T2__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Ruang Publik Komunitas MudaMudi dalam Ancaman Konflik Ambon Akibat Segregasi T2 BAB VI
BAB VI
PENGARUH KOMUNITAS MUDA-MUDI
MELALUI MEDIA SOSIAL MELAWAN SEGREGASI
MASSA KONFLIK DAN PASCA KONFLIK AMBON
Facebook Sebagai Sarana Integritas Melawan Segregasi
Integrasi berawal dari interaksi dan dialog untuk mencapai konsensus.
Konsensus mengandung kekuatan untuk mengintegrasikan atau mengukuhkan.
Kekuatan tersebut diperoleh dari keyakinan masyarakat itu sendiri, yang
disalurkan dalam bentuk kesepakatan. Demikian halnya dengan konsensus untuk
membangun perdamaian yang komprehensif pada masa konflik dan pascakonflik
di Maluku. Kesadaran terhadap konteks segregasi masyarakat Maluku, khususnya
pada masa pascakonflik konflik, telah menjadi sumber bertumbuhnya komunitas
perdamaian yang efektif di Maluku. Produktifitas kerja mereka, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pertama, akomodasi. Pada tahapan ini, tokoh-tokoh perdamaian, baik dari
kelompok agama Islam maupun Kristen berupaya untuk meredakan pertentangan
di antara mereka. Pertentangan-pertentangan dan perbedaan-perbedaan yang
muncul saat terjadinya konflik didialogkan bersama sampai tercapai sebuah
kesepakatan bersama dengan dibentuknya komunitas-komunitas perdamaian,
seperti: Provokator Damai, Badati, Mollucas Hip-Hop Community, Kanvas
Allifuru, bengkel Sastra, Non-Violence.
Kedua, kerjasama (cooperation). Kerja sama disebut juga kooperasi yang
terbentuk karena adanya kesadaran bersama akan suatu kepentingan yang
dirasakan. Wujud kerjasama yang dilakukan oleh komunitas-komunitas
perdamaian ini, dinilai sebagai wujud kerjasama Spontan (Spontaneous
Cooperation), karena komunitas-komunitas tersebut hadir dengan sendirinya,
tanpa digerakan oleh satu pihak tertentu, termasuk pemerintah. Kerjasama
sedemikian, juga disebut dengan directed cooperation, yakni kerjasama yang
terbentuk karena perintah dan contractual cooporation yaitu kerjasama yang
berlandaskan pada kontrak atau perjanjian tertentu yang dilakukan atas kesadaran
bersama. Karena itu, kekuatan yang dihasilkan dibalik kerjasama ini bersifat
collective consciouness. Berikut tabel komunitas-komunitas yang bergerak di
Ambon, dalam rangka membangun perdamaian Maluku.
75
Tabel 6.1 Komunitas-Komunitas Perdamaian di Ambon
No
Komunitas
1
Provokator
Damai
2
Badati
76
Proses
Kerja
Klasifikasi Problem
Akomodasi
Sama
Para Tokoh
- Masyakat Maluku - Bekerjasama
Cendekiawan
mulai kehilangan
mengklarifikasi
isu-isu
Agama, seperti:
identitas asali,
Jack Manuputty
karena pengaruh
provokatif
(Kristen) dan
modernisasi serta - Bekerjasama
Abidin Wakanno
percampuran
membuat film
(Islam)
budaya
sebagai wujud
melakukan dialog - Kuatnya
isu-isu
perdamaian
bersama
provokatif
yang - Membangun
menyikapi
mengkondisikan
relasi untuk
konflik Maluku
masyarakat
dipromosikan
berdasarkan
mengenai
kelompok agama
ruang
perdamaian
masyarakat
Maluku
- Bekerjasama
melalui
mimbarmimbar
peribadatan
untuk
menyuarakan
seruan-seruan
perdamaian
- Live in sebagai
perwujudan
perdamaian.
Para kelompok
- Agama dipakai
- Bekerjsama
ilmuan serta
sebagai tameng
untuk
budayawan yang
terhadap konflik
membangun
gelisah dengan
Maluku
relasi sebagai
kenyataan
- Minimnya jalur
upaya
konflik Maluku
komunikasi lintas
mengklarifikasi
mulai
agama membuat
konflik dengan
membangun
respons
jalan anggota
dialog bersama
penyaringan isu
komunitas dari
lintas agama.
atas nama agama
agama lain
begitu sedikit.
membagikan
coffee di
wilayah agama
yang berbeda
Alat & Sarana
Media Sosial
(menyebarkan
proses yang telah
diciptakan ini
untuk diketahui
secara umum)
Handphone
(sebagai media
klarifikasi isu
sebelum dimuat
pada media
sosial)
Diri sendiri
sebagai
perwujudan
perdamaian
Media sosial
(menyebarkan
proses
perdamaian yang
telah diciptakan
bersama unuk
diketahui secara
umum)
Handphone
(sebagai media
klarifikasi isu
sebelum di muat
di Media sosial)
3
Mollucas
Hip-Hop
Community
4
Kanvas
Allifuru
5
Bengkel
Sastra
- Bekerjasama
membatasi isuisu provokatif
yang menyebar
dengan luas.
Berkumpulnya
- Maluku dipandang - Bekerjasama
para pemuda
sebagai kota
menggumanda
lintas agama yang
musik, namun
ngkan laguhendak
seruan-seruan
lagu
membangun
musik untuk
perdamaian
pilar-pilar
mempersatukan
bagi Maluku
kebersamaan
masyarakat
- Bekerjasama
Maluku
Maluku melalui
menyatukan
pascakonflik,
pilar-pilar budaya
individumelalui musik
begitu minim
individu
hip-hop yang
- Hip-Hop sebagai
berbeda agama,
dipandang
musik
dan bersatu
sebagai musik
pembaharuan
menyuarakan
pembaharuan.
masih jarang
integrasi
dikumandangkan
Maluku melalui
sebagai salah satu
pilar-pilar
cara mencapai
budaya
tujuan perdamaian - Bekerjasama
di Maluku.
menumbuhkan
rasa cinta
Maluku melalui
musik.
Kelompok
- Memori tersimpan - Bekerjasama
pelukis yang
secara audio dan
melalui
hendak
visual, dan salah
eksplorasi
menunjukan nilai
satu jalan untuk
kapasitas diri
perdamaian bagi
memberikan
melalui karya
Maluku
pencerahan
seni lukis
membangun
adalah melalui
- Menggunakan
komunitas dan
aspek visual yakni
ruang
beraksi dengan
lukisan. Karena
komunitas
karya-karya seni
itu, lukisan
sebagai sarana
yang ditampilkan
dijadikan sebagai
penyatuan
untuk
jalur perdamaian
lintas agama
mempromosikan
di Maluku .
