Wacana gombal dalam bahasa Indonesia : kajian struktural, pragmatis, dan kultural - USD Repository

  

WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA:

KAJIAN STRUKTURAL, PRAGMATIS, DAN KULTURAL

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Sony Christian Sudarsono

  NIM: 094114002

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  Be(e) not afraid (Bee Community)

  Saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya. (The Alchemist

  • – Paulo Coelho)

  Karya sederhana ini aku persembahkan kepada: Tuhan Yang Maha Esa,

  Bapak Darsono dan Ibu Siti serta Nduk Christin di Klaten, Cempluk dari Bandung

  Prodi Sastra Indonesia USD, Sege nap pembaca karya sederhana ini….

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 28 Februari 2013 Penulis Sony Christian Sudarsono

  

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Sony Christian Sudarsono NIM : 094114002 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul ―Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia: Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural‖.

  Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 28 Februari 2013 Yang menyatakan, Sony Christian Sudarsono

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakasih atas berkat dan rahmat yang melimpah selama penulis menyusun tugas akhir ini dari awal mencari topik hingga akhir penyelesaiannya.

  Skripsi ber judul ―Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia: Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural‖ ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana S1 pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah melalui proses yang panjang, skripsi ini akhirnya terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih teriring doa tulus kepada pihak-pihak yang telah menjadi perpanjangan Tangan Tuhan berikut.

  1. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. yang berkenan menjadi pembimbing I penulis dalam menyusun skripsi ini. Beliau memberikan banyak inspirasi, masukan, pinjaman buku referensi, dan pesan-pesan yang berguna baik untuk penyusunan skripsi ini maupun untuk kehidupan sehari-hari penulis.

  2. Drs. Hery Antono, M.Hum. yang berkenan menjadi pembimbing II penulis dalam menyusun skripsi ini. Beliau juga memberikan banyak inspirasi, masukan, pinjaman buku referensi, dan pesan-pesan yang berguna baik untuk penyusunan skripsi ini maupun untuk kehidupan sehari-hari penulis.

  3. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia USD yang belum disebut: Drs. B.

  Rahmanto, M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum. (dosen pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pengabdian mereka untuk dunia pendidikan sangat berharga dan patut dihormati.

  4. Bapak Anthonius Sudarsono dan Ibu Maria Magdalena Siti Satsini serta Adik Christina Susi Rahayu, keluarga tercinta yang telah membiayai dan selalu mendoakan penulis selama hampir 24 tahun penulis hidup di dunia ini. Semoga karya ini dapat menjadi kado pesta perak pernikahan Bapak dan Ibu yang sangat penulis cintai.

  5. Benedikta Haryanti yang menjadi inspirator khusus penulis dari awal menemukan topik hingga akhir penyusunan skripsi ini.

  6. Staf karyawan sekretariat Program Studi Sastra Indonesia dan Fakultas Sastra yang selama ini mengurus keperluan akademik penulis.

  7. Pengelola dan segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang membantu penulis menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan untuk penelitian ini pada khususnya dan untuk keperluan kuliah penulis pada umumnya.

  8. Teman-teman lain di Prodi Sastra Indonesia angkatan 2009. Tanpa disadari, mereka semua bukan sekadar teman seperjalanan, melainkan juga inspirasi dan penyemangat penulis.

  9. Teman-teman PSM Cantus Firmus USD dan sang pelatih yang setiap berjumpa tak henti-hentinya menanyakan apakah skripsi ini sudah selesai atau belum. Terima kasih juga untuk pengalaman-pengalaman bersama di Palangkaraya, Malang, TBY, dan terakhir Bali yang sungguh tak ternilai harganya. Pengalaman-pengalaman tersebut secara tidak langsung membuat penulis lebih kuat menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menyusun skripsi ini. Semoga tahun depan sukses di Latvia.

10. Semua pihak yang ikut membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas semuanya.

  Penulis menyadari, karya sederhana ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan penulis sebagai seorang manusia. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun demi lebih baiknya karya ini dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga karya sederhana ini memberikan manfaat yang berguna bagi pembacanya. Tuhan memberkati.

  Yogyakarta, 28 Februari 2013 Sony Christian Sudarsono

  

ABSTRAK

  Sudarsono, Sony Christian. 2013. ―Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia: Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kult ural‖. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini membahas wacana gombal (WG). Gombal adalah kata dalam bahasa Indonesia yang mengekspresikan sesuatu yang tidak berguna dan tidak berarti. WG digunakan oleh seseorang (biasanya pria) untuk merayu, menggoda, dan atau mencari perhatian orang lain terutama lawan jenis. Sekarang, WG banyak digunakan untuk hiburan sebagai bagian dari wacana humor. Kajian atas WG ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur WG, kesesuaian WG dengan prinsip kerja sama, penyebab muncul dan berkembangnya WG, dan fenomena- fenomena lingual dalam WG.

