Kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 59 Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SEFTI AMINAH

NIM: 1110018200038

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

Skripsi berjudul Kontribusi Layanan Bimbinngan

dan

Konseling daram

Membina Disiptin Berajar siswa

di sMIo{

59 Jakarta, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatulah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan

sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakart4 5 Januari 2015

Yang mengesahkan, Pembimbing,


(3)

'lakartr ciisusttt-t oleh SEIrI

I

AN{INAH Non'rol lnclr-rk Mahasisrva l]100181000ig, tlriilukan kepacla Fakultas Ilnru Tarbiyah clan Keguruan UIN Sl,aril' Iliclar,ltLrllalr 'lilkat1a ciatr telah clittvatakart lLrlus clalam Lljian N,lunaclasah pacla tanggal l-i.jrrpuar.i

l()I

i

cli haclaltatt tlervan pcngLrii. Karene ittr. pcnrrlis berhak n'rcprpcr.6lclr gclar. Sriljrna S I (S.Pd.) ditlanr birlans N,lana-jenren pendrclikan.

.lakiiria. 27 .lanr-rar r

l0l5

Panitia LI.iian N,Iunat;asah

KctLrn Panitia (KetLra .lLrr-Lr.sltn,, pr.ogrant Srudi) f arrggal -lancla 'l-irnglrn

Dr. I-las-r,irn As),'ar-i. Nl. Pcl. N IP. I 9(r(r 1009 199-l0l I 00.1

Sckretatris (Sekertaris .lur-usnni pr-odi)

Dr. ZahrLrdin. Lc..Vl.Pcl

N

IP

1 97i0302 2(X)_i0l I 002 f'en-uLrjr I

DLiltaudhahN l_S- 1VI. Pd.

NIl)

I9,sI0408 I98I0.1 2 00I

Pcnuu-ji ll

Di'. N,lalzuki N,lahntucl. N,lA.

NIP. 19560-504 le8

l0i

I 003

)?l

It

JOtb

*/,

*'

2B

_

(_Q[K

Vlengetalrui

Dekatr FakLrltas Ilntu Tarbiyah clarr Kegurtau


(4)

Nama

NIM

Jurusan

Alamat

Nama Pembimbing I NIP

Jurusan/Program Studi

Demikian surat pernyataan ini menerima segala konsekuensi

karya sendiri.

Dr. Salman Tumanggor, M.Pd. r9550601 198103 I 005 Manajemen Pendidikan

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil

SeftiAminah

1 1 1001 8200038

Manajemen Pendidikan

jl. Kutilang 1 No.70 RT.001 RW.05, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

MENYATAKAN

DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling

Dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta adalah benar

hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Jakarta,5 Januari 2015


(5)

i

Skripsi Program Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontribusi layanan bimbingan dan konseling yang meliputi empat aspek yaitu aspek layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem yang ada di SMKN 59 Jakarta. Aspek-aspek layanan tersebut diharapkan dapat membentuk sikap disiplin siswa saat belajar dengan mematuhi aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti, dan juga menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan presentasi. Untuk pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan angket dengan mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru BP/BK, guru piket, wali kelas, serta penyebaran angket kepada siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar di SMKN 59 Jakarta berada pada taraf baik 75,2% yang meliputi aspek kontribusi layanan bimbingan dan konseling sebesar 69,4% dengan taraf kategori baik, dan aspek disiplin belajar siswa sebesar 78,8% dengan taraf kategori baik.

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti memberi masukan agar SMKN 59 Jakarta lebih meningkatkan kerjasama dengan seluruh pihak sekolah agar layanan bimbingan dan konseling itu sendiri lebih bermanfaat dan dapat meningkatkan disiplin siswa ketika belajar di sekolah. Koordinasi dengan orangtua perlu lebih ditingkatkan agar penanganan masalah siswa dapat lebih mudah terselesaikan dan pelanggaran-pelanggaran dapat dicegah dan diminimalisir. Jumlah guru BK harus lebih ditingkatkan sesuai jumlah siswa yang ada di sekolah agar layanan bimbingan dan konseling untuk siswa bisa dapat dirasakan oleh seluruh siswa dan dapat menciptakan situasi belajar yang lebih kondusif.


(6)

ii

Counselling Services in Developing Student Learning Discipline at Vocational High School 59 Jakarta, Thesis Program Degree of Strata I (S1), Program Study of Management Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

This research aims to describe the contribution of guidance and counselling service which are include four aspects; aspects of basic services, responsive service, individual planning service and support existing systems in Vocational High School 59 Jakarta. Those service aspects are expected to form the attitude of discipline when students learn by obey the rules and code at the school.

The methods that used in this research is descriptive qualitative, which is a method that aims to describe the actual conditions of the researched object phenomenon, and also use a quantitative approach by using the presentation. For the collection of data, the writer use the method of interview and questionnaire with the interviewees are the principal, vice principal, guidance and counselling teacher, teachers on duty, homeroom teacher, and also questionnaire distribution to the students.

The results showed that the contribution of guidance and counselling services in developing the discipline of learning in Vocational High School 59 Jakarta are at a good level 75,2% which includes the aspects contribution of guidance and counselling services amounted to 69.4% is at a good level, and aspects of the discipline of student learning amounted to 78,8% is at a good level.

By doing this research, the writer give the advices to the Vocational High School 59 Jakarta to more enhance the cooperation with the stakeholders in order to services of the counseling and guidance itself is more useful and also can improve students discipline at learning activities at school. Coordination with the parent needs to be further improved so that in handling students problem can be more easily resolved and violations can be prevented and minimized. The number of guidance and counselling teachers should be further enhanced in according with the number of students in schools in order to the services of guidance and counselling for students can be felt by all students and can create a more conducive learning situation.


