NIM: 111 01 087 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISLAM NEG ERI (ST A IN ) SALATIGA
PENGARUH KOMITMEN ORANGTUA
MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP
SUASANA BELAJAR
(Studi Pada Siswa Kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan
Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah.
NIM: 111 01 087
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISLAM NEG ER I (ST A IN )
SALATIGA
DEPARTEMEN AGAMA EKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website :
D E K L A R A S I
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 22 Juni 2006 Pene iti
Ivan Svaiful Rusmadi NIM. 111 01 087
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N G E S A H A N
SKRIPSI Saudara : Ivan Syaiful Rusmadi dengan Nomor Induk Mahasiswa :
111 01 087 yang berjudul PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA
MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR
(Studi pada Siswa MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005)telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu 05 Agustus 2006 yang bertepatan dengan tanggal 11 Rajab 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 05 Agustus 2006
11 Rajab 1427 II Panitia Ujian
Ketna Sidang Sekretaris NIP. 150 247 014 fy^guji II
Drs. Masykurminan, M .Ag Dra. Nur Hasanah. M.Pd.
NIP: 150 182 685 NIP: 150 268 213
N I P . 1 5 0 1 7 0 1 3 4
Drs. H.M. Banany
Dosen STAIN Salatiga
Jl. Stadion No. 03 Salatiga 8 (0298) 323706,323444 Kode pos 50712 NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi •
Sdr. Ivan Syaiful Rusmadi NIM: 11101087
Salatiga, 21 Juni 2006 Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
D i- Tempat Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudara Nama : Ivan Syaiful Rusmadi NIM : 11101087 Jurusan/ Program : Tarbiayh/ Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA
MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR (Studi Pada Siswa Kelas I MTs Negeri Plupuh
Sragen Tahun Ajaran 2004/2005 Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian harap maklum.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N G E S A H A N
SKRIPSI Saudara : Ivan Syaiful Rusmadi dengan Nomor Induk Mahasiswa :
111 01 087 yang beijudul PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA
MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR
(Studi pada Siswa MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005)telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu 05 Agustus 2006 yang bertepatan dengan tanggal 11 Rajab 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 05 Agustus 2006
11 Rajab 1427 H Panitia Ujian
Sekretaris Dr. M uh. Saerozi. M.Ag
NIP. 150 247 014 Drs. Masykurminan, M.Ag
NIP: 150 182 685 NIP: 150 268 213
N I P . 1 5 0 1 7 0 1 3 4
MOTTO
\ y u \3 y ^ j j ^ \ (j l * > t ^ j
(A • *LuJ\) \ Jo Jw-« ^ j f i I j ^ a J j
I Undaklah takut kepada Allah orang-orangyang seandainya meninggalkan di belakang
mere ku anak-anak yang lemafgyang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mere ku.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9)*
PERSEMBAHAN
Skripsi mi *k u persem bahan kepa&* tercintaJurusan Penfcibikan A ^m A Islam Fakultas T^rbivj^k
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
KATA PENGANTAR
^ X i 2 k . jl I JA ^ jl i A iil ^ J O lJ j a j a j a# jjJlll J Uj^Sl ^ ! (jA *JuuU Ajj ^
II*]! L -J jJi A ^JI ^ I u j j J j-« a # a 5 il Jj-^j j' A f r ju j' j < d il V ' A ll V j' O A .^ A ^
X J L o l 4 jlX A 'j A l% .x .O ^ A il J l j a g
1 < ,^
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi yang beijudul “PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA
MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR
(Studi pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun ajaran 2004/2005)”
ini dapat selesai. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, dan kepada orang-orang yang setia mengikuti jejaknya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, motivasi dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Badwan, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. H. M. Banany, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketelitian dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga
4. Bapak Drs. Axis Suparlan, M.Pd., selaku Kepala MTs Negeri Plupuh yang berkenan memberikan ijin untuk penelitian ini.
5. Ayah dan ibu tercinta, kakak-kakakku tercinta, dan keponakanku tersayang (Mbak Hanum, Mbak Vivin, Mbak Wina, Mas Rdy, Mas Daru dan Dek Rafi) yang telah memberikan dorongan moral, material, dan spiritual kepada penulis.
