Uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi jamu Pegel Linu Air Mancur dan jamu Pegal Linu Jamu Jago pada mencit jantan dengan metode Langford dkk, yang dimodifokasi - USD Repository

UJI EFEK DAN PERBANDINGAN DAYA ANTI-INFLAMASI PRODUK

  ® ®

  

JAMU PEGAL LINU AIR MANCURDAN JAMU PEGAL LINU JAMU

JAGO PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE LANGFORD dkk.

  

YANG DIMODIFIKASI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

  Surya Dwi Ariatma NIM: 038114123

FAKULTAS FARMASI

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala kasih, bimbingan serta kekuatan yang senantiasa dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

  Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui banyak hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segenap hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengoreksi dan memberi saran mulai dari awal persiapan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

  3. Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen penguji yang bersedia memberikan saran dan kritik selama penyusunan skripsi.

  4. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang bersedia memberikan saran dan kritik selama penyusunan skripsi.

  5. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendukung, membantu, membimbing dan memberikan pengarahan selama kuliah.

  6. Nenekku, atas segala doa, arahan, bimbingan, perhatian dan kasih

  7. Bapak dan Ibu, atas semua doa, perhatian, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  8. Adikku Dennis Tri Hassapta yang telah menemani selama penyusunan skripsi ini.

  9. Seluruh staff pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  10. Anggara Eka Nugraha dan B. Gallaeh Rama Erga Satria (bersama penulis membentuk tim bernama de’ Boedjang Linoe), yang telah berjuang bersama penulis dalam penyusunan skripsi ini, pengalaman yang kita lalui bersama baik suka dan duka, dapat menjadi inspirasi hidupku. Ternyata bahwa saling menghargai dan mengerti adalah kunci dari suatu kebersamaan dan kekompakan.

  11. Laboran dan karyawan laboratorium lantai dua, Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, dan Mas Yuwono. Terima kasih atas kerja sama, bantuan, dan waktu yang telah diberikan kepada kami dalam proses pengambilan data yang diperlukan dalam skripsi ini.

  12. Momon yang telah menyediakan mencit jantan galur swiss, sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan lancar.

  13. Kelas C angkatan 2003 (kami menyebutnya Che_mistry), kalianlah sumber semangatku, dan saya bersyukur menjadi salah satu bagian dari

  14. Segenap anggota dan kru pom-pom boys toto yank untuk kebersamaan, kekompakan dan kegilaan yang pernah kita jalani.

  15. Dominika Anny Yanuarti, Jovita Dwi Arini, dan Ariyanto yang telah banyak membantu dalam penulisan ini.

  16. Rekan-rekan seperjuangan di laboratorium lantai dua Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, seperti Punto, Madya, Vera, Tata, Lis, Agnes, Nike, Nia , terima kasih telah menemani dan membantu kami.

  17. Teman-teman angkatan 2003 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  18. Warga kost Wora-Wari, yang telah memecah kesepian suasana malam, sehingga penulis merasa terhindar dari rasa lelah dan ngantuk.

  19. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu farmasi

  Yogyakarta,..................2007 Penulis,

  (Surya Dwi Ariatma)

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv PRAKATA ................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

  INTISARI ................................................................................................... xvi

  

ABSTRACT ................................................................................................. xvii

BAB I. PENGANTAR ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang ......................................................................................

  1 B. Permasalahan ........................................................................................

  3 C. Keaslian Penelitian ............................................................................... 3

  D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................

  4 BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ........................................................

  5 A. Obat Tradisional....................................................................................

  5

  ® B. Jamu Pegal Linu AIR MANCUR ......................................................

  9

  ®

  C. Jamu Pegal linu JAMU JAGO

  12 D. Inflamasi .............................................................................................. 16

  E. Obat Anti-Inflamasi ............................................................................. 24

  F. Natrium Diklofenak .............................................................................. 28

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................

  38 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………..

  38 B. Metode Uji Daya Anti – Inflamasi ......................................................

  38 C. Variabel Penelitian …………………………………………………..

  38 D. Definisi Operasional …………………………………………………

  39

  1. Jamu Pegal Linu …………………………………………………

  39 2. Uji Daya Anti-Inflamasi ................................................................

