asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha
kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang
telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya
(Panji Anoraga, 2002:45).
UKM Menurut Undang – Undang No. 9 RI Tahun 1995 adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus
Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

10
Universitas Sumatera Utara

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu
Miliar Rupiah).
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.2.

Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen (Suryana 2003 : 13).
Machfoedz (2005 : 9) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah
pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk
mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih
menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi

tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai
permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif.

11
Universitas Sumatera Utara

Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang
yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu
yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut
tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis,
kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai
kesempatan, dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam
menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan
proyek dengan baik (Ranto, 2007 : 21).
2.3.

Keberhasilan dalam Usaha
Kegiatan ber-usaha selalu mempunyai tujuan atau sasaran untuk

memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah. Namun demikian,

laba bukanlah merupakan satu – satunya tujuan kegiatan usaha, akan tetapi masih
terdapat tujuan – tujuan lain yang dapat dicapai, seperti mengurangi pengangguran
atau

membuat

kesempatan

kerja,

membantu

masyarakat

sekitarnya,

perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu meningkatkan pendapatan
pemerintah melalu pajak (Asri, 1986 : 3 – 4).
Menurut Ranto (2007 : 20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik
dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi

kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga
menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bias
membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak
berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun
kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik

12
Universitas Sumatera Utara

maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar
yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.
Pada pengukuran kesuksesan bisnis dapat berbeda antara satu usaha
dengan yang lain atau antara satu pemilik dengan pemilik usaha yang lainnya.
Namun, kesuksesan suatu usaha dapat dilihat dari data subjektif ataupun objektif
atas berbagai aspek, misalnya pertumbuhan penjualan, pangsa pasar yang dimiliki,
dan tingkat keuntungan yang dicapai (Dawes dalam Indarti, 2004). Dua
pengukuran yang dapat dipakai untuk mengukur kesuksesan suatu usaha yakni,
kinerja financial dan non-financial. Pengukuran financial merupakan pengukuran
tradisional yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha, biasanya
berhubungan dengan tingkat profitabilitas usaha (return on investment).

Sedangkan pengukuran non-financial dapat dilihat dari kualitas produk yang
dihasilkan, tingkat persediaan, produktivitas, fleksibilitas, kecepatan pengiriman,
dan pegawai.
Pengukuran selain financial dan non-financial terdapat juga pengukuran
subjektif dan objektif. Pengukuran subjektif dapat didefinisikan sebagai
kesuksesan yang diharapkan/diterima oleh pemilik usaha, sedangkan pengukuran
objektif salah satunya dapat dilihat dari persentase aktual dari pertumbuhan
penjualan atau tingkat keuntungan yang dicapai.
Pengukuran kesuksesan usaha juga dapat dilihat dari kecepatan dalam
mencapai BEP (break even points). Analisis BEP adalah salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mengukur keuntungan dan kerugian atas pemilihan lokasi
suatu usaha. Sebuah perbandingan ekonomi dapat dibuat dengan cara

13
Universitas Sumatera Utara

mengidentifikasi biaya tetap dari biaya variabel serta membuat grafik biaya yang
dibutuhkan atas tiap-tiap lokasi yang akan dipilih. Analisis ekonomi lain yang
dapat digunakan untuk mengukur kesuksesan usaha adalah dengan analisis ROI
(return on investment).

Analisis ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan
biaya operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan
modal. Pencapaian real profit merupakan salah satu ukuran kesuksesan usaha.
Real profit adalah tunai yang tersisa setelah upah yang dikeluarkan. Kemampuan
memberikan real profit adalah garis pembatas antara memiliki pekerjaan dan
memiliki usaha. Pada tahap ini, bisnis tidak hanya memberikan upah atas waktu
yang

telah

dikeluarkan,

tapi

juga

mengembalikan

semua


yang

telah

diinvestasikan. Diluar pembayaran hutang atau pajak pendapatan. Pada level ini
sebuah usaha menjadi lebih berharga daripada nilai asetnya, karena memberikan
return on investment dan alur kas yang positif. Pencapaian real profit ini dapat
dijadikan sebagai salah satu analisis ekonomi dalam menilai lokasi usaha yang
strategis.
2.4.

Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha
Menurut Anoraga (2002 : 38), untuk menjamin keberhasilan dalam usaha

harus dilaksanakan persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana
usaha. Rencana bisnis berguna sebagai peta jalan bagi wirausahawan dalam
perjalanannya menuju pembangunan bisnis yang sukses. Suatu rencana usaha
biasanya disusun berdasarkan fungsi-fungsi operasional usaha, yaitu fungsi
pemasaran, produksi, keuangan dan fungsi sumber daya manusia.


14
Universitas Sumatera Utara

Sebelum memikirkan berapa keuntungan nyata yang dapat diperoleh dan
cara mendapatkannya melalui kegiatan usaha tersebut, perlu dipahami dan dikaji
secara lengkap mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
usaha. Hal ini penting untuk dihayati terlebih dahulu, sebab banyak orang yang
beranggapan bahwa hanya karena kurang uang atau modal, maka harapan untuk
memperoleh keuntungan menjadi terhambat. Sukses tidaknya suatu kegiatan
usaha pada dasarnya tidak tergantung pada besar kecilnya ukuran usaha, tetapi
lebih dipengaruhi oleh bagaimana mengelolanya.
Masa – masa kritis yang harus dilalui perusahaan dalam hidupnya adalah
selama lima tahun sejak didirikan. Ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal
melewati usia dua tahun pertamanya. Tidak sedikit pula usaha yang maju selagi
kecil, namun kemudian jatuh setelah besar. Oleh karena itu, pengetahuan
kewirausahaan menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan wirausaha dalam
mengelola usahanya. Pengetahuan ini dapat diperoleh secara langsung maupun
tidak langsung. Banyak pula usaha kecil yang cukup sukses ketika masih dikelola
pendirinya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi wirausaha untuk mampu
menularkan pengetahuan kewirausahaan ke dalam manajemen operasional

kegiatan usahanya. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman penyebab
kegagalan juga menjadi penting. Dalam hal ini, pengetahuan penyebab kegagalan
tersebut berguna sekali sebagai bahan pelajaran yang dapat membantu untuk
menentukan pilihan dan cara – cara mengurusnya (Singgih, 1986 : 2).
Kelemahan yang sering kita jumpai pada usaha kecil yang gagal adalah
keorganisasian,

keuangan,

administrasi,

dan

pemasaran.

Kelemahan

15
Universitas Sumatera Utara

keorganisasian pada umumnya berupa tidak jelasnya struktur organisasi, pebagian
tugas dan wewenang yang tidak jelas, status karyawan, serta sistem penggajian
yang tidak beres. Selain itu, kepemimpinan seseorang diri mempunyai kelemahan
yang dapat menghancurkan usaha, terutama jika pimpinan sakit dalam jangka
waktu yang cukup lama atau bahkan meninggal dunia secara mendadak,
sementara persiapan kader belum dilakukan.
Kelemahan dibidang pemasaran pada umumnya berupa ketidakserasian
antara program penawaran jasa dan pelayanan konsumen akan kebutuhannya
terhadap jasa. Kelemahan ini juga disebabkan karena kurangnya pengamatan
pasar, sehingga tidak tahu posisi pasarnya, cara menghadapi saingan, serta cara
mempromosikan hasil usahanya. Kelemahan lain yang sering muncul adalah
perluasan atau pengembangan usaha yang dilakukan secara emosional tanpa
didukung oleh data dan fakta yang aktual.
Dalam bidang keuangan, biasanya pengusaha lemah dalam membuat
anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembukuan secara baik, serta tidak adanya
batasan tegas antara harta milik pribadi (keluarga) dengan harta milik
perusahaan.Dengan demikian, seringkali pimpinan tidak tahu tentang besarnya
laba rugi kegiatan usahanya.
Berdasarkan uraian di atas , selanjutnya akan dapat diyakini bahwa untuk
mencapai sasaran nyata kegiatan usaha yang berupa keuntungan, masih banyak
hal atau faktor selain modal, yang hakiki untuk diperhatikan. Untuk itu, pada
kesempatan ini, secara berturut – turut akan dibicarakan mengenai faktor – faktor
tersebut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, antara lain :

