Analisis Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN.

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Sekilas Tentang Mangrove
Mangrove adalah jenis tanamanan dikotil yang hidup di habitat payau.
Kelompok pohon di daerah mangrove bisa terdiri atas suatu jenis pohon tertentu
saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang dapat hidup di air asin. Hutan
mangrove bisa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara
320 Lintang Utara dan 380 Lintang Selatan.
Kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama,
berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua,
berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi
baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan
pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa
perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain
fungsi fisik (Suryono, 2013).
Pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber bahan
pangan belum banyak diketahui. Banyak spesies mangrove yang secara tradisional
sudah dikomsumsi oleh masyrakat pesisir. Namun pemanfaatan mangrove sebagai

bahan pangan hanya bersifat insidentil atau dalam keadaan darurat jika terjadi
krisis pangan. Sebenarnya ada buah mangrove yang dapat secara spesifik
dimanfaatkan B. Gymnorrhiza (lindur). Buah mangrove jenis lindur dapat
dieksplorasi menjadi bahan pangan alternatif. Buah lindur yang diolah menjadi

Universitas Sumatera Utara

tepung kandungan gizinya terutama karbohidrat sangat dominan sehingga bisa
dieksplorasi menjadi sumber pangan baru berbasis sumber daya lokal mengingat
Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga bisa membudidayakan
mangrove jenis lindur ini disepanjang garis pantai (Priyono, 2010).
2.1.2 Mangrove Jeruju (Achantus ilicifolius L)
Jeruju merupakan spesies merambat yang bisa tumbuh hingga 2 m.
Banyak ditemukan pada tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantaran
sungai. Seringkali dominan di area manggrove yang telah ditebangi. Ada tiga
spesies utama di Asia Tenggara. Spesies Acanthus ilicifolius dan A. Eberacteatus,
di Thailand dan Indonesia, daun spesies ini diolah menjadi teh herbal karena
memiliki khasiat obat. Jenis yang tidak berduri biasanya dijadikan sebagai
makanan ternak. Nilai nutrisinya belum banyak diketahui oleh masyarakat pesisir.
Bunga berwarna ungu atau putih diserbukkan oleh lebah dan burung kecil.

Biji berukuran kecil dengan warna hijau mengkilat, dan berbentuk oval.
2.1.3 Karakteristik Pembuatan Kue Bawang Mangrove.
Tata cara pembuatan kue bawang mangrove sama halnya dengan pembuatan
kue bawang pada umumnya tetapi kue bawang mangrove yang diproduksi oleh
Kelompok Tunas Muda mempunyai tambahan bahan yaitu menambahkan daun
mangrove jenis jeruju sebagai pengganti daun sup.
Ada beberapa tahap untuk memperlancar usaha pembuatan kue bawang
mangrove yang dilakukan kelompok tunas muda jika memproduksi 2 (dua) kg kue
bawang mangrove, antara lain penyediaan bahan baku, penyediaan alat-alat usaha
pembuatan kue bawang mangrove, proses pembuatan kue bawang mangrove, dan
pemasaran kue bawang mangrove.

Universitas Sumatera Utara

a. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan 2 kg kue bawang mangrove yaitu menyediakan
daun jeruju mangrove sebanyak 2 ons sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue
bawang mangrove, kemudian menyediakan bumbu-bumbu masaknya yaitu
bawang merah dan bawang putih sebanyak 2 ons, telur ayam 2 biji, mentega 1
setengah ons, tepung terigu 2 kg, dan garam secukupnya.

b. Peralatan Usaha Pembuatan Kue Bawang Mangrove
Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan kue bawang mangrove
adalah sebagai berikut :
1. Kompor gas dan tabung gas, sebagai alat untuk tempat memanaskan wajan
penggorengan.
2. Wajan penggorengan digunakan sebagai media memasak kue bawang
mangrove.
3. Tampah, sebagai media untuk tempat pendinginan kue bawang yang telah
digoreng, tempat pembersihan duri daun jeruju
4. Blender, sebagai alat untuk memblender bumbu masak dan daun jeruju
5. Panci, sebagai alat untuk merebus daun jeruju yang telah dibersihkan dari
duri-duri daun jeruju
6. Ember, sebagai alat untuk mencuci peralatan masak dan tempat mencuci
daun jeruju sebelum direbus.
7. Mesin spiner peniris minyak, untuk meniriskan minyak agar cepat kering
dan bisa langsung dikemas.
8. Ampia, sebagai alat untuk mencetak adonan agar lebih tipis.