- Menghadirkan
perdamaian
karya-karya
Maluku.
yang mampu
memberikan
spirit
kebersamaan .
Bahasa
- Karya Tulis
- Bekerjasama
dipandang
merupakan salah
melalui
Diri sendiri
sebagai
perwujudan
perdamaian.
-
-
-
77
NonViolence
6
78
sebagai salah satu
satu bahagian
kekuatan dasar
penting, namun
bagi sebuah
penggembangan
kelompok
terhadap hal ini
masyarakat,
dinilai masih
karena itu
minim dalam
beberapa
proses pelatihan
kelompok
dan
pemuda lintas
pengembangannya
agama
- Karya sastra dapat
berkumpul untuk
dipakai sebagai
menghasilkan
alat penyalur
karya bagi
inspirasi dan
pengembangan
menjadi sumber
kapasitas
perubahan bagi
individu secara
orang lain
khusus, juga
terutama bagi
karya yang
Maluku .
menyejukkan
masyarakat
Maluku secara
umum.
Sebuah kelompok - Kenyataan
yang dipandang
segregasi semakin
mampu
kuat saat ini,
mengubah
bukan hanya
paradigma
berdasarkan
segregasi dalam
agama, melaikan
konteks
juga suku, budaya
kehidupan
dan meluas hingga
masyarakat.
pada ruang-ruang
publik, salah
satunya di
kampus.
- Minimnya
perkumpulan
perdamaian yang
melatih sikap dan
praktek
kehidupan
bersama bersikap
saling terbuka.
eksplorasi
kapasitas diri
dengan
menghasilkan
karya sastra
- Menggunakan
ruang
komunitas
sebagai sarana
penyatuan
lintas agama
- Menghadirkan
karya-karya
yang
mampu
menghadirkan
spirit
kebersamaan
masyarakat
Maluku.
- Bekerjasama
menumbuhkan
paradigma yang
baru mengenai
spirit
kebersamaan
- Bekerjasama
melakukan
sosialisasi
menyangkut
bahaya
segregasi
- Bekerjasama
melalui pentas
seni
untuk
menghadirkan
perbedaan
bukan sebagai
sarana konflik,
melainkan
sebagai
kekuatan
bersama.
-
Bertolak dari pendapat yang dikemukakan oleh Esser mengenai bentukbentuk integrasi, maka integrasi yang dibentuk oleh komunitas-komuitas
perdamaian di atas termasuk dalam bentuk interaksi. Sebab, di dalam proses
integrasi yang dilakukan, terjadi interaksi antara individu-individu di dalam
kelompok secara verbal, maupun secara non-verbal yang bertujuan bagi
perdamaian masyarakat Maluku secara umum. Interaksi yang ditampilkan adalah
bentuk komunikasi antar „orang basudara‟. Interaksi dan komunikasi tersebut
terjadi dalam kehidupan masyarakat Maluku dengan pendekatan lintas agama.
Alat dan prasarana integrasi ini bersandar pada pemanfataan media sosial untuk
membentuk hubungan kekerabatan dengan orientasi nilai yang diyakini bersama
sebagai orang basudara. Hal ini bertujuan untuk memberantas kuatnya tali
segregasi yang membatasi persatuan orang Maluku. Tanpa interaksi tidak
mungkin masyarakat yang telah tersegregasi akibat konflik dapat terintegrasi.
Disisi lain, pesan-pesan provokatif yang hendak memperkeruh situasi masyarakat
menjadi salah satu kendala. Karena itu, diperlukan juga interaksi positif untuk
mengklarifikasi pesan-pesan provokatif tersebut, sehingga kondisi masyarakat
tidak semakin eksklusif.
Bila dikaitkan dengan jenis integrasi menurut Durkheim, maka integrasi
yang ada dalam komunitas-komunitas perdamaian di Ambon merupakan integrasi
tinggi. Karena anggota-anggota ada pada ranah kelompok yang lebih solid antar
satu dengan yang lain dan memperlihatkan sikap kolektifnya. Sikap kolektif itu
ditampakan dalam hal saling membantu, saling menghargai, dll.
Pemanfaatan media sosial oleh komunitas-komunitas tersebut memberi
sebuah pemahaman, bahwa masyarakat bukanlah sekedar wadah untuk
terwujudnya integrasi sosial yang akan mendukung solidaritas sosial, melainkan
juga pangkal dari kesadaran kolektif (collective consciousness/conscience) dan
sasaran utama dari perbuatan moral. Moralitas merupakan suatu keinginan yang
rasional. Jadi perbuatan moral bukanlah sekedar “kewajiban” yang tumbuh dari
dalam diri sendiri, melainkan juga “kebaikan” ketika kita dihadapkan dengan
kehidupan sosial. Kenyataan inilah yang mendorong sampai proses integrasi
melalui media sosial dapat menciptakan sebuah perubahan bagi masyarakat
Maluku.
Alur dan Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama
Facebook sebagai ruang bersama menjadi suatu alternatif baru dalam
proses pemanfaatan teknologi untuk mengantisipasi perkembangan segregasi
dalam konteks kehidupan masyarakat Maluku. Ruang segregasi yang semakin
terasa pada masa konflik dan lebih menguat pada masa pascakonflik. Segregasi
79
yang telah melegitimasi Maluku sebagai wilayah rentan konflik. Kenyataan
demikian membuat upaya untuk mengantisipasi segregasi bukanlah sebuah
keinginan semata, melainkan sebuah kebutuhan yang bersifat urgen bagi
masyarakat Maluku. Klasifikasi tempat tinggal yang semakin menguat
pascakonflik berdasarkan ruang-ruang hidup kelompok agama membuat
masyarakat akan menjadi eksklusif dan nyaman dengan agama sendiri, serta
menanggap orang di luar mereka adalah the other. Karena itu, dibutuhkan sebuah
ruang bersama yang dapat memperjumpakan kelompok-kelompok agama ini,
pada sebuah titik kebersamaan. Kenyataan ini yang membuat terbentuknya
komunitas-komunitas perdamaian di Ambon untuk memanfaatkan teknologi,
yakni facebook sebagai sebuah sarana alternatif untuk menjadi titik perjumpaan
bersama. Tindakan demikian dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
segregasi secara pesat dalam tataran praktis bermasyarakat. Proses pemanfaatan
facebook sebagai ruang bersama, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6.1 Alur Penerimaan Pesan Melalui facebook
Alur ini hendak menggambarkan proses komunikasi yang berlangsung
lewat facebook yang didukung dengan menggunakan beberapa fitur yang terdapat
dalam facebook. Fitur-fitur ini kemudian memudahkan komunitas-komunitas
dimaluku untuk menyatakan karyanya bagi maluku baik pada masa konflik
maupun pada masa pasca konflik sebagai ruang bersama .