  40 3. Perlakuan hewan uji ......................................................................

  40 E. Subyek dan Bahan Penelitian ………………………………………..

  40

  1. Subyek Uji …………………………………………………….…

  40 2. Bahan Penelitian ............................................................................

  41 F. Alat Penelitian .....................................................................................

  41 G. Tata Cara Penelitian ……………………………………………….....

  42

  1. Penyiapan Bahan Uji …………………………………………..…

  42

  2. Orientasi dan Penetapan Dosis ………………………….……..…

  43 3. Perlakuan pada Hewan Uji ……………………………………….

  46 4. Perhitungan Respon Daya Anti-Inflamasi ……………………….

  47

  5. Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi …………..……

  48 H. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………………

  48 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….

  49 A. Pemilihan Jamu Pegal Linu……………………………………...

  49 B. Hasil Orientasi Percobaan …………………………………………..

  49

  3. Orientasi selang waktu pemberiam natrium diklofenak ………….

  54 C. Perlakuan Hewan Uji ………………………………………………..

  56 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………

  67 A. Kesimpulan …………………………………………………………..

  67 B. Saran ……………………………………………………………….…

  68 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  69 LAMPIRAN ………………………………………………………………

  72 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………

  94

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Persamaan isi kedua produk Jamu Pegal Linu

  ®

  16 Tabel II. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin dan hasil uji Scheffe ..............

  51 Tabel III. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif natrium diklofenak ..............................................

  54 Tabel IV. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kgBB dan uji Scheffe .........................................................

  56 Tabel V. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin pada kelompok kontrol dan perlakuan......................……………....

  59 Tabel VI. Rangkuman rata-rata persen daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan serta uji Scheffe ……………...............

  62

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan titik tangkap kerja obat anti-inflamasi ….

  20 Gambar 2. Patogenesis dan gejala suatu peradangan …………………

  22 Gambar 3. Biosintesis Prostaglandin ....................................................

  23 Gambar 4. Obat analgesik anti inflamasi non steroid …………………

  26 Gambar 5. Struktur kimia natrium diklofenak .......................................

  28 Gambar 6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat pemberian karagenin 1 % dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki ………………...........................................

  50 Gambar 7. Grafik orientasi dosis efektif natrium diklofenak..................

  53 Gambar

  8. Grafik orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB ……………………….....

  55 Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin pada kelompok kontrol dan perlakuan ..................................

  58 Gambar

  10. Grafik rata-rata persen (%) daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan ………………………....

  60

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

  ®

  Lampiran 1. Produk Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan produk

  ®

  Jamu Pegal Linu JAMU JAGO………………………… 72 Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak ................................

  73 Lampiran 3. Skema kerja pada kelompok perlakuan ………………….

  75 Lampiran 4. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki mencit ………………………….

  75 Lampiran 5. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif natrium diklofenak …………………………….....

  75 Lampiran 6. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak …………………...

  76 Lampiran 7. Data persen (%) daya anti-inflamasi kelompok perlakuan

  77 Lampiran 8. Contoh perhitungan persen (%) daya anti-inflamasi …….

  78 Lampiran 9. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data orientasi selang waktu pemotongan kaki mencit beserta uji Scheffe ………………………………………..

  79 Lampiran 10. Hasil ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data orientasi rentang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 % subplantar beserta hasil uji scheffe ………..................................................................... 80 Lampiran 11. Hasil ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % orientasi pemberian natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis beserta uji Scheffe ....................................

  82 Lampiran 12. Hasil ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis efektif beserta uji Scheffe .........................................

