Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

(1)

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN

PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

EKA NOVITA SARI GINTING MANIK 131021067

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN

PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehataan Masyarakat

Oleh :

EKA NOVITA SARI GINTING MANIK 131021067

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN

PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 15 Oktober 2015

Eka NS Ginting Manik 131021067


(4)

(5)

ABSTRAK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. BOK bertujuan mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif melalui wawancara mendalam terhadap 5 informan yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Kepala Puskesmas Marike, Pengelola BOK Puskesmas Marike, Tim verifikasi BOK Dinas Kesehatan Langkat, Bendahara BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Informan dipilih dengan menggunakan teknik puposive. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan Juknis BOK Tahun 2015. Dengan pemanfaatan dana BOK 66% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 34% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Pencapaian cakupan indikator SPM di puskesmas menunjukkan adanya peningkatan selama adanya pemanfaatan dana BOK namun belum sepenuhnya mencapai target.

Dalam pemanfaatan dana BOK diharapkan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat agar tetap memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan dana BOK kepada petugas pelayanan kesehatan puskesmas marike dan kepada Kepala Puskesmas Marike agar lebih memaksimalkan pelaksanaan kegiatan BOK sehingga kelihatan nyata bahwa pemanfaatan dana BOK dalam program promotif preventif dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci : Pemanfaatan dana BOK, Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike


(6)

ABSTRACT

Health operational aids is central government assistance to the local government for the acceleration of the achievement of national priority target specially MDGs in health sector of 2015, through the increasing of performance of society health center (Puskesmas) and its network and Poskesdes/Polindes, Posyandu and UKBM in the performance of promotion and preventive health service. This health assistance aims to support the increasing of health level of society either in promotion or preventive in order to achieve the national priority health target especially MDGs in health sector in 2015.

This research was conducted by qualitative method with descriptive approach using a depth interview to 5 informants that consist of Health office of Langkat Regency, Head of Puskesmas of Marike, verification team of Health assistance (BOK) of health office of Langkat, the treasurer of BOK. The informants are selected by using purposive method. The data was analyzed by Miles and Huberman method.

The results of research indicates that the using of health assistance (BOK) fund is suitable to the technical direction of BOK in 2015. By the using of not less than 60% of BOK for priority health program and not more than 40% used for other health program and puskesmas management. The achievement of SPM indicators in Puskesmas indicates that there is increasing during the using of health assistance fund but has not yet achieve the target.

In the using of health assistance (BOK) fund, it hope the head of Health Office of Langkat provide the socialization about the using of the health assistance (BOK) fund to the health staff in Puskesmas of Marike and the Puskemas of Marike must implement the BOK activities maximally so the using of health assistance (BOK) fund in promotion and preventive program is effective and efficient.

Keywords : Using of Health assistance (BOK) fund, Promotion and Preventive program in Puskesmas of Marike


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Novita Sari Ginting Manik

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 14 November 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Batak Karo

Agama : Katolik

Nama Ayah : Iman Ginting Manik

Nama Ibu : Cukup br. Sembiring Kembaren Suku Bangsa Orangtua : Batak Karo

Nama Suami : Ravael Kailani Purba Tambak, SE Suku Bangsa Suami : Simalungun

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamat tahun : SD St Petrus Medan/ Tahun 2000

2. SLTP/ Tamat tahun : SLTP Budi Murni 2 Medan/ Tahun 2003 3. SMA/ Tamat tahun : SMA Negeri 2 Medan/ Tahun 2006 4. Akademi/ Tamat tahun : DIII Kebidanan Sari Mutiara Medan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM

PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

2. Dr. Heldy B Z, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

3. Dr. Juanita, SE, M.Kes., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. 5. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan terhadap skripsi ini. 6. Dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan masukan dan arahan terhadap skripsi ini.

7. dr. Mhd. Makmur Sinaga MS, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

8. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Administrasi dan kebijakan Kesehatan

9. Maria, SKM , selaku Kepala Puskesmas Marike yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.

10. Purwanti, selaku Pengelola BOK di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat.

11. Emi, SKM, selaku tim program Promosi Kesehtaan di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat.

12. dr. Surya Fahmil, selaku Tim Teknis BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.

13. Syarizal, SKM, selaku Bendahara BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.

14. Terkhusus kepada orang tua saya, mertua saya dan semua keluarga yang tidak bisa saya sebut satu per satu, yang selalu mendukung dan mendoakan saya secara ikhlas, terimakasih untuk segala hal, karena kalianlah yang selalu menjadi semangat saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

15. Teristimewa kepada Suami saya Ravael Kailani Purba Tambak, SE yang telah memberi semangat saya disaat saya malas untuk menyelesaikan skripsi ini, 16. Teman-teman seperjuangan di FKM USU khususnya ekstensi stambuk 2013 dan

lebih terkhusus lagi peminatan AKK yang senantiasa saling memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

17. Sahabat-Sahabat terbaikku Nanda Fitrianda, Wan Elyda Putri, Putri Novelan, Marini Lestari Siregar, Bang Martiman Gulo, bang Perdamean Gulo, Laurenta, Sonya, Vina, Metha, Anggi, Ulfa, Melisa, teman-teman PBL (Sofia, Legia, Martha, Butet, Cokdam) dan teman-teman LKP (ayu, gio, kak rini, wan, tety), yang telah membantu dan memberikan penulis motivasi-motivasi yang membangun terima kasih atas semua kerja samanya.

18. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk semuanya


(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih perlu disempurnakan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2015 Penulis

Eka NS Ginting Manik NIM. 131021067


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ..i

ABSTRAK...ii

ABSTACT...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Bantuan Operasional Kesehatan ... 10

2.1.1Difinisi Bantuan Operasional Kesehatan ... 10

2.1.2Tujuan Program BOK ... 11

2.1.3Ruang Lingkup Kegiatan di Puskesmas ... 12

2.1.4Pemanfaatan Dana BOK ... 14

2.1.5Pengelola BOK Tingkat Puskesmas ... 16

2.1.6Indikator Kinerja BOK ... 16

2.2 Promosi Kesehatan... 17

2.2.1Difinisi Promosi Kesehatan ... 17

2.2.2Sasaran Promosi Kesehatan...18

2.2.3Strategi Promosi Kesehatan...19

2.2.4Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Puskesmas...20

2.3 Puskesmas ... 22

2.3.1Difinisi Puskesmas ... 20

2.3.2Pelaksanaan Manajemen Puskesmas ... 23

2.3.3Perencanaan Tingkat Puskesmas...27

2.3.4Sumber Pendanaan Puskesmas...29

2.3.5Pengertian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan...29

2.4 Kerangka Pikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian... 32


(12)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Informan Penelitian ... 32

