Kerancuan Kata dalam Bahasa Indonesia

KERANCUAN BAHASA INDONESIA DALAM
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Ria Qadariyah Arief, SKM. M. Kes
Penyusun:
Cholifatus Sya’diyah (J01214007)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
PSIKOLOGI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Karya Tulis Ilmiah (KTI).....................................................3
2.2 Jiwa Karya tulis ilmiah (KTI)................................................................4
2.2.1

Syarat-syarat karya Tulis Ilmiah (KTI).................................5

2.2.2

Karakteristik Karya Tulis Ilmiah (KTI)..................................6

2.3 Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI)............7
2.3.1

Bahasa Tulisan Ilmiah.........................................................8

2.3.2

Kerancuan Bahasa Indonesia...........................................13


BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................16
3.3 Daftar Pustaka...................................................................................17

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan karya tulis hasil buah pikiran
seseorang yang didasari oleh penelitian terhadap sesuatu yang dilakukan
dengan metode tertentu dan secara sistematis. Hasil penelitian-penelitian yang
telah dilakukan harus bersifat objektif dan merupakan fakta empiris sehingga
dapat dipertanggungjawabkan oleh si peneliti. Namun pada dasarnya, tidak
semua karya tulis merupakan karya yang ilmiah. Karya tulis yang tanpa didasari
suatu penelitian disebut sebagai karya tulis non-ilmiah.
Bagi para mahasiswa di Universitas manapun, kata “Karya Tulis Ilmiah
(KTI)” nampaknya sudah tak asing lagi. Karena dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

itulah, suatu gelar dapat mereka sandang. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
merupakan sebagian dari macam-macam. Ketiganya merupakan macam Karya
Tulis Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan akhir para mahasiswa S1, S2, dan S3 untuk
meraih gelar pendidikannya. Selain itu, dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
mereka buat, mereka dapat mengomunikasikan informasi baru, gagasan, dan
hasil penelitian pada orang lain.
Untuk

menyusun

KTI

diperlukan

adanya

teknik

khusus


dalam

penulisannya. Tanpa memenuhi ketentuan teknik penulisan tersebut, KTI tidak
dapat diterima begitu saja. Namun pada dasarnya, masing-masing fakultas
memiliki kebijakan sendiri dalam teknik penulisan KTI. Selain masalah teknik
atau sistematika penulisan, juga diperlukan kecermatan dalam pemilihan bahasa.
Bukan suatu hal yang tabu bila masih banyak karya ilmiah yang banyak
kerancuan dan kesalahan dalam penggunaan bahasanya. Oleh sebab itu, dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai sifat-sifat bahasa dan kesalahan yang
banyak terjadi sebelumnya.
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, penulis rasa, sangatlah penting
untuk menjelaskan mengenai KTI dan apa saja yang berhubungan dengannya.

1

Dengan penjelasan-penjelasan yang akan diuraikan oleh penulis kali ini,
berharap pembaca dapat mengerti apakah dan bagaimana KTI itu disusun
sehingga dapat diketahui perbedaan antara karya tulis yang ilmiah dan yang
non-ilmiah. Selain itu, agar dapat memudahkan bagi setiap orang yang hendak
menyusun suatu KTI.


1.2

RUMUSAN MASALAH

1.

Apakah pengertian KTI?

2.

Apakah syarat-syarat KTI?

3.

Apakah karakteristik atau ciri-ciri KTI?

4.

Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia yang benar dalam KTI?


1.3

TUJUAN

1.

Mengerti dan memahami hakikat dari KTI.

2.

Mengetahui dan memahami syarat-syarat KTI.

3.

Mengetahui dan memahami karakteristik KTI.

4.

Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam KTI.


1. 4 MANFAAT
1.

Memudahkan seseorang untuk menyusun KTI.

2.

Mengembangkan ilmu pengetahuan seseorang melalui KTI.

3.

Menjawab suatu permasalahan.

4.

Menginformasikan hasil penelitian pada masyarakat luas.

5.