Komunitas :
Kolom komunitas ini terdiri dari Home dan Wall yang
menggambarkan secara khusus wujud dari identitas
komunitas-komunitas yang ada. dalam hal ini komunitas
Provokator damai, Badati pada masa konflik, dan Molluca
Hip-Hop Comunitty, Kanvas Aliffuru,
Pesan
: Pesan ini terdiri dari status yang dibagikan secara umum, berupa:
teks ertulis, gambar, maupun video. Selain itu, terdapat juga pesan
khusus, berupa interaksi pribadi, antara narasumber dan penerima
melalui fitur inbox. Hal ini berguna untuk menunjukan proses
data yang dipublikasikan bersifat kompehensif, sehingga data
tersebut dipahami dan diterima sebagai pesan perdamaian oleh
penerima pesan.
Penerima : Penerima yang dimaksud dalam hal ini adalah mereka yang
melihat dan mengakses proses pembagian data yang dibagi oleh
pihak narasumber (komunitas) melalui media sosial facebook. Para
80
Respons
:
penerima diharapkan memiliki kearifan untuk merubah
paradigma dan memiliki komitmen baru untuk karya dan
mengantisipasi segregasi sebagai sumber konflik di Maluku.
Respons merupakan reaksi yang dimunculkan saat penerima
menerima data dari narasumber. Respons tersebut berlangsung
dalam media facebook, karena sudah tersedia fitur-fitur terkait
dengan respons penerima melalui simbol (like dan dislike, view),
juga menyediakan bentuk komunikasi langsung (comment), serta
turut membagikan content data narasumber kepada pihak
berikutnya pada halaman akun facebook penerima (tag).
Gambar 6.2 Alur Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama
Alur Komunikasi Facebook sebagai Ruang Bersama Komunitas
Provokator Damai
Komunitas provokator damai, menggunakan alur komunikasi media
sosial termasuk facebook untuk menyuarakan perdamaian bagi Maluku.
Pemanfatan media sosial dilakukan dengan jalan menyaring isu-isu
81
provokatif yang dapat menimbulkan perpecahan semakin meluas bagi
kehidupan masyarakat Maluku. Isu-isu provokatif yang muncul dikaji dan
diubah menjadi isu-isu perdamaian bagi Maluku. Menurut salah satu pendiri
provokator damai, yakni Abidin Wakanno, bahwa masyarakat Maluku
melihat panggung konflik sebagai ajang menunjukan eksistensi diri mereka
sebagai orang basudara. Konflik bukanlah sebuah gambaran hancurnya
keberadaan masyarakat Maluku, namun sebuah ajang untuk menunjukan
bukti nyata, bahwa praktek kehidupan orang basudara sebagai warisan
budaya Maluku terus hidup untuk mempersatukan orang Maluku. 1
Komunitas Badati
Komunikasi lewat facebook sebagai ruang bersama komunitas badati
menjadi alur positif yang bertujuan untuk membuka relasi perdamaian antar
komunitas agama, sebagaimana dikemukakan oleh anggota komunitas ini,
yakni :
1. Memperluas jejaring relasi dengan tujuan mengklarifikasi isu-isu
provokatif
2. Memainkan peran langsung di titik konflik melalui pembagian
coffie diposko-posko penjagaan dengan tujuan merubah pradigma
bahwa konflik terjadi bukan karena isu agama. 2
Komunitas Molluca Hip-Hip Community (MHC)
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas MHC
mengarah pada proses mengantisipasi segregasi untuk meningkatkan rasa
kecintaan terhadap Maluku dan menjadikan budaya sebagai perakat
antarmasyarakat. Hal ini tampak dalam ruang MHC yang terdiri dari
perpaduan kelompok agama Islam dan Kristen, serta menggunakan budaya
sebagai jembatan penghubung antarmasyarakat Maluku yang telah
tersegregasi berdasarkan agama (Iskam dan Kristen). Kenyataan ini yang
menjadi sumber dihasilkannya karya-karya musik untuk memperkuat
identitas kebersamaan masyarakat Maluku, seperti kapata-kapata budaya
yang dinyanyikan dengan makna persatuan dan kebersamaan.3
Komunitas Kanvas Alifuru
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas kanvas
alifuru, bergerak pada bidang seni rupa. Mereka menggunakan seni rupa
1
Wawancara: Suretz
Wawancara: Els Syauta
3 Wawancara: Morika Tetelepta
2
82
sebagai karya memoriam dengan meletakan unsur budaya sebagai kekuatan,
dan karya visioner yang menggunakan kekuatan imajiner untuk meletakan
unsur kritik terhadap masyarakat Maluku yang tersegregasi, juga sebagai
dasar membangun kebersamaan di antara masyarakat Maluku.4
Komunitas Bengkel Sastra
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas bengkel
sastra, bergerak pada bidang karya tulis berupa puisi, cerpen, novel, dll.
Bengkel sastra menggunakan kekuatan bahasa untuk mewujudkan
perdamaian bagi Maluku. Pesan-pesan kebersamaan, berupa Maluku Satu
Darah, Satu Hati, dan berbagai karya lain yang dihasilkan dan disebarkan
bertujuan untuk mengantisipasi menguatnya praktek-praktek yang semakin
mengsegregasikan masyarakat Maluku.5
Komunitas Non Violence
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas non
violence hendak menampakan bahwa pascakonflik Maluku, kekuatan
segregasi ternyata semakin kuat bergerak dan berdampak dalam ruang-ruang
ilmiah di kampus. Kenyataan ini membuat komunitas non violence hendak
bergerak pada tataran etis-praktis untuk memupuk kebersamaan, juga
bergerak dalam proses sosialisasi perdamaian serta menghasilkan karya-karya
yang berorientasi pada perdamaian Maluku dan dimunculkan pada facebook.
Upaya ini bertujuan untuk mentransformasi paradigma-paradigma lama yang
terkurung dalam ruang-ruang segregasi dan melunturkannya, serta membuka
ruang kebersamaan sebagai wujud asali kehidupan masyarakat Maluku, yakni
hidup orang basudara. Di sisi lain komunitas non-violence bergerak dalam
ruang penyelesaian konflik dengan jalan dialog dan komunikasi.6
Etika Dalam Media Sosial Sebagai Pilar Komunikasi Masyarakat Maluku
Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena
perannya yang sangat signifikan dalam komunikasi modern. Kenyataan ini yang
dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas perdamaian di Maluku untuk mengatasi
menguatnya jalur-jalur segregasi seperti yang telah disampaikan di atas.
