Implementasi Retribusi Terminal berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Terminal di Tinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Perhubungan Pemko Medan)

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG RETRIBUSI

A. Konsep dan Defenisi Retribusi
1. Konsep Retribusi
Kebijakan

daerah

dalam

memungut

retribusi

harus

melihat

kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dalam jangka panjang, sebaiknya
bisa menunjukan dan adanya kewenangan penuh oleh pemerintah daerah

sehingga

dapat

memberikan

insentif

pajak

dan

retribusi

daerah,

mengupayakan menjadi daerah yang diminati oleh pelaku bisnis untuk
menanamkan investasinya.
Kebijakan Desentralisasi yang efektif dilaksanakan sejak tahun 2001
pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan bagi Pemerintahan Daerah

untuk memberikan alternatif pemecahan secara inovatif dalam menghadapi
tantangan yang dihadapi. Pemerintah Daerah dituntut untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap kualitas penyelenggaraan pelayanan
publik serta meningkatkan kemandirian dalam melaksanakan pembangunan.
Desentralisasi dapat diartikan penyerahan atau pengakuan hak atas
kewenangan untuk mengurus rumah tangga daerah sendiri, dalam hal ini
daerah diberi kesempatan untuk melakukan suatu kebijakan sendiri.
Pengakuan tersebut merupakan suatu bentuk partisipasi rakyat dalam
pengambilan keputusan yang merupakan ciri dari negara demokrasi.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan
dan kebijakan pada level bawah pada suatu organisasi . Ten Berge

16
Universitas Sumatera Utara

17

mengartikan desentralisasi sebagai suatu penyerahan atau pengakuan hak
(mengenai keadaan yang telah dinyatakan) atas kewenangan untuk
pengaturan dan pemerintahan dan badan–badan hukum publik yang rendahan

atau organ–organ dalam hal mana ini diberi kesempatan untuk melakukan
suatu kebijaksanaan sendiri. Istilah otonomi lebih cenderung pada Political
Aspect (aspek politik–kekuasaan negara), sedangkan desentralisasi lebih
cenderung pada administrative aspect (aspek administrasi negara). Namun
jika dilihat dari konteks pembagian kewenangan dalam prakteknya, kedua
istilah tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.
Artinya jika berbicara mengenai otonomi daerah tentu akan menyangkut
pertanyaan seberapa wewenang yang akan diberikan kepada pemerintah
daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, demikian sebaliknya.
Pembagian kewenangan secara vertikal yang melahirkan daerah otonom
tersebut tentunya tidak lepas sebagai sarana untuk mempermudah atau
mempercepat terwujudnya kesejahteraan. Menurut beberapa pendapat,
pembentukan daerah otonom bertujuan :
2. Mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang masalah–
masalah kecil pada tingkat lokal serta memberikan peluang untuk
koordinasi pada tingkat lokal;
3. Meningkatkan pengertian rakyat serta dukungan mereka dalam kegiatan
usaha pembangunan sosial ekonomi. Demikian pula pada tingkat lokal,
dapat merasakan keuntungan dari kontribusi kegiatan mereka itu;


Universitas Sumatera Utara

18

4. Penyusunan Program – program untuk perbaikan sosial ekonomi pada
tingkat lokal sehingga lebih realistis;
5. Melatih rakyat untuk bisa mengatur urusannya sendiri (Self Goverment);
6. Pembinaan Kesatuan Nasional.
Ada juga yang berpendapat bahwa pembentukan daerah otonom juga
didasarkan adanya kemungkinan :
1. Pemanfaatan sebesar – besarnya potensi daerah sendiri;
2. Untuk memusatkan masyarakat didaerah–daerah karena aspirasi dan
kehendaknya terpenuhi;
3. Masyarakat setempat lebih banyak ikut serta didalam memikirkan masalah
– masalah pemerintahan, jadi lebih cocok dengan susunan pemerintahan
yang demokratis;
4. Pembangunan didaerah–daerah akan lebih pesat, karena tiap tiap daerah
akan berusaha untuk menciptakan kebanggaannya sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut nampak bahwa otonomi daerah sangat
berkaitan dengan demokrasi, kesejahteraan rakyat, efisiensi dan efektifitas

penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya, daerah tentu
membutuhkan dana. Dana ini diperoleh daerah dari Pemerintah Pusat dan dari
pendapatan daerah sendiri. Salah satu sumber pendapatan daerah yang berasal
dari daerah adalah retribusi daerah. Retribusi Daerah diatur dalam UndangUndang Nomor 18 tahun 1997 yang mana telah diubah menjadi Undang-

