Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

2.1.1

Definisi BOK
BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian program
kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan promotif preventif sebagai
bagian dari upaya kesehatan masyarakat. BOK diharapkan dapat mendekatkan
petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat, melalui
mobilisasi kader kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.
Dalam pengelolaan di puskesmas BOK merupakan satu kesatuan sumber
pembiayaan operasional untuk pelaksanaan upaya kesehatan bersama sumber
dana lain yang ada di puskesmas seperti dana kapitasi BPJS dan dana lainnya
yang sah. Seiring dengan diterbitkannya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa yang di dalamnya mengatur tentang alokasi dana desa dan Undang

Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) dan peraturan turunannya yang mengatur dana kapitasi untuk Puskesmas,
diharapkan terjadi sinergisme pembiayaan operasional Puskesmas, sehingga akan
semakin meningkatkan capaian pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2015).
2.1.2

Tujuan BOK

1. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya kesehatan
promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas .

11
Universitas Sumatera Utara

12

2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif dan preventif utamanya
pelayanan di luar gedung puskesmas.

b. Menyelenggarakan fungsi manajemen Puskesmas untuk mendukung
kinerja.
c. Menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
d. Menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dalam mendukung program
kesehatan (Kemenkes, 2015).
2.1.3

Kebijakan Operasional BOK

1. BOK merupakan dana bantuan untuk pelaksanaan program kesehatan
nasional di daerah dan bukan merupakan dana utama untuk pelaksanaan
program kesehatan di daerah.
2. Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas melalui
upaya kesehatan promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan
kesehatan di luar gedung dengan didukung manajemen Puskesmas yang
baik.
3. Pemanfaatan dana BOK utamanya untuk mendukung biaya operasional
bagi petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas, sehingga terbentuk masyarakat berperilaku
hidup bersih dan sehat agar terwujudnya keluarga dan masyarakat yang

sehat.
4. Pemanfaatan dana BOK bersinergi dengan sumber dana lain meliputi
APBD, kapitasi JKN, dana desa, dan lainnya, dengan menghindari

Universitas Sumatera Utara

13

duplikasi dan tetap mengedepankan akuntabilitas dan transparansi
(Kemenkes, 2015).
2.1.4

Prinsip Dasar BOK
1.

Keterpaduan

Kegiatan pemanfaatan dana BOK dilaksanakan secara terpadu baik dari
segi dana, orang, tempat, waktu, kegiatan, serta sarana untuk pencapaian target
program kesehatan dengan melibatkan para pelaksana program di puskesmas,

kader kesehatan, lintas sektor serta unsur lainnya.
2. Kewilayahan
Pemanfaatan dana BOK menggunakan prinsip satuan kewilayahan,
administrasi

(Rukun

Tetangga

[RT],

Rukun

Warga

[RW],

dusun,

desa/kelurahan, kecamatan, sekolah dan satuan administrasi lainnya).

3. Efisien
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada secara tepat, cermat dan seminimal mungkin untuk mencapai tujuan
seoptimal mungkin dan tidak duplikasi dengan sumber pembiayaan lain.
4. Efektif
Kegiatan yang dilaksanakan berdaya ungkit tinggi terhadap pencapaian
program kesehatan prioritas nasional.
5. Transparan
Pengelolaan keuangan dana BOK menyangkut sumber dan jumlah dana,
rincian penggunaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan secara terbuka

Universitas Sumatera Utara

14

sehingga

memudahkan

pihak-pihak


yang

berkepentingan

untuk

dana

BOK

dapat

mengetahuinya.
6. Akuntabel
Pengelolaan

dan

pemanfaatan


harus

dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan pada Juknis BOK dan peraturan
terkait lainnya (Kemenkes, 2015).
2.1.5

Ruang Lingkup BOK
Dana BOK dialokasikan untuk:

1. Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif,
2. Dukungan Manajemen di Puskesmas,
3. Dukungan Manajemen SKPD kesehatan Kabupaten/Kota.
2.1.6

Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas

1. Penggunaan BOK untuk Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan
Pengembangan minimal 60% dari alokasi BOK yang diterima puskesmas.
Pemanfaatan BOK selanjutnya untuk dukungan manajemen, termasuk

penyediaan bahan habis pakai, reagen, tes cepat, honor pengelola
keuangan dan tim teknis. BOK dapat dimanfaatkan untuk dukungan
manajemen di Kabupaten/Kota/Satker BLUD pengelola BOK dengan
besaran maksimal 6% dari alokasi BOK yang diterima.
2. Penggunaan BOK untuk operasional upaya kesehatan dan kegiatan
manajemen, meliputi:
a. Biaya perjalanan dinas bagi petugas kesehatan Kabupaten/Kota/Puskesmas
dan jaringannya termasuk untuk kader/lintas sektoral/tenaga penugasan

Universitas Sumatera Utara

15

kesehatan,

baik

dalam

maupun


luar

wilayah.