Kemudahan dalam mengakses akun media sosial, dalam hal ini facebook,
Wawancara: Joner Lakburlawal
Wawancara: Wesly Johanes
6 Wawancara: Yan Awath
4
5
83
membuat sarana tersebut akrab dengan kehidupan masayarakat. Proses akses yang
tidak terbatas, bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dan tentang
apa saja membuat facebook telah menjadi backbone (tulang punggung) dalam
komunikasi abad digital ini. Akan tetapi, selain dampak positif yang ditimbulkan
berkat fungsi dan tujuannya, medsos (facebook) dapat menjadi sarana negatif
apabila digunakan secara tidak bertanggung jawab.
Praktek penggunaan facebook yang mengabaikan prinisp-prinisp etika
berkomunikasi telah marak akhir-akhir ini di Indonesia. Pesan-pesan kebencian
dipublikasi tanpa sensor sehingga memunculkan emosi dari pihak penerima yang
tidak setuju terhadap pesan tersebut. Namun, tindakan sedemikian tidak
dilakukan oleh komunitas-komunitas perdamaian di Ambon. Mereka
mendjadikan facebook sebagai sarana integrasi dan penebar pesan-pesan
perdamaian, mempublikasi karya anak Maluku berbasis lintas iman bagi
perdamaian.
Tatanan sosial yang terbangun dari komunikasi era digital melalui medsos
sebagai tulang punggungnya akan rusak dan destruktif apabila penggunaan
medsos tidak didasarkan pada etika berkomunikasi yang baik. Ketika masyarakat
berkomunikasi, pada dasarnya mereka sedang menciptakan sendi-sendi trust atau
rasa saling percaya. Komunikasi demikian dapat terjadi ketika pihak-pihak yang
berkomunikasi menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Konflik Maluku dimulai juga
dengan prinsip komunikasi yang tidak beretika. Kenyataan ini ditakutkan akan
membuka kembali ruang konflik bagi Maluku di era digital ini. Oleh karena itu,
pemanfaatan media sosial facebook sebagai ruang bersama penting untuk
dimaknai, sekaligus turut memperhatikan aspek etika komunikasi di dalamnya.
Prinsip etika komunikasi dalam media sosial telah diatur dalam ketentuan
Hukum UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE).7 Ketentuan UU ini menjadi balutan legalitas dalam proses penggunaan
media sosial. Selain prinsip legalitas sebagai ketentuan yang tertulis, ada pula
prinsip etika yang tidak tertulis dan dimaknai sebagai perwujudan moralitas.
Beberapa point di bawah ini hendak menjadi acuan dalam proses berkomunikasi
di media sosial, khususnya facebook, bagi masyarakat Maluku:
1. Berkomunikasilah secara santun dan tidak mengumbar kata-kata kasar.
Gunakan kaidah kaidah bahasa dengan baik dan benar. Upayakan
untuk menghindari kata-kata atau idiom yang artinya kotor,
menghujat dan tidak sopan dalam bermedia sosial.
7
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
84
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dilarang untuk menyebarkan konten yang dapat mengganggu stabilitas
kehidupan sosial, baik itu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA),
berupa tulisan, foto, gambar, ilustrasi, suara maupun video.
Dilarang menyebarkan foto, tulisan ataupun video yang bersifat
pornografi dan menggangu mentalitas kehidupan masyarakat terutama
generasi muda.
Jangan menuduh, menyerang, beropini negatif dan memberikan
informasi tidak benar melalui medsos.
Beropini dan mengeluarkan pendapat dengan berpijak pada fakta
sebenarnya dan data yang sahih.
Jangan menggunakan nama samaran, nama orang lain atau membuat
akun samaran dengan tujuan apa pun. Hal itu bisa menjadi awal dari
bentuk penipuan karena menyembunyikan identitas aslinya. Biasanya,
penggunaan nama samaran ini oleh orang yang tidak bertanggung
jawab dikombinasikan dengan perbuatan tidak baik seperti
menyebarkan atau melakukan forward informasi bohong,
menyesatkan, fitnah, mengadu domba, Memperkeruh suasana,
memanipulasi informasi, dan membunuh karakter pihak lain.
Hindari penggunaan media sosial untuk meluapkan emosi negatif
kepada orang lain, ucapan-ucapan kasar, pelecahan, dsb.8
Media sosial akan bermakna positif ketika dimanfaatkan untuk berbagi
kebaikan, optimisme, kebahagiaan, saling tolong-menolong, dan saling
menghargai. Namun, media sosial akan bermakna negatif ketika dimanfaatkan
untuk menyebar kebencian kepada pihak lain. Ketika terdapat ujaran kebencian,
sebagai bentuk pelanggaran terhadap etika tidak tertulis dalam berkomunikasi di
media sosial, maka umumnya pengguna akan mendapat sanksi sosial, seperti
dikeluarkan dari grup, mendapat unfollow, dislike, mendapat kritikan, teguran,
atau masukan dari orang lain, atau bisa juga dikucilkan (ekskomunikasi) oleh
pengguna media sosial yang lain.
Di tengah pemanfaatan facebook yang berfungsi ganda, yakni: positif dan
negatif, suatu pilihan penggunaan facebook yang luar biasa telah hidup dalam
masyarakat Maluku. Mereka dapat menggunakannnya dengan baik untuk
menghidupkan ruang bersama bagi perdamaian di Maluku. Facebook telah
digunakan sebagai ruang perjumpaan alternatif komunitas lintas agama dan
menjadi ruang klarifikasi tehadap isu-isu provokatif yang dapat memecah-belah
masyarakat Maluku. Pemenfaatan facebook sedemikian oleh komunitas8
Ibid.,
85
komunitas perdamaian di Maluku, dapat dipandang sebagai penopang hukum dan
moralitas bersama. Selain itu, facebook telah menjadi ruang untuk
mempubikasikan nilai-nilai dasar kehidupan seperti kerja sama, tolong-menolong,
saling menghargai, dan lain-lain.
Gagasan pela-gandong dan “katong samua basudara” sebagai kekuatan
budaya masyarakat Maluku dapat dijadikan sebagai etika yang fundamental oleh
seluruh pengguna media sosial di Maluku untuk mendukung perwujudan cita-cita
kehidupan bersama sebagai orang basudara. Pesan berupa, teks, gambar ataupun
video, yang dipublikasi lewat facebook haruslah menunjukan bahwa orang
Maluku Saling memandang sesamanya sebagai manusia yang utuh, yang memiliki
harkat, martabat dan kualifikasi kemanusiaan. Aspek saling menghargai dan
menghormati sebagai orang basudara itu penting untuk dipublikasikan sebagai
hakekat hidup manusia Maluku.