6. Adik tercinta (Atin) yang setia mendampingi penulis dan rekan-rekanku di Kost Hendro Club, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan secara rinci.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa-jasa mereka kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Salatiga, 22 Juni 2004 Peneliti
Ivan Svaiful Rusmadi NIM. 11101087
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
L Sistematika Penulisan Skripsi
9
BABU LANDASAN TEORI
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Negeri Plupuh Sragen
A. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
B. Laporan Hasil Angket
DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR ANGKET LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
TABEL I : Keadaan Guru Menurut Latar Belakang Pendidikan dan
TABEL IV : Keadaan Siswa MTs Negeri Plupuh Menurut Asal Sekolah
48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yaitu orang tua yang bertanggung jawab penuh atas
pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Dalam Islam konsep bertanggung jawab itu terletak pada konsep amanah. Amanah adalah suatu sistem nilai yang meletak pada diri manusia karena begitu kita hidup dan mengenyam kehidupan yang merupakan pemberian Tuhan kita harus mempertanggung jawabkannya, karena kehidupan manusia berbeda dengan makhluk lainnya.1 Oleh karena itu orang tua menyerahkan anak-anaknya kepaa madrasah dengan maksud utama agar di madrasah itu anak-anak menerima pelajaran-pelajaran (ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang dapat digunakan sebagai bekal hidupnya kelak di dalam masyarakat. Madrasah berkewajiban dan bertanggung jawab atas hasil pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga tidak mampu lagi memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang telah diberikan di madrasah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga.
Disamping orang tua dan madrasah bertanggung jawab terhadap anak didiknya orang tua juga ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan 1
1 Achnmdi, Islam Sebagal Paradigma Ilmu Pengetahuan, Adilya Media, Yogyakarta, 1992,
2
madrasah yang mana secara langsung ataupun tidak langsung hal ini berpengaruh terhadap kualitas belajar anak.
Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat dan orang tua masih rendah. Secara historis sebenarnya peran masyarakat dan orang tua dalam pembangunan pendidikan di Tanah air sangat besar, tetapi strategi pemerintah dalam pembangunan pendidikan selama ini belum mampu menggali potensi tersebut. Masyarakat dan orang tua sudah seharusnya bagian dari madrasah dalam mengambil keputusan.
Terciptanya suatu lingkungan madrasah yang lebih nyaman dan tenang, setidaknya lingkungan madrasah yang seperti itu akan membuat siswa libih senang. Iklim seperti ini akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien dan lebih menekankan belajar mengetahui (learning to know), belajar menjadi diri sendiri (learning to do) dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together).2
Masyarakat dan orang tua mempunyai hak dan kewajiban untuk menghidupi, mengembangkan dan menjadikan madrasah sebagai tempat pendidikan berkwalitas. Madrasah tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Namun begitu, partisipasi aktif sebagai kelompok masyarakat dan pihak orang tua dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program-program madrasah perlu dikembangkan dan dimaksimalkan. Sebab ada kecenderungan keterlibatan masyarakat di madrasah selama ini hanya dalam bentuk bantuan finansial saja.
3 Seharusnya ke depan, masyarakat dan orang tua harus disadarkan lagi
bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak. Prestasi keberhasilan madrasah harus menjadi kelembagaan masyarakat dan lingkungannya.
Atas dasar itulah penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA MENGEMBANGKAN
MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR (Studi pada Siswa kelas I
MTs Negeri Plupult Sragen Tahun Ajaran 2004/2005 )”Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran atau pemahaman yang beraneka ragam, perlu kiranya penulis menjelaskan istilah judul di atas sebagai berikut:
1. Komitmen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia komitmen berarti
“perjanjian (keterkaitan) untuk melakukan sesuatu”.3
2. Orang tua Yaitu orang yang sudah dewasa dalam hal ini sepasang suami istri yang memiliki anak.
3. Madrasah Yang dimaksud dengan madrasah ialah : sekolah atau perguruan tinggi biasanya yang berdasarkan agama islam.4
3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, him. 515
4 Yang dimaksud komitmen orang tua, mengembangkan madrasah . *
dalam penelitian ini adalah keterikatan dan kesediaan untuk melakukan sesuatu dalam mengembangkan madrasah. - ' Adapun indikator dari variabel komitmen orang tua mengembangkan madrasah ialah: a Menyekolahkan anak di madrasah, b. Menyumbangkan dana untuk madrasah. c Mensosialisasikan madrasah.
d. Menyumbangkan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
4. Suasana Yang dimaksud suasana adalah keadaan sekitar, sesuatu atau dukungan sesuatu.5
5. Belajar Suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara.
6. Siswa Yang dimaksud siswa murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah.6 Yang dimaksud dengan suasana belajar siswa adalah situasi atau keadaan mengenai proses belajar siswa.
