Implementasi Retribusi Terminal berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Terminal di Tinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Perhubungan Pemko Medan)

ABSTRAK
Try Purnomo*
Suria Ningsih, SH.M.Hum**
Erna Herlinda, SH.M.Hum***

Suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari
sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem
pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada
daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab,
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi
dan potensi wilayahnya. Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintah di daerah dapat diperoleh dari penerimaan daerah
sendiri atau dapat pula dari luar daerah. Salah satu retribusi daerah yang dipungut
oleh pemerintah daerah Kabupaten dan Kota adalah Retribusi Terminal yang
merupakan salah satu sumber pendaptan asli daerah yang pada umumnya dapat
digali oleh pemerintah daerah.
Penulisan skripsi menggunakan metode penelitian kepustakaan ini penulis
pergunakan untuk dapatkan bahan-bahan yang berkaitan dengan skripsi ini dan

menggukan metode penelitian lapangan yang dilakukan penulis dilapangan
berfungsi untuk mendapatkan fakta bagaimana sebenarnya kenyataan dilapangan
dalam mengumpulkan data dilapangan penulis mencari data tentang program
kerja, serta mengamati bagaimana pelaksanaa kenaikan tarif angkutan yang baru
dikeluarkan oleh pemerintah.
Hasil dalam skripsi ini, bahwa sistem pemungutan retribusi daerah adalah
official assesment, yaitu pemungutan retribusi daerah berdasarkan penetapan
Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Hambatan eksternal merupakan
hambatan yang besumber dari luar institusi Dinas Perhubungan kota Medan,
dengan kata lain hambatan eksternal muncul dari masyarakat sebagai pengguna
retribusi terminal, yakni kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi
terminal. Kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi pasar sangat
berpengaruh dalam mengoptimalkan pemungutan retribusi terminal di kota
Medan. Dalam mengatasi hambatan yang terjadi di dalam lingkungan terminal,
pemerintah berupaya untuk semaksimal mungkin memberikan pengarahan kepada
setiap pengguna jasa terminal sadar untuk membayar tarif retribusi terminal yang
sudah ditentukan.
Kata kunci : Retribusi Terminal, Hambatan, Retribusi Daerah
*

Mahasiswa, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU
** Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
*** Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

vii
Universitas Sumatera Utara