Tata

cara

penyelenggaraannya mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yang
ditetapkan dengan Peraturan Kementerian Dalam Negeri;
b. Pembelian barang pakai habis untuk mendukung pelayanan promotif dan
preventif antara lain penggandaan media, reagen, rapid tes/tes cepat;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat, pertemuan konsinyasi;
d. Pembelian alat tulis kantor, penggandaan;
e. Honorarium untuk pengelola keuangan (Dinas Kesehatan dan Puskesmas),
serta Tim Teknis (Dinas Kesehatan).
3. Dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan, dana BOK dapat
digunakan untuk membayar 1 (satu) orang per puskesmas tenaga kontrak
Promosi Kesehatan yang kontraknya ditetapkan melalui SK Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang mengacu pada peraturan yang berlaku
(Kemenkes, 2015).
2.1.7

Pengalokasian BOK

1. BOK yang diterima kabupaten/kota didistribusikan kepada setiap
Puskesmas yang ada di wilayah kabupaten/kota tersebut. Dasar
perhitungan alokasi per Puskesmas memperhatikan beberapa hal yang
terkait dengan beban kerja, antara lain: luas wilayah kerja Puskesmas;
jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab Puskesmas; jumlah
UKBM, jumlah sekolah; dana kapitasi JKN yang diterima; jumlah tenaga
pelaksana UKM.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Bagi


Kabupaten/Kota

dan atau puskesmas yang secara

khusus

mendapatkan alokasi lokus prioritas BOK (formulir terlampir) diberikan
tambahan dana sebsar Rp.40.000.000,- s.d Rp.50.000.000,-/tahun untuk
kegiatan khusus berupa:
a. Penggandaan instrumen pendataan keluarga sehat;
b.Kunjungan rumah untuk pendataan seluruh keluarga di wilayah kerja
Puskesmas;
c. Analisis data untuk intervensi kegiatan (Kemenkes, 2015).
2.1.8

Penyaluran Dana BOK
Dalam

Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia

Nomor

22/PMK.07/2016 tentang Penyaluran Dana BOK Dan Dana BOKB Tahun
Anggaran 2016, dana BOK adalah dana yang digunakan untuk meringankan
beban masyarakat terhadap pembiayaan bidang kesehatan, khususnya pelayanan
dipuskesmas, penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, serta
malnutrisi. Penyaluran Dana BOK dilaksanakan secara triwulanan, yaitu:
1. Triwulan I paling cepat bulan Februari
2. Triwulan II paling cepat bulan April
3. Triwulan III paling cepat bulan Juli
4. Triwulan IV paling cepat bulan Oktober
Penyaluran Dana BOK dilaksanakan masing-masing triwulan sebesar 25%
dari pagu alokasi. Daerah wajib menyalurkan Dana BOK kepada puskesmas
dalam daerah yang bersangkutan paling lama 7 hari kerja setelah kabupaten/kota
menenma permintaan penyaluran dana BOK dari puskesmas. Penyaluran dana

Universitas Sumatera Utara

17

BOK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pegelolaan keuangan daerah.
2.1.9

Laporan Dana BOK
Laporan realisasi penggunaan Dana BOK menjadi syarat penyaluran Dana

BOK triwulan berikutnya. Kepala daerah bertanggung jawab atas penggunaan
dana BOK. Kepala daerah menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana
BOK dan kepada Menteri Keuangan c. q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan. Penyampaian laporan realisasi penggunaan Dana BOK disertai dengan
rekapitulasi Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas penggunaan dana BOK.
Penyampaian laporan realisasi penggunaan Dana BOK dilaksanakan
secara triwulanan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan I paling lambat minggu
ketiga bulan April.
2. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan II paling lambat
minggu ketiga bulan Juli.
3. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan III paling lambat
minggu ketiga bulan Oktober.
4. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan IV paling lambat
minggu ketiga bulan Januari tahun anggaran berikutnya (Kemenkes,
2015).
2.2