  84 Lampiran 13. Hasil ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data persen (%) daya anti-inflamasi uji perlakuan pada hewan uji beserta hasil uji Scheffe ………………………

  86

  

INTISARI

  Salah satu jamu yang banyak beredar di masyarakat adalah jamu pegal linu dan telah dikenal sebagai pengobatan alternatif oleh masyarakat Indonesia untuk menyembuhkan pegal-pegal dan linu seluruh tubuh. Pegal linu merupakan salah

  ®

  satu gejala terjadinya inflamasi. Sehingga Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan

  ® Jamu Pegal Linu JAMU JAGO diharapkan memiliki daya anti-inflamasi.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode Langford dkk yang telah dimodifikasi, yaitu induksi udema pada kaki hewan uji dengan karagenin 1 % subplantar dengan hewan uji mencit jantan. Mencit dibagi menjadi 8 kelompok secara acak, dua kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif) hanya diberi aquadest secara per oral, kelompok II (kontrol positif) diberi natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB secara per oral. Untuk kelompok

  ® ®

  perlakuan Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO masing-masing dibagi dalam 3 peringkat dosis (637; 1274; dan 2548 mg/kg BB). Aktivitas anti-inflamasi pada metode Langford dkk yang telah dimodifikasi (1972), dievaluasi dengan perubahan bobot kaki mencit yang dinyatakan sebagai persen daya anti-inflamasi. Persen (%) daya anti-inflamasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan Anova Satu Arah, dilanjutkan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 %.

  ®

  Hasil penelitian menunjukkan Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan

  ®

  Jamu Pegal Linu JAMU JAGO memiliki daya anti-inflamasi. Persen daya anti- inflamasi yaitu sebagai berikut: Kelompok kontrol negatif 0,66 %; kontrol positif

  ®

  56,25 %; Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dosis 637;1274; 2548 mg/kgBB

  ®

  berturut-turut adalah 25,43 %; 24,37 %; 16,91 %; dan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO dosis 637;1274; 2548 mg/kgBB berturut-turut adalah 31,93 %; 41,06 %;

  ®

  39,77 %. Kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO dosis 1274 mg/kgBB memiliki daya anti-inflamasi yang paling baik. Kata kunci: jamu pegal linu, anti-inflamasi, metode Langford dkk yang dimodifikasi.

  

ABSTRACT

  One of jamu which is found a lot in the society is jamu pegal linu and has been known as alternative medication by Indonesian people to cure ’pegal-pegal and linu’. ’Pegal and linu’ is one of the symptoms that happen in inflammation.

  ® ®

  Jamu Pegal Linu AIR MANCUR and Jamu Pegal Linu JAMU JAGO are expected to have an anti-inflammatory potency.

  The study was pure experimental research, arranged in complete randomized-design. Modificated Langford method which induction animal leg- edema by carragheenin 1 % subplantar is used in this study. Male mices divided become 8 groups at randomized. Two of them are control groups that consist of negative control by aquadest and positive control by diclofenac sodium

  ®

  11,95 mg/kg BW. The others are treatment group for Jamu Pegal Linu AIR

  ®

  MANCUR and Jamu Pegal Linu JAMU JAGO, each divided 3 level doses (637; 1274; and 2548 mg/kg BW). Anti-inflammatory activity on modificated Langford et. al., method (1972), evaluated by leg-weight change data shown as percentage anti-inflammatory potency. Percentage anti-inflammatory potency afterward was analyzed by One Way Variant Statistics at 95 % confidence and followed by Scheffe-test.

  ®

  The research result showed that Jamu Pegal Linu AIR MANCUR and

  ®

  Jamu Pegal Linu JAMU JAGO have an anti-inflamatory potency. Percentage anti-inflammatory potency were as follows : Negative control group 0,66 %;

  ®

  positive control 56.25 %; Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dose 637;1274; 2548

  ®

  mg/kg BW continuously are 25,43 %; 24,37 %; 16,91 %; and Jamu Pegal Linu JAMU JAGO dose 637;1274; 2548 mg/kgBB continuously are 31,93 %; 41,06

  ®

  %; 39,77 %. Jamu Pegal Linu JAMU JAGO dose 1274 mg/kg BW has the best anti-inflammatory potency. Keyword : Jamu pegal linu, anti-inflammatory potency, modificated Langford et al. method.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Jamu merupakan obat tradisional yang berkembang di masyarakat Indonesia dan sebagian besar berasal dari warisan budaya masyarakat Jawa. Jamu

  adalah salah satu alternatif pengobatan yang cukup diminati, bahkan hingga kini dipertahankan dan ditingkatkan proses pembuatannya secara modern yang dilakukan oleh perusahan-perusahan jamu secara berkesinambungan, baik dalam skala besar maupun kecil.

