M E D I A K O M U N I K A S I I N T E R N B A D A N G E O L O G I

DAFTAR ISI

EDITORIAL

16 16 16 16 16 Kunjungan Kerja ke Jabatan Mineral dan

1 Geosains Malaysia 1 1 Sosialisasi Bidang Geologi

1 1 Dari Merapi ke Mitigasi Bencana dan

17 17 17 17 17 Presentasi Kepala Badan Geologi pada Pekan Interaksi Geologi Indonesia di ITB

PROFIL

17 17 17 17 17 Kerja sama Badan Geologi DESDM dengan INGV di Itali

18 18 18 18 18 Sidang Ke-3 Komisi Bersama Republik Indonesia-Federasi Rusia

18 18 18 18 18 Pertemuan 14 th Session of Commision on Sustainable Development

3 3 3 3 3 Ir. Agus Sampurno: Membumikan Peralatan

23 23 23 23 23 Pengelolaan Keuangan dalam Sistem Akuntasi Canggih Pemantau Gunung Api

Instansi (SAI)

SEPUTAR KITA

24 24 24 24 24 Terbentuknya Sub Unit Nasional KORPRI Badan Geologi

6 6 6 6 6 “Catatan Medis” Gunung Merapi, April-Mei

FOKUS KITA

2006, Dalam Gambar

9 9 9 9 9 Pernak-pernik Merapi

10 10 10 10 10 Talk Show Mitigasi Bencana Letusan Gunung api

10 10 10 10 10 Sosialisasi Pemahaman Bencana Gempa Bumi dan Tsunami tahun 2006

11 11 11 11 11 Sosialisasi Cagar Geologi Karangsambung

12 12 12 12 12 Seminar ASEAN Mineral Information and Database

25 25 25 25 25 Karisma Gunung Merapi: dari Internet ke

13 Dunia Nyata 13 13 13 13 Seminar Nasional Batu Bara Indonesia

14 14 14 14 14 Seminar Nasional Sumber Daya Panas

AGENDA

Bumi

44 44 44 44 44 Sosialisasi Bidang Geologi

Edisi Khusus Cetak Ulang Warta Geologi Volume 1 Nomor 3, Mei 2006, dengan perubahan pada sampul Sampul depan: Gunung Merapi (Foto oleh: Subandriyo 2006) Sampul belakang: Gunung Merapi (Foto oleh: Gatot Sugiharto 2006)

WARTA GEOLOGI Volume 1 Nomor 3, Mei 2006

Terbit setiap dua bulan

MEDIA KOMUNIKASI INTERN BADAN GEOLOGI

Pelindung Bambang Dwiyanto Pembina Suyartono Pemimpin Redaksi Eddy Mulyadi Wakil Pemimpin Redaksi Rukmana N. Adhi Dewan Redaksi Oman Abdurahman, Priatna, Prima M. Hilman, Agung Pribadi, Joko Parwata Staf Redaksi Suyana, Gatot Sugiharto Sirkulasi Dadi Mulyadi, Dedi Saptari Tata Letak Amin Saefudin, Bunyamin Alamat Redaksi Gedung Badan Geologi Jln. Diponegoro No.57 Bandung 40122 Telp. 022-7217321 Faks. 022-7218154 e-mail: wartageologi@gmail.com

Pembaca yang budiman, Penerbitan War ta Geologi (WG) kali ini dipersiapkan di saat perhatian masyarakat Indonesia sedang tertuju kepada bencana alam, khususnya bencana terkait geologi yaitu letusan gunung api, lebih khusus lagi letusan Gunung (G.) Merapi. Sementara itu, Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) tahun 2006, bulan April yang lalu, telah menetapkan penanggulangan bencana sebagai satu dari sembilan prioritas kegiatan pembangunan nasional tahun 2007.

Seolah telah saling tune in, Badan Geologi pun akhir-akhir ini mulai melaksanakan kegiatan sosialisasi bidang bencana geologi (demikian kita menyebutnya), yaitu bencana gunung api, tsunami, gempa bumi, dan gerakan tanah. Sosialisasi yang dilaksanakan baik sebagai pelaksanaan rencana kerja maupun dalam rangka koordinasi dengan daerah dan instansi lain. Sosialisasi bidang geologi telah mulai dirasakan sebagai kegiatan yang penting dan diperkirakan akan semakin tinggi intensitasnya di tahun-tahun yang akan datang. Karena itu, fokus WG edisi ketiga ini sengaja menyampaikan persoalan seputar G. Merapi, sosialisasi dan pengembangan kreativitas budaya untuk mitigasi bencana geologi.

Para pembaca yang budiman, Gunung Merapi memang sebuah gunung yang eksotik: cantik, anggun, dan penuh karisma, bertengger dengan indahnya di ranah seputar perbatasan Yogyakar ta-Jawa Tengah. Entah berapa puluh ilmuwan telah jatuh cinta kepadanya dan beribu-ribu penduduk beroleh manfaat dari kemurahan Tuhan yang dititipkan pada tubuhnya. Namun, dibalik kecantikan dan kemurahannya, tersimpan ancaman bahaya manakala si cantik ini mulai menggeliat, meletus dan memuntahkan apa saja yang ingin dilepaskannya. Baginya, proses tersebut alami semata dan suatu keniscayaan untuk peremajaan dan rekonstruksi dirinya bersama gerak dinamis alam yang lebih luas tempat ia berdiri. Namun, bagi kita semua, rekonstruksi alami si karismatik ini adalah bencana dengan segala akibatnya. Merapi dengan segala potensinya, baik keindahan, kesejahteraan dan bencana serta pernak-pernik keberadaannya, sangat menarik untuk dikenali lebih jauh. Beberapa tulisan dan berita dalam WG kali ini menampilkan informasi seputar G. Merapi.

Gunung Merapi dan beberapa gunung lainnya

di Indonesia memang kini sedang menggeliat. Mitigasi bencana letusan gunung api kini sedang diuji. Misi geologi untuk perlindungan masyarakat dan lingkungan dari bencana letusan gunung api sedang menghadapi tantangan. Karena sebuah pepatah mengatakan “Tak kenal maka tak sayang”, maka sepantasnyalah kita mengenal para pelaku dan kiprah terkait penelitian dan pelayanan di bidang mitigasi bencana geologi. Selayaknya kita mengenal rekan-rekan kita dan upaya-upaya mereka yang tak kenal lelah dan didedikasikan untuk mitigasi bencana letusan gunung api. Mereka yang tak kenal lelah guna manjawab permasalahan dan tantangan di seputar penyelamatan manusia dan harta benda dari ancaman bencana alam seperti letusan gunung api. Profil kita kali ini menampilkan seorang staf Badan Geologi beserta upaya-upaya yang dapat kita pandang sebagai kreativitas budaya yang dilakukan untuk menjawab tantangan mitigasi bencana geologi, khususnya letusan gunung api.

Merapi dan beberapa gunung api lainnya di Indonesia memang kini sedang menggeliat. Demikian pula bencana geologi lainnya, seperti gempa bumi, akhir-akhir ini banyak dialami masyarakat dan wilayah kita. Menghadapi serentetan gejala letusan alam kegeologian seperti letusan gunung api atau gempa bumi, masyarakat pun berharap-harap cemas menanti dan ber tanya-tanya tentang kelanjutannya. Karena keawamannya, dalam situasi seperti itu masyarakat tak dapat disalahkan ketika melontarkan per tanyaan sebagai berikut: “Akankah letusan gunung api itu membangkitkan gempa bumi, tsunami dan rangkaian bencana lainnya?” Pada kenyataannya, sebagai dampak kuat bencana tsunami Aceh yang dahsyat akhir 2004 – seperti kita saksikan beberapa waktu yang lalu di wilayah Palu – gempa yang terjadi di darat pun dianggap masyarakat setempat sebagai gempa yang akan memicu bencana tsunami yang hebat. Kepanikan pun terjadi. Dalam situasi menghadapi bencana, kepanikan itu sering menjadi sumber bencana yang lain. Kita tidak berharap hal itu terjadi dalam kasus ancaman letusan gunung api dan bencana lainnya kini dan di masa yang akan datang.