Universitas Sumatera Utara

19

Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo
Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran
pada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara.
Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran
kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa
negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau
kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan
atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. 6 Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada
masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat
dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa
layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.
Menurut Marihot Pahala Siahaan bahwa “Retribusi daerah yang
selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.” 7

6

Rochmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Bandung: Eresco,
1974), hal. 5
7
Marihot Pahala Siahaan, Pajak daerah dan Retribusi Daerah (Jakarta : Rajawali Pers,
2008), hal. 616

Universitas Sumatera Utara

20


Sedangkan Mahmudi mengatakan bahwa “Retribusi daerah merupakan
pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas
pemanfaatan suatu jasa yang tertentu yang disediakan pemerintah”. 8
Munawir menyatakan bahwa retribusi adalah adalah iuran kepada
pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat
ditunjuk, paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak
merasakan jasa balik dari pemerintah ia tidak akan dikenakan iuran tersebut. 9
Sedangkan

menurut

Undang-Undang

Nomor

34

tahun


2000

tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan “Retribusi Daerah yang
selanjutnya disebut Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan”.
Retribusi Daerah menurut PP No. 66 Tahun 2001 adalah “Retribusi
Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberizn izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau
badan.”
Dari pendapat para ahli diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
retribusi daerah merupakan pungutan atas pemakaian atau manfaat yang
diperoleh secara langsung oleh seseorang atau badan karena jasa yang nyata
8
9

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, (Jakarta :Penerbit Erlangga, 2010), hal. 25

Munawir, Pokok-Pokok Perpajakan, (Jogjakarta: Liberty, 1995), hlm. 151

Universitas Sumatera Utara

21

pemerintah daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan,
atau usaha milik daerah yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan
oleh daerah.
Khusus pajak dan retribusi dasar hukum pemungutannya berdasarkan
UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sedangkan aturan pelaksanaannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tantang Pajak
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tentang Retribusi Daerah.
Seperti halnya pajak daerah, retribusi dilaksanakan berdasarkan
UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Peraturan
Umum Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah, selanjutnya untuk pelaksanaanya di

masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan dalam bentuk
peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki
posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan
pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu.
Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib
maka ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal.

Universitas Sumatera Utara

22

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 130 objek
retribusi terminal adalah pelayanan terminal yang disediakan pemerintah
daerah kepada setiap pengguna jasa layanan terminal, berupa :
1. Pelayanan Parkir Kendaraan Umum
2. Tempat Kegiatan Usaha
3. Fasilitas Lainnya di Lingkungan yang dimiliki dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah

4. Subjek retribusi terminal adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan terminal dari Pemerintah Daerah
dalam hal ini adalah seluruh sopir yang memakai jasa usaha terminal
meliputi sopir angkut kota dan sopir bis. Retribusi terminal merupakan
jenis retribusi jasa usaha. Retribusi terminal dapat dikenakan oleh
pengguna jasa layanan terminal yang ada di Kabupaten/Desa.
Adapun tingkat tarif yang dikenakan retribusi yaitu semua jenis angkutan
dikenakan tarif Rp.2000/mobil.
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah
menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 antara lain:
1) Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
2) Jasa, adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Universitas Sumatera Utara

23

3) Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
4) Jasa usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
5) Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan dan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Demikian pula, dari pendapat-pendapat diatas dapat diikhtisarkan ciriciri pokok Retribusi Daerah sebagai berikut:
1. Retribusi dipungut oleh daerah,
2. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan Daerah yang
langsung dapat ditunjuk,
3. Retribusi dapat dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan jasa yang
disediakan daerah.
Retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah, tidak dapat berlaku
surut, dan peraturan daerah tersebut sekurang-kurangnya mengenai :
1.

Nama, objek, dan subjek retribusi;

2.

Golongan retribusi, jasa umum, jasa usaha, dan petizinan tertentu;

Universitas Sumatera Utara

24

3.

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;

4.

Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besaran tarif;

5.

Struktur dan besarnya tarif retribusi;

6.

Wilayah pemungtan;

7.

