Masalah-masalah yang dihadapi siswa SMP dan SMA serta penerapan pendekatan konseling oleh mahasiswa angkatan 2002 prodi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma dalam program pengalaman lapangan tahun 2005/2006 - USD Repository

  

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI SISWA SMP DAN SMA SERTA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING OLEH MAHASISWA ANGKATAN 2002

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA

DALAM PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN

  

TAHUN 2005/2006

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh :

Andreas Tri Wiharyanto

NIM : 991114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

”Tiada Pengorbanan dan Perjuangan

yang Lebih Besar dan Berarti daripada Pengorbanan dan Perjuangan yang Dilakukan dan Diberikan Orang Tua untuk Kebahagiaan Anaknya”

  (Penulis) Skripsi ini kupersembahkan secara khusus untuk: 1.

  Bapak dan Ibu Tercinta (St. Rubiman dan Th.

  Sudarti) 2. Kakakku tercinta Mas Eko dan Mas Ion beserta keluarga

3. Para sanak saudara dan sahabat-sahabatku

  

ABSTRAK

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI SISWA SMP DAN SMA SERTA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING OLEH MAHASISWA ANGKATAN 2002 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA DALAM PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN TAHUN 2005/2006

  Andreas Tri Wiharyanto Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah menengah (SMP pada tahun 2005 dan SMA pada tahun 2006) dan diungkapkan kepada mahasiswa praktikan selama pelaksanaan PPL-BK berdasarkan jenis masalahnya, jenis kelamin, tingkatan kelas, ragam bimbingan dan faktor penyebab utamanya. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan konseling yang sering digunakan oleh mahasiswa praktikan.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode analisis dokumen. Subyek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2002 Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah melaksanakan PPL-BK di SMP dan SMA, yang jumlahnya 36 mahasiswa (21 mahasiswa di SMP dan 14 mahasiswa di SMA). Instrumen penelitian ini adalah laporan wawancara konseling yang disusun dalam laporan pelaksanaan PPL-BK di SMP dan SMA. Berikut ringkasan hasil penelitian ini.

  1. Jenis masalah yang berkaitan dengan upaya menjalin relasi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya maupun lawan jenis (tujuan pacaran) paling banyak dihadapi oleh siswa. Di SMP jumlahnya mencapai 39 masalah (73,58%) dari total 53 masalah, sedangkan di SMA 21 masalah ( 42,86%) dari total 49 masalah.

  2. Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar masalah dihadapi oleh siswi. Di SMP jumlahnya mencapai 43 orang (81,87%), dan di SMA jumlahnya 32 orang (65,31%).

  3. Berdasarkan tingkatan kelas, jumlah masalah di kelas IX lebih banyak (26 masalah atau 49,06%) dari kelas VII dan VIII. Jumlah masalah di kelas X, XI, dan XII di SMA sama banyaknya (16 masalah atau 32,65%).

  4. Berdasarkan ragam bimbingan, masalah-masalah yang dihadapi siswa sebagian besar termasuk dalam ragam bimbingan pribadi-sosial, di SMP jumlahnya 51 masalah (96,22%) dan di SMA jumlahnya 35 masalah (71,43%).

  5. Berdasarkan faktor penyebab utamanya, di SMP, faktor penyebabnya adalah faktor konflik dengan orang dekat yang jumlahnya mencapai 25 masalah (47,17%); sedangkan di SMA faktor konflik dengan orang dekat dan konflik dengan diri sendiri jumlahnya sama yakni masing-masing 17 masalah (34,69%).

6. Pendekatan konseling yang sering digunakan oleh praktikan adalah pendekatan

  

ABSTRACT

THE PROBLEMS FACED BY JUNIOR AND SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

AND THE COUNSELING APPROACH EMPLOYED BY 2002 BATCH STUDENTS

OF GUIDANCE AND COUNSELING STUDY PROGRAM OF SANATA DHARMA

UNIVERSITY DURING THE INTERNSHIP PROGRAM

IN THE ACADEMIC YEAR OF 2005/2006

  Andreas Tri Wiharyanto Sanata Dharma University Yogyakarta 2007

  The research aimed to know the problems which were faced by high school students

(Junior High School in 2005 and Senior High School in 2006) and was communicated to the

practitioner students during the internship program, based on the kinds of problems, sex,

grade, the kinds of guidance, and the main cause of the problems. The research also aimed

to know the counseling approaches most frequently used by the practitioner students.

  The research was a descriptive research which employed document analysis method.