Apa yang harus kita lakukan? Karena, sebagaimana pepatah yang lain mengatakan bahwa “musuh terbesar manusia adalah ketidaktahuannya”, maka kita perlu memberikan informasi dan pemahaman yang benar tentang

EDITORIAL

bencana geologi. Sudah menjadi kewajiban setiap insan geologi untuk mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan ( credible) dan mencerahkan kepada masyarakat yang bertanya- tanya tentang kegiatan G. Merapi, khususnya, dan informasi bencana geologi lainnya (gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah). Untuk itu, kegiatan sosialisasi menjadi penting dikuasai prinsip- prinsipnya, bahannya, metode dan teknik komunikasinya, dan aplikasinya di lapangan serta pemantauan dan evaluasi hasilnya. Singkatnya:

ketersediaan dan penguasaan informasi, serta

teknik penyampaian atau komunikasi yang efektif merupakan syarat keberhasilan sebuah sosialisasi, tak terkecuali sosialisasi bidang mitigasi bencana geologi. Untuk itu, fokus kita pada kesempatan ini menyajikan sebuah refleksi tentang penyajian informasi dan mitigasi bencana geologi, khususnya bencana letusan gunungapi. Refleksi diawali dengan mengarungi informasi G. Merapi di Internet dan dilanjutkan ke dunia nyata dan diakhiri dengan diskusi tentang pengembangan kreativitas budaya untuk mitigasi bencana. Kesemuanya mudah- mudahan merupakan salah satu upaya dalam sosialisasi bidang geologi.

Pembaca yang budiman, Selain menampilkan profil kita, Ir. Agus Sampurno, fokus kita dan beberapa artikel dan berita di seputar G. Merapi, WG edisi ketiga ini juga menyajikan berita-berita di sekitar aktivitas unit- unit berikut staf-stafnya di lingkungan Badan Geologi dalam kurun waktu tiga bulan (Maret – Mei 2006). Di antaranya, para pembaca dapat menyimak aktivitas-aktivitas berikut: sosialisasi pemahaman bencana gempa bumi dan tsunami di beberapa daerah, sosialisasi cagar geologi Karangsambung, seminar tentang database dan informasi mineral tingkat ASEAN, seminar batu bara Indonesia, seminar nasional sumber daya panas bumi. Dalam WG edisi ketiga ini para pembaca juga disuguhi berita-berita dan laporan- laporan di sekitar kunjungan kerja, kegiatan ilmiah, kerjasama, dan pertemuan tingkat global, serta berita dan laporan lainnya.

Selamat menikmati War ta Geologi edisi ketiga!

Oman Abdurahman

Dari Merapi ke Mitigasi Bencana dan Sosialisasi Bidang Geologi

Menristek Dr. Kusmayanto Kardiman didampingi anggota Komisi VII DPR Ir. Tjatur Saptohadi dan

Sekretaris Badan Geologi Ir. Suyartono, M.Sc. mendapat penjelasan mengenai aktivitas Gunung Merapi dari Kepala BPPTK Dr. A. Ratdomopurbo.

Menteri ESDM Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro didampingi Kepala Badan Geologi Bambang Dwiyanto,

M.Sc. menyaksikan miniatur Gunung Merapi di Kantor BPPTK dalam kaitan memantau perkembangan aktivitas Merapi April lalu.

PROFIL

Ir. Agus Sampurno

Membumikan Peralatan Canggih Pemantau Gunung api

“SELURUH gunung api di Indone- sia – semuanya jangan ada yang di- anaktirikan – harus dipantau aktivitas dan perilakunya. Pemantauan tersebut harus merupakan suatu sistem yang terpusat guna pengambilan keputusan yang tepat tentang status bencana le- tusannya. Untuk itu diperlukan per- alatan. Dan berbicara tentang peralat- an pemantau gunung api tidak berarti peralatan canggih produk luar negeri. Kita mampu mengembangkan dan merakit sendiri peralatan yang diper- lukan untuk pemantauan gunung api yang terpusat sesuai dengan kemam- puan kita saat ini”. Demikian Ir. Agus Sampurno ketika beliau diminta un- tuk mengupas “ruh” dari kiprah dan karya-karyanya di bidang pemantauan gunung api. WG mewawancarai beliau di ruang kerjanya di Yogyakarta, pertengahan Maret 2006. Apa yang dis- impulkan Mas Agus Sampurno – kita akrabkan demikian panggilannya – dapat kita ringkaskan dengan satu kalimat pendek: “membumikan peral- atan canggih pemantau gunung api”. Sebuah visi yang strategis untuk situ- asi wilayah dan masyarakat Indonesia yang rawan terhadap bencana geologi. Apalagi di saat kondisi Indonesia yang belum siap secara merata, baik akses

maupun penguasaan, terhadap teknologi canggih untuk pemantauan- nya.

Mas Agus adalah staf Balai Penye- lidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) atau Pusat Vul- kanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sekarang ini. Beliau dilahir- kan di Magelang, 10 Agustus 1967. Riwayat pendidikan formalnya dimu- lai dari SD Bandongan II, Magelang 1973–1980, kemudian SMPN Bando- ngan 1980–1983, SMA Muhammad- iyah Magelang 1983–1986, dan Univer- sitas Gadjah Mada, Jurusan Fisika, program studi Elektronika dan Instru- mentasi 1986–1992. Karirnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkun- gan Badan Geologi (dulu DJGSM), di- mulai sebagai tenaga honorer di Seksi Penyelidikan Gunung Merapi, Direktor- at Vulkanologi, tahun 1992 dan PNS di instansi yang sama tahun 1994. Pada tahun 1997, Mas Agus ditempat- kan di bagian bengkel instrumen di BPPTK, dan setahun kemudian beliau diserahi tugas dalam bidang perawat- an sistem monitoring yang berada di gunung berapi di tempat yang sama.

Staf BPPTK yang pernah mengikuti kursus “Mitigasi dan Vulkanologi” di University of Hawaii, 1999; “Mikrokon- troler dan Instrumentasi” di GFZ Pots- dam, Jerman, 2000; dan “Perlindu- ngan Petir: di Nuernberg, Jerman, 2003 ini sangat akrab dengan data, peralat- an, dan istilah-istilah yang biasa di- gunakan dalam pemantauan gunung api. Tilt-meter, RSAM (Real-time Ampli- tude Seismic Measurement), pH dan suhu air danau kawah, konsentrasi gas, regangan, dan fenomena lain ak- tivitas gunung api boleh dikatakan “is- teri kedua” beliau sehari-hari. Semua karya beliau sekembalinya dari kursus di Jerman, 2003, ditujukan untuk mensiasati agar pemantauan gunung api di seluruh wilayah Indonesia da- pat secara cepat, mudah, dan murah dilaksanakan.

Suami dari Palupi Kunjorowati, yang menikah di Madiun pada tahun 1992, banyak memiliki ide-ide kreatif di bidang pengembangan alat peman- tau gunung api, khususnya modifika- si peralatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sumber daya yang tersedia. Sebagian di antaranya telah berhasil menjadi karya nyata; yang lain in progress atau masih berupa gagasan. Mengenal karir Mas Agus artinya kita mengenal prototipe pera- latan elektronik untuk mengirimkan data pengamatan aktivitas gunung api melalui fasilitas SMS (short message service). Mengenal beliau juga berarti kita mengenal work in progress bidang manajemen power. Mengenal Mas Agus membawa kita pada gagasan atau cita- cita besar alokasi bandwidth khusus, serta satelit sendiri. Semuanya dituju- kan guna keperluan pemantauan gu- nung api yang terintegrasi dan terpu- sat untuk seluruh wilayah Indonesia.

