Peranan Guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama

(1)

PERANAN GURU

DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SMP NEGERI 48 KEBAYORAN LAMA

Oleh:

BANGBANG SUDARMAWAN NIM: 104011000131

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M


(2)

PERANAN GURU

DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SMP NEGERI 48 KEBAYORAN LAMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Bangbang Sudarmawan NIM: 104011000131

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag NIP.150 299 477

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skrpsi berjudul: “Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama” diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada 23 September 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 23 Sepetember 2008 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanda Tangan

DR. Abdul Fatah Wibisono ...

NIP.:150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)

Drs. Sapiuddin Siddiq, MA ... NIP.: 150 299 477

Penguji I

Drs. H. Akyas Azhari ...

NIP.: 150 023 218 Penguji II

Siti Khadijah, MA ...

NIP.: 150 283 322

Mengetahui: Dekan,

Prof. DR. Dede Rosyada NIP.: 150 231 356


(4)

Lembar Pengesahan

Skripsi yang berjudul: “Persepsi Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Terhadap Perintah Berjilbab dalam Surat An-Nuur Ayat 31” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada hari selasa, 23 September 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan Agama.

Jakarta, September 2008 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

DR. H. Abdul Fatah Wibisono, M.A. ... ... NIP.: 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. ... ... NIP.: 150 229 477

Penguji I

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. ... ... NIP.: 150 229 477

Penguji II

Dra. Hj. Husnawati Husein M. Ag. ... ... NIP.: 150 270 816

Mengetahui, Dekan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP.: 150 231 356


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bernama :

Nama : Bangbang Sudarmawan

NIM : 104011000131

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Dosen Pembimbing : Drs. Sapiuddin Siddiq, MA

NIP : 150 299 477

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2008


(6)

ABSTRAK

Nama : Bangbang Sudarmawan NIM : 104011000131

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Skripsi yang berjudul “Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama” ini menjadi penting untuk diangkat karena rasa keingintahuan (kuriositas) penulis tentang sejauh mana guru bidang studi ikiut andil dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK) di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama. Apakah para guru hanya sebatas tahu saja dengan adanya kegiatan BK ataukah guru ikut serta dalam proses kegiatan tersebut, dan sejauh manakah peranannya? Dari pertanyaan inilah penulis mencoba mencari tahu lebih banyak informasi mengenai kegiatan BK dan siapa sajakah yang pelaksananya.

Penulis meneliti kegiatan BK di sekolah ini dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.

Dari data yang didapatkan, kemudian diolah dan di analisis, serta diinterpretasi penulis mendapatkan gambaran umum mengenai peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah ini. Yaitu memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, menginformasikan kepada siswa tentang cara belajar yang baik, menginformasikan kepada guru Guru BK tentang permasalahan yang sedang dihadapi siswa, dan membantu Guru BK dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan individual, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.


(7)

KATA PENGANTAR

ْﺴِﺑ

ِﻢ

ِﻪﱠ ا

ِﻦَﻤْﺣﱠﺮ ا

ِﻢﻴِﺣﱠﺮ ا

Segala puji bagi Allah yang dengan kakuatan-Nya menundukkan orang-orang yang suka sewenang-wenang, yang dengan keperkasaan-Nya membinasakan orang-orang yang sombong, dan yang dengan kakuasaan-Nya menghinakan orang-orang yang zhalim. Lalu Allah mencerai beraikan keutuhan, menghancurkan persatuan, meluluhlantahkan perkumpulan, merobohkan negeri, dan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.

Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah semata, yang tidak punya sekutu sama sekali. Milik Allah segenap- kekuasaan dan milik Allah segala puji, Tuhan yang mematikan dan menghidupkan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. “Allah Ta’ala menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya seraya berfirman, ‘Aku adalah Maharaja. Di mana raja-raja bumi?’

Saya pun bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba sekaligus rasul utusan Allah. Ya Allah, limpahkan rahmat serta salam sejahtera kepada beliau, keluarga, dan segenap sahabatnya.

Penulisan skripsi ini sendiri tidak akan pernah menemukan kata selesai tanpa bantuan sahabat-sahabat diseputar penulis. Banyak sekali sahabat-sahabat yang memberikan bantuan baik materil maupun spiritual, sehingga penulis mampu melampaui kegelisahan hidup di tengah-tengah kondisi ekonomi yang semakin menurun.

Oleh karena itu, patut kiranya, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu atas selesainya penulisan skripsi ini. Terutama sekali penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

5. Para Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta seluruh karyawan. 6. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama (PU) dan para Staf PU serta para

staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

7. Kedua orang tua penulis, ayahanda Robi Sugandi dan ibunda Aminah. Yang sudah banting tulang mencurahkan segala bentuk perhatiannya, baik berupa kasih sayang maupun dalam bentuk materi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan untuk menjadi seorang Sarjana Strata-1 (S1) Pendidikan Islam (S.Pdi).

8. Kakak tercinta Musrita, Jaja Suharja, dan Fatmawati serta Suami dan istrinya, yang telah memberikan dorongan spiritual. Sehingga penulis bersemangat dalam mengerjakan penulisan skripsi ini.

9. Adik tercinta, Wahyu Sudrajat beserta ponakan-ponakan yang centil-centil dan nakal-nakal, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan, kelapangan rezeki, keberkahan, serta dijadikan anak yang sholeh dan sholehah, amin.

10.Ustadz Abdul Hadi dan Istrinya sebagai penasehat spiritual penulis, Ustadz H. Ja’far Abdul Malik beserta keluarganya, Mang Basit, Mang Uman dan Keluarga Besar H. Anas Cirebon.

11.KH. Idris Marzuki, KH. Imam Yahya Mahrus, KH. Anwar Mansur, KH. Kafabihi Mahrus, KH. Aziz Mansur dan seluruh keluarga besar Pon-Pes Lirboyo Kediri Jawa Timur.

12.Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 48 Jakarta yang sudah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi.


(9)

13.Ibu Kamirah, Koordinator BK SMP Negeri 48 beserta para stafnya. Terimakasih telah memberikan bantuan berupa buku-buku referensi untuk melengkapi teori-teori BK dalam karya ilmiah ini.

14.Teman-teman di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan khususnya teman-teman tercinta Kelas D. 15.Sahabat-sahabat sehidup sepenanggungan di Musholla Al-Barokah

Cirebon, Wawan Suwandi, Fariz Adi Sopyan, Moh. Irfan, Suhada, Urip Suwandi, A Darpin, Dede Yusuf Maulana, Sa’ad Abdullah, Oman, Wawan Setiawan, semoga Allah memudahkan kita untuk menapaki kehidupan menuju kepada kemulian hidup yang hakiki.

16.Sahabat-sahabat di Forum Mahasiswa Santri Alumni Lirboyo, Ustadz Zaenal Efendi, Ustadz Shofiyullah, Kang Abdul Rosyid, Kang Hafidz, Kang Afifi, Boim, Hayat, Kodir, Adur, Hidayat, Zainal Muttaqin, Muin, Dedi, Syafiq, Syarif, Aminuddin, Iskandar, Kang Asep, Asep Irfan, Robby, Iyan, Andi, Abenk, Ridho, Khoirul Anam, Fadhil, H. Hakim, Basyir, Nurul Ghozi, Aziz, dan seluruh pihak yang terkait dalam penulisan karya ilmiah ini.