(7)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR

SISWA DI SMKN 59 JAKARTAini dapat penulis selesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan, namun dengan bantuan berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Salman Tumanggor, M. Pd., Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasehat, motivasi, ilmu dan kritik yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan keahlian kepada penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan. 6. Drs. H. Ramli, M.Pd., Kepala SMKN 59 Jakarta yang telah mengizinkan


(8)

iv

8. Kedua orangtua ku (Sugito dan Mahayu), terima kasih banyak atas segala dukungan baik moral maupun materil, doa, nasehat, kesabaran, kasih sayang serta pengorbanan yang tak pernah putus, serta kakak dan adik ku (Abdurrahman, Yanuar, Dewi, Siti), terima kasih untuk dukungan moral dan materil yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Khrisna Andhika Putra, yang senantiasa memberikan dukungannya baik dalam bentuk tenaga mencari referensi, transportasi, motivasi serta doa. 10.Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2010 yang telah mendukung,

penulis ucapkan terima kasih, terutama untuk Siti, Fay dan Mecca. Juga sahabat-sahabat lainnya yang memberikan motivasi, arahan, serta dukungannya yaitu ade irma, windhy, dan yeti semoga persahabatan kita akan terus terjalin.

Penulis tak lupa dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan skripsi ini terdapat hal yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat mendoakan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan tulus dalam penyusunan skripsi ini dan semoga menjadi amal shaleh yang akan dibalas oleh Allah SWT. Karya tulis ini sangat sederhana ini tentunya masih belum sempurna oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan. Dan penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan para pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah SWT juga segala sesuatunya penulis kembalikan.

Jakarta, 5 Januari 2015


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Disiplin Belajar Siswa ... 8

1. Pengertian Disiplin ... 8

2. Macam-macam Disiplin ... 9

3. Fungsi Disiplin ... 10

4. Ciri-ciri Disiplin ... 11

5. Pengertian Belajar ... 12

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 14

7. Pengembangan displin dalam belajar mengajar ... 15

B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 17

1. Pengertian bimbingan dan konseling ... 17

2. Tujuan bimbingan dan konseling ... 21

3. Fungsi bimbingan dan konseling ... 22


(10)

vi

2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ... 36

D. Penelitian yang Relevan ... 38

E. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B.Metode Penelitian ... 42

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

D.Instrumen Penelitian ... 43

E. Teknik Pengolahan Data ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

1. Sejarah Singkat SMK Negeri 59 Jakarta ... 54

2. Identitas Sekolah ... 54

3. Visi dan Misi SMK Negeri 59 Jakarta ... 54

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SMK Negeri 59 Jakarta ... 55

5. Struktur dan mekanisme kerja bimbingan dan konseling .... 57

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

1. Data hasil wawancara ... 62

2. Data Hasil Angket ... 76

C. Analisis dan Interpretasi Data ... 98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

vii

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Penelitian Siswa ... 45

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kepala SMKN 59 Jakarta... 47

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Wakasekbid. kesiswaan... 47

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru BP/BK ... 48

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Guru Piket ... 50

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Wali Kelas ... 51

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Staf Kesiswaan ... 51

Tabel 4.1 Data Guru SMK Negeri 59 Jakarta ... 55

Tabel 4.2 Data Karyawan SMK Negeri 59 Jakarta ... 56

Tabel 4.3 Data Siswa SMK Negeri 59 Jakarta... 57

Tabel 4.4 Guru BK mengadakan kegiatan bimbingan dan konseling Di sekolah ... 76

Tabel 4.5 Guru BK mengadakan layanan orientasi di sekolah ... 77

Tabel 4.6 Guru BK menjelaskan tata tertib dan peraturan sekolah .... 78

Tabel 4.7 Guru BK menyampaikan materi BK di Sekolah... 78

Tabel 4.8 Guru BK memberikan pelayanan di sekolah ... 79

Tabel 4.9 Warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK ... 79

Tabel 4.10 Rutinitas guru BK memberikan layanan bimbingan ... 80

Tabel 4.11 Banyaknya jumlah guru BK ... 81

Tabel 4.12 Guru BK memberikan layanan BK kepada seluruh warga sekolah ... 81

Tabel 4.13 Guru BK membantu permasalahan siswa ... 82

Tabel 4.14 Guru BK membantu kemajuan belajar ... 83

Tabel 4.15 Guru BK mengembangkan kelompok belajar... 83

Tabel 4.16 Guru BK mengadakan konseling kelompok ... 84


(12)

viii

Tabel 4.20 Guru BK memberikan penjelasan cara memanfaatkan

waktu belajar yang baik ... 86

Tabel 4.21 Guru BK mengadakan tes IQ ... 86

Tabel 4.22 Guru BK memfasilitasi kerjasama dalam PKL ... 87

Tabel 4.23 Berpakaian rapi sesuai tata tertib ... 87

Tabel 4.24 Memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir .... 88

Tabel 4.25 Membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan sekolah ... 88

Tabel 4.26 Makan di saat jam pelajaran berlangsung ... 89

Tabel 4.27 Keluar Sekolah tanpa ijin petugas piket... 89

Tabel 4.28 Melaksanakan peraturan yang diberikan guru di kelas ... 90

Tabel 4.29 Tidak keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung... 90

Tabel 4.30 Selalu datang tepat waktu ke sekolah ... 91

Tabel 4.31 Hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai ... 91

Tabel 4.32 Memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran .... 92

Tabel 4.33 Aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti ... 92

Tabel 4.34 Mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku 93 Tabel 4.35 Tetap belajar meski guru berhalangan hadir ... 93

Tabel 4.36 Memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku ... 94

Tabel 4.37 Memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama ... 94

Tabel 4.38 Mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas ... 95

Tabel 4.39 Mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang Memenuhi standar ... 95

Tabel 4.40 Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru ... 96

Tabel 4.41 Berbuat usil dalam kelas ... 96

Tabel 4.42 Memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung ... 97

Tabel 4.43 Mengobrol ketika guru menjelaskan ... 97


(13)

ix

Gambar 4.2 Mekanisme kerja Bimbingan dan konseling ... 59 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling ... 60


