Analisis Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan.

(1)

48

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan

Nama Jumlah Harga

Satuan

Nilai Awal (Rp)

Nilai Akhir (Rp)

Umur Ekonomis

Total Penyusutan (Rp/bulan)

Produsen Ampia 2 180.000,00 360.000,00 30.000,00 104 minggu 3.173,08

Hand Seller 1 600.000,00 600.000,00 50.000,00 480 minggu 1.145,83

Mesin Spiner Pengering

Minyak 1 800.000,00 800.000,00 100.000,00 480 minggu 1.458.33

Wajan 1 50.000,00 50.000,00 5.000,00 480 minggu 93,75

Blender 1 265.000,00 265.000,00 30.000,00 240 minggu 979,17

Kompor Gas 1 500.000,00 500.000,00 80.000,00 384 minggu 1.093,75

Tampah 10 12.000,00 120.000,00 0,00 48 minggu 2.500,00

Dang-Dang 1 50.000,00 50.000,00 5.000,00 240 minggu 187,50

Sendok Goreng 2 18.000,00 36.000,00 0,00 144 minggu 250,00

Ember Sedang 1 16.000,00 16.000,00 0,00 240 minggu 66,67

Serokan 2 24.000,00 48.000,00 0,00 240 minggu 200,00

Ayakan Tepung 1 6.500,00 6.500,00 0,00 144 minggu 45,14

Timbangan 1 25.000,00 25.000,00 0,00 480 minggu 52,08

Gunting 5 5.000,00 25.000,00 0,00 48 minggu 520,83

Pisau pemotong adonan 2 10.000,00 20.000,00 0,00 96 minggu 208,33

Toples 10 Kg 3 24.000,00 72.000,00 0,00 144 minggu 500,00

Toples 5 Kg 2 12.000,00 24.000,00 0,00 144 minggu 166,67


(2)

49

Lampiran 2. Daftar Biaya Bahan Baku dan Bahan Tambahan Lainnya 1 kali produksi dalam Seminggu di Saluran I dan II

Produsen Biaya Pengolahan (Rp/Bulan) Satuan Harga/ Satuan Total Harga

Daun Jeruju (Bahan Baku) 200 Gram 1.500,00 3.000,00

Tepung Terigu 2.000 Gram 8.000,00 16.000,00

Minyak Goreng 2.000 Gram 12.500,00 25.000,00

Bumbu 200 Gram 2.500,00 5.000,00

Telur 2 Biji 1.250,00 2.500,00

Mentega 150 Gram 1.000,00 3.000,00

Gas 1.000 Gram 20.000,00 6.666,67

Koran 1.000 Gram 5.000,00 2.500,00

Total Biaya 60.666,67

Lampiran 3. Daftar Biaya Pengemasan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Saluran I dan II

Produsen Biaya Pengemasan Jumlah Rp/ Bks Harga (Rp)

Plastik 1.000 35,00 8.750,00

Cetak Label 22 200,00 4.400,00


(3)

50

Lampiran 4. Daftar Biaya Transport 1 kali produksi dalam Seminggu di Saluran I

Pengecer Biaya Total Biaya

Transport 6.000,00

Lampiran 5. Daftar Biaya Transport 1 kali produksi dalam Seminggu di Saluran II

Tingkat 1 kali Produksi (Rp) 4 kali produksi (Rp)

Produsen 20.000,00 20.000,00

Pedagang Pengumpul 16.000,00 16.000,00

Pedagang Pengecer 00 00


(4)

51

Lampiran 6. Perhitungan Analisis Price Spread 1 kali produksi dalam Seminggu

Pemasaran I Komponen Biaya Price Spread (Rp/bulan) Share Margin (%)

Harga jual produsen (22 Bks@Rp 5.000) 110.000,00 71,43

Biaya :

Alat-Alat Pengolahan 12.641,13 8,21

Bahan Baku 3.000,00 1,95

Bahan Lainnya 57.666,67 37,45

Pengemasan 13.150,00 8,54

Total Biaya 86.457,80 56,14

Marjin Pemasaran 23.542,20 15,29

Harga Beli Pengecer (22 Bks@Rp 5.000) 110.000,00 Harga Jual Pengecer (22 Bks@Rp 7.000) 154.000,00

Biaya Transport 6.000,00 3,90

Keuntungan Pengecer 38.000,00 24,67

Marjin Pemasaran 44.000,00 28,57

Harga Beli Konsumen 154.000,00 100,00


(5)

52

Pemasaran II Komponen Biaya Price Spread (Rp/bulan) Share Margin (%)

Harga jual produsen (22 Bks@ Rp 7000) 154.000,00 58,33

Biaya :

Alat-Alat Pengolahan 12.641,13 4,79

Bahan Baku 3.000,00 1,14

Bahan Lainya 57.666,67 21,84

Pengemasan 13.150,00 4,98

Transport 20.000,00 7,58

Total Biaya 106.457,80 40,32

Marjin Keuntungan 47.542,20 18,01

Harga Beli Pengumpul (22 Bks@Rp 7.000) 154.000,00

Harga Jual Pengumpul (22 Bks@Rp 10.000) 220.000,00 25,00

Biaya:

Transport 16.000,00 6,06

Keuntungan Pengumpul 50.000,00 18,94

Marjin Pemasaran 66.000,00 25,00

Harga Beli Pengecer (22 Bks@Rp 10.000) 220.000,00 Harga Jual Pengecer (22 Bks@Rp 12.000) 264.000,00


(6)

53

Lampiran 7. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove (4 Kali Proses Produksi) dalam 1 Bulan Saluran I dan Saluran 2 dan Nilai Penyusutan

Nama Jumlah Harga

Satuan

Nilai Awal (Rp)

Nilai Akhir (Rp)

Umur Ekonomis

Total Penyusutan (Rp/bulan)

Produsen Ampia 2 180.000,00 360.000,00 30.000,00 26 bulan 12.692,31

Hand Seller 1 600.000,00 600.000,00 50.000,00 120 bulan 4.583,33

Mesin Spiner Pengering

Minyak 1 800.000,00 800.000,00 100.000,00 120 bulan 5.833,33

Wajan 1 50.000,00 50.000,00 5.000,00 120 bulan 375,00

Blender 1 265.000,00 265.000,00 30.000,00 60 bulan 3.916,67

Kompor Gas 1 500.000,00 500.000,00 80.000,00 96 bulan 4.375,00

Tampah 10 12.000,00 120.000,00 0,00 12 bulan 10.000,00

Dang-Dang 1 50.000,00 50.000,00 5.000,00 60 bulan 750,00

Sendok Goreng 2 18.000,00 36.000,00 0,00 36 bulan 1.000,00

Ember Sedang 1 16.000,00 16.000,00 0,00 60 bulan 266,67

Serokan 2 24.000,00 48.000,00 0,00 60 bulan 800,00

Ayakan Tepung 1 6.500,00 6.500,00 0,00 36 bulan 180,56

Timbangan 1 25.000,00 25.000,00 0,00 120 bulan 208,33

Gunting 5 5.000,00 25.000,00 0,00 12 bulan 2.083,33

Pisau pemotong adonan 2 10.000,00 20.000,00 0,00 24 bulan 833,33

Toples 10 Kg 3 24.000,00 72.000,00 0,00 36 bulan 2.000,00

Toples 5 Kg 2 12.000,00 24.000,00 0,00 36 bulan 666,67


(7)

54

Lampiran 8. Daftar Biaya Bahan Baku dan Bahan Tambahan Lainnya (4 Kali Proses Produksi) dalam 1 Bulan di Saluran I

Produsen Biaya Pengolahan (Rp/Bulan) Satuan Harga/ Satuan Total Harga

Daun Jeruju (Bahan Baku) 200 Gram 1.500,00 12.000,00

Tepung Terigu 2.000 Gram 8.000,00 64.000,00

Minyak Goreng 2.000 Gram 12.500,00 100.000,00

Bumbu 200 Gram 2.500,00 20.000,00

Telur 2 Biji 1.250,00 10.000,00

Mentega 150 Gram 1.000,00 12.000,00

Gas 1.000 Gram 20.000,00 26.666,67

Koran 1.000 Gram 5.000,00 10.000,00

Total Biaya 242.666,67

Lampiran 9. Daftar Biaya Pengemasan Kue Bawang Mangrove (4 Kali Proses Produksi) dalam 1 Bulan di Saluran I dan 2

Produsen Biaya Pengemasan Jumlah Rp/ Bks Harga (Rp)

Plastik 1.000 35,00 35.000,00

Cetak Label 88 200,00 17.600,00


(8)

55

Lampiran 10. Daftar Biaya Transport (4 kali produksi) dalam 1 Bulan di Saluran I

Pengecer Biaya Total Biaya

Transport 24.000,00

Lampiran 11. Daftar Biaya Transport (4 kali produksi) dalam 1 Bulan di Saluran II

Tingkat 1 kali Produksi (Rp) 4 kali produksi (Rp)

Produsen 20.000,00 80.000,00

Pedagang Pengumpul 16.000,00 64.000,00

Pedagang Pengecer 00 00


(9)

56

Lampiran 12. Perhitungan Analisis Price Spread (4 kali produksi) dalam 1 Bulan

Pemasaran I Komponen Biaya Price Spread (Rp/bulan) Share Margin (%)