Membumikan teknologi canggih alat pemantau gunung api

“Salah satu ’kekurangan’ dari per- alatan pemantau gunung api made in luar negeri adalah kelengkapan fung- si-fungsinya sehingga rumit untuk da- pat diaplikasikan oleh sumber daya manusia yang tersedia di kita dan bi- aya perawatannya mahal”, demikian Mas Agus membuka penjelasan lebih lanjut dari visi yang telah dikemuka- kannya tentang membumikan peralatan canggih pemantau gunung api. Ya, hal tersebut mudah saja kita pahami mengingat peralatan canggih buatan luar negeri umumnya sangat komplit dan ditujukan baik untuk aplikasi maupun untuk riset dasar. Dalam hal ini, sebuah alat canggih pemantau gu- nung api buatan luar negeri yang sudah sangat maju, umpamanya, ter- diri atas fungsi pengukuran yang sa- ngat lengkap dan rinci. Kelengkapan fungsi yang ditujukan baik untuk pe- mantauan aktivitas gunung api dalam upaya mitigasi bencananya, maupun

PROFIL

Foto peralatan TLR Foto sistem akuisisi data laju rendah dengan ADC

12 bit.

untuk riset dasar kegunungapian. “Banyak dari fungsi-fungsi dalam per- alatan tersebut yang sebenarnya – un- tuk kondisi saat ini – tidak kita perlu- kan dan cukup fungsi-fungsi yang uta- ma saja yang kita gunakan. Inilah tan- tangan awal yang saya hadapi”, demiki- an Mas Agus menjelaskannya lebih lan- jut.

Menghadapi tantangan tersebut, Mas Agus dibantu dengan rekan-re- kannya – tentu saja dengan dukungan sepenuhnya dari jajaran pimpinan di instansinya – tidak tinggal diam. Apa yang mereka lakukan adalah memodi- fikasi peralatan-peralatan tersebut se- suai dengan kemampuan pembiayaan Pemerintah dan sumber daya manu- sia operatornya di lapangan. Maka dari tangan tim yang dipelopori Mas Agus ini lahirlah peralatan-peralatan seder- hana – namun memadai – pemantau gunung api, baik itu pengukur defor- masi gunung api (tilt-meter), pH meter, pengukur suhu, RSAM, dan lainnya. Peralatan-peralatan yang meskipun tidak secanggih peralatan sejenis made in negara maju, namun memadai un- tuk instrumen pemantau aktivitas gu- nung api di dalam negeri. Lebih pen- ting dari itu semua, peralatan-peralat- an rakitan ini mudah dioperasikan oleh sumber daya manusia petugas di lapangan dengan biaya perawatan, perbaikan, dan suku cadang penggan- tinya yang murah serta banyak terse- dia di pasaran setempat (Yogyakarta).

Salah satu jenis peralatan modifika- si yang dikembangkan Mas Agus ada- lah prototipe peralatan elektronik un- tuk mengirimkan data pengamatan aktivitas gunung api melalui fasilitas SMS pada telepon seluler secara oto- matis. Untuk sementara, kita sebut saja alat tersebut sebagai: “Fasilitas

SMS Pemantau Gunung api (FSPG)”. FSPG merupakan peralatan yang men- transformasikan fungsi teknologi cang- gih di bidang komunikasi (HP, Inter- net) dan pengukuran yang digabung- kan ke dalam sistem telemetri untuk pemantauan gunung api.

Mentransformasikan fungsi tek- nologi canggih alat komunikasi dan pengukuran

Peralatan FSPG dikembangkan Agus dari keprihatinan, kendala dan tantangan yang dihadapi beliau dalam pelaksanaan pemantauan gunung api. Agus prihatin terhadap proses pengi- riman data – yang diperlukan untuk penentuan status gunung api dari lapangan ke stasiun pengamat dan kantor pusat decision maker, PVMBG di Bandung – yang sering terlambat. Keakuratan laporan data tersebut juga menjadi kendala dalam peningkatan kualitas pemantauan. Padahal, data seperti hasil pengukuran tilt-meter, pH air, RSAM, suhu air danau kawah, kon- sentrasi gas, regangan, dan fenomena lain gunung api akan memberikan in- formasi berharga mengenai aktivitas gunung api, baik secara langsung mau- pun tak langsung.

Selain itu, wilayah kerja peman- tauan gunung api tanggungjawab PVMBG yang membentang ribuan ki- lometer dari ujung Pulau Sumatera hingga kepulauan Maluku menjadi tantangan tersendiri bagi Agus – sebe- narnya bagi kita semua ini juga tan- tangan. “Organisasi pemantauan ak- tivitas gunung api yang sebanyak dan seluas itu hampir tak mungkin dapat dijalankan secara baik dengan teknolo- gi komunikasi konvensional berupa laporan aktivitas gunung api melalui

radio SSB (Single Side Band)”, demiki- an Agus Sampurno. Maka, lahirlah prototipe sistem pengirim telemetri data pengamatan gunung api melalui fasil- itas SMS pada telepon seluler. Sebuah alat yang diciptakan dengan memodi- fikasi peralatan canggih pemantau gu- nung api dan alat komunikasi buatan luar negeri digabungkan dengan ke- mampuan sumber daya yang tersedia.

FSPG diuji coba pertama kali dalam pengamatan aktivitas Gunung Kelud pada tahun 2003. Hasil uji coba menunjukkan bahwa alat tersebut be- kerja dengan baik dalam pengiriman data aktivitas gunung api tersebut se- cara real time, akurat, biaya murah, dan dapat diaplikasikan untuk gunung api yang lain. Karena data pengama- tan yang diperoleh dari FSPG dapat diterima, disimpan dan diolah dalam komputer (PC), maka kita dapat meli- hat tampilan data dan informasi yang diperolehnya melalui PC. Karena di zaman sekarang PC adalah sahabat akrabnya Internet, maka seluruh data aktivitas gunung api yang diperoleh melalui FSPG tersebut kini berpeluang untuk dapat diakses oleh seluruh pe- ngamat yang berkepentingan dari mana saja di seluruh penjuru dunia.

Di tangan Agus, fenomena SMS dan Internet yang mendominasi dunia ko- munikasi saat ini, ditransformasikan fungsinya menjadi sarana pengamatan aktivitas gunung api yang efektif. Agus telah menambahkan satu lagi manfaat komputer, HP, dan Internet: sarana pemantauan gunung api yang cepat, mudah, dan murah. Suatu karya yang potensial untuk meningkatkan kiner- ja Badan Geologi melalui PVMBG dalam penelitian dan pelayanan vul- kanologi dan mitigasi bencana gunung api di seluruh Indonesia.

Work in progress: manajemen power untuk peralatan pemantau gunung api

“Kekurangan lainnya dari peralatan pemantau gunung api made in luar negeri adalah operasionalnya yang membutuhkan tenaga (power, energy) yang besar”, demikian Mas Agus me- mulai penjelasan lebih lanjut dari work in progress garapannya saat ini. Ya, hal tersebut mudah saja kita pahami mengingat peralatan canggih buatan luar negeri yang serba komplit fungsi itu tentu saja memerlukan energi (lis- trik) yang besar. Inilah tantangan berikut yang mendorong Mas Agus melakukan modifikasi alat sekaligus sumber tenaganya.