(14)

x Lampiran 2 Hasil Wawancara

Lampiran 3 Angket Penelitian

Lampiran 4 Kerangka Program Bimbingan dan Konseling Lampiran 5 Fungsi BK dalam Peminatan Peserta Didik

Lampiran 6 Rekapan Daftar Penertiban Siswa (Razia) 2013/2014 Lampiran 7 Daftar Hadir Pemanggilan Orang Tua

Lampiran 8 Laporan Kunjungan Rumah

Lampiran 9 Angka Kredit Pelanggaran dan Poin Penghargaan Lampiran 10 Buku Catatan Kasus

Lampiran 11 Hubungan Kolaboratif Guru BK dan Guru Mata Pelajaran Lampiran 12 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian

Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 15 Lembar Uji Referensi


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan dan tantangan yang terjadi di masyarakat saat ini memberikan gambaran mengenai tuntutan terhadap perikehidupan manusia dan potensi yang ada pada diri manusia. Individu dituntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat, dan untuk itu memang manusia telah diperlengkapi dengan berbagai potensi, baik potensi yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaannya.1

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan penting dalam meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki individu dengan mendidik individu untuk menghargai perbedaan dan persamaan antar sesama manusia, memenuhi kebutuhan sosial, mematuhi aturan yang mengikat, dan menghormati kehidupan beragama seseorang yang memungkinkannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan perkembangan masyarakat tentunya memerlukan pengembangan individu warga masyarakat agar individu tersebut mampu menyesuaikan diri baik itu di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat.

Pemenuhan terhadap tuntutan di masyarakat terhadap seorang individu seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan dunia pendidikan saat ini. Para siswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang ada, membuat suatu rancangan di masa depan agar bisa mencapai kesuksesan dalam keseluruhan proses belajar di sekolah dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan yang mereka miliki semaksimal mungkin. Akan tetapi fenomena yang terjadi berbeda dengan kenyataan, banyak di antara para siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dan memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.

1

Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 25.


(16)

Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan psikotropika, perilaku seksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal UAN dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan tersebut di atas.2

Saat ini, Fenomena perilaku peserta didik yang menyimpang dan marak terjadi yaitu tawuran, kasus tawuran yang belum lama ini terjadi yaitu tawuran antar pelajar yang terjadi di kawasan Warung Jambu, Kota Bogor, Jawa Barat. Polisi mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan massa, Gerombolan pelajar yang naik truk diserang dari belakang saat mobilnya terjebak lampu merah. Lalu mereka turun dan saling menyerang balik, terjadilah bentrokan, beberapa dari mereka membawa senjata tajam.3 Kasus lainnya pun ada 36 siswa yang sampai dikeluarkan dari sekolah wilayah Jakarta Selatan karena ikut tawuran dan membajak sebuah Kopaja untuk merencanakan tawuran. Pelajar seharusnya lebih disiplin setelah pulang sekolah langsung pulang kerumah tidak ikut andil dalam aksi tawuran yang berbahaya. Tugas seorang pelajar seharusnya belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan di sekolah bukan ikut dalam aksi tawuran yang tentunya merugikan diri mereka sendiri.

Kasus diatas merupakan berbagai masalah dalam dunia pendidikan yang terjadi di luar sekolah sedangkan kasus yang terjadi di dalam sekolah saat ini banyak siswa kurang disiplin dalam belajar seperti keluar kelas pada saat jam pelajaran, keluar tanpa ijin, memainkan handphone saat belajar merupakan salah satu contoh kurangnya kesadaran siswa dalam menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam kondisi seperti itu, harusnya pihak sekolah memberikan bantuan dengan penerapan

2

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.2

3

http://news.detik.com/read/2014/02/28/134858/2511330/10/tawuran-pelajar-di-bogor-polisi-keluarkan-tembakan-peringatan


(17)

disiplin kepada para siswanya agar setiap siswa tersebut dapat menyesuaikan diri secara baik agar terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang.

Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan bukan karena paksaan, tetapi kepatuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.4 Kesediaan mematuhi aturan-aturan tersebut sudah seharusnya dilakukan para siswa agar tidak terlibat perilaku menyimpang baik yang terjadi di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Para siswa seharusnya memiliki kesadaran akan pentingnya mematuhi nilai dan norma baik yang berlaku di sekolah dan di masyarakat.

Upaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu menyesuaikan diri secara baik dapat diwujudkan dengan kontribusi layanan bimbingan dan konseling. Pada dasarnya tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri sejalan dengan tujuan pendidikan karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa :

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Pengembangan potensi peserta didik sudah menjadi tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri, karena pendidikan memegang prinsip terbuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi setiap individu tanpa memandang status sosial, ekonomi, budaya dan agama dalam mengembangkan segala potensinya. Pada umumnya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan perbedaan individu dengan pola pemikiran, sikap dan perilaku yang

4

H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.54. 5

Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003).


(18)

beda secara individual dengan kontribusi layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Berbagai masalah individu yang berbeda terutama dalam hal tingkah laku harus ditangani melalui layanan bimbingan dan konseling dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam belajar. Kegiatan belajar itu sendiri merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah, bimbingan dan konseling di sekolah seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan mengenai kurangnya disiplin siswa terutama dalam hal belajar. Untuk itu diperlukan tenaga pendidik yang kompeten di bidang bimbingan dan konseling untuk membina siswa agar lebih disiplin baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.