16
Universitas Sumatera Utara

1. Pengetahuan Kewirausahaan
Kewirausahaan (Entrepreneurship) merupakan hasil dari suatu
proses yang terkontrol dan sistematis, dalam menerapkan kreatifitas yang
diperlukan serta dapat memamfaatkan peluang dipasar. Hal ini melibatkan
penerapan strategi yang difokuskan pada ide-ide baru dan pengetahuan
baru yang lebih dalam untuk menciptakan suatu produk dan jasa yang
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau mengatasi permasalahan
pelanggan. Oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki pengetahuan
tentang kewirausahaan yang diperlukan dalam menggerakkan roda
kegiatan bisnisnya.
Pengetahuan Kewirausahaan adalah segala sesuatu yang perlu
diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber
informasi, baik yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung.
Pengetahuan Langsung diperoleh melalui suatu proses untuk mendapatkan
pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam menjalankan kegiatan
bisnis nya.
Entrepreneurial proses yang harus dilalui seorang wirausaha atau
(entrepreneur) dengan memadukan atau mengombinasikan peluang,
sumber daya serta organisasi tempat entrepreneur melakukan kegiatan
bisnis nya atau organisasi bisnis yang dimiliki nya. (Arafah, 2010 : 20).
Pengetahuan langsung yang diperoleh dari entrepreneur proses
tersebut menuntut seorang wirausaha memiliki pengalaman yang cukup
luas mengenai seluk beluk usaha yang berdasarkan pengalaman sendiri

17
Universitas Sumatera Utara

menjadi pengetahuan sendiri baik berdasarkan usia, atau lamanya
seseorang tersebut menjalankan usaha tersebut.
Seorang entrepreneur harus bisa memperoleh pengetahuan lain
yang diperoleh secara tidak langsung. Pengetahuan tidak langsung bisa
diperoleh dari sumber-sumber reverensi seperti buku, majalah, internet,
dan media-media lainnya yang berisi informasi-informasi yang penting
yang berkenaan dengan usaha yang dijalankan. Pengalaman orang lain
yang juga berkecimpung didunia usaha bisa menjadi sumber pengetahuan
tidak langsung bagi seorang entrepreneur.
Seorang entrepreneur bisa belajar dari kesuksesan maupun
kegagalan orang lain dalam menjalankan usaha. Dari pengalaman orang
lain tersebut kita bisa belajar mengenai prilaku wirausaha yang
sebenarnya, baik prilaku wirausaha secara individu dalam pekerjaan, dan
dalam menghadapi resiko. Perilaku wirausaha secara individu, antara lain :
1. Teguh pendiriannya
2. Selalu yakin dengan apa yang dia kerjakan dan lakukan
3. Berprilaku professional dalam arti punya tanggung jawab, komitmen
tinggi,disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur
dan terbuka
4. Optimis dalam segala prilaku yang dia lakukan
5. Berprilaku positif dalam mendengar serta mengnanggapi suatu saran
atau cercaan

18
Universitas Sumatera Utara

6. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan
(fisioner)
7. Selalu berorientasi ‘pasti ada jalan keluarnya’ sehingga dia berpikir
kreatif dan inovatif untuk menemukan solusinya ( Hendro, 2011 : 166 )
2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran (Suryana, 2006 : 137) adalah paduan dari kinerja
wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam
mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik
konsumen, wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat
dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu:
1. Produk Jasa (The Service Product)
Produk jasa menurut Kotler (2000 : 428) merupakan “segala sesuatu yang
ditawarkan

produsen

untuk

diperhatikan,

diminta,

dicari,

dibeli,

digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan.” Produk yang ditawarkan meliputi
jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk jasa dapat
berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan
pelanggan. Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak
berwujud dan cepat hilang, lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses
mengkonsumsi jasa tersebut. Sesungguhnya pelanggan tidak membeli
barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang
ditawarkan (Hurriyati, 2005 : 50).

