BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan - Rinda Wati BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan a. Definisi Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan

  terdiri dari ovulasi ,migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,2010). adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar, atan 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,2010).

  

7 Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu penyatuan antara spermatozoa dan ovum yang kemudian berimplantasi pada uterus. Dalam proses yang berlangsung dalam waktu 40 minggu.

  b.

  Proses Kehamilan Menurut Manuaba (2010), proses terjadinya kehamilan adalah sebagai berikut : 1)

  Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

  2) Spermatozoa kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan 3cc sperma yang mengandung sampai 60 juta spermatozoa setiap cc.

  Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk kedalam alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.

  3) Konsepsi

  Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.

  4) Proses Nidasi atau Implantasi

  Dengan masuknya ini spermatozoa ke dalam sitoplasma, “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan “telofase” sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.

  5) Pembentukan Plasenta dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mas akan tertanam kedalam endometrium. SI trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukn plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksselom membentuk”entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telor)sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantong yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm, dan mesoderm.

  Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.

  c.

  Standar Kunjungan Ibu Selama Kehamilan Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan guna mendapatkan pelayanan antenatal terstandar.

  Istilah kunjungan ibu hamil ini dapat diartikan berkunjungnya ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan, atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya. Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan di puskesmas, bidan di desa, bidan sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan. Pelayanan antenatal dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, tempat praktek bidan/dokter.

  Sedangkan di desa dapat dilakukan di Polindes, Posyandu atau kunjungan ke rumah.

  Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan antenatal dengan pelayanan program gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK dan frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity yang ada. Selanjutnya akan menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan, strategi, kegiatan dari program yang terkait. Dalam pelaksanaanya perlu dibentuk tim pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan sistem rujukan yang jelas (Manuaba, 2002).

  Kunjungan antenatal 4 kali selama hamil adalah jumlah minimal. Jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :

Tabel 2.1 Tabel kunjungan antenatal care

  Kunjungan ke Umur kehamilan Tujuan I 16 minggu a.

  Penapisan dan pengobatan anemia b.

  Perencanaan persalinan c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya

  II dan III 24-28 minggu a.

  Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan 32 minggu dan pengobatannya b.

  Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan c.

  Mengulang perencanaan persalinan

  IV 36 minggu a.

  Kegiatan yang dilakukan sama dengan sampai lahir kunjungan II dan III b.

  Mengenali adanya

  Sumber. Prawirohardjo (2009) d.

  Standar Pelayanan Antenatal 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 2) Pengukuran tekanan darah. 3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

  5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

  6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan. 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 8)

  Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana).

  9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

10) Tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2016).

  e.

  Perubahan pada kehamilan menurut Saninem (2009) : 1)

  Perubahan fisiologis Perubahan pada kulit. Terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, hidung, aerola mammae, puting susu, perut dan suprapubis mengalami hiperpigmentasi.. Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore

  stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

  b) Perubahan kelenjar. Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahn ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil. c) Perubahan payudara. Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah: (1)

  Payudara membesar, tegang, dan sakit (2) Vena dibawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas. (3)

   Hiperpigmentasi pada aerola mamae dan puting susu serta muncul aerola mamae sekunder.

  d) Perubahan perut. Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya, hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.

  e) Alat kelamin luar. Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembukuh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick. f) Perubahan pada tangkai. Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

  g) Perubahan pada sikap tubuh. Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

  2) Perubahan Psikologis

  Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada trimester I menjadi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri. perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

  f.

  Tanda- tanda Kehamilan menurut Manuaba (2010) : 1)

  Tanda dugaan kehamilan

  a) Amenorea (terlambat datang bulan)

  Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan. b) Mual dan muntah (amesis)

  Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

  c) Ngidam

  Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

  d) Sinkope atau pingsan

  Terjadinya ganguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkaniskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan kehamilan 16 minggu.

  e) Payudara tegang

  Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.

  Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

  f) Sering miksi

  Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

  g) Konstipasi atau obstipasi

  Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  h) Pigmentasi kulit

  Keluarnya melanohore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae,striae nigra,linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susumakin menonjol, kelenjar Montgomery pipi (kloasma gravidarum). i)

  Epulis Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. j)

  Varises atau penampakan pembuluh darah vena Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi merekayang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genitaliaeksterna, kaki dan betis, dan payudara.

  Dapat memakai hak tinggi untuk mengurangi sakitnya 2. Lokal: dapat diurut dengan minyak analgesik 3. Obat analgesik per oral mungkin menolong

  Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultasonogrofi .

  2. Dapat mengganggu tidur karena sakit pinggang meningkat dimalam hari 3. Penyebab:

  1. Lemahnya sendi sakroiliaka dan muskulus yang mendukungnya

  Tabel 2.2Ketidaknyamanan pada kehamilan Bentuk Gambaran Klinis Pengobatan Sakit pinggang

  Ketidaknyamanan pada kehamilan menurut Manuaba (2015) :

  g.

  Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin,ultrasonografi.

  b) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

  Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan 2)

  a) Gerakan janin dalam rahim.

  3) Tanda pasti kehamilan

  c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballotment.

  b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda

  a) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil

  Tanda tidak pasti kehamilan

  • Hormon progesteron dan relaxin
  • Uterus yang besar dan jatuh ke depan
  • Perubahan tilik berat tubuh yang 1.

2. Penyebab:

  • Estrogen tinggi
  • Human chorionic gonadothropine darah ibu 3.

  5. Morning sickness akan makin berkurang bila semakin tua kehamilan 1.

  3) Bengkak kaki, tangan dan wajah , atau sakit kepala kadang kala disertai kejang. Bengkak atau sakit kepala pada ibu hamil dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.

  2) Perdarahan pada saat ibu hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin dalam kandungan.

  Komplikasi pada kehamilan Perdarahan

  h.

  3. Hati-hati dalam memilih obat penenang yang seharusnya tidak memengaruhi tumbuh kembang janin dalam uterus

  Dapat diatasi dengan bangun pagi secara bertahap mulai dari duduk di tempat tidur, jalan sebentar, dan kemudian minum teh hangat 2. Bila tidak tertahankan boleh diberikan obat anti muntah yang jumlahnya banyak

  4. Mual dan muntah dipagi hari disebut morning sickness

  tepatnya agak kebelakang Konstipasi

  Semakin tua kehamilan akan semakin berkurang kejadianya

  Umumnya mulai pada kehamilan 6-12 minggu

  Mual dan Muntah 1.

  Terapi khusus tidak ada 2. Sebaiknya tidur dengan bantal agak tinggi dengan posisi setengah duduk

  Gangguan ringan pernafasan sering terjadi karena progesteron menimbulkan hipervertilasi 2. Semakin meningkat, karena dorongan diafragma yang makin tinggi 3. Diafragma tinggi menganggu ekspanasi paru, untuk memenuhi kebutuhan O₂ 1.

  Dispnea 1.

  3. Kalau pengobatan dengan makanan mengandung banyak serat, dapat dilakukan dengan suplemen ringan

  1. Uterus makin membesar dan menekan rektum sehingga terjadi konstipasi 2. Dianjurkan banyak makan sayur dan buah-buahan

1) Perdarahan pada saat hamil muda dapat menyebabkan keguguran.

  4) Demam tinggi. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh infeksi atau malaria. Demam tinggi dapat membahayakan keselamatan ibu, menyebabkan keguguran atau kelahiran kurang bulan.

  5) Keluar air ketuban sebelum waktunya. Merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam kandungan.

  6) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau janin tidak bergerak. Keadaan ini merupakan tanda bahaya pada janin.

  7) Ibu muntah terus dan tidak mau makan. Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu (Mangkuji, 2013).

2. Persalinan a.

  Definisi ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Damayanti, 2014).

  Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Oktarina, 2016 )

  Maka dapat disimpulkan persalinan adalah proses keluarnya bayi,plasenta dan selaput ketuban dari uterus ibu secara alamiah. b.

  Asuhan Persalinan Normal Asuhan persalinan normal adalah persalian bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian mengani komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014).

  c.

  Kala Persalinan menurut Mochtar (2012) : 1)

  Kala I Pekerjaan penolong (dokter, bidan, penolong lainnya) dalam kala I adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya serta persalinan adalah fisologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.

  Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan , harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indikasi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas (asepsis). Pada kala pembukaan, dilarang mengadan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu.

  Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

  Kala pembukaan dibagi atas 2 fase:

  a) Fase laten: Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

b) Fase aktif: belangsungnya selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.

  (1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (2) Periode dilatasi maksimal(steady): selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi: 10 cm (lengkap) 2)

  Kala II Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbullah his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.

  Ada 2 cara ibu mengedan: a) Posisi berbaring sambil merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada, mulut dikatup.

  b) Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.

  Apabila kepala janin telah sampai didasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perineum meregang.Penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi.