  Teori yang digunakan untuk mengkaji WG meliputi (a) pengertian dan struktur wacana, (b) wacana dialog, (c) wacana gombal, wacana humor, dan budaya populer, (d) prinsip kerja sama, serta (e) humor dan penciptaan humor. Landasan teori poin (a) dan (b) digunakan sebagai dasar analisis kajian struktural terhadap WG. Sementara itu, landasan teori butir (c) s.d. (e) menjadi dasar dalam mengkaji kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama, penyebab muncul dan berkembangnya WG, dan jenis-jenis fenomena lingual yang terdapat dalam WG.

  Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengumpulkan data dari buku-buku kumpulan WG dan dari video-video acara televisi yang memuat WG. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa dalam sumber-sumber data tersebut dan mencatatnya dalam kartu data. Kedua, data dianalisis dengan metode agih dan metode padan. Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah teknik bagi unsur langsung. Metode padan yang digunakan adalah metode padan pragmatis. Terakhir, hasil analisis data disajikan dengan teknik informal dan formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif, bukan konotatif. Dengan teknik formal, hasil analisis data disajikan dengan tabel ataupun rumus tertentu (Sudaryanto, 1993: 145).

  Hasil dari penelitian ini meliputi empat hal yaitu struktur WG, kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama, penyebab muncul dan berkembangnya WG, dan fenomena lingual dalam WG. Struktur WG terdiri dari dua unsur, yaitu pengantar dan ketidakterdugaan. Pengantar merupakan bagian WG yang berfungsi sebagai pembangun persepsi tentang sesuatu. Sementara itu, ketidakterdugaan merupakan bagian WG yang berfungsi membelokkan persepsi yang telah dibangun di bagian pengantar untuk menghasilan ―nilai rasa gombal‖ dan efek jenaka.

  Berdasarkan letak unsur pengantar dan ketidakterdugaannya, WG dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe wacana dialog sederhana dan tipe wacana dialog kompleks. WG yang bertipe wacana dialog sederhana memiliki fungsi I dan F. Unsur pengatar dan ketidakterdugaan dalam WG terletak pada fungsi I. WG yang bertipe wacana dialog kompleks sekurang-kurangnya memiliki fungsi I, R/I, R, dan kadang-kadang F. Unsur ketidakterdugaan terletak di fungsi R yang terakhir, sedangkan fungsi-fungsi sebelumnya merupakan unsur pengantar yang membangun sebuah persepsi.

  Tuturan dalam WG membelok dari prinsip kerja sama untuk menghasilkan ―nilai rasa gombal‖. WG memuat sumbangan informasi yang bersifat berlebihan, kurang logis, keluar dari konteks, dan ambigu. Penyebab terjadinya fenomena

  

nggombal dimulai dari media massa, terutama televisi. Media massa melalui

  acara-acara televisi mempublikasikan WG sehingga populer di kalangan masyarakat. WG pun menjadi trend center dalam dunia humor dan trend setter dalam pergaulan sehari-hari.

  Fenomena-fenomena lingual dalam WG meliputi pemanfaatan aspek- aspek kebahasaan, yaitu (a) aspek fonologis yang meliputi (i) subtitusi fonem, (ii) permainan fonem, dan (ii) penambahan suku kata; (b) aspek ketaksaan yang meliputi (i) ketaksaan leksikal: polisemi dan homonimi, dan (ii) ketaksaan gramatikal: idiom dan peribahasa; (c) gaya bahasa yang meliputi (i) hiperbola, (ii) elipsis, (iii) metafora, dan (iv) personifikasi; (d) pantun; (e) nama; (f) pertalian kata dalam frasa, (g) pertalian antarklausa yang meliputi (i) hubungan perlawanan, (ii) hubungan sebab, (iii) hubungan pengandaian, (iv) hubungan syarat, (v) hubungan tujuan, dan (vi) hubungan kegunaan; serta (i) pertalian antarproposisi yang meliputi (i) silogisme dan (ii) entailmen.

  

ABSTRACT

  Sudarsono, Sony Christian. 2013. ―Wacana Gombal in Indonesian Language: Structural, Pragmatics, and Cultural Study‖. Undergraduate Thesis.

  Study Program of Indonesian Literary, Indonesia Literature Course, Sanata Dharma University.

  This thesis discusses wacana gombal (―gombal discourse‖, abbreviated as

  WG). Gombal is a word in Indonesian language that describes something that is useless and invaluable. Someone (usually a man) use WG to attempt to persuade someone else, especially a woman. Now, WG is used as an entertainment so WG is a part of humor discourse. This study on WG aims to describe the structure of WG, the expediency of WG with cooperative principles, the reason WG can be popular, and the lingual phenomenon in the WG.