Tata cara pemungutan;

8.

Sanksi administrasi;

9.

Tata cara penagihan;

10. Tanggal mulai berlakunya.
Selain itu, peraturan daerah tentang retribusi dapat mengatur ketentuan
mengenai:
1)

Masa retribusi;

2)

Pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal
tertentu;

3)

Tata cara penghapusan piutang retribusi yang kadaluwarsa, yaitu
melampaui jangka waktu 5 tahun sejak saat terutangnya.
Tata cara dan pemungutan dan pemungutan retribusi tidak dapat

diborongkan, artinya bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan tidak
diserahkan kepada pihak ketiga. Retribusi dipungut dengan menggunakan
surat ketetapan retribusi daerah atau dokumen lain yang dipersamakan, berupa
karcis, kupon atau kartu langganan.
Dalam hal wajib pajak tidak membayar pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi 2 % setiap bulan dari retribusi terutang yang

Universitas Sumatera Utara

25

tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat tagihan
retribusi daerah.
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah 30
daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Objek retribusi adalah berbagai
jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah pemda.

2.

Defenisi Retribusi
Pengertian retribusi secara umum adalah iuran dari masyarakat

tertentu (orang-orang tertentu) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP),
yang prestasinya kembali ditunjuk secara langsung tetapi pelaksanaannya
dapat dipaksanakan meskipun tidak mutlak. 10 Sementara Mardiasmo
mengemukakan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi orang
atau badan. 11 Sejalan dengan itu, menurut Panitia Nasrun pengertian
retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian
atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha.
Beberapa dasar hukum yang digunakan sebagai dasar pemungutan
retribusi adalah sebagai berikut :

10

Syamsi, Ibnu, 1988, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, Bina Aksara,
Jakarta. Hal :87
11
Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Cetakan ke-1, ANDI, Yogyakarta. Hal :31

Universitas Sumatera Utara

26

1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2)
Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa segala pajak untuk keperluan
Negara berdasarkan Undang-Undang. Yang dimaksud segala pajak
merupakan segala jenis pungutan pajak termasuk retribusi.
2) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
3) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4) Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
6) Keputusan Mendagri Nomor 970.05.442 tanggal 16 Desember 1980
tentang Administrasi Pendapatan Daerah.
Pemerintah Daerah dalam pemungutan retribusi daerah menurut
Soedarga didasarkan pada asas-asas pemungutan retribusi daerah sebagai
berikut :
1) Mengadakan, merubah, meniadakan retribusi daerah harus ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
2) Pembayaran pungutan retribusi daerah tidak dimaksudkan sebagai
pembayaran atas penyelenggaraan usaha perusahaan.
3) Tarif suatu retribusi daerah tidak boleh ditetapkan setinggi-tingginya tetapi
keuntungan yang diharapkan hanya sekedar untuk memelihara agar dapat
memberikan jasa secara langsung kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

27

4) Jumlah tarif suatu retribusi daerah harus ditetapkan dalam Peraturan
Daerah atau setidak-tidaknya dapat dihitung menurut ketentuan yang
berlaku.
5) Retribusi Daerah tidak boleh merupakan rintangan bagi keluar masuknya
atau pengangkutan barang-barang ke dalam dan ke luar daerah.
6) Pemungutan Retribusi Daerah tidak boleh digadaikan kepada pihak ketiga.
7) Peraturan Retribusi Daerah tidak boleh diadakan perbadaan atau
pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan
atau keagamaan.
Retribusi Terminal adalah pembayaran atas penyediaan parkir untuk
kendaraan penumpang umum, tempat kegiatan usaha, Fasilitas lainnya
dilingkungan terminal dimiliki dan atau dikelola Pemerintah Daerah.
Retribusi daerah sebagaimana diharapkan menjadi salah satu
Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan
meningkatkan

pemerintahan

dan

dan

memanfaatkan

pembangunan
kesejateraan

daerah,

untuk

masyarakat

daerah

Kabupaten/Kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber
keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah
ditetapkan, sepanjang memenusi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan aspirasi masyarakat. 12

12

Ibid, hlm 266

Universitas Sumatera Utara

28

1)

Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi Daerah
Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000

terdiri dari :
a)

Subjek Retribusi Umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang
bersangkutan. Subjek retribusi jasa umum ini dapat merupakan
wajib pajak retribusi jasa umum.

b)

Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang
bersangkutan. Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa
usaha.

c)

Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan
yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah, subjek ini
dapat merupakan wajib retribusi jasa perizinan tertentu.