Peran bimbingan dan konseling itu sendiri sangat penting terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana bimbingan dan konseling itu sendiri dapat membangun manusia seutuhnya dari berbagai aspek potensi yang ada pada dalam diri peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka seluruh aspek potensi yang ada pada dalam diri peserta didik dapat dikembangkan, baik itu aspek akademik, pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai. Tenaga pendidik bimbingan dan konseling sendiri bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih pekerjaan bimbingan di sekolah yang merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata lain, tugas pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing agar peserta didik dapat mengembangkan segala potensinya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

Hal tersebut menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang harus diemban oleh guru BK sebagai tenaga pendidik di sekolah. Dengan pelayanan bimbingan dan konseling pula peserta didik dapat dibantu untuk mengembangkan


(19)

seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia dapat mengatasi kesulitannya dalam permasalahan belajar dan senantiasa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif. Hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kesadaran siswa dalam menerapkan disiplin belajar agar lebih mudah terwujud.

Dengan demikian disiplin dapat dijadikan tolok ukur untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan penerapan aturan moral dan prinsip dalam mematuhi segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan.Disiplin juga dapat membantu siswa untuk membentuk kemampuan dan pola pikir dalam hidupnya.

Berkaitan dengan disiplin belajar siswa tersebut, berdasarkan pengamatan yang penulis sudah lakukan, secara umum disiplin belajar di SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa siswa di sekolah tersebut yang kurang memiliki kesadaran dalam disiplin belajar seperti, siswa sering ke kantin saat jam pelajaran berlangsung, keluar sekolah saat ada jam belajar, merokok di area sekolah, memainkan handphone saat guru sedang mengajar, bermain laptop dan tidak menyimak guru mengajar, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu bahkan tidak mengumpulkan.

Untuk mengatasi permasalahan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta, bentuk kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan disiplin belajar siswa yang ada di sekolah tersebut yaitu dengan menggunakanempat aspek layanan berupa layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan sistem yang di dalamnya terdapat pelayanan bimbingan pribadi dan konseling kepada siswa yang bermasalah, melakukan kunjungan rumah, serta penerapan buku poin penghargaan dan pelanggaran siswa. Dalam hal ini BK bekerjasama dengan seluruh stakeholder sekolah dan orang tua siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bimbingan dan konseling sebagai karya ilmiah dengan judul “KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN


(20)

KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR SISWA DI

SMKN 59 JAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Kurang seimbangnya guru BK dengan banyaknya siswa.

2. Kurangnya koordinasi antara pihak sekolah dengan orangtua dalam membina disiplin siswa.

3. Rendahnya kesadaran siswa ikut serta dalam proses pembelajaran ketika guru menjelaskan.

4. Rendahnya tingkat disiplin belajar siswa untuk tetap belajar ketika guru berhalangan hadir.

5. Banyaknya siswa yang telat mengumpulkan tugas.

6. Siswa ke kantin dan keluar sekolah saat jam pelajaran berlangsung

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah penelitian pada “Kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang dapat penulis rumuskan yaitu: “Bagaimana kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMKN 59 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015.


(21)

2. Untuk mengetahui kontribusi bimbingan dan konseling dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa.

2. Bagi SMKN 59 Jakarta, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan perbaikan bagi sekolah dalam menerapkan disiplin belajar siswa berupa pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling yang tepat dalam membina disiplin siswa di sekolah. Penerapan kedisiplinan siswa dapat dijadikan acuan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu dan prestasi sekolah.

3. Bagi guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat memudahkan guru BK untuk mengembangkan kontribusi layanan bimbingan konseling dalam rangka meningkatkan disiplin siswa.


(22)

8

A. Disiplin Belajar Siswa

1. Pengertian Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan, yang dibuat oleh pemimpin.1

Menurut H.M. Alisuf Sabri, disiplin yaitu adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan atas kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.2

Menurut Chester Harris disiplin didefinisikan sebagai berikut : “Dicipline refers fundamentally to the principle that each organism learns in some degree to control it self so as to conform to the forces around it with which it has experiences”.

Definisi tersebut mengandung makna tertentu yang berisi ide. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi di atas :

1. Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.

2. Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.

3. Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan

1Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa

, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). h. 30-31.

2

H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).h. 54.


(23)

4. Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.3

Dari keseluruhan pemaparan mengenai disiplin dapat disimpulkan bahwa disiplin yaitu berupa aturan moral dan prinsip untuk mematuhi segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan demi menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.

2. Macam-Macam Disiplin

Menurut Conny R. Semiawan, disiplin dapat terbagi dalam tiga macam, diantaranya, meliputi disiplin dalam waktu, belajar, dan bertata krama.4

a. Disiplin dalam waktu

Kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus belajar untuk terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan waktu ini bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, datang tepat waktu ke sekolah, tidak membolos, dan lain-lain.

b. Disiplin dalam belajar

Siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar adalah siswa yang mempunyai jadwal serta motivasi belajar di sekolah dan rumah. Seperti dalam mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran.

c. Disiplin dalam bertata krama

Adapun maksud dari disiplin dalam bertata krama adalah disiplin yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa, baik kepada guru, teman, dan lingkungan.

Berdasarkan beberapa macam disiplin diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin bermula dari hal-hal kecil seperti memanfaatkan waktu dengan baik, kemudian disiplin dengan memiliki jadwal untuk mengerjakan segala tugas belajar baik itu di sekolah maupun dirumah,

3

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994). h. 123-124.

4

Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: PT. Index, 2008). h. 93.


(24)

serta disiplin dalam bertata krama dengan seluruh warga sekolah. Disiplin membantu anak untuk menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya dan bagaimana mencapai apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.

3. Fungsi Disiplin

Berikut ini merupakan fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u yaitu: a. Menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan

seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian, pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke dalam dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.

c. Melatih kepribadian, sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

d. Pemaksaan, faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa, karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin.