  The teories that be used in this studying are (a) the definition and structure of discoures, (b) the dialogue discourse, (c) the WG, humor discoures and popular culture, (d) the cooperative principles, and (e) the humor and the humor creating. Teories in point (a) and (b) are used to analyse the structure of WG. Point (c) to (e) become the basis to analyse the expediency of WG with the cooperative principle, the reason WG can be popular, and the lingual phenomenons in the WG.

  The steps of the study are as follows. First, collect the data from the books that and videos TV programs that contain WG with simak methods or observe attentively the using of its langue and wrote it in the data card. Second, the data is analyzed with the method of agih and padan. The agih method is applied through the bagi unsur langsung technique (direct dividing element). The padan method (equal method) that is used is pragmatics padan. Finally, the analytical result from the data is served with informal and formal method. By informal method means that the analytical data are presented by way of ordinary words that is words that has its denotative character not it‘s connotative. Using formal method means that the analytical data are presented by table or a certain formula (Sudaryanto, 1993: 145).

  The result of this research are the structure of WG, the expediency of WG with cooperative principles, the reason WG can be popular, and the lingual phenomenon in the WG. The structure of WG is composed of the introduction and unexpectedness. The function of introduction is to make a perception about something. In the mean time, the unexpectedness functions to split the perception that be made in the introduction to produce ―gombal effect‖ and humor.

  WG can be divided to two types, which are simple conversation and complicated conversation. Simple conversation has I and F. The introduction and unexpectedness are in I. Complicated conversation has I, R/I, R, and sometimes F. The unexpectedness is in the last R. the introduction is the part before the latest R.

  The speech in WG is not appropriate with cooperative principles to produce ―gombal effect‖. WG give the contribution as uninformative as is required or more informative than is required, not logic, out of context, and ambiguous. The reason WG can be popular is started from the mass-media. It through the TV programs publishes WG so that be popular in the public. WG become trend center in entertainment world and trend setter in the daily life.

  The lingual phenomenon in WG cover the utilization of lingual aspects, that are (a) phonological aspects: (i) phonemic play and (ii) syllabic adding; (b) equivocal aspects: (i) lexically equivocal and (ii) grammatically equivocal; (c) figure of a speech: (i) hyperbola, (ii) ellipsis, (iii) metaphor, and (iv) personification; (d) limerick; (e) name; (f) the relation of words in the phrase; (g) the relation inter clauses: (i) paradox relations, (ii) reason relations, (iii) assumption relations, (iv) conditional relations, (v) aim relations, and (vi) useless relations; and (i) inter proposition relations: (i) syllogism and (ii) entailment.

DAFTAR SINGKATAN

  F : feed back I : inisiasi Ir : reinisiasi KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia OVJ : Opera Van Java O1 : orang pertama O2 : orang kedua R : respons R/I : respons/inisiasi WG : wacana gombal

DAFTAR TANDA

   : memprediksi elemen berikutnya

   : terprediksi oleh elemen sebelumnya  : terprediksi elemen sebelumnya dan memprediksi elemen berikutnya [ ] : batas pertukaran ( ) : unsur yang diapit bersifat opsional / / : transkripsi fonemik

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................................... v KATA PENGANTAR......................................................................................................... vii ABSTRAK.......................................................................................................................... ix

  ........................................................................................................................ xi

  ABSTRACT

  DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ....................................................................... xiii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 6

  1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6

  1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 6

  1.5 Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 7

  1.6 Landasan Teori ........................................................................................................ 10 1.6.1 Pengertian dan Struktur Wacana......................................................................

  10 1.6.2 Wacana Dialog ................................................................................................

  12 1.6.3 Wacana Gombal, Wacana Humor, dan Budaya Populer ..................................

  14 1.6.4 Prinsip Kerja Sama..........................................................................................

  17 1.6.4.1 Maksim Kuantitas ...............................................................................

  17 1.6.4.2 Maksim Kualitas .................................................................................

  18 1.6.4.3 Maksim Relevansi ...............................................................................

  19 1.6.4.4 Maksim Pelaksanaan ...........................................................................

  20 1.6.5 Humor dan Penciptaan Humor ........................................................................

  21

  1.7 Metode dan Teknik Penelitian .................................................................................. 22 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...........................................................

  22 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data....................................................................

  23 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ..........................................

  25

  1.8 Sistematika Penyajian .............................................................................................. 25 BAB II STRUKTUR WACANA GOMBAL .......................................................................

