Publikasi - Reksa Dana Manulife

Monthly Market Review
Des 2017
Hanya untuk investor profesional PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Bukan untuk umum.

ULASAN MAKROEKONOMI
Di bulan Desember 2017, perekonomian Indonesia tetap kondusif.
Terjadi peningkatan bulanan inflasi +0.71%, sehingga inflasi
tahunan menjadi +3.61% (dibandingkan November sebesar
3.30% YoY). Walaupun lebih tinggi dari estimasi konsensus,
inflasi bulanan tersebut masih lebih rendah dibandingkan rata-rata
inflasi bulan Desember 2004 – 2016 sebesar 0.77%. Sementara
itu, inflasi inti tetap terjaga rendah +2.95% YoY,
mengkonfirmasikan permintaan domestik yang lemah. Secara
keseluruhan inflasi 2017 lebih rendah dari 4% seperti yang telah
terjadi sejak 2015, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi
2000 – 2014 di level 7.9%. Terlebih lagi jika kita mengabaikan
kenaikan listrik dan biaya perpanjangan STNK yang berkontribusi
1%, inflasi tahun 2017 ini mungkin bisa lebih kecil dari 3%.
Alasan utamanya adalah inflasi pangan yang rendah. Kami
percaya tahun 2018 inflasi akan tetap terkendali mengingat
adanya pengawasan ketat harga pangan dan tidak ada lagi

kenaikan harga-harga yang dikendalikan pemerintah. Walau
demikian, kami menilai sepertinya Bank Indonesia tidak lagi akan
menurunkan suku bunga acuan. Niat untuk menjaga stabilitas
nilai tukar menjadi alasan utamanya. Seperti yang tercatat pada
publikasi tahunan bank sentral, alih-alih menurunkan suku bunga,
bank
sentral akan
memperkenalkan kebijakan-kebijakan
pelonggaran baru.
Di bulan November terjadi surplus perdagangan sebesar USD127
Miliar. Kenaikan impor (+19.6% YoY dibandingkan +23.3% YoY
bulan Oktober) lebih tinggi dibandingkan ekspor (+13.2% YoY vs
+18.4% di Oktober). Dari sisi impor, volume meningkat +14.3%
YoY dan harga naik +4.6% YoY. Impor barang konsumsi tercatat
paling tinggi sebesar +31.3% YoY.
Jika dilihat dari
peningkatannya, barang modal tercatat paling tinggi, naik menjadi
27.7% YoY dari 10.9% YoY di bulan sebelumnya. Cadangan
devisa meningkat ke level tertinggi sepanjang sejarah USD130.2
miliar di bulan Desember, ditopang oleh penerbitan obligasi global

USD4 miliar, pendapatan pajak, dan pendapatan ekspor.
Cadangan devisa ini cukup untuk membiayai 8.6 bulan impor atau
8.3 bulan impor dan pembayaran utang eksternal pemerintah.
Realisasi APBN 2017 ditutup dengan defisit fiskal sebesar 2.42%
dari PDB. Defisit ini lebih rendah dari 2.67% yang ditargetkan.
Pendapatan pemerintah tercatat sebesar 95.4% dari target
IDR1660 triliun (+6.5% YoY), sementara belanja mencapai 93.1%
dari target (+7.5% YoY). Kondisi di atas cukup baik karena defisit
lebih rendah dari yang dianggarkan mengindikasikan komitmen
pemerintah atas kesinambungan fiskal.
Tanggal 20 Desember 2017 lembaga pemeringkat Fitch menaikkan
peringkat sovereign Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan
outlook stabil. Kenaikan peringkat ini mencerminkan beberapa
hal: beberapa tahun terakhir ketahanan Indonesia menghadapi
tekanan eksternal sudah semakin menguat, seiring kebijakankebijakan makroekonomi yang konsisten untuk mempertahankan
stabilitas.
Kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak
pertengahan 2013 juga menolong cadangan devisa meningkat
sampai USD 130 miliar di akhir 2017.