Harga jual produsen (88 Bks@Rp 5.000) 440.000,00 71,43

Biaya :

Alat-Alat Pengolahan 50.564,53 8,21

Bahan Baku 12.000,00 1,95

Bahan Lainnya 230.666,67 37,45

Pengemasan 52.600,00 8,54

Total Biaya 345.831,20 56,14

Marjin Pemasaran 94.168,80 15,29

Harga Beli Pengecer (88 Bks@Rp 5.000) 440.000,00 Harga Jual Pengecer (88 Bks@Rp 7.000) 616.000,00

Biaya Transport 24.000,00 3,90

Keuntungan Pengecer 152.000,00 24,67

Marjin Pemasaran 176.000,00 28,57

Harga Beli Konsumen 616.000,00 100,00


(10)

57

Pemasaran II Komponen Biaya Price Spread (Rp/bulan) Share Margin (%)

Harga jual produsen (88 Bks@ Rp 7000) 616.000,00 58,33 Biaya :

Alat-Alat Pengolahan 50.564,53 4,79

Bahan Baku 12.000,00 1,14

Bahan Lainya 230.666,67 21,84

Pengemasan 52.600,00 4,98

Transport 80.000,00 7,58

Total Biaya 425.831,20 40,32

Marjin Pemasaran 190.168,80 18,01

Harga Beli Pengumpul (88 Bks@Rp 7.000) 616.000,00 Harga Jual Pengumpul (88 Bks@Rp 10.000) 880.000,00 Biaya:

Transport 64.000,00 6,06

Keuntungan Pengumpul 200.000,00 18,94

Marjin Pemasaran 264.000,00 25,00

Harga Beli Pengecer (88 Bks@Rp 10.000) 880.000,00 Harga Jual Pengecer (88 Bks@Rp 12.000) 1.056.000,00

Marjin Pemasaran 176.000,00 16,67


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Angipora, M.P. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Anonimous. 2014. UKM. MedanBisnisDaily.com. diakses 20-02-2014

Anoraga, Pandji. 1997. Manajemen Bisnis. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir. Medan Dharmmesta, Basu Swastha dan T. Handoko. 2008. Manajemen Pemasaran

“Analisa Perilaku Konsumen”. Yoyakarta: BPFE- Yogyakarta. Fatimah, Siti Nurulita. 2011. Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum

L.) di Kabupaten Wanosobo. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. USU Press, Medan.

Lumban Toruan, Sri Yanthi Lantika. 2007. Analisis Pemasaran Jeruk Manis Di Desa Beganding, Kec. Simpang IV, Kab. Karo Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pasaribu, Ali Musa. 2012. Perencanaan & Evaluasi Proyek Agribisnis (Konsep& Aplikasi). Yogyakarta: Lily Publisher.

Priyono, Aris. 2010. Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta: PT. Gramedia.


(12)

Persada.

.1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press . 2004. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press

Sunarto, 2003. Prinsip-prinsip pemasaran. Yogyakarta : AMUS Yogyakarta Suryono, Ahmad. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove Sang Penyelamat

Pulau. Yogyakarta : Pustaka Baru Pres

Swastha, B. 1992. Konsep dan Strategi Analisa Kuantitatif Saluran Pemasaran. Yogyakarta: BPFE


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Wilayah

Metode penentuan wilayah dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kampung Nelayan, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara karena merupakan salah satu daerah yang memiliki luas hutan mangrove dan merupakan daerah yang memproduksi produk olahan berbahan dasar mangrove dilihat dari tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Tabel 3.1 Data Luas Areal Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2009

Kabupaten / Kota Luas (Ha)

Asahan Deli Serdang Medan Sibolga Tanjung Balai Labuhan Batu Langkat Mandailing Natal Nias Nias Selatan Serdang Bedagai Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah 8.287.43 3.105.238 1.369.461 68.309 74.977 1.022.603 17.597.498 861.266 1.263.943 7.372.433 1.101.195 22.058 2.223.382

Total 50.369.793


(14)

Tabel 3.2 Kabupaten yang Memanfaatkan Mangrove No Kabupaten/ Kota Luas Hutan Mangrove

(Ha)

Jenis Produk Olahan

1. Deli Serdang 3.105.238 Sirup

2. Medan 1.369.461 Kue bawang jeruju

3. Serdang Bedagai 1.101.195 Kerupuk jeruju, dodol, selai, selimut api-api, dan sirup mangrove

Sumber:Hasil Survey, 2014

3.2 Metode Pemilihan Sampel 3.2.1 Produsen

Pemilihan sampel untuk tingkat produsen digunakan cara sensus dimana Industri Rumah Tangga (IRT) Kelompok Tunas Muda dijadikan sampel karena merupakan satu-satunya industri yang mengolah produk olahan mangrove di Kecamatan Medan Belawan dan beranggota 9 orang.

3.2.2 Lembaga pemasaran

Penentuan sampel lembaga pemasaran dilakukan dengan menggunakan metode snow ball sampling atau penelusuran alur pemasaran yaitu dengan memperoleh informasi dari produsen pengolahan mangrove kemudian menelusuri pedagang-pedagang yang terkait dengan pemasaran tersebut hingga sampai pada konsumen akhir.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder berasal dari informasi baik dari instansi pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini, sedangkan


(15)

data primer berupa wawancara dan pengisian kuisioner dengan pengusaha produk olahan mangrove dan lembaga pemasaran produk olahan mangrove.

3.4Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 dan 2 digunakan analisi deskriptif (dengan cara menggambarkan) berdasarkan survey di daerah penelitian yaitu dengan menganalisis:

a. Jenis-jenis saluran pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yang terdapat didaerah penelitian.

b. Fungsi-fungsi pemasaran yang digunakan pedagang.

Untuk menyelesaikan masalah 3, yaitu biaya pemasaran dan marjin pemasaran produk olahan mangrove di tingkat lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran di Medan Belawan, yaitu dengan menghitung besarnya biaya, marjin pemasaran, sebaran harga (price spread) dan share margin tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran terpilih, dengan bantuan rumus :

a. Biaya Pemasaran

Bp = Bp1 + Bp2 + ... + Bpn Keterangan :

Bp = Biaya pemasaran produk olahan mangrove

Bp1+...+Bpn = Biaya pemasaran produk olahan mangrove di tiap-tiap lembaga pemasaran ke-n

b. Keuntungan Pemasaran Kp = Kp1 + Kp2 + ... + Kpn


(16)

Kp = Keuntungan pemasaran produk olahan mangrove

Kp1+…+Kpn = Keuntungan pemasaran produk olahan mangrove di tiap lembaga pemasaran ke-n

c. Marjin Pemasaran

M = Pr – Pf atau M = Bp + Kp Keterangan :

M = Marjin pemasaran produk olahan mangrove

Pr = Harga produk olahan mangrove yang ditingkat konsumen Pf = Harga produk olahan mangrove yang ditingkat produsen Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg)

Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg) d. Persentase Margin (Share Margin)

Sm = Pp

Pkx100%

Keterangan :

Sm = Share margin dihitung dalam %

Pp = Harga yang diterima produsen, pedagang ke-I dan harga pada setiap komponen biaya pemasaran

Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir

e. Sebaran Harga atau Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya – biaya tataniaga menurut komponen biaya yang sama.

Untuk menyelesaikan permasalahan ke 4, yaitu mengetahui nilai efisiensi pemasaran pada masing-masing produk pangan olahan, dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan rumus:


(17)

Ep = Biaya Pemasaran

Nilai Produk yang DipasarkanX100%

Keterangan :

Ep = Efisiensi pemasaran (marketing efficiency)

Berdasarkan keterangan yang dibuat oleh Gultom (1996), pada umumnya suatu sistem tataniaga untuk (sebagian) produk hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani berada di atas 50%.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Produsen dalam penelitian adalah Industri Rumah Tanga (IRT) Kelompok Tunas Muda yang merupakan pengusaha produk olahan mangrove.

2. Pemasaran kue bawang mangrove adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan produksi fisik kue bawang mangrove dari produsen / petani kepada konsumen akhir.

3. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

4. Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke


(18)

5. Fungsi – fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh setiap lembaga pemasaran belimbing akan menimbulkan biaya – biaya pemasaran.

6. Biaya pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran (dalam hal ini pedagang) dalam menyalurkan belimbing dari petani ke konsumen akhir

7. Keuntungan pemasaran adalah selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran.

8. Price spread adalah sebaran harga yang dikelompokkan berdasar atas

komponen biaya yang sama.

9. Margin pemasaran adalah selisih antara harga beli konsumen dengan harga jual pedagang.

10. Share margin adalah bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen.

11. Efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan pemasaran.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kampung Nelayan Lingkungan 12 Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan.

2. Sampel penelitian adalah Produsen yaitu Kelompok Tunas Muda dan Lembaga pemasaran yang terdapat dalam proses pemasaran produk olahan mangrove sampai ke tangan konsumen.