  26

  2.1 Pengantar ................................................................................................................. 26

  2.2 Struktur Wacana Gombal ......................................................................................... 26

  2.3 Tipe Wacana Gombal .............................................................................................. 28 2.2.1 Tipe WG Dialog Sederhana .............................................................................

  28 2.2.2 Tipe WG Dialog Kompleks .............................................................................

  31

  2.4 Rangkuman ............................................................................................................. 32 BAB III WACANA GOMBAL DAN PRINSIP KERJA SAMA ..........................................

  34

  3.1 Pengantar ................................................................................................................. 34

  3.2 Kesesuaian Tuturan dalam Wacana Gombal dengan Prinsip Kerja Sama ................. 34

  3.2.1 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Kuantitas......................... 35

  3.2.2 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Kualitas .......................... 36

  3.2.3 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Relevansi ........................ 37

  3.2.4 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Pelaksanaan .................... 38

  3.3 Rangkuman ............................................................................................................. 40 BAB IV WACANA GOMBAL DAN BUDAYA POPULER ...............................................

  41 4.1 Pengantar .................................................................................................................

  41 4.2 Penyebab Terjadinya Fenomena Nggombal..............................................................

  41 4.3 Rangkuman .............................................................................................................

  43 BAB V FENOMENA LINGUAL DALAM WACANA GOMBAL......................................

  45 5.1 Pengantar .................................................................................................................

  45 5.2 Pemanfaatan Fenomena Lingual dalam WG .............................................................

  46 5.2.1 Aspek Fonologis .............................................................................................

  46 5.2.1.1 Permainan Fonem ...............................................................................

  47 5.2.1.2 Penambahan Suku Kata .......................................................................

  49 5.2.2 Aspek Ketaksaan ............................................................................................

  50 5.2.2.1 Ketaksaan Leksikal .............................................................................

  50 5.2.2.1.1 Polisemi ................................................................................

  50 5.2.2.1.2 Homonimi ............................................................................

  52 5.2.2.2 Ketaksaan Gramatikal .........................................................................

  53 5.2.2.2.1 Idiom ....................................................................................

  54 5.2.2.2.2 Peribahasa ............................................................................

  55

  5.2.3 Gaya Bahasa ...................................................................................................

  56 5.2.3.1 Hiperbola ............................................................................................

  57 5.2.3.2 Elipsis .................................................................................................

  57 5.2.3.3 Metafora .............................................................................................

  58 5.2.3.4 Personifikasi .......................................................................................

  60 5.2.4 Pantun .............................................................................................................

  61 5.2.5 Nama ..............................................................................................................

  62 5.2.6 Pertalian Kata dalam Frasa ..............................................................................

  63 5.2.6.1 Frasa Endosentrik Koordinatif ............................................................

  64 5.2.6.2 Frasa Endosentrik Atributif .................................................................

  65 5.2.7 Pertalian Antarklausa ......................................................................................

  66 5.2.7.1 Pertalian Perlawanan ...........................................................................

  66 5.2.7.2 Pertalian Sebab ...................................................................................

  68 5.2.7.3 Pertalian Pengandaian .........................................................................

  69 5.2.7.4 Pertalian Syarat ...................................................................................

  70 5.2.7.5 Pertalian Tujuan ..................................................................................

  71 5.2.7.6 Pertalian Kegunaan .............................................................................

  71 5.2.8 Pertalian Antarproposisi ..................................................................................

  72 5.2.8.1 Silogisme ............................................................................................

  72 5.2.8.2 Entailmen ............................................................................................

  74 5.3 Rangkuman .............................................................................................................

  76 BAB VI PENUTUP ............................................................................................................

  78 6.1 Kesimpulan .............................................................................................................

  78 6.2 Saran .......................................................................................................................

  80 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

  81 SUMBER DATA ................................................................................................................

  84

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Skripsi ini membahas wacana gombal (selanjutnya WG) baik secara struktural, pragmatis, maupun kultural. Akhir-akhir ini, WG mudah dijumpai dalam komunikasi sehari-hari, terutama di kalangan kaum muda. Banyak website dan webblog yang mempublikasikan tulisan-tulisan berupa WG. Bahkan, ada program televisi yang menyediakan ruang tersendiri untuk nggombal.

  Dilihat dari arti katanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

  gombal

  berarti ‗kain yang sudah tua (sobek-sobek)‘ (Tim Penyusun Kamus, 2008: benar, tidak sesuai dengan kenyataan, atau berbohong. Bahkan, WG disebut juga wacana yang tidak berguna atau tidak berarti. Berangkat dari pengertian tersebut, WG dapat diartikan sebagai wacana yang kurang serius dan menjurus pada kebohongan atau berlebih-lebihan. Namun, makna WG mengalami pergeseran.