Adapun indikator dari variabel suasana belajar siswa ialah : a. 1 ersedianva lingkungan yang nyaman dan tenang.
5 Ibid., him. 966
5
Tersedianya tempat yang menunjang untuk belajar.
b.
c. Tersedianya kelengkapan alat-alat pelajaran.
d. Tersedianya fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai.
Rumusan Masalah C.
Dari latar belakang dan penegasan istilah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: L Bagaimana tingkat komitmen orang tua mengembangkan-Jnadrasah pada
MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005 ? « -2. Bagaimana suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen
Tahun Ajaran 2004/2005 ?
3. Adakah pengaruh antara komitmen orang tua mengembangkan madrasah dengan suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005 ?
D. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari persoalan pokok, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat komitmen orang tua mengembangkan madrasah pada MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005.
2. Untuk mengetahui suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara komitmen orang tua mengembangkan madrasah dengan suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005.
6 E. Kegunaan Penelitian
Dari aspek signifikansi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh komitmen orang tua mengembangkan madrasah terhadap suasana belajar siswa. Apabila ada pengaruh antara komitmen mengembangkan madrasah terhadap suasana belajar siswa- penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi orang tua dapat memberikan sumbangan bagi orang tua untuk lebih meningkatkan pengembangan madrasah.
F. Rumusan Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang di identifikasikan.7 Adapun hipotesa yang dirumuskan adalah “ada pengaruh yang signifikan antara komitmen orang tua mengembangkan madrasah dengan suasana belajar siswa”.
G* Metodologi Penelitian
Agar diadakan hasil sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya metodologi yang tepat.
Adapun metodologi itu adalah sebagai berikut:
1. Populasi Populasi adalah sejumlah individu untuk siapa kenyataan yang di peroleh dari sample yang di generalisasikan.8 Adapun yang menjadi populasi
7 Wahyu, Surabaya, 1987, him. 33.
Petunjuk Praktis Pembuatan Skripsi, Usaha Nasional,
4 Sutrisno Hadi, Jilid 1, Yayasan penerbit Fakultas Psikologi UGM, Metyeodologi Recearch, dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 MTs Negeri Plupuh, Sragen Tahun 2004/2005, dengan jumlah populasi 225 siswa.
2. Sampel Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki.9 1 Sedangkan besar
1 kecilnya sampel tidak ada ketentuanyang pasti atau baku. Sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi sebagai berikut:
1
“Mengambil jumlah sampel sebenarnya tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak beberapa persen atau sampel harus diambil dari populasi,10
Sedangkan Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa : “Untuk sekedar pedoman/patokan, maka apabila subyeknya kurang dari 100, Lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau lebih sesuai dengan kemamuan peneliti dan sempit luasnya wilayah pengamatan”11 Adapun sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah 45 siswa atau 20% dari jumlah populasi sebanyak 225 siswa.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode observasi Obsrevasi atau yang di sebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.12
9 Ibid, him. 70.
10 him. 71 Ibid, 11 Suharsimi Arikunto, op. cit, him. 120.
8
b. Metode Angket Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang di berikan kepada subkek baik secara individual maupun kelompok umtuk mendapatkan iformasi tertentu.13
Angket yang penulis gunakan adalah angket yang tertutup jawabannya diberikan dengan membutuhkan tanda tertentu,14 atau jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal menyilangkan.
c. Metode Interview Interview yaitu metode mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.15 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang komitmen orang tua mengembangkan madrasah dan data tentang suasana belajar.
H. Teknis Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut sehingga mengandung arti atau dapat diambil suatu kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan.