3.4 Metode pengumpulan Data. ... 33

3.5 Metode Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN...35

4.1 Deskripsi Puskesmas Marike... 35

4.1.1 Sejarah singkat Pusksmas Marike ...35

4.1.2 Wilayah kerja Puskesma Marike... 35

4.2 Karakterstik imforman... 37

4.3 Dana BOK... 38

4.4 Pemanfaatan dana BOK di Puskesmas Marike... 42

4.5 Pemanfaatan dana BOK dalam program promotif dan preventif... 43 4.6 Pecapaina indikator SPM puskesmas Marike... 49

BAB V PEMBAHASAN...51

5.1 Dana BOK ...51

5.2 Pemanfaatan dana BOK dalam program promotif preventif ...53

5.3 Pencapain indikator SPM puskesmas Marike... 55

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN...57

6.1 Kesimpulan... 57

6.2 saran ...58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

NO Judul Halaman

4.1 Jumlah penduduk berdasarkan desa……….36

4.2 Jumlah tenaga kesehatan puskesmas marike………...37.

4.3 Distribusi informan berdasrakan karakteristik……….37

4.4 Pendapat informan tentang proses perencanaan di puskesmas………38

4.5 Pendapat informan tentang pelaksanaan lokakaryamini………..39

4.6 Pendapat informan tentang alur dana BOK………39

4.7 Pendapat informan tentang kendala dalam pemanfaatan dana BOK……….41.

4.8 Pemanfaatan dana BOK di puskesmas marike………42

4.9 Pemanfaatan dana BOK dalam program promotif dan preventif………42

4.10 Cakupan SPM puskesmas marike………..47


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara

Lampiran 2. Surat izin penelitian


(15)

DAFTAR GAMBAR

NO Judul Halaman


(16)

ABSTRAK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. BOK bertujuan mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif melalui wawancara mendalam terhadap 5 informan yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Kepala Puskesmas Marike, Pengelola BOK Puskesmas Marike, Tim verifikasi BOK Dinas Kesehatan Langkat, Bendahara BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Informan dipilih dengan menggunakan teknik puposive. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan Juknis BOK Tahun 2015. Dengan pemanfaatan dana BOK 66% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 34% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Pencapaian cakupan indikator SPM di puskesmas menunjukkan adanya peningkatan selama adanya pemanfaatan dana BOK namun belum sepenuhnya mencapai target.

Dalam pemanfaatan dana BOK diharapkan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat agar tetap memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan dana BOK kepada petugas pelayanan kesehatan puskesmas marike dan kepada Kepala Puskesmas Marike agar lebih memaksimalkan pelaksanaan kegiatan BOK sehingga kelihatan nyata bahwa pemanfaatan dana BOK dalam program promotif preventif dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci : Pemanfaatan dana BOK, Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike


(17)

ABSTRACT

Health operational aids is central government assistance to the local government for the acceleration of the achievement of national priority target specially MDGs in health sector of 2015, through the increasing of performance of society health center (Puskesmas) and its network and Poskesdes/Polindes, Posyandu and UKBM in the performance of promotion and preventive health service. This health assistance aims to support the increasing of health level of society either in promotion or preventive in order to achieve the national priority health target especially MDGs in health sector in 2015.

This research was conducted by qualitative method with descriptive approach using a depth interview to 5 informants that consist of Health office of Langkat Regency, Head of Puskesmas of Marike, verification team of Health assistance (BOK) of health office of Langkat, the treasurer of BOK. The informants are selected by using purposive method. The data was analyzed by Miles and Huberman method.

The results of research indicates that the using of health assistance (BOK) fund is suitable to the technical direction of BOK in 2015. By the using of not less than 60% of BOK for priority health program and not more than 40% used for other health program and puskesmas management. The achievement of SPM indicators in Puskesmas indicates that there is increasing during the using of health assistance fund but has not yet achieve the target.

In the using of health assistance (BOK) fund, it hope the head of Health Office of Langkat provide the socialization about the using of the health assistance (BOK) fund to the health staff in Puskesmas of Marike and the Puskemas of Marike must implement the BOK activities maximally so the using of health assistance (BOK) fund in promotion and preventive program is effective and efficient.

Keywords : Using of Health assistance (BOK) fund, Promotion and Preventive program in Puskesmas of Marike


(18)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal (Kemenkes RI, 2010).

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya (Kemenkes RI, 2011).

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2011).


(19)

Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan beberapa dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup signifikan walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang tetap memengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, tetap diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antargolongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan (Adisaswito, 2014).

Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes, 2014).

Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik didalam masyarakat sendiri, maupun didalam orgaisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik). Promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan, dalam rangka memmelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).


(20)

Pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas pada dasarnya adalah penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memperdayakan para petugas puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan di masyarakat dan menyususn rencana untuk menanggulangi dari sisi promosi kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Upaya Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, meliputi Upaya kesehatan masyarakat Esensial dan upaya kesehatan masyarakat Pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat Esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan KIA dan KB, seta pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan meliputi pelayanan kesehtaan jiwa, upaya kesehtan gigi masyarakat, pengobatan tradisional, komplementer dan alternatif, UKS,kesehatan indera, kesehatan lansia, serta kesehatan kerja dan olahraga (Kemenkes RI, 2014).

Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen global untuk mengupayakan pencapaian delapan tujuan bersama pada tahun 2015 terkait pengurangan kemiskinan, pencapaian pendididkan dasar, kesetaraan gender, perbaikan kesehatan ibu dan anak, pengurangan prevalensi penyakit menular, pelestarian lingkungan hidup, dan kerjasama global (Kemenkes, 2015).

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan merupakan


(21)

bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan pencapaian target MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja puskesmas dan jaringannya, serta UKBM khususnya Poskesdes/Polindes, Posyandu, UKS dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Di samping kegiatan upaya kesehatan di Puskesmas yang telah ditetapkan sebagai prioritas, Puskesmas dapat melakukan kegiatan upaya kesehatan lainnya, meliputi : UKM esensial diluar kegiatan prioritas MDGs berdaya ungkit tinggi antara lain pelaksanaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak lanjutnya dalam UKS, kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin, penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan termasuk kelompok resiko tinggi, senam nifas, pelaksanaan senam ibu hamil, pelaksanaan pemantauan kebugaran jasmani anak sekolah, remaja dan pekerja, pelaksanaan penyuluhan pemanfaatan tanaman obat keluarga, upaya kesehatan lainnya sesuai dengan UKBM pegembangan berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, pelacakan kasus kematian ibu dan bayi, autopsi verbal kematian ibu dan bayi, penyegaran/refreshing kader kesehatan dan upaya kesehatan lainnya yang bersifat lokal spesifik (Kemenkes, 2014).