  WG banyak dipakai untuk merayu, khususnya merayu seorang wanita. Dalam hubungan pacaran atau usaha untuk merebut hati wanita yang diinginkan, seorang pria biasa menggunakan WG untuk merayu wanita pujaannya. Berikut dua contoh WG yang dalam konteksnya diucapkan oleh seorang pria kepada pacarnya.

  (1) Kamu cantik sekali sich, bagaikan rembulan yang sedang purnama. (2) Wajahmu lebih manis daripada gula sekalipun.

  2 Baik contoh (1) maupun (2) memuat tuturan berupa pujian yang berlebihan bagi mitra tuturnya. Wacana seperti itulah yang disebut sebagai wacana

  ―bernilai gombal ‖. Kegiatan yang menggunakan WG sering disebut nggombal.

  Pada perkembangannya, para pengguna WG pun kreatif dalam menciptakan WG. WG tidak melulu berlebihan, namun juga memiliki nilai rasa yang berbeda seperti pada contoh berikut.

  (3) O1 : Aku udah pernah jatuh dari jembatan. Aku udah pernah jatuh dari tangga. Semuanya gak enak.

  O2 : Emangnya ada jatuh yang enak? O1 : Ada satu jatuh yang paling enak, yaitu jatuh cinta sama kamu.

  (Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hal. 19) (4) O1 : Kamu suka tanaman ya?

  O2 : Kok tau sich? O1 : Karena pohon cintamu telah tumbuh rimbun di hatiku.

  (Si Raja Gombal: Rayuan Gombal Ala Andre OVJ, hal. 37) Contoh tuturan (3) dan (4) termasuk WG yang sebenarnya juga hendak merayu mitra tutur dengan pujian gombal. Perbedaannya, pujian pada tuturan (3) dan (4) lebih kreatif dibandingkan tuturan (1) dan (2). Kreativitas tersebut terletak pada permainan bahasa yang digunakan. Tuturan (3) memanfaatkan idiom jatuh

  

cinta yang diperlawankan dengan kata jatuh dalam arti yang denotatif. Tuturan (4)

memanfaatkan entailmen antara tanaman dengan tumbuh rimbun.

  Seperti telah dikatakan di atas, WG awalnya digunakan penutur untuk merayu, memuji, menggoda, dan mencari perhatian dari mitra tutur. Biasanya penuturnya adalah seorang pria yang hendak merayu seorang wanita sebagai mitra tuturnya. Dalam perkembangannya, kini WG pun dapat dijadikan humor yang menghibur . Hal

  3 tersebut dapat dibuktikan dengan adanya program-program televisi yang memuat WG dan dijadikan humor seperti

  ―Comedy Project‖ di Trans TV serta ―Raja Gombal

  ‖ dan ―Opera van Java‖ di Trans7. Ketika WG hanya dipakai oleh penutur pria kepada mitra tutur wanita, wacana tersebut sedang dipakai untuk merayu dan menggoda mitra tutur. Namun, ketika WG dipakai di atas panggung hiburan dan disaksikan penonton, wacana tersebut sedang dipakai untuk melucu seperti yang telah lazim ada dalam acara-acara televisi di atas. Dengan demikian, WG telah menjadi gejala bahasa yang berkembang dan mempublik sehingga menarik untuk diteliti. Di samping itu, WG merupakan bagian dari budaya pop yang bersifat sementara sehingga kajian tentang WG menjadi perlu untuk mendokumentasikan salah satu fenomena bahasa yang pernah berkembang ini. penelitian ini adalah mengkaji WG secara struktural, pragmatis, dan kultural. WG sebagai sebuah satuan kebahasaan berupa wacana tentu memiliki struktur yang membangunnya. Oleh karena itu, kajian terhadap stuktur WG menjadi perlu untuk menentukan tipe-tipenya dan mendasari kajian pragmatis. Perhatikan dua contoh WG di bawah ini

  (5) O1 : Aku nggak pernah dengar tentang belahan jiwa. Aku nggak pernah percaya sampai aku ketemu dirimu.

  O2 : Makasi sayank.

  (Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hal. 42) (6) O1 : Aku didiagnosa sakit jantung. O2 : Hah, kok bisa? O1 : Iya, jantungku selalu berdegup kencang saat dekat denganmu.

  (Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hal. 43)

  4 Wacana (5) dan (6) sama-sama memiliki bagian awal, isi, dan akhir. Namun, wacana (5) lebih sederhana daripada wacana (6) karena hanya memiliki dua tuturan dari O1 dan O2. Adapun wacana (6) bersifat lebih kompleks karena baik O1 maupun O2 mengemukakan lebih dari satu tuturan.

