BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Kehamilan - Khomsatun Nadzifah BAB II

  Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dar: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h, 75) sedangkan menurut teori (Sarwono, 2009; h. 213) menjelaskan bahwa kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jadi dapat disimplukan dari penegtrian diatas yaitu bahwa kehamilan merupakan hasil dari pertemuan spermatozoa dan ovum yang akan bertumbuh kembang menjadi janin sampai dengan umur kehamilan aterm.

  a. Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal -> oogonium- > folikel primer-> proses pematangan pertama (Manuaba, 2010; h.

  75-76). Sedangkan menurut (Sarwono, 2009; h. 134) menjelaskan bahwa ovulasi merupakan pembesaran folikel secara cepat yang

  01 diakui dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh cumulus ooforus.

  b. Spermatozoa.

  Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatisod, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindera hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setipa hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa seperti kecebong yang terdiri dari kepala, leher dan ekor (Manuaba, 2010; h. 76).

  c. Konsepsi.

  Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut dengan konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantau fertilisasi atau konsepsi (Manuaba, 2010; h. 76). 1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovuasi, diliouti oleh korona radiate, yang mengandung persediaan nutrisi. 2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah sitoplasma yang disebut vitelus. 3) Dalam perjalnaan, korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida.

  4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempoat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama didalam ampula tuba.

  5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam

  d. Proses Nidasi atau implantasi Dengan mausknya inti spermatozoa kedalamsitoplma, “vitelus” membangkitkan kemabli pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan”metaphase”.Proses pemecahan dan pematanganmengikuti bentuk anaphase dan “telofase” sehingga pronukleusnya manjadi “haploid” (Manuaba, 2010; h. 79).

  Pada proses nidasi pada hari ke empat hasil konsespsi mencapai stadium blastula yang disebut dengan blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya adalah disebut dengan massa iner cell. Trofoblas mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dan masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar HCG. Sinsisiotrofoblas menghasilkan HCG yang akan mengubah sitotrofblas menyekresikan hormone yang noninvasive (Sarwono, 2009; h. 143).

  e. Pembentukan plasenta Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mas akan tertanam kedalam endometrium. Sel trfoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan pasenta yang berasal dari primer vili korealis (Manuaba, 2010; h.82).

  Menurut (Sarwono, 2009; h. 145) menjelaskan bahwa plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.

  Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasive telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrim. 3 minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Plasenta juga memounyai fungsi yaitu pertukaran gas yan terpenting ialah transfer oksigen dan karbondioksida. Saturasi oksigen pada ruang intervili plasenta ialah 90 %, sedangkan tekanan parsial ialah 90 mmHg. Sekalipun tekanan pO janin hanya 25 mmHg.

  2 f. Perubahan fisiologis pada kehamilan.

  1. Uterus.

  Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengakamu hipertofidsn hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesara rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010; h. 85).

  Perubahan pada stimulus uteri (rahim) meneybabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda hegar.hubungan antara besarnya rahimdan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimoangan kehamilan seperti kehamilan kembar, hamil molahidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar (Manuaba, 2010; h. 87). Menurut (Sarwono. 2009;

  h. 134) menjelaskan bahwa dengan diproduksinya hormone steroid oleh ovarium secara klinik akan menginduksi perubahan penting pada uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa servix.

  2. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiruan (Manuaba, 2010; h. 92).

  3. Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya samoai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2010; h. 92).

  4. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan senagai persiapan pemberan asi pada saat laktasi.

  Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h. 92).

  5. Sirkulasi darah Peredaran darah ibu dipengaruhi ebberapa factor, antara lain:

  1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhanm perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. 2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulais retroplasenter.

  3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat.

  6. Plasenta Plasenta merupakan akar jamim untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O

  ₂, asam amino, vitamin, minersl, dsn zat lainnya dan progesterone dan korpus sisa metabolism janin CO ₂ (Manuaba, 2010; h. 96).

  Arus darah uteor-plasenta yaitu dihubungkan dengan tali pusat yang berisi dengan 2 arteri dan satu vena, vena berisi darah penuh oksigen, sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi darah kotor. Tali pusat berisi mukopolisakarida yang disebut dengan jeli Wharton dan bagian luar adalah epitel amnion, panjang tai pusat bervariasi, yaitu 30-90 cm. pada kehamilan aterm arus darah pada tali pusat berkisar 350 ml/ menit. Pada

  bagian ibu dimana arteri spiral menyemburkan darah, tekanan relative rendah yaitu 10 mmHg, arus darah uteroplasenta pada kehamilan aterm diperkirakan 500-750 ml/menit.