  Episiotomi Dilakukan jika perineum sudah menipis dan kepala janin tidak masuk lagi kedalam vagina yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perineum. Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis, dan lateralis. Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perineum yang tidak teratur dan robekan pada m.spinchter ani (ruptur perinei totalis) yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensin alvi.

  b) Ekspresi Kristeller

  Mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan , tujuannya membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala. Cara ini kurang dibenarkan, jika akan dilakukan juga hanya boleh 2-3 kali saja. Bahayanya adalah ruptur uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.

  c) Prasat Ritgen

  Apabila perineum meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan-pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan memengadakan putaran resisutasi ke arah terdapatnya punggung janin. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan-pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin. 3)

  Kala III

  Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas , terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluara plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira100-200 cc.

  4) Kala IV dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi 14½ jam dan multi 7¾ jam.

  d.

  Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan normal adalah pergerakan kepala janin dalam rongga dasar panggul untuk menyesuaikan diri dengan luas panggul untuk menyesuaikan diri dengan luas panggul sehingga kepala dapat lahir secara spontan. Diameter terbesar dalam ukuran panggul ibu.

  Ada tiga ukuran diameter kepala janin yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan normal, antara lain: 1)

  Jarak biparietal Merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (engagment)

  2) Jarak suboksipito bregmatik

  Jarak antara batas dari leher dan oksiput ke anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan presentasi kepala.

  3) Jarak oksipitomental

  Merupakan diameter terbesar dari kepala janin, adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi dahi (Sulistyawati, 2010).

  Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap seluruh anggota badan bayi (Sulistyawati, 2010) 1)

  Penurunan kepala Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

  2) Penguncian (engagment)

  Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

  a) Fleksi

  Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak mmelalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahananya akan meningkatkan fleksi menjadi menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai dasar panggul kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

  b) Putaran paksi dalam

  Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteposterior dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring ke arah diameter PAP hubungan normal antara as panjang kepala janin dengan as as panjang dari bahu akan berubah dan leher aka berputar 45 derajat.

  Hubungan antara kepala dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih berada di dalam panggul. Pada umumnya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Putaran kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisien.

  c) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

  Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang dibawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkan ekstensi lebih lanjutsaat lubang vulva vagina membuka lebar.

  d) Resusitasi

  Resusitasi ialah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputan menuju posisi oksiput anterior. Putaran paksi luar

  Putaran ini tejadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin terletak dalam diameter yang besar dari panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva vagina, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.

  f) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

  Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

  e.

  Asuhan Persalinan Normal menurut Prawirohardjo (2014) Melihat tanda dan gejala kala dua yaitu : 1)

  Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

  a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/vaginanya.

c) Perenium menonjol.

  d) Vulva vagina d dan sfingter anal membuka

  Menyiapkan pertolongan persalinan 2)

  Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap di tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.

  4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.

  5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik 7)

  Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika benar di dalam larutan dekontaminasi).

  8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

  0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 10)

  Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)

  Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

  Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta mendokumentasikan temuan.

  b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran

  12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran

  c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

  d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

  e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan cairan peroral.

  g) Menilai DJJ setiap 5menit

  h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau tidak mempunyai keinginan unutuk meneran. i)

  Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi- kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j)

  Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  Persiapan pertolongan kelahiran bayi

  14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 16) Membuka partus set. 17)

  Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tanganMenolong kelahiran bayi Lahirnya kepala

  18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan

  19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih.

  20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya

  21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahir bahu.

  22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki

  Penanganan bayi baru lahir 25)

  Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 26)

  Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.

  27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu)

  28) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

  29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  32) Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik

  33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

  35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

  37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawan arah pada uterus. a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  (1) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

  (a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M. (b)

  Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu. (c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (d)

  Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

  38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

  a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)

  40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

  41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan Prosedur Pasapersalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.

  44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

  45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.

  47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49)

  Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

  c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri.

  e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang

  50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

  52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam

  pertama pascapersalinan b)

  Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

  54) Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah. Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.

  56) Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan

  57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

  58) Mencelupkan sarung tangan kotor de dalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.

  59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  Dokumentasi 60) Melengkapi patograf.

  f.

  Miopi dalam persalinan

  Menurut (Zafirah) Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus didepan retina. Wanita dengan miopia diatas -4 memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami ablasio retina saat persalinan. Ablasio retina disebabkan tekanan pada retina mata saat proses mengejan jika pengejanan terlalu keras.

  1) Hubungan miopia dan kehamilan

  Miopia yang didapat (acquired myopia) adalah peningkatan rabun jauh, yang dapat disebabkan oleh proses patologis. Peningkatan miopia pada kehamilan dapat bersifat de novo atau dapat merupakan manifestasi sebagai perubahan kelainan retrafik subklinis, misalnya peningkatan miopia atau penurunan hipermetropia. Miopia yang kelainan refraksi dimana cahaya yang pararel(berasal dari jarak yang tak terhingga) difokuskan didepan retina dan cahaya yang bersudut(sumber cahaya dekat) difokuskan tepat di retina sehingga menghasilkan penglihatan jauh yang buram dan penglihatan dekat yang jelas.

