Mempercepat Reformasi Pangan Dalam Rangka Menjamin Ketersediaan Pangan Dan Keterjangkauan Harga Bagi Masyarakat Serta Mengurangi Kesenjangan Kesejahteraan - Unika Repository
Mempercepat reformasi pangan dalam rangka menjamin
ketersediaan pangan dan keterjangkauan harga bagi masyarakat
serta mengurangi kesenjangan kesejahteraan
1
Angelina Ika Rahutami
30 Maret 2017
Media Briefing Bank Indonesia
ASPEK TEORI DALAM REFORMASI
PANGAN
2
3
KESEPAKATAN INTERNASIONAL &
KEDAULATAN PANGAN
• Agreement on Agriculture (AoA)
Tahun 1995.
• AFTA TAHUN 2003 (beras, gula,
produk daging, gandum, bawang
putih, cengkeh )
• ASIA PASIFIK TAHUN 2010
• MDGs 2015 –SDG’s 2030
• PASAR BEBAS DUNIA TAHUN 2020
4
“Control oil and you control the nations. Control food and
you control the people”
(Henry Kissinger)
SNAPSHOTS PERTANIAN
PANGAN DAN KETAHANAN
PANGAN
5
FAO
6
Kelompok rawan
pangan bertambah
sekitar 4 juta jiwa
per tahun
sekitar 826.6 juta
orang yang
mengalami
kelaparan berada di
negara-negara
Sekitar
satu dari
berkembang
delapan orang di
dunia diperkirakan
mengalami
kelaparan kronis
Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan& Penawaran Komoditi
Pertanian
• PERTAMBAHAN PENDUDUK
• KERUSAKAN LINGKUNGAN
• KONVERSI LAHAN & PENURUAN
KUALITAS LAHAN PERTANIAN
• PERUBAHAN POLA KONSUMSI
• PEMANASAN GLOBAL & PERUBAHAN
IKLIM
• KEBIJAKAN EKONOMI
7
DATA KONVERSI LAHAN PERTANIAN
PRODUKTIF
• LAHAN PERTANIAN YANG TERSEDIA
SEKITAR 7,7 JUTA HEKTAR.
(KEBUTUHAN 11-15 JUTA HEKTAR).
• KECEPATAN KONVERSI LAHAN
PERTANIAN 100-110 RIBU HEKTAR /
TAHUN.
• PRODUKSI PER HEKTAR 4,6 TON
• POTENSI KEHILANGAN PRODUKSI
PADI 506.000 TON / TAHUN
8
DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA
KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA
• Balita Kurang Gizi 4,1 juta
• Balita Gizi buruk di Indonesia 700
ribu
• Kemampuan pemerintah untuk
menangani balita gizi buruk 39.000
balita / tahun
9
DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA
KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA
• Laporan akhir tahun 2012, data
Komisi Nasional Perlindungan Anak
mencatat sebanyak 8 juta anak
balita mengalami gizi buruk kategori
"stunting" yakni tinggi badan yang
lebih rendah dibanding balita normal.
10
DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA
KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA
• Dari data 23 juta anak balita di
Indonesia, 8 juta jiwa atau 35
persennya mengidap gizi buruk
kategori stunting, sementara untuk
kasus gizi buruk tercatat sebanyak
900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persen
dari total jumlah bayi di seluruh
Indonesia.
11
Permasalahan desa =
permalasahan petani =
permasalahan pangan
• Terdapat potensi kenaikan inflasi di 2017
sehingga perlu pengendalian inflasi
pangan
• Perlu upaya konkrit yang secara
struktural dapat mendorong percepatan
refomasi pangan di aspek produksi dan
distribusi lintas sektor baik di pusat
dan daerah
12
• Pangsa sektor pertanian dalam perekonomian semakin
menurun
• Perbaikan infrastruktur perdesaan diperkirakan baru
selesai 3-5 tahun ke depan
• Pengelolaan pangan dari produksi, distribusi, tataniaga
serta harga pangan belum optimal gejolak pasokan
dan harga pangan, disparitas harga antar daerah
• Konversi lahan tinggi cel konversi lahan di Jawa
Tengah
• Faktor risiko yang tinggi di pertanian
• Struktur pasar yang kurang kompetitif pembentukan
harga kurang efisien dan akibatkan fluktuasi harga,
13
disparitas harga tinggi
From the comparison of the results in 2005 with FSVA 2009, FIA sets of 100 districts of the 265 districts in 30 provinces that are
included in the category of vulnerable of food as a priority of 1 (one) or risk of vulnerability to food is so high that most prioritized
to be addressed. When seen from the spatial distribution of 100 districts, mostly located in the province of Papua, West Papua,
Maluku, eastern part of the island of Java, NTB, NTT, northern and western parts of Borneo, central and southeast Sulawesi, and the
western and eastern parts of Sumatra. Of the 100 districts at risk of food insecurity, the first priority is the district with the
percentage of poor people higher than 25 percent. So, it is clear that food insecurity is related to poverty.