Dalam menganalisa data pokok penelitian ini, penulis menggunakan statistik dengan rumus product moment sebagai berikut:
13 Ibid, him. 134.
14 Sunapiah dan Guntur Wasesa, Metodologi Penelitian Pendidikan , Usaha Nasional,
9 I XY - x y N
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y X : Variabel pengaruh Y : Variabel terpengaruh
XY : Perkalian antara variabel X dan variabel Y N : Jumlah sampel
I. Sistematika Penulisan Skripsi
Memudahkan penyusunan dan pemecahan terhadap isi skripsi ini,maka penulis dalam penulisan skripsi ini, mencantumkan lima bab dengan pokok tiap- tiap bab sebagaimana tertulis di bawah ini Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini akan dijelaskan tentang : latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, rumusan hipotesis, metodologi penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisa data, sistematika penulisan skripsi
BAB II : Landasan Teori Pada landasan teori ini penulis mengemukakan kepada para pembaca agar mengetahui dasar teori ini yang meliputi : madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, peran serta orang tua terhadap madrasah,
10
tingkat pendidikan dan perhatian orang tua terhadap komitmen mengembangkan madrasah, kaitan antara orang tua dengan suasana belajar siswa.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian Laporan hasil penelitian ini berisikan gambaran umum MTs Negeri Plupuh Sragen meliputi : letak geografis, sejarah singkat MTs Negeri Plupuh Sragen, visi dan misi MTs Negeri Plupuh Sragen, keadaan sarana dan prasarana, keadaaan guru dan karyawan, data tentang responden.
BAB IV : Analisis Data Bab ini berisikan analisis data tentang tingkat komitmen orang tua, suasana belajar dan hubungan antara komitmen orang tua dan suasana belajar. Analisa dilakukan melalui analisa tahap awal ketahap lanjut.
BAB V : Penutup Pada bab akhir ini berisi kesimpulan, saran-saran, penutup DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II LAND ASAN TEORI A. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
1. Pengertian Madrasah Madrasah adalah salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia yang diusahakan di samping masjid dan pesantren.1
Seiring dengan perkembangan Islam dan terbentuknya masyarakat Islam, pendidikan Islam yang awalnya diselenggarakan di masjid, kemudian berubah menjadi madrasah yang merupakan bentuk kelembagaan pendidikan
Islam secara formal. Dalam perkembangan berikutnya pelaksanaan dan pembinaan madrasah dikelola dan berada di bawah tanggung jawab Departemen Agama. Kemudian sistem pendidikan pada madrasah menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional yang mana kurikulum, ijazah dan lulusannya setingkat dengan sekolah umum.
Adapun yang membedakan antara keduanya adalah madrasah merupakan sekolah setingkat sekolah umum yang berciri khas agama Islam, karena mata pelajaran agama lebih banyak sekurang-kurangnya 30%.
Menurut Dzakiah Daradjat suatu ciri pendidikan madrasah yang terpenting adalah pembinaan jiwa agama dan akhlak anak didik. Pembinaan jiwa dilakukan melalui berbagai segi kehidupan anak mulai dari tata krama, sopan santun, cara bergaul, cara berpakaian dan cara bermain yang tidak *
'H. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Logos Wacana Ilmu, Jakarta,
12
bertentangan dengan ajaran Islam. Di samping pelaksanaan ibadah yang ketat, serta pembinaan hidup yang cocok dengan ajaran Islam atau dengan kata lain bahwa pendidikan ibadah, akhlak atau kepribadian menjadi perhatian madrasah.2
Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam telah mempunyai identitas tersendiri yaitu pemahaman dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan dan pengajaran madrasah telah memberikan kontribusi bagi kita khususnya generasi muslim dalam membina keyakinan beragama dan hidup dalam lingkup ajaran agama.