Saat ini BOK cenderung menjadi anggaran utama untuk operasional program kesehatan di Puskesmas. Porsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk operasional program kesehatan di Puskesmas semakin menurun , sehingga kinerja Puskesmas cenderung statis. Seiring dengan terbitnya Undang-Undng Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011


(22)

tentang BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) dan peraturan turunannya yang mengatur dana kapitasi untuk Puskesmas, diharapkan terjadi sinergisme pembiayaan operasional Puskesmas, sehingga akan semakin meningkatkan capaian pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

Secara administrasi wilayah kerja puskesmas marike dibagi atas 8 desa dan 57 dusun. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan puskesmas marike terdapat wilayah pembangunan meliputi 7 puskesmas pembantu, 8 puskesdes dan 0 polindes. Puskesmas marike memiliki strategi untuk mencapai tujuan meningkatkan program BOK dengan strategi meningkatkan pembiayaan kesehatan,serta pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan diarahkan untuk memaksimalkan anggaran dana BOK dalam upaya pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif dan efisien.

Berdasarkan survey awal yang didapat peneliti, bahwa alokasi dana BOK pertama sekali di dapat yaitu pada tahun 2010 dengan dana sebesar Rp.60.000.000,- Total Anggaran Kesehatan Dana BOK pada tahun 2011 sebesar Rp. 62.000.000,- Total Anggaran Kesehatan Dana BOK pada tahun 2012 sebesar Rp. 64.000.000,- Total Anggaran Kesehatan Dana BOK pada tahun 2013 sebesar Rp. 70.000.000,-

Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas kesehatan Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, dilihat dari Plan of action (POA) tahun 2015 menjelaskan bahwa upaya kesehatan ibu dan anak (KIA), pelayanan gizi, pelayanan kesehatan bayi, kelas ibu hamil dan balita, pelayanan keluarga berencana (KB), pelayanan kesehatan ibu nifas, pengendalian penyebaran dan


(23)

menurunkan kasus baru malaria dan TB Paru serta meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar, kegiatan tersebut dilaksanakan melalui sumber dana BOK.

Kegiatan promotif yang dilakukan Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru dalam upaya kesehatan pendamping ibu dan hamil dan ibu balita , yaitu : dalam bentuk promosi Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif, dalam upaya pelayanan keluarga berencana (KB) yaitu dengan bentuk promosi KB, sedangkan dalam upaya pengendalian penyebaran dan menurunkan kasus malaria dan TB Paru dilakukan dengan bentuk kegiatan promosi etika batuk dan promosi mengenai PHBS. Kegiatan preventif yang dilakukan Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru dalam upaya kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu dalam bentuk kegiatan pendamping kelas Ibu dan balita, upaya kesehatan pelayanan gizi yaitu dalam bentuk survelans dan pelacakan gizi buruk, upaya kesehatan pelayanan kesehatan bayi, yaitu dengan melakukan pengukuran timbang BB, pemberian vitamin A, dan imunisasi, upaya kesehatan pelayanan KB juga dilakukan dengan kunjungan ke rumah PUS yang tidak ber KB atau Drop Out, upaya pelayanan kesehatan ibu nifas dilakukan dengan melakukan kunjungan ibu nifas, serta upaya kesehatan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar adalah dengan cara memicu warga masyarakat untun stop buang air besar sembarangan.

Menurut persepsi staf pengelola BOK puskesmas marike bahwa penggunaan dana BOK kurang efisien dalam program promotif dan preventif. Kegiatan


(24)

promosi kesehatan yang sudah direncanakan belum sesuai dengan pelaksanaan di wilayah kerja puskesmas.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andini (2011) di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dijelaskan bahwa puskesmas serapan tinggi berhasil menekan kasus kematian ibu dan anak dengan pemahaman tentang juknis BOK yang cukup jelas, pelaksanaan kegiatan sesuai dengan laporan, ada keterlibatan pelaksana dalam penyusunan plan of action (POA) serta ada evaluasi pelaksanaan kegiatan. Demikian pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sanvery (2012) menjelaskan bahwa Evaluasi tenaga sudah mencukupi dan memadai dalam pelaksanaan kegiatan tetapi masih ditemukan pemanfaatan tenaga oleh Kepala Puskesmas belum maksimal dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi terhadap dana masih ditemukan permasalahan yaitu belum terintegrasinya sumber dana yang digunakan oleh Puskesmas.Evaluasi terhadap sarana penunjang telah memadai guna melaksanakan Standar Pelayanan Minimal . Evaluasi terhadap proses masih belum sesuai dengan pedoman petunjuk teknis program yang telah ditetapkan terutama dalam hal perencanaan Puskesmas dan pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat.


(25)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di

Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat?“.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan penggunaan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dilakukan di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.

2. Dapat menganalisi pemanfaatan dana BOK di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes atau polindes dan posyandu serta UKBM dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.

3. Terlaksananya kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi instansi kesehatan mengenai Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program


(26)

Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.

2. Untuk dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi informan dan dapat menganalisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.

3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bantuan Operasional Kesehatan

2.1.1 Difinisi BOK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes, 2015).

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan pencapaian target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya, serta UKBM khususnya Poskesdes/Polindes, Posyandu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes, 2015).

Pemerintah menyadari bahwa sumber pembiayaan pemerintah daerah yang bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih dibawah dari kesepakatan Bupati/Walikota seluruh Indonesia yang menetapkan


(28)

anggaran kesehatan daerah sebesar 10% dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari Pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat Puskesmas. Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan Operasional Kesehatan (Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2013).

2.1.2 Tujuan Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Adapun tujuannya menurut buku Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2015 adalah :

1. Tujuan Umum

Mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Menyediakan dukungan dana operasional program bagi Puskesmas, untuk pencapaian program kesehatan prioritas nasional.

b. Menyediakan dukungan dana bagi penyelenggaraan manajemen Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam pelaksanaan program kesehatan prioritas nasional.

c. Mengaktifkan penyelenggaraan manajemen Puskesmas mulai dari perencanaan, penggerakan/pelaksanaan lokakarya mini sampai dengan evaluasi.


(29)

2.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan di Puskesmas

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk kegiatan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentif di puskesmas dan jaringannya termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu pencapaian target SPM Bidang Kesehatan di kabupaten/kota guna mempercepat pencapaian target MDGs. Selain itu dana BOK juga dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Ruang lingkup kegiatan yang boleh didanai dari BOK menurut buku Petunjuk Teknis BOK 2015, adalah sebagai berikut :

a. Minimal 60% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk Program Kesehatan Prioritas melalui berbagai kegiatan yang berdaya ungkit tinggi untuk pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan.

b. Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk Program Kesehatan lainnya dan Manajemen Puskesmas.

Rincian ruang lingkup program kesehatan dan manajemen Puskesmas meliputi, program kesehatan prioritas, program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas.

1. Program Kesehatan Prioritas

Program kesehatan prioritas yang terkait pencapaian MDGs diarahkan pada pencapaian target :

a. MDGs 1


(30)

b. MDGs 4

Upaya menurunkan angka kematian balita. c. MDGs 5

Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua.

d. MDGs 6

1. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome).

2. Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan.

3. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru malaria dan TB.

e. MDGs 7

Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak.