MACROECONOMY REVIEW
Indonesia economy remained conducive in December. CPI
increased +0.71% MoM, making an annual inflation of +3.61%
YoY (Nov17: 3.30%). Although higher than consensus estimate,
the MoM inflation figure is still lower than the average December
inflation in 2004 – 2016 of +0.77% MoM. Meanwhile, core
inflation remained low at +2.95% YoY, confirming a weak
domestic demand. Overall, the 2017 inflation has been below 4%
since 2015, much lower than the 7.9% average in 2000-2014. In
fact, if we exclude the sum of electricity tariff adjustment and
vehicle registration number renewal fee contribution of 1ppt in
total, FY17 inflation could actually be below 3%. The main reason
is the low food inflation. Overall, we believe inflation will remain
manageable this year given tight control in foodstuff prices and no
more hike in administered prices. Although inflation continued to
be low, we believe that it unlikely for Bank Indonesia to cut its
benchmark rate further. Intention to keep the exchange rate
stable will be the main reason to keep the benchmark rate. As
stated in the Central Bank annual publication, instead of
conducting further rate cuts, the Central Bank is more likely to

introduce new macro-prudential measures in its easing endeavors.
In November Indonesia generated a trade surplus of USD127m.
Import growth (+19.6% YoY, vs. +23.3% in October) outpaced
exports (+13.2% YoY vs. 18.4% in October). In terms of imports,
price rose 4.6% YoY while its volume was up +14.3%. Consumer
goods import grew the highest during the month at 31.1% YoY.
Nevertheless, in terms of improvement, capital goods led with a
significant pick up at 27.7% YoY from 10.9% in the previous
month. Foreign reserve was up to USD130.2b in December,
highest ever, thanks to USD4b global bond issuance, tax revenue
and government’s share in export revenue. The reserve is sufficient
to cover 8.6 months of import or 8.3 months of impor and
government’s external debt payment.
Indonesia 2017 state
budget realization closed with fiscal deficit of 2.42% of GDP. The
deficit is lower than 2.67% budgeted. State revenue came in at
95.4% of full year target or IDR1,660t (+6.5% YoY), while
spending reached 93.1% of full year target (up +7.5% YoY). The
above is constructive as deficit realization is lower than budget,
indicating the government commitment on fiscal sustainability.

On 20 December 2017 Fitch Ratings upgraded Indonesia’s
sovereign rating to 'BBB', from 'BBB-' with stable outlook. The
upgrade reflects the following key rating drivers: Indonesia's
resilience to external shocks has steadily strengthened in the past
few years, as macroeconomic policies have consistently been
geared towards maintaining stability. A more flexible exchangerate policy since mid-2013 has helped foreign reserve buffers swell
to USD130 billion at the end of 2017.

1

Monthly Market Review
Des 2017

PASAR SAHAM
Di bulan Desember IHSG meningkat pesat, menguat 6.8% ditutup
di level 6356, tertinggi sepanjang masa. Kenaikan Fed Rate tanggal
13 Desember yang sudah diantisipasi dengan baik tidak
berdampak pada indeks. IHSG mengungguli kawasan: MSCI Asia
ex Japan (+2.51%), MSCI World (+1.76%), MSCI Emerging Market
(+3.36%). Investor domestik menjadi penopang utama pasar

