Pertumbuhan dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C. B.Rob Pada Berbagai Salinitas

4

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Umum Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan dengan faktor fisik yang
ekstrim, seperti habitat tergenang air dengan salinitas tinggi di pantai dan sungai
dengan kondisi tanah berlumpur.Ekosistem ini mempunyai fungsi fisik menjaga
kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986).
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru.
Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya
mengurangi energy gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi
secara keseluruhan dapat menerangkan sedimen (Davies dan Claridge, 1993 dan
Othman, 1994).
Fungsi hutan mangrove berdasarkan fungsi fisik yaitu menjaga garis pantai agar
tetap stabil, melindungi pantai dari proses erosi atau abrasi, fungsi biologi yaitu
sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan biota
perairan mangrove yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan
yang lebih besar, sebagai kawasan pemijah (spawning ground), pengasuhan
(nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground), fungsi ekonomi

yaitu sebagai penghasil kayu (Saparinto 2007).
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang
surut,tumbuhan yang hidup diantara laut dan daratan. Kata mangrove mempunyai
dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau tumbuhan yang tahan
terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut) dan kedua sebagai individu

4

Universitas Sumatera Utara

5

spesies (Supriharyono, 2000). Beberapa spesis mangrove yang menyusun
komunitas

hutan

mangrove diantaranya

spesies


Ceriops

tagal

(family

Rhizophoraceae, genus Ceriops).Ceriops tagal adalah mangrove yang toleran
terhadap garam dengan kemampuan dapat tumbuh pada kondisi salinitas tinggi
dan miskin unsur hara ( Gordon, 1993). Spesies Ceriops tagal berfungsi antara
lain sebagai penyuplai unsur hara. Unsur hara ini bersumber dari daun-daun
kering, yang mengalami dekomposisi dan menghasilkan detritus nantinya
dimanfaatkan oleh hewan-hewan air serta memberikan kesuburan terhadap
perairan (Noor et al., 2006).
Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang memungkinkan akan
menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan pada
fungsi normalnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu cekaman
lingkungan yang terjadi pada tumbuhan adalah cekaman salinitas.
Ceriops tagal (Perr.) C. B. Rob.


Gambar 1. Morfologi Tengar (Ceriops tagal)

Perawakan: perdu sampai pohon, tinggi dapat mencapai 3 m, kulit batang
bagian bawah sedikit mengelupas, warna abu-abu kecoklatan. Daun: tunggal,

Universitas Sumatera Utara

6

letak berlawanan, warna hijau muda sampai tua, bagian tepi daun seringkali
melengkung ke dalam, ujung membulat, bentuk bulat telur terbalik sampai elips,
ukuran panjang 4-8 cm, lebar 2-3 cm. Karangan bunga: bergerombol di ujung
tandan, berjumlah 5-10 bunga, dengan tangkai bunga panjang, terletak di ketiak
daun, kelopak 5, berwarna hijau, daun mahkota 5, berwarna putih kecoklatan,
tangkai benangsari lebih panjang dari kepala sarinya. Buah: bulat, warna merah
kecoklatan, hipokotil mirip pensil, panjang 9-18 cm, diameter 8-12 mm, beralur,
dan sedikit berbintil pada permukaannya. Akar: sedikit tampak adanya akar
papan. Habitat: tanah liatagak kering dan sedikit berpasir. Biasanya berdampingan
dengan C. decandra.
Adaptasi dan Sistem Perakaran Mangrove

Pohon-pohon mangrove beradaptasi secara fisiologi dan morfologi terhadap
keadaan habitat yang dipengaruhi oleh genangan air pasang surut dengan
amplitudo salinitas yang tinggi serta suasana lumpur tebal dan anaerobik.Adaptasi
ini dapat terlihat dalam bentuk sistem perakaran yang khas tumbuhan mangrove.
Perakaran ini berfungsi antara lain untuk membantu tumbuhan mangrove bernafas
dan tetap tegak berdiri. Hanya sedikit jenis mangrove yang mempunyai sistem
perakaran yang dalam atau mempunyai akar tunggang yang tetap.Bagian
perakaran yang ada di dalam tanah umumnya horizontal, bercabang banyak dan
berakar rambut yang kecil dan lembut.Akar utamanya menembus vertikal ke
dalam tanah dan mempunyai banyak akar samping yang panjang dan berfungsi
sebagai jangkar.Seringkali akar samping ini mencuat ke permukaan tanah seperti
tonggak atau melengkung seperti lutut yang disebut akar nafas atau
pneumatofor.Ada pula jenis-jenis mangrove yang berakar gantung atau berakar

Universitas Sumatera Utara

7

liar.Bentuk pneumatofor bermacam-macam, ada yang berkembang besar dan kuat
bagaikan tonggak yang tinggi-nya mencapai 25 - 30 cm. Akar ini berasal dari akar

horisontal dalam tanah.Pneumatofor umum terdapat pada jenis Avicennia dan
bentuknya langsing, sedangkan pada Sonneratia, pneumatofor berkembang kuat
dan besar dengan diameter pada pangkalnya sampai 5 cm.
Pada jenis-jenis Lumnitzera racemosa, X. granatum.X.muloccensis bentuk
pneumatofornya tidak meruncing, lebih pendek dan membulat permukaannya,
kadang-kadang pipih.Modifikasi pneumotafor terdapat pula pada beberapa jenis
mangrove, misalnya Bruguiera dan Lumnitzera littorea yang berupa akar
horisontal yang tersembul ke permukaan dan melengkung seperti lutut, sehingga
akar nafas ini disebut juga akar lutut. Pada Rhizophora perakaran terutama terdiri
atas akar liar yang tumbuh lateral dari hipokotil (batang muda pada semai yang
baru tumbuh) dan kemudian dari batang tua. Pertumbuhan akar ini berurutan dari
pangkal ke arah bagian atas batang.Akar-akar tersebut mencuat dari batang,
mengarah ke tanah dan menggantung (sehingga disebut pula akar gantung) dan
kemudian masuk ke tanah dan berakar lagi lebih lanjut.Akar gantung ini tumbuh
pula dari cabang-cabang dan dapat mencapai panjang sampai lebih dari 10 m.
Akar gantung ini sering bercabang dua secara berulang.Percabangan ini terjadi
sebagai akibat kekeringan yang mematikan titik tumbuh pada ujung akar, dan
sebagai

gantinya


tumbuh

sepasang

akar

liar

di

bagian

ujung

akar

tersebut.Pertumbuhan seperti ini terjadi secara berulang sehingga pada akhir-nya
terbentuk suatu sistem perakaran yang bercabang-cabang secara teratur.Akar-akar
tersebut sering pula disebut akar tunjang, karena selain berfungsi sebagai

penyerap bahan makanan dari tanah dan air tampak berfungsi juga sebagai
penunjang.Sistem perakaran seperti ini terdapat pula pada Ceriops.

Universitas Sumatera Utara

8

Pada beberapa jenis pohon mangrove sering pula terdapat akar-akar kecil yang
tumbuh dari pangkal batang yang disebut akar liar, misalnya pada Excoecaria
agallocha, Aegiceras corniculata, Cerbera manghas dan Rhizophora spp.
Perakaran di bawah tanah semua jenis mangrove adalah horizontal, bercabang
lebat, dan terdapat pada permukaan. Akar-akar horizontal ini disebut juga akar
kabel, ini dikokohkan dengan akar jangkar yang tumbuh tegak lurus ke
bawah.Selain itu akar-akar horizontal, ini membantuk juga akar bulu yang halus
dan lebat pada bagian lapisan paling atas endapan lumpur dan berfungsi sebagai
penyerap hara makanan.Pembentukan akar pada lapisan paling atas ini sangat
menguntungkan lapisan permukaan mempunyai erasi yang lebih baik daripada
lapisan di bawahnya. Bila terjadi pengendapan lumpur baru di permukaan, akarakar bulu ini akan tumbuh lagi di atas yang lama.
Zonasi mangrove
Ceriops tagal biasanya menempati lokasi bagian dalam hutan bakau dan

ditemukan disepanjang jalur kecil di pesisir lautan berlumpur yang tepinya
berpasir dan menerima lebih sedikit air tawar. Ceriops tagal ini juga dapat
tumbuh di atas batu karang yang sering dibanjiri (Jansen et al, 2005:55).Secara
sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerh terbuka
daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hamper tawar,
serta daerah kea rah daratan yang memiliki air tawar.
a) Mangrove terbuka
Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan
(1980) menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini
didominasi oleh Sonneratia albayang tumbuh pada areal yang betul-betul

Universitas Sumatera Utara

9

dipengaruhi oleh air laut. van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A.
alba merupakan jenis-jenis kodominan pada areal pantai yang sangat tergenang
ini. Komiyama, et al (1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona
ini didominasi oleh S.alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka
sangat bergantung pada substratnya S. albacenderung untuk mendominasi daerah

berpasir, sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung
untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur (van Steenis, 1958). Meskipun
demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya
kaya akan bahan organik (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).
b) Mangrove tengah
Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona ini
biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora.Namun, Samingan (1980) menemukan
di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica.Jenis-jenis penting
lainnya

yang

ditemukan

di

Karang

Agung


adalah

B.

gymnorrhiza,

Excoecariaagallocha, R. mucronata, X. granatum dan X. moluccensis.
c) Mangrove payau
Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar.
Di zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di Karang
Agung,

komunitas

N.

fruticans

terdapat


pada

jalur

yang

sempit

di

sepanjangsebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan
tegakan N. fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera
sp, Glutarenghas, S. palustris dan X. granatum.Ke arah pantai, campuran
komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan. Di sebagian besar daerah
lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito di

Universitas Sumatera Utara

10

Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia caseolaris
lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar
(Giesen & van Balen, 1991).
d) Mangrove daratan
Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau
mangrove yang sebenarnya.Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini
termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera
racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis(Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 1993).Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan zona lainnya.
Mangrove tumbuh selaras dengan penambahan lahan. Tetapi ada dua pendapat
yang saling berlawanan mengenai peranan mangrove dan proses penambahan
lahan. van Steenis (1958) berpendapat bahwa perakaran mangrove yang khas
tidak berfungsi sebagai penahan lumpur dan faktor utama penambahan lahan,
tetapi sistem perakaran berkembang mengikuti penimbunan lumpur. Sebaliknya
Davis (1940) mengatakan bahwa perakaran mangrove berperan sebagai penahan
lumpur, sehingga sistem perakaran mangrove berperan dalam perluasan lahan.
Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur tanaman yaitu
antara lain lebih kecilnya ukuran daun. Sehingga penyerapan hara dan air yang
berkurang akan menghambat laju fotosintesis yang pada akhirnya akan
menghambat pertumbuhan tanaman (Harjadi dan Yahya, 1988).

Universitas Sumatera Utara