Universitas Sumatera Utara


9. Hand seller, sebagai alat untuk pengemas bungkus kemasan kue bawang
mangrove.
10. Sendok goreng, sebagai alat untuk menyangrai kue bawang.
11. Serokan, untuk mengangkat kue bawang yang telah matang.
12. Ayakan tepung, untuk mengayak tepung agar bersih dari kotoran dan
gumpalan tepung.
13. Gunting, untuk menggunting duri daun jeruju.
14. Pisau, untuk memotong daun jeruju dan memotong adonan agar rapi stelah
di cetak.
15. Toples, sebagai media penyimpanan kue bawang sebelum dan sesudah
dikemas.
16. Koran, sebagai media peniris minyak dan media mendinginkan kue
bawang.
17. Timbangan, sebagai alat untuk mengukur berat bahan yang akan
digunakan dan mengukur setiap bungkus kue bawang.
c. Proses Pembuatan Kue Bawang Mangrove
1. Siapkan bumbu masak kemudian di blender hingga halus.
2. Daun jeruju yang telah dibersihkan dari duri di rebus, setelah direbus
dibiarkan dingin sebelum daun jeruju di blender, dengan catatan daun
jeruju tersebut tidak hancur.

3. Sediakan ember sebagai tempat pengayakan tepung, kemudian masukkan
bumbu-bumbu masak, mentega, telur ayam, dan jeruju yang sudah
diblender, kemudian adon adonan tersebut sampai kalis atau merata.

Universitas Sumatera Utara

4. Cetak adonan dengan menggunakan ampia, agar adonan menjadi tipis dan
bisa dibentuk.
5. Setelah dibentuk sesuai dengan selera, adonan tersebut digoreng di dalam
wajan yang berisi minyak panas, setelah bewarna adonan yang dibentuk di
angkat dengan menggunakan serokan kemudian ditiriskan dengan
menggunakan mesin spinner penyaring minyak.
6. Setelah kue bawang tersebut kering, kue bawang siap dibungkus sesuai
berat yang diminta pedagang untuk setiap bungkus kue bawang mangrove.
d. Pemasaran Kue Bawang Mangrove
Pemasaran merupakan tahap yang paling akhir dan penting dalam usaha
industri. Karena dengan pemasaran maka kue bawang mangrove dapat sampai
pada konsumen sehingga kebutuhan akan kue bawang mangrove terpenuhi. Selain
itu, karena kue bawang mangrove dapat terjual sehingga produsen kue bawang
mangrove juga mampu memperoleh pendapatan. Usaha industri kue bawang

mangrove di kampung Nelayan mengalami kesulitan dalam memasarkan kue
bawang mangrove, hal ini dikarenakan lokasi produsen dengan pasar kios-kios
pedangang terlalu jauh dan sulit dijangkau, masyarakat belum mengetahui
kandungan gizi kue bawang mangrove, walaupun saat ini mempunyai langganan
sendiri kelompok Tunas Muda masih memerlukan saran untuk perbaikan produksi
kue bawang mangrove.
Kue bawang mangrove biasanya dipasarkan langsung ke kios-kios jajanan
oleh produsen. Selain lewat pedagang pengecer juga ada yang memasarkan kue
bawang mangrove ke pedagang pengumpul. karena menurut mereka dengan lewat
lembaga pemasaran maka kue bawang mangrove pasti laku dan habis terjual.