Manajemen Puskesmas
Pemikiran manajemen sistem menjelaskan bahwa kegiatan bagian

manapun dari sebuah organisasi mempengaruhi kegiatan dari setiap bagian yang

Universitas Sumatera Utara

18

lain. Untuk menyatukan bagian-bagian organisasi secara keseluruhan atau sebagai
suatu kesatuan, pimpinan harus berkomunikasi dan dengan para pegawai dan unitunit kerja serta dengan organisasi lain dan lingkungannya.
Ciri-ciri sebuah sistem adalah bahwa didalam sistem terdapat bagian atau
elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang
keseluruhannya membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk
mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan. Fungsi yang diperankan oleh
masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu kesesatuan tersebut
adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan
Elemen sistem manajemen dikelompokkan dalam tujuh unsur yaitu :
1. Masukan (input) yakni bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Masukan
manajemen berupa sumber daya manajemen yang terdiri atas man
(ketenagaan), money (dana/biaya) material (bahan,sarana dan prasarana)
machine (mesin,peralatan/teknologi) untuk mengubah masukan menjadi

keluaran, method (metode) market dan marketing (pasar dan pemasaran),
minute/time (waktu) dan information (informasi) yang disingkat 7M+1 I .

2. Proses (process) yakni bagian atau elemen dari sistem yang berfungsi
melakukan transformasi/konversi yakni mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan.
3. Hasil antara (output) yakni bagian atau elemen dari sistem yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses transformasi /konversi dalam sistem.

Universitas Sumatera Utara

19

4. Hasil akhir (outcome) yakni hasil yang dicapai dari suatu program berupa
indikator keberhasilan suatu program.
5. Manfaat dan dampak (impact) yakni efek langsung atau tidak langsung atau
konsekuensi yang diakibatkan dari pencapaian tujuan suatu program berupa
manfaat dan dampak dari program tersebut.
6. Lingkungan (environment) yaitu bagian dari luar sistem yang tidak dikelola
sistem tetapi mempunyai pengaruh terhadap sistem.
7. Umpan balik (feed back) yakni bagian atau elemen dari sistem yang
merupakan hasil antara dan hasil akhir dari sistem dan sekaligus sebagai
masukan bagi sistem tersebut serta informasi yang diterima dari lingkungan
organisasi (Suleman, 2009).
Manajemen puskesmas didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematis untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif
dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan puskesmas
membentuk fungsi-fungsi manajemen. Semua fungsi manajemen tersebut harus
dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.
Untuk dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan puskesmas, diperlukan
model manajemen yang cocok dan efektif untuk puskesmas yang bersangkutan.
Manajemen puskesmas terdiri dari Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1),
Penggerakan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3).
2.3

Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)
Perencanaan tingkat puskesmas disusun untuk mengatasi masalah

kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya

Universitas Sumatera Utara

20

kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan
disusun untuk kebutuhan setahun agar puskesmas mampu melaksanakannya
secara efisien, efektif, dan dapat diprtanggungjawabkan.
2.3.1

Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan

untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna
dan berdaya guna. Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses
penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang yang
dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Depkes, 2006).
2.3.2

Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen di puskesmas dalam
menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azas
penyelenggaraannya.
2. Tujuan khusus
a. Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) puskesmas untuk tahun
berikutnya dalam upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
b. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya
alokasi sumberdaya untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai sumber.

Universitas Sumatera Utara

21

3. Manfaat
a. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
c. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi
yang ada (Depkes, 2006).
2.3.3

Ruang Lingkup
Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk

dalam uapaya kesehatan wajib. Upaya kesehatan pengembangan dan upaya
kesehtan penunjang. Perencanaan ini disusun oleh puskesmas sebagai rencana
tahunan puskesmas yang dibiayai oleh pemeritah daerah, pemerintah pusat, serta
sumber daya lainnya (Depkse, 2006).
2.3.4

Mekanisme Perencanaan
Langkah pertama yang dilakukan dalam mekanisme perencanaan tingkat

puskesmas adalah dengan menyusun RUK yang meliputi usulan kegiatan wajib
dan usulan kegiatan pengembangan dengan mempertimbangkan masukan dari
masyarakat dan memperhatikan kebijakan yang berlaku baik secara global,
nasional, maupun daerah sesuai hasil kajian data dan informasi yang tersedia di
puskesmas. RUK harus dilengkapi usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin,
sarana, prasarana, dan opersional puskesmas. RUK yang dsisusun merupakan
RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut disusun pada bulan
Januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan tahun

Universitas Sumatera Utara

22

sebelumnya (H-1) dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai
dilaksanakan di puskesmas pada akhir bulan Januari tahun berjalan (H) (Depkes,
2006).
2.3.5

Tahap Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan tingkat puskesmas dilakukan melalui 4 tahap

sebagai berikut:
1.