2. Perkembangan Madrasah Madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abad ke 11 - 12 M (abad 5 H), khususnya ketika Wazir Bani Saljuk Nizam al Mulk mendirikan madrasah Niza Miyyah di Baghdad. Kebanyakan penulis sejarah
Islam juga membuktikan bahwa lembaga pendidikan itu merupakan salah satu bentuk khas dari tradisi pendidikan dalam Islam, terutama di kalangan kaum sunni. Sebelum pertumbuhan madrasah, praktek-praktek pendidikan Islam lebih banyak dilakukan di masjid-masjid dan kuttab-kuttab disamping ada beberapa pusat studi seperti Dar Al Hikmah. Pada abad pertengahan madrasah dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam pra exellence, menjadi tren hampir di semua wilayah kekuasaan. Tentu saja, sejalan dengan perkembangan masyarakat yang terus membawakan perubahan-perubahan
1 3
eksistensi madrasah di dunia Islam tidak lepas dari penyesuaian-penyesuaian, dari yang semua bersifat eksklusif menjadi lembaga pendidikan yang lebih terbuka, baik dari sudut kelembagaan metodologi maupun kurikulum dan pengelolaannya.3
Sebagai saijana pendidikan berasumsi bahwa tradisi pendidikan Islam di Indonesia tidak sepenuhnya khas Indonesia, kecuali hanya menambahkan muatan dan corak keislaman terhadap tradisi pendidikan yang sudah ada, terutama yang bermula dari agama Hindu. Atau ada anggapan bahwa pertumbuhan madrasah di Indonesia sepenuhnya merupakan usaha penyesuaian atas tradisi persekolahan yang dikembangkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Mengingat struktur dan mekanismenya yang hampir sama, sekilas dapat diduga bahwa madrasah merupakan bentuk lain dari sekolah yang hanya diberi muatan dan corak keislaman. Asumsi seperti itu agaknya tidak sepenuhnya benar, meskipun dalam ukuran tertentu tidak bisa diabaikan bahwa pertumbuhan madrasah itu merupakan respon pendidikan Islam terhadap sistem persekolahan yang sudah menjadi kebijakan pemerintah
Hindia Belanda dalam kerangka politik etisnya. Latar belakang lain yang layak dipertimbangkan adalah bahwa pertumbuhan dan perkembangan madrasah pada awal abad 20 ini merupakan bagian dari gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang memiliki kontak cukup intensif dengan gerakan pembaharuan di Timur Tengah. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan madrasah di Indonesia aspek universal dari tradisi itu tidak bisa
1 4
dilepaskan karena memang dalam kenyataannya eksistensi lembaga madrasah itu sudah berkembang sejak masa Islam klasik dan bahkan terus berkembang hingga masa modem dengan segala bentuk penyesuaian dan pembaharuannya.4
Perkembangan madrasah ada masa orde lama tidak lepas dari peran Departemen Agama yang waktu itu resmi berdiri tanggal 3 Januari 1946.
Lembaga ini secara, intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Dalam kaitannya dengan perkembangan madrasah departemen ini menjadi andalan atau pegangan yang dapat mengangkat posisi madrasah sehingga mendapatkan perhatian yang terus menerus dikalangan pengambil kebijakan sampai sekarang ini.
3. Pembagian Madrasah Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki beberapa jenis dan tingkatan, yaitu: a. Madrasah Ibtidaiyah (MI).
b. Madrasah Tsanawiyah (MTs).
c. Madrasah Aliyah (MA). Madrasah jenis ini berbeda dengan Madrasah Diniyah. Madrasah diniyah dahulu di desa-desa lebih dikenal dengan sekolah Arab yang terdiri dari madrasah Diniyah Awaliyah, Madrasah Diniyah Wustho dan Madrasah Diniyah Ulya. Idealnya madrasah Diniyah disediakan untuk memperdalam agama para siswa yang pagi harinya belajar di sekolah umum.
1 5
4. Macam-macam Lembaga Pendidikan Madrasah Lembaga pendidikan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang berada dalam sistem pendidikan nasional dan ditempatkan di bawah pembinaan Departemen Agama. Selain madrasah, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tetapi madrasah relatif terorganisasi dengan baik dalam hal tujuan, kurikulum, kepemimpinan, dan proses belajar mengajarnya.
Lembaga pendidikan madrasah adalah :
1. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
2. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
3. Madrasah Aliyah (MA)
B. Peran Serta Orang Tua terhadap Madrasah
1. Pengertian Orang tua Berbicara mengenai orang tua tidak terlepas dari membicarakan keluarga karena bagaimanapun juga orang tua terikat dalam satu wadah yang dinamakan keluarga. Pembentukan orang tua (keluarga) dalam Islam dimulai ketika ada hubungan antara laki-laki dan perempuan yang mana sudah terikat dalam pernikahan yang syar’i menurut Islam. Dari sinilah maka terbentuklah orang tua yang dapat bertanggung jawab terhadap keturunannya.
Menurut Muh. Shochib pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga yang besar dan keluarga inti.