  Penggunaan jamu di masyarakat selama ini hanya merupakan suatu kenyataan yang bersifat empirik, untuk mencapai kesembuhan atau pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan serta diwariskan turun temurun, bertahan lestari, dan tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, tanpa dibuktikan secara ilmiah.

  Padahal jamu diinginkan untuk dapat dipakai dalam pelayanan kesehatan, untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan terutama pada keamanan dan khasiatnya.

  Jamu pegal linu diproduksi dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang berkhasiat antara lain sebagai obat pegal linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh badan. efek anti-inflamasi. Inflamasi merupakan respon bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati. Inflamasi biasanya disertai gejala-gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi (functio

  

laesa ). Berdasarkan dari analogi di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

  efek anti-inflamasi suatu produk jamu pegal linu maka semakin baik efek terapetiknya.

  Semakin bertambah banyaknya perusahaan jamu yang memproduksi jamu yang sama tentu tidak terlepas dari persaingan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat, disamping untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahan yang bersangkutan. Hal ini dapat juga menjadi suatu keuntungan sekaligus suatu kerugian bagi masyarakat. Semakin banyaknya produk yang sejenis dalam berbagai merk yang beredar di pasaran, masyarakat mempunyai banyak pilihan. Akan tetapi produk-produk tersebut belum tentu memberikan efektivitas terapi yang sama.

  Ada beberapa metode uji anti-inflamasi secara invivo, diantaranya metode uji inflamasi eritema pada telinga hewan pengerat, metode uji udema pada kaki tikus atau mencit, metode uji induksi arthritis pada tikus atau mencit, uji tes granuloma, uji permeabilitas vaskuler, dan metode Langford, Holmes, dan Emele yang telah dimodifikasi. Pada penelitian ini uji anti-inflamasi dilakukan menggunakan metode inflamasi menurut Langford, Holmes, dan Emele yang telah

  Atas dasar pernyataan di atas, pada penelitian ini peneliti ingin menguji

  ®

  dan membandingkan daya anti-inflamasi dari Jamu Pegal Linu AIR MANCUR

  ®

  dan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO yang beredar di pasaran dengan metode Langford dkk yang telah dimodifikasi. Penelitian ini menjadi penting karena penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas terapi dari Jamu

  ® ®

  Pegal Linu AIR MANCUR dan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO yang cukup banyak diminati dalam masyarakat Indonesia.

B. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, terlihat adanya beberapa permasalahan yang perlu diteliti. Permasalahan tersebut adalah:

  ® ®

  a. Apakah Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO dengan menggunakan metode uji Anti-inflamasi Langford, Holmes dan Emele yang telah dimodifikasi mempunyai efek anti-inflamasi? b. Apakah dosis terapi yang tercantum dalam masing-masing kemasan produk jamu pegal linu merupakan dosis yang paling baik? c. Manakah dari kedua produk jamu pegal linu yang memiliki efek anti- inflamasi yang lebih besar?

C. Keaslian Penelitian

  Sepanjang pengetahuan penulis penelitian mengenai uji efek dan

  ®

  perbandingan daya anti-inflamasi Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan Jamu

  ®

  Pegal Linu JAMU JAGO pada mencit jantan dengan metode Langford dkk yang

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam kefarmasian, terutama bidang farmakologi dalam hal uji praklinis obat tradisional.

  2 . Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek

  ® ®

  anti-inflamasi dari Jamu Pegal Linu AIR MANCUR dan Jamu Pegal Linu JAMU JAGO yang beredar di masyarakat berdasarkan hasil uji praklinis.

E. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran bahwa jamu pegal linu dapat memberikan efek anti-inflamasi.

  2. Tujuan Khusus

  Penelitian ini memiliki tujuan untuk : a. Untuk mengetahui bahwa jamu pegal linu mempunyai efek anti-inflamasi.

  b. Untuk mengetahui dosis yang paling baik dari masing-masing produk jamu pegal linu.

  c. Untuk membandingkan efek anti-inflamasi dari kedua produk jamu pegal linu.

BAB II PENELAHAAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

  tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Soegihardjo, 1998).

