T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Memanfaatkan Internet Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK di SMA N aranggede T1 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Proses Perlakuan
4.1.1

Eksperimen
Pemberian perlakuan dilakukan di kelas XI IPA 2, yaitu dengan
diterapkannya metode pembelajaran Learning Cycle 5e memanfaatkan
internet dengan standar kompetensi menggunakan perangkat lunak
pembuat desain grafis. Perlakuan dilakukan selama dua kali
pertemuan disesuaikan dengan rancangan proses pembelajaran yang
memerlukan dua pertemuan untuk menyelesaikan satu kompetensi
dasar.

 Pertemuan I
Pertemuan pertama dilakukan pada kelas eksperimen pada hari selasa
tanggal 31 Maret 2015 jam 9.15 - 11.15 WIB. jumlah siswa yang
mengikuti pelajaran sebanyak 29 siswa dan tidak ada siswa yang
absen. Pada pertemuan pertama dijelaskan terlebih dahulu kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan selama 2x45 menit. Penjelasan
diberikan selama 5 menit. Hal – hal yang dijelaskan yaitu metode

belajar Learning Cycle 5E, pemanfaatan internet sebagai sumber
informasi.

Pertemuan

pertama

dilaksanakan

dengan

materi

mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap. Setelah

diberikan penjelasan, guru melaksanakan skema pembelajaran yang
sudah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pelaksanaan treatment menggunakan metode belajar Learning Cycle
5E dengan memanfaatkan internet dimulai dari Fase engage
(mengajak). Pada fase engage selama 15 menit bertujuan untuk

membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi
pembelajaran desain grafis. Pembangkitan minat dengan cara
memperlihatkan contoh gambar vektor dan bitmap kemudian siswa

1

diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sebangku untuk
menjawab beberapa pertanyaan dari guru seputar contoh gambar
materi pembahasan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan dasar siswa seputar materi perbedaan vektor dan bitmap.
Selanjutnya guru memberi instruksi kepada siswa agar dapat bekerja
sama dalam kelompok, kemudian guru membagi siswa yang
berjumlah 29 siswa menjadi 5 kelompok. Terdapat 4 kelompok
beranggota 6 siswa dan 1 kelompok beranggota 5 siswa.
4.1.1 Tabel pertemuan pertama pembagian materi
NO

DAFTAR

MATERI


KELOMPOK
1

KELOMPOK 1

Pengertian desain grafis, fungsi, aplikasi
desain grafis, penerepan dalam kehidupan
sehari-hari.

2

KELOMPOK 2

pengertian unsur-unsur dasar dari desain
grafis dan penjelasan.

3

KELOMPOK 3


Pengertian

bitmap,

kelebihan

dan

kekurangan, contoh file gambar bitmap dan
aplikasi desain.
4

KELOMPOK 4

Pengertian

Vektor,

kelebihan


dan

kekurangan, contoh file gambar Vektor dan
aplikasi desain grafis Vektor.
5

KELOMPOK 5

Mencari perbedaan Vektor dan Bitmap.

Fase yang kedua yaitu fase Explore (menyelidiki) dengan alokasi
waktu 60 menit. Kegiatan siswa pada fase ini adalah mempelajari dan
mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru dengan cara berdiskusi
dengan anggota kelompok. Guru memberikan instruksi untuk
mengerjakan lembar kerja dengan memanfaatkan buku panduan atau
LKS dan internet sebagai sumber informasi. Kegiatan pada fase
explore bertujuan untuk menyusun pemahaman siswa dengan cara

2


menambah pengetahuan baru yang siswa temukan selama proses
diskusi.
Fase yang ketiga yaitu fase explain (menjelaskan). Guru pada fase ini
melakukan

pengecekan

hasil

jawaban

kepada

masing-masing

kelompok untuk mengecek hasil jawaban sudah benar atau kurang
tepat. Setelah semua kelompok selesai dan jawaban sudah benar
kemudian


masing-masing

kelompok

mempresentasikan

serta

mempraktekan hasil pekerjaan kepada siswa lain. Pada waktu
presentasi juga dilakukan tanya jawab.
Fase keempat yaitu fase elaboration (penerapan konsep) pada fase ini
guru memberikan tugas latihan yang dipraktekkan. Tugas praktikum
digunakan untuk mengukur seberapa jauh siswa memahami materi
perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap. Kegiatan ini bertujuan
agar siswa dapat belajar secara bermakna, karena dapat menerapkan /
mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.
Fase kelima yaitu fase evaluate (evaluasi) dengan alokasi waktu 5
menit guru memberikan kuis. Kemudian guru bersama-sama dengan
siswa menyimpulkan secara bersama tentang materi Desain grafis
berbasis vektor dan bitmap yang dipelajari. Kegiatan ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi.
Selama proses treatment guru melakukan observasi mengenai
indikator keaktifan siswa. Pelaksanaan treatment dilakukan 2 kali
pertemuan dengan tata cara pelaksanaan yang sama dengan treatment
pertama. Perbedaan treatment pertama dan treatment kedua terletak
pada materi. Setelah pelaksanaan treatment pertama dan kedua selesai
selanjutnya dilakukan postest untuk mengukur hasil belajar siswa
apakah mengalami peningkatan atau tidak.
 Pertemuan II
Pertemuan kedua dilakukan pada kelas eksperimen pada tanggal 7
April 2015 jam 9.15 – 11.00. Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran
sebanyak 29 siswa dan tidak ada siswa yang absen. Pada pertemuan