(19)

3. Jenis mangrove yang dijadikan kue bawang mangrove adalah mangrove jeruju (Achantus ilicifolius L).


(20)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARATERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Letak Geografis Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Nelayan Lingkungan 12 Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan. Dengan luas wilayah 110 Ha. Jumlah lingkungan sebanyak 31 lingkungan.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Belawan 1 adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Belawan Bahagia 3. Sebelah Timur Berbatasan dengan : Kelurahan Belawan II 4. Sebelah Barat berbatasan dengan : Laut

4.1.2 Kondisi Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Belawan 1 sebanyak 25.930 jiwa dengan Jumlah kepala keluarga sebanyak 7.121 kepala keluarga dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (orang)

1 Laki-laki 14.322

2 Perempuan 13.131

Total 25.930


(21)

Pada umumnya penduduk di Kelurahan Belawan 1 merupakan Nelayan dan Buruh. Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan Tahun 2014

No Pekerjaan Jumlah

(orang) Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Buruh Nelayan PNS TNI/POLRI

Karyawan Perusahaan Swasta Dokter

Bidan Advokat

Pedagang Keliling

Pengusaha Kecil, Menengah, Besar Tukang Cuci 1.390 1.232 147 125 405 2 31 1 61 432 123 34,98 31,00 3,70 3,15 10,19 0,05 0,78 0,03 1,53 10,87 3,10

12 Tukang Batu 25 0,623

Total 3.974 100.00

Sumber: Kantor Lurah Belawan 1

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana sangat menunjang pembangunan masyarakat Kelurahan Belawan 1. Bila sarana dan prasarana baik, maka pembangunan desa dan masyarakat akan semakin baik pula. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis fasilitas umum yang telah tersedia baik fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan maupun fasilitas peribadatan secara umum dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana

No Sarana Jumlah (unit)

1 Sarana Ibadah Mesjid Mushollah Gereja 8 14 5


(22)

Sambungan Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana

No Sarana Jumlah (Unit)

2 3 4 Sarana Kesehatan Posyandu Balita Posyandu Lansia Rumah Sakit

Praktek dokter/ Bidan Sarana Pendidikan PAUD

SD Negeri SD Swasta

Madrasah Ibtidaiyah Swasta SLTP Swasta

SMU Swasta SMK Swasta

Taman Bacaan/ Perpustakaan

12 2 1 9 2 5 5 3 5 1 1 1 Sumber: Kantor Lurah Belawan 1

4.2 Karakteristik Sampel 4.2.1 Produsen/ Pengolah

Produsen sampel merupakan produsen/ pengolah yang mengusahakan produk olahan mangrove di daerah Belawan. Produsen sampel yang diteliti di daerah penelitian diperoleh adalah Kelompok Tunas Muda yang beranggotakan 9 orang.

Tabel 4.4 Daftar Nama Anggota Kelompok Tunas Muda

No Nama Umur (Tahun) Pendidikan Jumlah Anak

1 Misnah 64 SD 5

2 Yuni 34 SD 2

3 Camellia 32 SD 3

4 Sunarti 35 SMP 2

5 Salbiayati 35 SD 3

6 Mamar 32 SMP 3

7 Lisnawati 34 SMA 2

8 Nova 33 S1 2

9 Ernatati 32 S1 2


(23)

4.2.2 Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang membeli langsung produk olahan mangrove dari produsen/ pengolah dan menjualnya kepedagang besar maupun pedagang pengecer. Pedagang sampel yang diteliti diperoleh dengan bertanya langsung ke produsen/ pengolah kemana produk olahan mangrove tersebut dijual. Pedagang pengumpul yang menjual kue bawang mangrove dari kampung nelayan yaitu Pak Fuad (45 tahun).

4.2.3 Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer merupakan pedagang yang membeli produk olahan mangrove dari pedagang pengumpul maupun langsung diperolah dari pengolah yang kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Lembaga dan Saluran Pemasaran. Pedagang pengecer yang menjual kue bawang mangrove dari kampung nelayan yaitu buk Aminah (32 tahun)


(24)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Pemasaran Produk Olahan Mangrove Di Daerah Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui pola saluran pemasaran kue bawang mangrove di Belawan. Saluran pemasaran merupakan jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan meyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Adanya pola saluran pemasaran ini akan mempengaruhi besar kecilnya biaya pemasaran serta besar kecilnya harga yang dibayarkan oleh konsumen. Saluran pemasaran adalah suatu jalur yang dilalui oleh serangkaian lembaga pemasaran untuk menyampaikan produk dari produsen ke konsumen. Pola saluran pemasaran kue bawang mangrove dapat diketahui dengan cara mengikuti arus pemasaran kue bawang mangrove mulai dari produsen hingga sampai kepada konsumen.

Berdasarkan penelitian, pola saluran pemasaran kue bawang mangrove di Belawan dapat dilihat:

1. Pola saluran pemasaran I

Tunas Muda Pengecer Konsumen

Pada saluran I setelah produksi, produsen menjual hasil olahan mereka langsung ke pedagang pengecer, kemudian pedagang pengecer menjualnya langsung ke konsumen.

2. Pola saluran pemasarn II


(25)

Pada saluran II setelah produksi, produsen menjual hasil olahan mereka ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjualnya ke toko oleh-oleh di medan yang menjual langsung ke konsumen.

5.2Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing–masing lembaga pemasaran berfungsi untuk memperlancar proses penyampaian hasil produksi kue bawang mangrove dari produsen hingga pada akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Pada lembaga pemasaran tidak semua fungsi pemasaran dilakukan.

Fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan pedagang berbeda – beda. Fungsi pemasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Fungsi-fungsi Pemasaran yang Telah Dilakukan Oleh Masing Masing Lembaga Pemasaran Kue Bawang Mangrove

Fungsi-fungsi Pemasaran

Tunas Muda (Produsen)

Pengecer Pengumpul

Penjualan   

Pembelian X  

Penyimpanan  X 

Pengangkutan 0  0

Pemrosesan Pengemasan X  X X X X

Standarnisasi X X X

Pembiayaan X X X

Resiko X  

Informasi Pasar X X X

Sumber: Analisis Data Primer Keterangan :

 : Melakukan fungsi X : Tidak melakukan fungsi


(26)

Ada empat proses pemasaran yang dilakukan oleh produsen yaitu penjualan, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan. Pada saluran I dan II, fungsi penjualan dilakukan produsen dengan menjual produk olahan ke pedagang pengecer pada saluran I dan pedagang pengumpul pada saluran II.

Fungsi penyimpanan dilakukan produsen apabila setelah melakukan produksi, kue bawang mangrove yang di produksi tidak langsung dijual ke pedagang pengecer dan pedagang pengumpul pada hari itu juga setelah produksi.

Fungsi pengangkutan pada saluran I tidak dilakukan oleh produsen karena pedagang pengecer datang ketempat pengolahan produksi kue bawang mangrove. Dan pada saluran II produsen melakukan fungsi pengangkutan karena produsen mengantar langsung ke pedagang pengumpul.

Ada empat fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengecer yaitu penjualan, pembelian, pengangkutan, resiko. Fungsi penjualan pada saluran I dan saluran 2 sama yaitu menjual langsung kue bawang mangrove ke konsumen. Fungsi pembelian, pengecer membeli langsung kue bawang mangrove ke produsen, sedangkan pada saluran II pengecer membeli kue bawang mangrove ke pedagang pengumpul.

Fungsi pengangkutan pada saluran I dilakukan pengecer karena datang langsung ketempat pengolahan, pada saluran II pengecer tidak melakukan fungsi pengangkutan karena pedagang pengumpul yang mengantar ke pengecer. Fungsi resiko dilakukuan pengecer pada saluran I karena membawa produk dari tempat pengolahan, sedangkan pada saluran II pengecer tidak melakukan fungsi resiko sebab produk dibawa langsung oleh pengumpul.


(27)

Ada lima fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu penjualan, pembelian, penyimpanan, pengangkutan, resiko. Fungsi penjualan pada saluran 2 yaitu menjual langsung kue bawang mangrove ke pedagang pengecer. Fungsi pembelian, pengumpul membeli langsung kue bawang mangrove ke produsen.

Fungsi pengangkutan kadang-kadang dilakukan pengumpul karena fungsi pengangkutan dari tempat pengolahan tidak dilakukan tetapi fungsi pengangkutan dilakukan dari tempat penyimpanan ke pedagang pengecer. Fungsi resiko dilakuan pengumpul sewaktu mengangkut produk dari tempat penyimpanan ke pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan kadang dilakukan disebabkan tidak tentunya produsen mengantar produk olahan ke tempat pengumpul.

5.3Biaya Pemasaran, Keuntungan, Marjin Pemasaran pada Setiap Saluran Pemasaran

Analisis pemasaran digunakan untuk melihat distribusi marjin yang terdiri dari biaya dan keuntungan. Untuk menganalisis biaya pemasaran, price spread dan marjin pemasaran perlu dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan pada tiap-tiap saluran pemasaran kue bawang mangrove di daerah penelitian.

a. Saluran I

Pola saluran pemasaran I dimana produsen memasarkan kue bawang mangrove ke pedagang pengecer kemudian diteruskan ke konsumen. Saluran pemasaran ini memang pendek karena lembaga pemasaran yang ikut hanya pengecer. Panjang pendeknya saluran pemasaran mempengaruhi besarnya biaya


(28)

Tabel 5.2 Sebaran Harga (Price Spread ) dan Share Margin Kue Bawang Mangrove Saluran I, (4 Kali Produksi) dalam I Bulan

No Komponen Biaya Satuan Harga (Rp)

Price Spread

(Rp)

Share Margin (%) 1 Harga jual produsen 88 bks 5.000 440.000,00 71,43

Biaya :

Alat-alat pengolahan 50.564,53 8,21

Bahan baku 12.000,00 1,95

Bahan lainnya 230.666,67 37,45

Pengemasan 52.600,00 8,54

Total biaya 345.831,20 56,14

Marjin pemasaran 94.168,80 15,29

2 Harga beli pengecer Harga jual pengecer

88 bks 5.000 7.000

440.000,00 616.000,00

Biaya Transport 24.000,00 3,90

Keuntungan 152.000,00 24,67

Marjin Pemasaran 176.000,00 28,57

3 Harga beli konsumen 88 bks 7.000 616.000,00 100,00

Sumber: Lampiran 12 dan Hasil Olah (Lampiran 7,8,9,10,11)

Karena produsen menjual kue bawang mangrove per bungkus dengan berat kue bawang mangrove perbungkus adalah 1 (satu) ons/bungkus sehingga dengan pengolahan 2 ons daun jeruju menghasilkan 22 bungkus kue bawang mangrove satu kali pengolahan dalam seminggu sehingga dalam sebulan dengan 4 kali pengolahan menghasilkan 88 bungkus kue bawang mangrove.