2) Objek Retibusi Daerah
Menurut Pasal 18 Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 objek
retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang di serahkan oleh pemerintah
daerah. Tidak semua yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut
retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu ysng menurut perkembangan
sosial ekonomi layak di jadikan objek retribusi jasa tertentu tersebut
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha, dan
perizinan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

29

Obyek Retribusi Daerah terbagi atas :
a) Obyek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan

Pemerintah

Daerah

untuk

tujuan

kepentingan

dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Pelayanan yang termasuk jasa umum antara lain pelayanan
kesehatan, pelayanan sampah, pelayanan parkir, di tepi jalan umum
dan pelayanan pasar.
b) Obyek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat disediakan oleh sektor swasta. Jasa ini antara lain
retribusi terminal, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar
grosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat parkir.
c) Obyek Retribusi Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Perizinan tertentu antara lain retribusi izin mendirikan bangunan, izin
tempat penjualan minuman beralkohol, izin gangguan, izin trayek.

Universitas Sumatera Utara

30

3) Jenis-jenis Retribusi
Retribusi daerah menurut UU No. 34 tahun 2000 dan Peraturan
Pemerintah No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu :
(1) Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum terdiri dari :
(a) Retribusi pelayanan kesehatan
(b) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
(c) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte
catatan sipil
(d) Retibusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat
(e) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum
(f) Retribusi pelayanan pasar
(g) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
(h) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
(i) Retribusi penggantian cetak pata
(j) Retribusi penguji kapal perikanan
(2) Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.. Objek retribusi usaha

Universitas Sumatera Utara

31

adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah menganut
prinsip komersial meliputi :
-

Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah
yang belum di manfaatkan secara optimal.

-

Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai
disediakan oleh pihak swasta.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah :
(a) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
(b) Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
(c) Retribusi tempat pelanggan
(d) Retribusi terminal
(e) Retribusi tempat khusus parkir
(f) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
(g) Retribusi penyedotan kakus
(h) Retribusi rumah potong hewan
(i) Retribusi pelabuhan kapal
(j) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga
(k) Retribusi penyeberangan di atas air
(l) Retribusi pengilahan limbah cair
(m)Retribusi penjualan produksi usaha daerah
(3) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi

Universitas Sumatera Utara

32

atau badan yang dimaksud untuk pembinaan pengaturan pengadilan
dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Objeknya adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin orang pribadi atau badan yang dimaksd untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana
atau fasilitas tertentu guna untuk melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Retribusi perizinan tertentu untuk daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing
daerah.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah
a. Retribusi izin mendirikan bangunan
b. Retribusi izin tempat penjualan minimum beralokasi
c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin trayek
Selain jenis retribusi yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 sebagaimana disebutkan diatas,
dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnnya
misalnya adalah penerimaan negara bukan pajak yang telah
diserahkan kepada daerah.

Universitas Sumatera Utara

33

3) Besarnya Retribusi yang tertuang dan tarif Retribusi Daerah
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001, besarnya
retribusi yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan
jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara pengalihan tarif retribusi
dengan tingkat pengunaan jasa.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan
pada kebijaksanaan daerah dengan mempertahankan biaya penyedianaan
jasa yang bersangkutan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
Dengan demikian daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan prinsip
dan sasaran yang akan dicapai. Dalam menetapkan retribusi jasa umum,
seperti untuk bagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai
dengan jenis pelayanan yang dibedakan menurut jenis pelayanan dalam jasa
yang bersangkutan dan golongan penggunaan jasa sebagai contoh:
a. Tarif retribusi persampahan untuk golongan masyarakat yang
mampu dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutup
biaya pengumpulan, transportasi dan pembuangan sampah,
sedangkan untuk golongan yang kurang mampu ditetapka
retribusi yang paling rendah.
b. Tarif inap kelas tinggi bagi retribusi pelayanan rumah sakit umum
daerah dapat ditetapkan lebih besar daripada biaya pelayanannya,
sehingga memungkinkan adanya subsidi bagi tarif rawat inap
yang paling rendah.