Benar dalam menggunakan bahasa Indonesia.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
Karya

Tulis

Ilmiah

(KTI)

adalah


suatu

tulisan

yang

membahas

permasalahan berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode penulisan
sistematis yang telah disepakati untuk menghasilkan sebuah pemecahan
masalah dan harus bersifat objektif serta empiris.
Berbicara mengenai KTI pasti akan berkaitan dengan penelitian. Penelitian
dapat didefinisakan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu fenomena melalui
teori yang bersifat eksplisit yang berasal dari fakta empiris. Dan teori tersebut
harus dijelaskan dengan suatu konsep.
Konsep adalah sesuatu yang harus ada dari teori. Teori tanpa konsep
adalah mustahil. Oleh sebab itu, ketika fenomena tersebut sudah dapat
diprediksi oleh ilmu atau teori maka ia akan lebih mudah dicerna oleh akal
dengan membentuk konsep ilmiah dari teori tersebut. Sangat memperhatikan
perihal konsep suatu yang akan diteliti, penting bagi seorang penulis karya

ilmiah. Semakin sempurna konsep yang disusun, akan semakin baik pula
penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, Sutrino Hadi (1984) menjelaskan
beberapa hal yang digunakan dalam penilaian suatu konsep atau rancangan
penelitian, antara lain:
1.

Latar belakang pengetahuan peneliti
Yakni mengetahui seberapa jauh pengetahuan peneliti tentang persoalan
yang akan ditelitinya. Oleh sebab itu, seorang peneliti seharusnya
menguasai segala persoalan yang berhubungan dengan yang akan
ditelitinya.

2.

Persoalan tentang data
Bagaimana peneliti menggambarkan jenis data yang diperlukan dalam
penelitiannya. Yakni mengenai dari mana dan metode apa yang digunakan
dalam penelitiannya.

3


3.

Cara pengambilan sampel
Peneliti harus dapat menjelaskan hasil penelitiannya dengan disertai alasan
mengapa diambil dengan metode sampel yang digunakan.

4.

Tujuan penelitian
Peneliti harus mengemukakan tujuan dan manfaat atas penelitian yang ia
lakukan, baik berupa kemanfaatan yang kembali pada pengembangan ilmu
pengetahuan atau dalam penerapannya.

5.

Teknik analisis
Peneliti harus dapat mengemukakan dengan jelas mengenai prosedur dan
teknik analisis terhadap data yang dikumpulkan.
Suatu penelitian ilmiah yang dituangkan dalam sebuah tulisan, yakni KTI,

sangat diperlukan penggunaan tulisan yang benar. Salah satu ciri KTI adalah ia
memiliki beberapa sistematika yang berbeda menurut beberapa perguruan tinggi.
Kegiatan menulis KTI dalam semua perguruan tinggi merupakan suatu hal yang
tak asing lagi. Hal ini lah yang kemudian mendorong setiap perguruan tinggi,
bahkan di setiap fakultasnya, membuat kebijakan-kebijakan tertentu dalam
sistematika penulisan KTI. Tak heran bila di setiap perguruan tinggi atau fakultas,
KTI yang dibuat oleh para mahasiswanya sangat lah berbeda dalam sistematika
penulisannya. Inilah yang dimaksud penulis dengan “....yang telah disepakati”
dalam definisi KTI di atas.
Istilah KTI yang tidak asing bagi setiap mahasiswa di seluruh perguruan
tinggi, sebenarnya bukanlah suatu kegiatan yang dikhususkan untuk para
mahasiswa. Bagi para pengajar, baik itu seorang guru ataupun seorang dosen,
juga memiliki serentet aktivitas untuk membuat KTI. Berbeda dengan para
mahasiswa pada umumnya -yang menulisnya dalam rangka menyelesaikan
tugas atau sebagai tugas akhir kuliahnya-, seorang pengajar menulisnya, demi
meraih kenaikan pangkat atau kenaikan fungsional.

2.2

JIWA KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
KTI memiliki jiwa yang berbeda dengan karya tulis lainnya. Dalam

menyusunnya, terdapat beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi. Tanpanya,
gagasan karya tulis berdasarkan fakta pribadi, yakni hasil dari pemikiran dirinya
4

sendiri. KTI pun memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang membedakannya dari
karya tulis lain yang non-ilmiah. Karakteristik ini membuatnya memperoleh nilai
yang lebih tinggi dalam dunia keilmuan. Ia menjadi lebih berbobot dan
kebenarannya pun dapat dipertanggungjawabkan.
Berikut akan dijelaskan mengenai syarat-syarat dan karakteristik atau ciriciri KTI.
2.2.1

SYARAT-SYARAT KTI

Sebagai suatu karya yang bernilai ilmiah, KTI harus dapat memberi
pemahaman pada pembacanya. Bukanlah karya ilmiah bila pembaca justru
dibuatnya bingung. Oleh sebab itu, tulisan ilmiah harus memenuhi beberapa
persyaratan khusus agar dapat menjadi karya yang berkeriteria baik. Hal ini
sebagaimana telah dipaparkan oleh Benjamin Franklin yang disitir oleh Deborah
C. Andrews (1978: 68-69), yaitu:
“Good writing should proced regularly from things known to things
unknown distinctly and clearly without confusion. The words used should
be the most expressive that the language affords, provided that they are
the most generally understood. Nothing should be expressed in two
words that can be as well expressed in one; that is, no synonyms should
be used, or very rarely, but the whole should be as short as possible,
consistent with clearness; the words should be so placed as to be
agreeable to ear in reading; summarily it should be smooth, clear, and
short, for the contrary qualities are displeasing.”
Ia mengindikasikan, bahwa sebuah tulisan ilmiah akan bernilai baik bila ditulis
secara jelas, halus, pendek (tidak bertele-tele), sehingga tidak menimbulkan
kebingungan bagi pembacanya.
Perihal syarat-syarat tulisan ilmiah, Andrews (1978: 3) mengemukakan 5
prinsip dasar untuk tulisan ilmiah yang baik, yakni:
1.

Accurate

5

Yakni tulisan tersebut haruslah bersifat akurat. Maksud dari akurat di sini
adalah bahwa tulisan yang disusun merupakan gambaran fakta yang
sebenarnya.
2.

Clear
Tulisan tersebut harus jelas, tidak menimbulakan keraguan dan mudah
dipahami dan dimengerti oleh pembaca.

3.

Concise
Harus bersifat ringkas, tidak menggunakan bahasa yang pajang lebar
sehingga sulit dimengerti.

4.

Conventional
Konvensional ada dua macam, yakni konvensional dalam penggunaan
bahasa yang meliputi: ejaan, kata, frase, dan kalimat), dan konvensioanal
dalam hal penulisan yang meliputi: cara menyusun sistematika penulisan,
bibiliografi, footnote, dsb.

5.

Appropriate
Yakni harus padu dan utuh. Maksudnya adalah 3 unsur dalam karya ilmiah,
yakni materi, tujuan, dan pembaca terjalin dengan baik. Oleh sebab itu,
penulis harus dapat merengkuh ke-3 hal tersebut.
2.2.2

KARAKTERISTIK KTI

Telah diketahui sebelumnya, ada dua bentuk karya tulis, yakni karya tulis
ilmiah dan non-ilmiah. Karya tulis non-ilmiah lebih bersifat subjektif, yakni tidak
dapat dibuktikan kebenarannya dan yang tidak ditulis secara ilmiah, yakni
merupakan fakta pribadi. Untuk membedakan 2 karya tulis tersebut, perlu
diketahui perihal karakteristik KTI. Di antara karakteristik Karya Tulis Ilmiah
adalah
1.

Logis
Yakni segala pembahasan yang tertuang dalam karya tulis tersebut memiliki
argumentasi sehingga dapat diterima oleh akal.

2.

Sistematis
Yakni susunan dalam karya tulis tersebut disusun sesuai urutan yang
berjenjang dan berkesinambungan.