  Berdasarkan data statistik, terdapat beberapa faktor predisposisi yang dapat memudahkan terjadinya komplikasi pada penderita miopia yang hamil yaitu:

  (a) Memiliki kelainan mata rabun yang cukup besar, terutama minus

  4-7 (b)

  Memiliki robekan retina pada salah satu mata (c)

  Memiliki riwayat keluarga yang menderita robekan retina (d)

  Memiliki kelainan mata jenis lainya seperti gangguan retina, cairan bola mata merembas (e)

  Pernah operasi katarak (f)

  Pernah mengalami trauma dan benturan cukup keras 2)

  Patofisiologi Ablasio retina adalah pemisahan antara lapisan retina dan koroid.

  Koroid adalah membran yang mengandung pembuluh darah dan sel pigmen yang berada diantara retina dan sklera. Pemisahan antara retina (a)

  Lubang, robekan , atau kerusakan lapisan retina yang memungkinkan cairan viterus masuk dan memisahkan retina dan koroid (b)

  Tarikan pada retina karena membrane fibrotik inflamatorik yang terbentuk di viterus (c)

  Eksudasi cairan (darah, lemak, cairan serous) yang terakumulasi ke celah subretinal dari pembuluh darah retina karena hipertensi, oklusi vena retina sentral, vaskulitis, edema papil atau coat’s disease.

  g.

  Perawatan luka

  Prosedur perawatan luka bertujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi.

  Alat dan bahan yang disiapkan: (1)

  Bak instrumen kecil (2)

  Handscoon steril (3)

  Pinset anatomis steril (4)

  Bengkok (5)

  Tempat sampah (6)

  Larutan NaCl (7)

  Alkohol Prosedur perawatan luka (1)

  Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Sapa ibu dengan (2)

  Siapkan, susun dan dekatkan alat yang akan digunakan (3)

  Atur posisi pasien senyaman mungkin (4)

  Buka bak instrumen dan pakai handscoon (5)

  Kaji keadaan luka. Tekan daerah sekitar luka, lihat luka kering/ basah (6)

  Membersihkan luka dengan larutan NaCl, gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan membersihkan (7)

  Jika luka sudah kering biarkan tetap terbuka (8)

  Rapikan pasien , lingkungan dan bersihkan peralatan (9)

  Lepas sarung tangan kemudian cuci tangan

3. Bayi Baru Lahir b.

  Definisi Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertambah dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannnya 2.500-4.000 gram (Vivian, 2010).

  Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem (Kemenkes RI, 2016).

  Ciri-ciri bayi baru lahir normal 1)

  Lahir aterm antara 37-42 minggu 2)

  Berat badan 2.500-4.000 gram 3)

  Panjang badan 48-52 cm 4)

  Lingkar dada 30-38 cm 5)

  Lingkar kepala 33-35 cm 6)

  Lingkar lengan 11-12 cm 7)

  Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit 8)

  Pernafasan ± 40-60 x/menit

  9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

  10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala bisanya telah sempurna

  11) Kuku agak panjang dan lemas

  12) Nilai APGAR >7

  13) Gerak aktif

  14) Bayi lahir langsung menangis kuat

  15) Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

  16) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

  17) Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

  18) Reflek grasping (menggenggam) sudah baik

  19) Genitalia

  a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang b)

  Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora c)

  Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Vivian, 2010).

  d.

  Asuhan kebidanan pada BBL normal

  1) Cara memotong tali pusat

  a) Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem

  b) Memegang tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem

  c) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati.

  Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%

  Membungkus bayi dengan bersih dan memberikanya kepada ibu 2)

  Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi

  a) Meneringkan tubuh bayi segera setelah lahir

  Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna b)

  Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu c)

  Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL berisiko yang berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaanya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil

  d) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir

  Adapun dijelaskan menurut Prawirohardjo (2010) kehilangan panas pada bayi ada 4 cara: (1)

  Konduksi→ melalui benda-benda padat yang berkontak pada kulit bayi (2)

  Konveksi pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi (3)

  Evaporasi kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah

  (4) Radiasi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi e.

  Tahapan bayi baru lahir 1)

  Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu

  2) Tahap II disebut tahap transisional rektivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selam 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku

  3) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Vivian,

  2010). Kunjungan neonatal bayi