The subject of the research was 34 students (21 students in Junior High School and 14

students in Senior High School) from 2002 batch of Guidance and Counseling Study

Program of Sanata Dharma University. The instrument of the research was the counseling

interview report which was part of the internship program report submitted by 34 students

participated in the internship program. These are summary of the research results:

  

1. The kind of problem mostly faced by students was problem related to efforts to build

relationship with others, both relation with colleagues in the same age and opposite sex colleague. In Junior High School the number of the problem was 39 out of total 53 problems or 73,58%, while in the Senior High School the number of the problems was 21 out of 49 problems or 42,86%.

  

2. Based on sex, female students faced more problems. In Junior High School, 43 female

students (81,875% of total observed students) reported as experiencing problems, and in the Senior High School, 32 female students (65,31% of total observed students) reported as experiencing problems.

  

3. Based on the grade, higher number of problems existed in grade IX (49,06% or 26 out

of total 53 problems) compared to problems existed in grade VII and VIII. Problems existed in Senior High School (grade X, XI, and XII) were relatively similar for each grade (16 problems or 32,65% for each grade).

  

4. Based on the kinds of guidance, most problems faced by students were problem related

to personal-social guidance. In Junior High School the number of problem was 96,22% or 51 out of 59, and in Senior High School the number of the problem was 71,43% or 35 out of 49.

  

5. Based on the main cause factors, it was found that in Junior High School the problems

were mostly (47,17% or 25 out of 53 problems) caused by conflict with significant others, while in Senior High School, it was found that between conflict with significant others, and conflict with the self has the same number (34,69% or 17 out of 49 problem).

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala berkat, rahmat, dan karuniaNya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Berbagai pengalaman berharga mengiringi setiap langkah penulis dalam penulisan skripsi ini. Semua ini menjadi bagian dari proses belajar yang akan terukir indah di dalam proses perjalanan kehidupan penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan.

  Pada kesempatan ini, secara khusus penulis hendak mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen pembimbing I yang dengan semangat membimbing, mengoreksi, mengarahkan, menyediakan waktu untuk berdiskusi, dan memberikan banyak masukan dalam proses penulisan skripsi ini.

  2. Pastor Drs. H. Sigit Pawanta, SVD. M.A. sebagai dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan masukan berharga demi penyelesaian skripsi ini.

  3. Fajar Santoadi, S.Pd. selaku Sekretaris Prodi yang telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini dengan memberikan ide-ide dan waktunya untuk berdiskusi.

  4. Segenap dosen dan sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma atas segala hal yang telah diberikan kepada penulis selama ini, baik pada saat menjalani perkuliahan sampai proses penulisan skripsi ini selesai.

  5. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling angkatan 2002 (Ade’ Uthe’, Donald, Ema, Emmy, dan lain-lain) yang telah bersedia membantu penulis dengan dukungan dan meminjamkan laporan-laporan PPLBK guna penulisan skripsi ini.

  6. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 1999, atas persahabatan dan kekompakannya yang telah terjalin selama ini, serta dukungan dan semangat yang mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  7. Segenap Keluarga Besar Yayasan Cindelaras Paritrana, yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  8. Seluruh keluargaku (Bapak dan Ibu tercinta, Mas Ion, Mbak Ade, Raka, Mbak Tuti, Ibu Surat, Bapak Jono, dan Mas Eko sekeluarga) yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala dukungan, perhatian, dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang diberikan kepada penulis khususnya selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pemerhati Bimbingan dan Konseling.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………….................. i HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………. v ABSTRAK ……………………………………….................................. vi

  ABSTRACT ………………………………………................................ vii

  KATA PENGANTAR ………………………………………................ viii DAFTAR ISI ………………………………………............................... x DAFTAR TABEL ………………………………………....................... xiv BAB I PENDAHULUAN ………………………………......................

  1 A.

  1 Latar Belakang ………………………………………................

  B.

  8 Rumusan Masalah ………………………………………..........

  C.

  9 Tujuan Penelitian ………………………………………............

  D.

  9 Manfaat Penelitian ………………………………………..........

  E.

  10 Pembatasan Istilah ………………………………………..........

  BAB II KAJIAN TEORI ………………………………......................

  12

  1. Trait Factor………………………………………............... 15 2.

  16 Konseling Behavioristik …………………………………..

  3. Rational Emotive Therapy…………………………………. 20 4.

  Konseling Eklektik ……………………………………….... 21 C.

  23 Pendekatan-Pendekatan Konseling .............................................

  1.

  24 Fase-Fase dalam Proses Konseling ………………………...

  2.