Universitas Sumatera Utara

Tetapi produsen tidak menjual kue bawang mangrove langsung ke konsumen. Hal
ini biasanya karena permintaan dari konsumen sendiri. Konsumen meminta
produsen kue bawang mangrove untuk dibuatkan kue bawang mangrove yang
nantinya akan digunakan konsumen untuk oleh-oleh dan makanan ringan sewaktu
lebaran.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemasaran
Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manjerial yang membuat
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan,
lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain
(Sunarto, 2003).
Sehingga dapat diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas
daripada arti penjulan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai
dengan mengidentifisir kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan
produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai,
menentukan cara-cara promosi dan penyaluran/penjulan produk tersebut. Jadi,
kegitan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai
suatu sistem (Dharmmesta dan Handoko, 2008 ).
Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan
sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna
waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan
guna pemilikan (possession utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami
peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk baru dapat memenuhi

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen
atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002).
2.2.2 Saluran dan Lembaga Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur
yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.
Sedangkan lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang
menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke
konsumen akhir.
Menurut Angipora (1999), ada beberapa bentuk saluran yang ada dan
digunakan yaitu:
1. Produsen-Konsumen
Saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana karena
tampa perantara. Produsen dapat menawarkan barang atau jasa kepada
konsumen langsung. Saluran ini disebut sebagai saluran tataniaga langsung.
Bentuk saluran ini tidak memerlukan tambahan biaya yang akan dipergunakan
untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan ini sangat
disenangi oleh konsumen, karena harga biasanya lebih murah.
2. Produsen- Pengecer- Konsumen
Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya
dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen,

dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan
menjualnya kepada konsumen.

Universitas Sumatera Utara

3. Produsen- Pedagang Besar- Konsumen
Jenis saluran ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara
langsung tetapi tetap menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan
produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar
saja, kemudian pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer
hingga akhirnya sampai ditangan konsumen.
4. Produsen- Agen- Pedagang Besar- Pengecer- Konsumen
Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen
didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian
mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya
sistem penjualan pedagang besar kepada pengecer dan kemudian sampai
ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk
yang tahan lama.
5. Produsen- Agen- Pengecer- Konsumen
Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen

untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya
pengecer menjual kepada konsumen.
Menurut Sudiyono (2004), lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan
petani.
2. Pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak.

Universitas Sumatera Utara

3. Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan)
komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke agen
penjualan atau pengecer.
4. Agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang
dalam jumlah banyak dengan harga yang relative murah dibanding pengecer.
5. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.
2.2.3 Fungsi-fungsi Pemasaran
Lembaga pemasaran pada akhirnya melakukan kegiatan fungsi pemasaran
yang meliputi kegiatan: pembelian, sorting atau grading (membedakan barang
berdasarkan ukuran atau kualitasnya), penyimpanan, pengangkutan, dan

processing (pengolahan). Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, akan melakukan fungsi pemasaran ini secara berbedabeda. Karena perbedaan kegiatan dan biaya yang dilakukan, maka tidak semua
kegiatan dalam fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran. Karena
inilah, maka biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap tingkat
lembaga pemasaran (Soekartawi, 1986).
Adapun fungsi pemasaran adalah sebagai berikut:
a. Perdagangan

(Merchandizing),

perencanaan

yang

berkenaan

dengan

pemasaran barang/jasa yang tepat dalam jumlah yang tepat serta harga yang
selaras, termasuk di dalamnya faktor-faktor lain seperti bentuk, ukuran,
kemasan, dan sebagainya.
b. Pembelian (Buying), fungsi pembelian adalah peranan perusahaan dalam
pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

c. Penjualan (Selling), sebaiknya juga bersifat dinamis, apalagi yang dinamakan
“Personal selling” karena ia harus meyakinkan orang untuk membeli suatu
barang/jasa yang mempunyai arti komersial baginya.
d. Transportasi (Transportation), perencanaan, seleksi, dan pengarahan semua
alat pengangkutan untuk memindahkan barang dalam proses pemasaran.
e. Pergudangan (Storage), berarti menyimpan barang selama waktu barang
tersebut dihasilkan dan dijual. Kadang-kadang selama fase penyimpanan ini
perlu juga diadakan pengolahan lebih lanjut.
f. Standarisasi (Standardization), penetapan batas-batas elementer berupa
perincian-perincian yang harus dipenuhi oleh barang-barang buatan pabrik
atau kelas-kelas ke dalam barang pertanian, contohnya harus digolongkan.
g. Grading berarti memilih kesatuan dari suatu produk yang dimasukkan ke
dalam kelas dan derajat yang sudah ditetapkan dengan standarisasi.
h. Keuangan (Financing), merupakan suatu usaha mencari dan mengurus modal
uang dan kredit yang langsung bersangkutan dengan transksi dalam
mengalirkan arus barang/ jasa dari produsen ke konsumen.
i.