Dari tabel price spreads didapat bahwa harga jual kue bawang mangrove di tingkat petani/produsen adalah Rp 440.000/88 bungkus dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 345.831,20/88 bungkus sehingga marjin pemasaran yang diperoleh oleh produsen sebanyak Rp 94.168,80 untuk 88 bungkus. Harga tersebut diperoleh dari penjumlahan dari biaya-biaya produksi seperti biaya pengolahan, bahan baku, bahan lainnya, dan pengemasan. Pada usaha kelompok Tunas Muda melakukan 4 kali pengolahan dalam sebulan dengan 8 ons daun


(29)

mangrove. Dan share margin untuk produsen yang diperoleh sebesar 71,43% dimana untuk share biaya sebesar 56,14% dan share margin pemasaran 15,29%, karena share produsen digunakan untuk membandingkan tingkat perbedaan antara harga yang di jual produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen.

Sedangkan untuk tingkat pedagang pengecer harga beli pengecer ke produsen untuk 88 bungkus kue bawang mangrove sebesar Rp 440.000 dan harga jual ke konsumen Rp 616.000/88 bungkus. Dengan biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran kue bawang mangrove sebesar Rp 24.000 untuk biaya transport sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 152.000. Dan share margin untuk pengecer yang diperoleh sebesar 24,67 % di keuntungan dan 3,90 % di biaya transport dengan share margin pemasaran sebesar 28,67%.

b. Saluran II

Pola saluran pemasaran II dimana produsen memasarkan kue bawang mangrove ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer dan diteruskan ke konsumen. Saluran pemasaran ini termasuk panjang karena lembaga pemasaran yang ikut yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Panjang pendeknya saluran pemasaran mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Marjin pemasaran saluran II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3 Sebaran Harga (Price Spread ) dan Share Margin Kue Bawang Mangrove Saluran II, (4 Kali Produksi) dalam I Bulan No Komponen Biaya Satuan Harga

(Rp)

Price Spread

(Rp)

Share Margin(%) 1 Harga jual produsen 88 bks 7.000 616.000,00 58,33

Biaya :

Alat-alat pengolahan 50.564,53 4,79


(30)

Sambungan Tabel 5.3

Sebaran Harga dan Share Margin Kue Bawang Mangrove Saluran II, (4 Kali Produksi) dalam I Bulan

No Komponen Biaya Satuan Harga (Rp) Price Spread (Rp) Share Margin (%)

Transport 80.000,00 7,58

Total biaya 425.831,20 40,32

Marjin Pemasaran 190.168,80 18,01

2 Harga beli pengumpul 88 bks 7.000 616.000,00 Harga jual pengumpul 88 bks 10.000 880.000,00 Biaya:

Transpor 64.000,00 6,06

Keuntungan 200.000,00 18,94

Marjin Pemasaran 264.000,00 25,00

3 Harga beli pengecer Harga jual pengecer

88 bks 88 bks 10.000 12.000 880.000,00 1.056.000,00

Marjin Pemasaran 176.000,00 16,67

4 Harga beli konsumen 88 bks 12.000 1.056.000,00 100,00

Sumber:Lampiran 12 dan Hasil Olah (Lampiran 7,8,9,10,11)

Dari tabel price spreads didapat bahwa harga jual kue bawang mangrove di tingkat petani/produsen adalah Rp 616.000/88 bungkus dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 425.831,20/88 bungkus sehingga keuntungan yang diperoleh oleh produsen sebanyak Rp 190.168,80 untuk 88 bungkus. Harga tersebut diperoleh dari penjumlahan dari biaya-biaya produksi seperti biaya pengolahan, bahan baku, bahan lainnya, pengemasan dan transport. Pada usaha kelompok Tunas Muda melakukan 4 kali pengolahan dalam sebulan dengan 8 ons daun mangrove. Dan share margin untuk produsen yang diperoleh sebesar 58,33%, dimana untuk share biaya sebesar 40,32% dan share margin pemasaran 18,01%, karena share produsen digunakan untuk membandingkan tingkat


(31)

perbedaan antara harga yang di jual produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen.

Sedangkan tingkat pedagang pengumpul harga beli pengumpul ke produsen untuk 88 bungkus kue bawang mangrove sebesar Rp 616.000 dan harga jual ke konsumen Rp 880.000/88 bungkus. Dengan biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran kue bawang mangrove hanya biaya transport yaitu sebesar Rp 64.000 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 200.000. Dan share margin untuk pengumpul yang diperoleh sebesar 18,94 % di keuntungan dan 6,06 % di biaya transport dan share margin pemasaran sebesar 25%.

Sedangkan untuk tingkat pedagang pengecer harga beli pengecer ke produsen untuk 88 bungkus kue bawang mangrove sebesar Rp 880.000 dan harga jual ke konsumen Rp 1.056.000/88 bungkus. Dengan biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran kue bawang mangrove tidak ada sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 176.000. Dan share margin untuk pengecer yang diperoleh sebesar 16,67 % di pemasaran.

Profit marjin dihitung untuk melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh setiap lembaga yang melakukan proses pemasaran kue bawang mangrove. Tabel perhitungan profit yang diperoleh dapat dilihat di tabel 5.4.

Tabel 5.4 Profit Margin Kue Bawang Mangrove di Setiap Tingkat (4 Kali Produksi) dalam I Bulan

Tingkat Profit Margin

Saluran I Produsen

Pedagangan pengecer

94.168,80 152.000,00


(32)

Sambungan Tabel 5.4

Profit Margin Kue Bawang Mangrove di Setiap Tingkat (4 Kali Produksi dalam I Bulan

Tingkat Profit Margin

Saluran II Produsen

Pedagang pengumpul

190.168,80 200.000,00

Pedagang pengecer 176.000,00

Total 566.168,80

Sumber: Hasil Olah (Lampiran 7,8,9,10,11)

Dari tabel diatas, pada saluran I, profit marjin diperoleh Rp 94.168,80 untuk tingkat produsen dan Rp 152.000,00 untuk tingkat pengecer.

Pada saluran II, profit marjin untuk produsen diperoleh sebesar Rp 190.168,80 untuk pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp 200.000 dan

padagang pengecer memperoleh profit marjin sebesar Rp 176.000.

Total biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran kue bawang mangrove dapat dilihat ditabel 5.5.

Tabel 5.5 Sebaran Biaya Kue Bawang Mangrove di Setiap Tingkat (4 Kali Produksi) dalam I Bulan

Saluran I Tingkat Komponen Biaya Total

Produsen Alat-alat pengolahan 50.564,53 Bahan baku

Bahan lainnya

12.000,00 230.666,67

Pengemasan 52.600,00

Pedagang pengecer Biaya transport 24.000,00

Total biaya 369.831,20

Saluran II Tingkat Komponen biaya Total

Produsen Alat-alat pengolahan 50.564,53 Bahan baku

Bahan lainnya

12.000,00 230.666,67

Pengemasan 52.600,00

Transport 80.000,00

Pedagang pengumpul Transport 64.000,00

Pedagang pengecer 0,00

Total biaya 489.831,20


(33)

Total biaya paling besar diperoleh di saluran II sebesar Rp 489.831,20 sedangakan pada saluran I sebesar Rp 369.831,20. Hal ini disebakan pada saluran II lebih banyak mengeluarkan biaya pemasaran seperti biaya alat-alat pengolahan, bahan baku, bahan lainnya, pengemasan dan transport di tingkat produsen sedangkan pengumpul mengeluarkan biaya transport saja untuk mengantar kue bawang mangrove ke pedagang pengecer, dan pengecer tidak mengeluarkan biaya apapun. Dan saluran pemasaran yang terjadi pada saluran II lebih panjang dibandingkan pada saluran I karena saluran pemasaran 1 hanya ada 2 lembaga saja yaitu produsen dan pengecer yang masing-masing lembaga juga mengeluarkan biaya yaitu tingkat produsen biaya yang dikeluarkannya untuk biaya biaya alat-alat pengolahan , bahan baku, bahan lainnya dan pengemasan. Sedangkan pengecer hanya mengeluarkan biaya transport.