Universitas Sumatera Utara

34

c. Tarif retribusi parkir ditepi jalan yang rawan kemacetan dapat
ditetapkan lebih tinggi daripada ditepi jalan umum yang kurang
rawan

kemacetan

dengan

sasaran

mengendalikan

tingkat

penggunaan jasa parkir sehingga tidak menghalangi kelancaran
lalu lintas.
Prinsip dan sasaran dalam menetapkan besarnya tarif retribusi jasa
usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta jenis
yang beroperasional secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi perizinan
tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya penyelenggaraan
izin ini meliputi penerbitan izin di lapangan, penegakkan hukum, penata
usahaan dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut. Tarif
retribusi di atas ditinjau paling lama 5 tahun sekali.

B. Retribusi Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah.
1. Pemerintah Daerah
a. Pengertian Pemerintah Daerah
Pengaturan tentang Pemerintah Daerah diatur dalam Pasal 18 UUD
1945 Amandemen kedua. Pemerintah Daerah adalah institusi atau lembaga
yang melaksanakan kegiatan pemerintah dalam arti sempit yaitu eksekutif dan

Universitas Sumatera Utara

35

administrasi negara, sedangkan pemerintah dalam arti luas meliputi eksekutif,
legislatif dan yudikatif serta administrasi Negara.
Pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah telah
dipungut di Indonesia sejak awal kemerdekaan Indonesia. Sumber penerimaan
ini terus dipertahankan sampai era otonomi daerah dewasa ini. Penetapan
pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan
dengan dasar hukum yang kuat, yaitu dengan undang-undang, khususnya
undang-undang tentang pemerintahan daerah maupun tentang perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah.
Penetapan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan
daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah menetapkan
bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas
pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari tiga
kelompok sebagaimana di bawah ini:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah
dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan meliputi:
a. pajak daerah;
b. Retribusi daerah, termasuk hasil dari pelayanan badan layanan
umum (BLU) daerah;

Universitas Sumatera Utara

36

c. Hasil pengelolaan kekayaan pisahkan , antara lain bagian laba dari
BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga dan
d. Lain-lain PAD yang sah.
2. Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
3. lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Sumber pendapatan daerah yang kedua yaitu pembiayaan yang bersumber
dari :
1. sisa lebih perhitungan anggaran daerah;
2. penerimaan pinjaman daerah;
3. dana cadangan daerah dan
4. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. 13
Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk
dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia.
Pasal 18 ayat (1) berbunyi :
“ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi
dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi,
kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur UndangUndang”.
Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Pemerintah daerah
merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan

13

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/paja3345/sup1.htm

Universitas Sumatera Utara

37

seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintahan pusat”.
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara
proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan. Penyelenggaraan otonomi daerah juga
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
pemerataan, keadilan, serta memperhatikan keanekaragaman daerah.
Otonomi daerah dan desentralisasi merupakan salah satu prioritas utama
yang harus dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam rangka merealisasikan
agenda reformasi, agenda otonomi daerah dalam arti yang seluas-luasnya
merupakan keputusan politik untuk mengakomodir tuntutan daerah dan dinamika
masyarakat yang semakin kritis dan responsife untuk memaknai pembangunan. 14

14

Sudjaipul Rahman, 2004, Pembangunan dan Otonomi Daerah, Realisasi Program
Gotong Royong, Pancar Suwuh, Jakarta, hlm 150.

Universitas Sumatera Utara

38

b. Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi Pemerintah daerah dapat dijadikan sebagai perangkat daerah
menjalankan, mengatur, penyelenggaraan jalannya pemerintahan.
Fungsi pemerintahan daerah menurut Undang- undang no.32 tahun 2004
adalah:
1.

Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan petugas pembantunya.

2.

Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan saing daerah.

3.

Pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah.
Dimana hubungan tersebut memiliki wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber lainnya

c. Asas Pemerintah Daerah
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan
daerah, sangat bertalian erat dengan beberpa asas dalam pemerintahan suatu
negara, yakni sebagai berikut:
a.

Asas sentralisasi
Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana sistem pemerintahan
di mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.

Universitas Sumatera Utara

39

b.

Asas desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
dalam sistem Negara Kesatuan RepubliK Indonesia

c.

Asas dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi
vertical wilayah tertentu.

d.