Komunikasi (Communication), dengan fungsi ini kita maksudkan segala
sesuatu yang dapat memperlancar hubungan di dalam suatu perusahaan, dan
pelaksanaan hubungan keluar (information research, advertising, publicity
and intelligence).

j.

Resiko (Risk), adalah cara/ fungsi bagaimana kita menangani kemungkinan
resiko rugi karena rusaknya barang, susut hilang, atau turun harga
(Pasaribu, 2012).

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Marjin Pemasaran, Keuntungan dan Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan,
penyusutan, retribusi dan lainnya. Besarnya biaya ini berbeda satu sama lain
disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga
pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Seringkali komoditi
pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula.
Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain.
Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang
dilakukan. Makin efektif pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil
biaya pemasaran yang dikeluarkan (Soekartawi, 1993).
Selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh
konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran disebut keuntungan pemasaran.
Masing-masing lembaga ingin mendapatkan keuntungan, maka harga yang
dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran juga berbeda. Semakin maju
tingkat pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap
penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi marjin pemasaran
yang diterima. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke
konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan
harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar
kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran
(Soekartawi, 1993).
Masing-masing lembaga pemasaran akan menetapkan keuntungan yang
ingin dicapai. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga yang ditetapkan

Universitas Sumatera Utara

tiap-tiap lembaga pemasaran. Perbedaan harga di tingkat lembaga pemasran
dalam sistem pemasaran akan mempengaruhi besarnya nilai marjin pemasaran.
Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga
dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep
marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan
selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dan harga yang diterima petani
produsen. Dengan menganggap bahwa selama proses pemasaran terdapat
beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran, maka dapat
dianalisis distribusi marjin pemasaran diantara lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat (Sudiyono, 2002)
Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi,
maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada
mereka atas jasa-jasanya. Jadi, marjin merupakan suatu imbalan atau harga atas
suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, marjin
menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep marjin
sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep
tentang nilai tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli
dengan harga jual (Swastha, 1992).
Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara
yaitu :
a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
M = Pr – Pf

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
M : Marjin
Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp)
Pf : Harga di tingkat produsen (Rp)
b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang
diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi
pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin
pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
M = Bp + Kp
Keterangan :
M : Marjin (Rp/kg)
Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg)
Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg)
2.2.5 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah
daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan
pemasaran (Soekartawi, 1997).
Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output
pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk
memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan
efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau
mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002)
Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi pemasaran memang terbatas,
sementara keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian.

Universitas Sumatera Utara

Belum lagi kalau dari segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga
kesempatan-kesempatan ekonomi menjadi sulit untuk dicapai. Lemahnya
manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku pasar
dalam menekan biaya pemasaran. Dalam banyak kejadian, besar kecilnya biaya
pemasaran disebabkan oleh:
1. Macam komoditi pertanian.
2. Lokasi pengusahaan.
3. Macam dan peranan lembaga pemasaran.
4. Efektivitas pemasaran yang menyangkut efisiensi pemasaran. Dimana
efisiensi pemasaran akan terjadi kalau:
a. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat
lebih tinggi,
b. Persentase perbandingan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen
tidak terlalu tinggi,
c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan
d. Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 1993).