19
Universitas Sumatera Utara

2. Tarif Jasa (Price)
Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa
karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan
penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/mamfaat
yang dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting
dalam gambaran kualitas jasa (Hurriyati, 2005 : 52). Strategi penentuan
tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif premium
pada saat permintaan tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan
menurun. Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa harus
memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa
keputusan penentuan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara
keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus
dipertimbangkan. Lebih jauh lagi, tarif spesifik yang akan ditetapkan akan
bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar tersebut.
Prinsip-prinsip penetapan harga, antara lain:
1. Perusahaan

harus

mempertimbangkan

sejumlah

faktor

dalam

menetapkan harga, mencakup : pemilihan tujuan penetapan harga,
menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya, menganalisis harga
yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan
metode penetapan harga, serta mementukan harga akhir.
2. Berbagai jenis biaya harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga,
termasuk yang didalamnya adalah biaya langsung dan tidak langsung,
biaya tetap dan biaya variabel, serta biaya-biaya lainnya.

20
Universitas Sumatera Utara

3. Setelah

menetapkan struktur

harga,

perusahaan

menyesuaikan

harganya dengan menggunakan harga psikologis, harga promosi,
diskon harga, serta harga bauran produk.
3. Tempat/Lokasi Pelayanan (Place/Service Location)
Untuk produk industry manufaktur place diartikan sebagai saluran
distribusi (zero channel, two level channels, dan multi level channels),
sedangkan untuk produk industry jasa, place diartikan sebagai tempat
pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok
jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan
mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan
bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan
berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan
bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan mamfaat
dari jasa. Terdapat tiga mancam tipe interaksi antara penyedia jasa dan
pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi (Hurriyati. 2005 :
55), yaitu sebagai berikut :
1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa,
2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau
3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui
perantara.
4. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu factor penentu keberhasilan. Betapapun
kualitasnya suatu jasa bila pelanggan belum pernah mendengarnya dan

21
Universitas Sumatera Utara

tidak yakin bahwa jasa tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka
tidak akan pernah membelinya. Pada hakikatnya menurut Buchari Alma
(2004 : 179), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang
merupakan aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal
pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan
utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan
bauran pemasarannya (Hurriyati, 2005 : 58).
5. Orang/Partisipan (People)
Menurut Zeithaml and Bitner (2000 : 19), orang (people) adalah semua
pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat
mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari ‘people’ adalah
pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan
jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan mempunyai pengaruh terhadap
persepsi

konsumen

atau

keberhasilan

penyampaian

jasa

(sevice

encounter). Elemen people ini memiliki dua aspek (Hurriyati, 2005 : 63)
yaitu :
1. Service people
Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan
ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui
pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti, dan akurat dpata

22
Universitas Sumatera Utara

menciptakan

kepuasan

dan

kesetiaan

pelanggan

terhadap

perusahaan yang akhirnya meningkatkan nama baik perusahaan.
2. Customer
Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada
diantara para pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi
kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya
dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat
dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya
manusia.
6. Sarana Fisik (Physical Advidence)
Sarana fisik menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 20), merupakan suatu
hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk
membeli dan menggunakan produk jasa. Unsur-unsur yang termasuk di
dalam sarana fisik antara lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan
fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya
yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul, label,
dan lain sebagainya.
7. Proses (Process)
Proses menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 20), adalah semua prosedur
aktual,

mekanisme,

dan

aliran

aktivitas

yang

digunakan

untuk

menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya
perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitasnya untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahaan

23
Universitas Sumatera Utara

jasa, kerja sama antara pemasaran, dan operasional sangat penting dalam
elemen proses ini, terutama dalam melayani semua kebutuhan dan
keinginan konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, maka
kualitas jasa diantaranya diliaht dari bagaimana jasa menghasilkan
fungsinya (Hurriyati, 2005 : 65).
3. Manajemen Permodalan dan Keuangan
Manajemen permodalan dan keuangan yaitu pengelolaan dana yang
digunakan dalam Usaha untuk menghasilkan keuntungan yang sesuai
dengan tujuan usaha yaitu berisi tentang perkiraan dan taksiran atas
kebutuhan modal untuk investasi, modal kerja dan arus kas; yang
mencakup penerimaan dari usaha sampingan, rincian pengeluaran atas
biaya langsung (biaya produksi) dan biaya tak langsung (biaya-biaya
pemasaran, umum dan penyusutan), laba sebelum pajak, taksiran pajak,
laba sesudah pajak dan arus kas sesudah pajak.
2.5