3

kedua

tidak

lagi


diberikan

penjelasan

tentang

mekanisme

pembelajaran seperti pada pertemuan pertama. Dikarenakan metode
pembelajaran yang digunakan merupakan pengulangan dari pertemuan
sebelumnya. Hal yang membedakan pertemuan pertama dan kedua
yaitu terletak pada materi. Pertemuan kedua membahas tentang
identifikasi menu dan ikon pada program desain grafis Corel Draw.
Materi tersebut masih dalam satu kompetensi dasar yang sama dengan
pertemuan pertama.
Pertemuan kedua dimulai dari Fase engage (mengajak). Pada fase
engage selama 15 menit bertujuan untuk membangkitkan minat dan
rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran desain grafis.
Pembangkitan minat dengan cara memperlihatkan contoh gambar

fungsi menu dan ikon pada corel draw kemudian siswa diberi
kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sebangku untuk
menjawab beberapa pertanyaan dari guru seputar contoh gambar
materi pembahasan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan dasar siswa seputar materi menu dan ikon pada program
desain grafis Corel Draw. Selanjutnya guru memberi instruksi kepada
siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok. Kemudian guru
menginstrusikan kepada siswa agar siswa bergabung dengan
kelompok yang sudah dibuat sebelumnya.
4.1.L Tabel Pertemuan Kedua Pembagian Materi
NO

DAFTAR

MATERI

KELOMPOK
1

KELOMPOK 1


Menjelaskan menu bar ( file, edit, view,
layout dan arrange).

2

KELOMPOK 2

Menjelaskan menu bar (effect, bitmaps, text,
table dan tool).

3

KELOMPOK 3

Menjelaskan Tool box (pick tools, shape
tools, croop tools dan zoom tools).

4

KELOMPOK 4

Menjelaskan tool box (curve tools, smart

4

tools, retangle tools dan ellipse tools).
5

KELOMPOK 5

Menjelaskan fungsi property bar.

Fase yang kedua yaitu fase Explore (menyelidiki) dengan alokasi
waktu 60 menit. Kegiatan siswa pada fase ini adalah mempelajari dan
mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru dengan cara berdiskusi
dengan anggota kelompok. Guru memberikan instruksi untuk
mengerjakan lembar kerja dengan memanfaatkan buku panduan atau
LKS dan internet sebagai sumber informasi. Kegiatan pada fase
explore bertujuan untuk menyusun pemahaman siswa dengan cara
menambah pengetahuan baru yang siswa temukan selama proses
diskusi.
Fase yang ketiga yaitu fase explain (menjelaskan). Guru pada fase ini
melakukan

pengecekan

hasil

jawaban

kepada

masing-masing

kelompok untuk mengecek hasil jawaban sudah benar atau kurang
tepat. Setelah semua kelompok selesai dan jawaban sudah benar
kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

serta

mempraktekan hasil pekerjaan kepada siswa lain. Pada waktu
presentasi juga dilakukan tanya jawab.
Fase keempat yaitu fase elaboration (penerapan konsep) pada fase ini
guru memberikan tugas praktikum. Tugas praktikum digunakan untuk
mengukur seberapa jauh siswa memahami materi menu dan ikon pada
program desain grafis Corel Draw. Kegiatan ini bertujuan agar siswa
dapat belajar secara bermakna, karena dapat menerapkan /
mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.
Fase kelima yaitu fase evaluate (evaluasi) dengan alokasi waktu 15
menit guru memberikan soal/kuis yang dikerjakan secara individu.
Kemudian guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan secara
bersama tentang materi menu dan ikon pada program desain grafis
Corel Draw yang dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh siswa memahami materi.

5

Selama proses treatment guru melakukan observasi mengenai
indikator keaktifan siswa. Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai
terbiasa dengan metode yang digunakan. Keaktifan siswa juga
mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan pertama.
4.1.2

Kontrol
Pada penelitian ini yang digunakan sebagai kelas kontrol yaitu kelas
XI IPA 1 dengan diterapkannya metode pembelajaran konvensional
(ceramah) yang biasa digunakan pada pertemuan – pertemuan
sebelumnya. Pembelajaran kelas kontrol menggunakan standar
kompetensi menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis.
Skema pembelajaran sudah dijelaskan sebelumnya pada BAB III.
Penerapan metode konvensional di kelas kontrol dilaksanakan
sebanyak dua kali pertemuan.

 Pertemuan I
Pertemuan pertama dilakukan di kelas kontrol pada tanggal 9 April
2015 jam 07.00 – 08.30 dan jumlah siswa yang hadir 29 siswa. Materi
pembelajaran yaitu mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vektor
dan bitmap dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran
konvensional

(ceramah).