(25)

e. Hukuman, ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya, tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Sanksi itu diharapkan mempunyai nilai pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya.

f. Menciptakan lingkungan kondusif, disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian di implementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur.5

4. Ciri-Ciri Disiplin

Menurut Oteng Sutisna, “suatu syarat mutlak bagi disiplin positif ialah mengkomunikasikan syarat-syarat pekerjaan dan peraturan-peraturan kepada seluruh anggota. Setiap orang harus mengetahui apa yang diharapkan oleh manajemen dan atasan langsungnya dari dirinya. Standar perbuatan yang diharapkan itu biasanya meliputi hal-hal seperti kehadiran yang baik, pemberitahuan bila tak hadir yang bisa dibenarkan, ketepatan dalam waktu, kerja sama dengan atasan dan kawan sekerja, standar-standar sopan santun dan kesusilaan.”6

Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah, sebagai berikut: a. Patuh pada peraturan sekolah.

b. Teratur dalam kelas

c. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan

5Tulus Tu’u, Op. Cit

, h. 38-43. 6

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (dasar teoritis untuk praktik profesional),


(26)

d. Melaksanakan tugas yaitu belajar e. Mengerjakan pekerjaan rumah f. Tidak membuat onar dikelas7

Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik akan berdampak baik bagi sikap dan perilaku siswa. Dengan adanya disiplin di sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana sekolah yang aman, tertib dan kondusif. Apabila disiplin diri pada siswa telah melekat maka dengan kesadaran dirinya siswa akan berhasil dalam belajar.

5. Pengertian Belajar

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Bahkan, Gagne pun mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya yang diakibatkan oleh pengalaman.

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun lingkungan alamiah.8

Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).9

7

Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h.106.

8

Zurinal & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117.

9


(27)

Belajar sebagai suatu kegiatan dapat didefinisikan ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik actual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).10

Menurut Sumadi Suryabrata, belajar itu di definisikan dengan hal-hal pokok sebagai berikut:

a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial)

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).11

Secara singkat dari berbagai pandangan mengenai definisi belajar yang ada, dapat dirangkumkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi. Secara serba singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan oleh penganut paham teori daya yang lebih luas lagi termasuk ke dalam paham Nativisme. Dalam konteks ini, belajar berarti melatih daya (mengasah otak) agar ia tajam sehingga ia berguna, untuk menyayat atau memecah persoalan-persoalan ataupun dalam hidup ini. 2. Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan (material dan atau perkayaan pola-pola sambutan (response) perilaku baru (behavior). Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham Ilmu Jiwa

10

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.56.

11

Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010). h. 232.


(28)

Asosiasi yang lebih jauh lagi paham empirisme. Oleh karena itu, dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalam (memorizing).

3. Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut Ilmu Jiwa Gestalt, yang lebih jauh lagi bersumber pada paham organismic psychology. Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat mekanis dalam kaitan stimulus response (S-R bond), melainkan perilaku organism sebagai totalitas yang bertujuan.12

Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis menyimpulkan belajar merupakan perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan, dan keterampilan individu secara keseluruhan yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.13

Sedangkan menurut Alisuf Sabri, faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

12

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 159-160

13

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 129.


(29)

internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor lingkungan alam (non sosial) dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan alam (non sosial) ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, letak gedung sekolah, dsb. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor internal siswa

Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.14

7. Pengembangan Disiplin dalam Belajar Mengajar

Secara etimologis disiplin berarti to learn (belajar).Jadi pengembangan konsep disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan

14


(30)

bahwa melalui belajar mengajar anak dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.

Dalam bukunya Pedagogy of apprised, Paule Preire mengungkapkan sikap pendidik dalam menciptakan komunikasi semu dan komunikasi kreatif.

Komunikasi semu akan timbul atas dasar paksaan. Hal itu nampak dalam situasi mengajar sebagai berikut:

a. Guru mengajar siswa belajar

b. Guru mengetahui segala-galanya dan siswa tidak mengetahui apa-apa c. Guru berpikir siswa yang dipikirkan

d. Guru berbicara dan siswa mendengarkan dengan setia.

e. Guru memilih dan memaksakan pilihannya siswa menurut serta menyesuaikan dirinya dengan pilihan guru

f. Guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan

g. Guru berinteraksi dan murid menyangka telah berinteraksi bila dia meniru aksi guru

h. Guru memilih isi program dan siswa yang tidak diminta pertimbangan menyesuaikan dirinya

i. Guru mencampuradukkan otoritas ilmu pengetahuan dengan kebebasan siswa

j. Guru merupakan subyek dan si terdidik merupakan obyek

Sebaliknya dijelaskan pula bahwa komunikasi yang kreatif dan disiplin yang timbul dari komunikasi dialogis.

Wujud komunikasi dialogis itu sebagai berikut: a. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru

b. Guru menjadi partner atau rekan bagi siswa yang melibatkan diri serta merangsang daya kritis; kreatif serta selektivitas siswa. Ini yang disebut proses saling memanusiawikan.

c. Manusia dapat mengembangkan dirinya dan kemampuannya untuk mengerti secara kritis mengenai dirinya sendiri dan dunianya.


(31)

Cara ini selalu menyimakkan rahasia realitas yang menentang manusia dan kemudian menuntut sesuatu terhadap tantangan tersebut. Respon tersebut membawa manusia dedikasi yang seutuhnya.

Jadi dari uraian di atas dapat terlihat bahwa disiplin tidaklah sekedar tata aturan belaka, tetapi maknanya menyentuh hakekat kemanusiaan. Oleh karena itu konsep dasar bagi disiplin adalah mengungkap penyedaran diri sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada normanya.

Implikasi dari dasar penilaian ini maka semua tata tertib sebaiknya tidak diterima saja tetapi harus mengerti mengapa harus demikian.15

Pengembangan disiplin dalam belajar mengajar lebih menekankan pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh anak sehingga mereka dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.

B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3) mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang meempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988:599).16

Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan umumnya.17

15

Piet A. Sahertian, Op. Cit, h. 128-129. 16

Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 13. 17

Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.6.