Tabel 5.6 Rekapitulasi Share Margin dan Distribusi Marjin Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Setiap Tingkat (4 Kali Produksi) dalam I Bulan

Saluran I Komponen Biaya Share Margin Distribusi

Margin (%)

Transportasi 24.000,00 86,36

Profit 152.000,00 13,64

Total Marjin Pemasaran 176.000,00 100,00

Saluran II Komponen Biaya Share Margin Distribusi

Margin (%)

Transportasi 64.000,00 14,55

Profit 376.000,00 85,46

Total Marjin Pemasaran 440.000,00 100,00 Sumber: Hasil Olah (Lampiran 7,8,9,10,11)

Pada tabel 5.6 diperoleh perbedaan marjin pemasaran dari saluran I dan II. Perbedaan marjin ini diperoleh dari perbedaan harga jual pada tingkat petani. Biaya yang memperoleh marjin paling besar adalah keuntungan pada saluran I dan


(34)

5.4Efisiensi Pemasaran pada setiap saluran pemasaran

Berdasarkan uraian-uraian biaya pemasaran dan margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran kue bawang mangrove diatas, maka dapat dihitung besarnya efisiensi pemasaran (EP) kue bawang mangrove dari setiap saluran pemasaran yang ada. Dari nilai EP yang diperoleh akan dilihat efisiensi pemasaran belimbing dengan menggunakan kriteria yang dijelaskan oleh Gultom (1996), yaitu :

• apabila Ep > 50% maka pemasaran tidak efisien, • apabila Ep < 50% maka pemasaran efisien.

Saluran I Ep= 176 .000 ,00

616 .000 ,00�100% = 28,57% (efesian)

Dari perhitungan efisiensi pada saluran I, diperoleh 28,57 > 50%, sehingga pada saluran I pemasaran efisien, karena biaya pemasaran di saluran I lebih kecil ketimbang nilai produk yang dipasarkan disaluran I.

a. Saluran II Ep= 440 .000 ,00

1.056 .000 ,00�100% = 41,67% (efisien)

Dari perhitungan efisiensi pada saluran II, diperoleh 41,67 > 50%, sehingga pada saluran II pemasaran efisien, karena biaya pemasaran di saluran II lebih kecil ketimbang nilai produk yang dipasarkan disaluran II.


(35)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dalam menganalisis pemasaran kue bawang mangrove di kampung Nelayan Lingkungan 12 Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat dua saluran pemasaran kue bawang mangrove di daerah penelitian yang dilakukan produsen Tunas Muda untuk menyampaikan hasil olahannya yaitu:

a. Pola saluran pemasaran I

Tunas Muda Pengecer Konsumen b. Pola saluran pemasarn II

Tunas Muda Pengumpul Pengecer Konsumen

2. Fungsi-fungsi pemasaran dalam memasarkan kue bawang mangrove yang dilakukan setiap lembaga adalah:

a. Tunas Muda: sebagai produsen yang mengolah mangrove menjadi kue bawang mangrove melakukan fungsi penjualan pada saluran I dan saluran II, melakukan Fungsi pengangkutan pada saluran II dan melakukan fungsi penyimpanan.

b. Pedagang pengumpul: melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan dan resiko.


(36)

d. Total biaya pemasaran yang paling besar adalah di saluran II sebesar Rp. 489.831,20; keuntungan yang paling besar diperoleh di saluran II sebesar Rp. 566.168,80; dan marjin pemasaran terbesar untuk tingkat produsen lebih besar di saluran I sebesar 15,29% dan untuk marjin pemasaran keseluruhan antara saluran I dan II yang paling besar adalah di saluran II sebesar Rp 440.000,00.

e. Dari perhitungan efisiensi pada saluran I dan II, diperoleh bahwa saluran pemasaran kue bawang mangrove untuk kedua saluran tersebut efisien.

6.2 Saran

Bagi produsen atau Tunas Muda, khususnya di Kampung Nelayan, Lingkungan 12 Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan, diharapkan mempunyai relasi yang tinggi dengan pedagang lain agar mereka dapat mengetahui perkembangan harga produk olahan mangrove dan nilai kandungan gizi yang ada di kue bawang mangrove supaya dapat mempertimbangkan ekonomi yang akan mereka peroleh.

Bagi pemerintah diharapkan dapat lebih memperbaiki infrastruktur demi perbaikan jalur pemasaran kue bawang mangrove dari Kampung Nelayan, Lingkungan 12 Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan dan juga memperbanyak penelitian tentang kandungan gizi yang terdapat di produk olahan mangrove dan mensosialisasikan bahwa makanan dan minuman yang dihasilkan dari olahan mangrove aman dan sehat untuk dikomsumsi.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan aspirasi produsen akan pentingnya informasi mengenai harga dan tempat pemasaran kue


(37)

bawang mangrove. Selain itu, peneliti dapat memperdalam informasi mengenai total biaya secara lebih rinci dari setiap tingkat pelaku pemasaran.


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN.

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Sekilas Tentang Mangrove

Mangrove adalah jenis tanamanan dikotil yang hidup di habitat payau. Kelompok pohon di daerah mangrove bisa terdiri atas suatu jenis pohon tertentu saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang dapat hidup di air asin. Hutan mangrove bisa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 320 Lintang Utara dan 380

Kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik (Suryono, 2013).

Lintang Selatan.

Pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber bahan pangan belum banyak diketahui. Banyak spesies mangrove yang secara tradisional sudah dikomsumsi oleh masyrakat pesisir. Namun pemanfaatan mangrove sebagai bahan pangan hanya bersifat insidentil atau dalam keadaan darurat jika terjadi krisis pangan. Sebenarnya ada buah mangrove yang dapat secara spesifik dimanfaatkan B. Gymnorrhiza (lindur). Buah mangrove jenis lindur dapat dieksplorasi menjadi bahan pangan alternatif. Buah lindur yang diolah menjadi


(39)

tepung kandungan gizinya terutama karbohidrat sangat dominan sehingga bisa dieksplorasi menjadi sumber pangan baru berbasis sumber daya lokal mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga bisa membudidayakan mangrove jenis lindur ini disepanjang garis pantai (Priyono, 2010).

2.1.2 Mangrove Jeruju (Achantus ilicifolius L)

Jeruju merupakan spesies merambat yang bisa tumbuh hingga 2 m. Banyak ditemukan pada tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantaran sungai. Seringkali dominan di area manggrove yang telah ditebangi. Ada tiga spesies utama di Asia Tenggara. Spesies Acanthus ilicifolius dan A. Eberacteatus, di Thailand dan Indonesia, daun spesies ini diolah menjadi teh herbal karena memiliki khasiat obat. Jenis yang tidak berduri biasanya dijadikan sebagai makanan ternak. Nilai nutrisinya belum banyak diketahui oleh masyarakat pesisir.

Bunga berwarna ungu atau putih diserbukkan oleh lebah dan burung kecil. Biji berukuran kecil dengan warna hijau mengkilat, dan berbentuk oval.

2.1.3 Karakteristik Pembuatan Kue Bawang Mangrove.

Tata cara pembuatan kue bawang mangrove sama halnya dengan pembuatan kue bawang pada umumnya tetapi kue bawang mangrove yang diproduksi oleh Kelompok Tunas Muda mempunyai tambahan bahan yaitu menambahkan daun mangrove jenis jeruju sebagai pengganti daun sup.

Ada beberapa tahap untuk memperlancar usaha pembuatan kue bawang mangrove yang dilakukan kelompok tunas muda jika memproduksi 2 (dua) kg kue bawang mangrove, antara lain penyediaan bahan baku, penyediaan alat-alat usaha pembuatan kue bawang mangrove, proses pembuatan kue bawang mangrove, dan


(40)

a. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku dalam pembuatan 2 kg kue bawang mangrove yaitu menyediakan daun jeruju mangrove sebanyak 2 ons sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue bawang mangrove, kemudian menyediakan bumbu-bumbu masaknya yaitu bawang merah dan bawang putih sebanyak 2 ons, telur ayam 2 biji, mentega 1 setengah ons, tepung terigu 2 kg, dan garam secukupnya.

b. Peralatan Usaha Pembuatan Kue Bawang Mangrove

Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan kue bawang mangrove adalah sebagai berikut :

1. Kompor gas dan tabung gas, sebagai alat untuk tempat memanaskan wajan penggorengan.

2. Wajan penggorengan digunakan sebagai media memasak kue bawang mangrove.

3. Tampah, sebagai media untuk tempat pendinginan kue bawang yang telah digoreng, tempat pembersihan duri daun jeruju

4. Blender, sebagai alat untuk memblender bumbu masak dan daun jeruju 5. Panci, sebagai alat untuk merebus daun jeruju yang telah dibersihkan dari

duri-duri daun jeruju

6. Ember, sebagai alat untuk mencuci peralatan masak dan tempat mencuci daun jeruju sebelum direbus.

7. Mesin spiner peniris minyak, untuk meniriskan minyak agar cepat kering dan bisa langsung dikemas.


(41)

9. Hand seller, sebagai alat untuk pengemas bungkus kemasan kue bawang mangrove.

10. Sendok goreng, sebagai alat untuk menyangrai kue bawang. 11. Serokan, untuk mengangkat kue bawang yang telah matang.

12. Ayakan tepung, untuk mengayak tepung agar bersih dari kotoran dan gumpalan tepung.

13. Gunting, untuk menggunting duri daun jeruju.

14. Pisau, untuk memotong daun jeruju dan memotong adonan agar rapi stelah di cetak.

15. Toples, sebagai media penyimpanan kue bawang sebelum dan sesudah dikemas.

16. Koran, sebagai media peniris minyak dan media mendinginkan kue bawang.

17. Timbangan, sebagai alat untuk mengukur berat bahan yang akan digunakan dan mengukur setiap bungkus kue bawang.

c. Proses Pembuatan Kue Bawang Mangrove

1. Siapkan bumbu masak kemudian di blender hingga halus.

2. Daun jeruju yang telah dibersihkan dari duri di rebus, setelah direbus dibiarkan dingin sebelum daun jeruju di blender, dengan catatan daun jeruju tersebut tidak hancur.