Bagi ayah dari Dyah Ayu Puspitasa- ri (12 tahun), Aulia Surya Prayoga (10 tahun), Ratih Putri Salsabila (8 tahun), Nailil Haliza Sampurno (5 tahun), dan Ade Maulana Sampurno (1 tahun) ini, persoalan tenaga untuk peralatan pe- mantau gunung api sangat serius. Mudah dipahami, mengingat umum- nya lokasi pos pengamatan gunung api itu berada di daerah-daerah terpencil yang sulit terjangkau oleh jaringan pasokan tenaga listrik. Sementara itu pengiriman data aktivitas gunung api dengan sistem radio maupun telemetri pada waktu-waktu tertentu tidak boleh terputus. Tantangan tersebut diformu- lasikannya ke dalam gagasan: perala- tan (pemantau gunung api) minim po- wer (energy). “Untuk situasi Indonesia, kita harus berpikir, bagaimana cara mengembangkan alat pemantau gu- nung api yang minim power dan akan lebih baik jika power-nya dapat dipa- sok di lapangan langsung, misalnya tenaga listrik bersumber dari sinar matahari”. Ir. Agus melanjutkan kerangka gagasannya di bidang sup- ply energi untuk peralatan pemantau gunung api.

Keperluan energi untuk peralatan pemantau gunung api dan bagaimana cara mengelolanya membawa Mas Agus pada kreativitas yang sekarang sedang dikerjakannya: manajemen power. “Itu (manajemen power – red) merupakan sesuatu yang penting dan strategis dalam pengembangan alat dan keseluruhan program pemantau gunung api, khususnya di Indonesia”, demikian Mas Agus memberikan ulas- an. Saat ini apa yang sedang dikem- bangkannya dalam kerangka manaje- men power adalah pengaturan hemat energi peralatan pemantau gunung api sistem on-off yang sudah mulai diap-

likasikan dalam pengamatan G. Mera- pi. “Ke depan saya dan rekan-rekan merencanakan peningkatan manaje- men power tersebut dengan sistem pro- cessor”, demikian Mas Agus menutup penjelasan tentang kiprahnya di bidang tenaga untuk peralatan pemantau gu- nung api.

Gagasan dan harapan ke depan: dari alokasi bandwidth khusus hingga satelit sendiri

Tak terasa, perbincangan WG de- ngan Mas Agus pada hari itu sudah berlangsung lebih dari dua jam. Sela- ma perbincangan itu, tidak saja karya dan gagasan besar berkaitan dengan pemantauan gunung api yang disam- paikan Mas Agus, melainkan hal-hal yang sering dianggap kecil pun diku- pasnya. Misalnya, beliau mengomen- tari masalah standardisasi sarana dan peralatan penunjang penting kegiatan sebuah balai penyelidikan dan pengembangan. “Bengkel, laboratori- um, dan komputer pengolah data per- lu standar. Pintu sebuah bengkel, umpamanya, perlu ukuran yang stan- dar sesuai jenis bengkelnya. Jangan sampai peralatan kelengkapan bengkel tidak masuk atau rusak saat dipaksa dimasukkan ke bengkel tersebut kare- na ukuran pintu lebih kecil”, demikian komentarnya di seputar standar sara- na bengkel. Pendek kata, Mas Agus memperhatikan sepenuhnya kelancar- an penyelidikan, mulai dari hal-hal yang – dianggap – kecil sampai isu be- sar. Mulai dari standar pintu bangunan bengkel sampai ke modifikasi alat cang- gih, manajemen power, alokasi khusus bandwidth dan satelit sendiri untuk pe- mantauan gunung api. Dua topik yang terakhir masih merupakan mimpi atau isu besar bagi Mas Agus – juga bagi kita semua.

Alokasi bandwidth khusus adalah isu karena pentingnya peranan freku- ensi gelombang yang digunakan dalam komunikasi data aktivitas gunung api secara sistem telemetri. “Idealnya, in- stansi pemerintah yang memiliki ke- wenangan dalam mitigasi bencana – termasuk bencana gunung api – diberi alokasi bandwidth khusus oleh Peme- rintah agar komunikasi data tidak ter- ganggu oleh pengguna frekuensi atau jalur gelombang komunikasi lain”, demikian Mas Agus membuka perbin- cangan di seputar bandwidth ini. Mas Agus selanjutnya menyampaikan bah- wa ia dan rekannya sering mengalami gangguan frekuensi saat menyampai-

kan data aktivitas gunung api dengan sistem telemetri. “Akan sangat berarti bagi instansi dan insan yang berkiprah di bidang pemantauan gunung api dan kita semua apabila terdapat alokasi bandwidth secara khusus untuk ke- perluan komunikasi data lapangan ter- kait”, demikian Mas Agus menyampai- kan harapannya.

Di penghujung wawancara, Mas Agus menyampaikan harapan besar- nya – saat ini mungkin masih dikata- kan sebuah obsesi – di bidang peman- tauan gunung api. “Kita dengan wilayah yang berpotensi besar menga- lami bencana geologi seperti gempa bumi dan letusan gunung api sudah sepantasnya memiliki satelit sendiri guna keperluan komunikasi data dan informasi mitigasi bencana. Dengan demikian seluruh hambatan pada sistem pengiriman data via gelombang udara dapat diminimalkan. Dan, pe- mantauan dengan sistem yang terpu- sat guna pengambilan keputusan yang tepat tentang status bencana letusan gunung api untuk seluruh wilayah In- donesia lebih terjamin untuk dapat di- wujudkan”. Demikian Mas Agus menu- tup bincang-bincangnya dengan WG.

Iya Mas Agus, kita perlu dukungan peralatan komunikasi yang canggih guna meningkatkan kinerja penelitian dan pelayanan mitigasi bencana ke- geologian, khususnya bencana gunung api. Dan itu bukan sesuatu yang meng- ada-ada. Memiliki satelit sendiri guna keperluan itu mungkin masih meru- pakan mimpi kita saat ini. Namun, memanfaatkan satelit (transponder) milik negara lain bukan sesuatu yang mustahil. Dengan biaya sewa sekitar empat puluh juta per bulan, yang da- pat ditanggung renteng oleh berbagai pihak terkait mitigasi bencana atau ditanggung sendiri oleh instansi pusat kita, kebutuhan sarana komunikasi sendiri yang vital itu dapat terpenuhi. Biaya sejumlah itu bukan sesuatu yang besar untuk ukuran departemen. De- ngan cara itu, maka bukan saja miti- gasi bencana yang akan sangat terban- tu, bahkan Pusat Data dan Informasi Nasional (PUSDATIN) bidang energi dan Sumber Daya Mineral pun dapat diwu- judkan dengan segera. (Wah ternyata WG pun jadi mengembarakan lamu- nannya, termotivasi oleh cita-cita be- sar Mas Agus).

Oman Abdurahman

PROFIL

SEPUTAR KITA

SEPUTAR KITA

“Catatan Medis” Gunung Merapi April-Mei 2006 Dalam Gambar

Oleh: Oman Abdurahman, Priatna

Jika Merapi yang akan meletus kita ibaratkan seorang ibu, pasien yang akan melahirkan dengan resiko komplikasi penyakit kronis yang dideritanya dapat menjadi bencana saat ia melahirkan, maka catatan medisnya menarik untuk kita simak. Berikut “catatan medis” dimaksud periode April-Mei 2006, saat status gunung dinyatakan “siaga” sampai “awas”.

Foto kenampakan rekahan radial pada lava 1948 yang berkembang arah N 345°E (Maret 2006).