17.Terakhir, seorang wanita yang sudah menemani penulis dalam perkuliahan dan penulisan skripsi. Orang yang selalu ada ketika penulis sedang dalam kesusahan, kepenatan, dan kebimbangan. Orang yang selalu memberikan masukan-masukan positif sehingga kepribadian penulis semakin terbangun menjadi pribadi yang menuju pada pembentukan akhlakul karimah. Dialah yang bernama Siti Mariyam. Terima kasih atas semuanya.

Semoga karya ilmiah yang berbentuk Skripsi ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, amin.

Jakarta, 15 September 2008


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Pembatasan masalah... 3

C. Perumusan masalah... 3

D. Tujuan dan kegunaan penelitian... 4

E. Metode Penelitian ... 4

BAB II KERANGKA TEORI PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)...5

A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK ... 5

1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing... 6

2. Guru sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah ... 10

3. Guru sebagai pembantu guru BK ... 12

B. Kegiatan BK di sekolah... 15

1. Pengertian BK ... 15

2. Prinsip-prinsip BK ... 19


(11)

4. Tujuan BK ... 21

5. Jenis-jenis kegiatan BK ... 23

C. Kerangka Berfikir... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian dan waktu penelitian ... 30

B. Desain penelitian (Metodologi Penelitian)... 30

C. Populasi dan sampel... 31

D. Variabel penelitian ... 31

E. Teknik pengumpulan data ... 31

F. Teknik analisis data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum SMP Negeri 48 Kebayoran Lama ... 35

B. Tabulasi Data, Analisis dan interpretasi data... 46

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Kisi-kisi Angket, Peranan Guru dalam pelaksanaan kegiatan BK

di sekolah

2. Tabel 2 : Data Guru

3. Tabel 2 :DataPegawai

4. Tabel 3 : Data Siswa

5. Tabel 4 : Guru membimbing siswa yang megalami penurunan peringkat

kelas

6. Tabel 5 : Guru memberikan bimbingan belajar pada anak yang di bawah

Kemempuan Kriteria Minimal (KKM)

7. Tabel 6 : Guru memberikan jam tambahan bagi siswa yang mengalami

kesulitan dalam belajar

8. Tabel 7 : Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang melakukan tindak

asusila

9. Tabel 8 : Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang mengalami

penurunan kualitas belajar

10.Tabel 9 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang

kurang memperhatikan pelajaran

11.Tabel 10 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang

kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

12.Tabel 11 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak

yangkurang konsentrasi

13.Tabel 12 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang

sering mengantuk di kelas

14.Tabel 13 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang latar


(13)

15.Tabel 14 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang tingkat perekonomian siswa

16.Tabel 15 : Guru memberikan arahan pada siswa penggunaan waktu

senggang

17.Tabel 16 : Guru memberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang

pelajaran

18.Tabel 17 : Guru memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak

tidur larut malam

19.Tabel 18 : Guru melakukan kerjasama dengan guru BK dalam merumuskan

solusi permasalahan ekonomi siswa

20.Tabel 19 : Guru memberikan dispensasi bagi siswa yang tergolong tingkat

ekonomi menengah ke bawah

21.Tabel 20 : Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kelas

22.Tabel 21 : Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kantor

guru

23.Tabel 22 : Guru melakukan layanan konsultasi kelompok di ruangan BK

24.Tabel 23 : Guru melakukan home visit (kunjungan rumah) anak bermasalah

25.Tabel 24 : Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusannya

sendiri dan mempertanggung jawabkannya

26.Tabel 25 : Guru mengumpulkan para siswa yang memiliki masalah yang

sama (homogen) untuk dicarikan solusinya

27.Tabel 26 : Guru mengarahkan para siswa agar menggali bakat mereka yang

terpendam

28.Tabel 27 : Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang bersifat

kerohanian

29.Tabel 28 : Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang beratribut


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Penelitian

2. Pedoman wawancara kepada Kepala SMP Negeri 48 Jakarta

3. Pedoman wawancara kepada Kordinator Guru BK SMP Negeri 48 Jakarta 4. Pedoman wawancara kepada Guru Bidang Studi SMP Negeri 48 Jakarta 5. Hasil wawancara dengan Kepala SMP Negri 48 Jakarta

6. Hasil wawancara dengan Koordinator Guru BK SMP Negri 48 Jakarta 7. Hasil wawancara dengan Guru Bidang studi SMP Negri 48 Jakarta 8. Angket

9. Program bImbingan Konseling SMP Negeri 48 Jakarta 10.Tata tertib siswa

11.Bobot Poin Pelanggaran Tata Tertib di sekolah 12.Kartu Status Bimbingan dan Konseling


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling memiliki fungsi mengarahkan dan membimbing siswa pada pendidikan yang lebih baik. Dengan menjadikan siswa bertanggung jawab dan bersedia mengambil sikapnya sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di sekolah menengah sangat dibutuhkan mengingat pendidikan kita mengalami banyak masalah, tidak terkecuali masalah pada anak didiknya. Oleh karena itu, diharapkan program-program yang dijalankan oleh bimbingan dan konseling di sekolah dapat memperbaiki sikap dan perilaku siswa, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pendidikan yang lebih baik.

”Guru di sekolah menengah semakin diharapkan pula mengambil peran aktif dalam terselenggaranya program bimbingan, selaras dengan fungsi mereka dalam struktur kehidupan sekolah. Untuk dapat memenuhi harapan tersebut guru perlu disiapkan seperlunya”.1

Tujuan bimbingan pada akhirnya adalah supaya siswa mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang diperbuatnya. Kita dapat melihat bahwa sekarang ini tidak sedikit siswa yang memiliki banyak persoalan dan masalah-masalah – yang terkadang tidak bisa mereka selesaikan dan tanggung sendiri – yang dapat membuat perilaku mereka menjadi negatif atau 'nakal'. Siswa-siswa tersebut perlu untuk diberikan bimbingan dan konseling – tak terkecuali para siswa yang tidak bermasalah sekalipun – agar mereka mampu untuk menolong diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri demi pencapaian cita-citanya, sehingga tidak mengganggu pendidikan mereka.2

1

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia,1987), hal. V , Cet. Ke- 6.

2Achmad Juntika Nurihsan,, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.


(16)

Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, dan kematangan intelektual peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.

Untuk menjadikan bimbingan dan konseling di sekolah efektif, maka diperlukan program-program yang baik, yang dapat menjadikan bimbingan tersebut sesuai dengan yang dicita-citakan. Di antaranya yaitu, kegiatan bimbingan individual, kelompok, kemudian bimbingan anak yang mempunyai kesulitan dalam belajar, dan yang paling penting adalah melakukan bimbingan dan konseling dalam penyaluran bakat, minat dan pengambilan keputusan yang didasarkan pada pertimbangan yang matang oleh peserta didik. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan peranan tenaga ahli, dalam hal ini guru bimbingan dan konseling (BK) serta kerjasama para guru.