  Beberapa hormone yang dihasilkan oleh plasenta.

  1. Korionik gonadotropin Menurut teori (Sarwono, 2009; h. 166) menjelaskan bahwa plasenta merupakan tempat utama sintesis dan sekresi hCG. hCG ini merupakan suatu glikoprotein yang mempunyai berat molekul 39.000 dalton, terdiri dari 2 subunit alpha dan beta yang masing-masing tidak mempunyai aktivitas biologic kecuali bila dikombinasikan.

  Menurut (Manuaba, 2010; h. 96) menjelaskan adapun fungsi-fungsi dari plasenta: 1) Merangsang korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum sehingga dapat tetap mengeluarkan estrogen dan progesterone, dan korpus luteum berfungsi sampai plasenta sempurna.

  2) Bersifat khas kehamilan sehingga dapat dipakai sebagai hormontes kehamilan. 3) Puncaknya tercapai pada hari ke-60 4) Setelah persalinan, dalam urine tidak dijumpai.

  2. Korionik somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h. 96) 1) Hormone untuk metabolisme protein 2) Bersifat laktogenik dan luteotropik 3) Menimbulkan pertumbuhan janin 4) Mengatur metabolism karbohidrat dan lemak

  3. Estrogen plasenta, estrogen plasenta dalam bentuk estradiol, estriol, dan estron. Estrogen plasenta mempunyai fungsi: 1) Pertumbuhan dan perkembangan otot rahim 2) Retensi air dan garam 3) Perkembangan tubulus payudara sebagai persipan

  ASI 4) Melaksanakan sintesis protein

  4. Progesterone, menurut teori (Sarwono, 2009; h. 170) menjelaskan bahwa hormone progesteorn memproduksi steroid selama kehamilan merupakan hasil dari kerja sama antara maternal, plasenta dan janin.

  Menurut (Manuaba, 2010; h. 96) menjelaskan bahwa awal kehamilan diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta progesterone berfungsi untuk: 1) Penenang otot rahim selama kehamilan 2) Bersama estrogen 3) Menghambant proses pematngan folikel de graaf 4) Menghambat pengeluaran LH g. Pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut teori (Varney. 2007; h. 504) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan janin dimulainya pertemuan spermatozoa dan ovum yang akan terjadi fertilisasi (pembuahan), yang akan berubah menjadi zigot dan transport selama minggu pertama kehidupan, implantasi, embriologi (yang secara kasar mencakup periode kehidupan mulai minggu ke dua hingga minggu kietujuh pascafertisiasi).

  h. Diagnosis kehamilan (Manuaba, 2010; h. 106-109)

  1. Tanda dugaan kehamilan

  a. Amenore, konsepsi dan nidasi akan menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi b. Mual dan muntah, ini ada pengarungnya dari hormone estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

  c. Ngidam, wanita hamil sering mengingikan makanan tertentu

  d. Pingsan, terjaidnya gangguan sirkulasi kedaerah kepala menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan

  e. Payudara tegang, pengruh dari estrogen dan progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lunak, air, dan garam pada payudara.

  2. Tanda tidak pasti kehamilan.

  a) Rahim membesar

  b) Pada pemeriksaan dalam, dijumoai tanda hegar, tanda Chadwick

  c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positiif 3. Tnda pasti kehamilan.

  a) Gerakan janin dalam rahim

  b) Terlihat/teraba gerakan janin

  c) Adanya DJJ

  Sedangkan menurut teori (Sarwono. 2009; h. 213) menjelaskan bahwa untuk menegakkan diagnose kehamilan kita perlu melakukan uji hormonal kehamilan, dan memahami adanya perubahan anatomic dan fisiologis pada kehamilan, i. Jadwal pemeriksaan antenatal care (Manuaba, 2010; h. 114)

  1. Trimester I dan II

  a) Setiap bulan sekali

  b) Diambil data tentang leboratorium

  c) Pemeriksaan USG

  d) Nasihat tentang diet empat sehat lima sempurna tambahan protein 0,5 g/kg e) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehmilan f) Rencana untuk pengobatan penyakitnya menghindari terjadinya komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus

  2. Trimester III

  a) Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran

  b) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

  c) Diet empat sehat lima sempurna

  d) Pemeriksaan USG

  e) Imunisasi tetanus II

  f) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehmilan TM 3 g) Rencana pengobatan

  h) Penkes tentang tanda-tanda persalinan

  Menurut (Sarwono, 2009; h. 98) menjelaskan untuk jadual kunjungan ulang:

  1. Kunjungan I (16 minggu dilakukan untuk): a. Penapisan dan pengobatan anemia.

  b. Perencanaan persalinan.

  c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

  2. Kunjungan II ( 24-28 minggu ) dan kunjungan III (32 minggu) , dilakukan untuk: a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

  b. Penapisan preeklamsia, gamely, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP.

  c. Mengulang perencanaan persalinan.

  3. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir).

  a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

  b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

  c. Memantapkan rencana persalinan d. Mengenali tanda-tanda persalinan. j. Deteksi dini terhadap komplikasi 1. Perdarahan pervaginam masa hamil muda.

  a. Abortus

  1. Pengertian

  1.1 Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau biuh kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Manuaba. 2010; h.

  120). Sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 604) menjelaskan bahwa abrtus merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi secara paksa sebelum janin mampu.

  2.1 Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengahiri kehamilan tersebut (Manuaba. 2010; h. 121). Sedangkan (Varney. 2007; h. 604) menjelaskan bahwa abrtus spontan adalah pengeluaran hasil konsespsi secara paksa dalam umur kehamilan hingga 20 minggu ata berat janin 500 gram.

  3.1 Abortus buatan abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.

  2. Jenis Abortus

  a) Abortus Iminen Abortus yang mengancam, perdarahan bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang.dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau diertahankan. beberapa kepustakaan menyebutkan beberapa resiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan janin didalam Rahim (Manuaba. 2010; h. 122) sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 605) menjelaskan bahwa abortus iminen dapat disertai nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.

  b) Abortus Insipiens Abortus didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi Rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba.kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan (Manuaba. 2010; h. 122) menjelaskan bahwa abortus insipient terjadi ketika ada pembukaan serviks dan/atau pecah ketuban disertai perdarahan dan nyeri pada abdomen bagian bawah atau pada punggung.

  c) Abortus Inkomplit Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta).perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. serviks terbuka karena masih ada benda didalam Rahim yang dianggap sebagai benda asing. oleh Karen itu uterus akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens (Manuaba. 2010; h. 122). Sedangkan teori (Varney. 2007; h. 605) menjelaskan bahwa abortus inkomplit terjadi ketika plasenta tidak keluarkan bersama janin pada saat terjadi.

  d) Abortus komplitus Hasil konsepsi lahir dengan lengkap.pada keadaan kuretase tidak diperlukan. perdarahan segera berkurang setelah isi Rahim dikeluarkan dan selambat- lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. serviks akan segera menutup kembali. jika 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan, abortus inkomplit pasca abortus harus dipikirkan (Manuaba. 2010;h. 122). Sedangkan menurut (Sarwono. 2009; h. 469) menjelaskan bahwa abortus komplitus merupakan pengeluaran seluruhan hasil konsepsi yang telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat badanya kurang dari 500 gr. Pada tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. e) Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam Rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janian kadang-kadang ada oerdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbuljan gambaran abortus iminens.

  f) Missed abortus Merupakan janin yang sudah meninggal, tetapi hasil konsepsi masih ada didalam rahim selama beberapa jangka waktu yang lebih panjang (dua minggu atau lebih (Varney. 2007;h. 605).

  g) Abortus febrilis Abortus yang disertai rasa nyeri atau febris

  h) Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik adalah kehmailan yang terjadi diluar Rahim.misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks, partsinterstisialis, atau dalam tanduk rudiameter Rahim (Manuaba. 2010; h. 123).

  Sedangkan menurut (Varney. 2007;

  h. 606) menjelaskan bahwa kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus. i) Molahidatidosa

  Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi hidrofik (Manuaba. 2010; h. 123) sedangkan menurut teori (Varney. 2010; h. 607) menjelaskan bahwa molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetic tidak normal, yang muncul dalam bentuk keluhan perkembangan plasenta.

  b. Hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah ini umum dialami oleh wanita hamil. Hipermesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester, biasanya diawali pada trimester pertama dan menetap selama kehamilan dengan tingkat keparahan bervariasi (Varney. 2007; h. 608) c. Nyeri perut pada kehamilan.