Peta citra satelit G. Merapi dan inzet P. Jawa Tengah

Foto rekahan pada “Crater Rim” Lava

Gambar seismitas G. Merapi 2006

Tahun 1957 kenampakan pada 12 Juli 2005

Gambar hasil pengukuran jarak cermin di puncak dari pos Babadan Foto morfologi kubah lava di bagian tengah puncak (EDM)

(Pemotretan dengan Heli TNI-AU LANUD Adisucipto, 28 April 2006)

6 WARTA GEOLOGI, MEI 2006

SEPUTAR KITA

Foto, tempat pemunculan bagian dari kubah 2006 Gambar energi kumulatif gempa 1990-2006

Foto puncak Merapi dilihat dari sisi timur Deles pada 26 April Peta Kemungkinan arah erupsi G. Merapi 2006 2006

Gambar sebaran penduduk dan Kawasan Rawan Bencana Foto, kubah lava 2006 dan 1997

G. Merapi, 2006

Foto, kubah lava 2006 Foto G. Merapi, April 2006

WARTA GEOLOGI, MEI 2006

SEPUTAR KITA

Foto G. Merapi, April 2006 Foto G. Merapi, 12 Mei 2006

Foto G. Merapi, 30 April 2006 Foto G. Merapi, 12 Mei 2006

Foto G. Merapi, 4 Mei 2006

Foto G. Merapi, 16 Mei 2006

Foto G. Merapi, 10 Mei 2006 Foto G. Merapi, 16 Mei 2006

8 WARTA GEOLOGI, MEI 2006

SEPUTAR KITA PERNAK-PERNIK MER PERNAK PERNAK PERNAK PERNAK -PERNIK MER -PERNIK MERAPI -PERNIK MER -PERNIK MER API API API API

mahnya.

datang ke kantor tempat ia dulu bekerja justru untuk ber-

Hari-hari ini karena perkembangan aktivitas Mer-

bagi pengalaman dengan keluarga besar BPPTK. Maka

api ini Panut sering kehilangan waktu tidurnya. Ya,

dengan senang hati WG pun melakukan bincang-bin-

karena terkadang malam pun ia gunakan untuk men-

cang dengannya. Berikut ini adalah penuturan Kamda

gamati Merapi. Bisa dikatakan, Panut hampir tak per-

yang berhasil dirangkum oleh WG.

nah memalingkan mata dari Gunung Merapi. “Beker-

“Tahun 1967 PPM kedatangan lima unit seis-

ja itu adalah ibadah,” katanya.

mograf bantuan Jepang. Kebetulan saya yang diser-

Pria lulusan STM Bangunan yang dilahirkan

ahi tanggungjawab untuk mengoperasikan seismograf

bertepatan dengan Hari Lahirnya Angkatan Bersen-

itu. Selain di Gunung Merapi, saya melakukan ujico-

jata Republik Indonesia 53 tahun silam ini mulai bek-

ba peralatan seismografnya di beberapa gunung api

erja tahun 1975 di Pos Plawangan. Setelah Pos Pla-

lainnya. Di antaranya adalah Gunung Dieng, Gunung

wangan tidak difungsikan lagi mulai tahun 1994 Pa-

Sundoro, Gunung Kelud, Gunung Guntur, dan Gu-

nut pindah ke Pos Kaliurang.

nung Galunggung. Tugas ini bukan tugas yang rin- gan. Saat itu suku cadang peralatan seismograf masih terbilang langka. Jadi setiap kali terjadi kerusakan saya harus ’memutar otak’ untuk memperbaiki sendi- ri peralatan seismografnya.”

Ketika ditanyakan kepadanya pengalaman yang paling berkesan dalam masa kerjanya, Kamda men- jawab dengan penuh antusias. “Saya adalah (salah seorang) saksi hidup meletusnya Merapi tahun 1969. Pada tanggal 12 Desember 1968, saat melakukan

Panut ujicoba peralatan di Pos Plawangan, saya menemu-

kan gempa tremor pada alat pantau. Berdasarkan

Matanya tak mau lepas dari

hasil analisis, Kantor PPM pada tanggal 28 Desem- ber 1968, memutuskan untuk menaikkan status ak-

Gunung Merapi

tivitas Gunung Merapi dan mengirimkan surat perin- gatan kepada Pemerintah Daerah Jawa Tengah dan

Sejak status Gunung Merapi dinaikkan dari ’wasp- Yogyakarta. Benar saja, sepuluh hari kemudian Gu- ada’ menjadi ’siaga’ pada tanggal 12 April 2006 lalu, nung Merapi meletus. Tanggal 7 Januari 1969 pukul kesibukan Panut di Pos Kaliurang bertambah-tam-

13.00 WIB – semua ini diuraikan Kamda dengan rinci bah. Malam itu (15/4) WG melihat Panut tengah me-

tanpa melihat catatan – Gunung Merapi mengeluar- layani berbagai pertanyaan yang datang lewat tele- kan awan panas dengan jarak tempuh sekitar 13,5 pon dan radio komunikasi lokal mengenai perkemban- km diikuti kilat listrik. Awan panas bergerak bersama gan Gunung Merapi. dengan longsornya lava hasil bentukan sejak tahun Perhatian masyarakat memang sedang tercurah

1967, hujan abu, dan ekstrusi kubah lava yang diser- ke Gunung Merapi. Bagi yang tidak puas dengan

tai bom gunung api. Tanah yang saya injak terasa jawaban lewat telepon, mereka biasanya datang lang- bergetar”, katanya mencoba melukiskan kedahsya- sung ke posnya. Setiap hari jumlah pengunjung - tidak

Kamda

tan letusan Merapi.

hanya masyarakat setempat tetapi juga pejabat dan

Kamda melanjutkan kisahnya sebagai berikut, insan pers - terus meningkat. Maklum saja, pos ini

Ditransfer dari Sekolah Teknik

“Periode pertama awan panas berlangsung kurang terletak di antara Gunung Merapi dengan Kota Yog-

Telekomunikasi ke Kantor Pos

lebih 2 jam. Sementara itu periode kedua awan panas yakarta. Selain itu berbeda dengan empat Pos Pen-

Penjagaan Merapi

terjadi pada tanggal 8 Januari 1969 berlangsung se- gamatan Gunung Merapi lainnya di pos ini dibangun lama 3 jam, mulai pukul 01.00 dinihari dan berakhir gardu pandang. Dari gardu itu pengunjung bisa lelu-

“Setelah tamat dari Sekolah Pembimbing Teknik

pukul 04.00 pagi. Akibat awan panas tersebut 3 or- Pos Kaliurang berada di selatan dan berjarak 6

asa mengamati aktivitas Gunung Merapi.

Telekomunikasi di Bandung tahun 1962, ikatan dinas

ang meninggal. Selama dua hari Kota Yogyakarta dan km dari puncak Gunung Merapi. Bukit Turgo yang

saya dibeli oleh Kantor Pos Penjagaan Merapi (PPM).

Magelang gelap gulita akibat tertutup debu Merapi.” terkenal dengan kejadian tanggal 22 November 1994

Saat itu Kantor PPM masih kekurangan tenaga ahli

Kini Kamda memang tidak lagi ’mengabdi’ kepa- lalu berjarak tidak jauh dari pos ini. Akibat awan panas,

untuk mengoperasikan seperangkat seismograf.”

Demikian pengakuan Kamda menjawab pertanyaan

da Gunung Merapi. Tetapi hal itu tidak menyebabkan

66 orang meninggal di Bukit Turgo. Pengalaman ini

WG tentang awal masa kerjanya di PPM yang

hilang kepeduliannya terhadap Merapi. Di akhir perbincangannya dengan WG, terungkap bahwa le-

tentu tidak dapat dilupakan. Bersama rekannya Heru

sekarang dikenal sebagai Kantor Balai Penyelidikan

dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian

laki kelahiran Klaten 65 tahun silam ini ingin ikut meng- abadikan momen-momen meletusnya Merapi dengan

Suparwoko, Panut berusaha selalu dekat dengan

masyarakat untuk menggalang kepedulian terhadap

(BPPTK) Yogyakarta.