3. Sediakan ember sebagai tempat pengayakan tepung, kemudian masukkan bumbu-bumbu masak, mentega, telur ayam, dan jeruju yang sudah diblender, kemudian adon adonan tersebut sampai kalis atau merata.


(42)

4. Cetak adonan dengan menggunakan ampia, agar adonan menjadi tipis dan bisa dibentuk.

5. Setelah dibentuk sesuai dengan selera, adonan tersebut digoreng di dalam wajan yang berisi minyak panas, setelah bewarna adonan yang dibentuk di angkat dengan menggunakan serokan kemudian ditiriskan dengan menggunakan mesin spinner penyaring minyak.

6. Setelah kue bawang tersebut kering, kue bawang siap dibungkus sesuai berat yang diminta pedagang untuk setiap bungkus kue bawang mangrove. d. Pemasaran Kue Bawang Mangrove

Pemasaran merupakan tahap yang paling akhir dan penting dalam usaha industri. Karena dengan pemasaran maka kue bawang mangrove dapat sampai pada konsumen sehingga kebutuhan akan kue bawang mangrove terpenuhi. Selain itu, karena kue bawang mangrove dapat terjual sehingga produsen kue bawang mangrove juga mampu memperoleh pendapatan. Usaha industri kue bawang mangrove di kampung Nelayan mengalami kesulitan dalam memasarkan kue bawang mangrove, hal ini dikarenakan lokasi produsen dengan pasar kios-kios pedangang terlalu jauh dan sulit dijangkau, masyarakat belum mengetahui kandungan gizi kue bawang mangrove, walaupun saat ini mempunyai langganan sendiri kelompok Tunas Muda masih memerlukan saran untuk perbaikan produksi kue bawang mangrove.

Kue bawang mangrove biasanya dipasarkan langsung ke kios-kios jajanan oleh produsen. Selain lewat pedagang pengecer juga ada yang memasarkan kue bawang mangrove ke pedagang pengumpul. karena menurut mereka dengan lewat lembaga pemasaran maka kue bawang mangrove pasti laku dan habis terjual.


(43)

Tetapi produsen tidak menjual kue bawang mangrove langsung ke konsumen. Hal ini biasanya karena permintaan dari konsumen sendiri. Konsumen meminta produsen kue bawang mangrove untuk dibuatkan kue bawang mangrove yang nantinya akan digunakan konsumen untuk oleh-oleh dan makanan ringan sewaktu lebaran.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemasaran

Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manjerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Sunarto, 2003).

Sehingga dapat diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas daripada arti penjulan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifisir kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran/penjulan produk tersebut. Jadi, kegitan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem (Dharmmesta dan Handoko, 2008 ).

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna pemilikan (possession utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami


(44)

kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002).

2.2.2 Saluran dan Lembaga Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Sedangkan lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir.

Menurut Angipora (1999), ada beberapa bentuk saluran yang ada dan digunakan yaitu:

1. Produsen-Konsumen

Saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana karena tampa perantara. Produsen dapat menawarkan barang atau jasa kepada konsumen langsung. Saluran ini disebut sebagai saluran tataniaga langsung. Bentuk saluran ini tidak memerlukan tambahan biaya yang akan dipergunakan untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan ini sangat disenangi oleh konsumen, karena harga biasanya lebih murah.

2. Produsen- Pengecer- Konsumen

Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen.


(45)

3. Produsen- Pedagang Besar- Konsumen

Jenis saluran ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tetapi tetap menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja, kemudian pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer hingga akhirnya sampai ditangan konsumen.

4. Produsen- Agen- Pedagang Besar- Pengecer- Konsumen

Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya sistem penjualan pedagang besar kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

5. Produsen- Agen- Pengecer- Konsumen

Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen.

Menurut Sudiyono (2004), lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani.


(46)

3. Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer.

4. Agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relative murah dibanding pengecer. 5. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.

2.2.3 Fungsi-fungsi Pemasaran

Lembaga pemasaran pada akhirnya melakukan kegiatan fungsi pemasaran yang meliputi kegiatan: pembelian, sorting atau grading (membedakan barang berdasarkan ukuran atau kualitasnya), penyimpanan, pengangkutan, dan processing (pengolahan). Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, akan melakukan fungsi pemasaran ini secara berbeda-beda. Karena perbedaan kegiatan dan biaya yang dilakukan, maka tidak semua kegiatan dalam fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran. Karena inilah, maka biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap tingkat lembaga pemasaran (Soekartawi, 1986).

Adapun fungsi pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Perdagangan (Merchandizing), perencanaan yang berkenaan dengan pemasaran barang/jasa yang tepat dalam jumlah yang tepat serta harga yang selaras, termasuk di dalamnya faktor-faktor lain seperti bentuk, ukuran, kemasan, dan sebagainya.

b. Pembelian (Buying), fungsi pembelian adalah peranan perusahaan dalam pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhan.


(47)

c. Penjualan (Selling), sebaiknya juga bersifat dinamis, apalagi yang dinamakan “Personal selling” karena ia harus meyakinkan orang untuk membeli suatu barang/jasa yang mempunyai arti komersial baginya.

d. Transportasi (Transportation), perencanaan, seleksi, dan pengarahan semua alat pengangkutan untuk memindahkan barang dalam proses pemasaran.

e. Pergudangan (Storage), berarti menyimpan barang selama waktu barang tersebut dihasilkan dan dijual. Kadang-kadang selama fase penyimpanan ini perlu juga diadakan pengolahan lebih lanjut.

f. Standarisasi (Standardization), penetapan batas-batas elementer berupa perincian-perincian yang harus dipenuhi oleh barang-barang buatan pabrik atau kelas-kelas ke dalam barang pertanian, contohnya harus digolongkan.

g. Grading berarti memilih kesatuan dari suatu produk yang dimasukkan ke

dalam kelas dan derajat yang sudah ditetapkan dengan standarisasi.

h. Keuangan (Financing), merupakan suatu usaha mencari dan mengurus modal uang dan kredit yang langsung bersangkutan dengan transksi dalam mengalirkan arus barang/ jasa dari produsen ke konsumen.

i. Komunikasi (Communication), dengan fungsi ini kita maksudkan segala sesuatu yang dapat memperlancar hubungan di dalam suatu perusahaan, dan pelaksanaan hubungan keluar (information research, advertising, publicity and intelligence).

j. Resiko (Risk), adalah cara/ fungsi bagaimana kita menangani kemungkinan resiko rugi karena rusaknya barang, susut hilang, atau turun harga


(48)

2.2.4 Marjin Pemasaran, Keuntungan dan Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, penyusutan, retribusi dan lainnya. Besarnya biaya ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain. Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan (Soekartawi, 1993).

Selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran disebut keuntungan pemasaran. Masing-masing lembaga ingin mendapatkan keuntungan, maka harga yang dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran juga berbeda. Semakin maju tingkat pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi marjin pemasaran yang diterima. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993).

Masing-masing lembaga pemasaran akan menetapkan keuntungan yang ingin dicapai. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga yang ditetapkan


(49)

tiap-tiap lembaga pemasaran. Perbedaan harga di tingkat lembaga pemasran dalam sistem pemasaran akan mempengaruhi besarnya nilai marjin pemasaran.

Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dan harga yang diterima petani produsen. Dengan menganggap bahwa selama proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran, maka dapat dianalisis distribusi marjin pemasaran diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2002)

Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, marjin merupakan suatu imbalan atau harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, marjin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep marjin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual (Swastha, 1992).

Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara yaitu :

a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :


(50)

Keterangan : M : Marjin

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp) Pf : Harga di tingkat produsen (Rp)

b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Bp + Kp Keterangan : M : Marjin (Rp/kg)

Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg) Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg)

2.2.5 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan pemasaran (Soekartawi, 1997).

Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002)

Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi pemasaran memang terbatas, sementara keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian.


(51)

Belum lagi kalau dari segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan-kesempatan ekonomi menjadi sulit untuk dicapai. Lemahnya manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku pasar dalam menekan biaya pemasaran. Dalam banyak kejadian, besar kecilnya biaya pemasaran disebabkan oleh:

1. Macam komoditi pertanian. 2. Lokasi pengusahaan.

3. Macam dan peranan lembaga pemasaran.

4. Efektivitas pemasaran yang menyangkut efisiensi pemasaran. Dimana efisiensi pemasaran akan terjadi kalau:

a. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi,

b. Persentase perbandingan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi,

c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan

d. Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 1993).