1 6
Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Walapun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah.5
Suatu keluarga diawali dari sepasang suami istri, kemudian lahir anak-anak memeka.6 Suami istri merupakan dua unsur utama dalam keluarga jadi keluarga dapat disimpulkan suatu unit yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau bisa dikatakan bahwa keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dan perempuan yang berlangsung secara terus menerus di mana satu sama lain merasa tentram dan nyaman. Dan ketika mereka melahirkan seorang anak maka anak itu menjadi unsur utama ketiga setelah orang tua.
Dengan kata lain esensi keluarga (ibu dan ayah) adalah kesatu arahan dan kesatu tujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan potensi diri dengan baik. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan potensi diri dengan baik. Jadi seperti kita ketahui dalam satu keluarga terdapat tiga unsur yaitu suami, istri dan anak yang mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, jadi ketika salah satu unsur itu hilang maka keluarga akan kehilangan keseimbangannya.
5Muh. Shochib, , Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 17 Pola Asuh Orang Tua
°Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,
1 7
Islam memandang keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu dimana ia berinteraksi. Dari interaksi dengan lingkungan pertama itu individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar dari kepribadiannya.7 * Jelaslah
9 bahwasanya orang tua (keluarga) tidak hanya berhubungan langsung dengan satu keluarga tetapi keluarga juga terus berinteraksi dengan orang lain karena keluarga juga makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain.
Dan dari segi lain pula keluarga menjadi ukuran buat atau lemahnya masyarakat yaitu jika keluarga kuat maka masyarakat kuat, kalau lemah o masyarakat pun menjadi lemah. Dari sinilah kita mengetahui bahwa orang tua (keluarga) sangat penting baik bagi anggota keluarga itu sendiri maupun bagi masyarakat.
2. Fungsi Orang Tua Keluarga adalah kelompok hidup yang paling kecil dari masyarakat di suatu negara. Letak di mana kedamaian dan ketentraman hidup ada pada keluarga. Mengingat hal tersebut dalam agama Islam keluarga dipandang sebagai wadah apakah keluarga tersebut selamat baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu keluarga harus mendapat pimpinan ayah sebagai kepala keluarga yang mempunyai tanggung jawab. Fungsi orang tua dapat dibedakan menjadi dua:
a. Orang Tua sebagai Pendidik Tanggung jawab ini merupakan upaya untuk menjaga dan melindungi akal yang merupakan salah satu dari lima tujuan syariat islam,
7Hasan Langgulung, , Pustaka Al Husna, Jakarta, 1989, Manusia dan Pendidikan him. 348
1 8
sehingga dalam hal ini membekali anak dengan ilmu pengetahuan adalah suatu kewajiban bagi orang tua agar anaknya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan dimasa yang akan datang. Lebih baik memberikan kail daripada memberikan ikan, ituklah pepatah yang tepat untukpermasalahan ini karena dengan memberikan ikan hanya bisaa menghidupi sepanjang masa, artinya agar anak dapat mempetrtahankan kehidupanya dimasa yang akan datang makaperlu diberikan bekal, yaitu dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan orang tua sebagai pendidik, Al Ghazali berpendapat: “Melatih anak-anak adalah suatu hal yang sangat penting sekai i, karena anak sebagai amanat orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia dapat mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan ke arah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia baik dan bahagia dunia akhirat, sedang ayah serta para pendidik-pendidiknya turut mendapat bagian pahalanya. Tetapi bila ia dibiasakan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan maka celaka dan rusaklah ia sedang wali serta pemeliharaannya mendapat beban dosanya.
Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa dengan mendidik dan mengajar berakhlak mulia, menjaga dari teman-temannya yang jahat dan tak boleh membiasakan anak dengan bernikmat-nikmat
Adapun konsep anak sebagai amanah ditegaskan sebagaimana firman Allah, dalam QS. Al Anfal ayat 28 : 9
1
9H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga , Bulan Bintang, Jakarta, 1975, him. 72
1 9
- * * y ' - , t A A
^ <ss*J^«l Lijl Artinya : Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.10
Dari ayat tersebut ditegaskan bahwa orang tua hendaknya mensyukuri apa yang dianugerahkan Allah SWT dengan cara mengasuh, memelihara dan membimbing anak-anak mereka dengan keikhlasan dan kesungguhan semata-mata mengharap ridho Allah, b. Tugas Orang Tua Sebagai Pelindung/Pemelihara
Tugas ini merupakan dorongan alami yang harus dilaksanakan oleh orang tua, karena orang tua harus memelihara keselamatan, kehidupan keluarganya baik moril maupun materiilnya.