seiring investor asing yang masih mencatatkan penjualan bersih
sebesar USD319 Juta. Saham-saham berkapitalisasi besar dominan
menjadi pilihan investor. Sektor konsumsi menjadi yang terunggul
dengan kenaikan +11.8% dimana sektor barang konsumsi dan
rokok menjadi buruan. Fenomena yang sama terjadi di sektor
finansial (+8.6%) dengan perbankan besar dominan menjadi
pilihan. Semen juga mencatat kenaikan tinggi (+9.4%), seiring
volume penjualan bulan November (+11% YoY) yang
mengejutkan pasar. Sektor agrikultur adalah satu-satunya yang
mencatatkan penurunan (-4.5%) atas kekecewaan pasar terhadap
harga minyak sawit mentah yang turun lebih kurang 24% sejak
awal tahun. Rupiah (-0.2%) kalah unggul dibandingkan kawasan.
Kami terus memandang optimis kondisi Indonesia. Perbaikan
fundamental ekonomi membuat Indonesia menjadi destinasi
investasi yang menarik. Indikator makroekonomi juga terus
menunjukkan perbaikan di semua aspek. Kami mengekspektasikan
pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2018, terutama ditopang
oleh naiknya belanja pemerintah dan perbaikan daya beli
konsumen. Perbaikan pertumbuhan PDB juga terus ditopang oleh
neraca perdagangan dan investasi yang membaik. Sementara

perbaikan fundamental ditopang oleh reformasi di segala bidang.
Baik pemerintah maupun bank sentral terus berkomitmen menjaga
pertumbuhan. Kami tetap percaya perekonomian Indonesia akan
tetap positif dan kami tetap optimis akan daya tarik jangka
panjang investasi Indonesia.

PASAR OBLIGASI
Kenaikan pasar obligasi domestik masih berlanjut di bulan
Desember dengan mencatatkan kinerja bulanan positif 1.63%,
membuat kinerja total pasar obligasi domestik tahun 2017
mencapai 17.67%, tercermin dari indeks BINDO. Kinerja tahun
2017 ini adalah kinerja terbaik dalam lima tahun terakhir.
Kenaikan pasar terutama ditopang oleh kenaikan peringkat
sovereign dari Fitch dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil.
Yang mendasari kenaikan peringkat ini adalah ketahanan
Indonesia menghadapi goncangan eksternal, dan konsistensi
kebijakan-kebijakan makroekonomi untuk mempertahankan
stabilitas. Selain itu, tidak adanya penerbitan obligasi di bulan
Desember - karena Kementerian Keuangan sudah mencapai target
- juga membuat kinerja bulan Desember meningkat. Selain itu,

faktor penting lainnya adalah kesuksesan penerbitan obligasi
global sebesar USD4 miliar. Imbal hasil cukup rendah 2.95% (5
tahun) dengan total USD1 miliar, 3.55% (10 tahun) dengan total
USD1.25 miliar, dan 4.40% (30 tahun) dengan total USD1.75
Miliar. Total permintaan mencapai USD 10.66 miliar. Penerbitan
ini mendorong kenaikan cadangan devisa, dan berkontribusi juga
pada keyakinan stabilitas nilai tukar rupiah dan pasar obligasi
Indonesia keseluruhan. Untuk jangka waktu dekat, investor
berekspektasi atas tinjauan positif atau kenaikan peringkat dari
S&P dan Moody’s.

EQUITY MARKET
In December the Jakarta Composite Index experienced a big rally.
It moved up 6.8% and closed at 6356, an all-time high. The wellanticipated Fed rate hike on 13 December did not affect the index.
It outperformed its peers: MSCI Asia ex Japan (+2.51%), MSCI
World (+1.76%), MSCI Emerging Market (+3.36%).
Local
investors were the main supporters while foreign investors still
booked a net outflow of USD319m. Large cap stocks dominated
the investor picks. Consumer sector became a top gainer with a

+11.8% gain as investors chased heavyweights in the cigarette and
FMCG sectors. Similar phenomenon was seen in the Finance
sector (+8.6%), with the big banks dominated investor picks.
Cement sector posted a big gain of 9.4% as November sales
volume (+11% YoY) surprised the market. Agriculture is the only
sector posted a loss (-4.5%) as the market disappointed with soft
CPO price, which had been falling by ~24% since the beginning of
the year. Rupiah (-0.2%) still underperformed other currencies in
the region.
We remain positive on Indonesia. Improvements in Indonesia
economic fundamentals put the country as an attractive investment
destination. Macro indicators are showing improvements in all
aspects. We expect better growth in 2018, triggered mainly by
higher government spending and improving consumer purchasing
power. The gradual improvement in GDP growth will also
continue being supported by improving trade and robust
investment. The fundamental improvements are also supported by
widespread reforms. We see that both the government and the
Central Bank stay committed to support growth. We continue to
believe that exposure to Indonesia economies will likely continue to

be positive and we remain optimistic on the enduring appeal of
investment in Indonesia.