  Syarat-syarat yang harus dipenuhi obat tradisional yaitu :

  a. Secara Empirik terbukti aman dan bermanfaat untuk digunakan manusia;

  b. Bahan obat tradisional dan proses produksi yang digunakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan; c. Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat; d.

  Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotika (Anonim, 1999).

  Ada beberapa jenis obat tradisional, yaitu :

  1. Jamu, obat tradisional asli indonesia yang merupakan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan (Konthen dan Sastrowardoyo, 2007).

  2. Sedíaan herbal terstandar, sedíaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan

  3. Fitofarmaka, sedíaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku (Soegihardjo, 1998).

  Pada umumnya jamu dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu (Handayani dan Suharmiati, 2002).

  Penggunaan jamu sebagai obat yang dulunya digunakan untuk tujuan pengobatan sendiri (self-medication), kini terus dikembangkan ke arah penggunaan dalam jaringan upaya pelayanan kesehatan formal sebagai bahan dan/atau perbekalan kesehatan. Perkembangan jamu ke arah pelayanan formal menuntut konsekuensi yang tidak ringan mengenai khasiat dan keamanannya. Untuk itu diperlukan uji klinik jamu yang pada prinsipnya uji untuk memastikan khasiat yang ditetapkan, sehingga uji klinik yang dimaksud sebenarnya adalah uji untuk mengabsahkan khasiat obat tradisional. Sebelum uji klinik, terlebih dahulu jamu tersebut harus memenuhi persyaratan uji praklinik. Terkait dengan hal tersebut, maka jamu yang akan diuji harus pula sudah pasti formulanya dan identitasnya yang jelas dengan pengulangan yang tetap (reproducible) sesuai

  Titik tangkap aktivitas maupun parameter mutu sediaan yang diproduksi terletak pada zat aktif yang terkandung didalamnya. Perkembangan industri bahan obat alam yang dinamis diperlukan kontrol mengenai sifat-sifat farmakologi dan toksisitas kandungan kimia tanaman yang berperan dalam penyusunan sediaan formulasi untuk suatu indikasi penyakit tertentu (Pramono, 1993).

  Salah satu jamu yang banyak beredar di masyarakat adalah jamu pegal linu. Sebagai gambaran penggunaan jamu, dari survai pendapat ibu rumah tangga di Tanjung Priok tentang jamu, dinyatakan bahwa konsumsi jamu pegal linu oleh keluarga responden yaitu 30,9%, menempati urutan teratas dibandingkan jamu- jamu lain. Sesuai dengan khasiatnya, umumnya jamu ini mempunyai kegunaan atau khasiat menghilangkan pegal linu, nyeri otot tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh badan. Dalam Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional disebutkan simplisia penyusun jamu pegal linu mempunyai kegunaan sebagai : mengurangi nyeri, penyegar badan, penenang/pelelap tidur (Widowati, Pudjiastuti dan Wirjowidagdo, 1999).

  Ada beberapa bentuk sediaan jamu yang beredar di masyarakat yaitu : rajangan, serbuk, kapsul, pil, tablet, pastiles, dodol atau jenang, cairan atau eliksir, salep atau krim, cairan obat luar, koyok, parem, pilis dan tapel, semua bentuk sediaan ini harus memenuhi parameter standar mutu sesuai dengan undang- undang yang berlaku (Soegihardjo, 1998). campurannya. Parameter standar mutu untuk sediaan serbuk adalah sebagai berikut :

  1. Keseragaman bobot. Tidak lebih dari 2 bungkus serbuk, yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu bungkuspun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang tertera pada daftar berikut :

  Bobot rata-rata Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata isi serbuk A B 5 g sampai 10 g 8 % 10 %

  Timbang isi tiap bungkus serbuk. Timbang seluruh isi 20 bungkus serbuk, hitung bobot isi serbuk rata-rata.

  2. Kadar air tidak lebih dari 10 %.

  3. Angka lempeng total tidak lebih dari 10/gram simplisia.

  4. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10/gram simplisia 5. Mikroba patogen negatif.

  6. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj.

  7. Bahan tambahan.

  a. Pengawet, serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet.

  b. Pemanis, pemanis yang digunakan adalah gula tebu (gula pasir), gula aren, c. Pengisi, sesuai dengan pengisi yang diperlukan pada sediaan galenik.