86
PENGARUH KOMUNITAS MUDA-MUDI
MELALUI MEDIA SOSIAL MELAWAN SEGREGASI
MASSA KONFLIK DAN PASCA KONFLIK AMBON
Facebook Sebagai Sarana Integritas Melawan Segregasi
Integrasi berawal dari interaksi dan dialog untuk mencapai konsensus.
Konsensus mengandung kekuatan untuk mengintegrasikan atau mengukuhkan.
Kekuatan tersebut diperoleh dari keyakinan masyarakat itu sendiri, yang
disalurkan dalam bentuk kesepakatan. Demikian halnya dengan konsensus untuk
membangun perdamaian yang komprehensif pada masa konflik dan pascakonflik
di Maluku. Kesadaran terhadap konteks segregasi masyarakat Maluku, khususnya
pada masa pascakonflik konflik, telah menjadi sumber bertumbuhnya komunitas
perdamaian yang efektif di Maluku. Produktifitas kerja mereka, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pertama, akomodasi. Pada tahapan ini, tokoh-tokoh perdamaian, baik dari
kelompok agama Islam maupun Kristen berupaya untuk meredakan pertentangan
di antara mereka. Pertentangan-pertentangan dan perbedaan-perbedaan yang
muncul saat terjadinya konflik didialogkan bersama sampai tercapai sebuah
kesepakatan bersama dengan dibentuknya komunitas-komunitas perdamaian,
seperti: Provokator Damai, Badati, Mollucas Hip-Hop Community, Kanvas
Allifuru, bengkel Sastra, Non-Violence.
Kedua, kerjasama (cooperation). Kerja sama disebut juga kooperasi yang
terbentuk karena adanya kesadaran bersama akan suatu kepentingan yang
dirasakan. Wujud kerjasama yang dilakukan oleh komunitas-komunitas
perdamaian ini, dinilai sebagai wujud kerjasama Spontan (Spontaneous
Cooperation), karena komunitas-komunitas tersebut hadir dengan sendirinya,
tanpa digerakan oleh satu pihak tertentu, termasuk pemerintah. Kerjasama
sedemikian, juga disebut dengan directed cooperation, yakni kerjasama yang
terbentuk karena perintah dan contractual cooporation yaitu kerjasama yang
berlandaskan pada kontrak atau perjanjian tertentu yang dilakukan atas kesadaran
bersama. Karena itu, kekuatan yang dihasilkan dibalik kerjasama ini bersifat
collective consciouness. Berikut tabel komunitas-komunitas yang bergerak di
Ambon, dalam rangka membangun perdamaian Maluku.
75
Tabel 6.1 Komunitas-Komunitas Perdamaian di Ambon
No
Komunitas
1
Provokator
Damai
2
Badati
76
Proses
Kerja
Klasifikasi Problem
Akomodasi
Sama
Para Tokoh
- Masyakat Maluku - Bekerjasama
Cendekiawan
mulai kehilangan
mengklarifikasi
isu-isu
Agama, seperti:
identitas asali,
Jack Manuputty
karena pengaruh
provokatif
(Kristen) dan
modernisasi serta - Bekerjasama
Abidin Wakanno
percampuran
membuat film
(Islam)
budaya
sebagai wujud
melakukan dialog - Kuatnya
isu-isu
perdamaian
bersama
provokatif
yang - Membangun
menyikapi
mengkondisikan
relasi untuk
konflik Maluku
masyarakat
dipromosikan
berdasarkan
mengenai
kelompok agama
ruang
perdamaian
masyarakat
Maluku
- Bekerjasama
melalui
mimbarmimbar
peribadatan
untuk
menyuarakan
seruan-seruan
perdamaian
- Live in sebagai
perwujudan
perdamaian.
Para kelompok
- Agama dipakai
- Bekerjsama
ilmuan serta
sebagai tameng
untuk
budayawan yang
terhadap konflik
membangun
gelisah dengan
Maluku
relasi sebagai
kenyataan
- Minimnya jalur
upaya
konflik Maluku
komunikasi lintas
mengklarifikasi
mulai
agama membuat
konflik dengan
membangun
respons
jalan anggota
dialog bersama
penyaringan isu
komunitas dari
lintas agama.
atas nama agama
agama lain
begitu sedikit.
membagikan
coffee di
wilayah agama
yang berbeda
Alat & Sarana
Media Sosial
(menyebarkan
proses yang telah
diciptakan ini
untuk diketahui
secara umum)
Handphone
(sebagai media
klarifikasi isu
sebelum dimuat
pada media
sosial)
Diri sendiri
sebagai
perwujudan
perdamaian
Media sosial
(menyebarkan
proses
perdamaian yang
telah diciptakan
bersama unuk
diketahui secara
umum)
Handphone
(sebagai media
klarifikasi isu
sebelum di muat
di Media sosial)
3
Mollucas
Hip-Hop
Community
4
Kanvas
Allifuru
5
Bengkel
Sastra
- Bekerjasama
membatasi isuisu provokatif
yang menyebar
dengan luas.
Berkumpulnya
- Maluku dipandang - Bekerjasama
para pemuda
sebagai kota
menggumanda
lintas agama yang
musik, namun
ngkan laguhendak
seruan-seruan
lagu
membangun
musik untuk
perdamaian
pilar-pilar
mempersatukan
bagi Maluku
kebersamaan
masyarakat
- Bekerjasama
Maluku
Maluku melalui
menyatukan
pascakonflik,
pilar-pilar budaya
individumelalui musik
begitu minim
individu
hip-hop yang
- Hip-Hop sebagai
berbeda agama,
dipandang
musik
dan bersatu
sebagai musik
pembaharuan
menyuarakan
pembaharuan.
masih jarang
integrasi
dikumandangkan
Maluku melalui
sebagai salah satu
pilar-pilar
cara mencapai
budaya
tujuan perdamaian - Bekerjasama
di Maluku.
menumbuhkan
rasa cinta
Maluku melalui
musik.
Kelompok
- Memori tersimpan - Bekerjasama
pelukis yang
secara audio dan
melalui
hendak
visual, dan salah
eksplorasi
menunjukan nilai
satu jalan untuk
kapasitas diri
perdamaian bagi
memberikan
melalui karya
Maluku
pencerahan
seni lukis
membangun
adalah melalui
- Menggunakan
komunitas dan
aspek visual yakni
ruang
beraksi dengan
lukisan. Karena
komunitas
karya-karya seni
itu, lukisan
sebagai sarana
yang ditampilkan
dijadikan sebagai
penyatuan
untuk
jalur perdamaian
lintas agama
mempromosikan
di Maluku .