  WG dalam praktiknya digunakan untuk berkomunikasi dan memiliki maksud tertentu sehingga dapat dikaji secara pragmatis. Sebagai alat berkomunikasi, WG tidak dapat lepas dari prinsip kerja sama. Hal kedua yang akan dibahas adalah kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice. WG memiliki ciri-ciri pragmatik yang membedakannya dari bentuk wacana-wacana yang lain. WG memiliki sebuah efek rasa yang sulit didefinisikan yang membuat mitra bicara merasa tersanjung memiliki ―nilai rasa gombal‖. Untuk menciptakan ―nilai rasa gombal‖ tersebut penutur WG menciptakan tuturan yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama Grice. Perhatikan contoh berikut.

  (7) O1 : Neng, punya dua ribu nggak? O2 : Nggak Bang, emang untuk apa? O1 : Parkir di hatimu.

  (Si Raja Gombal, hal. 15) Tuturan O1 di atas kurang sesuai dengan maksim kualitas. Uang dua ribu rupiah memang sesuai jika digunakan untuk membayar tarif parkir. Yang diparkir adalah kendaraan dan tempat parkir yang tepat adalah area parkir. Namun, ternyata O1 menyimpangkan tuturannya dengan mengatakan bahwa yang diparkir justru O1 itu sendiri, dan tempatnya di hati O2.

  5 Berkembangnya WG bukan tanpa sebab. Terkait dengan sebab terjadinya fenomena nggombal, penelitian ini akan mengaitkan WG dengan budaya populer.

  WG dipopulerkan oleh media-media massa sehingga WG dapat dikatakan merupakan bagian dari budaya populer. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya mencakup kajian bahasa baik secara struktural maupun pragmatis, tetapi juga kajian budaya.

  Dalam berbagai acara televisi seperti ―Comedy Project‖, ―Opera van

  Java ‖, dan ―Raja Gombal‖, wacana ―bernilai gombal‖ tersebut dapat menjadi humor bagi penontonnya karena wacana tersebut mengandung permainan bahasa.

  Permainan bahasa dalam WG mencakup penggunaan tuturan yang kurang sesuai dengan aspek-aspek pragmatik dan gaya bahasa. Hal tersebut membuat permainan meliputi prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan parameter pragmatik. Namun, dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah tuturan-tuturan dalam WG yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama. Dengan demikian akan dilihat bagaimana kesesuaian tuturan-tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama. Hal tersebut tersebut tentunya tidak bisa lepas dari penerapan implikatur dan entailmen dalam WG. Permainan bahasa juga mencakup pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan, seperti ketaksaan, gaya bahasa, pertalian antarklausa, dan sebagainya.

  Pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan tersebut menciptakan fenomena-fenomena lingual yang dapat dijadikan prinsip menciptakan tuturan yang bersifat gombal.

  6

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas masalah- masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana strukur WG? 2.

  Bagaimana kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama Grice? 3. Mengapa WG muncul serta berkembang? 4. Fenomena lingual apa saja yang terdapat dalam WG?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  Mendeskripsikan stuktur WG.

  2. Mendeskripsikan kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama Grice.

  3. Mendeskripsikan kemunculan dan perkembangan WG.

  4. Mendeskripsikan fenomena lingual yang terdapat dalam WG.

1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi struktur dan tipe-tipe WG, deskripsi kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama, penyebab terjadinya fenomena nggombal, dan fenomena lingual dalam WG. Secara teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dalam khazanah linguistik —khususnya kajian wacana dan pragmatik—dan kajian budaya populer.

  7 Penelitian ini menghasilkan deskripsi prinsip-prinsip pembentukan tuturan yang menurut Grice tidak logic atau tidak konvensional. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai dokumentasi WG sebagai salah satu gejala bahasa yang sempat populer dan hanya bersifat sementara.

  Sementara itu, secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan pembaca untuk mengetahui jenis-jenis WG serta cara menilai dan membuat WG yang menarik sebagai sebuah hiburan dan humor. Hasil penelitian ini memaparkan bagaimana penciptaan humor terjadi dalam WG dan apa saja tipe- tipe WG. Dengan mengetahui tipe-tipe WG, seseorang dapat membuat WG yang bervariasi sehingga tidak membosankan. Sementara itu, dengan mengetahui kriteria WG yang bernilai gombal, seseorang dapat membuat WG yang menarik retorika yang mengembangkan sisi kreativitas orang dalam bertutur.

1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh ini belum ada pustaka yang membahas WG dari segi kebahasaan.