  8. Wadah dan penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari (Anonim, 2006).

  ®

B. Jamu Pegal Linu AIR MANCUR

  ®

  Jamu Pegal Linu AIR MANCUR digunakan untuk mengurangi pegal linu, letih, lesu setelah bekerja/olahraga, agar badan sehat dan segar kembali.

  ®

  Bentuk sediaan Jamu Pegal Linu AIR MANCUR berupa serbuk, yang memiliki komposisi sebagai berikut : a. Piperis nigris Fructus 4 %

  b. Coptici Fructus 4 %

  c. Boesenbergiae Rhizoma 8 %

  d. Curcumae Rhizoma 20 %

  e. Curcumae Domestica Rhizoma 20 %

  f. 4 % Zingiberis aromaticae Rhizoma

  g. Languatis Rhizoma 20 %

  h. Corrigents 20 % a.

   Piperis nigris Fructus Lada hitam adalah buah Piper Nigrum L. yang belum masak.

b

Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1 % / . v

  • Kandungan kimia : minyak atsiri mengandung felandren, dipenten,
  • Penggunaan : karminatif, diaforetik, diuretik, dan analgesik (Anonim, 2005b).

  b.

   Coptici Fructus c. Boesenbergiae Rhizoma

  Rimpang temu kunci (Boesenbergiae Rhizoma) adalah rimpang

  

Boesenbergiae Pandurata (Roxb) Schelt. Kadar minyak atsiri tidak kurang

dari 6 %.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri mengandung 0,06 – 0,32 %, damar, pati (Anonim, 1977)
  • Penggunaan : sebagai peluruh dahak/untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, pemacu keluarnya air susu ibu (AS1) (Anonim, 2005b) .

  d.

   Curcumae Rhizoma

  Rimpang temulawak (Curcumae Rhizoma) adalah rimpang

Curcuma Xanthorrhiza Roxb. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 6 %.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri mengandung siklo isoren, mirsen, d – kamfer p-tolil metal karbinol, zat warna kurkumin (Anonim, 1979).
  • Penggunaan : Menambah pengeluaran empedu (Anonim, 1979). Untuk mengobati sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala; masuk angin, maag, sakit perut, produksi ASI, nafsu makan; sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan, jerawat (Anonim, 2005b). Untuk

  e.

   Curcumae Domestica Rhizoma

  Rimpang kunyit (Curcuma Domestica Rhizoma) adalah rimpang Curcuma Domestika Vahl. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 6 %.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri mengandung 3 – 5 %, kurkumin, pati, tannin, damar (Anonim, 1977).
  • Penggunaan : untuk mengobati diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan; haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI; amandel, berak lendir, morbili, cangkrang (Waterproken) (Anonim, 2005b). Untuk mengobati penyakit liver, radang sendi (rematik), anti-inflamasi (Kumalawati, 2002).

  f.

   Zingiberis Aromaticae Rhizoma

  Rimpang Lempuyang wangi (Zingiberis Aromaticae Rhizoma) adalah rimpang dari Zingiber Aromaticum Vahl. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,4 %.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri 0,5 – 1,0 % mengandung zerumbon, numulen dan limonene (Anonim, 1977).
  • Penggunaan : analgesik, stomakik, dan stimulan (Soedibyo, 1998).

  untuk obat asma, merangsang nafsu makan, merangsang membran mukosa lambung, mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, penambah nafsu makan, menurunkan kesuburan pada wanita, pencegah kehamilan, pereda kejang; di samping itu sering digunakan juga untuk kecacingan, masuk angin. Pada pemakaian luar digunakan untuk mengurangi rasa nyeri (Anonim, 2005b).

  g.

   Languatis Rhizoma Rimpang lengkuas adalah rimpang Languas galanga (L) Stunz

  adalah rimpang dari Zingiber Aromaticum Vahl. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,4 %.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri 1 % mengandung kamfer, sineol dan asam metal sinamat (Anonim, 1977).
  • Penggunaan : stomakik, diforetik, karminatif, aromatik stimulan, ekspektoran, antifungi (Soedibyo, 1998). Untuk mengobati reumatik, sakit ;limpa, gairah seks, nafsu makan, bronkhitis; morbili, panu (Anonim, 2005b).