- Menghadirkan
perdamaian
karya-karya
Maluku.
yang mampu
memberikan
spirit
kebersamaan .
Bahasa
- Karya Tulis
- Bekerjasama
dipandang
merupakan salah
melalui
Diri sendiri
sebagai
perwujudan
perdamaian.
-
-
-
77
NonViolence
6
78
sebagai salah satu
satu bahagian
kekuatan dasar
penting, namun
bagi sebuah
penggembangan
kelompok
terhadap hal ini
masyarakat,
dinilai masih
karena itu
minim dalam
beberapa
proses pelatihan
kelompok
dan
pemuda lintas
pengembangannya
agama
- Karya sastra dapat
berkumpul untuk
dipakai sebagai
menghasilkan
alat penyalur
karya bagi
inspirasi dan
pengembangan
menjadi sumber
kapasitas
perubahan bagi
individu secara
orang lain
khusus, juga
terutama bagi
karya yang
Maluku .
menyejukkan
masyarakat
Maluku secara
umum.
Sebuah kelompok - Kenyataan
yang dipandang
segregasi semakin
mampu
kuat saat ini,
mengubah
bukan hanya
paradigma
berdasarkan
segregasi dalam
agama, melaikan
konteks
juga suku, budaya
kehidupan
dan meluas hingga
masyarakat.
pada ruang-ruang
publik, salah
satunya di
kampus.
- Minimnya
perkumpulan
perdamaian yang
melatih sikap dan
praktek
kehidupan
bersama bersikap
saling terbuka.
eksplorasi
kapasitas diri
dengan
menghasilkan
karya sastra
- Menggunakan
ruang
komunitas
sebagai sarana
penyatuan
lintas agama
- Menghadirkan
karya-karya
yang
mampu
menghadirkan
spirit
kebersamaan
masyarakat
Maluku.
- Bekerjasama
menumbuhkan
paradigma yang
baru mengenai
spirit
kebersamaan
- Bekerjasama
melakukan
sosialisasi
menyangkut
bahaya
segregasi
- Bekerjasama
melalui pentas
seni
untuk
menghadirkan
perbedaan
bukan sebagai
sarana konflik,
melainkan
sebagai
kekuatan
bersama.
-
Bertolak dari pendapat yang dikemukakan oleh Esser mengenai bentukbentuk integrasi, maka integrasi yang dibentuk oleh komunitas-komuitas
perdamaian di atas termasuk dalam bentuk interaksi. Sebab, di dalam proses
integrasi yang dilakukan, terjadi interaksi antara individu-individu di dalam
kelompok secara verbal, maupun secara non-verbal yang bertujuan bagi
perdamaian masyarakat Maluku secara umum. Interaksi yang ditampilkan adalah
bentuk komunikasi antar „orang basudara‟. Interaksi dan komunikasi tersebut
terjadi dalam kehidupan masyarakat Maluku dengan pendekatan lintas agama.
Alat dan prasarana integrasi ini bersandar pada pemanfataan media sosial untuk
membentuk hubungan kekerabatan dengan orientasi nilai yang diyakini bersama
sebagai orang basudara. Hal ini bertujuan untuk memberantas kuatnya tali
segregasi yang membatasi persatuan orang Maluku. Tanpa interaksi tidak
mungkin masyarakat yang telah tersegregasi akibat konflik dapat terintegrasi.
Disisi lain, pesan-pesan provokatif yang hendak memperkeruh situasi masyarakat
menjadi salah satu kendala. Karena itu, diperlukan juga interaksi positif untuk
mengklarifikasi pesan-pesan provokatif tersebut, sehingga kondisi masyarakat
tidak semakin eksklusif.
Bila dikaitkan dengan jenis integrasi menurut Durkheim, maka integrasi
yang ada dalam komunitas-komunitas perdamaian di Ambon merupakan integrasi
tinggi. Karena anggota-anggota ada pada ranah kelompok yang lebih solid antar
satu dengan yang lain dan memperlihatkan sikap kolektifnya. Sikap kolektif itu
ditampakan dalam hal saling membantu, saling menghargai, dll.
Pemanfaatan media sosial oleh komunitas-komunitas tersebut memberi
sebuah pemahaman, bahwa masyarakat bukanlah sekedar wadah untuk
terwujudnya integrasi sosial yang akan mendukung solidaritas sosial, melainkan
juga pangkal dari kesadaran kolektif (collective consciousness/conscience) dan
sasaran utama dari perbuatan moral. Moralitas merupakan suatu keinginan yang
rasional. Jadi perbuatan moral bukanlah sekedar “kewajiban” yang tumbuh dari
dalam diri sendiri, melainkan juga “kebaikan” ketika kita dihadapkan dengan
kehidupan sosial. Kenyataan inilah yang mendorong sampai proses integrasi
melalui media sosial dapat menciptakan sebuah perubahan bagi masyarakat
Maluku.
Alur dan Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama
Facebook sebagai ruang bersama menjadi suatu alternatif baru dalam
proses pemanfaatan teknologi untuk mengantisipasi perkembangan segregasi
dalam konteks kehidupan masyarakat Maluku. Ruang segregasi yang semakin
terasa pada masa konflik dan lebih menguat pada masa pascakonflik. Segregasi
79
yang telah melegitimasi Maluku sebagai wilayah rentan konflik. Kenyataan
demikian membuat upaya untuk mengantisipasi segregasi bukanlah sebuah
keinginan semata, melainkan sebuah kebutuhan yang bersifat urgen bagi
masyarakat Maluku. Klasifikasi tempat tinggal yang semakin menguat
pascakonflik berdasarkan ruang-ruang hidup kelompok agama membuat
masyarakat akan menjadi eksklusif dan nyaman dengan agama sendiri, serta
menanggap orang di luar mereka adalah the other. Karena itu, dibutuhkan sebuah
ruang bersama yang dapat memperjumpakan kelompok-kelompok agama ini,
pada sebuah titik kebersamaan. Kenyataan ini yang membuat terbentuknya
komunitas-komunitas perdamaian di Ambon untuk memanfaatkan teknologi,
yakni facebook sebagai sebuah sarana alternatif untuk menjadi titik perjumpaan
bersama. Tindakan demikian dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
segregasi secara pesat dalam tataran praktis bermasyarakat. Proses pemanfaatan
facebook sebagai ruang bersama, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6.1 Alur Penerimaan Pesan Melalui facebook
Alur ini hendak menggambarkan proses komunikasi yang berlangsung
lewat facebook yang didukung dengan menggunakan beberapa fitur yang terdapat
dalam facebook. Fitur-fitur ini kemudian memudahkan komunitas-komunitas
dimaluku untuk menyatakan karyanya bagi maluku baik pada masa konflik
maupun pada masa pasca konflik sebagai ruang bersama .