2. Program kesehatan lainnya

Ruang lingkup kegiatan program kesehatan lainnya meliputi :

a. UKM esensial di luar kegiatan prioritas MDGs berdaya ungkit tinggi antara lain pelaksanaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak lanjutnya dalam UKS, kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin, penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan termasuk kelompok resiko tinggi, senam nifas, pelaksanaan senam ibu hamil,


(31)

pelaksanaan pemantauan kebugaran jasmani anak sekolah, remaja dan pekerja, pelaksanaan penyuluhan pemanfaatan tanaman obat keluarga. b. Upaya kesehatan lainnya sesuai dengan UKM Pengembangan berdasarkan

Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, pelacakan kasus kematian ibu dan bayi, autopsi verbal kematian ibu dan bayi.

c. Penyegaran/refreshing kader kesehatan.

d. Upaya kesehatan lainnya yang bersifat lokal spesifik. 3. Manajemen Puskesmas

a. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan of Action (POA) Tahunan setelah Puskesmas menerima alokasi dana BOK dari kabupaten/kota.

b. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini bulanan atau tribulanan untuk membahas evaluasi kegiatan bulan sebelumnya dan menyusun rencana kegiatan bulan yang akan datang.

c. Penyelenggaraan rapat-rapat yang diperlukan ditingkat desa untuk membahas pelaksanaan program kesehatan di tingkat desa.

d. Pelaksanaan pembinaan/supervisi kegiatan kelapangan oleh kepala Puskesmas dan koordinator program/kegiatan.

e. Pelaksanaan konsultasi, pengiriman laporan, menghadiri undangan dan keperluan lainnya terkait dengan BOK ke kabupaten/kota.

2.1.4 Pemanfaatan Dana BOK

Pemanfaatan dana BOK digunakan untuk dana manajemen dan dana operasional di Puskesmas.


(32)

1. Dana Manajemen

a. Dinas Kesehatan Provinsi

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota c. Puskesmas

Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana manajemen di puskesmas, meliputi :

- Pembelian ATK untuk kegiatan pendukung

- Pembiayaan administrasi perbankan, apabila sesuai dengan ketentuan bank setempat memerlukan biaya administrasi dalam rangka membuka dan mennutup rekening bank puskesmas.

- Pembelian materai

- Penggandaan/fotocopy laporan - Pengiriman surat/laporan - Pembelian konsumsi rapat 2. Dana Operasional di Puskesmas

Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana operasional di puskesmas, meliputi :

a. Perjalanan dinas sampai dengan delapan jam yang digunakan untuk membiayai transpor bagi petugas kesehatan dan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan atau tokoh agama, dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :

- Pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif ke luar gedung - Pelaksanaan rapat lokakarya mini dan musyawarah di desa.


(33)

b. Perjalanan dinas lebih dari delapan jam, yaitu membiayai transpor, uang harian petugas kesehatan dan biaya penginapan terkait BOK ke desa dengan akses sulit wilayah kerja Puskesmas.

c. Pembelian Barang

- Pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan peyuluhan - Pembelian konsumsi rapat

- Penggandaan pedoman dan media/bahan penyuluhan pada masyarakat.

2.1.5 Pengelola BOK Tingkat Puskesmas

Pengelola BOK di Puskesmas berdasarkan Surat Keputusan KPA terdiri dari Penanggung jawab BOK di Puskesmas adalah Kepala Puskesmas dan Pengelola Keuangan BOK Puskesmas

2.1.6 Indikator Kinerja BOK

Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelola BOK, maka perlu ditetapkan indikator kinerja sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksana BOK. Tujuan penetapan indikator kinerja ini adalah untuk penilaian kinerja internal jajaran kesehatan setiap tingkatan dan untuk penilaian kinerja eksternal Kementerian Kesehatan terkait dengan pengelolaan BOK dan transparansi publik. Indikator kinerja BOK meliputi aspek manajemen dan aspek program.

a. Aspek Manajemen di Puskesmas

Puskesmas mempublikasikan laporan pemanfaatan dana BOK di papan pengumuman Puskesmas atau kantor camat setiap 3 bulan.


(34)

b. Aspek Program di puskesmas

Cakupan pencapaian indikator program kesehatan, yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang berasal dari berbagai sumber biaya termasuk BOK. Target ditetapkan oleh masing-masing Puskesmas serta kabupaten/kota. Laporan cakupan program dikirimkan secara berjenjang dari Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat pusat. Pelaporan yang bersifat rutin menggunakan format dan mekanisme yang telah ditetapkan meliputi :

1. Laporan kegiatan puskesmas menggunakan format laporan yang selama ini berlaku

2. Laporan keuangan sesuai ketentuan Sistem Akuntansi Instansi, selain itu Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi juga menyususn laporan yang diterima.

2.2 Promosi Kesehatan

2.2.1 Difinisi Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat


(35)

promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

Promosi Kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik didalam masyarakat sendiri, maupun didalam orgaisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik). Promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan, dalam rangka memmelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Promosi kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, individu sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama sesuai sosial budaya serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat tiga (3) jenis sasaran, yaitu : 1. Sasaran Primer

Sasaran Primer (utama) upaya promosi kesehatan yaitu pasien, individu sehat, dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.


(36)

2. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (pemuka adat, pemuka agama, dll) maupun pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat pemerintahan, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.

3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

2.2.3 Strategi Promosi Kesehatan

Strategi promosi kesehatan terdiri dari tiga (3) yaitu : Pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana, advokasi serta dilandasi oleh semangat dan kemitraan.

1. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS.

2. Bina suasana

Bina Suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.


(37)

3. Advokasi

Advokasi adalah pendekatan dan motivaasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

2.2.4 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Puskesmas

Agar pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka indikator keberhasilan ini mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan indikator dampak (outcome).

a. Indikator Masukan

Masukan perlu yang diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumberdaya manusia, sarana/peralatan dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat mencakup :

- Ada/tidaknya komitmen kepala Puskesmas yang tercermin dalam Rencana Umum Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.

- Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.

- Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan Puskesmas sesuai denagn standar tenaga promosi kesehatan Puskesmas.

- Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan lainnya yang sudah dilatih.

- Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas sesuai dengan standar sarana/peralatan promosi kesehtaan Puskesmas.


(38)

- Ada/tidaknya dana di Puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan promosi kesehatan di Puskesmas.

b. Indikator Proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan promosi kesehatan di masyarakat. Indikator yang digunakan disini meliputi :

- Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus, pemasangan poster, dll), yaitu sudah atau belum, dan atau frekuensinya. - Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll), yaitu masih

bagus atau sudah rusak.

- Pelaksanaan kegiatan promosi kesehtaan di masyarakat (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat), yaitu sudah atau belum.

c. Indikator Keluaran

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu, indikator yang digunakan disini adalah berupa cakupan dari kegiatan, misalnya:

- Apakah semua petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi kesehatan ( yaitu pemberdayaan/konseling).

- Berapa banyak pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan promosi kesehatan dalam gedung (konseling, bibblioterapi, dll).

- Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh Puskesmas.