Jaminan materiil bagi kelangsungan hidup keluarga antara lain berupa nafkah. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah QS. At Thalaq ayat .
6
20 Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka, dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya."
Dari ayat di atas ditegaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia amat beragam dan kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Menurut Zakiah Daradjat membedakan kebutuhan pokok manusia menjadi dua golongan :
1) Kebutuhan Fisik Jasmani Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan pertama atau disebut juga kebutuhan primer, seperti makan, minum, seks dan sebagainya, tidak dipelajari manusia, sudah fitrahnya sejak lahir. Jika kebutuhan- kebutuhan tersebut tidak dipenuhi akan hilanglah keseimbangan fisiknya. Dalam pandangan agama, kebutuhan-kebutuhan fisik jasmaniah ini diakui adanya, dan juga diakui bahwa semua makhluk akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya.1
1 dalam firman Allah QS. Hud ayat 6 : l j i ej Cr? ^3
12 Ilal ini ditegaskan
S CP*
11 Departemen RI, op.cit, him. 79
12 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah , CV. Ruhama, Jakarta,
21
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).13 Dari ayat di atas ditegaskan bahwa Allah menjamin tidak ada satu makhlukpun yang tidak dijamin rejekinya.
2) Kebutuhan Mental Rohaniah Di samping manusia berusaha memenuhi kebutuhan fisik jasmaniahnya, dia juga harus memenuhi kebutuhan mental rohaniahnya. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Kebutuhan-kebutuhan rohaniah tersebut adalah:
(a) Kebutuhan akan agama Bayi sejak lahir telah membutuhkan agama. Iman ditumbuh kembangkan melalui pengalaman hidup setelah seorang anak lahir. Perlu dikumandangkan adzan dekat telinganya, agar pengalaman pertama lewat pendengarannya adalah kalimat- kalimat tauhid yang berintikan pengakuan akan keagungan Allah dan kerasulan Muhammad, ajakan kepada kemenangan dan seruan untuk beribadah (shalat), diakhiri dengan pernyataan akan keagungan dan ke-Esaan Allah.
Bayi yang baru lahir itu memang belum mengerti arti kata kah tauhid dalam adzan tersebut. Namun demikian dasar-dasar
22
keimanan dan keislaman sudah masuk ke dalam hatinya. Ketika dia disusukan ibunya, dia mendengar ucapan basmallah dalam pangkuan ibu, dan kebutuhan fisik jasmaniahnya (minuman/makanan) terpenuhi setelah ia puas menyusu terdengar pula suara ibu mengucapkan hamdalah.
(b) Kebutuhan akan kasih sayang Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam hidup manusia anak kecil yang merasa kurang disayangi oleh ibu bapaknya kaan menderita batinnya.
Kasing sayang yang paling utama dibutuhkan anak adalah dari ibu kandungnya. Kasih sayang yang timbul itu harus atas kesadaran bahwa si anak sangat membutuhkannya. Dan kasih sayang tersebut harus terpantul dalam sikap, tindakan, pelayanan, dan kata-kata yang belum yang membawa ketentraman batin bagi si anak.
(c) Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan rasa aman mendorong orang untuk selalu berusaha mencari rezeki dan meningkatkan nilai-nilai kehidupan.
Dalam perlakuan dan tindakan yang dilihat, didengar dan dirasakan anak yang sedang dalam pertumbuhannya hendaknya anak merasa aman, tidak terancam oleh tindakan keras seperti marah, membentak dan menyakitinya.
2 3
(d) Kebutuhan akan rasa harga diri Keluarga (Orang tua) kadang tidak menyadari bahwa anak kecil mempunyai harga diri. Padahal rasa harga diri tumbuh dan berkembang sejak kecil. Anak yang merasa disayangi dan dihargai oleh orang tua atau pengasuhnya akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira. Maka sikapnya terhadap dirinya dan rang lain di sekitarnya, akan positif dan menyenangkan.