  26 Model Pelaksanaan Konseling …………………………….

  a.

  26 Model Trait Factor …………………………………….

  b.

  27 Model Konseling Behavioristik ……………………..… c.

  29 Model Konseling Rational Emotive Therapy ………….

  d.

  Model Konseling Eklektik (Interview for Adjustment) ... 31 e. Model Konseling Eklektik (Decision Making Interview) 32 D.

  34 Tugas-Tugas Perkembangan Siswa …………………………… E.

  37 Ragam Bimbingan Konseling ...….......………………………...

  1.

  37 Ragam Bimbingan Karier ………………………………….

  2.

  39 Ragam Bimbingan Akademik ……………………………...

  3.

  41 Ragam Bimbingan Pribadi-Sosial ………………………….

  F.

  PPL-BK Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma …..……………………………..........................

  42 1.

  42 Tujuan PPL-BK ………………………………………........

  2.

  43 Layanan Konseling dalam PPL-BK ………………………..

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………...

  45

  B.

  Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 47 C.

  48 Populasi dan Sampel ……………………………………….......

  D.

  51 Instrumen Penelitian ……………………………………….......

  E.

  54 Analisis Data ………………………………………..................

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………

  57 A.

  57 Hasil Penelitian ………………………………………………...

  1.

  57 Hasil Penelitian di Jenjang Pendidikan SMP ……………..

  2.

  65 Hasil Penelitian di Jenjang Pendidikan SMA ……………..

  B.

  73 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………..

  1.

  74 Pembahasan Hasil Penelitian di Jenjang Pendidikan SMP ...

  2.

  82 Pembahasan Hasil Penelitian di Jenjang Pendidikan SMA...

  C.

  Gambaran Umum Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Jenis Masalah yang Sihadapi Siswa di Sekolah Menengah ….

  88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………

  94 A.

  94 Ringkasan Hasil Penelitian …………………………………….

  B.

  96 Kesimpulan …………………………………………………… C.

  97 Saran ………………………………………...............................

  

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 101

LAMPIRAN …………………………………………………………... 104

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1. Distribusi SMA Tempat PPL-BK Berdasarkan Jumlah Praktikan dan Jumlah Konseli ....................................................

  50 Tabel 2. Distribusi SMP Tempat PPL-BK Berdasarkan Jumlah Praktikan dan Jumlah Konseli......................................................................

  50 Tabel 3. Jumlah Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMP .......................

  58 Tabel 4. Distribusi Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMP berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas .............................................

  59 Tabel 5. Distribusi Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMP berdasarkan Ragam Bimbingan ........................................................................

  61 Tabel 6. Distribusi Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMP berdasarkan Faktor Penyebab Utamanya ........................................................

  62 Tabel 7. Frekuensi Pendekatan Konseling yang Digunakan Mahasiswa Praktikan ......................................................................................

  64 Tabel 8. Frekuensi Penggunaan Pendekatan Konseling Berdasarkan Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMP ............................................

  64 Tabel 9. Jumlah Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMA ...……………

  66 Tabel 10. Distribusi Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMA berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas ........................

  67 Tabel 11. Distribusi Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMA

  Tabel 12. Distribusi Jenis Masalah yang Dihadapi Siswa SMA berdasarkan Faktor Penyebab Utamanya ..................................... 70 Tabel 13. Frekuensi Pendekatan Konseling yang Digunakan Mahasiswa

  Praktikan ........................................................................................ 72 Tabel 14. Frekuensi Penggunaan Pendekatan Konseling Berdasarkan Jenis

  Masalah yang Dihadapi Siswa SMA ............................................. 72

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak masuknya pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia sekitar

  tahun 1960-an sampai sekarang, pelayanan bimbingan dan konseling mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah. Pada tahun 1960 diselenggarakan Konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang yang membahas tentang dasar-dasar pelaksanaan usaha bimbingan di lingkungan sekolah sebagai salah satu penunjang pendidikan di Indonesia. Dampak dari konferensi ini adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan instruksi tentang perlunya pelayanan bimbingan di sekolah menengah dan tentang cara pelaksanaannya (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:54).

  Pada kurikulum SMA tahun 1962 dan 1968, pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan pada bagaimana membantu siswa dalam membuat pilihan jurusan yang tersedia seperti jurusan Ilmu Pasti, Ilmu Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Petugas yang ditunjuk untuk mengampu pelaksanaan bimbingan dan konseling kala itu adalah guru pengajar dan bukan guru pembimbing profesional, jumlahnya pun amat terbatas (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:54).