(39)

- Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap Puskesmas denagn pengorganisasian masyarakat.

d. Indikator Dampak

Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan Puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah promosi kesehatan Puskesmas berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi. Tatanan yang dianggap mewakili untuk di evaluasi adalah tatanan rumah tangga. Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase keluarga atau rumah tangga yang telah memperaktekkan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan komposit dari sejumlah indikator perilaku. PHBS terdiri dari beratus-ratus tindakan atau perilaku. Karena ketrbatasan sumber daya untuk mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa perilaku yang sangat sensitiv untuk indikator yang akan dikompositkan.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Difinisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan mayarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas juga suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan


(40)

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 2010).

Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas kesehatan masyarakat tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional khususnya subsistem upaya kesehatan, guna untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).

2.3.2 Pelaksanaan Manajemen Puskesmas

Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan dalam manajemen Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3 (Kemenkes, 2012). Manajemen Puskemas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian).

1. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas

Microplanning puskesmas adalah penyusunan rencana lima tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun ditingkat puskesmas untuk mengembangkan dan membina Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) KB Kesehatan di wilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas. Tujuan umum microplanning puskesmas adalah meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya adalah:


(41)

a. Mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB Kesehatan di desa-desa wilayah kerja Puskemas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.

b. Meningkatkan peran serta mayarakat dalam pelayanan kesehatan.

c. Meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam berfikir secara analitik dan mendorong untuk berinisiatif untuk mengembangkan ,kreasi dan motivasi (Depkes, 1986).

Ruang lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas meliputi 18 kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam pelita IV perioritas diberikan pada penurunan angka kematian bagi bayi dan anak balita serta angka fertilitas, maka perencanaan yang dimaksud baru diarahkan pada lima program terpadu KB-kesehatan, imunisasi dan penanggulangan diare. Kelima program tersebut mempunyai daya ungkit terbesar terhadap upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita dan anak fertilitas (Sulaeman, 2014).

2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)

Lokakarya Mini Puskesmas adalah Upaya untuk menggalang kerjasama tim untuk penggerakan dan pelaksanaan upaya kesehatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dari tiap-tiap upaya kesehatan pokok Puskesmas, sehingga dapat dihindarkan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga puskesmas bekerjasama dalam tim dan membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral (Jomima, 2009).


(42)

Pedoman Lokakarya mini Puskesmas merupakan pedoman untuk P2 ( Penggerakan dan Pelaksanaan) yang didalamnya terdiri dari 4 komponen sebagai berikut :

a. Penggalangan kerjasama dalam tim

Yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun sekali didalam lingkungan Puskesmas sendiri, dalam rangka meningkatkan kerjasama antar petugas Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas.

b. Raker Bulanan Puskesmas

Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerjasama dalam tim, setiap akhir bulan diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas untuk membandingkan rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya, bilamana dijumpai masalah dibahas bersama untuk dipecahkan bersama dan kemudian menyususn rencana kerja bulan berikutnya bagi setiap tenaga,

c. Penggalangan kerjasama Lintas Sektoral

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerjasama lintas sektor-sektoral, serta dilaksanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Untuk itu perlu dijelaskan manfaat bersama dari pembinaan upaya peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan bagi sektor-sektor yang bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk keterpaduan KB Kesehatan.


(43)

d. Raker Tribulan Lintas sektor

Rapat kerja tribulanan lintas sektor, sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektor untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Adapun Tujuan penggerakan dan pelaksanaan puskesmas adalah meningkatkan fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektor (Depkes, 1989).

3. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) : Stratifikasi Puskesmas

Stratifikasi adalah Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat perkembangan fungsi puskesmas, dalam rangka peningkatan upaya kesehatan kepada masyarakat dengan menggunakan suatu pola strategi pengelompokan Puskesmas kedalam tiga strata yaitu strata I, strata II dan srata III. Ketiga strata tersebut digunakan dalam evaluasi terhadap tingkat perkembanagan fungsi Puskesmas, sehingga dengan demikian pembinaan dalam rangka peningkatan fungsi Puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah agar dapat menimbulkan semangat rasa tanggungjawab dan kreatifitas yang dinamis, maka falsafah mawas diri perlu dipupuk dan dikembangkan (Depkes, 1984).

Aspek yang dinilai dalam stratifikasi Puskemas meliputi hasil kegiatan pokok Puskesmas, proses manajemen, termasuk berbagai lingkungan wilayah kerja Puskesmas yang dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja Puskesmas. Dalam stratifikasi Puskesmaas ada tiga area yang perlu dibina, yaitu : Puskesmas sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pelaksanaan


(44)

program-program sektor kesehatan maupun lintas sektoral yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi tanggungjawab Puskesmas dalam pelaksanaannya maupun penunjangnya, dan peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan produktif (Sulaeman, 2014).

2.3.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas

Sesuai dengan pedoman perencanaan tingkat puskesmas (Depkes, 2006) penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan.

2. Tahap Analisis Situasi

Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan.

3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang bermasalah.

b. Menyusun rencana kegiatan yang baru yang disesuaikan kondisi kesehatan diwilayah kerja dan kemampuan puskesmas.


(45)

Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.

1. Analisa Masalah

Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun perencanaan tingkat puskesmas dan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun puskesmas melalui tahapan :

a. Identifikasi Masalah

b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah c. Merumuskan Masalah

d. Mencari Akar Penyebab Masalah e. Menetapkan Pemecahan Masalah

2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) meliputi upaya kesehatan esensial, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang.

a. RUK Upaya Kesehatan Esensial

Upaya kesehatan esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

b. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang bersifat inovatif dan yang bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan perioritas masalah


(46)

kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumberdaya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.

4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tahap penyusunan RPK baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.

2.3.4 Sumber Pendanaan Puskesmas

Pendanaan di Puskesmas bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pengelolaan dana di Puskesmas tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memperlihatkan bahwa sebagian besar urusan Pemerintahan telah diserahkan kepada Daerah termasuk Bidang Kesehatan. Konsekuensi logis dari penyerahan ini adalah segala sesuatu yang menyangkut perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Adisaswito, 2014).

2.3.5 Pengertian Standar Pelayanan Minamal (SPM) Bidang Kesehatan

SPM bidang kesehatan pada hakikatnya merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal (SPM) adalah suatu standar


(47)

dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia sehingga mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan SPM bidang kesehatan (Sulaeman, 2014).

2.4 Kerangka Pikir

1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif

2. Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus

Dana Bantuan Operasional Kesehatan

- Kegiatan Promotif - Kegiatan Preventif

Pencapaian SPM di bidang kesehatan promotif dan preventif


(48)

berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas yang diselenggarakan secara rutin (periodik bulanan/triwulanan). Satuan biaya setiap jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang dibiayai BOK mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah (Perda). Jika belum terdapat Perda yang mengatur hal itu, maka satuan biaya tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bupati/Walikota atas usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas berpedoman pada prinsip keterpaduan, kewilayahan, efisien, dan efektif.

3. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan lengkap tentang Pemanfaatan Analisis Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif Dan Perventif Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten langkat Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten langkat. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan ingin menganalisis pemanfaatan dana BOK dalam program promotif dan preventif.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.

3.3 Informan Penelitian

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penanggung jawab dari program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) pada puskesmas yaitu Kepala Puskesmas, Pengelola/Bendahara Puskesmas dan juga beberapa penanggung jawab dari kegiatan pelaksanaan program yang dananya bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas


(50)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang harus diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sumantri (2013) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumen dan fokus group discussion (FGD).

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatapan muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan yang multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building report, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi

Observasi merupakan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan pada ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan, untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membanyu mengerti perilaku manusia, dan untuk


(51)

evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Sesuai dengan objek penelitian maka peneliti memilih obervasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati kegiatan-kegiatan promotif dan preventif yang ada di Puskesmas Marike.

3.5 Metode Analisis Data

Data pada penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif sesuai dengan konsep Spradley. Menurut Moleong (2012) yang mengutip pendapat Miles dan Huberman (1986) bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas analisis data yang dilakukan adalah data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa domain yang dibuat berdasarkan hubungan semantik (semantic relationship) sebab akibat (cause effect). Untuk meningkatkan validitas data maka dilakukan triangulasi yaitu : Triangulasi sumber yaitu menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Puskesmas Marike

4.1.1 Sejarah Singkat Puskesmas Marike

Puskesmas Marike merupakan puskesmas rawat inap yang berdiri pada tahun 21 Mei 1992. Puskesmas Marike berada di wilayah Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat. Kecamatan Kutambaru secara geografis terletak pada posisi koordinat 13°13´48” - 03°26´15 LU-11°LU dan 98°12´45” - 98°12´45” -

98°21´29” BT . Jarak kecamatan ini dengan ibukota Kabupaten Langkat (Stabat)

adalah 90 km. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Kutambaru ini adalah : - Sebelah Utara Kecamatan Bahorok dengan Kecamatan salapian

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo - Sebelah Barat dengan Kecamatann Bahorok - Sebelah Timur dengan Kecamatan Salapian

4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Marike

Wilayah kerja puskesmas marike berdasarkan administrasi dibagi menjadi 8 Desa dan 57 Dusun. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan Puskesmas Marike terdapat wilayah pembangunan, yaitu 7 puskesmas pembantu, 8 poskesdes dan 0 polindes.Adapun desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Marike yaitu: 1. Desa Kutambaru

2. Desa Perkebunan Marike 3. Desa Namotongan 4. Desa Kuta Gajah


(53)

5. Desa Namoteras 6. Desa Rampah 7. Desa Kaperas 8. Desa Sulkam

Wilayah kerja Puskesmas Marike memiliki jumlah penduduk sebanyak 13.203 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6119 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 7184 .jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan desa

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kutambaru 1264 1393 2657

2 Perkebunan Marike 540 675 1215

3 Namotongan 1126 1255 2281

4 Kuta Gajah 1529 1655 3184

5 Namoteras 674 808 1482

6 Rampah 559 694 1253

7 Kaperas 243 381 624

8 Sulkam 184 323 507


(54)

Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Marike sebanyak 49 orang dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Marike

No Jenis

Tenaga

Pendidikan Jumlah Jenis Kelamin Status

Kepegawaian

Laki-laki Perempuan

1 Dokter

Umum

SI 2 1 1 PNS

2 Bidan DIII 1 0 1 PNS

3 Perawat SPK 21 9 12 PNS

4 Bidan DIII 17 0 17 PTT

5 Dokter

Gigi

SI 1 0 1 PNS

6 Sanitasi SI 1 0 1 PNS

7 SKM SI 2 0 2 PNS

8 Perawat

gizi

DIII 2 1 1 PNS

9 Perawat

gigi

DIII 2 0 2 PNS

4.2 Karakteristik informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari kepala puskesmas, pengelola bok puskesmas, bendahara bok dinas kesehatan, sekretaris tim teknis bok dan pemengang program promosi kesehatan.

Tabel 4.3 Distribusi informan berdasarkan karakteristik

Informan Jabatan Pendidikan Umur (Tahun) Jenis

Kelamin

I Kepala

Puskesmas

SI 51 Perempuan

II Pengelola BOK D-III 44 Perempuan

III Pengelola

promosi kesehatan

SI 33 Perempuan

IV Sekretaris tim

teknis BOK

SI 35 Laki-laki

V Bendahara

BOK


(55)

4.3 Dana BOK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas. Mekanisme pencairan dana BOK diawali dari penyampaian Surat Permintaan Uang (SPU) dari puskesmas beserta POA bulanan yang telah disusun berdasarkan lokakarya mini kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kemudian setelah diproses beberapa hari, puskesmas sudah bisa mengambil dana yang dibutuhkan melalui rekening puskesmas. Mengenai waktu antara penyampaian SPU dengan penerimaan dana, tergantung pada proses verifikasi POA yang dilakukan oleh tim verifikator Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat baru kemudian usulan dana tersebut dapat diproses. Perencanaan kegiatan puskesmas terdiri dari perencanaan tahunan dan bulanan. Perencanaan tahunan dibuat dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) tahunan yang akan menjadi pedoman bagi pembuatan rencana bulanan yang dituangkan dalam bentuk Plan Of Action (POA) melalui kegiatan lokakarya mini.

Tabel 4.4 Pendapat Informan tentang Proses Perencanaan di Puskesmas No Informan Pernyataan


(56)

Informan I

Informan II Informan III

Perencanaan Puskesmas dibuat sewaktu lokakarya mini untuk membicarakan apa yang akan dibuat, disini diharapkan setiap program mengumpulkan semua data untuk dibahas bersama.

Perencanaan puskesmas dibuat melalui POA tahunan dengan berdasarkan melalui cakupan kinerja

Pelaksanaan kegiatan di puskesmas ini yaa...sesuai dengan perencanaan

Tabel 4.5 Pendapat Informan tentang pelaksanaan Lokakaryamini No Informan Pernyataan

Informan I

Informan II

Informan III

Pelaksanaan lokakarya mini dilaksanakan setiap bulan. Sewaktu minilokakarya..disinilah membahas masalah-masalah sehubungan pencapaian program.

Pelaksanaan lokakryamini yang dilakukan setiap bulannya membicarakan tentang pencapaian program dan masalah-masalah yang ada.

Didalam minilokakarya akan dibahas semua pencapaian kinerja sekaligus apa yang akan dibuat selanjutnya.

Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan lokakarya mini sudah dilakukan rutin setiap bulan. Seluruh informan mengutarakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sewaktu lokakrya mini adalah evaluasi capaian program, kendala serta rencana kegiatan kegiatan yang akan dibuat.