Selama

45

menit

pertama,

pada

pelaksanaannya guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa
mencatat apa yang dibacakan oleh guru dengan membawa buku dan
sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa. Pada saat guru
menjelaskan materi, siswa terlihat pasif. Bahkan beberapa tidak
memperhatikan guru pada saat menjelaskan dan mengakibatkan
kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pada proses
pembelajaran. Sebagian besar interaksi yang terjadi adalah guru hanya
menjelaskan materi dan siswa hanya menyimak dan mencatat materi.
 Pertemuan II
Pada pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 16 April 2015 jam
07.00 – 08.30 dan jumlah siswa yang hadir 29 siswa.. Kegiatan proses
pembelajaran tidak jauh berbeda dengan sebelumnya hanya materi

6

pembelajaran yang berbeda tetapi masih dalam satu kompetensi dasar.
Materi pembelajaran yang digunakan yaitu mengidentifikasi menu dan
ikon

pada

program

desain

grafis

corel

draw

dilaksanakan

menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Pada
pelaksanaannya guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa
mencatat apa yang dibacakan oleh guru, selama 45 menit pertama
dengan membawa buku dan sesekali melakukan tanya jawab dengan
siswa. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa terlihat pasif. Bahkan
beberapa tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan dan
mengakibatkan kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pada
proses pembelajaran. Sebagian besar interaksi yang terjadi adalah
guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya menyimak dan
mencatat materi
4.2. Hasil Belajar
4.2.1

Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Tahap awal untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK didapat dari nilai pretest yang dilakukan guru sebelum
dilakukannya tindakan. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.2.1 daftar hasil belajar siswa dari pretest
No.

Nilai

IPA 1

IPA 2

Presentase IPA 1
(%)

Presentase IPA
2 (%)

1.

80

2

-

6,9

0

2.

75

5

6

17,24

20,68

3.

70

5

6

17,24

20,68

4.

65

6

6

20,68

20,68

5.

60

6

6

20,68

20,68

6.

55

5

5

17,24

17,24

100 %

100 %

Jumlah

29
KKM

75

7

Jumlah nilai

1910

1895

Rata-rata kelas

65,86207

65,34483

Nilai tuntas

7

6

Nilai tidak tuntas

22

23

Berdasarkan data tabel tersebut kelas XI IPA 1 dengan jumlah 29
siswa, hanya 7 siswa yang nilainya sudah mencapai batas KKM dan
22 siswa yang belum mencapai KKM. Sementara untukmKelas XI
IPA 2 dengan jumlah 29 siswa, hanya 6 siswa yang nilainya mencapai
KKM dan 23 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Oleh karena
itu berdasarkan tabel 4.2.1 kelas XI IPA 2 nilainya lebih rendah
dibandingkan kelas XI IPA 1, maka kelas XI IPA 1 dijadikan kelas
kontrol dan kelas IPA 2 dijadikan kelas eksperimen. Kelas Kontrol
menggunakan metode konvensional (ceramah) sementara kelas
eksperimen menggunakan metode pembelajaran Learning Cycle 5e
memanfaatkan internet.
4.2.2

Hasil Belajar Sesudah Tindakan
Tahap akhir untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar siswa
pelajaran TIK didapat dari nilai posttest. Pemberian posttest
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Nilai yang diperoleh dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.2.2 daftar hasil belajar siswa dari posttest
No.

Nilai

IPA 1

IPA 2

Presentase IPA 1
(%)

Presentase IPA 2
(%)

1.

95

-

5

0

20,68

2.

90

-

5

0

20,68

3.

85

6

5

20,68

20,68

4.

80

6

5

20,68

20,68

5.

75

6

5

20,68

20,68

8

6.

70

5

2

13,8

6,9

7.

65

6

2

17,24

6,9

100 %

100 %

Jumlah

29
KKM

75

Jumlah nilai

2180

2395

Rata-rata kelas

75,17241

82,58621

Nilai tuntas

18

25

Nilai tidak tuntas

11

4

Dari data tabel 4.2.2 kelas XI IPA 1 dengan jumlah 29 siswa, hanya
18 siswa yang nilainya sudah mencapai batas KKM dan 11 siswa yang
belum mencapai KKM. Sementara itu kelas XI IPA 2 dengan jumlah
29 siswa, 25 siswa yang nilainya mencapai KKM dan 4 siswa yang
nilainya belum mencapai KKM. Berdasarkan tabel diatas 4.2.2 Kelas
XI IPA 2 dilihat berdasarkan rata-rata nilai kelas hasil yang
ditunjukkan lebih tinggi dibandingkan kelas XI IPA 1, sementara
dilihat berdasarkan nilai ketuntasan kelas IPA 2 lebih banyak
dibandingkan kelas IPA 1. Sehingga metode Learning cycle 5e
dengan memanfaatkan internet memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar yang terjadi peningkatan secara signifikan. Hasil
signifikan dapat dibuktikan dengan menguji nilai siswa dengan Uji-T.
4.3. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui
tanggapan siswa mengenai metode yang telah diterapkan pertanyaan
wawancara tersebut yaitu 1) bagaimana tanggapan siswa terhadap metode
learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet 2) apakah dengan penerapan
metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet membuat siswa
menjadi lebih aktif. Hasil dari wawancara tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
1. metode learning cycle 5e dengan

Narasumber 1

memanfaaatkan

9

internet

sangat

bermanfaat

sekali

Pembelajaran

dikelas.