Perkenalan WG dengan Kamda terjadi secara

kamera digital.

Merapi. Bersama masyarakat, Panut pernah mendi- rikan menara terbuat dari bambu setinggi 6 meter

kebetulan. Waktu itu, WG datang ke BPPTK untuk mencari berita mengenai Merapi. Sementara Kamda

Oleh: Priatna

untuk digunakan memantau Merapi di samping ru-

WARTA GEOLOGI, MEI 2006

SEPUTAR KITA

TALK SHOW MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API

BADAN Koordinasi Nasional Penanggulangan Ben- cana menggelar acara Talk Show dengan tema “Mit- igasi Bencana Gunung Api”, Selasa (9/5) di Ge- dung DPR RI Jln. Gatot Subroto Jakarta. Hadir sebagai pembicara Kepala Badan Geologi Bambang Dwiyanto, M.Sc.; Dirjen Sumber Daya Air Departe- men PU Ir. Siswoko, Dipl. H.E.; dan Bupati Klaten Sunarna, SE.

Acara selama 25 menit yang diliput oleh televisi kabel Indovision itu digelar berkaitan dengan Gunung Merapi yang kini sedang menunjukkan aktivitasnya. Teka-teki tentang kapan meletusnya Gunung Merapi dan upaya penanganan bencana menjadi topik dis- kusi yang paling menarik. Melalui acara talk show ini diharapkan tumbuhnya pemahaman masyarakat ten- tang mitigasi bencana letusan gunung api dan peran Badan Geologi - Departemen Energi Sumber Daya mineral melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Ben- cana Geologi. (SR. Wittiri)

S OSIALISASI P EMAHAMAN B ENCANA G EMPA B UMI DAN T SUNAMI T AHUN 2006

Penget ahuan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

Per l u Dipahami Sej ak Usia Dini

PERISTIWA kelam bencana gempa

acara sosialisasi tersebut dilakukan di

bumi dan tsunami di Aceh akhir tahun

Provinsi Bengkulu pada tanggal 3-4

2004 hendaknya menjadi pelajaran

April, Provinsi Banten dan Lampung 3-

berharga bagi masyarakat Indonesia di

4 April, Provinsi Sumatera Utara 17-

daerah rawan bencana. Kesadaran dan

18 April, dan di Provinsi Bali tanggal

kesiapsiagaan masyarakat dalam

18-19 April. Pesertanya terutama ter-

menghadapi datangnya bencana geolo-

diri dari para guru mulai tingkat Taman

gi tersebut merupakan aspek penting

Kanak-kanak hingga tingkat SMA. Ber-

dalam upaya mengurangi jumlah kor-

samaan dengan acara sosialisasi DES-

ban jiwa. Kesadaran dan kesiapsiagaan

DM menyerahkan buku gempa bumi

ini harus ditumbuhkembangkan di

dan tsunami yang dicetak dalam 5

berbagai lapisan masyarakat. Salah sa-

tingkatan pendidikan TK, SD, SLTP,

tunya adalah dengan cara menerbitkan

SLTA, dan Umum kepada setiap peser-

bacaan yang berkaitan dengan benca-

ya ini terbilang sukses. Di Hotel Sahid, na dan sosialisasinya kepada

ta sosialisasi dan Pemerintah Daerah.

Denpasar Bali misalnya, seorang guru masyarakat.

Acara yang berlangsung selama dua

TK bernama Ni Made Meli Sudiathi, SH Hal itulah yang mendasari acara

hari itu sengaja dikemas agar para

mampu mengajarkan gempa bumi dan kegiatan Sosialisasi Pemahaman Ben-

guru memiliki pengetahuan dasar men-

tsunami secara menarik di depan para cana Gempa Bumi dan Tsunami tahun

genai bencana gempabumi dan tsuna-

peserta yang lain. 2006 di beberapa Provinsi oleh Depar-

mi serta mampu meneruskan penge-

Melalui sosialisasi gempabumi dan temen Energi dan Sumber Daya Min-

tahuan yang diperolehnya kepada

tsunami ini diharapkan seluruh peser- eral (DESDM) bekerja sama dengan

anak didiknya. Puncak acara dari kegi-

ta memahami bagaimana tatacara Persatuan Guru Republik Indonesia

atan ini adalah simulasi mengajar di

penyelamatan diri dari kemungkinan (PGRI) dan Yayasan Masyarakat Peduli

kelas dimana seluruh peserta diumpa-

terjadinya bencana gempabumi dan Anak Indonesia (SAMPAI). Rangkaian

makan sebagai siswanya. Model acara

yang dirancang untuk pertamakalin-

tsunami. Dengan pengetahuan yang

10 WARTA GEOLOGI, MEI 2006

SEPUTAR KITA

didapat dari acara sosialisasi ini, para guru yang sebagian besar guru geografi, diharapkan mampu meng- adaptasi materi pengetahuan sesuai dengan daya tangkap anak didiknya.

Sambutan dari para peserta ter- hadap acara sosialisasi semacam itu amat antusias. Gairah mereka ter- tangkap jelas dari komentar-komentar yang mereka tulis dalam lembar kesan dan pesan yang disebarkan oleh pem- bimbing. Misalnya Ni Ketut Sukangan- ti, seorang Kepala Taman Kanak-kanak di Denpasar, berkata, “Kegiatan sosial-

isasi ini sangat bermanfaat bagi saya jadi peserta menulis komentarnya se-

Beberapa peserta lain mengharap

khususnya guru TK. Kalau memu- bagai berikut, “Good appreciate! DES-

agar buku pengetahuan bencana gem-

ngkinkan kegiatan seperti ini bisa di- DM yang pertama lakukan. Salut! Te-

pabumi dan tsunami yang dibagikan

laksanakan menyeluruh ke masing- rus lakukan sosialisasi di segala

kepada peserta dicetak lebih banyak

masing kabupaten. Kami sangat terke- lapisan.”(Priatna)

dan disebarluaskan kepada

masyarakat lain. Yang lainnya meng-

san pada nara sumber yang telah mem-

ungkapkan agar waktu pelaksanaan-

beri materi dengan tuntas dan lugas.

nya diperpanjang dan acaranya dipa-

Terimakasih kami ucapkan kepada

datkan lagi. Sementara itu Daryono,

panitia yang telah menerima kami den-

seorang peneliti muda dari Badan Me-

gan penuh ramah tamah.”

teorologi dan Geofisika yang turut men-

SOSIALISASI CAGAR GEOLOGI KARANGSAMBUNG UNTUK APARAT PEMDA DAN MASYARAKAT KABUPATEN KEBUMEN, BANJARNEGARA, DAN WONOSOBO

PADA tanggal 18-20 April 2006, Pusat Survei Geologi - Badan Geologi beker- jasama dengan UPT Laboratorium Lapangan Geologi - LIPI Karangsam- bung menyelenggarakan sosialisasi mengenai keunikan fenomena geologi yang dapat ditemukan di wilayah Karangsambung kepada aparat Pem-

da dan masyarakat yang daerahnya masuk dalam kawasan yang diusulkan menjadi cagar geologi, yaitu meliputi Kecamatan Karangsambung, Sadang, Karanggayam, dan Alian di Kabupat- en Kebumen. Kecamatan Pagedongan

lainnya, yaitu di Bayat, Kabupaten di Kabupaten Banjarnegara, dan Ke-

nis batuan yang pada kondisi biasa

Klaten dan salahsatu wilayah di Pulau camatan Kaliwiro di Kabupaten

umumnya ditemukan berjauhan, akan

Sulawesi, akan tetapi kawasan Karang- Wonosobo.