Bimbingan di sekolah menengah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah, yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental/psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya di sekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat sekarang.3

Peran guru BK dalam menjalankan program-program bimbingan memang tidak perlu dipertanyakan lagi karena peranan terbesar ada padanya. Namun, jika melihat realitas yang ada, masih banyak siswa yang berperilaku menyimpang, nakal, dan acuh terhadap pendidikannya sendiri meskipun telah mendapatkan bimbingan dan konseling dari guru BK. Lalu, apa permasalahan sebenarnya, adakah kesalahan dalam memberikan bimbingan dan konseling, yang notabene-nya dilakukan oleh para ahli bimbingan dan konseling di sekolah? Ataukah

3 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT


(17)

memang siswa-siswa semacam ini sudah tidak dapat diubah sikap dan perilakunya?

Guru BK bukanlah satu-satunya orang yang memiliki peranan dalam memberikan bimbingan dan konseling. Diperlukan kerjasama seluruh pihak dalam menciptakan bimbingan yang dapat merubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Peranan guru ternyata tidak kalah pentingnya dalam menciptakan hal tersebut. Di sini, penulis akan meneliti adakah peranan guru-guru tersebut dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, dan seberapa besar peranan tersebut dapat mengubah perilaku siswa untuk menjadi lebih baik – yang pada akhirnya menciptakan pendidikan yang lebih baik pula.

B. Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian di sini adalah: a. Peranan guru bidang studi di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama:

1. Sebagai informan (pemberi informasi masalah siswa kepada guru BK) 2. Sebagai pembantu guru BK dalam pemecahan masalah siswa

3. Sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar b. Kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama:

1. Pelayanan konsultasi

2. Pelayanan pemecahan masalah 3. Penyaluran bakat dan minat

C. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah penelitiannya adalah:

a. Bagaimana peran guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini tidak lain adalah:

a. Memperoleh gambaran umum mengenai pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama.


(18)

b. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama.

c. Mendapatkan informasi tentang kontribusi para guru dalam mengatasi problematika yang dihadapi peserta didiknya.

Diharapkan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam menanggulangi kenakalan para siswa, serta permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga, perangkat sekolah terutama guru BK sendiri mempunyai strategi-strategi yang efektif dalam mengatasi problematika siswa. Dengan kata lain, walaupun program BK begitu bagus namun setiap komponen sekolah tidak bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan kegiatan BK maka hasil yang didapatkanpun tidak akan maksimal dan berkembang.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam melengkapi data penulis juga menggunakan kajian kepustakaan (library research). Di samping itu, dalam mendukung kelengkapan data penulis juga melakukan penelitian lapangan (field research), yaitu tempat di mana penelitian dilakukan. Sehingga kedua data tersebut dapat dipadukan dan dapat dianalisis seobjektif mungkin.


(19)

BAB II

KERANGKA TEORI

PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)

A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK Menurut bahasa, peranan adalah ”sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.4 Peranan adalah dari kata dasar peran yang ditambahkan akhiran ’an’, peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah ”bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.5 Dalam sebuah Kamus Ilmiah Populer disebutkan, ”Peranan adalah fungsi, kedudukan, bagian kedudukan”.6

Menurut I. Djumhur: ”peranan diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu”.7 Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Pekerjaan pedagang akan mempunyai pola tingkah laku tertentu, pekerjaan supir akan mempunyai pola tingkah laku tertentu pula, demikian pula dalam pekerjaan-pekerjaan lain seperti militer, hakim, dokter, dan juga guru.

Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru, yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah, maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik, ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat

4 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, tt), hlm.

304.

5 Dept. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1996), Cet.

Ke-2, hlm. 751.

6 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

1994), hlm. 585.

7 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.


(20)

menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakatnya.8

1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing

a. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakaup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.9 Dalam tugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimilikinya.

Guru juga harus bisa menanamkan konsep diri pada si anak didik. Yang dimaksud konsep diri ini adalah ”pandangan sesorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.”10

Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadapnya.

Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan, sikap dan sebagainya agar kepada mereka dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat kedewasaan yang optimal. Hal ini mengandung arti bahwa gurupun turut

8 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.

Ilmu, 1975), hlm. 12-13.

9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Pertama, hlm. 37.


(21)

bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Penyuluhan. Guru harus terlibat di dalamnya.11

Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.

b. Guru Sebagai Pembimbing

Sebagai seorang petugas bimbingan guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi anak didiknya. Gurulah yang paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-murid, terutama dalam kegiatan kurikuler. Jadi jelaslah bahwa tugas guru tidak hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya, akan tetapi guru mempunyai pula tanggungjawab untuk membantu dan mengawasi murid-murid.

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Muruid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan interpersonal. 12

Karena itulah guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid menghadapi masalah di mana guru tidak sanggup memberikan bantuan cara memecahkannya,

11 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.

Ilmu, 1975), hlm. 12-13.

12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), hal. 124, Cet.


(22)

baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan (guidance specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan.

Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus:

a. Mengumpulkan data tentang murid.

b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari. c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus.

d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua murid, baik secara individuil maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pendidikan anak.

e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid.

f. Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik. g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individuil.

h. Bekerja sama dengan petugas-petugas lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid-murid.

i. Bersama-sama dengan petugas lainnya, menyusun program bimbingan sekolah.

j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.13

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (Journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan, dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan, dan dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat kebelakang serta mengukur sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi.

Berdsarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki

13 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.


(23)

oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan.

Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan.

Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini memungkinkan merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar.

Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya (self directing)? Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.14

Dalam buku Drs. H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, ”Guru harus mampu membimbing pribadi siswa. Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani”.15 Di samping membimbing pribadi siswa, guru juga harus bisa melakukan bimbingan belajar. ”Bimbingan belajar membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi”.16

2. Guru sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Penyuluh Pendidikan. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab penuh dan bertugas

14 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Pertama, hlm. 41-42.

15 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar

(SLTP), ( Jakarta: PT. Margi Wahyu, tt), hlm. 17.

16 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar


(24)

merencanakan program bimbingan, mengintegrasikan program bimbingan dengan program pengajaran, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, ”Guru kelas berkedudukan sebagai pelaksana utama program bimbingan dan bertugas menjadi penyuluh bagi kelas tertentu, mengumpulkan informasi, serta melakukan tindak lanjut”.17 Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai pejabat untuk suatu wilayah, yang mencakup beberapa sekolah dasar, dan bertugas mengkoordinasi kegiatan bimbingan di wilayah, melakukan pengumpulan data, memberikan penataran bagi guru-guru, serta membahas kasus-kasus khusus dengan kepala sekolah dan guru kelas.

Dalam Kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas 1976, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Penyuluh Pendidikan, Guru Penyuluh atau Wali Kelas, Guru dan Petugas Administrasi. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab tertinggi dan bertugas merencanakan program kegiatan sekolah secara keseluruhan, mendelegasikan tanggung jawab tertentu kepada jajaran tenaga bimbingan, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai koordinator bimbingan dan bertugas menyusun program bimbingan, mempertanggungjawabkan kegiatan bimbingan kepada Kepala Sekolah, mengatur administrasi bimbingan, memberikan berbagai layanan bimbingan kepada siswa, menjadi konsultan bagi guru dan orang tua, menyelenggarakan pertemuan staf, serta mengadakan evaluasi program.

Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Guru penyuluh atau wali kelas berkedudukan sebagai tenaga bimbingan untuk satuan kelas tertentu dan bertugas mengumpulkan data tentang siswa, menyelenggarakan bimbingan kelompok, menyampaikan Informasi,

17 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia


(25)

menyelenggarakan wawancara konseling, serta berpartisipasi dalam pertemuan kasus. ”Guru bidang studi berkedudukan sebagai pembantu dalam melaksanakan program bimbingan dan bertugas memperhatikan perkembangan siswa, menyampaikan informasi, serta meneruskan kasus-kasus tertentu kepada penyuluh pendidikan”.18

Para guru juga dapat menyisipkan unsur-unsur bimbingan dalam pengajaran, misalnya memberikan informasi tentang aneka teknik belajar yang tepat, tentang bidang-bidang studi di perguruan tinggi, tentang lapangan-lapangan pekerjaan, tentang pergaulan yang sehat, dan tentang sikap yang tepat dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu mereka dapat menampung siswa yang ingin berbicara secara pribadi, menjadi penasihat/pendamping dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan melaporkan kasus-kasus tertentu kepada konselor sekolah untuk ditangani lebih lanjut.

Dalam uraian diatas, mengenai peran guru bidang studi sebagai informan penulis sedikit menyimpulkan bahwa:

a. Guru bidang studi adalah orang yang paling tahu keadaan seorang murid di kelas. Apakah dia sedang dalam masalah (dengan orang tua, guru, ata teman-temannya), mendapatkan kesulitan dalam belajar, atau minder?

b. Guru bidang studi adalah orang pertama yang mengidentifikasi suasana kelas, sehingga dia bisa mengetahui mana siswa yang sedang dalam masalah atau tidak.

c. Setelah identifikasi itu mencapai pada sebuah kesimpulan, bahwa si A, C, dan E sedang dalam masalah guru menginformasikannya kepada guru BK.

3. Guru sebagai pembantu guru BK

Dalam buku Manajemen Bimbingan dan Koseling terdapat rincian tugas guru mata pelajaran, di antaranya:

a. Membantu guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.

18W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia


(26)

b. Membantu memberikan data atau informasi siswa baik individual mapupun kelompok untuk keperluan layanan.

c. Membantu pelaksanaan treatment/pemberian bantuan kepada siswa melalui proses belajar mengajar.

d. Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching) ataupun pengayaan (enrichment) dalam rangaka pelasanaan layanan bimbingan dan konseling. e. Mengikuti konferensi kasus siswa terutama bagi guru yang mengajar pada

kelas dimana persoalan siswanya dibicarakan dalam konferensi kasus. f. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan

konseling kepada guru pembimbing.

g. Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa, dalam pengembangan potensi, dan turut bertanggung jawab dalam upaya mengatasi masalah siswa di sekolah.19

Dalam buku Pengantar Kurikulum SMA 1984 disebutkan wali kelas dan guru mata pelajaran berkedudukan sebagai pembantu dalam pelaksanaan bimbingan karier. Orang tua, pejabat, dan tokoh masyarakat berkedudukan sebagai narasumber dan bertugas membantu dalam pelaksanaan bimbingan karier.

Dalam Kurikulum Sekolah Pendidikan Guru 1976, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III D, disebutkan wali kelas berkedudukan sebagai penanggung jawab terhadap satuan kelas tertentu dalam hal-hal akademik dan non-akademik. Guru bidang pengajaran berkedudukan sebagai penyelenggara pengajaran remedial dalam bidang studinya dan dalam keadaan sehari-hari bertindak sebagai penyuluh, dengan tugas mengumpulkan data dan memberi bantuan kepada siswa.

Dalam buku Pedoman Pembinaan Program Bimbingan di Sekolah, untuk Pembina Pendidikan Guru, 1981, disebutkan:

Guru berkedudukan sebagai partisipan dalam melaksanakan program bimbingan dan bertugas memberikan bimbingan kelompok, mengidentifikasikan berbagai gejala salah suai, mengumpulkan data tentang murid, serta melaksanakan penyuluhan terbatas, wali kelas berkedudukan sebagai penanggung jawab utama dari kesejahteraan siswa kelas yang dipimpinnya, bertugas melakukan kegiatan bimbingan kelompok di kelasnya, dan memberikan layanan konseling kepada siswa-siswi di kelasnya, serta mendalami informasi yang diperoleh tentang siswa di kelasnya.20

19Thantawy R, Manajemen Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Pamator Pressindo,

1995), Cet. Pertama, hlm. 98.

20W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia


(27)

Masih diperdebatkan di antara para ahli bimbingan apa yang menjadi tanggung jawab para guru dalam rangka pelayanan bimbingan. Pada umumnya disepakati, bahwa guru melakukan kegiatan bimbingan yang sesuai dengan pendidikan formal di bidang keguruan dan kecocokan mereka bagi pelayanan bimbingan (setiap guru bidang studi dalam pelayanan bimbingan). Namun, terbuka kemungkinan terdapat banyak variasi dalam wujud/ bentuk konkret pelayanan bimbingan di antara sekolah yang satu dengan yang lain serta diantara guru yang satu dengan yang lain.

Pada garis besarnya para guru diharapkan untuk membantu dalam pengelolaan program bimbingan dalam hal-hal sebagai berikut. Mengenal siswa mengenai latar belakang keluarga, kemampuan dan bakat, serta kebutuhan-kebutuhan; mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan profesional berdasarkan aneka gejala yang tampak di kelas, yang menandakan labilitas emosional, ketegangan (stress), agresivitas, kekurangan penguasaan diri, sikap menyerah, rasa rendah diri, keterasingan, konflik dalam batin, dan sebagainya.

Menggunakan kartu pribadi yang tersimpan di kantor/ sekretariat bimbingan dan menyumbangkan data pada kartu pribadi itu, misalnya dengan membuat laporan anekdota; membantu siswa dalam mengembangkan teknik belajar yang efisien; memberikan informasi yang berguna bagi siswa yang membuat rencana-rencana di bidang studi akademik dan bidang pekerjaan.21

Para guru juga dapat membantu konselor sekolah dengan mengawasi pengisian angket tertulis, menulis anekdota, dan mengisi skala penilaian. Bila guru sungguh-sungguh diikutsertakan dalam pelaksanaan program bimbingan, pelayanan bimbingan akan meresap dalam kehidupan sekolah.

Dalam keempat fungsi guru di atas, sebagai pendidik, pembimbing, sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah, dan sebagai pembantu guru BK dapat diambil fungsi umum sebagai berikut:

a) Guru Mata Pelajaran memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-tugas perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan Bimbingan.

b) Guru Mata Pelajaran memahami keragaman karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsian), kecerdasan motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, tempramen (periang, pendiam, pemurung,


(28)

atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab).

c) Guru Mata Pelajaran menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

d) Guru Mata Pelajaran menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi kelancaran belajar siswa, seperti: bersikap ramah, bersikap respek terhadap siswa, bersikap adil (tidak menganaktirikan/ menganakemaslan anak), mengharagai pendapat atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah dalam belajar, dan berdisiplin.

e) Guru Mata Pelajaran membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. f) Guru Mata Pelajaran mereferal (mengalihtangankan) siswa yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. g) Guru Mata Pelajaran bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka

membatu siswa.

h) Guru Mata Pelajaran memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.

i) Guru Mata Pelajaran memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).

j) Guru Mata Pelajaran menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan ”figur central” bagi siswa.

k) Guru Mata Pelajaran memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.22

B. Kegiatan BK di sekolah 1. Pengertian BK

Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan

22 Syamsu Yusuf, L.N dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,


(29)

bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.

Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan pengertian bimbingan danpengertian konseling.

a. Pengertian Bimbingan

Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan kedua istilah tersebut mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan bebrapa rumusan tentang istilah bimbingan.

Menurut Jones (1963):

Guidance is the help given by one person to another in making choise and adjustment and is solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).23

Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (1978):

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.24

Menurut Crow dan Crow (1960: 7), bimbingan diartikan:

Assistance made available by personality qualivied and adequately trained man or women to an individual of any age to help him manage his own life activitie, develop his point of view, make his own decision and carry his own burdens....”25

23 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),

Cet. Ke- 2, hal. 61-62.

24 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),

Cet. Ke- 2, hal. 62.

25 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.


(30)

Atau, bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.

Masih banyak definisi bimbingan lainnya namun pada prinsipnya adalah sama, yaitu usaha untuk memberikan bantuan kepada individu atau siswa agar indivadu tersebut dapat mencapai perkembangan diri yang seoptimal mungkin dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Sesuai dengan janji Allah SWT dalam surat At-Thalaq:

و

ﻖﱠ

ﷲا

ْ

ﻪﱠ

ﺎً ﺮْﺨ

}

ق ﻄ ا

:

2

{

“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (Q.S. At-Thalaq: 2)26

b. Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris "to counsel" yang secara etimologis berarti "to give advice". atau memberi saran dan nasihat. Di samping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral.

Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah

penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Untuk menekankan khususnya itulah maka dipakai istilah Bimbingan dan

Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.

26 Dept. Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000),


(31)

Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Schmuller adalah "the heart of guidance program".27 Selanjutnya dikatakan juga oleh Ruth Strang (1958) bahwa "Guidance is breader; counseling is a most importance tool of guidance". Bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.

Untuk mendapat pengertian yang lebih jelas tentang konseling, maka berikut ini akan diuraikan beberapa definisi konseling yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya”.28

Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a):

”Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antar dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.29

Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang menyuruh kita untuk memberi bantuan kepada orang lain yang sedang tertimpa masalah, diantaranya Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:

{

2

:

ةﺪﺋﺎ ا

}

ناوْﺪ ْاو

ْﺛﻹْا

اﻮ وﺎ و

ىﻮْﻘﱠ او

ﱢﺮﺒْا

اﻮ وﺎ و

...

...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran....”(Q.S. Al-Maidah: 2)30

27 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.

9.

28 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.

9.

29 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),

Cet. Ke- 2, hal. 63.

30 Menteri Agama, Waqaf, Da’wah, dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya,


(32)

Dari beberapa definisi di atas kiranya penulis dapat mengambil beberapa prinsip tentang bimbingan dan konseling sebagai berikut:

Pertama : Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus, dan terarah kepada tujuan tertentu.

Kedua : Bimbingan merupakan proses bantuan membantu individu.

Ketiga : Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya.

Keempat : Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kelima : Bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan juga bertujuan agar anak yang bermasalah dapat mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggung jawabkannya.

Keenam : Konseling adalah kegiatan lanjutan setelah bimbingan.

Ketujuh : Konseling dipimpin langsung oleh guru BK (Konselor) dan tidak setiap guru bidang studi mampu melakukan kegiatan ini.

Kedelapan : konseling dilakukan sebagai upaya untuk membantu siswa agar dapat memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah kehidupan pribadinya.

2. Prinsip-prinsip BK

Prinsip yang berasal dari kata prinsipia, dapat diartikan ”sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu" (M.I Soelaeman: 1989:15). Dengan kata lain, bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1994:220) "Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan,


(33)

masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan".31

Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan yang mendasri pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, yaitu:

a. Prinsip-prinsip umum

b. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing

c. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan

d. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.32

3. Fungsi BK

Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, pengembangan, dan fungsi advokasi.33

Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan tertentu yang mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Fungsi bimbingan sering diartikan sebagai sifat bimbingan. Mortensen membagi fungsi bimbingan menjadi:

31 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.

59.

32 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet.

Ke- 2, hal. 70-75.

33 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.


(34)

a. Memahami Individu (understanding-individu). Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan. Tujuan bimbingan dan pendidikan dapat tercapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.

b. Preventif dan Pengembangan Individual. Preventif dan Pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh positif. Sedangkan bimbingan yang bersifat pengembangan (developmental guidance) memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola prilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

c. Membantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan yang dibutuhkan untuk setiap individu tidak sama. Perbedaannya umumnya lebih pada tingkatannya daripada macamnya. Fungsi preventif dan pengembangan memang ideal, tetapi hanya fungsi ini saja tidaklah cukup. Pada suatu saat kita membutuhkan tindakan korektif yang tujuannya tetap pada pengembangan kekuatannya sendiri untuk mengatasi masalahnya.34 Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial atau penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannnya dengan guru maupun tenaga administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada empat macam:

a. Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.

b. Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.

c. Kuratif : Mengusahakan ”penyembuhan” pembetulan dalam mengatasi masalah.

d. Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai.35

Dalam buku Dra. Hallen A. M. Pd., Bimbingan dan Konseling, terdapat satu fungsi lagi yaitu Represif : ”yakni tindakan untuk menindas dan menahan

34 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo,

2001), hal. 42-44.

35 Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT


(35)

kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat”.36

4. Tujuan BK

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan dan bimbingan konseling diberikan kepada siswa "dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan". (Priyanto, 1997:23) .37

Dalam buku W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah: Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan ahkir. Tujuan sementara adalah: supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini, misalnya melanjutkan atau memutuskan hubungan percintaan, mengambil sikap dalam pergaulan, mendaftarkan diri pada fakultas perguruan tinggi tertentu. Tujuan ahkir ialah: supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan-tindakannya. Diharapkan supaya orang yang dibimbing sekarang ini akan berkembang lanjut, sehingga semakin memiliki kemampuan berdiri sendiri.38

Tujuan bimbingan yang merupakan penjabaran dari tujuan umum telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut:

1. Mengerti dirinya dan lingkungan. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita, dan nilai-nilai hidup yang dimilikinya untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi penegnalan baik lingkngan fisik, sosial, maupun budaya. Informasi lingkungan data dibedakan: informasi pendidikan, karier, dan sosial-pribadi.

2. Mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial-pribadi.

36 Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1981), Cet. Ke-4, hlm. 161.

37 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.

53.

38 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia,


(36)

Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya.

3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal. 4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini

termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.

5. Mengelola aktivitas kehidupannya, menegembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggunjawabkannya.

6. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersiap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.39

Tujuan bimbingan di atas selaras dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi:

...

اﻮﻘﺒ ْﺳﺎﻓ

تاﺮْﺨْا

...

}

ةﺮﻘﺒ ا

:

148

{

”...Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan....” (Q.S. Al-Baqarah: 148).40

Dalam surat An-Nahl ayat 125 terdapat Firman Allah SWT yang berbunyi:

عْدا

ﻰ إ

ْﻴ

ﻚﱢر

ﺔﻤْﻜ ْﺎ

ﺔﻈﻋْﻮﻤْاو

ﺔﻨ ْا

ْﻢﻬْدﺎﺟو

ْﻲﺘﱠﺎ

ﻲه

ﻦ ْ أ

}

ﺤ ا

:

125

{

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”. (Q.S. An-Nahl: 125).41

5. Jenis-jenis kegiatan BK

Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu: 1) layanan dasar bimbingan; 2) layanan responsif; 3) layanan perencanaan individual dan; 4) dukungan sistem.42

1) Layanan Dasar Bimbingan

39 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo,

2001), hal. 41-42.

40 Menteri Agama, Waqaf, Da’wah, dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya,

(Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, 1971), hlm. 38.

41 H.A. Hafidz Dasuki, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 58. 42 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.


(37)

Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik. Tugas-tugas perkembangan peserta didik itu sebagai berikut:

a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat. c. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam

peranannya sebagai pria atau wanita.43 2) Layanan Responsif

Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan ntuk membantu memenuhi kebutuhan yang diraskan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Layanan responsif ini adalah:

a. Bidang pendidikan b. Bidang belajar c. Bidang sosial d. Bidang pribadi e. Bidang karir

f. Bidang tata tertib sekolah g. Bidang narkotika dan perjudian h. Bidang perilaku seksual

i. Bidang kehidupan lainnya44

3) Layanan Perencanaan Individual

Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini adalah “membantu peserta didik memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan

43Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 27.

44Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.


(38)

rencana-rencana itu atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. Strategi peluncurannya adalah konsultasi dan konseling”.45

4) Dukungan Sistem

Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memlihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).

Kegiatan utama layanan dasar bimbingan, responsif, perencanaan individual, dan dukungan system, dalam implementasinya didukung dengan beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling antara lain: “1) Layanan pengumpulan data; 2) layanan informasi; 3) layanan penempatan; 4) layanan konseling; 5) layanan referal; dan 6) layanan penilaian dan tindak lanjut”.46

Untuk mengungkapkan segala sesuatu yang menjadi sebab kemunduran prestasi belajar, maka anak yang dibimbing perlu didekati melalui metoda sebagai berikut:

a. Metoda wawancara

b. Metoda 'group guidance' (bimbingan secara kelompok) c. Metoda non-directif (cara yang tidak mengarah)

d. Metoda psikoanalisis (penganalisaan jiwa)

e. Metoda directif (metoda yang bersifat mengarahkan) 47

Sebagaimana telah dijelaskan di awal, bab ini bahwa semua jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada bidang-bidang bimbingan dan konseling. Sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

Tohirin, dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), menyebutkan terdapat jenis-jenis pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah yaitu: ”Layanan Orientasi,

45Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 34.

46Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 35.

47 H., M., Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:


(39)

Layanan Informasi, Layanan Penenmpatan dan Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konsultasi, dan Layanan Mediasi”.48

Matrix 1.

Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok49

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok 1. Jumlah Anggota Tidak terlalu dibatasi;

dapat sampai 60-80 orang

Terbatas: 5-10 orang 2. Kondisi dan

karakteristik anggota

Relatif homogen Hendaknya Homogen; dapat pula heterogen terbatas

3. Tujuan yang ingin dicapai

Penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas

a. Pemecahan masalah b. pengembangan

kemampuan komunikasi dan interaksi sosial 4. Pemimpin

kelompok

Konselor atau narasumber Konselor 5. peranan anggota Menerima informasi

untuk tujuan kegunaan tertentu

a. berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial

b. Menyumbang pengentasan masalah c. Menyerap bahan untuk

pemecahan masalah 6. Suasana interaksi a. Menolong atau

dialog terbatas b. Dangkal

a. Interaksi multiarah b. Mendalam dengan melibatkan aspek emosional 7. Sifat isi

pembicaraan

Tidak Rahasia Rahasia 8. Frekuensi kegiatan Kegiatan berakhir apabila

informasi telah disampaikan

Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah

Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan pendukung, diantaranya:

48 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 141-206.

49 H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.


(40)

a) Instrumentasi Bimbingan dan Konseling b) Penyelenggaraan Himpunan Data c) Kegiatan Khusus50

Dalam buku Manajemen Bimbingan dan Konseling disebutkan ada beberapa tambahan lain mengenai kegiatan pendukung yaitu ”Konferensi Kasus, Kunjungan Rumah, Alih Tangan Siswa”.51

Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling52

50 H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, hlm. 315-322.

51 Thantawy R, Manajemen Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Pamator Pressindo,

1995), Cet. Pertama, hlm. 45-47.

52 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.53, Cet. Ke-1.

Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah

Guru Mata Pelajaran/ Pelatih

Guru

Pembimbing Guru Pembina Wali Kelas/

S I S W A

Tenaga Ahli Instansi Lain BP3


(41)

Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

: Garis Konsultasi

Keterangan:

1. Kepala Sekolah : Penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolahnya.

2. Koordinator BK/ Guru Pembimbing : Pelaksana utama yang emngkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah.

3. Guru Mata Pelajaran/ Pelatih : Guru Mata Pelajaran dan Pelatih adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta tanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan konseling.

4. Wali Kelas/ Guru Pembina : Yang diberikan tugas khusus di samping mengajar untuk mengelola satu kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan konseling di kelasnya.

5. Siswa : Peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan dan pelayanan bimbingan, dan konseling (petugas khusus).

6. Tata Usaha : Pembantu Kepala Sekolah dalam menyelengggarakan administrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling.

7. BP3/ POMG : Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan/ Persatuan Orang Tua Murid dan Guru adalah organisasi orang tua siswa yang berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.


(42)

C. Kerangka Berfikir

Bimbingan adalah merupakan upaya preventif, yaitu mencegah sebelum terjadi masalah. Sedangkan konseling adalah upaya kuratif, yaitu Mengusahakan ”Penyembuhan” pembetulan dalam mengatasi masalah. Oleh sebab itulah kegiatan bimbingan dan konseling tidak bisa berdiri sendiri, karena pada akhirnya kegiatan bimbingan juga akan berujung pada kegiatan konseling. Penanggulangan permasalahan dimulai dengan adanya identifikasi masalah siswa, kemudian melakukan pendekatan kepada siswa serta menyelami permasalahannya untuk mengetahui secara pasti masalah yang dialami dan pemberian solusi yang tepat.

Peranan guru bidang studi tidak kalah pentingnya dibanding guru BK sendiri, karena guru BK dapat mengetahui masalah siswa dari informasi yang diberikan oleh guru bidang studi tersebut. Dengan kata lain bahwa rentetan penyelesaian masalah adalah dari guru bidang studi, kemudian wali kelas, dan yang terakhir adalah oleh guru BK sendiri. Guru BK ini adalah langkah terakhir dalam penuntasan permasalahan siswa, karena tidak setiap permasalahan siswa itu semuanya sama. Dalam kasus terberat dilakukan pertemuan kasus. Yaitu dimulai dari guru bidang studi, wali kelas sampai guru BK.