(32)

Bimbingan adalah memberikan informasi dengan cara menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, atau mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.18

Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. (Moh.Surya, 1988:12).19

Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik. (Smith, dalam McDaniel, 1959)20

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.21

Bertolak dari definisi bimbingan di atas, penulis menyimpulkan bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan konselor kepada klien dalam rangka membantu menyelesaikan masalah, membantu dalam memperoleh pengetahuan agar lebih terampil demi tercapainya kesejahteraan hidup.

Sedangkan kata “counseling” berasal dari kata “to counsel” yang artinya memberikan anjuran atau nasihat kepada seseorang secara bertatap muka (face to face).Jadi counseling berarti pemberian nasihat kepada seseorang (yang dibimbing tersebut) secara individual dengan secara face

18

Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling, (Jakarta: Studia Press, 2007), h. 11. 19

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.37.

20

Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), h. 94.

21


(33)

to face.Counseling/Konseling ini dikenal sebagai suatu cara dalam memberikan bimbingan.

Sedangkan istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan ( to take counsel), berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.22

Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.23

Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986:25) mengartikan konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”24

Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa: Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. (Rochman Natawidjaja, 1987:32).25

Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami, bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap

22

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 21-22.

23

Bimo Walgito, Op. Cit, h. 8. 24

Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Op. Cit, h.7. 25


(34)

berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

Dari keseluruhan pemaparan pengertian konseling, penulis menyimpulkan, konseling adalah usaha membantu pemecahan masalah klien secara bertatap muka agar masalah yang dihadapi dapat terselesaikan.

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti dalam kehidupannya.Persoalan yang satu dapat diatasi, timbul persoalan lain. Persoalan lain dapat diatasi timbul pula persoalan lain; demikian seterusnya.26

Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.27

Dari pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

Dari keseluruhan pengertian bimbingan dan konseling, penulis menyimpulkan bimbingan konseling adalah suatu pemberian bantuan kepada individu secara terus menerus dan sisstematis dengan suatu penyelesaian masalah sesuai keadaan klien demi mencapai kesejahteraan.

26

Anas Salahudin, Op. Cit, h. 18. 27

Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT.Indeks, 2011). h. 28.


(35)

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa :

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.28

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidividu bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.29

Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dkk., (1998:20-21) sebagai berikut:

a. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada.

b. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.

28

Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah ,Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003).

29


(36)

c. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.

d. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.

e. Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.30

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk:

a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugasnya, b. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya, c. Mengenal dan memahami tujuan dan rencana hidupnya serta rencana

pencapaian tujuan tersebut,

d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,

e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.31

Berdasarkan keseluruhan tujuan bimbingan dan konseling tersebut, penulis menyimpulkan tujuan bimbingan konseling adalah untuk membantu individu dalam membuat pilihan secara komprehensif di situasi-situasi tertentu demi perkembangan pribadi siswa.

3. Fungsi Bimbingan dan konseling

Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik, yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau

30

Anas Salahudin, Op. Cit, h. 22-23. 31

Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). h.13-14.


(37)

mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).32

Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu: a. Fungsi pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi: 1. Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik

sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing. 2. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di

dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing.

3. Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.33

b. Fungsi Pencegahan

Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993). Oleh karena itu, pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting.

32

Anas Salahudin, Op. Cit, h. 24. 33

Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 25.


(38)

c. Fungsi Pengentasan

Fungsi pengentasan melalui layanan bimbingan dan konseling berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan konseling perorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, program-program orientasi dan informasi serta program-program-program-program lainnya yang disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan dan konseling.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi bimbingan dan konseling.34

e. Fungsi advokasi

Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan

34


(39)

konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.35

Berdasarkan keseluruhan fungsi bimbingan dan konseling penulis menyimpulkan fungsi bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri seorang klien, menyingkirkan segala hambatan yang dialami klien dalam mencapai kesejahteraan, mengentaskan permasalahan yang dialami klien dan mengembangkan minat dan bakat yang dimliki klien.

4. Asas-asas bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan) konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu.

Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, keahlian, ahli tangan dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987).

a. Asas Kerahasiaan

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya.

35


(40)

Sebagaimana firman Allah swt. Bahwa memelihara amanah dan menepati janji nerupakan salah satu karakteristik orang beruntung. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Mu’minun/23:8);

Artinya; … Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.36

b. Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.37

c. Asas keterbukaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

36

Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h. 63 37


(41)

d. Asas Kekinian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.38

e. Asas kemandirian

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam klien. Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemadirian itu di dalam diri klien dengan cara memberikan respon yang cermat. Sebagaimana firman Allah swt.

Artinya :

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….” (QS.Al Baqarah/2 :286).39

f. Asas kegiatan

Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha

38

Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.Mandiriabadi, 2000), h. 31-32.

39


(42)

bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.

g. Asas kedinamisan

Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.40

h. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Dalam hal ini peranan guru, orang tua dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien yang mengalami masalah.41

i. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur,

40

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.49.

41


(43)

teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan.42

j. Asas keahlian

Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Asas alih tangan

Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.43 l. Asas tutwuri handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.Lebih-lebih di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso”.

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan

42

Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 114-120.

43


(44)

bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.44

Dari keseluruhan asas bimbingan konseling yang berjumlah 12 tersebut, penulis menyimpulkan pentingnya keseluruhan asas demi tercipta kemanan dan kenyamanan saat melakukan bimbingan dan konseling saat bersama konselor. Sehingga ada keterbukaan masalah dan adanya interaksi yang cukup baik antara klien dan konselor sehingga pemecahan masalah dapat lebih terselesaikan karena adanya hubungan yang lebih mendalam antara klien dan konselor.

5. Prinsip bimbingan dan konseling

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Seperti halnya dalam memberikan definisi mengenai bimbingan dan konseling, di dalamnya mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pun masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri terhadap titik berat permasalahannya. Sekedar sebagai bukti, akan dikemukakan pula beberapa pendapat dari para ahli mengenai masalah ini

Adapun prinsip-prinsip yang menurut Bimo Walgito ajukan adalah sebagai berikut:

1. Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada khususnya. Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar negara tempat pendidikan itu dilaksanakan.

2. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tercantum dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

44


(45)

Maha Esa dan berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan membantu individu untuk mencapai kesejahteraan.

3. Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, segala langkah bimbingan dan konseling harus sejalan dengan langkah-langkah yang diambil, serta harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling itu, pendidikan akan berlangsung lebih lancar karena mendapatkan dukungan dari bimbingan dan konseling.

4. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, bimbingan dan konseling tidak terbatas pada umur tertentu.

5. Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam sifat, yaitu secara:

a. Preventif, yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.

b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak atau individu

c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai mejadi keadaan-keadaan yang tidak baik. 6. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan

dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh orang-orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut. Dengan demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan dan konseling.


(46)

7. Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan dan konseling. Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan yang dihadapi murid di selesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak mungkin maka dapat diserahkan kepada pembimbing.

8. Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan, tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam memberikan bimbingan dan konseling.

9. Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang menentukan sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling harus benar-benar memerhatikan segala aspek dari individu yang dihadapi.

10. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar belakang sosial, budaya, dan sebagainya.

11. Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup berkembang dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan segi dinamikanya. Segi dinamika inilah yang memungkinkan pemberian bimbingan dan konseling.

12. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu diadakan evaluasi. Dengan evaluasi, akan dapat diketahui tepat-tidaknya bimbingan dan konseling yang tekah diberikan.

13. Sehubungan dengan butir 10, pembimbing harus selalu mengikuti perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang luas, yaitu perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.

14. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus selalu ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat membimbing diri sendiri.


(47)

15. Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalah-masalah pribadi seseorang maka pembimbing harus dapat memegang teguh kode etik bimbingan dan konseling.45

Dari keseluruhan prinsip yang telah dipaparkan, penulis dapat mengambil kesimpulan prinsip dalam bimbingan konseling adalah aspek-aspek yang harus dipegang teguh oleh konselor demi perkembangan anak atau individu agar segala langkah-langkah bimbingan dan konseling sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

C. Kontribusi Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 1. Layanan Bimbingan dan Konseling

Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu. Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran (klien) yang mendapatkan layanan tersebut.46

a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.47

45

Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 30-36. 46

Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h.35.

47

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.60.


(48)

b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien)

c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra-kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.

d. Layanan bimbingan belajar (pembelajaran), yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.48

e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan Guru Pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama Guru Pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-haru dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun

48 Ibid , h.62.


(1)

Program Bimbingan

dan

Konseling

di

Sekolah,

(Jakarta: PT.Rineka Ciota. 200B). h.43.

1

35. 35.

Hallen,

Bimbingan

dun

Konseling,

(Jakarta:

PT.

Rineka Ciota. 2005). h.57-58. 25 57-58

36. 36.

Hallen,

Bimbingan

dan

Konseling,

(Jakarta:

PT.

Rineka Cipta" 2005). h, 63. 26 63

37. 37.

Prayitno

&

Ennan

Amti,

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008),

h.

114-t20.

26

rt4-120

38. 38.

Prayitno, Pelayanan Bimbingan

dan

Konseling,

0

akarta'. PT. Mandiriabadi" 2000). h. 3 1 -32. 27

3t-32

39. 39.

Hallen,

Bimbingan

dan

Konseling,

(Jaftarta:

PT.

Rineka Ciota. 2005). h.64-65 27 64-65 tl

40 44.

Dewa

Ketut

Sukardi, Pengantar

Pelaksanaan

Program Bimbingan

dan

Konseling

di

Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.49.

28 49

ru

41.

4t.

Hallen,

Bimbingan

dan

Konseling,

(Jakarta:

PT.

Rineka Cipta. 2005). h.66. 28 66

42. 42.

Prayitno

&

Erman

Amti,

Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:

PT.

Rineka Cipta, 2008),

h.

114-r20.

28

tt4-120

43. 43.

Anas Salahudin, bimbingan dan konsellng, (Bandung:

Pustaka setia, 2010). h. 42. 29 42

44. 44.

Prayitno

&

Erman

Amti,

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakar&a: PT.Rineka Cipta, 2008),,

h.

114-120.

29

tL4-120


(2)

Andi

Offset,2010), h. 30-36. \

46. 46.

Prayitno, Peloyanan Bimbingan

dan

Konseling,

(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h.35. JJ 35

1

47. 47.

Dewa

Ketut

Sukardi, Pengantar

Pelalrsanaan

Program Bimbingan

dan

Konseling

di

Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.60.

33 60

I

48. 48.

Dewa

Ketut

Sukardi, Pengantar

Pelalaanaan

Program

Bimbingan

dan

K.onseling

di

Sekolah, (Jakarta: PT,Rineka Cipta. 2008). h.62.

34 62

49. 49.

Achmad Juntika

Nurihsan

dan

Akur

, Sudianto,

Manajemen

Bimbingan

dan

Konseling

di

SMP,

Oakarta: PT. Grasindo.2005).

h.

l8-19.

36

t8-19

50. 50.

Tohirin,

Bimbingan

dan

Konseling

di

Sekolah dan Madras ah, (Jakarta: PT. Raj aGrafindo Persa da, 2A07), h.272-273

36 272-273

51. 51

Prayitno, Pelayanbn Bimbtngan

dan

Konseling pada

Sekolah

Menengah

Kejuruan,

(Jakarta:

PT.

Ikrar

Mandiriabadi. 2000). h. 35-39.

39 3s-39

Yzrt^

BAB

III

/'4V

1 1

Anas

Sudjono, Pengantar

Statisttk

Pendidikan,

(Jakarta: Raia Grafindo Persada,2003), h. 43 52 43

2. 2. Suharsimi

Arikunto,

Manaj emen P e.nel it

ian,

(J akarla'.