C. Jamu Pegal Linu ® JAMU JAGO

  Jamu Pegal Linu

  ®

  JAMU JAGO digunakan untuk mengobati pegal- pegal dan linu di seluruh tubuh, otot kaku, tulang-tulang terasa nyeri dan meluang.

  Juga baik untuk menyempurnakan pencernaan dan menambah nafsu makan. Bentuk sediaan Jamu Pegal Linu

  ®

  JAMU JAGO berupa serbuk, yang memiliki komposisi sebagai berikut : a. Retrofracti Fructus 8 %

  b. Eucalypti Fructus 12 % e. Curcumae Rhizoma 8 %

  f. Dan bahan-bahan lain hingga 100 %

a. Retrofracti Fructus

  Buah cabe jawa (Retrofracti Fructus) adalah buah majemuk Piper retrofractum Vahl. Yang telah tua tetapi belum masak.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri 0,9 % piperin 4 – 6 %, damar, piperidin (Anonim, 1977).
  • Penggunaan : stomakik, karminatif, ekspektoran, sudorifik, diuretik, dan kologu (Soedibyo, 1998 ). Untuk mengobati kejang perut, muntah, perut kembung, mulas, disentri, diare ; sukar buang air besar, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam,; hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan, neurastenia,; tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik gout, ; tidak hamil:rahim dingin, membersihkan rahim, badan lemah, ; stroke, nyeri pinggang, kejang perut (Anonim, 2005b).

  b.

   Eucalypti Fructus

  Buah kayu putih (Eucalypti Fructus) adalah buah dari Eucalypti globules L yang telah masak.

  • Kandungan kimia : cineol, alfa-pinene dan p-cymene (anonim, 1977).
  • Penggunaan : anti-inflamasi (Bisset, 2001). meningkatkan nafsu makan (stomakik), karminatif, dan obat sakit perut (Anonim, 2005b) .

  c.

   Zingiberis Aromaticae Rhizoma

  Rimpang Lempuyang wangi (Zingiberis Aromaticae Rhizoma) adalah rimpang dari Zingiber Aromaticum Vahl. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,4 %.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri 0,5 – 1,0 % mengandung zerumbon, numulen dan limonene (Anonim, 1977) .
  • Penggunaan : analgesik , stomakik, dan stimulan (Soedibyo, 1998).

  Untuk obat asma, merangsang nafsu makan, merangsang membran mukosa lambung, mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, penambah nafsu makan, menurunkan kesuburan pada wanita, pencegah kehamilan, pereda kejang; di samping itu sering digunakan juga untuk mengobati penyakit empedu, penyakit kuning, radang sendi, batuk rejan, kolera, anemia, malaria, penyakit syaraf, nyeri perut, mengatasi kecacingan, masuk angin. Pada pemakaian luar digunakan untuk mengurangi rasa nyeri (Anonim, 2005b).

  d.

   Zingiberis Rhizoma

  Rimpang jahe (Zingiberis Rhizoma) adalah rimpang zingiber officinale Rosc. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,7 % v/b.

  • Kandungan kimia : minyak atsiri 2 % sampai 3 % mengandung zingiberen, felandren, kamfer, limonen, borneol, sineol dan zingiberol, minyak damar yang mengandung zingeron (Anonim, 1979).
  • Penggunaan : analgesik, stomakik, dan stimulan (Soedibyo, 1998).

  Produksi ASI, batuk, membangkitkan nafsu makan, mulas, perut kembung., serbat (Anonim, 2005b) .

  e.

   Curcumae Rhizoma

  Rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) adalah rimpang

Curcuma Xanthorrhiza Roxb. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 6 % .