BOND MARKET
The rally in Indonesia bond market continues in December by
recording MoM gain of 1.63% to close the year at stunning
17.67% YoY gain as indicated by Bloomberg Indonesia Local
Sovereign Index. The 2017 gain is the best performance in the past
5 years. The rally primarily drives by the rating upgrade of
Indonesia Sovereign by Fitch to ‘BBB’ with stable outlook from
‘BBB-’ previously. The rating upgrade was due to Indonesia’s
resilience to external shocks and consistent macroeconomics
policies toward maintaining stability. The rally also drives by the
absence of new bond issuance during the month as MoF
cancelling the December auction since the government has
achieved funding target for 2017. The other important factor that
also drives the rally in December is the successful of global bond
issuance amounting USD4 billion. Yield was relatively low about
2.95% (5-year) totaling USD1 billion, 3.55% (10-year) totaling
USD1.25 billion, and 4.40% (30-year) totaling USD1.75 billion.

Total incoming bids reached USD10.66 billion. The issuance will
boost the Indonesia Foreign Exchange Reserve which in turn
contributes to the confidence of IDR exchange rate stability and
overall Indonesian bond. In the near future, investors expect
further positive view or rating upgrades by S&P and Moody’s.

2

Monthly Market Review
Des 2017

PASAR OBLIGASI

BOND MARKET

Dari sisi global - seperti yang telah diantisipasi investor - The Fed
kembali menaikkan target suku bunga acuan 0.25%. The Fed
menyatakan perekonomian Amerika Serikat menunjukkan
pertumbuhan yang lebih cepat dari ekspektasi dan penciptaan
lapangan kerja yang baik, walaupun tingkat inflasi masih di bawah
target 2%.
Perbankan komersial menjadi pembeli bersih terbesar di bulan
Desember dengan pembelian IDR24.17 triliun, membawa total
kepemilikan menjadi IDR491.61 triliun (secara persentase naik dari
22.10% di bulan sebelumnya menjadi 23.41% dari total obligasi
yang dapat diperdagangkan). Sementara itu investor asing juga
membukukan pembelian bersih sebesar IDR5.34 triliun sehingga
total kepemilikan meningkat ke IDR836.15 triliun (naik dari
39.28% menjadi 39.82%). Investor domestik seperti reksa dana
juga menambah kepemilikan menjadi IDR104 triliun (4.95% dari
total). Kepemilikan investor lain seperti asuransi, dana pensiun,
dan individu menujukkan sedikit penurunan.
Kurva imbal hasil membentuk pola bull steeping. Imbal hasil
obligasi tenor pendek (2-5 tahun) turun 18 bps dan 12 bps,
sementara tenor menengah (10-15 tahun) turun 21 bps dan 13
bps. Untuk tenor panjang (20-30 tahun) imbal hasilnya turun 14
bps dan 10 bps.