Kriteria efisiensi tataniaga menurut Soekartawi (2002) adalah:
Efisiensi tidak terjadi jika:
a. Biaya pemasaran semakin besar
b. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar
Efisiensi akan terjadi jika:
a. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat
lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen
tidak terlalu tinggi
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Siti Nurulita Fatimah (2011) yang berjudul Analisis Pemasaran
Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut:
1. Terdapat tiga saluran pemasaran kentang yang digunakan petani di Kecamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo dalam menyampaikan hasil produksinya, yaitu:
a. Pola Saluran Pemasaran I
Petani

Pedagang Pengumpul Kecamatan

Pedagang Luar kota

b.Pola Saluran Pemasaran II
Petani

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang Luar kota

c. Pola Saluran Pemasaran III
Petani

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang Luar kota Konsumen

Dilihat dari efisiensi secara ekonomis ketiga saluran pemasaran kentang
yang terdapat di Kabupaten Wonosobo telah efisiensi secara ekonomi. Akan tetapi
dari ketiga saluran pemasaran maka saluran pemasaran II adalah saluran
pemasaran yang paling efisiensi secara ekonomis karena nilai persentase marjin
pemasarannya lebih rendah yaitu sebesar 9,24%; 10,70% dan 20,00% untuk
kentang kualitas AB, DN, dan rindil dibandingkan dengan saluran pemasaran lain.
2. Tugas dan fungsi lembaga pemasaran kentang di Kabupaten Wanosobo adalah
sebagai berikut:
a. Petani/produsen :

sebagai

produsen

kentang

melakukan

fungsi

pengangkutan dan fungsi penjualan.

Universitas Sumatera Utara

b. Pedagang pengumpul kecamatan : melakukan fungsi pembelian, sortasi, dan
grading, pengemasan, pengangkutan, dan penjualan.
c. Pedagang pengumpul desa

: melakukan fungsi pembelian, sortasi dan

grading, pengemasan, pengangkutan, dan penjualan.
d. Pedagang pengecer : melakukan fungsi pemasaran seperti pembelian,
pengangkutan, pengemasan dan penjualan.
Penelitian oleh Sri Yanthi Lumban Toruan (2007) yang berjudul Analisis
Pemasaran Jeruk Manis di Desa Beganding Kec. Simpang IV Kab. Karo sebagai
berikut:
1. Terdapat 3 macam atau 3 jenis saluran pemasaran di daerah penelitian ini
yaitu saluran I: Petani produsen

Konsumen, saluran II: Produsen

pedagang pengecer, saluran III: Produsen

Pedagang pengumpul.

2. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran
adalah sama.
3. Share margin profit produsen adalah berbeda-beda untuk setiap saluran
pemasran. Share margin saluran I 30,38%, saluran II 9,12% dan saluran III
13,79%.
4. Saluran pemasaran jeruk manis di daerah penelitian sudah efisien.
2.4 Kerangka Pemikiran
Di derah penelitian terdapat beberapa saluran pemasaran sehingga untuk
mengetahui saluran pemasaran kue bawang mangrove di Medan belawan
dilakukan dengan cara mengikuti aliran produk olahan mangrove dari produsen
sampai ke konsumen dan setiap saluran pemasaran akan melakukan beberapa
fungsi-fungsi pemasaran.

Universitas Sumatera Utara

Masing-masing lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran
akan mengeluarkan biaya yang berbeda-beda dalam proses penyampaian produk
dari produsen ke konsumen. Biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, dan
lain-lain. Selain mengeluarkan biaya pemasaran, masing-masing lembaga
pemasaran

juga

ingin

memperoleh keuntungan.

Keuntungan pemasaran

merupakan penjumlahan keuntungan yang diperoleh pada setiap lembaga
perantara pemasaran. Untuk menghitung marjin pemasaran dilihat dari perbedaan
harga suatu produk di tingkat produsen dengan di tingkat konsumen. Secara
skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Produsen Kue Bawang Mangrove

Pemasaran Kue Bawang Mangrove

Fungsi
Pemasaran

Lembaga Pemasaran Kue Bawang
Mangrove

Biaya Pemasaran

Keuntungan Pemasaran

Marjin Pemasaran (Rupiah)

Efisiensi Pemasaran

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :
= Pengaruh

2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan beberapa hipotesis
sebagai berikut:
1. Saluran sistem pemasaran kue bawang mangrove di daerah penelitian
efisien.

Universitas Sumatera Utara