Kriteria efisiensi tataniaga menurut Soekartawi (2002) adalah: Efisiensi tidak terjadi jika:

a. Biaya pemasaran semakin besar

b. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Efisiensi akan terjadi jika:


(52)

b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Siti Nurulita Fatimah (2011) yang berjudul Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut:

1. Terdapat tiga saluran pemasaran kentang yang digunakan petani di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo dalam menyampaikan hasil produksinya, yaitu: a. Pola Saluran Pemasaran I

Petani Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang Luar kota b.Pola Saluran Pemasaran II

Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Luar kota c. Pola Saluran Pemasaran III

Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Luar kota Konsumen Dilihat dari efisiensi secara ekonomis ketiga saluran pemasaran kentang yang terdapat di Kabupaten Wonosobo telah efisiensi secara ekonomi. Akan tetapi dari ketiga saluran pemasaran maka saluran pemasaran II adalah saluran pemasaran yang paling efisiensi secara ekonomis karena nilai persentase marjin pemasarannya lebih rendah yaitu sebesar 9,24%; 10,70% dan 20,00% untuk kentang kualitas AB, DN, dan rindil dibandingkan dengan saluran pemasaran lain. 2. Tugas dan fungsi lembaga pemasaran kentang di Kabupaten Wanosobo adalah

sebagai berikut:

a. Petani/produsen : sebagai produsen kentang melakukan fungsi pengangkutan dan fungsi penjualan.


(53)

b. Pedagang pengumpul kecamatan : melakukan fungsi pembelian, sortasi, dan grading, pengemasan, pengangkutan, dan penjualan.

c. Pedagang pengumpul desa : melakukan fungsi pembelian, sortasi dan grading, pengemasan, pengangkutan, dan penjualan.

d. Pedagang pengecer : melakukan fungsi pemasaran seperti pembelian, pengangkutan, pengemasan dan penjualan.

Penelitian oleh Sri Yanthi Lumban Toruan (2007) yang berjudul Analisis Pemasaran Jeruk Manis di Desa Beganding Kec. Simpang IV Kab. Karo sebagai berikut:

1. Terdapat 3 macam atau 3 jenis saluran pemasaran di daerah penelitian ini yaitu saluran I: Petani produsen Konsumen, saluran II: Produsen

pedagang pengecer, saluran III: Produsen Pedagang pengumpul. 2. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran

adalah sama.

3. Share margin profit produsen adalah berbeda-beda untuk setiap saluran pemasran. Share margin saluran I 30,38%, saluran II 9,12% dan saluran III 13,79%.

4. Saluran pemasaran jeruk manis di daerah penelitian sudah efisien.

2.4Kerangka Pemikiran

Di derah penelitian terdapat beberapa saluran pemasaran sehingga untuk mengetahui saluran pemasaran kue bawang mangrove di Medan belawan dilakukan dengan cara mengikuti aliran produk olahan mangrove dari produsen sampai ke konsumen dan setiap saluran pemasaran akan melakukan beberapa


(54)

Masing-masing lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran akan mengeluarkan biaya yang berbeda-beda dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, dan lain-lain. Selain mengeluarkan biaya pemasaran, masing-masing lembaga pemasaran juga ingin memperoleh keuntungan. Keuntungan pemasaran merupakan penjumlahan keuntungan yang diperoleh pada setiap lembaga perantara pemasaran. Untuk menghitung marjin pemasaran dilihat dari perbedaan harga suatu produk di tingkat produsen dengan di tingkat konsumen. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


(55)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Pengaruh

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Saluran sistem pemasaran kue bawang mangrove di daerah penelitian Efisiensi Pemasaran

Pemasaran Kue Bawang Mangrove

Lembaga Pemasaran Kue Bawang Mangrove

Biaya Pemasaran Keuntungan Pemasaran

Marjin Pemasaran (Rupiah)

Fungsi Pemasaran


(56)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih sekitar 81.000 km, memiliki sumber daya pesisir yang sangat besar baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik namun juga statusnya rawan dari pengerusakan. Ekosistem ini mempunyai fungsi secara ekologis maupun biologis (Suryono, 2013).

Berdasarkan FAO (2007), perkiraan luas hutan mangrove dunia pada tahun 2005 sekitar 15,2 juta hektar. Asia mempunyai ekosistem mangrove terluas dengan luas sekitar 5,86 juta ha, diikuti Afrika (3,16 juta ha), Amerika Utara dan Amerika Tengah (2,26 juta ha), Amerika Selatan (1,98 juta ha), dan Oceania (1,97 juta ha). Proporsi sebaran hutan mangrove menurut benua dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.1 Sebaran Luas Hutan Mangrove 2005 62%

13% 9%

8% 8%

Sebaran Luas Hutan Mangrove Dunia

2005

Asia

Afrika

Amerika Utara dan Amerika Tengah Amerika Selatan


(57)

Di tengah banyaknya persaingan yang semakin padat dan lapangan kerja yang semakin sedikit membuat orang berfikir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara membuat suatu usaha yang menguntungkan ditengah kerasnya persaingan. Dengan memakai prinsif ekonomi yakni membuka usaha dengan modal tertentu dengan tujuan memaksimalkan keuntungan.

Di provinsi Sumatera Utara daerah-daerah yang sudah memanfaatkan tanaman mangrove menjadi berbagai bentuk olahan makanan dan minuman adalah daerah Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Medan Belawan. Peluang bisnis berbahan dasar mangrove semakin banyak yang melirik, termasuk kelompok perempuan Tunas Muda, istri-istri nelayan di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan. Dengan bentuk olahan mangrove yang diproduksi adalah kue bawang mangrove.

Dengan modal awal Rp 5.000.000- dengan hasil produksi 2 kg seminggu dan harga kue bawang mangrove yang dijual Rp 7.000-/ons. Dengan adanya usaha industri produk pengolahan mangrove di Medan Belawan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan setempat khususnya masyarakat kampung nelayan.

Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Harga di Produsen dan Konsumen

No Bentuk olahan Harga

Produsen (Rp/@bks)

Konsumen (Rp/@bks)

Perbedaan (Rp/@bks)

1 Kue Bawang Mangrove 5.000 7.000 2.000

2 Kue Bawang Mangrove 7.000 12.000 7.000

Sumber:Analisis Data Primer, 2014

Perbandingan tingkat harga antara yang ditetapkan produsen dan yang dibayarkan konsumen cukup jauh, sehingga untuk tingkat efisien dari proses


(58)

tidak disebabkan adanya juga perbedaan proses pemasaran yang terjadi di dalam pemasaran kue bawang mangrove tersebut.

Industri Rumah Tangga (IRT) Tunas Muda yang mengolah mangrove menjadi kue bawang mangrove sampai saat ini bisa memenuhi kebutuhan pedagang dari aspek jumlah yang diminta dan letak lokasi produksi berbeda dengan lokasi konsumen sehingga terjadi perbedaan harga di tingkat produsen dan di tingkat konsumen. Kegiatan pemasaran dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen akan membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga akan berpengaruh terhadap harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang ada pada tingkat produsen.

Kue bawang mangrove diharapkan mempunyai potensi dan peluang pasar yang besar untuk dikembangkan dibagian pemasarannya. Namun perlu disadari masih banyak kendala terhadap pengembangan kue bawang mangrove baik dari aspek produksi maupun pemasaran. Beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran pemasaran yang digunakan, fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukuan oleh setiap lembaga pemasaran, besar biaya pemasaran yang dikeluarkan, besar marjin pemasaran, sebaran harga, share margin, keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran, dan biaya pemasaran yang dikeluarkan masing-masing lembaga pemasaran dan efisiensi pemasaran dalam pemasaran kue bawang mangrove.


(59)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil uraian latar belakang tersebut dapat diperoleh identifikasi masalah apa saja yang akan diteliti:

1. Berapa jenis pola saluran pemasaran kue bawang mangrove di Medan Belawan?

2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan disetiap saluran pemasaran?

3. Bagaimana perbedaan marjin pemasaran, keuntungan, dan biaya pada masing-masing saluran pemasaran?

4. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk:

1. Mengetahui berapa jenis pola saluran pemasaran kue bawang mangrove di Medan Belawan.

2. Mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan disetiap saluran pemasaran.

3. Menganalisis marjin pemasaran, keuntungan, dan biaya pada masing-masing saluran pemasaran.

4. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran.


(60)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha yang ingin membuka usaha berbahan dasar mangrove khusunya kue bawang mangrove.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak pengambil keputusan untuk meningkatkan pemasaran kue bawang mangrove.


(61)

ABSTRAK

Nurhamidah, 2014. Strategi Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan. Dibimbing oleh bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc dan ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, perbedaan biaya pemasaran, keuntungan, marjin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran kue bawang mangrove.

Metode analisis yang digunakan metode analisis deskriptif dan pelaksanaanya dengan teknik survey. Pemilihan sampel untuk tingkat produsen digunakan cara sensus, Penentuan sampel lembaga pemasaran dilakukan dengan menggunakan metode snow ball sampling, Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pencatatan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran pemasaran yaitu, Pola saluran I : Tunas Muda Pengecer Konsumen, saluran pemasarn II: Tunas Muda Pengumpul Pengecer Konsumen. Setiap saluran pemasaran mempunyai fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda dalam memasarkan kue bawang mangrove. Total biaya pemasaran yang paling besar adalah di saluran II sebesar Rp. 489.831,20; keuntungan yang paling besar diperoleh di saluran II sebesar Rp. 566.168,80; dan marjin pemasaran terbesar untuk tingkat produsen lebih besar di saluran I sebesar 15,29% dan untuk marjin pemasaran keseluruhan antara saluran I dan II yang paling besar adalah di saluran II sebesar Rp 440.000,00. Dari perhitungan efisiensi pada saluran I dan II, diperoleh bahwa saluran pemasaran kue bawang mangrove untuk kedua saluran tersebut efisien.