jadi

tidak

membosankan dan monoton. Siswa
lebih termotivasi untuk belajar.
2. siswa menjadi lebih aktif dikelas
karena metode learning cycle 5e
dengan

memanfaatkan

internet

membuat siswa lebih termotivasi
dalam aktivitas dikelas.
1. metode learning cycle 5e membuat

Narasumber 2

siswa lebih terpacu dalam belajar
karena metode yang simpel tapi
memberikan efek yang luar biasa
dalam mengingat.
2.siswa menjadi aktif karena metode
learning

cycle

5e

dengan

memanfaatkan internet memberikan
kesan simpel dan mudah dalam
penerapannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil yang
positif mengenai metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet
yang digunakan dikelas. Hasil dapat disimpulkan bahwa merasa metode
learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet sangat bermanfaat karena
pembelajaran jadi tidak membosankan dan metode yang dipakai simpel tapi
memberikan efek luar biasa dalam meningkatkan hasil belajar serta metode
learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa.

10

4.4. Observasi
4.3.1

Observasi Sebelum Tindakan
Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan
keaktifan siswa sebelum pembelajaran menggunakan Learning cycle
5e dengan memanfaatkan internet. Selain itu observasi sebelum
tindakan ini dapat dijadikan bukti bahwa memang siswa yang
dijadikan sampel penelitian memiliki masalah dalam keaktifaan siswa
sehingga hasil belajar tidak mencapai ketuntasan. Pada kegiatan
observasi indikator keaktifan yang diamati adalah 1) selama proses
belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan, 2) siswa
pada umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi, 3) kerja
sama dan interaksi siswa dalam kelompok, 4) terjadi interaksi antara
siswa dengan siswa atau siswa dengan guru, 5) siswa melakukan
presentasi di depan kelas, 6) mengerjakan tugas dari guru. Kegiatan
observasi dibantu oleh guru TIK di SMA N 1 Karanggede. Berikut
table hasil observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran
sebelum dilakukannya treatment.
Tabel 4.3.1 Hasil Obsevasi Sebelum Tindakan
Persentase Kelas
No.

1.

Indikator

Selama proses belajar,

Kriteria

XI IPA

XI IPA

XI IPA

XI IPA

1

2

1

2

39%

36%

Rendah

Rerndah

54%

51%

Sedang

Sedang

33%

33%

Rendah

Rendah

pada umumnya siswa
terlibat

menjawab

pertanyaan
2.

Siswa pada umumnya
mencari

dan

menggunakan sumber
informasi
3.

Kerja

sama

dan

interaksi siswa dalam
kelompok

11

4.

Terjadi interaksi antara
siswa

dengan

33%

33%

Rendah

Rendah

33%

33%

Rendah

Rendah

48%

46%

Sedang

Sedang

40%

39%

Rendah

Rendah

siswa

atau siswa dengan guru
5.

siswa

melakukan

presentasi

di

depan

kelas
6.

mengerjakan tugas dari
guru
Total Presentase

Berdasarkan tabel 4.3.1 dapat disimpulkan bahwa total presentase
keaktifan siswa kelas XI IPA 1 adalah 40% tergolong dalam kategori
rendah dan presentase kelas XI IPA 2 adalah 39% tergolong dalam
kategori rendah. Kedua kelas tersebut masuk kategori keaktifan
kurang aktif. Indikator keaktifan yang pertama yaitu selama proses
belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan.
Perolehan hasil persentase indikator 1 didasarkan pada kriteria yang di
tetapkan yaitu siswa menjawab sendiri (tepat, hampir tepat)
memperoleh skor 3, menjawab ditunjuk memperoleh skor 2 dan tidak
menjawab atau diam memperoleh skor 1. Sehingga diperoleh hasil
pada kelas XI IPA 1 memperoleh 39% tergolong dalam kategori
rendah dan pada kelas XI IPA 2 memperoleh 36% tergolong kategori
rendah.
Indikator keaktifan yang kedua yaitu siswa pada umumnya mencari
dan menggunakan sumber informasi. Perolehan hasil persentase
indikator 2 didasarkan pada kriteria yang di tetapkan yaitu siswa
menggunakan internet, buku panduan, catatan kecil memperoleh skor
3, menggunakan buku panduan, catatan kecil memperoleh skor 2 dan
tidak mencari atau tidak menggunakan memperoleh skor 1. Sehingga
diperoleh hasil pada kelas XI IPA 1 memperoleh 54% tergolong
sedang dan pada kelas XI IPA 2 memperoleh 51% tergolong sedang.