Penelitian Terdahulu
Syahputra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Parfum di Jalan Jamin
Ginting Padang Bulan Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis faktor-faktor keberhasilan usaha parfum di Jalan Padang Bulan
Medan. Analisis variabel yang mendorong keberhasilan usaha yang terdiri dari 3
(tiga) variabel yaitu pengetahuan kewirausahaan, strategi pemasaran, manajemen
permodalan dan keuangan terhadap informan dari pihak pemilik usaha parfum di

24
Universitas Sumatera Utara

Jalan Padang Bulan Medan dengan informan dari pihak pelanggan/konsumen
usaha.
Penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Informan dalam penelitian
ini adalah seluruh pemilik usaha parfum di Jalan Padang Bulan Medan Yang
Berjumlah 8 (delapan) serta 16 (enam belas) konsumen usaha parfum di Jalan
Padang Bulan Medan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan
observasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian dari pihak pemilik usaha parfun
dengan pihak konsumen usaha parfum sebesar 81,25% sedangkan sisanya 18,75%
yang kurang sesuai. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mendorong keberhasilan usaha pada usaha parfum
adalah penerapan pengetahuan kewirausahaan, strategi pemasaran, manajemen
permodalan dan keuangan.
Nasution
Pengetahuan

(2011)

dalam

Kewirausahaan

TerhadapKeberhasilan

Usaha

penelitiannya
dan
Pada

yang

berjudul

Manajemen

Rumah

Makan

“Pengaruh
Permodalan

Ayam

Penyet

Pujakesuma Square”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
pengetahuan kewirausahaan dan menajemen permodalan terhadap keberhasilan
usaha pada rumah makan Ayam Penyet Pujakesuma Square. Penulis menarik
hipotesis bahwa pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan
merupakan faktor pendorong keberhasilan usaha.

25
Universitas Sumatera Utara

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Peneliti menggunakan
teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan terhadap
keberhasilan usaha pada usaha rumah makan adalah penerapan pengetahuan
kewirausahaan dan manajemen permodalan. Ini berarti hipotesis diterima.
2.6.

Kerangka Konseptual
Pengetahuan kewirausahaan yaitu menggambarkan kemampuan untuk

mengenali atau menciptakan kesempatan dan mengambil tindakan yang ditujukan
untuk mewujudkan praktek pengetahuan yang inovatif terhadap berbagai produk.
Strategi pemasaran merupakan pengambilan keputusan-keputusan tentang
biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan
keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Strategi pemasaran
harus disesuaikan dengan posisi usaha dalam bisnis, apakah memimpin,
menantang, mengikuti atau hanya mengambil sebagian kecil dari pasar.
Modal memberikan kemungkinan bagi seorang wirausahawan untuk
memulai usaha; membeli barang dan jasa yang diperlukan, tenaga kerja, dan
tempat usaha. Modal yang tidak memadai dan pengelolaan keuangan yang lemah
dapat merusak suatu usaha, meskipun ide dasar usahanya baik dan produknya
diterima pasar. Salah satu faktor-faktor yang mendorong keberhasilan usaha
adalah seorang wirausaha mengetahui informasi tentang manajemen permodalan
dan keuangan (Machfoedz, 2005 : 60).

26
Universitas Sumatera Utara

Menurut Ranto (2007 : 20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik
dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi
kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga
menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa
membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak
berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun
kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik
maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar
yang dimulai dengan bergelimang fasilitas. Pada uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan kewirausahaan, strategi pemasaran, manajemen permodalan
dan keuangan dapat mendorong keberhasilan usaha.
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Pengetahuan
Kewirausahaan

Keberhasilan Usaha

Strategi Pemasaran

Manajemen
Permodalan
Sumber: Suryana (2006), Ranto (2007) diolah (2013)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

27
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

28 148 104

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

4 46 104

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 5 104

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 0 8

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 0 4

Cover Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry MikroKecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 0 10

Abstract Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry MikroKecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

0 1 2