  Nyeri perut kehamilan 22 minggu atau kurang.hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. k. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut 1. Perdarahan pervaginam.

  1.1 Batasan Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.

  2.1 Jenis-jenis perdarahan antepartum a. Plasenta previa.

  1. Pengertian Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh uteri unternum.

  (implantasiplasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang Rahim atau didaerah fundus uteri). Sedangkan menurut (Manuaba. 2010;h. 248) menjelaskan bahwa plasenta previa merupakan plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian ata seluruh ostium uteri internum.

  b. Solution plasenta Menurut (Manuaba, 2010; h. 254) menjelaskan bahwa solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum watunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Sedangkan menurut (Sarwono. 2009; h. 264) menjelaskan bahwa solusio plasenta merupakan peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari dinding uterus sebelum waktunya.

  c. Sakit kepala yang berat Masalah: wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat, sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat (Manuaba. 2010; h. 123) 2. Masa persalinan.

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelhiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa kolikasi baik ibu maupun janin (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187). Sedangkan menurut (Manuaba. 2010;h. 164) menjelaskan bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan pengeluaran hasil konsepsi dengan umur kehamilan aterm dengan ditandai dengan adanya penipisan serviks.

  a. Tanda

  • –tanda persalinan Menurut (Manuaba. 2010; 169) menjelaskan adanya tanda-tanda perslinan:

  1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

  2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah)

  3. Dapat disertai ketuban pecah.

  4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks, perdarahan serviks, terjadi pembukaan serviks). b. Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 186) menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:

  1. Power (tenaga yang mendorong)

  a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan 1) His persalinan yang menyebabkan pebdataran dan pembukaan serviks 2) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks

  a. Tenaga mengejan:

  a) Kontraksi otot-otot dinidng perut

  b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan c) Paling efektif saat kontraksi/his.

  2. Passage/panggul

  a. Bagian-bagian tulang panggul

  1. Dua os coxae:

  a) Os ischium

  b) Os pubis

  c) Os sacrum

  d) Os iliium

  2. Os cossygis Pelvis mayor disebelah atas pelvis minor, suoerior dari linea terminalis. Fungsi obstetrinya menyangga uterus yang membesar waktu kehamilan. Bagian-bagian pelvis minor Dibagi menjadi 3 bagian:

  1. PAP 1) Anterior: crista dan spina pubica 2) Lateral: linea illiopectinea pada oscoxae 3) Posterior: tepi anterior os sacri dan promontorium

  2. Cavum pelvis 1) Dinding depan lurus dan dangkal os pubis panjangnya 5 cm 2) Dinding belakang cekung dan dalam. Panjang os sacrum 10- 15 cm 3) Os ischium dan sebagian corpus ossis illi terdapat disebelah lateral

  3. PBP 1) Anterior: lig arcuatum pubis dan arcus pubis 2) Lateral: tuber ischiadika dan ligamentum sacrotuberosum 3) Posterior: ujung sacrum

  1. Persalinan kala I

  a. Pengertian Persalinan kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi akan lebih kuat dan sering selama fase aktif (Sarwono. 2009;h. 102) sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 672) menjelaskaan bahwa persalinan kala I merupakan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm).

  b. Keadaan psikologis ibu bersalin kala I Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

  Menjelaskan bahwa pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi: 1) Rasa takut 2) Stress 3) Ketidaknyamanan 4) Cemas 5) Marah-marah dll.

  a. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I (Wahyu, icemi sukarni.

  2013; h. 187). 1) Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman 2) Nutrisi 3) Kebutuhan privasi 4) Kebutuhan dukungan emosional, social danspiritual b. Penyulit kala I (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

  1) Partus lama 2) Gawat janin 3) Rupture uteri c. Tanda bahaya persalinan kala I (Wahyu, Icemi Sukarni.

  2013; h. 187).

  1. Tekanan darah >140/90 mmHg, rujuk ibu dengan membaringkan ibu miring kiri sambil diinfus dengan larutan D %.

  2. Temperatur >38

  o

  C, beri minum banyak, beri antibiotik, rujuk

  3. DJJ <100 atau >160 x/menit, posisi ibu miring kekiri, beri oksigen, rehidrasi, bila membaik diteruskan dnegan pantauan partograf, bila tidak membaik rujuk.

  4. Kontraksi <2kali dalam 10 menit berlangsung <40detik, atur ambulasi, perubahan posisi tidur, kosongkan kandung kencing, stimulasi puting susu, memberi nutrisi, jika partograf melebihi garis waspada rujuk.

  5. Servik, melewati garis waspada beri hidrasi, rujuk.

  6. Cairan anmionitic bercampur mekonium/darah/berbau beri hidrasi, antibiotika, posisi tidur miring kekiri dan rujuk.

  7. Urine, volume sedikit dan kental, beri minum banyak.

  d. Kemajuan persalinan.

  Menurut (Varney. 2007;h. 678) menjelaskan bahwa persalinan kala I di bagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak adanya kontraksi muncul hingga pembukaan 3. Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten sering dengan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas dari mulai terjadi setiap 10-20 menit berlangsung 15-20 detik. Sedangkan untuk fase aktif merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pada fase aktif ini kontraksi biasanya muncul setiap dua sampai 3 menit, berlangsung sekitar 60 detik dan mencapai instensitas yang kuat.

  2. Persalinan kala II Menurut (Varney. 2007; h. 751) menjelaskan bahwa persalinan kala II yaitu persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap servikx dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Sedangkan menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 217) menjelaskan bahwa persalinan kala II yaitu dimulainya dari pembukaan lengkap sampai bayi baru lahir, dari penegertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan kala II yaitu persalinan dimulainya pembukaan lengkap sampai dengan bayi baru lahir.

  1. Perubahan fisiologi/respon fisiologis persalinan kala II (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

  a. Respon fisiologis persalinan kala II 1) Sistem cardiovaskuler

  a) Kontraksi menurunkan aliran darah mnenuju uterus sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat b) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat c) Saat mengejan -> cardiac output meningkat 40-50%

  d) TD sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat berkontraksi 2) Respirasi

  a) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler

  b) Percepatan pematangan surfaktan

  3) Pengaturan suhu

  a) Aktifitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu b) Keseimbangan cairan

  4) Urinaria

  a) Perubahan

  1. Ginjal memekatkan urine

  2. Berat jenis meningkat

  3. Ekskresi protein trace

  b) Oenekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing menurun

  2. Tanda dan gejala persalinan kala II (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

  a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b. Ibu merasaka ada peningkatan tekanan pada rektu/vagina

  c. Perineum menonjol

  d. Vulva vagina, spinter ani membuka

  e. Meningkatnya pengeluaran lendir darah Sedangkan menurut (Manuaba. 2010; h. 173) menjelaskan bahwa tanda dari persalinan adalah terjadinya his persalinan, pengeluaran lendir dan darah, pengeluaran cairan.

  3. Tahap persalinan.

  Sedangkan menurut (Manuaba. 2010; h. 173) menjelaskan bahwa : a. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

  b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran secara mendadak.

  c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertkannya pleksus frankenhauser.

  d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka dan kepala seluruhnya.

  e. Kepala lahir seluruhnya dan didikuti putaran paksi luar.

  f. Setelah terjadi putaran paksi luar langsung melakukan biparietal.

  4. Diagnose persalinan kala II.

  Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 220). Diagnosis kala II dapat ditegakan atas dasar hasil pemeriksaan dalam menunjukan pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada interoitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6cm

  5. Asuhan persalinan normal kala II 1. Memastikan partus set telah disiapkan dengan lengkap.

  2. Memakai APD 3. Memasukan oxitocin ke dalam spuit.

  4. Melakukan vulva hygiene

  5. Melakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap.

  6. Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap

  7. Meminta keluarga membantu ibu menyiapkan posisi mengejan 8. Melaksanakan bimbingan meneran saat ada kontraksi.

  9. Meletakan handuk / kain bersih diatas perut ibu saat kepala terlihat 5-6 cm didepan vulva.

  10. Meletakan underpad dibawah bokong ibu.

  11. Membuka partus set dan periksa kelengkapannya.

  12. Memakai sarung tangan panjang

  13. Setelah nampak didepan vulva 5-6cm, tangan kanan melindungi perineum dan tangan kiri berada diatas vulva untuk menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal menganjurkan ibu mengejan perlahan sambil bernafas pendek- pendek.

  14. Mengecek lilitan tali pusat.

  15. Menunggu kepala bayi putar paksi luar

  16. Memegang biparietal menggerakan kepala bayi ke bawah sehingga bahu depan keluar dan menggerakan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

  17. Menggeser tangan kanan ke bawah ke arah perineum untuk menyangga kepala lengan dan siku sebelah bawah menggunakan tangan kiri menelusuri dan memegang lengan siku sebelah atas.

  18. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir penelusuran tangan berlanjut ke punggung, bokong, tungkai serta kaki dan kedua tangan memegang kedua mata kaki.

  19. Melakukan penilalian sekilas pada bayi 20. Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

  21. Menjepit tali pusat ± 3cm dari umbilicus bayi, lakukan penjepitan kedua 2 cm dari klem pertama.

  22. Memotong dan mengikat tali pusat.

  23. Melakukan IMD 1 jam.

  24. Menyelimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan memasang topi dikepala bayi.

  4. Persalinan kala III

  a. Pengertian Menurut (Sarwono. 2009; h. 100) menjelaskan bahwa perslinan kala III dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai lahirnya pasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  1. His pelepasan uri

  2. Tanda pelepasan plasenta

  3. Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500CC

  b. Asuhan pada ibu bersalin kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahir plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dan dindingnya. Sedangkan menurut (Sarwono. 2009; h. 116) menjelaskan bahwa untuk asuhan yang diberikan pada persalinan kala III yaitu a. Jepit dan gunting tali pusat.

  b. Menyuntikan oksitoxyn

  c. Melakukan PTT d. Masase fundus.

  4 point diatas merupakan hal yang penting dalam melakukan persalinan kala III.

  c. Asuhan pada ibu bersalin kala IV Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang biasa dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan TTV, kontaksi uterus, terjadinya perdarahan.

  a. Pengertian masa nifas Masa nifas adalah masa dimulainya bebrapa jam sesuda lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 201; h. 11) sedangkan menurut (Vivian. 2011; h. 1) menjelaskan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kebamli seperti semula.

  b. Tujuan asuhan masa nifas (Marmi, 2011; h. 11)

  1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis perkembangan ini antara lain: a. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada bebrapa minggu sebelum kelahiran. b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak balitanya dengan menanyakan perasaanya terhadap kehadiran anggota yang baru.

  c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukan oleh anaknya d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknya.

  Sedangkan menurut (Vivian. 2011; h. 2) menjelaskan bahwa tujuan masa nifas adalah : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

  b. Melaksanakan skrining secara komprehensif.

  c. Memberikan pendidikan kesehatan diri.

  d. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan payudara.

  e. Konseling mengenal KB.

  c. Perubahan fisiologis masa nifas

  a. Perubahan sistem reproduksi

  1. Sistem reproduksi pada masa kehamilan

  a. Uterus Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin, estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas atau kelenturan uterus. Taksiran kasar uterus pada perabaan TFU (Marmi, 2011; h.83).

  b. Vagina atau vulva Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan (Marmi, 201; h.83) c. Ovarium Sejak kehamilan 16 minggu, funduk diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen.

  2. Sistem reproduksi pada masa nifas a. Involusi uterus.

  1. Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.

  2. Atrofi jaringan Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta.

  3. Autolysis Ini merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine.

  4. Efek oksitosin Ini menyebabkan terjadinya kontraksi dan retaksi otot uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurannya suplai darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus (Marmi, 2011; h. 85)

  b. Involusi tempat plasenta Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasara, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.Pada permulaan nifas bekas plasenta menggandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut (Marmi, 2011; h. 85).

  c. Perubahan ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala.Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.

  d. Perubahan pada Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

  Perubahan

  • –perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.

  e. Lochia Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.

  Lochia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basah atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal (Marmi, 2011; h. 89). Jenis-jenis lochea:

Tabel 2.1 Tabel Jenis-Jenis Loche

  

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Teriri dari sel decidua, verniks, caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah

  Sanguilentra 3-7 hari Putih bercampur

merah

Sisa darah bercampur lendir Serosa 7-9 hari Kuning atau kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

  

Alba >10 hari Putih Mengandung leukosit,

selaput lendir, serviks dan serabut jaringan yang mati

  Sumber : Marmi, 2011; h. 89 .

  f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum Vulva dan vagina mengalami oenekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini akan tetap berada dalam keadaan kendur (Marmi, 2011; h.90). g. Tanda dan gejala depresi post partum

  1. Perasaan sedih dan kecewa

  2. Sering menangis

  3. Merasa gelisah dan cemas

  4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan

  5. Nafsu makanb menurunkan

  6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu

  7. Tidak bisa tidur.

  d. Identifikasi diagnosis Setiap ibu dan keluarga mengantisipasi perawatan postpartum dirumah, karenanya mereka akan memiliki respons yang unik. Setelah menganalisis data dengan cermat, bidan dapat menegakkan diagnosis berdasarkan data, yang akan menjadi pedoman bidan dalam menerapkan tindakan. Diagnosis yang relevan untuk ibu postpartum yang dirawat dirumah adalah sebagai berikut.

  1. Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda komplikasi

  2. Pengetahuan yang tidak adekuat mengenai menyususi yang efektif

  3. Keletihan yang berhubungan dengan kurangnya istirahat.

  4. Kurangnya pengetahuan/ketrampilan dan harapan yang tidka realitas dalam menjadi orang tua. e. Tahapan masa nifas Menurut (Vivian. 2011; h. 4) menjelaskan bahwa beberapa tahapan masa nifas yaitu:

  1. Puerpuerium dini : kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

  2. Puerpuerium intermediate : suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

  3. Puerpuerium remote : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

  f. Program nasional masa nifas.

  Kunjungan masa nifas dijelaskan oleh dua teori yaitu menurut teori (Vivian. 2011; h. 4-5 (Sarwono. 2009; h. 123) yaitu:

Tabel 2.2 Program Nasional Masa Nifas

  Kunjungan Waktu Tujuan 1. 6-8 jam setelah persalinan

  1. Mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

  2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.

  3. Mendeteksi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

  4. Pemberian ASI awal.

  5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.

  6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Catatan : petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2. 6 hari setelah persalinan.

  1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau.

  2. Menilain adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal Kunjungan Waktu Tujuan

  3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

  4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikam tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 3. 2 minggu

  1. Memastikan rahim sudah kemabli normal setelah dengan mengukur dan meraba bagian rahim. persalinan 4. 6 minggu

  1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit- setelah penyulit yang ia atay bayi alami. persalinan.

  2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

  Sumber: Sarwono. 2009; h. 123

  a. Pengertian Menurut teori (Jeny J.S sondakh. 2009; h. 150) menjelaskan bahwa ada beberapa pengertian tentang bayi baru lahir yaitu: a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

  b. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gr dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

  b. Penanganan bayi baru lahir.

  Menurut teori (Sarwono. 2009; h. 133) menjelaskan bahwa adapun tujuan-tujuan utama perawatan bayi baru lahir segera sesudah lahir, ialah: 1. Membersihkan jalan nafas.

  2. Memotong dan merawat tali pusat.

  3. Mempertahankan suhu tunuh bayi.

  4. Identifikasi.

  5. Pencegahan infeksi.

  Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan krisis dan dokter memberi instruksi khusus.

  c. Bayi baru lahir

  1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gr 2. Panjang badan bayi 48-50 cm.

  3. Lingkar dada 32-34 cm

  4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm

  5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 x/menit, kemudian turun sampai 140-120 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

  6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama. Kira-kira 80 x/menit.

  Disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

  7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

  8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

  9. Kuku telah agak panjang dan lemas.

  10. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora menutupi labia moniora (pada bayi perembpuan.

  11. Refelks isap, menelan, dan moro telah terbentuk

  12. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

  d. Bayi akan kehilangan panas melalui empat mekanisme: Menurut (Sarwono. 2009; h. 135) menjelaskan bahwa bayi akan kehilangan panas melalui 4 mekanisme yaitu:

  1. Konveksi

  2. Konduksi

  3. Radiasi

  4. Evaporasi

  e. Faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru lahir:

  1. Daerah permukaan tubuh bayi yang luas

  2. Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda

  3. Derajat fleksi otot

  f. Penilaian nilai APGAR Menurut (Jeny J.S Sondakh. 2009; h. 158) menjelaskan bahwa untuk penilaian nilai APGAR adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Penilaian Nilai APGAR

  1

  2 Appearance (warna kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh ekstermitas biru kemerah-merahan Pulse rate (frekuensi nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 Grimace (reaksi rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstermitas dalam Gerakan aktif. sedikit fleksi Respiration (pernafasan) Tidak ada Lemah/ tidak teratur Baik/menangis

  Sumber : (Jeny J.S Sondakh. 2009; h. 158)

  g. Member vitamin K Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi. Untuk mencegah terjaidnya perdarahan tersebut semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 mg IM h. Salep mata