Tahap Persiapan
Pada tahap ini staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan

perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan
pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini
dilakukan dengan cara :
a. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusunan Perencanaan Tingkat
puskesmas yang anggotannya terdiri dari staf puskesmas.
b. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan tingkat
puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.
c. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.

Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan

dan permaslahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap
data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh kepala puskesmas
melakukan pengumpulan data, yaitu data umum dan data khusus.

Universitas Sumatera Utara

23

a.

Data Umum
1) Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan. Data wilayah mencakup luas
wilayah, jumlah desa.
2) Data sumber daya (puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan
Desa) yang mencakup : ketenagaan, obat dan bahan habis pakai.
3) Peralatan, sumber pembiayaan (pusat, daerah, masyarakat dan sumber
lainnya) dan sarana prasarana.
4) Data peran serta masyarakat. Data ini mencakup jumlah posyandu, kader,
dukun bayi dan tokoh masyarakat.
5) Data penduduk dan sasaran program.
6) Data sekolah.
7) Data kesehatan lingkungan

b.

Data Khusus (Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas)
1) Status kesehatan terdiri dari :
a) Data kematian
b) Kunjungan kesakitan
c) Pola penyakit
2) Kejadian Luar Biasa (KLB)
3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun terakhir dari setiap
desa (dapat dilihat dari laporan kinerja Puskesmas)
4) Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak
lain.

3.

Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Universitas Sumatera Utara

24

Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.

Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah
dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang
bermasalah.

b.

Menyusun rencana kegiatan yang baru dan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan diwilayah kerja dan kemampuan Puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
a.

Analisa Masalah
Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim

penyusun

perencanaan

tingkat

Puskesmas

dan

konsil

kesehatan

Kecamatan/Badan penyatun Puskesmas melalui tahap :
1) Identifikasi masalah
2) Menetapkan urutan prioritas masalah
3) Merumuskan masalah
4) Mencari akar penyebab masalah
5) Menetapkan pemecahan masalah
b. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) meliputi upaya kesehatan
wajib, upaya kesehatan pengembangan.
a.

RUK Upaya Kesehatan Wajib
1) Menyusun RUK upaya kesehatan wajib ke dalam matriks.

Universitas Sumatera Utara

25

2) Mengajukan RUK upaya kesehatan wajib ke Dinas Kesehatan Kabupaten
untuk mendapat pembahasan pembiayaanya. Apabali sumber pembiayaan
berasal dari nol Pemerintah maka diusulkan kepada yang bersangkutan.
3) Waktu penyusunan RUK dilaksanakan dengan memperhatikan siklus
perencanaan Kabupaten. RUK harus sudah selesai atau sudah diterima
Dinas Kesehatan sebelu dilakukan pembahasan anggaran dengan Tim
Anggaran Kabupaten.
b.

RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
1) Identifikasi upaya kesehatan pengembangan.
2) Menyusun RUK upaya kesehatan pengembangan dalam bentuk matriks.
3) Mengajukan RUK upaya kesehatan pengembangan.

4.

Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Tahap penyusunan RPK baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan,

upaya

kesehatan

penunjang

maupun

upaya

inovasi

dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai
dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah-langkah
penyusunan RPK adalah :
a.

Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui.

b.

Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang
diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.

c.

Menyusun

rancangan awal, rincian dan

volume

kegiatan

yang

dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.

Universitas Sumatera Utara

26

d.

Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK. Penyusunan RPK tahunan dilaksanakan pada awal bulan pertama
tahun berjalan.

e.

Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks (Depkes, 2006).