Tabel 4.6 Pendapat Informan tentang alur dana BOK No Informan Pernyataan

Informan I Jadi pihak puskesmas memgusulakn dana BOK ke dinas kesehatan dengan sebelumnya memberikan laporan rencana kegiatan yang telah disusun, lalu diantar ke dinas kesehatan, kemudian laporan tersebut nantinya..akan di verifikasi oleh dinas kesehatan. Apabila ada yang tidak sesuai, maka pihak dinas kesehatan akan menyarankan kepada puskesmas agar melakukan perbaikan terlebih dahulu. Nah...setelah diperbaiki dan dianggap benar, barulah pihak dinas kesehatan mencairkan dana BOK.


(57)

No Informan

Informan II

Informan III

Informan V

Pernyataan

Sebelum puskesmas meminta pencairan dana BOK, maka dari puskesmas nya harus sudah membuat rencana kegiatan. Rencana kegiatan ini sudah dibahas sebelumnya dengan petugas-petugas kesehatan lainnya terkait dengan berbagai bidang program yang ada di puskesmas, biasanya dibahas dalam kegiatan rapat lokakaryamini yang dilaksanakan setiap bulannya. Setelah rencana kegiatan tersebut disusun baru diajukan ke dinas kesehatan untuk diperiksa. Jika ada kesalahan baru diperbaiki dan jika dianggap sudah pas..baru dana dikeluarkan...

Tapi pada bulan pertama sampai maret tidak ada kegiatan yang dilaksanakan karena dana BOK yang dikeluarkan pun tidak ada pada saat itu, sehingga laporan kegiatan pada januari-maret..kosong...

Setau saya dari puskesmas memberikan rencana kegiatan dari puskesmas kemudian pihak dinas kesehatan memeriksanya, kemudian dicairkanlah dana itu.

Dana Bok diperuntukkan untuk tenaga kesehatan agar lebih semangat lagi dalam bekerja dan melakukan pelayanan kesehatan. Jadi alurnya itu..puskesmas membuat rancangan kegiatan lalu diajukan ke dinas kesehatan kemudian pihak dinas kesehatan melanjutkan ke BPUN ataupun yang disebut denagn bendahara umum negara. Begitu usulannya masuk ke negara maka dana langsung dimasukkan ke rekening puskesmas. Jadi sumber dana nya itu yaa APBN, namun dinas kesehatan mempunyai wewenang untuk menggelondongkan dananya. Bulan januari, february dan maret dana BOK tidak dibayar karena DIPA yang belum turun dari kementerian keuangan.

Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa alur pencairan dana BOK tersebut bersumber dari dana APBN yaitu ekselon I dikjen bina gizi KIA membuat DIPA dari kementerian keuangan lalu puskesmas membuat rancangan kegiatan operasional lalu dibayar oleh negara.


(58)

Tabel 4.7 Pendapat informan tentang kendala dalam penfaatan dana BOK No Informan Pendapat Informan

Informan I Informan II

Informan III

Informan V

Tidak da masalah....tidak ada kendala

Ada, di puskesmas ini besar dana BOK yang diberikan kepada petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan promotif preventif adalah sama. Padahal ada dua desa yaitu desa kaperas dan desa sulkam itu lebih jauh dibanding desa yang lainnya ditambah lagi letak geografis yang mendaki gunung dan jalan yang rusak dan susah dilalui apalagi saat musim hujan. Kendalanya pelaksanaan pomoti preventif oleh tenaga kesehatan jadi tidak tepat waktu. Terlakssana sih tetap terlaksana nya kegiatan itu, namun waktu pelaksanaannya menjadi mundur ataupun tidak tepat waktu.

Masalahnya dana BOK yang kami terima dalam pelayanan kesehatan pukul rata semua,...padahal geografis setiap desa berbeda.

Besar dana BOK yang dimanfaatkan petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan masing-masing berbeda sesuai dengan jarak antar desa yang satu dengan desa yang lainnya. Masalah besaran dana yang diturunkan ke masing-masing petugas kesehatan, merupakan kebijakan dari puskesmas itu sendiri. Kendala nya di bulan januari sampai maret dana BOK tidak dibayar, karena DIPA belum turun dari kementerian keuangan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa sebenarnya dana BOK digunakan untuk biaya transportasi petugas kesehatan sudah sesuai dengan jarak yang harus di tempuh pada masing-masing desa. Namun puskesmas marike menurunkan dana yang sama kepada petugas kesehatan untuk semua desa di wilayah kerja puskesmas marike. Hal ini mengakibatkan waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan terlaksana tidak tepat pada waktunya.n

4.4 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Marike Tahun 2015

Penggunaan dana BOK yang dimanfaatkan oleh Puskesmas Marike untuk kegiatan program kesehatan prioritas mendapat dana sebesar 66% disusul oleh


(59)

kegiatan manajemen puskesmas sebesar 27% dan biaya program kesehatan lainnya sebesar 7%. Dalam kegiatan program kesehatan prioritas yang mendapat urutan pertama dalam pemanfaatan dana BOK di puskesmas marike adalah KIA sebesar 40% dalam bentuk pengganti transport petugas puskesmas dan bidan desa dalam melaksanakan pelayanan program promotif preventif bagi ibu hamil dan melahirkan. Urutan kedua adalah pelayanan gizi berupa pembelian makanan tambahan bagi balita gizi kurang dan bantuan transport petugas dalam melakukan pelacakan kasus gizi buruk 14%. Sementara itu kegiatan pelayanan kesling sebesar 12% menjadi urutan ketiga.

Pemanfaatan dana BOK di Puskesmas Marike dapat dilihat seperti dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Marike

No Kegiatan Persentase (%)

1. Program Kesehatan Prioritas a. KIA

b. Pelayanan Gizi

c. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit d. Pelayanan kesling

40% 14% - 12%

2. Program kesehatan lainnya 7%

3. Manajemen Puskesmas 27%

Jumlah total kegiatan 1,2,3 100

4.5 Pemanfaatan Dana BOK Dalam Program Pomotif dan Preventif di Puskesmas Marike

Tabel 4.9 Pemanfaatan Dana BOK Dalam Program Pomotif dan Preventif Upaya

Kesehatan

Jenis pelayanan Jenis Kegiatan Promotif Preventif

1. Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan keluarga

a. Pelayanan

Antenatal bagi ibu hamil (ANC)

- Promosi ASI Eksklusif dan IMD

- Pendataan ibu hamil


(60)

Upaya Kesehatan

Berencana (KB)

Jenis pelayanan

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin (Bulin)

Jenis Promotif

- Promosi KB - Promosi ASI Eksklusif dan IMD kegiatan Preventif - kehamilan

- Kunjungan rumah bumil

- Pemantauna bumil resiko tinggi - Deteksi dini

resiko tinggi - Pendampingan

kelas bumil

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (bufas)

d. Pelayanan KB

e. Pelayanan kesehatan neonatus

f. Pelayanan kesehatan bayi

- - Pelayanan Nifas

- Kunjungan rumah

- Pemantauan ibu nifas resiko tinggi

- Kunjungan rumah PUS yang tidak berKB atau drop out - Kunjungan neonatus - Pemantauan kesehatan neonatus termasuk

neonatus risiko tinggi

- Kunjungan rumah tindak lanjut screening hipothyroid kongenital (SHK)