PT. Rineka Ciota.2005). h.44. 53 44

BAB

TV

1 I

Hasil rvawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru


(3)

)

2.

Hasil

wawancara

dengan

Bapak

Ramli

(I(epala

Sekolah),

SMKN

59 Jakarta,24 November2014. 63

1

J. J.

Hasil

wawancara dengan

Bapak

Ramli

(Kepala

Sekolah),

SMKN

59 Jakarta, 24 November 2A14. 64

4. 4.

Hasil

wawancara dengan

Bapak Sukarno

(Wakil

Kepala

Sekolah)

SMKN 59

Jakarta,

28

November

2014. 64

5, 5. Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BK)

SMKN

59 Jakarta, 24 November 2014. 65

6. 6.

Hasil

wawarLcara dengan

Ibu

Wiwik

Wijayanti

(Guru

Piket)

SMKN

59 Jakarta,24 November 2014. 65

7, 7.

Hasil

wawancara

dengan

Bapak

Ramli

(Kepala

Sekolah)

SMKN

59 Jakarta,24

November2014.

66

8. 8.

Hasil

wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BK)

SMKN

59 Jakarta, 24 lrlovember 2014. 67

9. 9.

Hasil

wawancara dengan

Bapak Sukarno

(Wakil

Kepala

Sekolah)

SMKN 59

Jakarta,

24

November

2014. 67

10. t0.

Hasil

wawancara dengan

Ibu

Wiwik

Wijayanti

(Guru


(4)

11 11

Hasil

wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BPiBK) StrrffN

59 Jakarta,24

November2014

68

a

t2, 12.

Hasil

wawanoara dengan Bapak

Tomi

Sukito

(Ketua

Lab.Pemasarar.

&

Wali

kelas), 28 November 20t4. 69

13. 13.

Hasil

wawancara dengan

Bapak Slrkarno

(Wakil

Kepala

Sekolah),

SMKN 59

Jakarta,

28

November

2014. 69

\

14. 14.

Hasil

wawancara dengan Bapak Sudik (Guru

BP/BK)

SMKN

59

Iakrta,24

Novernber2014. 70

15. 15.

Hasil

wawancara dengan

Bapak Sukarno

(Wakil

Kepala Sekolah bidang Kesiswaan)

SMKN

59

lakarta,

28 November 2014. 7o

t6. 16.

Hasil

wawancara dengan

Ibu

Wiwik

Wijayanti

(Guru

Pike|

SMKN

59 Jakarta, 28 November 2014. 70

17. t7.

Hasil

wawancara

dengan Bapak

Ramli

(Kepala

Sekolah)

SMKN

59 Jakarta, 24 November 2014.

7t

18. 18.

Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BP/BK) SMKN

59 Jakarta,24

November2}l{.

72

19. 19. Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru


(5)

24. 20.

Hasil

wawanoara

dengan Bapak

Ramli

(Kepala

Sekolah)

SMKN

59 Jakarta,24 November2014. 72

2t.

2t.

Hasil

wawarrcara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BP/BK) SMKN

59 Jakarta,24

November2}l4.

73

22. 22.

Hasil

wawarrcara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BP/BK) SMKN

59

lakarta,24

Novemb er 2014. 74

23.

Hasil

wawancara dengan Bapak

Ramli

(Kepala

Sekolah)

SMKN

59 Jakarta, 24 November 2014. 74

24. 24.

Hasil

Dokumentasi Layanan

BK

dalam implementasi

kurikulum

2013

di SMKN

59 Jakarta. 75

25. 25.

Hasil

wawancara dengan Bapak Sudik Pralritno (Guru

BPIBK) SMKN

59 Jakarta, 24 November 2014. 75 \,

26 26

Hasil

wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru

BPIBK) SMKN

59 Jakarfa,24 Novernber2014. 76

27 27

Hasil

wawancara dengan

Bapak Sukarno

(Wakil

Kepala Sekolah bidang Kesiswaan)

SMKN

59 lakarta,

28 November 2014. 76

28 28 Has

Kes

I

wawancara dengan Bapak Firman Firdaus

(Staf

swaan)

SMKN

59 Jakarta, 19 Januari 2015


(6)

Untuk

memenuhi

validasi skripsi

yang

berjudul Kontribusi

Layanan

Bimbingan

dan

Konseling

dalam

Membina Disiplin

Belajar Siswa

di SMKN 59

Jakarta, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang diperoleh.

Jakarta,6 Januari 2015 Dosen Pembimbing

-{'zz2

*

Dr.

Salman

Tumanggor,

M.Pd.

/

(


Dokumen yang terkait

PERANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM PENINGKATAN KUALITAS IBADAH SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH Peranan Bimbingan Konseling Dalam Peningkatan Kualitas Ibadah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun Pelajaran 2014/20

0 4 16

PERANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM PENINGKATAN KUALITAS IBADAH SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH Peranan Bimbingan Konseling Dalam Peningkatan Kualitas Ibadah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun Pelajaran 2014/20

0 6 17

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SEKOLAH MENENGAH Fungsi Bimbingan Konseling Islami dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Delanggu Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 18

STRATEGI KONSELOR DALAM MENANGANI SISWA BERMASALAH PADA PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Kajian Pragmatik).

0 2 32

PENGEMBANGAN PANDUAN LAYANAN KESIAPAN KERJA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MENGGUNAKAN TEKNIK GOALSETTING UNTUK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK).

0 1 17

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA.

0 1 126

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN.

0 0 200

Hubungan peran guru bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa sekolah menegah kejuruan

0 0 6

Kontribusi Dukungan Orangtua dan Persepsi Siswa tentang Disiplin Belajar terhadap Perilaku Membolos serta Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 10

HUBUNGAN DISIPLIN SISWA DENGAN MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 8 JAKARTA SELATAN - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9