Komunitas :
Kolom komunitas ini terdiri dari Home dan Wall yang
menggambarkan secara khusus wujud dari identitas
komunitas-komunitas yang ada. dalam hal ini komunitas
Provokator damai, Badati pada masa konflik, dan Molluca
Hip-Hop Comunitty, Kanvas Aliffuru,
Pesan
: Pesan ini terdiri dari status yang dibagikan secara umum, berupa:
teks ertulis, gambar, maupun video. Selain itu, terdapat juga pesan
khusus, berupa interaksi pribadi, antara narasumber dan penerima
melalui fitur inbox. Hal ini berguna untuk menunjukan proses
data yang dipublikasikan bersifat kompehensif, sehingga data
tersebut dipahami dan diterima sebagai pesan perdamaian oleh
penerima pesan.
Penerima : Penerima yang dimaksud dalam hal ini adalah mereka yang
melihat dan mengakses proses pembagian data yang dibagi oleh
pihak narasumber (komunitas) melalui media sosial facebook. Para
80
Respons
:
penerima diharapkan memiliki kearifan untuk merubah
paradigma dan memiliki komitmen baru untuk karya dan
mengantisipasi segregasi sebagai sumber konflik di Maluku.
Respons merupakan reaksi yang dimunculkan saat penerima
menerima data dari narasumber. Respons tersebut berlangsung
dalam media facebook, karena sudah tersedia fitur-fitur terkait
dengan respons penerima melalui simbol (like dan dislike, view),
juga menyediakan bentuk komunikasi langsung (comment), serta
turut membagikan content data narasumber kepada pihak
berikutnya pada halaman akun facebook penerima (tag).
Gambar 6.2 Alur Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama
Alur Komunikasi Facebook sebagai Ruang Bersama Komunitas
Provokator Damai
Komunitas provokator damai, menggunakan alur komunikasi media
sosial termasuk facebook untuk menyuarakan perdamaian bagi Maluku.
Pemanfatan media sosial dilakukan dengan jalan menyaring isu-isu
81
provokatif yang dapat menimbulkan perpecahan semakin meluas bagi
kehidupan masyarakat Maluku. Isu-isu provokatif yang muncul dikaji dan
diubah menjadi isu-isu perdamaian bagi Maluku. Menurut salah satu pendiri
provokator damai, yakni Abidin Wakanno, bahwa masyarakat Maluku
melihat panggung konflik sebagai ajang menunjukan eksistensi diri mereka
sebagai orang basudara. Konflik bukanlah sebuah gambaran hancurnya
keberadaan masyarakat Maluku, namun sebuah ajang untuk menunjukan
bukti nyata, bahwa praktek kehidupan orang basudara sebagai warisan
budaya Maluku terus hidup untuk mempersatukan orang Maluku. 1
Komunitas Badati
Komunikasi lewat facebook sebagai ruang bersama komunitas badati
menjadi alur positif yang bertujuan untuk membuka relasi perdamaian antar
komunitas agama, sebagaimana dikemukakan oleh anggota komunitas ini,
yakni :
1. Memperluas jejaring relasi dengan tujuan mengklarifikasi isu-isu
provokatif
2. Memainkan peran langsung di titik konflik melalui pembagian
coffie diposko-posko penjagaan dengan tujuan merubah pradigma
bahwa konflik terjadi bukan karena isu agama. 2
Komunitas Molluca Hip-Hip Community (MHC)
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas MHC
mengarah pada proses mengantisipasi segregasi untuk meningkatkan rasa
kecintaan terhadap Maluku dan menjadikan budaya sebagai perakat
antarmasyarakat. Hal ini tampak dalam ruang MHC yang terdiri dari
perpaduan kelompok agama Islam dan Kristen, serta menggunakan budaya
sebagai jembatan penghubung antarmasyarakat Maluku yang telah
tersegregasi berdasarkan agama (Iskam dan Kristen). Kenyataan ini yang
menjadi sumber dihasilkannya karya-karya musik untuk memperkuat
identitas kebersamaan masyarakat Maluku, seperti kapata-kapata budaya
yang dinyanyikan dengan makna persatuan dan kebersamaan.3
Komunitas Kanvas Alifuru
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas kanvas
alifuru, bergerak pada bidang seni rupa. Mereka menggunakan seni rupa
1
Wawancara: Suretz
Wawancara: Els Syauta
3 Wawancara: Morika Tetelepta
2
82
sebagai karya memoriam dengan meletakan unsur budaya sebagai kekuatan,
dan karya visioner yang menggunakan kekuatan imajiner untuk meletakan
unsur kritik terhadap masyarakat Maluku yang tersegregasi, juga sebagai
dasar membangun kebersamaan di antara masyarakat Maluku.4
Komunitas Bengkel Sastra
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas bengkel
sastra, bergerak pada bidang karya tulis berupa puisi, cerpen, novel, dll.
Bengkel sastra menggunakan kekuatan bahasa untuk mewujudkan
perdamaian bagi Maluku. Pesan-pesan kebersamaan, berupa Maluku Satu
Darah, Satu Hati, dan berbagai karya lain yang dihasilkan dan disebarkan
bertujuan untuk mengantisipasi menguatnya praktek-praktek yang semakin
mengsegregasikan masyarakat Maluku.5
Komunitas Non Violence
Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas non
violence hendak menampakan bahwa pascakonflik Maluku, kekuatan
segregasi ternyata semakin kuat bergerak dan berdampak dalam ruang-ruang
ilmiah di kampus. Kenyataan ini membuat komunitas non violence hendak
bergerak pada tataran etis-praktis untuk memupuk kebersamaan, juga
bergerak dalam proses sosialisasi perdamaian serta menghasilkan karya-karya
yang berorientasi pada perdamaian Maluku dan dimunculkan pada facebook.
Upaya ini bertujuan untuk mentransformasi paradigma-paradigma lama yang
terkurung dalam ruang-ruang segregasi dan melunturkannya, serta membuka
ruang kebersamaan sebagai wujud asali kehidupan masyarakat Maluku, yakni
hidup orang basudara. Di sisi lain komunitas non-violence bergerak dalam
ruang penyelesaian konflik dengan jalan dialog dan komunikasi.6
Etika Dalam Media Sosial Sebagai Pilar Komunikasi Masyarakat Maluku
Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena
perannya yang sangat signifikan dalam komunikasi modern. Kenyataan ini yang
dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas perdamaian di Maluku untuk mengatasi
menguatnya jalur-jalur segregasi seperti yang telah disampaikan di atas.