3.

Obyektif
6

Yakni informasi yang disampaikan di dalam tulisan tersebut bersifat fakta,
bukan hasil dari rekaan.
4.

Tuntas dan menyeluruh
Yakni masalah yang diteliti dalam tulisan tersebut, ditelaah secara
menyeluruh.

5.

Seksama
Yakni penulis atau peneliti harus menghindar dari adanya suatu kesalahan.

6.

Jelas
Yakni karya tulis tersebut tidak menimbulkan kebingungan bagi pembacanya
atau mudah dipahami.

7.

Kebenarannya dapat diuji
Yakni hasil dari penelitian yang tertuang dalam tulisan harus dapat diuji dan
dipertanggungjawabkan oleh si peneliti/penulis.

8.

Terbuka
Yakni hasil yang dikemukakan dalam tulisan tersebut dapat berubah bila
kemudian ada penelitian yang hasilnya berbeda.

9.

Berlaku umum
Yakni kesimpulan dari penelitian tersebut dapat berlaku untuk semua
populasi.

10. Sangat memperhatikan bahasa dan penulisan
Yakni menggunakan bahasa yang santun dan penulisan yang benar.

2.3

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM KTI
Bahasa merupakan media pengungkap gagasan. Tanpa bahasa, gagasan

seseorang tak akan pernah dapat tersalurkan sebagai informasi. Sangatlah
penting bagi penulis karya ilmiah untuk lebih mendalami cara peggunaan bahasa
dalam karya ilmiah. Pasalnya, kesalahan bahasa dalam sebuah karya ilmiah,
dapat berakibat fatal. Boleh jadi, pemahaman yang diterima oleh pembaca tidak
sama dengan apa yang dimaksud oleh penulis sehingga nantinya akan
menimbulkan keraguan akan keilmiahan karya tulis tersebut.
Secara umum, penggunaan bahasa dalam karya-karya ilmiah yang telah
ada tidak semua benar. Masih banyak kesalahan yang ditemukan. Inilah yang
7

pada akhirnya menimbulkan kesalahan-kesalahan lain dalam pembahasannya.
Sebagaimana bahasa yang lainnya, bahasa Indonesia telah dibakukan sehingga
memberi kemudahan dalam penggunaannya. Namun, kemudahan tersebut
nampaknya masih belum dirasakan oleh sejumlah penulis karya ilmiah.
Pada sub-bab ke-3 ini, akan dijelaskan mengenai cara menggunakan
bahasa Indonesia yang benar dalam sebuah karya ilmiah. Selain itu, akan
dipaparkan kerancuan-kerancuan yang sering terjadi dalam dunia tulis-menulis
karya ilmiah.
2.3.1

BAHASA TULIS ILMIAH

Bahasa tulis ilmiah adalah perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam
bahasa ilmiah. Dalam sebuah karya tulis ilmiah, bahasa yang digunakan
merupakan bahasa Indonesia pada umumnya dan juga istilah-istilah ilmiah dalam
bahasa Indonesia. Ragam bahasa ini memiliki ciri-ciri:
1.

Kosakata yang digunakan dipilih secara cermat

2.

Kata dibentuk secara sempurna

3.

Struktur kalimat lengkap

4.

Paragrafnya lengkap dan padu

5.

Hubungan antar gagasan terlihat jelas, rapi, dan sistematis.

Ragam bahasa ilmiah sendiri memiliki beberapa sifat yang mendasari
keilmiahannya, yakni:
1.

Cendekia
Yakni mampu membentuk pernyataan dalam karya ilmiah dengan tepat

dan seksama sehingga gagasan yang diutarakan dapat dengan mudah diterima.
Tidak hanya itu, dengan sifatnya yang cendekia, bahasa yang digunakan tidak
mubadzir, tidak rancu, dan harus bersifat idiomatis (khusus). Sebagaimana
penggunaan kata maka dan bahwa dalam kalimat berikut:
- Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
Menurut ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling
rumit.

8

Kata maka dan bahwa dalam kalimat tersebut merupakan kata yang
mubadzir. Oleh sebab itu, dua kata tersebut dapat diganti dengan menggunakan
tanda baca (,) sebagaimana pada contoh berikut:
- Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
Menurut ahli psikologi, korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
Cendekia juga dapat diartikan dengan pemilihan kata dengan cermat
sesuai dengan maksud yang akan disampaikan. Perhatikan contoh berikut!
1. Pemaparan

2. paparan

Pembuatan

buatan

Pembahasan

bahasan

Masing-masing kata pada dua nomor tersebut memiliki makna yang jauh
berbeda. Pada nomor (1) kata-kata tersebut menggambarkan suatu proses,
sedangkan (2) telah menggambarkan suatu arti.
2.

Lugas
Yakni bahasa yang digunakan jelas dan tepat. Sifatnya yang lugas,

menuntut karya ilmiah untuk disampaikan dengan kalimat langsung. Oleh sebab
itu, bahasa sastra tidak digunakan karena bersifat tidak langsung. Perhatikan
contoh berikut!
a. Para pendidik yang kadang kala atau bahkan sering kena getahnya oleh
ulah sebagian anak-anak yang mempunyai tugas yang tidak bisa
dikatakan ringan.
b. Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan terkena akibat ulah
sebagian anak-anak yang mempunyai tugas berat.
Kalimat (a) bermakna tidak lugas. Hal tersebut karena 2 kata yang diketik miring
tidak dapat menyampaikan gagasan secara baik.
3.

Jelas
Kalimat dalam karya ilmiah tidak disarankan dalam bentuk yang panjang.

Karena dengan kalimat pendek, pembaca akan dengan mudah memahami
tulisan tersebut. Ada beberapa cara untuk membuat kalimat yang jelas dan
sitematis. Sebagai contohnya adalah kalimat berikut ini:
9

a. Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan lanjutan dari
penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran.
Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan mata pelajaran paling
strategis karena menyangkut tentang moral Pancasila. Selain itu,
penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.
b. Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kalanjutan dari
penanaman moral di rumah. Penanaman moral di sekolah dilaksanakan
melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sebab, PMP
merupakan mata pelajaran yang paling strategis karena langsung
menyangkut tentang moral Pancasila. Selain itu, penanaman moral
Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Agama, Sejarah,
PSPB, dan Kesenian.
Kalimat nomor (1) merupakan contoh penggunaan tanda baca yang salah.
Sedangkan nomor (2) kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan
gagasan dengan jelas. Pada dasarnya, kalimat panjang dalam penulisan karya
ilmiah boleh saja digunakan asalkan penulis cermat dalam pemilihan kata dan
penyusunannya.
4.

Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan, yakni bahasanya

bermaksud menonjolkan gagasan atau hal-hal yang dipaparkan, bukan
berorientasi pada penulis. Oleh sebab itu, penulis lebih disarankan untuk
menggunakan kalimat pasif dalam karya ilmiah daripada aktif. Perhatikan contoh
berikut ini!
a. Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan
membina anak berbakat sangat penting.
b. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan
membina anak berbakat sangat penting.
Kalimat (a) lebih berorientasi pada penulis. Karena dalam kalimat tersebut
penulis menjadi sentral. Sedangkan pada kalimat (b), berorientasi pada gagasan.
Seorang penulis juga perlu menghindari kalimat yang berorientasi pada pelaku
lain yang juga bukan gagasan. Namun, bukan berarti penggunaan kalimat aktif

10

dilarang dalam sebuah karya ilmiah. Misalnya saja, kalimat aktif yang
berorientasi pada gagasan tetap dapat diterima dalam sebuah karya ilmiah.
5.

Formal
KTI merupakan informasi yang bersifat ilmiah. Oleh sebab itu, bahasa yang

digunakan pun harus bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam karya
ilmiah dapat dilihat dari segi kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Untuk memilih
kata yang formal, kecermatan penulis sangat diperlukan. Di antara kata yang
dapat digolongkan sebagai kata formal dan informal adalah
Formal

-

Informal

Berkata

-

Bilang

Membuat

-

Bikin

Hanya

-

Cuma

Kosakata dalam karya ilmiah biasanya menggunakan kosakata ilmiah
teknis, yakni kosakata yang hanya dapat digunakan di kalangan khusus dan
jarang dipahami oleh masyarakat awam. Pemakaian kosakata ilmiah populer
juga harus dihindari oleh penulis. Perhatikan contoh di bawah ini!
Kata Ilmiah Teknis

-

Kata Ilmiah Populer

Anarki

-

Kekacauan

Antipati

-

Rasa benci

Antisipasi

-

Perhitungan ke depan

Argumen

-

Bukti

Selain dapat dilihat dari kosakata, keformalan bahasa karya ilmiah juga
tampak pada bentukan kata. Bentukan kata formal adalah bentukan kata yang
lengkap dan utuh sesuai dengan bentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Suatu
bentukan kata dapat dikategorikan informal ketika ada ketidaklengkapan dalam
penulisan huruf, tidak mengikuti aturan, atau mengikuti bahasa lain. Sebagai
contohnya adalah
Bentukan Kata Formal

-

Bentukan Kata Informal

Membaca

-

mbaca

Menulis

-

nulis

Tertabrak

-

ketabrak

Mencuci

-

nyuci
11

6.

Mendapat

-

dapat

Terbentur

-

kebentur

Objektif
Bahasa dalam karya ilmiah harus bersifat objektif. Agar hal tersebut dapat

tercapai adalah dengan cara menjadikan gagasan sebagai dasar pengembangan
kalimat dan kata serta struktur kalimat yang digunakan harus dapat menjelaskan
gagasan secara objektif. Kata subjektif tidak boleh diwujudkan dalam karya
ilmiah. Sebagaiman penggunaan kata betapa dan kiranya dalam contoh berikut:
a.

Contoh-contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan
orangtua dalam pembentukan kepribadian anak. dari paparan tersebut
kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut:

b.

Contoh-contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan
orangtua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut
dapat disimpulkan sebagain berikut:

Kata betapa dan kiranya dalam kalimat (a) menimbulkan sifat subjektif. Berbeda
dengan kalimat (b) yang tidak menimbulkan sifat subjektif, yakni objektif.
Selain hal tersebut, ada hal lain yang menimbulkan sifat subjektif dalam
karya ilmiah. Yakni kata-kata ekstrem, seperti harus, wajib, tidak mungkin, pasti,
dll. Sebagaimana contoh berikut ini:
a.

Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf.
Penelitian pasti diawali adanya masalah.

b.

Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian diawali
adanya masalah.

Kalimat (a) jelas menimbulkan sifat subjektif karena ada kata esktrem berupa
pasti. Sedangkan kalimat (b) bersifat objektif.

7.

Ringkas dan Padat
Bahasa dan ringkas memiliki ciri-ciri tertentu yang masing-masing dari ciri-

ciri tersebut tidak dapat dipisahkan. Ciri ringkas dalam bahasa karya ilmiah
adalah tidak ada kata yang mubadzir atau tidak diperlukan dalam karya ilmiah
12

tersebut. Sedangkan ciri dari padat adalah kandungan gagasan yang
diungkapkan dalam karya ilmiah sesuai dengan unsur bahasa yang terbatas. Di
antara contoh suatu kalimat dianggap tidak ringkas dan padat, yakni yang
terdapat pemborosan kata di dalamnya, adalah
a.

Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi
pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warga
negara Indonesia.

8.