Kasus-kasus atau permasalahan tersebut ada yang bertaraf kecil (ringan) bisa diatasi oleh guru bidang studi, ada juga yang bertaraf sedang, masih bisa untuk ditanggulangi oleh guru bidang studi dan wali kelas, sedangkan anak yang bermasalah berat (kompleks) dihadapkan langsung dengan guru BK. Guru BK lebih mengerti dengan apa yang harus dilakukan, strategi, serta identifikasi masalah pun harus matang. Tingkatan permasalahan inilah yang saling mengikat antara guru bidang studi, wali kelas, dan guru BK. Dengan kata lain, semakin kompleks permasalahan yang dialami siswa maka akan semakin hati-hati juga cara penaggulangannya.


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana objek penelitian itu ada. Lokasi ini berada di SMP N 48 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2007 sampai dengan bulan Agustus 2008.

B. Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah “suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”53. Dalam pengambilan data penulis menggunakan dua metode, dimana kedua metode ini hasilnya akan dipadukan dan dianalisis seobjektif mungkin. Yaitu: (1) Metode Pustaka (library research), metode ini penulis gunakan dengan cara mencari literatur buku-buku yang relevan dengan judul skripsi, setelah itu penulis gunakan sebagai buku acuan. (2) Metode Studi Lapangan (field research), yaitu meneliti langsung kelapangan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari responden SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Jakarta.

2. Data sekunder merupakan data atau keterangan-keterangan yang diambil dari dokumen-dokumen SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

53 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja


(44)

1. Populasi yaitu, keseluruhan objek penelitian. Penelitian ini mengambil populasi para guru SMP Negeri 48 yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel yaitu, sebagian populasi yang diteliti. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel 50 % dari jumlah guru 50 orang menjadi 25 guru.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada dua. Pertama variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu, peranan guru. Dan yang menjadi variabel terikatnya yaitu pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data, peneliti menguraikan 3 teknik pengumpulan data:

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan penelitian. Maksud dari observasi ini adalah peneliti ingin melihat secara langsung kegiatan BK itu sendiri, apakah dilakukan secara prosedural atau tidak.

2. Wawancara (Interview), yaitu pengambilan data dengan mengemukakan sejumlah pertanyaan yang terstruktur kepada objek yang diteliti yaitu, kepala sekolah dan Koordinator BK.

3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis mengenai seputar permasalahan pelaksanaan kegiatan BK di sekolah. Model angket yang digunakan adalah dalam bentuk tabel dan terdiri 25 (butir) pertanyaan dengan memberikan tanda ceklist pada setiap kolom yang sesuai dengan pilihan para guru. Setiap butir mempunyai alternatif 4 jawaban, setuju (S), sangat setuju (SS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).


(45)

Tabel 1. Kisi-kisi Angket

Peranan Guru dalam pelaksanaan kegiatan BK di sekolah

No. Variabel I Dimensi Indikator Jumlah Item Nomor Butir 1. Peranan Guru Bidang Studi dalam BK

1. Guru sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar 2. Guru sebagai

informan tentang permasalahan siswa

3. Guru sebagai pembantu guru BK dalam memecahkan masalah 1. Melakukan bimbingan individual atau kelompok 2. Membuat catatan khusus siwa bermasalah 1. Kesulitan belajar

siswa 2. kesulitan tekanan ekonomi 1. Pemecahan masalah siswa dalam kesulitan belajar 2. Pemecahan masalah siswa yang mengalami tekanan ekonomi 3 2 4 2 3 2 1,2,3 4,5 6,7,8,9 10,11 12,13,14 15,16

No. Variabel II Dimensi Indikator Jumlah Item Nomor Butir 2. Kegiatan BK di sekolah 1. Pelayanan konsultasi 2. Pelayanan pemecahan masalah 3. Penyaluran bakat dan minat 1. Perindividual 2. Perkelompok 1. Individual 2. Kelompok 1. Kreativitas 2. Exskul 2 1 2 1 1 2 17,18 19 20,21 22 23 24,25 F. Teknik Analisis Data


(46)

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data. Maka penulis perlu menganalisa data yang telah masuk. Secara garis besar, penulis membagi analisa data kepada 2 (dua) bagian:

1. Persiapan. Langkah yang dilakukan adalah memilih data sedemikian rupa sehingga data yang terpakai saja yang diolah dan dianalisis. Langkah-langkah selanjutnya adalah pengolahan lanjutan atau menganalisis.

a. Mengecek nama dan kelengkapan Responden.

Mengecek sejumlah nama atau identitas apa saja yang diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut.

b. Mengecek kelengkapan data

Memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen, barangkali ada yang terlepas).

c. Mengecek macam isian data

Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item ini perlu di drop out.

2. Tabulasi. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menghitung angket dan mengklasifikasikannya dalam beberapa hal yang berhubungan dengan dampak terjadinya permasalahan yang dihadapi para siswa.

Dalam menghitung data-data yang didapatkan penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

P = F x 100% N

Ket:

P : Prosentase

F : Frekuensi Jawaban N : Jumlah Responden54

Angka presentase yang digunakan adalah :

54 J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Erlangga, 1993), Cet. Ke-5, hlm.


(47)

100% = Seluruhnya

85-99% = Hampir seluruhnya 68-84% = Sebagian besar 51-69% = Lebih dari setengah

50% = Setengahnya

34-49% = Hampir setengahnya 17-33% = Sebagian kecil 1-16% = Sedikit


(1)

8 SUMARTINAH,S.Pd P BANTUL Islam PNS IV/a

01-03-83

01-03-83 SPG Kpg S1

Bhs.&

Sastra 2002

NIP. 131286990 01-12-59

9 ERISA SIMANJUNTAK,S.Pd P BALIGE Kristen PNS IV/a

01-04-76

01-01-75 D3 Geografi 2000 S1 Geografi 2002

NIP. 130522945 01-10-1951

10 FAIZAL, A.Md.Pd L BK.TINGGI Islam PNS IV/a

01-08-79

01-03-78 D2 Ket. Jasa 1986 D3 Ekonomi 2001

NIP. 130680034 23-07-51

11 SUS MULYADI,Drs L PURWOKERTO Islam PNS IV/a

01-05-82

01-03-81 D1 Olah raga 1980 S1 Tata Perk 1990

NIP. 130921060 12-10-56

12 IMMANUEL SUMARDJO L JOGJAKARTA Kristen PNS IV/a

31-08-77

21-04-76 PGSLP Menggambar 1969 - - -

NIP. 130541005 30-08-48

13 TUKARNA DIANA L KLATEN Islam PNS IV/a

01-03-81

01-11-77 D1 IPA 1977 - - -

NIP. 130674128 17-03-51

14 Hj. RACHMA DIASTANTI,SH P JAKARTA Islam PNS IV/a

01-11-85

01-03-84 D1 PMP Hukum 1983 S1 Hukum 1989

NIP. 131387848 09-05-63

15 DWI HARDININGSIH, Dra P JAKARTA Islam PNS IV/a

01-07-92

01-03-91 S1 Biologi 1989 - - -

NIP. 131950520 12-12-64

16 NURUL HUDA, Dra P JAKARTA Islam PNS IV/a

01-12-86

01-03-84 D2 Bhs.Indo 1983 S1 Bhs.&

Sastra 1990

NIP. 131402943 03-04-61

17 ROSITA MANURUNG P P.SIANTAR Kristen PNS III/c

01-07-77

01-03-76 PGSLP Seni musik 1975 - - -


(2)