Kemudahan dalam mengakses akun media sosial, dalam hal ini facebook,
Wawancara: Joner Lakburlawal
Wawancara: Wesly Johanes
6 Wawancara: Yan Awath
4
5
83
membuat sarana tersebut akrab dengan kehidupan masayarakat. Proses akses yang
tidak terbatas, bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dan tentang
apa saja membuat facebook telah menjadi backbone (tulang punggung) dalam
komunikasi abad digital ini. Akan tetapi, selain dampak positif yang ditimbulkan
berkat fungsi dan tujuannya, medsos (facebook) dapat menjadi sarana negatif
apabila digunakan secara tidak bertanggung jawab.
Praktek penggunaan facebook yang mengabaikan prinisp-prinisp etika
berkomunikasi telah marak akhir-akhir ini di Indonesia. Pesan-pesan kebencian
dipublikasi tanpa sensor sehingga memunculkan emosi dari pihak penerima yang
tidak setuju terhadap pesan tersebut. Namun, tindakan sedemikian tidak
dilakukan oleh komunitas-komunitas perdamaian di Ambon. Mereka
mendjadikan facebook sebagai sarana integrasi dan penebar pesan-pesan
perdamaian, mempublikasi karya anak Maluku berbasis lintas iman bagi
perdamaian.
Tatanan sosial yang terbangun dari komunikasi era digital melalui medsos
sebagai tulang punggungnya akan rusak dan destruktif apabila penggunaan
medsos tidak didasarkan pada etika berkomunikasi yang baik. Ketika masyarakat
berkomunikasi, pada dasarnya mereka sedang menciptakan sendi-sendi trust atau
rasa saling percaya. Komunikasi demikian dapat terjadi ketika pihak-pihak yang
berkomunikasi menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Konflik Maluku dimulai juga
dengan prinsip komunikasi yang tidak beretika. Kenyataan ini ditakutkan akan
membuka kembali ruang konflik bagi Maluku di era digital ini. Oleh karena itu,
pemanfaatan media sosial facebook sebagai ruang bersama penting untuk
dimaknai, sekaligus turut memperhatikan aspek etika komunikasi di dalamnya.
Prinsip etika komunikasi dalam media sosial telah diatur dalam ketentuan
Hukum UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE).7 Ketentuan UU ini menjadi balutan legalitas dalam proses penggunaan
media sosial. Selain prinsip legalitas sebagai ketentuan yang tertulis, ada pula
prinsip etika yang tidak tertulis dan dimaknai sebagai perwujudan moralitas.
Beberapa point di bawah ini hendak menjadi acuan dalam proses berkomunikasi
di media sosial, khususnya facebook, bagi masyarakat Maluku:
1. Berkomunikasilah secara santun dan tidak mengumbar kata-kata kasar.
Gunakan kaidah kaidah bahasa dengan baik dan benar. Upayakan
untuk menghindari kata-kata atau idiom yang artinya kotor,
menghujat dan tidak sopan dalam bermedia sosial.
7
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
84
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dilarang untuk menyebarkan konten yang dapat mengganggu stabilitas
kehidupan sosial, baik itu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA),
berupa tulisan, foto, gambar, ilustrasi, suara maupun video.
Dilarang menyebarkan foto, tulisan ataupun video yang bersifat
pornografi dan menggangu mentalitas kehidupan masyarakat terutama
generasi muda.
Jangan menuduh, menyerang, beropini negatif dan memberikan
informasi tidak benar melalui medsos.
Beropini dan mengeluarkan pendapat dengan berpijak pada fakta
sebenarnya dan data yang sahih.
Jangan menggunakan nama samaran, nama orang lain atau membuat
akun samaran dengan tujuan apa pun. Hal itu bisa menjadi awal dari
bentuk penipuan karena menyembunyikan identitas aslinya. Biasanya,
penggunaan nama samaran ini oleh orang yang tidak bertanggung
jawab dikombinasikan dengan perbuatan tidak baik seperti
menyebarkan atau melakukan forward informasi bohong,
menyesatkan, fitnah, mengadu domba, Memperkeruh suasana,
memanipulasi informasi, dan membunuh karakter pihak lain.
Hindari penggunaan media sosial untuk meluapkan emosi negatif
kepada orang lain, ucapan-ucapan kasar, pelecahan, dsb.8
Media sosial akan bermakna positif ketika dimanfaatkan untuk berbagi
kebaikan, optimisme, kebahagiaan, saling tolong-menolong, dan saling
menghargai. Namun, media sosial akan bermakna negatif ketika dimanfaatkan
untuk menyebar kebencian kepada pihak lain. Ketika terdapat ujaran kebencian,
sebagai bentuk pelanggaran terhadap etika tidak tertulis dalam berkomunikasi di
media sosial, maka umumnya pengguna akan mendapat sanksi sosial, seperti
dikeluarkan dari grup, mendapat unfollow, dislike, mendapat kritikan, teguran,
atau masukan dari orang lain, atau bisa juga dikucilkan (ekskomunikasi) oleh
pengguna media sosial yang lain.
Di tengah pemanfaatan facebook yang berfungsi ganda, yakni: positif dan
negatif, suatu pilihan penggunaan facebook yang luar biasa telah hidup dalam
masyarakat Maluku. Mereka dapat menggunakannnya dengan baik untuk
menghidupkan ruang bersama bagi perdamaian di Maluku. Facebook telah
digunakan sebagai ruang perjumpaan alternatif komunitas lintas agama dan
menjadi ruang klarifikasi tehadap isu-isu provokatif yang dapat memecah-belah
masyarakat Maluku. Pemenfaatan facebook sedemikian oleh komunitas8
Ibid.,
85
komunitas perdamaian di Maluku, dapat dipandang sebagai penopang hukum dan
moralitas bersama. Selain itu, facebook telah menjadi ruang untuk
mempubikasikan nilai-nilai dasar kehidupan seperti kerja sama, tolong-menolong,
saling menghargai, dan lain-lain.
Gagasan pela-gandong dan “katong samua basudara” sebagai kekuatan
budaya masyarakat Maluku dapat dijadikan sebagai etika yang fundamental oleh
seluruh pengguna media sosial di Maluku untuk mendukung perwujudan cita-cita
kehidupan bersama sebagai orang basudara. Pesan berupa, teks, gambar ataupun
video, yang dipublikasi lewat facebook haruslah menunjukan bahwa orang
Maluku Saling memandang sesamanya sebagai manusia yang utuh, yang memiliki
harkat, martabat dan kualifikasi kemanusiaan. Aspek saling menghargai dan
menghormati sebagai orang basudara itu penting untuk dipublikasikan sebagai
hakekat hidup manusia Maluku.
86