Asas tugas pembantuan
Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daera
dan/atau desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota
dan/atau desa; serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk tugas
tertentu.
Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat

ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan
sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagain hak, dengan obyek
tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak
pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak
berupa kewenangan

pemerintah

dalam

bentuk

untuk

mengatur urusan

pemerintahan, dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara
lain bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan
desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat

Universitas Sumatera Utara

40

dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan
dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.
Dengan demikian, menurut hemat penulis desentralisasi merupakan asas
yang menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah
pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah
yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu.
Untuk itu semua prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusanurusan diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu.
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi
yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.
a. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium
pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan
berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai
terwujudnya civil society.
b. Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit
pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan
masyarakat secara efektif, efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait
dalam pelayanan publik.
Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam
konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat.
Oleh karena itu dalam desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:
1) Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan
untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka secara
relatif

melepaskan

ketergantungannya

terhadap

bentuk-bentuk

Universitas Sumatera Utara

41

intervensi

pemerintah,

termasuk

didalamnya

mengembangkan

paradigma pembangunan yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan.
Dalam konteks ini, eksploitasi sumber daya dilakukan untuk
kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh masyarakat lokal;
2) Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu
ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;
3) Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi
menjadi perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan
nasib sendiri menjadi sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada
perasaan bahwa “orang pusat” lebih hebat dari “orang daerah” dan
sebaliknya.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang akan
diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar tidak terjadi
penumpukan kekuasaan (concentration of power) pada satu pihak saja, yakni
Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi diharapkan terjadi distribusi
kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan (transfer of power)
dan terciptannya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan
ekonomis serta terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic
government) sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya
pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak populer. Pemerintahan
sentralistik menjadi tidak popular karena tidak mampu memahami dan
menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
di daerah, serta kurangnya pemahaman terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan
karena warga masyarakat merasa lebih aman dan tentram dengan badan

Universitas Sumatera Utara

42

pemerintah lokal yang lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan
masyarakat daerah, serta lebih baik secara fisik dan juga secara psikologis.
Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU
No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan
provinsi dan daerah kita bersifat coordinate dan independent. Distribusi fungsi
diberikan pada provinsi atau pada tingkatan pertama dalam pembagian dan
kabupaten atau kota setara dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun
2004 juga mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan
tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi pada
pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan bergantung pada daerah
kabupaten atau kota.
Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang
tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat
pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan
kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur
tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi
pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana
wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok
serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut
terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada
hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004).

Universitas Sumatera Utara

43

Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan nasional.
Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat
(lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing,
dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.
Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya :
secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam penyediaan jasa dan barang publik
yang dibutuhkan masyarakat setempat, megurangi biaya, meningkatkan output
dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis,
desentralisasi dianggap memperkuat akuntabilitas, political skills dan integrasi
nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya,
memberikan/menyediakan layanan lebih baik, mengembangkan kebebasan,
persamaan dan kesejahteraan. 15

C. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang dimaksud dengan
Pendapatan Daerah adalah hal pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
Masalah hubungan keuangan dan pembagian wewenang antara pemerintah
pusat dan daerah terus mengalami pasang surut. Terakhir dengan dikeluarkannya

15

Dian
Chocho,
Tinjauan
Tentang
Peraturan
http://dianchocho.blogspot.com/2013/04/, diakses tanggal 2 September 2014

Daerah

(1)

Universitas Sumatera Utara

44

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004, telah memberikan harapan baru mengenai otonomi yag luas sebagai daerah
Kabupaten, pelimpahan tugas kepada Pemerintah Daerah dalam otonomi luas
disertai dengan kelimpahan kewenangan dibidang keuangan. Salah satu indikator
penting dari kewenangan di bidang keuangan adalah besarnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Dalam sistem negara yang manapun di dunia ini, hampir tidak
dijumpai kondisi dimana pengeluaran daerah dibiayai sepenuhnya oleh
penerimaan asli daerah. Dalam bentuk kasus transfer dana daeri pusat merupakan
sumber penerimaan daerah yang sangat penting.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber penerimaan
daerah yang mendukung kemampuan keuangan daerah. Pendapatan Asli Daerah
menjadi sangat penting, terutama dalam mendukung pelaksaan otonomi daerah,
dimana kemampuan keuangan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
dijadikan salah satu variabel untuk mengukur kemampuan daerah guna
melaksanakan tugas otonomi yang diserahkan atau yang telah diserahkan
pemerintah pusat kepada daerah. Menurut UU No 33 Tahun 2004 sebagai
pengganti UU No 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah, PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya sumber
pendapatan daerah terdiri dari :
7. Pendapatan Asli daerah
8. Dana Perimbangan