Source : Dewan Ketahanan Pangan and World Food Programme (2015)
14
- S a n ita s i P a n g a n
- B hn T am b. P angan
- R e k a y a s a G e n e tik a
d a n Ira d ia s i
- K em asan
- J a m in a n M u tu
- P a n g a n T erce m ar
P e m e rin ta h
1
2
3
4
.
.
.
.
D esa
K a b u p a te n
P ro v in s i
P u sa t
P ro d . P a n g a n
D a la m N e g e ri
C adangan
Pangan
P em asukan
15
K eter sed ia a n
P angan
M e ra ta
T e r ja n g k a u
M asyarak at
Hendayana dan dewi 2006
A m an
D is trib u s i
P e n g e n d a lia n
h arga
•
Ketahanan pangan pada rumah tangga miskin, erat hubungannya dengan
karakteristik rumah tangga itu sendiri, yakni rendahnya pemilikan sumberdaya
lahan dan asset lainnya, kualitas sumberdaya manusia (pendidikan formal) di rumah
tangga relatif rendah, akses terhadap sumber modal tidak ada, dan akses terhadap
sumber informasi terkendala
Sebagian besar rumah tangga (69,9 %) hanya mengandalkan pendapatan dari hasil
buruh (tani dan luar tani) yang tidak dapat diprediksi besarannya, sehingga
mempengaruhi ketersediaan pangan, baik dalam jumlah apalagi kualitasnya,
sementara itu petani sering tidak memiliki cadangan pangan (stok) yang cukup
Di sisi lain, ketersediaan pangan di level regional (kabupaten) distribusinya sering
tidak merata dan harganya tidak terjangkau sehingga kebutuhan pangan bagi rumah
tangga tidak terpenuhi yang akhirnya menurunkan derajat ketahana pangan dan
mendorong terjadinya pauperisma
Kebijakan inovasi pertanian bagi penduduk miskin hendaknya dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi dari karakteristik penduduk serta dilakukan dengan
selektif, hati-hati dan gradual
•
•
•
16
17
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
DESA
Rendahnya
Kepemilikan dan
Penguasaan Aset
Produktif
• Berdasarkan data
Sensus Pertanian
2013, sebanyak
55,33% petani
menguasai lahan
kurang dari 0,25
ha.
• Kepemilikan aset
yang rendah
menyebabkan
rendahnya
produktivitas dan
pendapatan
masyarakat desa.
18
Akses Finansial
yang Terbatas
• Berdasarkan data
Potensi Desa
(PODES) 2014,
sebanyak lebih
dari 70.000 Desa
tidak memiliki
layanan
perbankan;
• Kredit Usaha
Rakyat (KUR) baru
menjangkau
sebanyak 35.755
Desa.
Mobilisasi Tenaga
Kerja Produktif dan
Terdidik dari
Wilayah Desa Ke
Kota (Brain Drain)
• Hingga 2035
diprediksi jumlah
penduduk
perdesaan
menurun sebanyak
0,64% per tahun;
• Hal ini
menunjukkan
banyak dari tenaga
kerja terdidik
perdesaan yang
pindah ke kota.
Jawa Tengah
• Lahan pertanian di Jawa Tengah
mengalami alih fungsi sekitar 700 ha/th.
2013 = 2.835 ha, menyusut 720,21 ha
pada 2014 dan berkurang 700 ha pada
2015 untuk perumahan, industri dan
proyek infrastruktur
19
Program beras premium merupakan upaya konsursium 7 organisasi
pemerintah, swasta dan LSM untuk mengatasi masalah ketersedian
pangan, kerusakan lingkungan pertanian dan kemiskinan petani.
Kerangka PPP digunakan untuk menata rantai nilai beras dengan
memfasilitasi pengembangan kerjasama saling menguntungkan antara
petani dan pelaku rantai lainnya.
BEST PRACTICE JAWA TENGAH
PROGRAM BERAS PREMIUM
20
Latar belakang
• Jateng adalah provinsi penghasil beras terbesar ke-3
dan penyumbang surplus terbesar ke-3 nasional.
• Budidaya padi juga menjadi sumber pendapatan 3,62
juta petani (71,20% dari total petani Jateng, dan
22,71% di antaranya merupakan petani di Solo Raya.
• Namun, kemampuan petani kecil untuk memproduksi
beras premium masih rendah, karena mereka kurang
memiliki akses terhadap input pertanian yang
berkualitas, teknologi budidaya, alat dan mesin, kredit,
asuransi, jaminan harga dan pasar.
• Ancaman perubahan iklim dan lemahnya kapasitas
organisasi petani juga menyebabkan rendahnya
21
produktifitas dan kualitas padi.
• ICCO Cooperation SEA bersama Yayasan Jawa Tengah
Berdikari (YJB), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi
Jawa Tengah, Bank Jateng, PT Unggul Niaga Selaras, PT
Smart Berdikari, dan VECO Indonesia menembangkan
Program Peningkatan Produksi dan Pemasaran Beras
Premium di Provinsi Jawa Tengah.
• Proyek dimulai sejak awal 2016 di 6 Kabupaten di eksKaresidenan Surakarta.
• Proyek telah memfasilitasi 17 Gapoktan/LDPM untuk
budidaya padi premium dengan pengelolaan tanaman
terpadu dan penggunaan pupuk AGPI (Agriculture
Growth Promoting Inoculant).
• Sistem budidaya ini dapat meningkatkan produktifitas
padi 5 - 20%, kualitasnya juga meningkat dan rasanya
lebih enak
22
• inovasi untuk mendukung petani skala kecil produsen
padi yang tergabung dalam Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (LDPM) dalam menjawab masalah produksi
dan kualitas beras Indonesia.
• LDPM merupakan program Badan Ketahanan Pangan–
Kementerian Pertanian untuk meningkatkan
kemampuan Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani) di
wilayah sentra produksi padi.
• Program ini bertujuan agar LDPM mampu membantu
anggotanya dalam mendistribusikan/ memasarkan/
mengolah hasil produksi pangan di saat panen raya dan
mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan
anggotanya di saat paceklik.
23
• Panen raya padi biasanya terjadi saat musim hujan,
sehingga petani kesulitan untuk mengeringkan gabah
sehingga dijual dengan harga yang sangat murah.
• Di sisi lain, di saat musim paceklik (bukan musim
panen) harga beras meningkat sehingga petani sebagai
konsumen harus membeli beras dengan harga tinggi.
• Agar LDPM mampu mengembangkan unit usaha
distribusi pangan dan unit pengelola cadangan pangan,
BKP memfasilitasi penguatan modal usaha, pelatihan
dan pendampingan kepada Gapoktan. (BKP Jateng,
2015)
24
• Sebagian besar Gapoktan/LDPM peserta program belum
memiliki usaha beras, sebagian kecil memiliki rice mill
dan membeli gabah dari petani atau hanya menerima
jasa pengilingan.
• PT SMB (anggota Konsorsium) telah berperan dalam
membeli gabah dari petani peserta program, terutama
gabah kering panen (GKP). Gabah dengan kualitas
standar dihargai Rp. 200/kg lebih tinggi dari harga yang
berlaku di pasar lokal saat itu.
• PT SMB mengolahnya menjadi beras premium dengan 2
merek dagang, yakni Jateng Bio Rice dan Java Bio Rice
kemasan 5 kg. Dua produk ini dipasarkan terutama
Kota Surakarta, Semarang, Yogjakarta, dan Jakarta.
25
Yang dilakukan
• Konsorsium memfasilitasi pengembangan model
bisnis inklusi, yakni kemitraan antara Gapoktan
para pelaku bisnis perberasan lain:
– memfasilitasi Gapoktan untuk penambahan anggota dan
perluasan proyek di desa-desa sekitaranya;
– peningkatan kualitas dengan menerapkan standar budidaya dan
kontrol internal;
– fasilitasi manajemen bisnis Gapoktan dan pembentukan BUMP;
– memfasilitasi kontrak kerjasama antara Gapoktan,
penggilingan padi, PT SMB, dan Bank Jateng di wilayah Solo
Raya.
26
Hasil
Secara umum terjadi peningkatan jumlah petani yang mengikuti
program beras premium, hingga desember 2016 petani yang
menerapkan GAP AGPI sejumlah 1.272 orang dengan luasan 524,5
ha. Potensi panen beras premium sebesar 1.704 ton.
27
Hasil
•
Jumlah petani yang sudah mendapatkan sosialisasi program
pengembangan program beras premium di 17 Gapoktan sejumlah
1.820 orang
– Memberikan insentif 1 liter BMG per petani pada musim tanam ini
memicu semangat petani untuk mengikuti program beras premium
– Mengoptimalkan peran stokis untuk mendorong anggota gapoktan
mengikuti program beras premium
– Melakukan strategi pembelian GKP dengan harga Rp 200 diatas
pasaran umum mendorong minat petani mempraktekkan budidaya
padi sistem GAP-AGPI
– Riset pengembangan pasar menjadi bahan acuan gapoktan dan PT SMB
untuk membuat bisnis plan
– Melakukan komunikasi dengan pemerintah desa sebagai strategi untuk
mendukung pengembangan program beras premium
28
DI
Jawa
Jawa
Yogyakar Jawa
Indones
Barat
Tengah ta
Timur
ia
92.76
97.2 104.69
98.98
97.07
91.27
91.96 105.62
92.57
95.09
91.79
96.77
111.6
94.6
97.78
100.31 102.88 115.31 101.16 102.83
106.5 104.49
116.4 102.35 104.71
107.35 105.33 115.81 103.63 104.62
104.09
95.96
96.88
99.57
98.89
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
120
116.4
111.6
110
NTP
105 104.69
100
95
115.81
115.31
115
105.62
102.88
100.31
101.16
98.98
97.2
92.76
90
107.35
105.33
103.63
106.5
104.49
102.35
99.57
96.77
94.6
91.79
91.96
91.27
104.09
96.88
95.96
85
80
2008
29
2009
2010
Jawa Barat
Jawa Timur
2011
Jawa Te ngah
Indonesia
2012
2013
DI Yogyakarta
2014
INDIKATOR TINGKAT
KETAHANAN PANGAN RUMAH
TANGGA
30
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN Jawa Tengah
2016 – ananda pulungan 2016
31
Disagregasi inflasi Jawa Tengah
nov 2016
32
Perkembangan inflasi tahunan
kelompok bahan makanan (yoy, %)
33
34
35
ketersediaan pangan dan keterjangkauan harga bagi masyarakat
serta mengurangi kesenjangan kesejahteraan
1
Angelina Ika Rahutami
30 Maret 2017
Media Briefing Bank Indonesia
ASPEK TEORI DALAM REFORMASI
PANGAN
2
3
KESEPAKATAN INTERNASIONAL &
KEDAULATAN PANGAN
• Agreement on Agriculture (AoA)
Tahun 1995.
• AFTA TAHUN 2003 (beras, gula,
produk daging, gandum, bawang
putih, cengkeh )
• ASIA PASIFIK TAHUN 2010
• MDGs 2015 –SDG’s 2030
• PASAR BEBAS DUNIA TAHUN 2020
4
“Control oil and you control the nations. Control food and
you control the people”
(Henry Kissinger)
SNAPSHOTS PERTANIAN
PANGAN DAN KETAHANAN
PANGAN
5
FAO
6
Kelompok rawan
pangan bertambah
sekitar 4 juta jiwa
per tahun
sekitar 826.6 juta
orang yang
mengalami
kelaparan berada di
negara-negara
Sekitar
satu dari
berkembang
delapan orang di
dunia diperkirakan
mengalami
kelaparan kronis
Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan& Penawaran Komoditi
Pertanian
• PERTAMBAHAN PENDUDUK
• KERUSAKAN LINGKUNGAN
• KONVERSI LAHAN & PENURUAN
KUALITAS LAHAN PERTANIAN
• PERUBAHAN POLA KONSUMSI
• PEMANASAN GLOBAL & PERUBAHAN
IKLIM
• KEBIJAKAN EKONOMI
7
DATA KONVERSI LAHAN PERTANIAN
PRODUKTIF
• LAHAN PERTANIAN YANG TERSEDIA
SEKITAR 7,7 JUTA HEKTAR.
(KEBUTUHAN 11-15 JUTA HEKTAR).
• KECEPATAN KONVERSI LAHAN
PERTANIAN 100-110 RIBU HEKTAR /
TAHUN.
• PRODUKSI PER HEKTAR 4,6 TON
• POTENSI KEHILANGAN PRODUKSI
PADI 506.000 TON / TAHUN
8
DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA
KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA
• Balita Kurang Gizi 4,1 juta
• Balita Gizi buruk di Indonesia 700
ribu
• Kemampuan pemerintah untuk
menangani balita gizi buruk 39.000
balita / tahun
9
DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA
KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA
• Laporan akhir tahun 2012, data
Komisi Nasional Perlindungan Anak
mencatat sebanyak 8 juta anak
balita mengalami gizi buruk kategori
"stunting" yakni tinggi badan yang
lebih rendah dibanding balita normal.
10
DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA
KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA
• Dari data 23 juta anak balita di
Indonesia, 8 juta jiwa atau 35
persennya mengidap gizi buruk
kategori stunting, sementara untuk
kasus gizi buruk tercatat sebanyak
900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persen
dari total jumlah bayi di seluruh
Indonesia.
11
Permasalahan desa =
permalasahan petani =
permasalahan pangan
• Terdapat potensi kenaikan inflasi di 2017
sehingga perlu pengendalian inflasi
pangan
• Perlu upaya konkrit yang secara
struktural dapat mendorong percepatan
refomasi pangan di aspek produksi dan
distribusi lintas sektor baik di pusat
dan daerah
12
• Pangsa sektor pertanian dalam perekonomian semakin
menurun
• Perbaikan infrastruktur perdesaan diperkirakan baru
selesai 3-5 tahun ke depan
• Pengelolaan pangan dari produksi, distribusi, tataniaga
serta harga pangan belum optimal gejolak pasokan
dan harga pangan, disparitas harga antar daerah
• Konversi lahan tinggi cel konversi lahan di Jawa
Tengah
• Faktor risiko yang tinggi di pertanian
• Struktur pasar yang kurang kompetitif pembentukan
harga kurang efisien dan akibatkan fluktuasi harga,
13
disparitas harga tinggi
From the comparison of the results in 2005 with FSVA 2009, FIA sets of 100 districts of the 265 districts in 30 provinces that are
included in the category of vulnerable of food as a priority of 1 (one) or risk of vulnerability to food is so high that most prioritized
to be addressed. When seen from the spatial distribution of 100 districts, mostly located in the province of Papua, West Papua,
Maluku, eastern part of the island of Java, NTB, NTT, northern and western parts of Borneo, central and southeast Sulawesi, and the
western and eastern parts of Sumatra. Of the 100 districts at risk of food insecurity, the first priority is the district with the
percentage of poor people higher than 25 percent. So, it is clear that food insecurity is related to poverty.
Source : Dewan Ketahanan Pangan and World Food Programme (2015)
14
- S a n ita s i P a n g a n
- B hn T am b. P angan
- R e k a y a s a G e n e tik a
d a n Ira d ia s i
- K em asan
- J a m in a n M u tu
- P a n g a n T erce m ar
P e m e rin ta h
1
2
3
4
.
.
.
.
D esa
K a b u p a te n
P ro v in s i
P u sa t
P ro d . P a n g a n
D a la m N e g e ri
C adangan
Pangan
P em asukan
15
K eter sed ia a n
P angan
M e ra ta
T e r ja n g k a u
M asyarak at
Hendayana dan dewi 2006
A m an
D is trib u s i
P e n g e n d a lia n
h arga
•
Ketahanan pangan pada rumah tangga miskin, erat hubungannya dengan
karakteristik rumah tangga itu sendiri, yakni rendahnya pemilikan sumberdaya
lahan dan asset lainnya, kualitas sumberdaya manusia (pendidikan formal) di rumah
tangga relatif rendah, akses terhadap sumber modal tidak ada, dan akses terhadap
sumber informasi terkendala
Sebagian besar rumah tangga (69,9 %) hanya mengandalkan pendapatan dari hasil
buruh (tani dan luar tani) yang tidak dapat diprediksi besarannya, sehingga
mempengaruhi ketersediaan pangan, baik dalam jumlah apalagi kualitasnya,
sementara itu petani sering tidak memiliki cadangan pangan (stok) yang cukup
Di sisi lain, ketersediaan pangan di level regional (kabupaten) distribusinya sering
tidak merata dan harganya tidak terjangkau sehingga kebutuhan pangan bagi rumah
tangga tidak terpenuhi yang akhirnya menurunkan derajat ketahana pangan dan
mendorong terjadinya pauperisma
Kebijakan inovasi pertanian bagi penduduk miskin hendaknya dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi dari karakteristik penduduk serta dilakukan dengan
selektif, hati-hati dan gradual
•
•
•
16
17
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
DESA
Rendahnya
Kepemilikan dan
Penguasaan Aset
Produktif
• Berdasarkan data
Sensus Pertanian
2013, sebanyak
55,33% petani
menguasai lahan
kurang dari 0,25
ha.
• Kepemilikan aset
yang rendah
menyebabkan
rendahnya
produktivitas dan
pendapatan
masyarakat desa.
18
Akses Finansial
yang Terbatas
• Berdasarkan data
Potensi Desa
(PODES) 2014,
sebanyak lebih
dari 70.000 Desa
tidak memiliki
layanan
perbankan;
• Kredit Usaha
Rakyat (KUR) baru
menjangkau
sebanyak 35.755
Desa.
Mobilisasi Tenaga
Kerja Produktif dan
Terdidik dari
Wilayah Desa Ke
Kota (Brain Drain)
• Hingga 2035
diprediksi jumlah
penduduk
perdesaan
menurun sebanyak
0,64% per tahun;
• Hal ini
menunjukkan
banyak dari tenaga
kerja terdidik
perdesaan yang
pindah ke kota.
Jawa Tengah
• Lahan pertanian di Jawa Tengah
mengalami alih fungsi sekitar 700 ha/th.
2013 = 2.835 ha, menyusut 720,21 ha
pada 2014 dan berkurang 700 ha pada
2015 untuk perumahan, industri dan
proyek infrastruktur
19
Program beras premium merupakan upaya konsursium 7 organisasi
pemerintah, swasta dan LSM untuk mengatasi masalah ketersedian
pangan, kerusakan lingkungan pertanian dan kemiskinan petani.
Kerangka PPP digunakan untuk menata rantai nilai beras dengan
memfasilitasi pengembangan kerjasama saling menguntungkan antara
petani dan pelaku rantai lainnya.
BEST PRACTICE JAWA TENGAH
PROGRAM BERAS PREMIUM
20
Latar belakang
• Jateng adalah provinsi penghasil beras terbesar ke-3
dan penyumbang surplus terbesar ke-3 nasional.
• Budidaya padi juga menjadi sumber pendapatan 3,62
juta petani (71,20% dari total petani Jateng, dan
22,71% di antaranya merupakan petani di Solo Raya.
• Namun, kemampuan petani kecil untuk memproduksi
beras premium masih rendah, karena mereka kurang
memiliki akses terhadap input pertanian yang
berkualitas, teknologi budidaya, alat dan mesin, kredit,
asuransi, jaminan harga dan pasar.
• Ancaman perubahan iklim dan lemahnya kapasitas
organisasi petani juga menyebabkan rendahnya
21
produktifitas dan kualitas padi.
• ICCO Cooperation SEA bersama Yayasan Jawa Tengah
Berdikari (YJB), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi
Jawa Tengah, Bank Jateng, PT Unggul Niaga Selaras, PT
Smart Berdikari, dan VECO Indonesia menembangkan
Program Peningkatan Produksi dan Pemasaran Beras
Premium di Provinsi Jawa Tengah.
• Proyek dimulai sejak awal 2016 di 6 Kabupaten di eksKaresidenan Surakarta.
• Proyek telah memfasilitasi 17 Gapoktan/LDPM untuk
budidaya padi premium dengan pengelolaan tanaman
terpadu dan penggunaan pupuk AGPI (Agriculture
Growth Promoting Inoculant).
• Sistem budidaya ini dapat meningkatkan produktifitas
padi 5 - 20%, kualitasnya juga meningkat dan rasanya
lebih enak
22
• inovasi untuk mendukung petani skala kecil produsen
padi yang tergabung dalam Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (LDPM) dalam menjawab masalah produksi
dan kualitas beras Indonesia.
• LDPM merupakan program Badan Ketahanan Pangan–
Kementerian Pertanian untuk meningkatkan
kemampuan Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani) di
wilayah sentra produksi padi.
• Program ini bertujuan agar LDPM mampu membantu
anggotanya dalam mendistribusikan/ memasarkan/
mengolah hasil produksi pangan di saat panen raya dan
mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan
anggotanya di saat paceklik.
23
• Panen raya padi biasanya terjadi saat musim hujan,
sehingga petani kesulitan untuk mengeringkan gabah
sehingga dijual dengan harga yang sangat murah.
• Di sisi lain, di saat musim paceklik (bukan musim
panen) harga beras meningkat sehingga petani sebagai
konsumen harus membeli beras dengan harga tinggi.
• Agar LDPM mampu mengembangkan unit usaha
distribusi pangan dan unit pengelola cadangan pangan,
BKP memfasilitasi penguatan modal usaha, pelatihan
dan pendampingan kepada Gapoktan. (BKP Jateng,
2015)
24
• Sebagian besar Gapoktan/LDPM peserta program belum
memiliki usaha beras, sebagian kecil memiliki rice mill
dan membeli gabah dari petani atau hanya menerima
jasa pengilingan.
• PT SMB (anggota Konsorsium) telah berperan dalam
membeli gabah dari petani peserta program, terutama
gabah kering panen (GKP). Gabah dengan kualitas
standar dihargai Rp. 200/kg lebih tinggi dari harga yang
berlaku di pasar lokal saat itu.
• PT SMB mengolahnya menjadi beras premium dengan 2
merek dagang, yakni Jateng Bio Rice dan Java Bio Rice
kemasan 5 kg. Dua produk ini dipasarkan terutama
Kota Surakarta, Semarang, Yogjakarta, dan Jakarta.
25
Yang dilakukan
• Konsorsium memfasilitasi pengembangan model
bisnis inklusi, yakni kemitraan antara Gapoktan
para pelaku bisnis perberasan lain:
– memfasilitasi Gapoktan untuk penambahan anggota dan
perluasan proyek di desa-desa sekitaranya;
– peningkatan kualitas dengan menerapkan standar budidaya dan
kontrol internal;
– fasilitasi manajemen bisnis Gapoktan dan pembentukan BUMP;
– memfasilitasi kontrak kerjasama antara Gapoktan,
penggilingan padi, PT SMB, dan Bank Jateng di wilayah Solo
Raya.
26
Hasil
Secara umum terjadi peningkatan jumlah petani yang mengikuti
program beras premium, hingga desember 2016 petani yang
menerapkan GAP AGPI sejumlah 1.272 orang dengan luasan 524,5
ha. Potensi panen beras premium sebesar 1.704 ton.
27
Hasil
•
Jumlah petani yang sudah mendapatkan sosialisasi program
pengembangan program beras premium di 17 Gapoktan sejumlah
1.820 orang
– Memberikan insentif 1 liter BMG per petani pada musim tanam ini
memicu semangat petani untuk mengikuti program beras premium
– Mengoptimalkan peran stokis untuk mendorong anggota gapoktan
mengikuti program beras premium
– Melakukan strategi pembelian GKP dengan harga Rp 200 diatas
pasaran umum mendorong minat petani mempraktekkan budidaya
padi sistem GAP-AGPI
– Riset pengembangan pasar menjadi bahan acuan gapoktan dan PT SMB
untuk membuat bisnis plan
– Melakukan komunikasi dengan pemerintah desa sebagai strategi untuk
mendukung pengembangan program beras premium
28
DI
Jawa
Jawa
Yogyakar Jawa
Indones
Barat
Tengah ta
Timur
ia
92.76
97.2 104.69
98.98
97.07
91.27
91.96 105.62
92.57
95.09
91.79
96.77
111.6
94.6
97.78
100.31 102.88 115.31 101.16 102.83
106.5 104.49
116.4 102.35 104.71
107.35 105.33 115.81 103.63 104.62
104.09
95.96
96.88
99.57
98.89
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
120
116.4
111.6
110
NTP
105 104.69
100
95
115.81
115.31
115
105.62
102.88
100.31
101.16
98.98
97.2
92.76
90
107.35
105.33
103.63
106.5
104.49
102.35
99.57
96.77
94.6
91.79
91.96
91.27
104.09
96.88
95.96
85
80
2008
29
2009
2010
Jawa Barat
Jawa Timur
2011
Jawa Te ngah
Indonesia
2012
2013
DI Yogyakarta
2014
INDIKATOR TINGKAT
KETAHANAN PANGAN RUMAH
TANGGA
30
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN Jawa Tengah
2016 – ananda pulungan 2016
31
Disagregasi inflasi Jawa Tengah
nov 2016
32
Perkembangan inflasi tahunan
kelompok bahan makanan (yoy, %)
33
34
35