  Mulai periode tahun 1970-an, proses dan fokus pelayanan bimbingan dan konseling pun mengalami perkembangan. Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan agar siswa dapat mengembangkan pemahaman diri, mengembangkan

  Mulai tahun 1980-an, fokus pelayanan bimbingan mengalami perkembangan, yang semula terfokus pada kesulitan yang dihadapi siswa khususnya dalam proses pemilihan jurusan di SMA, menjadi terarah ke masa sesudah selesai pendidikan di SMA. Pelayanan bimbingan dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan siswa dalam menghadapi dan merencanakan masa depannya dan lapangan pekerjaan yang akan dijalaninya nanti. Hal ini berarti ada penambahan ragam bimbingan, yang semula lebih menekankan pada ragam bimbingan akademik dan bimbingan pribadi-sosial, kini ditambahkan bimbingan karier.

  Meskipun ada penambahan dalam ragam kurikulum yang diberikan kepada para siswa, namun pelaksanaan bimbingan masih menghadapi berbagai hambatan seperti banyaknya kepala sekolah dan guru yang belum memahami secara sungguh fungsi pelayanan bimbingan di sekolah, serta kurangnya tenaga bimbingan di sekolah baik secara kuantitas maupun secara kualitas (konselor profesional). Berdasarkan laporan dari Harian Kedaulatan Rakyat (17 April 1997), jumlah kebutuhan guru pembimbing di Propinsi Jawa Tengah mencapai sekitar 1.300 orang guru pembimbing. Dampak dari kurangnya kuantitas tenaga bimbingan yang ahli adalah digunakannya guru pengajar sebagai tenaga bimbingan di sekolah, meskipun dalam hal kualitas patut dipertanyakan.

  Untuk mengatasi kurangnya jumlah tenaga bimbingan di sekolah ini, maka pada tahun 1970-an telah dibuka jurusan Bimbingan dan Konseling di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di beberapa IKIP di Indonesia. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas atau kompetensi para tenaga bimbingan di sekolah tersebut, maka diselenggarakan berbagai lokakarya dan konvensi yang bertaraf menghasilkan suatu Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan serta Pedoman Operasional pada Proyek-Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Lembaga-lembaga pendidikan guru jenjang perguruan tinggi juga menyelenggarakan lokakarya dan pertemuan konvensi yang bertaraf nasional.

  Pertemuan ini bertujuan untuk memantapkan dasar-dasar pelayanan bimbingan di sekolah dan menyusun satuan acuan operasional bagi pelaksanaan di lapangan.

  Beberapa pertemuan tersebut antara lain (Winkel dan Sri Hastuti, 2004): 1.

  Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang tahun 1975. Dalam pertemuan ini didirikan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) dan menghasilkan Kode Etik Jabatan bagi konselor di sekolah.

  2. Sejumlah tenaga pendidikan konselor sekolah di FIP IKIP yang menggabungkan diri pada The Association of Psychological and Educational Counselor of Asia (APECA), yang didirikan di Manila tahun 1976, mengikuti konferensi-seminar bertaraf internasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.

  Sebagai tindak lanjut dari seminar-konvensi tersebut di atas adalah dikukuhkannya Kurikulum Program Inti Program Studi Bimbingan dan Konseling pada Strata S1 dan D3 pada tahun 1981. Kurikulum Inti ini adalah pedoman dasar bahan atau materi pokok yang diberikan kepada mahasiswa yang menempuh pendidikan di LPTK. Tujuan pokok penetapan kurikulum ini adalah untuk mengupayakan peningkatan kualitas dan kemampuan petugas/tenaga bimbingan yang profesional dalam rangka pelayanan bimbingan di sekolah menengah dan menyiapkan petugas bimbingan yang profesional.

  Meskipun kurikulum bimbingan dan konseling telah cukup lama pun belum semuanya merupakan petugas bimbingan yang profesional. Mulai tahun 1990-an, di sekolah-sekolah negeri, khususnya di sekolah menengah umum (SMA) dan sekolah menengah Pertama (SMP), telah banyak diangkat tenaga guru pembimbing profesional. Tenaga guru pembimbing profesional yang dimaksudkan di sini adalah guru yang telah menyelesaikan pendidikan bimbingan dan konseling secara khusus di LPTK, baik negeri maupun swasta. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan secara kuantitas dan kualitas akan petugas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah pun semakin lama semakin meningkat. Kebutuhan akan kualitas dan kuantitas konselor ini semakin tampak dengan telah ditetapkannya Kurikulum Satuan Pendidikan untuk SD-SMA tahun 2006, di mana di dalam kurikulum tersebut terdapat Program Kegiatan Pengembangan Diri. Dimana program kegiatan ini akan diampu sepenuhnya tenaga bimbingan, karena tenaga bimbingan dipandang tepat dan kompeten untuk mengampu mata pelajaran ini.