  Buku-buku tentang WG yang ada hanya memuat kumpulan-kumpulan WG, seperti dalam Antakutsuka (2012), Hape Hang (2011), Deny Ale-Ale (2012), dan Irvan Bachsim (2012). Setiap buku tersebut hanya memuat kumpulan WG dari berbagai sumber tanpa ada analisis terhadapnya. Meskipun demikian, Bachsim dalam Rayuan Gombal Ala Denny Cagur pada bagian Kata Pengantar mengatakan bahwa rayuan gombal yang romantis bahkan menyentuh hati selalu bisa membuat orang merasa ―melayang‖, atau bahkan terharu, tetapi juga bisa membuat orang

  8 tertawa jika rayuan gombal tersebut lucu dan jenaka (Bachsim, 2012: 3). Oleh karena itu, perlu ditinjau pustaka yang membahasa humor dari segi kebahasaan.

  Kajian tentang humor yang berkaitan dengan bahasa pernah dibahas dalam Rahardi (2011). Dalam buku Humor Ada Teorinya: Bahasa dan Gaya Melawak (Rahardi, 2011: 49-92) humor diklasifikasikan menjadi (a) humor plesetan, (b) humor malapropis, (c) humor silap lidah, (d) humor jargon, (e) humor estetis, dan (f) humor konatif.

  Humor plesetan merupakan jenis humor yang paling umum ditemui. Kejenakaan dalam humor plesetan muncul karena ketidakjelasan dan keambiguan dengan sengaja direkayasa sedemikian rupa dengan cara kata-katanya diplesetkan (Ibid., hlm. 49). Humor malapropis biasanya dibuat dengan cara menyelipkan bahasa yang sudah mapan keberadaannya. Dengan menyelipkan kata-kata tertentu yang dijenakakan itu, formula atau struktur yang sudah ada dapat menjadi cukup membingungkan dan membuat orang-orang menjadi terpana. Keterpanaan inilah letak dari sasaran lawakan itu. Begitu kebingunan dan ketidaktahuan itu mencair, meledaklah tawakan didalam lawakan jenaka itu (Rahardi, 2011: 60).

  Bentuk humor yang disusun dengan mempermainkan urutan kata-kata disebut silap lidah. Fenomena kebahasaan yang demikian ini mempermainkan urutan kata-kata yang lazimnya melibatkan bentuk kebahasaan yang mirip-mirip sekali bunyinya (Ibid., hlm. 67). Humor juga banyak dilakukan warga masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan jargon-jargon bahasa. Dapat juga hal ini dilakukan lewat bahasa yang khas digunakan di dalam kelompok sosial tertentu. Humor

  9 model ini juga banyak digunakan dengan cara memanfaatkan kata-kata dari bahasa daerah tertentu (Ibid., hlm. 71).

  Wacana humor estetis dapat disusun dengan memakai bentuk-bentuk yang khusus yang memiliki persamaan bunyi atau mungkin memiliki persajakan akhir tertentu yang memang indah didengar lantaran bunyinya yang memang ritmis (Ibid., hlm. 77). Humor konatif berkenaan dengan salah satu fungsi bahasa yaitu fungsi memerintah dan menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu atau untuk berbuat sesuatu. Kreativitas berbahasa dengan memanfaatkan piranti-piranti wacana konatif juga muncul dalam aneka bentuk ketidaklangsungan pemyampaian maksud imperatif (Ibid., hlm. 87).

  Kajian permainan bahasa dilihat dari sudut pandang pragmatik juga pernah disertasi S3-nya yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kartun: Studi

  

tentang Permainan Bahasa melihat proses terjadinya humor melalui pematuhan

  dan pelanggaran prinsip-prinsip pragmatik, yaitu prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan paremeter pragmatik.

  Sementara itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 143-144) dalam makalah berjudul ―Teori Kesantunan dan Humor‖ yang kemudian dimasukkan sebagai contoh analisis dalam buku Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan

  

Analisis , mengatakan bahwa berhumor adalah salah satu bentuk aktivitas yang

  sering kali dicapai dengan penyimpangan prinsip-prinsip kesopanan. Kelucuan sebuah wacana sering kali terbentuk karena adanya pelanggaran terhadap prinsip- prinsip kesopanan. Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan terhadap teori

  10 kesopanan merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai di dalam upaya memahami wacana humor.

  Dibahas pula kaitan permainan bahasa dengan budaya melalui makalah berjudul ―Wacana Dagadu: Kreativitas yang Berakar dari Kearifan Lokal‖ (Ibid., hlm. 77

  —94). Dalam makalah tersebut disebutkan bahwa permainan bahasa berupa plesetan merupakan kearifan lokal masyarakat Yogyakarta yang keberadaan dan peranannya di tengah masyarakat sangat sentral. Salah satu peranan itu menjadi alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya.