12

Indikator keaktifan ketiga, keempat dan kelima kelas XI IPA 1 dan
kelas XI IPA 2 memperoleh 33% tergolong rendah dikarenakan guru
belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif selama
proses pembelajaran.
Indikator yang keenam yaitu mengerjakan tugas dari guru. Perolehan
hasil persentase indikator 6 didasarkan pada kriteria yang di tetapkan
yaitu siswa mengerjakan sendiri dengan benar memperoleh skor 3,
mengerjakan kurang tepat atau mencontek memperoleh skor 2 dan
tidak mengerjakan sama sekali memperoleh skor 1.
Sehingga pada kelas XI IPA 1 memperoleh rata-rata observasi 48%
tergolong sedang dan pada kelas XI IPA 2 memperoleh 46%
tergolong sedang. Hal ini membutikan bahwa kedua kelas tersebut
memiliki keaktifan yang sedang. Namun presentase terendah yaitu
kelas XI IPA 2 dijadikan kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 kelas
kontrol.
4.3.2

Observasi Sesudah Tindakan

 Pertemuan I dan Pertemuan II
Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan
keaktifan siswa setelah pembelajaran menggunakan Learning cycle 5e
dengan memanfaatkan internet. Pada kegiatan observasi indikator
keaktifan yang diamati adalah 1) selama proses belajar, pada
umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan, 2) siswa pada
umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi, 3) kerja sama
dan interaksi siswa dalam kelompok, 4) terjadi interaksi antara siswa
dengan siswa atau siswa dengan guru, 5) siswa melakukan presentasi
di depan kelas, 6) mengerjakan tugas dari guru. Berikut tabel hasil
observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran sesudah
dilakukannya treatment.
4.3.2 Tabel Observasi Sesudah Tindakan
No.

Indikator

Pertemuan 1
XI IPA 1 XI IPA 2
kontrol
eksperim

13

Pertemuan 2
XI IPA 1
XI IPA 2
kontrol
eksperime

ent

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Selama
proses
belajar, pada
umumnya
siswa terlibat
menjawab
pertanyaan
Siswa pada
umumnya
mencari dan
menggunakan
sumber
informasi
Kerja sama
dan interaksi
siswa dalam
kelompok
Terjadi
interaksi
antara siswa
dengan siswa
atau siswa
dengan guru
siswa
melakukan
presentasi di
depan kelas
mengerjakan
tugas dari
guru

43%
(sedang)

68%
(tinggi)

48%
(rendah)

89%
(sangat
tingi)

41%
(sedang)

90%
(sangat
tingi)

44%
(sedang)

94%
(sangat
tinggi)

33%
(rendah)

89%
(sangat
tinggi)

33%
(rendah)

91%
(sangat
tinggi)

33%
(rendah)

89%
(sangat
tinggi)

33%
(rendah)

91%
(sangat
tinggi)

33%
(rendah)

87%
(sangat
tinggi)

33%
(rendah)

94%
(sangat
tinggi)

46%
(sedang)

Total
Presentase

38%
(rendah)

Kelas
Kontrol

38,5 %
(rendah)
88 %
(sangat
tinggi)

Kelas
Eksperimen

nt

90%
(sangat
tinggi)
85%
(sangat
tinggi)

44%
(sedang)
39%
(rendah)

95%
(sangat
tinggi)
91%
(sangat
tinggi)

Berdasarkan tabel 4.3.2 dapat disimpulkan bahwa total presentase
keaktifan siswa kelas kontrol pertemuan pertama dan kedua
memperoleh 38,5% tergolong rendah masuk kedalam kategori kurang
aktif. Sedangkan total presentase pada kelas eksperimen pertemuan
pertama dan kedua adalah 88% tergolong sangat tinggi masuk dalam
kategori aktif.

14

Penentuan kriteria pada masing-masing indikator sama hal nya dengan
observasi sebelum tindakan. Sehingga antara peneliti dan guru TIK
memiliki penilaian yang sama terhadap lembar observasi. Penelitian
dilakuan dengan cara mengisi dan mengamati kegiatan siswa selama
proses pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah
dibuat. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan metode
pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet
berhasil untuk meningkatkan keaktifan siswa.
4.5. Analisis Dan Pembahasan Secara Statistik
4.4.1 Normalitas
 Pretest
Pada tahapan ini dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan
statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS 19.0.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.4.1 Uji Normalitas pretest
Hasil Belajar
pretest
(eksperimen)
29
65,34
7,062
0,159
0,59

Hasil Pengujian
N
Mean
Normal
Parameters Std.Devition
Nilai | Ft-Fs| terbesar
Asymp. Sig (2-Tailed)
Test distribution is
Normal

Hasil Belajar
pretest
(kontrol)
29
65,86
7,8
0,152
0,8

Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka
Ho ditolak ; H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas
pretes eksperimen menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah

15

0,159 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,59. Berdasarkan pengujian
nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran
data pretest kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs |
terbesar (0,159) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246)
dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,59) > 5% (0,05).
Hasil yang sama pada pretest kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft Fs | terbesar adalah 0,866 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,441.
Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat
disimpulkan bahwa sebaran data pretest kelas eksperimen tersebut
normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,152) > dari pada nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,8) >
5% (0,05).
Kedua uji normalitas untuk data nilai pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.
 Posttest
Pada tahapan ini dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan nilai postest.
Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan aplikasi SPSS 19.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada tabel dibawah.
Tabel 4.4.1 Uji Normalitas posttest
Hasil Pengujian

Hasil Belajar
posttest
(eksperimen)
29
82,59
9,124
0,137
0,177

N
Mean
Normal
Parameters Std.Devition
Nilai | Ft-Fs| terbesar
Asymp. Sig (2-Tailed)
Test distribution is
Normal