(e) Kebutuhan akan rasa bebas Kebutuhan akan rasa bebas, tidak terikat atau terhalang oleh kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu, juga salah satu kebutuhan jiwa yang terpokok dalam hidup marusia. orang yang merasa tidak bebas mengeluarkan apa yang terasa dalam hatinya maka ia akan mencari jalan agar ia dapat merasa bebas dalam hidupnya. Kebebasan dalam batas yang wajar, tidak berbahaya dan perlu dikembangkan. Dia hendaknya mendapat kebebasan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. (f) Kebutuhan akan rasa sukses
Rasa sukses atau berhasil juga termasuk kebutuhan jiwa yang terpokok dalam hidup. Orang harus merasa berhasil dalam hidupnya. Tetapi jika memang Tuhan mempunyai takdir lain maka manusia harus bisa menerimanya yang terpenting manusia telah berusaha dengan sungguh-sungguh.
2 4
(g) Kebutuhan pengenalan Kebutuhan manusia akan mengenal inilah yang banyak mendorong orang untuk mengadakan penelitian dan riset ilmiah, yang menyebabkan orang mau bersusah payah mengorbankan waktu dan tenagannya. Kebutuhan inilah yang memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebutuhan ini pula yang menyebabkan anak-anak kecil suka bertanya dan mencari-cari jawab dari hal-hal yang meragukannya.14
3. Tujuan orang tua menyekolahkan anak ke madrasah Setelah diuraikan tentang pengertian orang tua dan fungsi orang tua maka semakin jelaslah bahwa orang tua mempunyai tujuan terhadap anak dalam pendidikan. Di atas telah dikemukakan bahwa anak adalah amanah sekaligus sebagai anugerah yang patut disyukuri dan perlu dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Pendidikan berarti suatu kegiatan yang disengaja dari orang tua kepada anak dengan cara yang sistematis yang berusaha untuk mendewasakan anak.15 Sedangkan dalam ajaran Islam bahwa tujuan dari pendidikan itu bukan semata-mata untuk mendewasakan anak, tetapi untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
14Zakiah Darajat, him. 22-23 op.cit,,
15 Sutari Imam Bamadib, Andi Offset, Yogyakarta,
Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis,
2 5
Islam adalah agama yang selalu memberikan kewajiban bagi setiap umatnya untuk selalu mencari ilmu. Sebab dalam Islam sasaran pendidikan yang akan dicapai adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam pendidikan agama Islam usaha menciptakan manusia yang sejahtera lahir dan batin merupakan target utama jangka panjang. Tujuan akan dapat dicapai apabila manusia itu menjadi muslim yang sempurna. Allah
SWT telah memberikan jaminan kepada manusia yang beriman dan bertaqwa, o'eh karena itu ketaatan menjalankan ajaran agama Islam merupakan jalan bagi tercapainya tujuan tersebut.
Anak adalah amanah sekaligus sebagai anugerah yang patut disyukuri dan perlu dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Oleh karena itu orang tua hendaknya senantiasa memberikan pendidikan kepada anak sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Lukman Hakim, a. Materi keimanan
Iman sebagai unsur dalam Islam dan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Imanlah yang akan menentukan seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan demikian pendidikan agama Islam yang paling menentukan dalam keluarga adalah masalah keimanan. Sedemikian pentingnya keimanan, maka sesolah-olah Nabi dan Rosul hanya mengajarkan masalah keimanan saja yaitu memperkukuh pondasi tauhid serta memberantas kemusyrikan.
2 6
Adapun didalam menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada anak meliputi dua pokok, yaitu: 1) Jangan menyekutukan Allah SWT
Pendidikan keimanan ini hendaknya ditanamkan kepada anak sejak dini, karena naluri anak telah bisa menerima ajaran keimanan dari orang tuanya. Hal ini terbukti telah mendapatkan tempat pertama dalam QS. Al Lukman ayat 13: t
*. -* s, ' * ,* ' J ,
jL ih i iiiJ ii>LjT
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 16
Kepercayaan bertauhid telah diajarkan oleh para Nabi dan Rosul sejak zaman Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW.
Hukuman sangat berat bagi orang yang berbuat syirik, karena syirik berakibat bercabangnya kecintaan kepada Allah SWT, terbaginya pengabdian atau ibadah, berkhianatnya hati yang mendua dan selanjutnya penghinaan yang tiada ampun terhadap Allah SWT. 17
Syirik merupakan kezaliman yang amat besar, oleh karena itu penanaman keimanan kepada anak harus dimulai sedini mungkin,
2 7
pada masa awal pertumbuhannya dengan latihan dan pembiasaan dari orang tuanya.