  Masalah media massa, khususnya televisi, juga pernah dibahas Baudrillard (1983) dalam bukunya Simulations. Baudrillard menyebut kehidupan di zaman simulasi mengarah kepada penciptaan simulakra. Perbedaan antara tanda dan kenyataan semakin menipis. Yang ada hanyalah simulasi dan simulakra.

1.6 Landasan Teori

  Pada landasan teori ini akan dipaparkan (a) pengertian dan struktur wacana, (b) wacana dialog, (c) wacana gombal, wacana humor, dan budaya populer, (d) prinsip kerja sama, serta (e) humor dan penciptaan humor. Landasan teori poin (a) dan (b) digunakan sebagai dasar analisis kajian struktural terhadap WG. Sementara itu, landasan teori butir (c) s.d. (e) menjadi dasar dalam mengkaji kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama Grice, penyebab

  11 terjadinya fenomena nggombal, dan jenis-jenis fenomena lingual yang terdapat dalam WG.

1.6.1 Pengertian dan Struktur Wacana

  Baryadi dalam Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa (2002) menjelaskan hakikat wacana secara etimologis. Wacana berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta vacana yang berarti ‗bacaan‘ yang kemudian masuk ke dalam kosakata bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana yang memiliki makna ‗bicara, kata, ucapan‘. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana yang bermakna ‗ucapan, percakapan, tutur yang merupakan suatu kesatuan (Tim Penyusun Kamus, 2008:

  

discourse dalam bahasa Inggris (Baryadi, 2002: 1). Menurut Kamus Linguistik,

  wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Kridalaksana, 2008: 231).

  Wacana dihasilkan oleh proses komunikasi verbal yang berkesinambungan, yaitu dari titik mula, tengah berlangsung, sampai titik akhir.

  Tahap-tahap komunikasi itu menentukan struktur wacana yang dihasilkannya. Sesuai dengan tahap-tahap komunikasi itu, wacana memiliki bagian-bagian, yaitu bagian awal wacana, bagian tubuh wacana, dan bagian penutup (Luxemburg 1984: 100). Sebagai sebuah struktur, setiap bagian wacana memiliki fungsi tersendiri. Bagian awal wacana berfungsi sebagai pembuka wacana, bagian tubuh wacana berfungsi sebagai pemapar isi wacana, dan bagian penutup berfungsi

  12 sebagai penanda akhir wacana. Dari ketiga bagian itu, bagian yang wajib ada adalah tubuh wacana. Dua bagian yang lain tidak selalu ada dalam setiap wacana (Baryadi, 2002: 14).

1.6.2 Wacana Dialog

  Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) wacana monolog, (ii) wacana dialog, dan (iii) wacana polilog. Wacana monolog adalah wacana yang pemproduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara. Wacana dialog adalah wacana yang pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah sapa-menyapa, tanya yang diproduksi melalui pertukaran tiga jalur yang lebih. Pemproduksian wacana polilog pada dasarnya sama dengan wacana dialog karena keduanya melibatkan pihak-pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana polilog adalah percakapan, diskusi, rapat, dan musyawarah (Baryadi, 2002: 11 —12).

  WG termasuk dalam jenis wacana dialog. Menurut Wijana (2003:278), berdasarkan elemen-elemen pembentuknya, wacana dialog dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (i) wacana dialog sederhana dan (ii) wacana dialog kompleks. Wacana dialog sederhana adalah wacana dialog yang memiliki struktur elemen minimal, yaitu terdiri dari unsur inisiasi (I) dan responss (R). Inisiasi adalah elemen dialog yang dipergunakan oleh seorang penutur untuk memberikan

  13 informasi, perintah atau memancing reaksi dari lawan tuturnya. Sementara itu responss adalah reaksi verbal mitra tutur terhadap inisiasi itu. Bila batas transaksi dilambangkan dengan [ ], dan elemen wacana yang memprediksikan dilambangkan dengan , serta elemen yang diprediksi dengan , maka struktur minimal dialog sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut.

  [I R] 

  Contoh: (8) : Nama kamu siapa? (I)

  O1 O2 : Sony. (R)

  Sementara itu, wacana kompleks adalah wacana yang sekurang-kurangnya terdiri dari elemen inisiasi dan responss ditambah satu atau lebih unsur-unsur yang lain, seperti responss inisiasi (R/I), dan feed back (F). Responss inisiasi adalah elemen wacana yang diutarakan oleh partisipan dialog sebagai responss/inisiasi awal terhadap elemen inisiasi. Responss/inisiasi terprediksi oleh inisiasi dan memprediksi responss secara langsung mengikutinya. Bila sebuah dialog memiliki elemen inisiasi, respons inisiasi, dan respons maka formulasi elemennya adalah sebagai berikut ini: