BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM e29d8c990b BAB VIIIBAB 8

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

BAB VIII
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang
mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis
kebutuhan

dan

pengkajian

terhadap


program-program

sektoral,

dengan

mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan
merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
8.1. Rencana Pengembangan Permukiman
8.1.1. Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya
Kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan

Kota Gorontalo VIII - 1

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
 Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10 % pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman
mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik
dan pengawasan teknik,

serta standarisasi teknis dibidang pengembangan

permukiman.
Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
 Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah
susun sederhana;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau
Kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

Kota Gorontalo VIII - 2

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
Kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
 Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Daerah
1.

Isu Strategis
Isu-isu strategis berkenaan dengan pengembangan permukiman, terdiri


dari isu strategis skala nasional dan isu strategis skala Kota Gorontalo. Isu
strategis nasional bersifat umum secara nasional sedangangkan isu strategis
skala Kota Gorontalo bersifat lokal dan spesifik yang keberadaannya bisa
berbeda dengan Kabupaten atau Kota lain di Indonesia.
Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini adalah:
 Mengimplementasikan

konsepsi

pembangunan

berkelanjutan

serta

mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan.
 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif

Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana seKecil mungkin.
 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan,
dan bertambahnya kawasan kumuh.
 Belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur permukiman yang sudah
dibangun.
 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Kota Gorontalo VIII - 3

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Belum optimalnya peran pemerintah

daerah dalam mendukung


pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
Kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
dibidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu strategis pengembangan permukiman di Kota Gorontalo adalah sebagai
berikut :
 Adanya permukiman kumuh di beberapa aliran sungai dan kawasan
perkotaan yang tidak dilengkapi dengan sanitasi dan sarana kebersihan,
sehingga terjadi penumpukan sampah dan limbah rumah tangga.
Sementara sebagian lainnya menjadikan aliran air/sungai sebagai tempat
pembuangan sampah/limbah rumah tangga.
 Kurang optimalnya penanganan dan pengelolaan sampah sehingga di
beberapa wilayah masih sering dijumpai penumpukan sampah.
 Banjir yang selalu terjadi terutama di kawasan pusat Kota Gorontalo akibat
banyaknya infrastruktur perkotaan terutama saluran drainase baik primer
maupun sekunder dan tersier yang tidak berfungsi baik karena rusak
maupun kualitasnya yang buruk karena pendangkalan.

Kota Gorontalo VIII - 4


LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 1. Isu-Isu Stratgegis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Gorontalo
No.
1.

Isu Strategis
Lingkungan

Keterangan
Adanya permukiman kumuh di beberapa aliran sungai dan kawasan
perkotaan yang tidak dilengkapi dengan sanitasi dan sarana kebersihan,
sehingga terjadi penumpukan sampah dan limbah rumah tangga.
Sementara sebagian lainnya menjadikan aliran air/sungai sebagai tempat
pembuangan sampah/limbah rumah tangga.

2.


3.

Manajemen

Kurang optimalnya penanganan dan pengelolaan sampah sehingga di

Pengelolaan

beberapa wilayah masih sering dijumpai penumpukan sampah.

Infrastruktur

Banjir yang selalu terjadi terutama di kawasan pusat Kota Gorontalo akibat
banyaknya infrastruktur perkotaan terutama saluran drainase baik primer
maupun sekunder dan tersier yang tidak berfungsi baik karena rusak
maupun kualitasnya yang buruk karena pendangkalan.

Sumber; Adaptasi dari Dokumen SPPIP Kota Gorontalo, 2010.


2.

Kondisi eksisting
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada

tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK,
untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani,
385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di
perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun
infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau Kecil di perdesaan yang
terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang
tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani
infrastrukturnya.
Kondisi eksisting sebaran permukiman umumnya terkonsentrasi di pusat
kegiatan Kota atau pusat Kota dan di koridor sepanjang jalan arteri yang
menghubungkan Pusat Kota Gorontalo dengan Kabupaten Gorontalo. Kondisi
sebaran kawasan permukiman yang berada di pusat Kota secara langsung juga
berada di kawasan rawan bencana banjir karena dilalui sungai Basar dan muara
Kota Gorontalo VIII - 5


LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

pertemuan 3 sungai di Kota Gorontalo yaitu Sungai Bolango dan Sungai Bone
serta Sungai Tamalate. Kawasan permukiman tersebut adalah Kawasan
Permukiman di Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan
Kota Timur.
Peraturan perundangan Kota Gorontalo (meliputi peraturan daerah,
peraturan Gubernur, peraturan WaliKota/Bupati, maupun peraturan lainya)
yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan
pemanfaatan pembangunan permukiman saat ini terdri dari Peraturan daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Gorontalo
Tahun 2008-2027, dari Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Gorontalo Tahun 2010-2030, dan Keputusan WaliKota tentang
Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota
Gorontalo. Untuk lebih jelasnya menyangkut peraturan perundangan terkait
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. 2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan WaliKota Terkait
Pengembangan Permukiman
Perda/pergub/perwal
No.

Jenis
Produk

No/Tahun

1.

PERDA
Kota
Gorontalo

9/2008

2.

PERDA
Kota
Gorontalo

40/2011

Perihal

Amanat Kebijakan

RPJPD Kota  Sasaran Pokok terkait pengembangan permukiman:
Gorontalo
Terwujudnya penataan ruang perkotaan yang berwawasan
Tahun 2008lingkungan ditunjukan dengan tertatanya lingkungan
2027
pemukiman penduduk dan fasilitas umum yang sehat,
bersih, nyaman, indah dan bebas banjir.
 Arah Pembangunan terkait pengembangan permukiman:
Mewujudkan penataan ruang perkotaan yang berwawasan
lingkungan, diwujudkan dengan peningkatan penataan
lingkungan dan pemukiman penduduk, fasilitas umum serta
menciptakan ruang Kota yang nyaman, asri dan menaraik.
RTRW Kota Rencana kawasan perumahan dengan luas hampir 2000 Ha,
Gorontalo
terdiri atas: kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
Tahun 2010- tinggi; kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan sedang;
2030
dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.
 Rencana kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
tinggi diarahkan di Kecamatan Kota Timur yaitu di Kelurahan
Bugis,
 Rencana kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
sedang, tersebar di seluruh Kota Gorontalo, terdiri atas:
 Kecamatan Kota Selatan, meliputi: Kelurahan Biawao;

Kota Gorontalo VIII - 6

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kelurahan Biawu; Kelurahan Limba B; dan Kelurahan
Limba U1;
 Kecamatan Hulonthalangi, meliputi Kelurahan Siendeng
dan Kelurahan Tenda;
 Kecamatan Kota Timur, meliputi: Kelurahan Heledulaa
Selatan; Kelurahan Ipilo; dan Kelurahan Padebuolo;
 Kecamatan Kota Tengah, meliputi: Kelurahan Dulalowo;
dan
 Kecamatan Kota Utara, meliputi Kelurahan Dembe II.
 Rencana kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
rendah, diarahkan tersebar di seluruh Kota Gorontalo, terdiri
atas:
 Kecamatan Kota Barat, meliputi: Kelurahan Dembe I;
Kelurahan Lekobalo; Kelurahan Pilolodaa; Kelurahan
Buliide; Kelurahan Tenilo; Kelurahan Molosipat W; dan
Kelurahan Buladu;
 Kecamatan Dungingi, meliputi: Kelurahan Libuo;
Kelurahan Tuladenggi; Kelurahan Huangobotu; Kelurahan
Tomulabutao; dan Kelurahan Tomulabutao Selatan;
 Kecamatan Kota Selatan, meliputi Kelurahan Limba U II;
 Kecamatan Hulonthalangi, meliputi : Kelurahan Donggala;
Kelurahan Pohe;dan Kelurahan Tanjung Kramat;
 Kecamatan Dumbo Raya yang meliputi: Kelurahan Botu;
Kelurahan Leato Utara; Kelurahan Leato
Selatan;
Kelurahan Talumolo;
 Kecamatan Kota Timur, meliputi: Kelurahan Heledulaa;
Kelurahan Moodu;dan Kelurahan Tamalate;
 Kecamatan Kota Utara, meliputi: Kelurahan Dulomo,
Kelurahan Dulomo Selatan, Kelurahan Wongkaditi Timur,
Kelurahan Wongkaditi Barat; dan Kelurahan Dembe Jaya;
 Kecamatan Sipatana, meliputi: Kelurahan Bulotadaa Barat;
Kelurahan Bulotadaa Timur; Kelurahan Tapa; Kelurahan
Molosipat U; dan Kelurahan Tanggikiki;
 Kecamatan Kota Tengah meliputi: Kelurahan Liluwo;
Kelurahan Pulubala; Kelurahan Paguyaman; Kelurahan
Wumialo; dan Kelurahan Dulalowo Timur.
Perda/pergub/perwal
No.
3.

Jenis
Produk

No/Tahun

Keputusan 246/2/VI/
WaliKota
2014

Perihal

Penetapan
Lokasi
Lingkungan
Perumahan
dan
Permukima
n Kumuh Di
Kota
Gorontalo

Amanat Kebijakan
Penetapan lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Kumuh Di Kota Gorontalo tahun 2014, terdiri dari:
 Kawasan Biawao-Biawu dengan luas 40,1 Ha, permukiman
yang berada di tepi air
 Kawasan Limba B dengan luas 62,4 Ha, permukiman yang
berada di tepi air
 Kawasan Bugis dengan luas 15 Ha, permukiman kumuh
sempadan sungai
 Kawasan Ipilo dengan luas 21,6 Ha, Permukiman yang
berada di tepi air

Kota Gorontalo VIII - 7

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Kawasan Siendeng dengan luas 20 Ha, Permukiman yang
berada di tepi air.
Tingkat kekumuhan dari ke-5 kawasan diatas adalah 60 %.

Hasil identiikasi kawasan kumuh di Kota Gorontalo berdasarkan surat keputusan
WaliKota Gorontalo berada di 5 (lima) kawasan. Lima kawasan tersebut terdiri dari
Kawasan Bawu dan Biawao; Limba B; Bugis; Ipilo; dan Kawasan Siendeng.
Tabel 8. 3. Data Kawasan Kumuh di Kota Gorontalo Tahun 2013
No.

Lokasi Kawasan
Kumuh

Luas
Kawasan
(Ha)

Jumlah
Rumah
Permanen

Jumlah
Rumah
Semi
Permanen

Jumlah
Penduduk

Kepadatan
Bangunan

1.

Biawu & Biawao
(Kec. Kota Selatan)

40,1

6.624

>150
unit/Ha

2.

Limba B
(Kec. Kota Selatan)

62,4

7.545

100-150
unit/Ha

3.

Bugis
(Kec. Kota Timur)

15,0

2.899

100-150
unit/Ha

4.

Ipilo
(Kec. Kota Timur)

21,8

2.377

60 %
bangunan
permanen
> 60 %
bangunan
permanen
> 60 %
bangunan
permanen
> 60 %
bangunan
temporer

Sumber; Adaptasi dari SK WaliKota Nomor. 246/2/VI/2014

3.

Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara

lain:


Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.



Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,
pulau Kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.



Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:


Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

Kota Gorontalo VIII - 8

LAPORAN AKHIR



[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis
Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman,



Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian
Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden),



Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih
rendah,



Memberikan

pemahaman

kepada

pemerintah

daerah

bahwa

pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.


Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang
Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota

Gorontalo belum di jumpai dalam arahan dokumen RP2KP Kota Gorontalo.

Tabel 8. 4. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota
Gorontalo
No.
1.

2.

3.
4.

5.

Permasalahan Pengembangan
Tantangan Pengembangan
Pemukiman
Aspek Teknis
 Kurangnya sarana kebersihan  Meningkatnya volume sampah
di kawasan pemukiman
pada kawasan permukiman
 Drainase yang kurang
berfungsi secara optimal
Aspek Kelembagaan
 Belum otimalnya penanganan  Meningkatnya volume sampah
dan pengelolaan sampah di
pada kawasan permukiman
daerah pemukiman
Aspek Pembiayaan
Aspek Peran Serta Masyarakat
 Lemahnya Kelembagaan
 Semakin rendahnya kesadaran
permukiman ditingkat
masyarakat dalam menjaga
masyarakat
kualitas lingkungan
permukiman
Aspek Lingkungan Permukiman
 Meluasnya daerah banjir
 Banjir pada kawasan
 Kerusakan jaringan drainase
permukiman dan pusat Kota
peroktaan

Alternatif Solusi
 Penyiapan tempat
penampungan sampah
sementara

 Peningkatan SDM dan
Manajemen penanganan
& pengolahan sampah

 Peningkatan
Kelembagaan
permukiman masyarakat
 Perbaikan sistem
drainase perkotaan
 Keterbatasan lahan di

Kota Gorontalo VIII - 9

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Pemukiman di sempadan
sungai
 Pemukiman daerah
perbukitan
 Permukiman kumuh di
beberapa kwasan perkotaan

 Kerusakan jaringan sarana
prasarana perkotaan lainnya
 Daerah rawan bencana

sekitar kawasan
permukiman eksisting
 Konsisten terhadap
arahan kebijakan dan
peraturan perundangan
terkait dengan
pembangunan
pemukiman di daerah
rawan bencana

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan
Bagian ini merupakan uraian analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah
pengembangan permukiman di perkotaan.
Tabel 8. 5. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Kota
Gorontalo Untuk 5 Tahun
No.
1.

2.

3.
4.
5.

Uraian
Jumlah Penduduk
Kepadatan
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk miskin
Sasaran
Penurunan
Kawasan Kumuh
Kebutuhan
Rusunawa
Kebutuhan RSH
Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman
Baru

Unit
Jiwa
Jiwa/Km2

I

II

Tahun
III

IV

V

259.762 282.707 307.679 334.856 364.434
3.287

3.577

3.898

4.237

4.611

4.928

4.029

3.294

2.693

2.202

3

3

3

3

3

Keterangan
Pertumbuhan
8,83 %

Jiwa/Km2

Jiwa/Km2

Ha
TB
Unit
Kws

Berdasarkan
arahan SPPIP,
hal 8-4

8.1.4. Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang
terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1.

Umum
Kota Gorontalo VIII - 10

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra
 Kesiapan lahan (sudah tersedia)
 Sudah tersedia DED
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Master plan, Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi
 Ada unit pelaksana kegiatan


2.

Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

Khusus
Rusunawa
 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
 Ada calon penghuni
RIS PNPM
 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra
 Desa di Kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya
 Tingkat kemiskinan desa >25 %
 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5
% dari BLM
PPIP
 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan Bupati, terutama Kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
 Tingkat kemiskinan desa >25 %
Kota Gorontalo VIII - 11

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

PISEW
 Berbasis pengembangan wilayah
 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
 Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan
rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini
diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1.

Vitalitas Non Ekonomi
a) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam
ruang Kota.
b) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
Kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
c) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

Kota Gorontalo VIII - 12

LAPORAN AKHIR

2.

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Vitalitas Ekonomi Kawasan
a) Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
Kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b) Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang Kota, dimana keterkaitan dengan
faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat
menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam
Kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti
pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c) Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.

3.

Status Kepemilikan Tanah
a) Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b) Status sertifikat tanah yang ada.

4.

Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air
limbah.

5.

Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme Kelembagaan
penanganannya.
b) Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.

8.1.5. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan
1.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan
antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program
dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan
kemampuan pendanaan pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga untuk jangka

Kota Gorontalo VIII - 13

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga Kelima.
Tabel 8. 6. Format Usulan dan Priotitas Program Infrastruktur Permukiman Kota Gorontalo
No.
I.
1.

2.

3.

4.
5.

6.
II.
1.
2.
3.
4.

5.
6.

7.

8.

Program/Kegiatan
Infrastruktur Kawasan
Permukiman
Pek. Jalan Lingkungan Kel.
Molosipat Kec. Sipatna (Kompl.
Perum Ersa Permai)
Infra. Kaw. Pemk. Perkotaan
(Kumuh ) Kws. Biawao Kec. Kota
selatan
Infra. Kaw. Pemk. Perkotaan
(Kumuh ) Kws. Biawao, Kec. Kota
Selatan
Pekerjaan Jalan Lingkungan
Perum Kel. Tapa
Pekerjaan Jalan Lingkungan
Lokasi Kws. Kel. Lekobalo Kec.
Kota Barat
Pek. Saluran Lanjutan Saluran Jln.
Nani WartaBone
Infrastruktur Permukiman RSH
yang Meningkat Kualitasnya
Perbaikan Jalan Lingkungan Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Infra. Kaw. Pemk Perkotaan (RSH)
Kws. Kelurahan Huangobotu
Pembuatan Jalur Pejalan Kaki Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Pembuatan Saluran Irigasi
Pembuang dan Jalan Setapak Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Pembuatan Bangunan Silang Baru
Kel. Biawao Kec. Kota Timur
Rehab Saluran dan pembuatan
Talud sungai Kel. Biawao Kec.
Kota Timur
Lanjutan Peningkatan Jalan
Lingkungan Kel. Biawao Kec. Kota
Timur
Lanjutan Pemasangan Rambu
Peringatan Kel. Biawao Kec. Kota
Timur

Volume
/Satuan

Biaya (Rp)

Lokasi

1 pkt

Kel. Molosipat
Kec. Sipatna
329.000.000
(Kompl. Perum
Ersa Permai)

1 pkt

1.000.000.000 Kec. Kota selatan

1 pkt

1.200.000.000 Kec. Kota selatan

1 pkt

2.800.000.000 Kel. Tapa

1 pkt

880.000.000 Kec. Kota Barat

1 pkt

200.000.000

Kriteria
Kesiapan

Jln. Nani
WartaBone

1 pkt

1.000.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

1.050.000.000

1 pkt

1.600.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

1.200.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

1.550.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

1.200.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

1.370.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

850.000.000 Kec. Kota Timur

Kelurahan
Huangobotu

Kota Gorontalo VIII - 14

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

LAPORAN AKHIR

No.
9.

10.

11.

Program/Kegiatan
Lanjutan Pembersihan Saluran,
Pembuatan Talud sungai Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Lanjutan Pembuatan Bangunan
Silang Baru Kel. Biawao Kec. Kota
Timur
Lanjutan Pembuatan Talud
Sungai Kel. Biawao Kec. Kota
Timur

2.

Volume
/Satuan

Biaya (Rp)

Lokasi

1 pkt

850.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

850.000.000 Kec. Kota Timur

1 pkt

2.500.000.000 Kec. Kota Timur

Kriteria
Kesiapan

Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus

meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber
pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).
Tabel 8. 7. Usulan Pembiayaan Proyek
No.
I.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

II.

1.

Program/Kegiatan
Infrastruktur Kawasan
Permukiman
Pek. Jalan Lingkungan
Kel. Molosipat Kec.
Sipatna (Kompl. Perum
Ersa Permai)
Infra. Kaw. Pemk.
Perkotaan (Kumuh) Kws.
Biawao Kec. Kota selatan
Infra. Kaw. Pemk.
Perkotaan (Kumuh) Kws.
Biawao, Kec. Kota
Selatan
Pekerjaan Jalan
Lingkungan Perum Kel.
Tapa
Pekerjaan Jalan
Lingkungan Lokasi Kws.
Kel. Lekobalo Kec. Kota
Barat
Pek. Saluran Lanjutan
Saluran Jln. Nani
WartaBone
Infrastruktur
Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya
Perbaikan Jalan
Lingkungan Kel. Biawao
Kec. Kota Timur

APBN

APBD
Prov

APBD
Kota

329.000.000

MSYKT

Swasta

CSR

TOTAL

329.000.000

1.000.000.000

1.000.000.000

1.200.000.000

1.200.000.000

2.700.000.000

100 000.000

2.800.000.000

800.000.000

80.000.000

880.000.000

200.000.000

1.000.000.000

200.000.000

1.000.000.000

Kota Gorontalo VIII - 15

LAPORAN AKHIR

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Infra. Kaw. Pemk
Perkotaan (RSH) Kws.
Kelurahan Huangobotu
Pembuatan Jalur Pejalan
Kaki Kel. Biawao Kec.
Kota Timur
Pembuatan Saluran
Irigasi Pembuang dan
Jalan Setapak Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Pembuatan Bangunan
Silang Baru Kel. Biawao
Kec. Kota Timur
Rehab Saluran dan
pembuatan Talud Sungai
Kel. Biawao Kec. Kota
Timur
Lanjutan Peningkatan
Jalan Lingkungan Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Lanjutan Pemasangan
Rambu Peringatan Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
Lanjutan Pembersihan
Saluran, Pembuatan
Talud Sungai Kel. Biawao
Kec. Kota Timur
Lanjutan Pembuatan
Bangunan Silang Baru
Kel. Biawao Kec. Kota
Timur
Lanjutan Pembuatan
Talud Sungai Kel. Biawao
Kec. Kota Timur

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

1.050.000.000

1.050.000.000

1.600.000.000

1.600.000.000

1.200.000.000

1.200.000.000

1.550.000.000

1.550.000.000

1.200.000.000

1.200.000.000

1.370.000.000

1.370.000.000

850.000.000

850.000.000

850.000.000

850.000.000

850.000.000

850.000.000

2.500.000.000

80.000.000

2.580.000.000

Kota Gorontalo VIII - 16

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 8.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Gorontalo

Kota Gorontalo VIII - 17

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kota Gorontalo VIII - 18

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.2. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan
8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan
peraturan antara lain:
 UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan Kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
 UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:


Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah;



Status kepemilikan bangunan gedung; dan



Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas
Kota Gorontalo VIII - 19

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak
lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi
kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
 PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
 Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun
perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari
jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan
melalui peraturan WaliKota/Bupati.
 Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan
Kota Gorontalo VIII - 20

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen
tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan
kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi
di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan
gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
 Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan
dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
 Penyusunan

norma,

standar,

prosedur

dan

kriteria,

serta

pembinaan

Kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
 Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Kota Gorontalo VIII - 21

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
 Kegiatan penataan lingkungan permukiman
 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
 Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
 Peningkatan dan pemantapan Kelembagaan bangunan dan gedung;
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
 Pelatihan teknis.
 Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Daerah
1.

Isu Strategis
Isu-isu strategis berkenaan dengan penataan bangunan dan lingkungan,

terdiri dari isu strategis skala nasional dan isu strategis skala Kota Gorontalo.
Isu strategis nasional bersifat umum secara nasional sedangangkan isu strategis
skala Kota Gorontalo bersifat lokal dan spesifik yang keberadaannya bisa
berbeda dengan Kabupaten atau Kota lain di Indonesia.
Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap penataan bangunan dan
lingkungan saat ini adalah:
 Penataan Lingkungan Permukiman
 Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
Kota Gorontalo VIII - 22

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
 Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
 Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal;
 Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal;
 Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
 Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
 Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di Kab./Kota;
 Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,
tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;
 Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah
negara;
 Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan
rumah Negara.
 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
 Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang
atau sekitar 11,96 % dari total penduduk Indonesia;
 Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing
in-cash sesuai MoU PAKET;
 Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.

Kota Gorontalo VIII - 23

LAPORAN AKHIR

Isu

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

srategis penataan bangunan dan lingkungan pada tingkat Kota

Gorontalo terkait dengan penataan lingkungan permukiman dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 8. 9. Isu Strategis sektor PBL di Kota Gorontalo
No
1.

Kegiatan Sektor PBL
Penataan Lingkungan
Permukiman

Isu Strategis sektor PBL
 Kebutuhan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman kumuh
 Peningkatan kualitas lingkungan kawasan
tradisional/bersejarah
 Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal

2.

Penyelenggaraan Bangunan
Gedung dan Rumah Negara

 Rehabilitasi bangunan gedung negara
 Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam
pengelolaan gedung dan rumah negara
 Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan

3.

Pemberdayaan Komunitas
dalam Penangulangan
kemiskinan

 Penangulangan kemiskinan di perkotaan

2.

Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat

PBL adalah dengan jumlah Kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi
berupa

peningkatan

kualitas

infrastruktur

permukiman

perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah
10.925 Kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun
Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106
Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan
Bupati/WaliKota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota
dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan
bersama.
Peraturan perundangan terkait penataan bangunan dan lingkungan Kota
Gorontalo terdiri dari Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Kota Gorontalo VIII - 24

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Panjang dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Selain itu Kota
Gorontalo telah menetapkan peraturan daerah tentang bangunan yang
menjadi acuan hukum dalam pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan
bangunan.
Arahan kebijakan peraturan perundangan yang dimaksud dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 8. 10. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan WaliKota Terkait Penataan
Bangunan dan Lingkungan
No.
1.

2.

3.

Perda/pergub/perwal
Amanat Kebijakan
Jenis
No./Thn
Perihal
Produk
PERDA
9/2008
RPJPD Kota  Sasaran Pokok terkait pengembangan permukiman:
Kota
Gorontalo
Terwujudnya penataan ruang perkotaan yang berwawasan
Gorontalo
Tahun 2008lingkungan ditunjukan dengan tertatanya lingkungan
2027
pemukiman penduduk dan fasilitas umum yang sehat, bersih,
nyaman, indah dan bebas banjir.
 Arah Pembangunan terkait pengembangan permukiman:
Mewujudkan penataan ruang perkotaan yang berwawasan
lingkungan, diwujudkan dengan peningkatan penataan
lingkungan dan pemukiman penduduk, fasilitas umum serta
menciptakan ruang Kota yang nyaman, asri dan menaraik.
PERDA
40/2011 RTRW Kota Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
Kota
Gorontalo
mekanisme pemanfaatan ruang dengan berpedoman pada
Gorontalo
Tahun 2010- peraturan zonasi dan rencana rinci tata ruang
2030
PERDA
12/2005 Bangunan
Bertujuan untuk:
Kota
 Mewujudkan bangunan yang tertata sesuai dengan
Gorontalo
peruntukan
 Mewujudkan bangunan yang fungsional dan sesuai dengan
tata bangunan yang serasi, selaras dengan lingkungan.
 Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang
menjamin keandalan teknis bangunan dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
 Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
bangunan.

Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan
non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah
melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan
serta

penyelenggaraan

bangunan

gedung

dan

fasilitasnya

di

377

Kabupaten/Kota.
Kota Gorontalo VIII - 25

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian Sektor PBL di Kota Gorontalo
perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan. Tetapi berhubung data
yang tersedia tidak lah cukup sehingga tahapan ini belum bisa dilakukan secara
optimal.
Data yang dihimpun untuk kondisi eksisting sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan Kota Gorontalo, baru terdiri dari Rencana ruang terbuka hijau
di Kelurahan Limba U II dengan luas 2.625 M2 atau sebesar 80 %.

Tabel 8. 11. Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional
Bersejarah
Nama
Kawasan

RTH

Dukungan
Infrastruktur

Penanganan
Kebakaran

Pemenuhan SPM

Lokasi/Nama
RTH

Luas RTH

%
Luas
RTH

RTH Limba U II

2625 M2

80

Ketersediaan
IMB

%
IMB

HS
BGN

Instansi

Program pemberdayaan komunitas dalam rangka penanggulangan
kemiskinan di Kota Gorontalo dilaksanakan oleh PNPM Perkotaan-P2KP di 2
(dua ) Kelurahan yaitu Kelurahan Buladu dan Kelurahan Tenilo yang ke-duanya
berada di Kecamatan Kota Barat. Program pemberdayaan tersebut berkaitan
dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik.
Tabel 8. 12. Pemberdayaan komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No.
1.
2.

Kecamatan
Kel. Buladu, Kec. Kota Barat
Kel. Tenilo, Kec. Kota Barat

3.

Kegiatan PNPM
Perkotaan (P2KP)
Parasarana & Sarana Fisik
Parasarana & Sarana Fisik

Kegiatan Pemberdayaan
Lainnya

Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
 Penataan Lingkungan Permukiman:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;

Kota Gorontalo VIII - 26

Prasarana
Kebakaran

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL
untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam
penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama Kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih Kecilnya alokasi anggaran
daerah

untuk

peningkatan

kualitas

lingkungan

dalam

rangka

pemenuhan SPM.
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 Masih adanya Kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk Kota metropolitan,
besar, sedang, Kecil di seluruh Indonesia;
 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.
Kota Gorontalo VIII - 27

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
 Masih

kurang

diperhatikannya

kebutuhan

sarana

lingkungan

hijau/terbuka, sarana olah raga.
 Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan Kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Permasalahan dan tantangan sektor PBL di Kota Gorontalo tidak jauh
berbeda dengan pemasalahan dan tantangan yang dihadapi secara nasional.
Seperti belum seluruhya RTH yang ada memenuhi standar yang ditentukan,
Terkendalanya penyediaan Prasarana dasar sistem proteksi kebakaran, belum
konsistem dalam penetapan HSBGN, kekurangan pada pembiayaan gaji dan
kurangnya partisipasi masyarakat.
Tabel 8. 13.

No.
I.

Apek PBL

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Permasalahan yang Dihadapi

Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Aspek Teknis
 Belum seluruhnya RTH Publik yang
ada memenuhi standar
 PSD RISPK terkendala dengan
minimnya Kelembagaan dan
Kelengkapan armada
Aspek Kelembagaan
Aspek Pembiayaan
 Minimya alokasi anggaran daerah
dalam rangka peningkatan kualitas
lingkungan untuk pemenuhan SPM

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta

 Minimnya pengetahuan
masyarakat dalam rangka
pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang

Tantangan
Pengembangan

Alternatif Solusi

Semakin
meningkatnya
kepadatan bangunan

 Penataaan RTH
 Penguatan
kelembagaan
dan penyiapan
armada

Alokasi APBD sangan
kecil untuk
pemenuhan SPM

Sinkronisasi
kegiatan provinsi
dan kota untuk
peningkatan
kualitas SDM
Sosialisasi dan
perketatan IMB

Masyarakat
melakukan
pembangunan tanpa
IMB

Kota Gorontalo VIII - 28

LAPORAN AKHIR

II.

III.

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Aspek Lingkungan
 Penurunan kualitas lingkungan
Timbulnya kws kumuh
Permukiman
hunian
Kegiatan PenyelenggaraanBangunan Gedung dan Rumah negara
Aspek Teknis
Aspek Kelembagaan
 Belum konsistem dalam
HSBGN sangat
menetapkan HSBGN
bervariatif
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dala Penanggulangan Kemiskinan
Aspek Teknis
Aspek Kelembagaan
Aspek Pembiayaan
 Kekurangan dana sharing pemkot
Biaya Belanja masih
besar
Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
Aspek Lingkungan
Permukiman

 Kurangnya peran serta masyarakat
 Meningkatnya kebutuhan NSPM
yang berkaitan dengan pengolahan
dan penyelenggaraan bangunan
gedung.

Tingkat partisipati
rendah
Belum optimal
kebutuhan NSPM

Penyususuna
dokumen RTBL

Pembuatan HSBGN
per triwulan

Mendorong setiap
SKPD u alokasi
dana Sosial
Sosialisasi program
pemberdayaan
Penyusunan NSPM

8.2.3. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab./Kota,
mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU
No. 8 Tahun 2010.
Tabel 8. 14. Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
I.

II.

Tahun
I
II
III
IV
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Ruang terbuka Hijau
M2
10.000 10.000 10.000 10.000
(RTH)
Ruang Terbuka
M2
500
500
500
500
PSD
Unit
5
5
5
5
PS Lingkungan
Unit
5
5
5
5
HSBGN
Laporan 1
1
1
1
Pelatihan Teknis Tenaga laporan 1
1
1
1
Pendata HSBGN
lainnya
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Fungsi Hunian Unit
Bangunan Fungsi
Unit
Keagamaan
Bangunan Fungsi Usaha Unit
Bangunan Fungsi Sosial
Unit
Budaya
Bangunan Fungsi Khusus Unit
Uraian

Satuan

V

Keterangan

10.000
500
5
5
1
1

Kota Gorontalo VIII - 29

LAPORAN AKHIR

III.

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Bintek Pembangunan
laporan 1
1
1
1
Gedung Negara
Lainnya
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dala Penanggulangan Kemiskinan
P2KP
PLPBK
kws
2
2
2
2
...

1

2

8.2.4. Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang
mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,
pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan Kelembagaan yang akan
menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur
dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
1.

Fasilitasi Ranperda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
 Kabupaten/Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan
Gedung;
 Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG

2.

Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria Khusus : Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya;
 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/Kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

3.

Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
Kota Gorontalo VIII - 30

LAPORAN AKHIR

[BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
 Kawasan yang dilestarikan/heritage;
 Kawasan rawan bencana;
 Kawasan gabungan atau campuran