18 ISMAIDA, A.Md.Pd P L.SIKAPING Islam PNS III/d

01-03-79

01-03-79 PGSLP Bhs.Indo 1979 D3 Bhs.&

Sastra 1999

NIP. 130795495 15-07-57

19 IRENE L. SIREGAR,S.Pd P AD.KOLING Kristen PNS IV/a

01-06-77

01-03-76 PGSLP Ekonomi 1973 S1 Ekonomi 2002

NIP. 130540978 05-02-54

20 RUSKANDAR L BK.TINGGI Islam PNS III/c

01-11-80

01-03-79 PGSLP Menggambar 1977 - - -

NIP. 130782997 16-02-53

21 SUNARNO,A.Md.Pd L KLATEN Islam PNS IV/a

01-06-82

01-03-81 PGSLP Ekonomi 1969 D3 Ekonomi 2001

NIP. 130915412 06-02-48

22 BACHTIAR ,SPd L PIDIE Islam PNS III/c

01-05-82

01-03-81 D1 Bhs. Ing 1980 S1 Adm.Perk 1997

NIP. 130929317 06-08-54

23 Cy. SUMARDOWO,SPd L MAGELANG Katolik PNS III/d

01-02-85

01-03-83 PGSLP Seni Rupa 1981 S1 Adm.Perk 1995

NIP. 131287937 '02-05-58

24 KAMIRAH,S.Pd P PURWOREJO Islam PNS III/c

01-07-87

01-03-84 D1 PKK 1983 S1 BK 2001

NIP. 131393303 05-04-62

25 IDA BASA SIMAMORA P P. SIANTAR Kristen PNS III/c

01-11-80

01-03-79 PGSLP Bhs. Inggris 1971 - - -

NIP. 130782944 15-01-51

26 YANA FATMAWINARSIH,SE P SURABAYA Islam PNS III/c

01-09-83

01-03-82 PGSLP Tata Busana 1982 S1 Ekonomi 2004

NIP. 131108322 06-06-60

27 ROBIA MAWATI,Hj. A.Md.Pd P P.SIDEMPUAN Islam PNS III/c

01-02-85

01-02-83 D1 Matematika 1982 D3 Matematika 1997


(3)

28 RISNAWATI P SUNGAYANG Islam PNS III/c

31-01-85

01-03-83 D1 Geografi 1982 - - -

NIP. 131264873 28-12-54

29 SUSIATI,Dra P TJ. ENIM Islam PNS III/d

01-09--97

01-12-95 S1 Bhs.& Sastra 1988 - - -

NIP. 132137907 02-09-61

30 MAMININGSIH.PANGATSAMI,S.Pd P GN.KIDUL Islam PNS III/c

01-05-90

01-10-88 D3 Fisika 1987 S1 Fisika 2004

NIP. 131802780 05-06-61

31 SRI SUNARYATI,S.Pd P GN.KIDUL Kristen PNS III/c

01-01-88

01-03-86 SMKI SeniTari 1984 S1 BK 2001

NIP. 131636085 17-08-64

32 Hj. SRI WIDAYATI,SPd P JAKARTA Islam PNS III/c

01-09-99

01-02-97 S1 Bhs.& Sastra 1996 - - -

NIP. 132168010 18-12-69

33 WIDODO,SPd L KLATEN Islam PNS III/c

01-11-99

01-02-97 S1 PMP & KN 1994 - - -

NIP. 132168027 17-12-69

34 TUTI ALAWIYAH,SPd P JAKARTA Islam PNS III/c

01-10-99

01-02-98 S1 Matematika 1996 - - -

NIP. 132199883 05-05-73

35 RIA AGUSTIKA,SPd P JAKARTA Islam PNS III/b

01-03-01

01-03-99 S1 Matematika 1997 - - -

NIP. 132220344 21-08-74

36 DEDIYONO,S.Pd L JAKARTA Islam PNS III/c

01-03-00

01-07-85 S1 Bhs Inggris 1996 - - -

NIP. 132210945 24-11-65

37 SRI RAHAYU, S.Pd P JAKARTA Islam PNS III/b

01-04-00

01-03-99 S1 Bhs. Inggris 1998 - - -


(4)

38 KARTINI P KEDIRI Islam PNS III/a

01-05-97

01-12-95 D3 Bhs. Sastra 1988 - - -

NIP. 132137254 21-04-65

39 SITI ASIYAH,Hj.BA P JOMBANG Islam PNS

DEPAG IV/a

01-07-71

01-07-71 Sarmud Ushuludin 1973 - - -

NIP. 150152472 31-12-51

40 SUYAMTO L TL.AGUNG Islam PNS III/a

01-03-93

01-03-90 PGSLP Olah Raga 1985 - - -

NIP. 132048014 10-10-59

41 YUSRON AM L CILEDUG Islam GTTPNS III/c

01-04-85

01-04-83 SGO Olah Raga 1881 D2 Penjaskes 2002

NIP. 131438533 03-10-61

42 LAELA AMRIYANI, S.Pd P JAKARTA Islam

HONDA/ PTT

NON

PNS -

01-07-98 S1 Matematika 1998 - - -

NIP. 991084001 24-09-75

43 SYAFAAH, S.Ag P JAKARTA Islam

HONDA/ PTT

NON PNS -

01-07-98 S1 Bhs.& Sastra 1995 - - -

NIP. 991084002 14-12-71

44 YUNI PRAPTI, S.Pd P DEMAK Islam

HONDA/ PTT

NON PNS -

01-07-02 S1 Ekonomi 2000 - - -

NIP. 991084003 28-04-77

45 ROHMANI, Drs L JAKARTA Islam GTT

NON PNS -

01-07-01 S1 Bhs. Arab 1992 - - -

NIP. 991084004 24-12-65

46 HASANAH, S.Pd P JAKARTA Islam GTT

NON PNS -

01-07-03 S1 Bhs. Inggris 1996 - - -

NIP. 991084005 04-04-70

47 SRI WAHYUNI, S.Pd P JAKARTA Islam GTT NON

PNS -

01-07-03 S1 Biologi 2001-07-03 - - -


(5)

48 ACHMAD MUFTI, S.Kom L JAKARTA Islam GTT NON PNS -

01-07-03 S1

T.

Informatika 1997 - -

NIP. 991084007 05-10-71 -

49 DWI RETNO PALUPI, S.Pd.Si P JAKARTA Islam GTT NON PNS -

17-07-05 S1 Biologi 2003 - -

NIP. 991084008 21-04-80

50 CHAERUNISA, S.Pd P LUWU Islam GTT

NON PNS -

17-07-05 S1 Sejarah 2006 - - -

NIP. 991084009 20-07-83

51 ANTONIUS NUGROHO, STh L JAKARTA Kristen GTT NON

PNS -

07-07-06 S1 Theologia 2004 - - -

NIP. 991084020 23-03-73


(6)