tetapi di kawasan ini batuan-batuan

sambung memiliki keanekaragaman Tujuan dari sosialisasi ini adalah

tersebut ditemukan berdekatan, se-

jenis batuan, fosil, kondisi struktur memberikan informasi mengenai latar

bagai contoh rijang yang terbentuk di

geologi, dan bentang alam yang paling belakang yang mendasari rencana pe-

lingkungan laut dalam dapat ditemu-

lengkap bahkan untuk wilayah Asia merintah untuk menjadikan kawasan

kan berdekatan dengan batugamping

Tenggara. Untuk itu sejak tahun 1964 ini menjadi cagar geologi. Alasan uta-

yang terbentuk di lingkungan laut dan-

kawasan ini sudah menjadi laborato- manya adalah karena fenomena geologi

gkal.

rium alam bagi mahasiswa jurusan yang terdapat di kawasan ini tergolong

Di Indonesia, kondisi geologi yang

geologi dari beberapa perguruan tinggi langka dengan ditemukannya jenis-je-

serupa dengan kawasan Karangsam-

bung dapat ditemukan di dua tempat

di Indonesia.

WARTA GEOLOGI, MEI 2006 11

12 WARTA GEOLOGI, MEI 2006 SEPUTAR KITA

Acara sosialisasi dilaksanakan se- jak tanggal 18 April 2006 dengan men- gambil tempat di Kampus Lapangan Geologi – LIPI Karangsambung. Acara ini dihadiri oleh Bupati Kebumen, apar- at Pemda Kebumen, para Camat yang daerahnya masuk dalam rencana ka- wasan cagar geologi, dan tokoh masyarakat setempat. Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Pusat Survei Geologi yang pada intinya meng- harapkan bahwa dengan sosialisasi ini dapat membantu pihak pemerintah daerah dalam mengelola wilayah ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah itu Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Ten- gah memberikan sambutan yang beri- si ajakan untuk mengembangkan ka- wasan ini menjadi daerah tujuan wisa- ta khususnya wisata keilmuan dan mengharapkan segera dikeluarkannya peraturan oleh Pemerintah Pusat un- tuk melindungi kawasan ini. Sedang- kan Bupati Kebumen dalam sambu-

tannya meminta kepada semua pihak untuk tetap mengupayakan keseim- bangan antara eksploitasi dan konser- vasi sumber daya geologi di kawasan ini, agar dapat dikembangkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu pula beliau mengajak aparat Pemda Kebumen un- tuk dapat mensosialisasikan keistime- waan kawasan Karangsambung dalam hal ilmu kebumian kepada masyarakat awam agar dapat dimengerti sehingga masyarakat diharapkan dapat menja-

ga kelestariannya.

Setelah sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan presentasi dari Hardoyo, peneliti dari Badan Geologi mengenai keunikan fenomena geologi di kawasan Karangsambung. Acara ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab.

Pada hari kedua dan ketiga, tang- gal 19 dan 20 April 2006 acara sosial- isasi dilanjutkan secara berturut-turut di Kecamatan Pagedongan, Kabupat-

en Banjarnegara dan Kecamatan Kali- wiro, Kabupaten Wonosobo. Pada u- mumnya acara yang dilaksanakan sama dengan yang diselenggarakan di Kabupaten Kebumen.

Dari acara sosialisasi tersebut da- pat disimpulkan bahwa pada umum- nya masyarakat dan pemerintah dae- rah yang wilayahnya masuk ke dalam rencana cagar geologi Karangsambung dapat memahami keinginan pemerin- tah pusat untuk menjadikan kawasan ini menjadi cagar geologi. Akan tetapi mereka mengharapkan agar masya- rakat dapat terlibat dalam pengemban- gannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. (Prima M. Hilman)

Seminar

“ASEAN Mineral Information and Database”

ASEAN MINERAL INFORMATION AND DATABASE MEETING dengan tema “Georesources Database Management System” diselenggarakan di Hotel Gran Melia, Jakarta pada tanggal 9 Maret 2006 yang dihadiri oleh sekitar 75 or- ang peserta. Peserta yang hadir be- rasal dari kalangan pemerintahan (DESDM dan Deplu RI), sekretariat, dan kedutaan besar negara anggota ASEAN, Working Group of Mineral In- formation and Database, dan konsul- tan dari Malaysia, perguruan tinggi dan asosiasi perusahaan bidang pertam- bangan dan energi. Pembicara berasal dari sekretariat ASEAN, Pusat Sumber Daya Geologi (PMG), IMA (Indonesian Mining Association), dan konsultan dari Malaysia.

Pertemuan ini diselenggarakan tidak terlepas dari peran Indonesia yang diwakili oleh PMG yang ditunjuk sebagai country coordinator pengelola database ASEAN yang akan bekerja sama dengan Malaysia untuk mengem-

bangkan database mineral ASEAN yang berada dalam payung kerja sama ASOMM (ASEAN Senior Officials Meet- ing on Minerals) dan AMMM (ASEAN Ministerial Meeting on Minerals). Topik dari seminar ini adalah membicarakan tentang struktur kebutuhan informasi dan database mineral ASEAN, sistem keamanan data/informasi (harus dibe- dakan data/informasi yang sifatnya terbuka untuk umum dan rahasia), teknologi infrastruktur yang di- gunakan, mekanisme dan kebijakan mendapatkan data dan informasi dari negara anggota ASEAN, dan mekanis- me pendanaan (apakah dilakukan oleh Indonesia sendiri bekerja sama dengan sektor swasta atau patungan biaya dengan negara-negara anggota ASEAN).

Peserta acara seminar.

Penyerahan Cindera mata Kepala Pusat Sumber Daya Geologi kepada pembicara seminar.

SEPUTAR KITA SEMINAR NASIONAL BATU BARA INDONESIA

PUSAT Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, pada tanggal 22 Maret 2006 telah menyelenggarakan kegiatan Se- minar Nasional Batu Bara Indonesia dengan tema “Kualitas dan Sumber Daya Batu Bara Indonesia dalam Men- dukung Rencana Penggunaan Massal Batubara Nasional”, di Hotel Gran Me- lia, Jakarta.

Peserta Seminar

Seminar Nasional Batu Bara Indo- nesia ini diikuti oleh sekitar 200 pe-

Suasana Presentasi di Ruang Penyambutan serta yang merupakan wakil-wakil dari:

Pidato pembukaan oleh Kepala Badan Geologi

PT Indonesia Power Suralaya (a) Pemerintah Pusat antara lain dari

Departemen ESDM (PMG, Ditjen Minerba Pabum, dan Pusdatin),

(b) Provinsi/Kabupaten/Kota terdiri dari beberapa Provinsi dan Kabu- paten/Kota yang memiliki sumber daya batu bara, seperti Provinsi Kal- imantan Tengah, Banten, Irian Jaya Barat, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kaliman- tan Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Sumatera Selatan serta Kabu- paten/Kota Trenggalek, Berau, In-

dragiri Hilir, Prabumulih, Tanjung Proses Pemasukan Batu Bara dari Stock-Pile

PT Indonesia Power UBP Suralaya Jabung Barat, Sanggau, Bungo, Bengkulu Utara, Kuantan Sengin-

menuju Ruang Pembakaran

gi, Maros, Muara Enim, OKU Timur, tiga sesi. Acara diawali dengan samb-

Pura Barutama, Riau Baraharum,

Cilacap, Indragiri Hulu, Kampar, utan Ketua Panitia dan sambutan dari

RS, Sena Mulya, Singlurus Prata-

Rokan Hulu, OKU, Sawahlunto/Si- Kepala Badan Geologi, kemudian Key-

ma, Sucofindo, Sugico Graha, Sum-

junjung, Tapin, Muba, Batanghari, note Speech oleh Direktur Jenderal Lis-

ber Kurnia Buana, PTBA, Tanito

Bengkulu Utara, Solok, Pandeglang trik dan Pemanfaatan Energi, Yogo

Harum, Tanjung Alam Jaya, Telen

dan lain-lain. Pratomo, PhD dengan tema “Kebijakan

Orbit Prima, Thiess Indonesia, Ti-

(c) Perguruan Tinggi seperti ITB, Uni- Energy-Mix Indonesia dalam kaitannya

ara Energy, Timah Investasi Miner-

versitas Padjadjaran, UPN, Univer- dengan Penggunaan Batu Bara”.

al, Trisula Energi, Sumber Prima

sitas Pakuan, Universitas Trisakti, Dalam seminar tersebut ditampil-

Kencana Coal Mining, Pura Group,

dan UNISBA. kan beberapa pembicara dari Instansi

Surveyor Indonesia, dll.