16

Hasil Belajar
posttest
(kontrol)
29
75,17
7,256
0,161
0,053

Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka
Ho ditolak ; H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas
pretes eksperimen menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah
0,137 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,177. Berdasarkan
pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan
bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut normal karena
nilai | Ft - Fs | terbesar (0,137) > dari pada nilai tabel KolmogorovSmirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,177) > 5% (0,05).
Hasil yang sama pada posttest kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft Fs | terbesar adalah 0,161 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,053.
Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat
disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut
normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,161) > dari pada nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed)
(0,053) > 5% (0,05).
Kedua uji normalitas untuk data nilai posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.
4.4.2 Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas data yang berguna apakah data yang
didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Maka langkah selanjutnya
adalah melakukan uji homogenitas data. Uji homogenitas data
berguna untuk mengetahui data berasal dari sampel yang homogen
atau tidak. Maksud homogen disini adalah bahwa sampel yang
diambil memiliki tingkat kemampuan atau tingkat pemikiran yang
sama atau tidak. Oleh karena itu, dalam uji homogenitas data ini kita
menggunakan 2 sampel data untuk mengujinya.
 Pretest

17

Setelah diketahui data pretest berdistribusi normal, maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan
varian antara skor pretest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan
program SPSS 19.0. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
4.3.1.2.
Tabel 4.4.2 Uji Homogenitas pretest
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Sig (P)
0,555

Kriteria Pengujian :
Jika nilai Sig. (P) > ∝(0.05), maka homogen

Jika nilai Sig. (P) < ∝(0.05), maka tidak homogen

Berdasarkan tabel di atas, pada skor pretest antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh P = 0,555. Dengan membandingkan
dengan nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P (0,555) > ∝ (0.05), maka

dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan
varians yang sama (homogen).

 Posttest
Setelah diketahui data posttest berdistribusi normal, maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan
varian antara skor posttest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan
program SPSS 19.0. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
4.4.2.
Tabel 4.4.2 Uji Homogenitas posttest
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Sig (P)
0,16

18

Kriteria Pengujian :
Jika nilai Sig. (P) > ∝(0.05), maka homogen

Jika nilai Sig. (P) < ∝(0.05), maka tidak homogen

Berdasarkan tabel di atas, pada skor postest antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh P = 0,16. Dengan membandingkan dengan
nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P (0,16) > ∝ (0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians
yang sama (homogen).
4.4.3 Uji-T
 Uji Persamaan Dua Rerata
Teknik analisis uji-T pretest bertujuan untuk mengetahui
persamaan hasil belajar pada tahap awal. Hasil penghitungan uji-T
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan bantuan
program SPSS versi 19.0. Sedangkan ringkasan hasil penghitungan
uji-T pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tercantum dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 4.4.3 Uji Persamaan Dua Rerata
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Df

Sig.(P)

56

0,792



0,05

thitung

ttabel

-2,56

2,003

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah
0,792. Karena signifikansi P (0.792) > ∝ (0.05), atau thitung adalah 2,56 karena
Sig. > α

ℎ� ��

(-2,56) <

��

(2,003), maka keputusan uji nilai

atau thitung < ttabel maka keputusannya adalah tolak H1

dengan kata lain H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan memanfaatkan
internet sama dengan penggunaan model belajar konvensional dalam
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1

19

Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer dalam
hal hasil belajarnya.
 Uji Perbedaan Dua Rerata
Setalah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor
posttest dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan
homogen, sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest
digunakan uji statistik parametrik uji T (Independent Samples T Test
menggunakan equal variances assumed) dengan bantuan program
SPSS 19.0, dengan taraf signifikansi 5%.
Rumusan hipotesis yang akan diuji:
H0 : Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan
memanfaatkan internet sama dengan penggunaan model belajar
konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi
dan Komputer.
H1 : Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan
memanfaatkan internet lebih tinggi dari pada penggunaan model
belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi
Informasi dan Komputer.
Tabel 4.3.2.3 Uji perbedaan dua rata-rata posttest
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Df

Sig.(P)

56

0,001



0,05

thitung

ttabel

3,425

2,003

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah
0,001. Karena signifikansi P (0.001) < ∝(0.05), atau thitung adalah
3,425 karena

Sig. < α

ℎ� ��

(3,425) >

��

(2,003), maka keputusan uji nilai

atau thitung > ttabel maka keputusannya adalah tolak H0
20

dengan kata lain H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan memanfaatkan
internet lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional
dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA
N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
4.4.4 Uji-Gain
Uji-gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
yang signifikan. Uji ini untuk membandingkan hasil pretest-postest
kelas kontrol dan pretest-postest kelas eksperimen dengan digunakan
perhitungan gain ternormalisasi. Nilai gain didapat dari selisih nilai
posstest dan pretest. Karena hasil belajar merupakan hasil yang
diperoleh siswa setelah pembelajaran, maka hasil belajar yang
dimaksud yaitu adanya peningkatan yang dialami siswa. Hasil dari
perhitungan gain ternormalisasi (g) dapat dilihat pada tabel 4.4.4
Tabel 4.4.4 Hasil Perhitungan Gain
Kelas

Pretest

Posttest

G

g

Keterang
an

Eksperimen

65,3448

82,58

17,2352

0,49733373

Sedang

Kontrol

65,86

75,17

9,31

0,27270064

rendah

21

Gambar 4.4.4 Nilai Gain Kelas Eksperimen dan kontrol

Berdasarkan tabel 4.4.4 dan Gambar 4.4.4 memperlihatkan bahwa
nilai pretest dan posttest diperoleh nilai gain ternormalisasi pada kelas
eksperimen sebesar 0.57 yang diinterpretasikan ke dalam kriterium
nilai (g) tergolong sedang. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0.15
tergolong rendah. Jika dibandingkan nilai gain antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, dapat

disimpulkan

bahwa

pembelajaran TIK menggunakan metode pembelajaran Learning cycle
5e dengan memanfaatkan internet di kelas eksperimen lebih signifikan
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran
konvensional.
4.5 Pembahasan
4.5.1

Pelaksanaan

pembelajaran

TIK

menggunakan

metode

pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan, proses
pembelajaran menggunakan metode konvensional mengakibatkan
siswa kurang tertarik dan kurang berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode konvensional menjadikan
siswa kurang aktif didalam kelas dikarenakan hanya guru yang

22

berperan

dalam

proses

pembelajaran.

Tidak

hanya

metode

pembelajaran yang menjadi kendala namun juga sumber belajar yang
siswa gunakan kurang lengkap karena siswa menggunakan LKS
sebagai buku panduan. Untuk itu maka kendala tersebut dijadikan
dasar pada penelitian ini. Proses belajar yang biasanya hanya ceramah
didepan maka pada penelitian ini tidak hanya guru yang berperan
dalam pembelajaran namun juga siswa dituntut berperan aktif dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran Learning cycle 5e.
Tidak hanya model belajar yang dirubah namun juga siswa dituntut
untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk pembelajaran
dengan menggunakan internet sebagai sumber belajar. Model
pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet
dilakukan di kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen, sementara
model ceramah atau metode konvensional dilakukan di kelas XI IPA 1
sebagai kelas kontrol.
Tahap pertama pada kelas eksperimen yaitu dengan memberikan
pretest. Pemberian pretest digunakan untuk mengukur sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan, yang hasilnya
digunakan untuk menjawab hipotesis terhadap hasil belajar siswa
bahwa kemampuan yang dimiliki siswa sama. Tahap selanjutnya
pemberian treatment dengan menggunakan metode belajar learning
cycle 5e dengan memanfaatkan internet. Sementara untuk kelas
kontrol digunakan pembelajaran konvensional atau ceramah seperti
biasa.
Tahap selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan treatment
sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Siswa diberi penjelasan tentang
metode learning cycle 5e dan pemanfaatan internet sebagai sumber
informasi. Metode pembelajaran learning cycle 5e dimulai dari fase
pertama yaitu fase engage. Pada fase engage selama 15 menit
bertujuan untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
terhadap materi pembelajaran desain grafis. Pembangkitan minat

23

dengan cara memperlihatkan contoh gambar vektor dan bitmap
kemudian siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman
sebangku untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru seputar
contoh gambar materi pembahasan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan dasar siswa seputar materi perbedaan vektor
dan bitmap. Selanjutnya guru memberi instruksi kepada siswa agar
dapat bekerja sama dalam kelompok, kemudian guru membagi siswa
yang berjumlah 29 siswa menjadi 5 kelompok. Terdapat 4 kelompok
beranggota 6 siswa dan 1 kelompok beranggota 5 siswa. Fase yang
kedua yaitu fase Explore (menyelidiki) dengan alokasi waktu 60
menit. Kegiatan siswa pada fase ini adalah mempelajari dan
mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru dengan cara berdiskusi
dengan anggota kelompok. Guru memberikan instruksi untuk
mengerjakan lembar kerja dengan memanfaatkan buku panduan atau
LKS dan internet sebagai sumber informasi. Kegiatan pada fase
explore bertujuan untuk menyusun pemahaman siswa dengan cara
menambah pengetahuan baru yang siswa temukan selama proses
diskusi.
Fase yang ketiga yaitu fase explain (menjelaskan). Guru pada fase ini
melakukan

pengecekan

hasil

jawaban

kepada

masing-masing

kelompok untuk mengecek hasil jawaban sudah benar atau kurang
tepat. Setelah semua kelompok selesai dan jawaban sudah benar
kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

serta

mempraktekan hasil pekerjaan kepada siswa lain. Pada waktu
presentasi juga dilakukan tanya jawab.
Fase keempat yaitu fase elaboration (penerapan konsep) pada fase ini
guru memberikan tugas latihan yang dipraktekkan. Tugas praktikum
digunakan untuk mengukur seberapa jauh siswa memahami materi
perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap. Kegiatan ini bertujuan
agar siswa dapat belajar secara bermakna, karena dapat menerapkan /
mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.

24

Fase kelima yaitu fase evaluate (evaluasi) dengan alokasi waktu 5
menit guru memberikan kuis. Kemudian guru bersama-sama dengan
siswa menyimpulkan secara bersama tentang materi Desain grafis
berbasis vektor dan bitmap yang dipelajari. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi.
Selama proses treatment guru melakukan observasi mengenai
indikator keaktifan siswa. Pelaksanaan treatment dilakukan 2 kali
pertemuan dengan tata cara pelaksanaan yang sama dengan treatment
pertama. Perbedaan treatment pertama dan treatment kedua terletak
pada materi. Setelah pelaksanaan treatment pertama dan kedua selesai
selanjutnya dilakukan postest untuk mengukur hasil belajar siswa
apakah mengalami peningkatan atau tidak secara signifikan.
Metode belajar learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet
efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa dikelas sekaligus
mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Perhatian siswa
dikelas semakin meningkat, siswa berani memberikan pendapat dan
saling berdiskusi antar siswa. Terbukti dari hasil observasi yang
dilakukan tentang keaktifan dikelas berdasarkan indikator. Hasil yang
di dapatkan terdapat perbedaan keaktifan siswa dikelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Hasil

presentase

keaktifan

yang diperoleh

selama

proses

pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 4.5.1 Perbandingan Keaktifan Belajar Kontrol Dan Eksperimen

No.

Persentase Kelas

Persentase Kelas

Eksperimen

Kontrol

Indikator

Sebelum
1.

Selama

proses

belajar,

pada

umumnya
terlibat

36

siswa
menjawab

25

Rata-rata
Pert 1,2
78,5

Sebelum
39

Rata-rata
Pert 1,2
45,5

pertanyaan
2.

Siswa

pada

51

92

54

42,5

33

90

33

33

33

90

33

33

33

90,5

33

33

46

92,5

48

45

39%

88%

40%

38,5%

umumnya mencari
dan

menggunakan

sumber informasi
3.

Kerja

sama

interaksi

dan
siswa

dalam kelompok
4.

Terjadi

interaksi

antara siswa dengan
siswa

atau

siswa

dengan guru
5.

siswa

melakukan

presentasi di depan
kelas
6.

mengerjakan tugas
dari guru
Total Presentase

Berdasarkan tabel 4.5.1 Dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan
sebelum diberikan treatment memperoleh total presentase keaktifan
39%. Setelah diberikannya treatment ternyata hasil observasi
keaktifan pertemuan pertama dan kedua memperoleh rata-rata 88%.
Berbeda dengan hasil observasi pada kelas kontrol sebelum
dilakukannya treatment memperoleh 40%. Hasil presentase observasi
keaktifan memperlihatkan bahwa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas
eksperimen, perbedaan keaktifan kedua kelas tidak terpaut terlalu
jauh. Namun pada kelas kontrol setelah diberikan treatment dengan
metode konvensional memperlihatkan bahwa keaktifan belajar yang
diperoleh kelas kontrol menurun semula 40% menjadi 38,5%.

26

Dapat disimpulkan bahwa metode learning cycle 5e dengan
memanfaatkan internet dapat meningkatkan keaktifan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
4.5.2

Peningkatan

hasil

belajar

setelah

menggunakan

metode

pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet
Penelitian dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran
Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet. Kegiatan pertama
yaitu

memberikan

pretest

kepada

siswa

untuk

mengetahui

kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment.
Berdasarkan dari hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
diperoleh kesimpulan rata-rata kelas eksperimen lebih rendah
dibandingkan rata-rata kelas kontrol, namun perbandingan rata-rata
pada kedua kelas tidak terlalu jauh, sehingga kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dikatakan memiliki kemampuan awal yang sama.
Kemudian kelas eksperimen diberikan tindakan menggunakan metode
pembelajaran learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet dan
pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Setelah
pemberian tindakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
kemudian diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa. Dapat disimpulkan pada hasil posttest, bahwa rata-rata
hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
perbedaan hasil akhir rata-rata sangat signifikan sehingga terdapat
perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut tabel
hasil pretest dan postest pada kelas kontrol dan eksperimen.
Tabel. 4.5.2 Hasil pretest dan postest pada kelas kontrol dan
eksperimen
Kontrol

Rata-rata

Eksperimen

Pretest

Postest

Pretest

Postest

65,86

75,17

65,34

82,58

27

Nilai tuntas

7

18

6

25

11

23

4

80

85

75

95

55

65

55

65

Nilai tidak 22
tuntas
Nilai
tertinggi

Nilai
terendah

Berdasar tabel 4.5.2 Pada kelas kontrol semula hasil pretest 65,86
menjadi 75,17 sementara pada kelas eksperimen hasil pretest 65,34
menjadi 82,58. Pembelajaran dengan metode learning cycle 5e dengan
memanfaatkan internet pada kelas eksperimen jumlah nilai yang
tuntas KKM ada 25 siswa dari 29 siswa. Dan pembelajaran dengan
metode konvensional pada kelas kontrol jumlah nilai yang tuntas 18
siswa dari 29 siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode
learning

cycle

5e

dengan

memanfaatkan

internet

terbukti

meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang sudah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa sampel terdistribusi secara normal dan
sampel berasal dari variansi yang sama atau homogen, sehingga
penelitian ini menggunakan uji T dengan statistik

Independent

Sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Hasil akhir
dari penelitian ini, yaitu nilai P (0.001) < ∝(0.05) sehingga H1 yang
berbunyi Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan

memanfaatkan internet lebih tinggi dari pada penggunaan model
belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi
Informasi dan Komputer diterima.

28

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24