Universitas Sumatera Utara

45

9. Pinjaman Daerah
10. Lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak, retribusi, hasil perusahaan milik
daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah sepert laba, deviden dan penjualan
saham milik daerah serta pinjaman lain-lain. Sektor pajak dan retribusi daerah
merupakan sektor pendapatan asli daerah yang diterima secara rutin. Besarnya
penerimaan dari sektor pajak dan retribusi daerah untuk setiap daerah berbedabeda, tergangtung pada potensi dan pengelolaan yang dilakukan daerah yang
bersangkutan beberapa daerah pariwisata menikmati penerimaan PAD yang besar
karena banyaknya aktivitas bisnis yang luas serta memiliki banyak jasa umum dan
ini berbeda dengan daerah yang masih terpencil.
Agar pemerintah daerah mempunyai urusan rumah tangga sendiri, maka
pemerintah

daerah

perlu

meningkatkan

pendapatan

daerahnya

melalui

pemberdayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang berasal dari pajak, retribusi, dan lain-lain. 16
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Kekuasan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah
pasal 6 ayat (1) PAD bersumber dari :
a. Pajak Derah;
b. Retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain PAD yang sah.

16

D.Rianto Nugroho,2000, Otonomi Daerah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm 65

Universitas Sumatera Utara

46

Ayat (2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. Hasil penjualan daerah yang tidak dipisahkan;
b. Jasa giro;
c. Pendapatan bunga;
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jas oleh daerah.
Untuk mewujudkan hal itu, seluruh organisasi pemerintah yang ada
berperan penting dan bertanggung jawab sepenuhnya dalam mengupayakan
peningkatan pendapatan pemerintah daerah. Meskipun demikian, organisasi atau
dinas pemerintah yang secara langsung terkait dengan hal itu adalah dinas
pendapatan

daerah

setempat

yang

mempunyai

tugas

pokok

yakni

menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah dan mengadakan koordinasi
dengan intansi lain dalam perencanaan, pelaksaan, serta pengendalian
pemungutan daerah. 17
Keberadaan pendapatan asli daerah menjadi sangat esensial dengan
pembentukan daerah-daerah otonomi. Mengenai kedudukan Pemerintah Asli
Daerah sangat strategis dalam pelaksaan otonomi daerah.
Keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah untuk mengelola
mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan
mengevaluasi berbagai sumber keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam

17

Ibid, hlm 34

Universitas Sumatera Utara

47

rangka pelaksanaan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan di
daerah yang diwujudkan dalam APBD. 18
Dari uraian pendapatan yang di kemukakan di atas menunjukan bahwa
pendapatan asli daerah menempati kedudukan yang pokok dan penting dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Hal ini memperlihatkan bahwa menjalankan
tugasnya, Dinas Pendapatan Daerah sebagai intansi pemerintah yang berhubungan
langsung dengan pemungutan pendapatan daerah, perlu melakukan kerjasama
dengan berbagai instansi atau dinas pemerintah lainnya.
Sesuai dengan pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000,
Pemerintah Pusat yang secara fisik implementasinya itu berada di daerah,
sehingga ada beberapa proyek Pemerintah Pusat yang dilaksanakan di daerah
yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN tetapi dana itu juga masuk
yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN tetapi dana itu juga masuk
didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pembiayaan
pemerintah daerah dalam hubungannya dengan pembiayaan dari pemerintah pusat
diatur sebagai urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat di daerah dalam
rangka dekonsentrasi dibiayai atas beban APBN.
Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas pembantuan, dibiayai oleh
pemerintah pusat atas beban APBN atau oleh pemerintah daerah di atasnya atas
beban APBD pihak yang menugaskan. Sepanjang potensi sumber keuangan
daerah belum mencukupi, pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.
18

Tjanya Supriatna, 2001, Sistem Administrasi Pemerintah di Daerah, Bumi Aksara,
Jakarta, hlm74.