(d) Pelaku Usaha Bidang Batubara sep Pemerintah/Swasta, di antaranya: Ke-

(e) Asosiasi Batubara seperti APBI dan

rti PT Baramulti, Bimasena, PT PLN, pala Pusat Sumber Daya Geologi,

IMA.

Indonesia Power, Merukh Enter- JCOAL, PT PLN Pusat, Kapusdatin

(f) Lingkungan Pendidikan seperti

prise, Allied Indo Coal, Andalan Tiga DESDM, Ketua APBI, Ditjen Mineral,

SMA (Jakarta dan Bandung)

Berjaya, Antam, Geomin, Anuger- Batubara dan Panas Bumi (Minerba

(g) Perorangan yang terdiri dari para

ah Sentosa, Astaka Dodol, Bahari Pabum), PT Indonesia Power, Departe-

stakeholder dan pemerhati batu-

Cakrawala Sebuku, BBE, Berau men Kesehatan, ITB, dan Surveyor In-

bara.

Kegiatan berlangsung selama dua

Coal, Bhaswara, Bukit Sunur, Dan-

donesia.

hari yang terdiri dari satu hari kegia-

au Mas Hitam, Dani Tama, Dwipa

tan seminar dan satu hari kegiatan

Raya Kencana, Freeport Indonesia,

Topik Seminar

Gunung Bayan Pratama, Ideal Kaji Bahasan pokok dalam Seminar ini

Field Trip ke Suralaya, Pembangkit Lis-

Bumi Kons, Ingold, Interex Sacra mengangkat beberapa topik antara

trik Tenaga Uap yang saat ini dikelola

oleh PT Indonesia Power.

Kartika Selabumi Mining, Koneba, Kebijakan Energy-Mix Indonesia

Raya, Kalimantan Energi Lestari,

lain:

Kegiatan seminar dilaksanakan

Mandiri Intiperkasa, Padang Karu- dalam kaitannya dengan Penggunaan

pada tanggal 22 Maret 2006 dari jam

nia, Padangbara Sukses Makmur, Batubara (Direktur Jenderal Listrik dan

8.00 s.d. 18.00 WIB yang terbagi dalam

WARTA GEOLOGI, MEI 2006 13

SEPUTAR KITA

Pemanfaatan Energi) Sumber Daya Batubara Indone- sia – Anatomi, Penyebaran, Kualitas dan Kuantitasnya (Kepala Pusat Sum-

SEMINAR NASIONAL

ber Daya Geologi) Joint Study on Coal Resources and Reserves Evaluation in Indonesia (JCOAL)

SUMBER DAYA PANAS BUMI

Pemanfaatan Low Rank Coal un- tuk Sektor Ketenagalistrikan (Asisten Deputi Direktur Energi Primer Bidang

pada tanggal 3 April 2006 dari jam 8.00 Batubara – PT PLN Pusat)

PUSAT Sumber Daya Geologi, Badan

s.d. 18.00 WITA yang terbagi dalam dua Pengembangan Komunikasi Data

Geologi, pada tanggal 3-4 April 2006

sesi, yaitu sesi kebijakan dan sesi pen- Sektor ESDM (Kapusdatin DESM)

telah menyelenggarakan kegiatan Sem-

gusahaan panas bumi. Acara diawali Pandangan Kritis Terhadap Kebi-

inar Nasional Sumber Daya Panas

dengan sambutan Ketua Panitia dan jakan Batubara Nasional - “Critical Re-

Bumi dengan tema “Panas Bumi: Ener-

sambutan selamat datang dari Guber- view” (Ketua Umum APBI)

gi Andalan Masa Kini dan Mendatang”,

nur Bali yang dibacakan oleh Sekre- RUU MINERBA dan Kebijakan Pe-

di Hotel Melia, Nusa Dua, Bali.

taris Daerah Provinsi Bali, Drs. Nyoman manfaatan Batubara (Direktur Pem-

Yasa M.Si. dan kemudian dibuka se-

binaan Program Ditjen Minerba cara resmi oleh Menteri Energi dan Pabum)

Peserta Seminar

Sumber Daya Mineral. Penggunaan Batubara Nilai Kalori

Seminar nasional sumber daya

Dalam seminar tersebut ditampil- Rendah (PT Indonesia Power UBP Sura-

panas bumi ini diikuti oleh sekitar 200

kan beberapa pembicara dari Instansi laya)

perserta yang merupakan wakil-wakil

Pemerintah/Swasta, di antaranya: Dampak Pemanfaatan Batubara

dari:

Bappenas, Badan Geologi, Ditjen Min- Terhadap Kesehatan (Departemen

a. Pemerintah Pusat yang antara

eral Batubara dan Panas Bumi (Min- Kesehatan)

lain berasal dari Departemen ESDM

erba Pabum, Ditjen LPE, Ditjen Pajak, Optimalisasi Pemanfaatan Batu-

(Ditjen Minerba Pabum, Ditjen LPE),

kemudian dari Distamben Provinsi bara Indonesia dengan Konsep Custom

Direktorat Jenderal Pajak, dan BPPT.

Jawa Barat dan Provinsi Bali, dilengka- Plant (ITB)

b. Provinsi/Kabupaten/Kota terdiri

pi oleh BUMN seperti PT Pertamina Aplikasi Metode Ivel dalam Eksplo-

dari beberapa Provinsi dan Kabupat-

Persero dan PT PLN. Di antara nara- rasi Batubara (GM Surveyor Indonesia)

en/Kota yang memiliki sumber daya

panas bumi seperti Provinsi Jawa Bar-

sumber terdapat pula Institusi Pergu-

ruan Tinggi dari ITB. Pada malam harinya, Kepala Badan

at, Jawa Timur, Bali, Sumatera Sela-

tan, Sulawesi Utara dan Gorontalo,

Geologi Bambang Dwiyanto mengun-

serta Kabupaten/Kota Denpasar, Jem-

Topik Seminar

dang seluruh peserta pada Acara Ja-

Bahasan pokok dalam Seminar ini muan Makan Malam yang bertempat

brana, Tabanan, Bandung, Lampung

mengangkat beberapa topik antara di Hotel Gran Melia Jakarta.

Barat, Sabang, Tapanuli Utara, Ende,

dan lain-lain.

lain:

c. Perguruan Tinggi seperti ITB,

• Kebijakan Badan Geologi Dalam

Field Trip

UGM, UPN, Universitas Mahendratta

Pengembangan Panas Bumi (Badan Hari kedua, tanggal 23 Maret 2006,

Bali, dan Universitas Hindu Indonesia

diisi dengan kegiatan Field Trip yang

Denpasar.

Geologi)

d. Pelaku Usaha Bidang Panas Bumi