2.4

Lokakarya Mini Puskesmas
Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan

program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang
baik. Manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, serat
pengendalian, pengawasan, dan penilaian. Penerapan manajemen penggerakan
pelaksanaan (P2) dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya
Mini (Depkes, 2006).
2.4.1

Tujuan

1. Tujuan umum
Meningkatkan fungsi puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim
baik lintas program maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan
puskesmas sesuai dnegan perencanaan.
2. Tujuan khusus
a. Tergalangnya kerja sama tim baik lintas program maupun lintas sektor.
b. Terpantaunya hasil kegiatan puskesmas sesuai dengan perencanaan.
c. Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
puskesmas

Universitas Sumatera Utara

27

d. Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan
masalah.
e. Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya
2.4.2

Ruang Lingkup
Ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu:

1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern puskesmas, termasuk
puskesmas pembantu dan bidan di desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatakan

motivasi

petugas

puskesmas

untuk

dapat

melaksanakan kegiatan sesuai RPK.
d. Mengkaji RPK yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi
dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang
baru.
2. Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektorsektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk:

Universitas Sumatera Utara

28

a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam
membina dan megembangkan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan.
b. Mengkaji kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama
(Depkes, 2006)..
2.4.3

Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Tindak lanjut dari perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian

intern puskesmas dan pemantauan dilaksanakan melalui lokakarya mini bulanan
puskesmas. Lokakarya mini bulanan intern puskesmas diselenggrakan dengan
cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas puskesmas
dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah
binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 tahap, yaitu:
1. Lokakarya mini bulanan pertama
Lokakarya mini bulanan pertama diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian tim untuk dapat terlaksananya RPK yang akan dituangkan
dalam bentuk POA tahunan.
2. Lokakarya mini bulanan rutin
Lokakarya mini bulanan rutin diselenggarakan sebagai tindak lanjut
lokakarya mini bulanan pertama untuk memantau pelaksanaan POA
puskesmas yang dilakukan rutin setiap bulan yang ditanggungjawabi oleh
kepala puskesmas (Depkes, 2006).

Universitas Sumatera Utara

29

2.4.4

Lokakarya Mini Tribulanan Lintas Sektoral
Tindak lanjut dari penggalangan/peningkatan kerjasama lintas sektoral

perlu dilakukan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan
lokakarya

mini

tribulanan

agar

kegiatan

masing-masing

sektor

dapat

dikordinasikan dan hasil kegiatan kerjasama lintas sektoral dapat dikaji bersama
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.
Lokakarya mini tribulanan lintas sektoral dilaksanakan dalam 2 tahap,
yaitu:
1. Lokakarya mini tribulanan pertama
Lokakarya mini tribulanan pertama diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang
terkait dengan kesehatan dengan menentukan penanggungjawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta satuan wilayah kerja.
2. Lokakarya mini tribulanan rutin
Lokakarya mini tribulanan rutin merupakan tindak lanjut dari lokakarya
penggalangan kerjasama lintas sektoral yang dilakukan setiap tribulan secara
tetap yang diselenggarakan oleh camat dan puskesmas dan dibantu oleh sektor
terkait di kecamatan (Depkes, 2006).
2.5

Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)
Penilaian kinerja puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan

penilaian hasil kerja/prestasi puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari
tingkat puskesmas secara mandiri, kemudian dinas kesehatan kota melakukan
verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan

Universitas Sumatera Utara

30

dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan atas perhitungan seluruh
puskesmas sehingga dinas kesehatan kota dapat melakukan analisis tingkat kinerja
puskesmas berdasarkan pencapaiannya dan dapat melakukan pembinaan lebih
mendalam dan fokus.
2.5.1

Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan umum
Tercapainya tingkat kinerja puskesmas yang berkualitas secara optimal
dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kota.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu
kegiatan serat manajemen puskesmas pada akhir tahun kegiatan.
b. Mengetahui tingkat kinerja puskesmas pada akhir tahun.
c. Mendapatkan informasi analisis kinerja puskesmas dan bahan masukan
dalam penyusunan rencana kegiatan puskesmas dan dinas kesehatan kota
untuk tahun yang akan datang.
3. Manfaat
a. Puskesmas

mengetahui

tingkat

pencapaian

(prestasi)

kunjungan

dibandingkan dengan target yang harus dicapainya.
b. Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah.
c. Puskesmas dan dinas kesehatan kota dapat menetapkan tingkat urgensi
suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun selanjutnya
berdasarkan prioritas.