Kata Kunci : Kue Bawang Mangrove, Saluran Pemasaran, Fungsi-fungsi

Pemasaran, Biaya, Keuntungan, Marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran.


(62)

ANALISIS PEMASARAN KUE BAWANG MANGROVE

(Kasus: Kampung Nelayan Kelurahan Belawan 1 Kecamatan

Medan Belawan)

SKRIPSI

OLEH :

NURHAMIDAH 100304094 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(63)

ANALISIS PEMASARAN KUE BAWANG MANGROVE

(Kasus: Kampung Nelayan Kelurahan Belawan 1 Kecamatan

Medan Belawan)

SKRIPSI

OLEH : NURHAMIDAH

100304094 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(HM. Mozart B Darus, M.Sc)

NIP : 196210051987031005 NIP : 196308221988032003 (Ir. Lily Fauziah, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(64)

ABSTRAK

Nurhamidah, 2014. Strategi Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan. Dibimbing oleh bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc dan ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, perbedaan biaya pemasaran, keuntungan, marjin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran kue bawang mangrove.

Metode analisis yang digunakan metode analisis deskriptif dan pelaksanaanya dengan teknik survey. Pemilihan sampel untuk tingkat produsen digunakan cara sensus, Penentuan sampel lembaga pemasaran dilakukan dengan menggunakan metode snow ball sampling, Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pencatatan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran pemasaran yaitu, Pola saluran I : Tunas Muda Pengecer Konsumen, saluran pemasarn II: Tunas Muda Pengumpul Pengecer Konsumen. Setiap saluran pemasaran mempunyai fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda dalam memasarkan kue bawang mangrove. Total biaya pemasaran yang paling besar adalah di saluran II sebesar Rp. 489.831,20; keuntungan yang paling besar diperoleh di saluran II sebesar Rp. 566.168,80; dan marjin pemasaran terbesar untuk tingkat produsen lebih besar di saluran I sebesar 15,29% dan untuk marjin pemasaran keseluruhan antara saluran I dan II yang paling besar adalah di saluran II sebesar Rp 440.000,00. Dari perhitungan efisiensi pada saluran I dan II, diperoleh bahwa saluran pemasaran kue bawang mangrove untuk kedua saluran tersebut efisien.

Kata Kunci : Kue Bawang Mangrove, Saluran Pemasaran, Fungsi-fungsi

Pemasaran, Biaya, Keuntungan, Marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran.


(65)

RIWAYAT HIDUP

Nurhamidah lahir di Lagu boti, Toba Samosir pada tanggal 05 Oktober 1992,

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Saidul Bakhri Ginting dan Nur Asima Sibue (Alm).

Jenjang Pendidikan :

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 145599 Siabu, Kabupaten Mandailing Natal masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.

2. Sekolah Menengah Pertama Di SMP N.1 Siabu, Mandailing Natal masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Sipirok, Tapanauli Selatan masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Reguler Mandiri.

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2013 di Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

6. Melaksanakan Penelitian pada bulan Agustus 2014 di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan


(66)

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Universitas Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.

2. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM) Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010.


(67)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah serta limpahan karuniaNya penulis dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Kampung Nelayan, Lingkungan 12, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc. Selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(68)

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

5. Kedua orang tua dan saudara kandung tercinta Fitri Suriyani, Siti Sarah Kuesmelawati, Iqbal Prtama Ginting dan Alysa Azzahra, serta keluarga besar Ginting dan Sibuea yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

6. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agrbisnis 2010 khususnya ADELMRTTZ DAR (Anggra Wirahadi, Dedy Fahriansyah, Eka Syaputra, Liza Safitri, Rizky Hardiansyah, Prasetyo Trisna Widyanto, Sri Astuti, Zuliya Hermis, Debi Pratama, Amril Hanafi NST, dan Rizki Romadhona) serta abang dan kakak serta adek- adek di Agribisnis yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Kelompok Tunas Muda yang bersedia memberikan informasi untuk menyelesaikan skripsi saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Medan, Agustus 2014


(1)

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

5. Kedua orang tua dan saudara kandung tercinta Fitri Suriyani, Siti Sarah Kuesmelawati, Iqbal Prtama Ginting dan Alysa Azzahra, serta keluarga besar Ginting dan Sibuea yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

6. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agrbisnis 2010 khususnya ADELMRTTZ DAR (Anggra Wirahadi, Dedy Fahriansyah, Eka Syaputra, Liza Safitri, Rizky Hardiansyah, Prasetyo Trisna Widyanto, Sri Astuti, Zuliya Hermis, Debi Pratama, Amril Hanafi NST, dan Rizki Romadhona) serta abang dan kakak serta adek- adek di Agribisnis yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Kelompok Tunas Muda yang bersedia memberikan informasi untuk menyelesaikan skripsi saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Medan, Agustus 2014


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 4

1.4 Kegunaan Penulisan ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Sekilas Tentang Mangrove ... 6

2.1.2 Mangrove Jeruju (Acantus ilicifolius L) ... 7

2.1.3 Karakteristik Pembuatan Kue Bawang Mangrove ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1 Pemasaran ... 11

2.2.2 Saluran dan Lembaga Pemasaran ... 12

2.2.3 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 14

2.2.4 Marjin Pemasaran, Keuntungan dan Biaya Pemasaran ... 16

2.2.5 Efisiensi Pemasaran ... 18

2.3 Penelitian Terdahulu ... 20

2.4 Kerangka Pemikiran ... 21

2.5 Hipotesis penelitian ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitan ... 24

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 25

3.2.1 Produsen ... 25

3.2.2 Lembaga Pemasaran ... 25

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 26

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 28


(3)

3.5.1 Defenisi ... 28

3.5.2 Batasan Operasional ... 29

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 31

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

4.1.1 Luas dan Letak Geografis Daerah Penelitian ... 31

4.1.2 Kondisi Penduduk ... 31

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 32

4.2 Karakteristik Sampel ... 33

4.2.1 Produsen/ Pengolah ... 33

4.2.2 Pedagang Pengumpul ... 34

4.2.3 Pedagang Pengecer ... 34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Saluran Pemasaran Produk ... 35

5.2 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 36

5.3 Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran ... 38

5.4 Efisiensi Pemasaran ... 45

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Harga Produsen dan Konsumen

2

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Data Luas Areal Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2009

Kabupaten yang Memanfaatkan Mangrove

24

25 Tabel 4.1 Komposisi Peduduk Menurut Jenis Kelamin 31 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 32

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana 32

Tabel 4.4 Daftar Nama Anggota Kelompok Tunas Muda 33 Tabel 5.1 Fungsi-fungsi Pemasaran yang Telah Dilakukan Oleh

Masing-Masing Lembaga Pemasaran Kue Bawang Mangrove

36

Tabel 5.2 Sebaran Harga dan Share Margin Kue Bawang Mangrove Saluran I, Tahun 2014

39 Tabel 5.3 Sebaran Harga dan Share Margin Kue Bawang

Mangrove Saluran II, Tahun 2014

40 Tabel 5.4 Profit Margin Kue Bawang Mangrove di Setiap

Tingkat di Kelurahan Belawan 1, Ling 12 Kampung Nelayan

42

Tabel 5.5 Total Biaya Kue Bawang Mangrove di Setiap Tingkat di Kelurahan Belawan 1, Ling 12 Kampung Nelayan

43

Tabel 5.6 Rekapitulasi Share Margin dan Distribusi Marjin Pemasaran Kue Bawang Mangrove di Setiap Tingkat (4 Kali Produksi) dalam I Bulan

44


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Sebaran Luas Hutan Mangrove 2005 1


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

Daftar Biaya untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove di saluran I dan II Sekali Produksi Daftar Biaya Bahan Baku dan Bahan Lainnya Sekali Produksi

Daftar Biaya Pengemasan pada saluran I dan II Sekali Produksi

Daftar Biaya Transport pada saluran I Sekali Produksi

Daftar Biaya Transport pada saluran II Sekali Produksi

Perhitungan Price Spread Sekali Produksi

48 49 49 50 50 51 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12

Daftar Biaya untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove di saluran I dan II 4 Kali Produksi dalam 1 Bulan

Daftar Biaya Bahan Baku dan Bahan Lainnya 4 Kali Produksi dalam 1 Bulan

Daftar Biaya Pengemasan pada saluran I dan II 4 Kali Produksi dalam 1 Bulan

Daftar Biaya Transport pada saluran I 4 Kali Produksi dalam 1 Bulan

Daftar Biaya Transport pada saluran II 4 Kali Produksi dalam 1 Bulan

Perhitungan Price Spread 4 Kali Produksi dalam 1 Bulan 53 54 54 55 55 56

Lampiran 13 Perhitungan Share Setiap Fungsi Saluran Pemasaran 1 Kali Produksi dalam Seminggu

58

Lampiran 14 Perhitungan Share Setiap Fungsi Saluran Pemasaran (4 kali produksi) dalam 1 Bulan

59