TENOR

29 Dec 17

30 Nov 17

CHANGES
(bps)

2yr

5.45

5.63

-18

5yr

5.91

6.03

-12

10yr

6.29

6.50

-21

15yr

6.90

7.03

-13

20yr

7.04

7.18

-14

30yr

7.15

7.25

-10

UNGKAPAN & SANGGAHAN: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB
MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA.
KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.
Dokumen ini disusun berdasarkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen
Indonesia. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi
dan materi yang diberikan. Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen
Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau
diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini. Reksa Dana Manulife adalah Reksa Dana domestik
yang ditawarkan dan dikelola oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Penawaran Reksa Dana tidak didaftarkan
sesuai dengan hukum dan peraturan lainnya selain yang berlaku di Indonesia. Investasi pada Reksa Dana bukan
merupakan deposito maupun investasi yang dijamin atau diasuransikan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia
atau afiliasinya, dan tidak terbebas dari resiko investasi, termasuk di dalamnya kemungkinan berkurangnya nilai awal
investasi. Nilai unit penyertaan Reksa Dana serta hasil investasinya dapat naik atau turun.PT. Manulife Aset Manajemen
Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi dengan izin dari Bapepam No. Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21
Agustus 1997. PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi
selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset
Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan
digunakan oleh Manulife dan afiliasinya.

From global side, the Fed raised its reference rate by a quarter
point which fully anticipated by investors. The Fed stated that US
economy showed faster than expected growth and strong job
creation, although inflation rate was still below the target of 2%.
Commercial banks were the largest net buyers in December
totaling IDR24.17 trillion in a month, and ownership increased to
IDR491.61 trillion (23.41% of total tradable government bonds
from 22.10% in the prior month). Meantime, foreign investors also
booked net buy amounting IDR5.34 trillion to IDR836.15 trillion
(39.82% of total, rose from previous month of 39.28% of total).
Local investors such as mutual funds also showed increasing
ownership to IDR104 trillion (4.95% of total). Other investors such
as insurance, pension fund, and individual booked slightly
decreasing ownership.
Yield curve showed bull steeping curve. Short dated tenor bond (25 yr) yield dropped by 18bps and 12bps while the medium term
bond (10-15 yr) yield drops by 21bps and 13bps. Meanwhile, long
dated bond (20-30 yr) yield dropped by 14bps and 10bps.

DISCLOSURE & DISCLAIMER: MUTUAL FUND INVESTMENTS ARE SUBJECT TO RISKS. INVESTORS MUST CAREFULLY READ
AND COMPREHEND PROSPECTUSES PRIOR TO MAKING ANY MUTUAL FUND INVESTMENT DECISION. HISTORICAL
PERFORMANCES DO NOT REFLECT FUTURE PERFORMANCE.
This document was prepared based on information from sources believed to be reliable by PT Manulife Aset Manajemen
Indonesia. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia does not warrant the accuracy, adequacy, or completeness of this
information and materials. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia does not assume responsibility for any legal and
financial consequences arising, against or suffered by any person or parties whatsoever and howsoever as to be
deemed resulting of acting in reliance upon the whole or any part of this document. Manulife Mutual Funds are
domestic mutual funds offered and managed by PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. The offer of Mutual Funds is
not registered in accordance with the laws and regulations other than those prevailing in Indonesia. Investments in the
Mutual Funds are not deposits or other obligations of, or guaranteed, or insured by PT Manulife Aset Manajemen
Indonesia or affiliates and are subject to investment risks, including the possible loss of the principal amount invested.
The value of the units in the Mutual Funds and the income from them may rise as well as fall. Past performance figures
are not necessarily a guide to future performance, neither is any forecast made necessarily indicative of the future or
likely performance of the PT Manulife Aset Manajemen Indonesia is licensed as an Investment Manager under Decision
of Capital Market Supervisory Board No.Kep 07/PM/MI/1997 dated 21 August 1997, registered and supervised by OJK. PT
Manulife Aset Manajemen Indonesia is part of Manulife Asset Management. Additional information about Manulife
Asset Management may be found at www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife and the block
design are trademarks of the Manufacturers Life Insurance Company and are used by it and its affiliates.

3

Dokumen yang terkait

EVALUASI TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA TRAYEK TERMINAL LEMPAKE / SAMARINDA - TERMINAL SANGATTA BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN

4 108 15

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

15 131 27

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

3 30 59

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1