Universitas Sumatera Utara

48

Degan demikian bagi Pemerintah Daerah Kabupaten di samping mendapat
bantuan dari Pemerintah Pusat juga mendapat limpahan dari provinsi tersebut juga
berasal dari Pemerintah Pusat lewat APBN.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Penyerahan
atau Pelimpahan Kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur atau
penyerahan kewenangan atau penugasan Pemerintah Pusat kepada Bupati diikuti
dengan pembiayaannya.
Berdasarkan ketentuan hukum pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 105
Tahun 2000 tentang Penyerahan atau Pelimpahan Kewenangan Pemerintah Pusat
kepada Gubernur atau Bupati dapat dilakukan dalam rangka desentralisasi.
Dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Setiap penyerahan atau pelimpahan
kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada daeraha dalam rangka desentralisasi
dan dekonsetrasi disertai dengan pengalihan sumber daya manusia dan sarana
serta pengalokasian anggaran yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan
penyerahan dan pelimpahan kewenangan tersebut. Sementara itu penugasan dari
pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai
pengalokasian anggaran.
Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pemerintah pusat
dan daerah merupakan satu kesatuan yang dapat dipisahkan dalam upaya
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Misi utama dari
Undang-Undang tersbut bukan hanya pada keinginan untuk melimpahkan

Universitas Sumatera Utara

49

kewenangan yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efiensi dan
efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka meningkatan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu semangan
desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas menjadi sangat
dominan dalam mewarnai proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya
proses pengelolaan keuangan daerah khususnya.
Secara khusus Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan
landasan yang jelas dalam penataan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah, antara lain memberikan keleluasaan dalam menetapkan produk
pengaturan, yaitu ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah
diatur dengan Peraturan Daerah. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan
daerah diatur dengan surat keputusan kepala daerah sesuai dengan peraturan
daerah tersebut. Kepala daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kepada DPRD mengenaik pengelolaan keuangan daerah dan kinerja keuangan
daerah dari segi efisiensi dan efektivitas keuangan. Laporan pertanggungjawaban
keuangan daerah tersebut adalah dokumen daerah sehingga dapat diketahui oleh
masyarakat.

2. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Negara dan Pemerintah
Nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Undang-Undang Dasar 1945

Universitas Sumatera Utara

50

menetapkan Negara inddonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
Selanjutnya pasal 18 Amandemen keemmpat UUD 1945, yang dinyatakan dari
ayat (1) dan (2) adalah :
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provins dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten dan kota mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan
Undang-Undang.
b. Pemerintah Daerah Provinsi, daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain
penerimaan yang sah. Sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber
keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang
terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kebersihan pelaksanaan asas
desentralisasi adalah adanya penyerahan sumber daya manusia dan perangkat
fisiknya yang memadai untuk mendukung usaha yang diserahkan kepada daerah.
Masalahnya bukan jumlah dana yang memadai tetapi seberapa jauh daerah dalam
menentukan penggunaan sumber dan menggali sumber dana di daerah.

Universitas Sumatera Utara

51

Dalam

hubungan

tersebut

Tjanya

Supriatna

menegaskan

bahwa

dibutuhkan kebijaksanaan keuangan yang efektif yang mencangkup beberapa
aspek yaitu :
1. Pembiayaan dalam rangka asas desentralisali dan dekonsentrasi serta tugas
pembantuan.
2. Sumber Pendapatan Asli Daerah
3. Pengelolaan keuangan daerah dan peningkatan kemampuan aparatur di daerah
dalam mengelola keuangan dan pendapatan daerah. 19
Sumber dana atau keuangan yang memadai bagi organisasi yang mendapat
pelimpahan tangungjawab merupakan isu kebijakan keuangan daerah yang
menarik dalam rangka pengelolaan keuangan daerah serta berdaya guna dan
berhasil guna. Mobilisasi keuangan daerah erat kaitannya dengan struktur
peningkatan keuangan yang diserahkan pada penggalian potensi, investasi dan
bantuan.
Keuangan Daerah adalah kemampuan pemerintah daerah untuk mengelola
mulai dari merencankan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan
mengevaluasi berbagai sumber keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi, dekonstrasi, dan tugas pembantuan di daerah
yang diwujudkan dalam APBD. 20
Berdasarkan asas desentralisasi, semua urusan pemerintah daerah baik
mengenai pengeluaran belanja pegawai dan operasional daerah maupun mengenai
proyek-proyek pe