Universitas Sumatera Utara

31

d. Dinas kesehatan kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan
sumberdaya puskesmas dan urgensi pembinaan puskesmas (Depkes,
2006).
2.5.2

Ruang Lingkup
Secara garis besar, ruang lingkup penilaian kinerja puskesmas berdasarkan

upaya-upaya puskesmas dalam menyelenggarakan:
1. Pelayanan kesehatan yang meliputi:
a. Upaya kesehatan wajib sesuai dengan kebijakan nasional yang penerapan
pelayanannya disusun oleh dinas kesehatan kota.
b.Upaya kesehatan pengembangan
2. Pelaksanaan manajemen puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan
meliputi:
a. Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini, dan
pelaksanaan penilaian kinerja.
b. mMnajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan, dll.
3. Mutu pelayanan puskesmas meliputi:
a. Penilaian input
b. penilaian proses.
c. Penilaian output
d. Penilaian outcome

Universitas Sumatera Utara

32

2.5.3

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas
Pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas meliputi serangkaian kegiatan

yang dimulai sejak awal tahun anggran pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan kegiatan puskesmas.
1. Penetapan target puskesmas.
2. Pengumbpulan data hasil kegiatan.
3. Pengolahan data.
4. Analisis hasil dan langkah pemecahan.
5. Pelaksanaan penilaian.
2.5.4

Pembinaan Penilaian Kinerja Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksanan teksnis dinas kesehatan kota. Oleh

karena itu, penyelenggaraan puskesmas tidak lepas dari tanggung jawab dinas
kesehatan kota.
Manfaat penilaian kinerja puskesmas bagi dinas kesehatan kota:
1. mendapatkan gambaran tingkat perkembangan prestasi puksesmas
diwilayah kerjanya.
2. mengetahui masalah dan hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan
puskesmas.
3. Mendapatkan gambaran kemempuan manajemen puskesmas.
4.

Sebagai dasar melakukan pembinaan terhadappuskesmas(Depkes, 2006).

2.6

Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Pelaksanaan

SPM

bidang

kesehatan

dilakukan

oleh

pemerintah

Kabupaten/Kota untuk jangka waktu tertentu ditetapkan target pelayanan yang

Universitas Sumatera Utara

33

akan dicapai yang merupakan spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang
harus dicapai dengan tetap berpedoman pada standar teknis yang ditetapkan guna
menacapai status kesehatan yang diharapkan. Namun demikian, mengingat
kondisi masing-masing daerah yang terkait ketersediaan sumber daya yang tidak
merata, maka diperlukan tahapan pelaksanaannya oleh masing-masing daerah
sesuai dengan kondisi /perkembangan kapasitas daerah.
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga Negara secara minimal. Sedangkan indicator SPM adalah tolok ukur
prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran
sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa
masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan (Depkes, 2008).
Indikator capaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan pada
pelayanan kesehatan dasar sampai tahun 2015 adalah sebagai berikut:
2. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95% .
3. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80%.
4. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan 90% .
5. Cakupan pelayanan nifas 90%.
6. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% .
7. Cakupan kunjungan bayi 90%.
8. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%.
9. Cakupan pelayanan anak balita 90%.

Universitas Sumatera Utara

34

10. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin 100%.
11. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%.
12. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%.
13. Cakupan peserta KB aktif 70% .
14. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100%.
15. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%.
2.7

Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoadmodjo, 2012). Kecukupan dana mempunyai korelasi yang
positif dengan pelayanan kesehatan, selain itu mekanisme pengelolaan dana juga
dipandang signifikan dalam pelayanan kesehatan (Azwar, 2010). Oleh karena itu,
sebagai dasar untuk melakukan analisis pemanfaatan dana BOK dalam program
promotif dan preventif di Puskesmas Kartini, penulis mengacu pada tinjauan
pustaka dan melakukan pendekatan sistem yang didasarkan pada suatu anggapan
bahwa indikator keberhasilan kebijakan dana BOK yaitu cakupan kinerja program
puskesmas dengan terlaksananya kegiatan promotif dan preventif sehingga
tercapainya target SPM.

Universitas Sumatera Utara

35

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka berfikir dalam penelitian ini
adalah

sebagai
INPUT

• Sumber Daya
Manusia
• Sarana dan
prasarana
• Dana BOK

berikut:

PROSES
• Perencanaan
Tingkat
Puskesmas (P1)
• Penggerakan
Pelaksanaan
(P2)
• Pengawasan
Pengendalian
Penilaian (P3)

OUTPUT
• Pemanfaatan
dana BOK
sesuai Juknis
• Capaian SPM di
bidang
kesehatan pada
pelayanan
kesehatan dasar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

37 427 79

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

27 241 121

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 15

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 9

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

0 0 17

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

0 1 10

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

0 0 18