  • Kandungan kimia : Minyak atsiri mengandung Siklo isoren, mirsen, d– kamfer p-tolil metal karbinol, zat warna kurkumin (Anonim, 1979).
  • Penggunaan : Menambah pengeluaran empedu (Anonim, 1979). Untuk mengobati sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala; masuk angin, maag, sakit perut, produksi ASI, nafsu makan; sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan, jerawat (Anonim, 2005b). Untuk mengobati penyakit liver, radang sendi (rematik) (Kumalawati, 2002).
Tabel I. Persamaan isi kedua produk Jamu Pegal Linu ® Simplisia Jamu Pegal Linu® AIR MANCUR Jamu Pegal Linu®

  JAMU JAGO Khasiat Boesenbergiae Rhizoma

  Piperis nigris Fructus

  Inflamasi adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan

  analgesik

  Zingiberis Rhizoma

  analgesik, radang sendi, asma

  Zingiberis Aromaticae Rhizoma √ √

  sakit kepala, sakit gigi, demam, rematik gout

  Retrofracti Fructus √ √

  analgesik

  untuk mengobati reumatik

  sebagai peluruh dahak

  Languatis Rhizoma

  anti-inflamasi

  Eucalypti Fructus

  sakit pinggang, asma, sakit kepala

  Curcumae Rhizoma √ √

  perut mulas saat haid

  

  Coptici Fructus Curcumae Domestica Rhizoma

D. Inflamasi

  yang berkembang bila tubuh mendapat injuri secara mekanik atau agen kimia atau oleh proses penghancuran diri (autoimun).

  Inflamasi secara umum dibagi dalam 3 fase, yakni : inflamasi akut, respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan; hal tersebut terjadi melalui mekanisme pelepasan mediator kimia dan pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun (Katzung, 2002).

  Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis . Akibat dari respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan, sebab organisme penyerang difagositosis atau dinetralisir, sebaliknya akibat tersebut juga dapat merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera yang mendasarinya. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut seperti interferon, PDGF (platelet-derived

  growth factor) serta interleukin-1,2,3 (Katzung, 2002).

  Gejala reaksi radang yang dapat diamati :

  1. Rubor/kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar akibat adanya pelepasan mediator kimia yakni histamin (Kee dan Hayes, 1996). Dengan demikian lebih terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Price dan Wilson, 1992).

  2. Tumor/pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi yang timbul akibat pengiriman cairan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan radang (Wilmana, 1995). Oleh karena kinin mendilatasi arteriol dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat cedera (Kee dan Hayes, 1996).

  3. Calor/panas, berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi peradangan akut.

  Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas sebab terdapat lebih banyak darah yang disalurkan dari dalam tubuh ke permukaan tubuh yang terkena daripada yang disalurkan ke daerah normal (Price dan Wilson, 1992). Panas juga mungkin dapat disebabkan pirogen yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus (Kee dan Hayes, 1996).

4. Dolor/rasa sakit, dari reaksi peradangan ditimbulkan melalui berbagai cara.

  Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Price dan Wilson, 1992).

  5. Fungtio Laesa/hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996).

  Gejala-gejala ini merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, gangguan keluarnya plasma darah (eksudasi) ke dalam ruang ekstra sel akibat meningkatnya ketetapan kapiler dan perangsangan reseptor nyeri. Reaksi ini disebabkan oleh pembebasan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin dan kinin) (Mutschler, 1991).

  Penyebab inflamasi banyak sekali dan beraneka ragam, dan penting sekali untuk diketahui bahwa inflamasi dan infeksi itu tidak sinonim. Yang dimaksud dengan infeksi adalah adanya mikroorganisme hidup dalam jaringan. Infeksi ini hanya merupakan salah satu penyebab dari inflamasi. Inflamasi dapat terjadi dengan mudah pada keadaan steril sempurna, seperti sewaktu sebagian jaringan mati karena hilangnya suplai darah (Price dan Wilson, 1992). Pengaruh yang sifatnya merusak sel sering juga disebut noksi. Noksi dapat berupa noksi kimia (obat-obatan), noksi fisika (panas atau dingin yang berlebihan, radiasi, benturan), serta infeksi dengan mikroorganisme atau parasit (Mutschler, 1991).

  Pada proses peradangan terjadi pembentukan dan atau pengeluaran zat- zat kimia didalam tubuh yang dinamakan mediator. Mediator ini merupakan aspek penting dalam proses peradangan. Mediator yang dikenal pada proses inflamasi oleh sistem enzim plasma, metabolit asam arakhidonat, dan berbagai macam produk sel (Price dan Wilson, 1992).