- Pendataan bayi - Pemantauan


(61)

Upaya Kesehatan 2. Pelayanan Gizi 3. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit Jenis pelayanan g. Pelayanan kesehatan anak balita

a. Pendidikan dan Perbaikan Gizi

b. Penanggulanga n gizi kurang dan gizi buruk

a. Pela2yanan pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS kegiatan Preventif - Kunjungan rumah

- Deteksi dini resiko tinggi - Pendataan anak

balita - Pemantauan

kesehatan anak balita

- Kunjungan rumah

- Deteksi dini risiko tinggi - Pemantauan - status gizi - Pemberian makanan tambahan - Penggerakan kadarzi - Kunjungan rumah/pendampi ngan - Pemberian makanan tambahan

- Survelains dan pelacakan gizi buruk

- Kunjungan rumah

- Konseling dan pencegahan transmisi penularan penyakit - Pemantauan


(62)

Upaya Kesehatan 4. Pelayanan kesehatan lingkungan Jenis pelayanan b. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit malaria dan tubercolosis (TB)

Peningkatan akses masyarakat

terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak

kegiatan Preventif

- kepatuhan minum obat - Penemuan dan

tata laksana kasus - Pendistribusian

pemakaian

kondom bagi populasi resiko tinggi

- Konseling dan pencegahan transmisi penularan

penyakit dari penderita ke oranglain

- Pemantauan kepatuhan minum obat - Pengambilan

spesimen TB dan malaria

- Spot survei terhadap perindukan vektor - Pengendalian vektor - Pendistribusian kelambu pada kelompok

berisiko Pemantauan

kualitas air bersih dan air minum


(1)

4. Pencapaian cakupan indikator SPM di puskesmas menunjukkan adanya peningkatan selama adanya pemanfaatan dana BOK namun belum sepenuhnya mencapai target. Cakupan kunjungan K4 sebesar 87%, Cakupan persalinan yang ditolong oleh bidan sebesar 85%, Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 99%, Cakupan pelayanan nifas sebesar 85%, Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani sebesar 85%, Persentase desa yang mencapai UCI sebesar 90%, Cakupan pelayanan anak balita sebesar 88%, Penemuan pasien baru TB BTA positif sebesar 90%, dengan suspek klinis sebesar 52 kasus dalam pemeriksaan pengambilan spuntum dahak kepada pasien yang berkunjung di puskesmas marike didapat BTA positif sebesar 42 kasus, dan Penderita DBD yang ditangani sebesar 90%. Pencapaian cakupan SPM di puskesmas dinilai baik dalam meningkatkan upaya promotif preventif, perbaikan manajemen puskesmas dan meningkatkan semangat kerja petugas untuk melaksanakan tugas di luar gedung

6.2 Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat agar tetap memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan dana BOK kepada petugas pelayanan kesehatan puskesmas marike

2. Kepada Kepala Puskesmas Marike agar meningkatkan cakupan SPM yang masih rendah dan tetap mempertahankan peningkatan cakupan SPM yang sudah ada di puskesmas marike.


(2)

3. Kepada Pengelola BOK agar menyesuaikan besar dana BOK yang diturunkan kepada petugas kesehatan, sehingga pemanfatan dana BOK dalam program promotif dan preventif terlaksana tepat pada rancangan kegiatan dan mendorong semangat kerja petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan.

4. Dalam pemanfaatan dana BOK upaya kesehatan puskesmas sebaiknya lebih menekankan pada upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan AKI dan AKB dalam pencapaian target MDGs yaitu MDGs 1 (menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk), MDGs 2 ( upaya menurunkan angka kematian bayi), MDGs 4 (upaya menurunkan angka kemaian balita), MDGs 5 (upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi, MDGs 6 (upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS dan upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru malaria dan TB, MDGs 7 (upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sulaeman, S,. 2014. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas. Gadjah Mada University Press. Surakarta.

Adisasmito, W,. 2014. Sistem Kesehatan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Azwar, A,. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Hartono, 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta.

Heni, ircham, Indriyani, santi, 2009. Dasar-dasar Ilmu Kesehatan masyarakat. Fitramaya. Yogyakarta.

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Syafrudin, Theresia, jomima, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Trans Infomedia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

, 2014. Lampiran Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Tahun 2014. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI., 1986. Pedoman Perencanaan Tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (Microplanning)., Direktorat Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Dit. Jen. Binkesmas., Jakarta.

Departemen Kesehatan RI,. 1989. Pedoman Lokakarya Mini Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Pendididkan dan Latihan Pengawai. Jakarta.


(4)

Departemen Kesehatan RI,. 1984. Pedoman Stratifikasi Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

, 2015. Petunjuk Teknis BOK Tahun 2015. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Moleong, J,. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ellya, Juliane, Rismalinda, Nurzannah, S,. 2010. Buku saku Metodologi Penelitian. Trans Info Media. Jakarta.

Sumantri, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kencana. Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka cipta. Jakarta.


(5)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN

PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

Pertanyaan diajukan kepada Kepala Puskesmas Marike dan Pengelola BOK Puskesmas Marike

1. Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

No. Handphone :

Alamat :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Pertanyaan

1. Darimanakah sumber dana untuk kegiatan promotif dan preventif di puskesmas marike?

2.Apakah ibu mengeluarkan dana dalam kegiatan promotif dan preventif ini? 3.Apakah ibu ada menerima dana BOK?

4.Bagaimana proses pengusulan sampai pendropan dana BOK (alur dana BOK)?

5.Apakah dalam kegiatan operasional puskesmas dimanfaatkan juga dari dana BOK?

6.Apakah ibu ada menyusun rencana kegiatan promotif dan preventif?


(6)

7.Bagaimana rencana itu dilaksanakan, apakah sesuai denagn rencana atau tidak?

8.Apakah dana BOK yang ibu terima keseluruhannya digunakan untuk mendukung kegiatan promotif dan preventif?

9.Apakah ada kendala dalam pemanfaatan dana BOK?

10. Apakah ibu ada melakukan evaluasi pelaksanaan penggunaan dana BOK di puskesmas ini?

11. Apakah ibu tetap melakukan pelaporan pelaksanaan penggunaan dana BOK ke tingkat II, apakah feetback tingkat II?


Dokumen yang terkait

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Kegiatan Promotif Dan Preventif Di Puskesmas Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 25 96

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 15

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 9

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 22

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Kegiatan Promotif Dan Preventif Di Puskesmas Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 4 15

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Kegiatan Promotif Dan Preventif Di Puskesmas Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 2

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Kegiatan Promotif Dan Preventif Di Puskesmas Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 8