  Semakin tingginya tingkat kebutuhan akan konselor di institusi pendidikan menuntut peningkatan kompetensi konselor. Dalam seminar “Rekonstruksi

  Paradigma Bimbingan Konseling Indonesia Abad 21 ” yang diselenggarakan oleh

  FIP, Universitas Negeri Jakarta pada tanggal 07 Juni 2001, terungkap kompetensi konselor atau petugas bimbingan masih diragukan masyarakat. Akibatnya, masyarakat masih lebih menghargai psikolog daripada seorang konselor. Tidak mengherankan kalau profesi bimbingan dan konseling kemudian semakin tidak populer di mata masyarakat. Ditegaskan pula bahwa setiap orang mampu menjadi seorang konselor, tetapi seorang konselor profesional harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai. Dalam seminar ini ditawarkan pula solusi dan rencana ini terwujud, organisasi profesi perlu menetapkan standardisasi. Tujuannya adalah agar konselor yang ada di masyarakat dapat memberikan pelayanan terbaik dengan didukung kemampuan dan keterampilan yang memadai.

  (Harian Kompas, 09 Juni 2001).

  Dengan adanya dukungan dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Dirjen Dikti, tersusunlah Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Rumusan tersebut dikaji dan disempurnakan melalui Workshop Nasional tentang Standardisasi Kompetensi dan Pendidikan Konselor pada tanggal 10 Januari 2005 di Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal

  9 Februari 2005 di Universitas Negeri Semarang dan tanggal 12 Maret 2005 di Universitas Negeri Malang. Pada tanggal 13-16 April tahun 2005 diselenggarakan Kongres X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) di Semarang.

  Hal pokok yang dibahas dalam kongres tersebut adalah tentang standard kompetensi konselor Indonesia yang dapat menjadi pegangan pokok bagi konselor profesional di Indonesia. Pengurus Besar ABKIN telah menyusun 7 kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh seorang konselor profesional, yakni:

1. Penguasaan konsep dan praksis pendidikan 2.

  Kesadaran dan komitmen etika profesional 3. Penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu 4. Penguasaan konsep dan praksis assesment 5. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling 6. Pengelolaan program bimbingan dan konseling 7. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling Dari ketujuh kompetensi tersebut di atas masih dijabarkan pula konseling adalah penguasaan pendekatan-pendekatan dan teknik-tehnik bimbingan dan konseling. Indikator dari sub kompetensi ini adalah bahwa konselor mampu menjelaskan berbagai macam pendekatan dalam bimbingan dan konseling; mampu memilih pendekatan bimbingan dan konseling secara tepat; dan terampil menggunakan teknik-teknik bimbingan dan konseling individual dan kelompok. Subkompetensi dari kompetensi penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling menjadi rujukan dalam penelitian ini, karena seluruh komponen didalamnya menjadi pedoman atau pegangan pokok bagi konselor dalam melaksanakan proses konseling sebagai bagian dari unjuk kerja profesi konselor. Seperti telah dituliskan di atas tentang indikator-indikator sub- kompetensi ini, tampak bahwa indikator-indikator tersebut menjadi modal dasar bagi konselor untuk mencapai tujuan dari proses konseling, yaitu membantu individu (siswa) menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dengan seoptimal mungkin. Dengan kata lain, proses konseling merupakan proses penting dalam rangka pemberian bantuan kepada individu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh individu tersebut. Oleh karenanya proses konseling harus didasari oleh pemilihan dan penggunaan teori, pendekatan, teknik-teknik dan prosedur konseling yang tepat, dan tidak hanya sebatas berbagi cerita, berbincang-bincang, atau pemberian nasihat kepada seseorang.

  Indikator-indikator di atas harus dipenuhi oleh seorang konselor, juga calon konselor pada saat menjalani pendidikan di program studi Bimbingan dan Konseling di LPTK. Pada saat menempuh pendidikan konselor, seorang calon konselor dibekali berbagai macam materi dan keterampilan bimbingan dan program dan penyusunan program konseling, teori dan pendekatan konseling, teknik konseling, sampai pada tahap aplikasi atau praksis pelayanan bimbingan dan konseling di lapangan.

  Praktek pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma melalui Program Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL-BK) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti mahasiswa. PPL-BK menjadi salah satu wadah awal bagi mahasiswa untuk mempraktikkan dan menerapkan materi pelayanan bimbingan dan konseling secara nyata di lapangan.

  Dengan PPL-BK ini mahasiswa dituntut untuk mampu menerapkan berbagai materi yang telah diperolehnya selama menjalani perkuliahan. Dengan kata lain, PPL-BK menjadi salah satu kegiatan yang mengarahkan mahasiswa untuk memenuhi standard kompentensi seperti yang ditetapkan oleh ABKIN.

  Salah satu program pokok dalam PPL-BK di Universitas Sanata Dharma adalah pelaksanaan layanan konseling. Dalam program kegiatan ini, mahasiswa praktikan diharuskan memberikan layanan konseling kepada konseli (siswa sekolah menengah) yang mengalami atau menghadapi masalah. Dalam proses wawancara konseling ini, mahasiswa praktikan diharapkan mampu memilih dan menggunakan pendekatan konseling yang paling tepat atau sesuai untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa.

  PPL-BK merupakan suatu program yang ditempuh oleh mahasiswa dimana melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalamnya, termasuk kegiatan layanan konseling, mahasiswa diarahkan untuk dapat memenuhi standard kompetensi seperti yang telah ditetapkan oleh ABKIN. Salah satu hal penting pendekatan konseling, mahasiswa paling tidak sudah diarahkan untuk memenuhi salah satu indikator dari standard kompetensi konselor yakni indikator dari penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling. Meskipun dengan hanya mengetahui pendekatan konseling yang sering dipilih dan digunakan mahasiswa tanpa mengetahui proses yang terjadi sesungguhnya, sebenarnya belum dapat menjadi patokan bahwa mahasiswa tersebut sudah memenuhi standard kompetensi konselor. Namun, paling tidak mahasiswa sudah berusaha untuk memilih dan menggunakan pendekatan yang dipandang sesuai dan tepat dengan masalah yang dihadapi oleh konseli. Dengan kata lain, mahasiswa benar- benar diarahkan untuk dapat memenuhi standard kompetensi konselor.

  Untuk melihat pendekatan yang dipilih dan digunakan oleh mahasiswa praktikan tersebut, maka perlu dilihat pula hal-hal yang berkaitan dengan itu, seperti masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh konseli, siapa yang menghadapinya (dapat ditinjau berdasarkan jenis kelamin dan tingkatan kelasnya, bila masalah tersebut dialami oleh siswa), faktor apa yang menjadi penyebab utama dari masalah tersebut, termasuk dalam ragam bimbingan apa masalah yang dihadapi oleh konseli tersebut.

  Penelitian ini merupakan sebuah langkah awal untuk mengetahui sampai sejauh mana mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, khususnya angkatan 2002, diarahkan untuk dapat memenuhi salah satu standard kompetensi konselor melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam PPL-BK di sekolah menengah.

B. Rumusan Masalah

  1. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh siswa di sekolah menengah dan diungkapkan kepada mahasiswa praktikan selama pelaksanaan PPL-BK berdasarkan jenis kelamin, kelas, ragam bimbingan dan faktor penyebab utamanya?

  2. Pendekatan-pendekatan konseling apa saja yang paling sering digunakan oleh mahasiswa praktikan dalam membantu siswa menjalani proses konseling pada saat PPL-BK di sekolah menengah? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.

  Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah menengah dan diungkapkan kepada mahasiswa praktikan selama pelaksanaan PPL-BK berdasarkan jenis kelamin, tingkatan kelas, ragam bimbingan dan faktor penyebab utamanya.

  2. Mengetahui pendekatan-pendekatan konseling yang paling sering digunakan oleh mahasiswa praktikan dalam membantu siswa menjalani proses konseling pada saat PPL-BK di sekolah menengah.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: 1.

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui masalah-masalah yang dominan ditemui dan ditangani oleh mahasiswa praktikan selama menjalani PPL-BK di sekolah menengah. Selain itu, dapat diketahui pendekatan- pendekatan konseling yang dipilih dan digunakan oleh mahasiswa praktikan

  2. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bentuk evaluasi atas pelaksanaan layanan konseling yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan selama menjalani PPL-BK di sekolah menengah, khususnya bagi Prodi Bimbingan dan Konseling. Sehingga Prodi Bimbingan dan Konseling dapat semakin meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling, khususnya dalam pemilihan dan penggunaan pendekatan-pendekatan konseling di sekolah.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Prodi

  Bimbingan dan Konseling sebagai calon konselor agar kian terpacu dan terpancing untuk semakin memahami dan menguasai konsep-konsep bimbingan dan konseling serta mampu memilih dan menerapkan berbagai pendekatan konseling di lapangan dengan tepat sesuai dengan tujuan dari pelayanan konseling.

  4. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi ajang berlatih dan belajar untuk semakin mendalami serta memahami konsep dan praksis bimbingan dan konseling, khususnya tentang pendekatan-pendekatan konseling, sehingga pada saatnya nanti dapat menjadi bekal dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling di lapangan. Selain itu, penelitian ini juga menjadi sarana berlatih melakukan untuk penelitian.

E. Pembatasan Istilah 1.

  Masalah-masalah yang dihadapi siswa Masalah-masalah yang dihadapi siswa adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat bagi siswa dalam menjalani tugas perkembangannya atau

  Dalam penelitian ini, masalah yang dihadapi siswa tersebut dibagi menjadi tiga bidang, yaitu bidang akademik, karier, dan pribadi-sosial.

  2. Pendekatan-pendekatan Konseling Pendekatan-pendekatan konseling adalah penerapan teori konseling yang dipilih dan digunakan konselor dalam proses konseling dalam rangka membantu konseli mengatasi masalahnya dan mengembangkan potensi dirinya dengan seoptimal mungkin. Pendekatan konseling di sini berdasar pada kerangka teori konseling tertentu sesuai dengan kasus yang dialami oleh konseli. Pada penelitian ini, pendekatan konseling yang digunakan adalah

  Trait Factor, Behavioral Approach, Rational Emotive Therapy, Interview for Adjusment, dan Dicision Making Interview .

  3. Mahasiswa Praktikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Praktikan Prodi BK adalah individu yang menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) atau jenjang perguruan tinggi yang dalam penelitian ini adalah Universitas Sanata Dharma, yang secara khusus mengambil spesifikasi mempelajari tentang bimbingan dan konseling dan sedang melaksanakan atau menempuh program PPL-BK di sekolah menengah.

  4. Sekolah Menengah Sekolah menengah adalah lembaga formal yang merupakan tempat untuk menimba ilmu bagi individu (remaja). Sekolah menengah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menjadi tempat pelaksanaan PPL-BK mahasiswa praktikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan berbagai hal tentang konsep dasar konseling,

  teori-teori konseling khususnya teori-teori yang berelevansi bagi konseling di institusi pendidikan, pendekatan-pendekatan terhadap konseling (counseling

  

approach ) dimana didalamnya terdapat metode atau cara yang digunakan oleh

  masing-masing pendekatan dalam rangka pelaksanaan layanan konseling berikut fase-fase atau urutan dalam proses konseling.

A. Pengertian dan Tujuan Konseling

  Istilah konseling, secara etimologis, berasal dari bahasa Latin yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari kata “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”. Dalam kamus bahasa Inggris, kata counseling berasal dari kata dasar counsel yang berarti nasihat, anjuran, dan pembicaraan. Sedangkan kata

  

counseling dapat diartikan sebagai sebuah pemberian nasihat, anjuran dan

pembicaraan dengan bertukar pikiran (Winkel, 1997; 70).

  Banyak tokoh mengungkapkan pengertian konseling berdasarkan keadaan dimana tokoh tersebut hidup. Berikut beberapa pengertian konseling yang diungkapkan oleh beberapa tokoh. (Prayitno dan Erman, 2004, 100-105):

  … interaksi yang terjadi (a) antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien (konseli); (b) terjadi dalam suasana yang profesional; (c)

  13 ... proses dalam mana konselor membantu konseli membuat interpretasi- interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian yang perlu dibuatnya. (A.C. English, dalam Sherzer & Stone, 1974). Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan- kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, 1959). ... membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai- nilai untuk perilaku di masa yang akan datang. (Blocher, dalam Shertzer & Stone, 1974).

  Winkel (1997) mengungkapkan bahwa pengertian konseling yang dipandang cukup akurat adalah definisi yang dikemukakan Schmidt dalam bukunya Counseling in Schools (1993) yaitu suatu pelayanan profesional yang dirancang untuk mendampingi seseorang agar memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai permasalahan dan segala kemampuan pribadi; pelayanan ini menggunakan aneka prinsip dan metode yang dikembangkan dalam ilmu psikologi modern. Pengertian ini dipandang tidak terpengaruh oleh sudut pandangan teoritis tertentu dan tidak tercemar oleh diskusi tentang batasan konseling dan psikoterapi.

  Berkaitan dengan pengertian-pengertian konseling, Winkel (1997; 72-73) juga mengemukakan adanya perbedaan dan persamaan dari konsep-konsep pengertian tersebut. Perbedaan yang cukup menonjol adalah menyangkut sudut

  14 b. Proses yang dilalui oleh orang-orang yang dilayani (process), c. Pertemuan tatap muka (face-to-face, relationship), d.

  Serangkaian kegiatan yang bersifat membantu secara psikologis (helping

  to feel and behave... by providing information and reaction )

  Sedangkan persamaan dari pengertian-pengertian konseling terletak pada perumusan tentang tujuan konseling atau hasil yang diperoleh dalam konseling, yang pada dasarnya menekankan bahwa orang yang dilayani (konseli) berhasil mengembangkan sikap serta tingkah laku yang memuaskan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya; serta berhasil mengatur kehidupannya sendiri secara bertanggungjawab.

  Berdasarkan pengertian-pengertian, perbedaan dan persamaan dari pengertian konseling ditinjau dari konsep dasar dan ciri-cirinya, maka dapat dirumuskan secara singkat bahwa konseling adalah sebuah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli/klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien serta terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik pada diri konseli/klien.

B. Teori-Teori Konseling

  Winkel (1997:373) menyatakan bahwa teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung; apa yang terjadi selama proses konseling, perubahan yang bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu dapat terjadi, dan apa unsur-unsur

  15 Dewasa ini jumlah teori konseling yang dikemukakan oleh para ahli sudah cukup banyak. Teori-teori konseling tersebut dikemukakan berdasarkan sudut pandang para ahli dan disesuaikan dengan keadaan pada saat ahli tersebut hidup.

  Dengan perbedaan isi atau metode dari masing-masing teori tersebut, maka berikut akan disajikan berbagai teori-teori konseling. Teori yang disajikan dalam bagian ini adalah teori-teori konseling yang dipelajari oleh mahasiswa/calon konselor di LPTK, dalam hal ini di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, yang nantinya akan dipraktikkan dalam program PPL-BK di sekolah menengah. Teori-teori tersebut adalah:

1. Trait-Factor Counseling

  Pelopor yang paling terkenal dari teori ini adalah Edmund Griffith (E.G.) Williamson yang lahir pada tanggal 14 Agustus 1900 di Rossville, Illionis, dan meninggal pada tanggal 30 Januari 1979. Teori ini juga menekankan pada pemahaman diri melalui test psikologis dan menerapkan pemahaman tersebut untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh konseli, terutama yang berkaitan dengan pilihan program studi atau bidang pekerjaan. Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Ciri-ciri ini dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah (Winkel, 1997:388). Ciri-ciri inilah yang akhirnya disebut sebagai factors.

  Teori ini bertujuan untuk membantu konseli dalam membuat keputusan

  16 keputusan atas pilihan jurusan atau program studi yang diharapkan dan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Jadi, teori ini bertujuan untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi konseli yang termasuk dalam ragam bimbingan karier (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:438-439).

  Teori ini merupakan directive counseling atau Counselor-Centered

  

Counseling , dimana konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam

  proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli tersebut. Dalam proses wawancara konseling, konselor harus melakukan langkah-langkah yaitu membantu konseli mengumpulkan dan mengolah data tentang diri konseli (data psikologis); data lingkungan hidup yang meliputi data konkret tentang lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan bidang studi yang sedang ditinjau (data sosial). Data dan fakta-fakta tersebut dalam kaitan satu sama lain akan menghasilkan sejumlah alternatif yang kemudian dipertimbangkan pro dan kontranya. Akhirnya dipilih alternatif yang paling masuk akal, paling bijaksana dan realistis karena baik bisa/dapat maupun ingin dipilih; atau mungkin ditemukan alternatif baru yang mengambil unsur-unsur dari berbagai alternatif yang lain. Pengumpulan data psikologis dan fakta sosial sangat bermanfaat untuk dapat menentukan suatu norma atau patokan yang menjadi landasan untuk kelak dapat mengambil keputusan tegas.

2. Konseling Behavioristik ( Behavioristic Counseling)

  Istilah Konseling Behavioristik berasal dari istilah bahasa Inggris

  17 mengembangkan aliran ini adalah Dollar dan Miller, Wolpe, Lazarus, Eysenck, Thoresen, Bandura, Goldstein, Yates serta Dustin dan George.

  Pendekatan ini menitikberatkan pada perubahan nyata dalam perilaku konseli sebagai hasil dari konseling. Pendekatan ini juga menekankan bahwa hubungan antarpribadi tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam perilaku konseli memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.