Konsisten
Bahasa dan ejaan dalam karya ilmiah harus bersifat konsisten. Apa yang

dari awal digunakan maka seterusnya harus tetap digunakan. Mislanya dalam
tanda baca, unsur bahasa, dan istilah yang digunakan. Sebagai contoh, kata
tugas untuk digunakan mengantar tujuan. Sedangkan kata tugas bagi digunakan
mengantarkan objek. Selain itu, juga mengenai singkatan. Misalnya, bila di awal
terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama) maka pada uraian
selanjutnya tidak perlu lagi, cukup SMP.
2.3.2

KERANCUAN BAHASA INDONESIA DALAM KTI

Kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia dalam karya ilmiah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
1.

Kesalahan Penalaran
Ada dua jenis kesalahan penalaran, yaitu
a.

Kesalahan penalaran intrakalimat
Kesalahan berupa tidak adanya hubungan logis antar bagian kalimat.

Sebagaimana contoh berikut:
1.

Dengan penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.

2.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang
dewasa.

Subjek dan predikat dari dua kalimat tersebut tidak saling berhubungan.
Pada kalimat (1) masih belum jelas apa yang dapat meningkatkan
kreativitas mahasiswa. Tentunya tidak mungkin bila dengan penelitian ini
yang menyebabkannya. Begitu pula pada kalimat (2), masih belum jelas

apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Tentunya
bukan berdasarkan uraian di atas.
b.

Kesalahan penalaran antar kalimat
Yakni tidak adanya hubungan yang logis antara kalimat satu dengan

yang lain dalam membentuk suatu teks. Hadirnya penanda sebab-akibat
berupa oleh sebab itu antara dua kalimat. Padahal dua kalimat tersebut

13
tidak memiliki hubungan sebab akibat.
2.

Kerancuan
Kerancuan terjadi karena adanya penerapan dua kaidah atau lebih. Ada

dua macam bentuk kerancuan, yakni:
a.

Kerancuan bentukan kata
Terjadi ketika dua kaidah bentukan diterapkan dalam bentukan suatu

kata. Sebagaimana contoh:

b.

Memperlebarkan

dari melebarkan dan memperlebar

Mempertinggikan

dari mempertinggi dan meninggikan

Kerancuan kalimat
Apabila dua kaidah atau lebih digunakan secara bersamaan dalam

sebuah kalimat. Hal ini akan muncul saat penulis merasa kebingungan
mengenai kaidah yang dipakai. Contohnya adalah
a.

Dalam penelitian ini membahas efektivitas penggunaan pupuk tablet.

Kalimat tersebut tergolong kalimat yang rancu. Dan kalimat tersebut dapat
diubah dengan benar menjadi:
b.

Dalam penelitian ini dibahas efektivitas penggunaan pupuk tablet.
Penelitian ini membahas efektivitas penggunaan pupuk tablet.

3.

Pemborosan
Pemborosan dapat terjadi jika terdapat kata-kata atau kalimat yang

mubadzir. Untuk mengetahui hal ini, dapat dilakukan suatu pengujian. Yakni
dengan menghilangkan semua unsur bahasa. Bila gagasan yang diungkapkan
tidak berubah dari yang dimaksud maka unsur tersebut dikategorikan sebagai
unsur yang mubadzir. Sedangkan bila gagasan yang diungkap berubah maka
unsur tersebut bukanlah unsur yang mubadzir. Sebagai contoh adalah
14

c.

Data yang digunakan untuk menjawab semua permasalahan yang ada
dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan
data penunjang.

Terdapat pemborosan dalam kalimat tersebut. Untuk menghilangkan
pemborosan tersebut, dapat diubah menjadi:
d.

Data penelitian ini dapat dipilah enjadi dua, yakni data utama dan data
penunjang.

4.

Ketidaklengkapan Kalimat
Setidaknya, dalam sebuah kalimat terdapat dua unsur yakni subjek dan

predikat. Sedangkan bila dua unsur tersebut tidak ada maka kalimat tersebut
tidak dikatakan lengkap.

Hal ini terjadi karena penulis tidak mampu

mengendalikan gagasan yang kompleks. Sebagai contohnya adalah
e.

Dalam penelitian ini menemukan hasil baru yang sangat spektakuler.

f.

Bunga api pada busiyang dipergunakan untuk memulai pembakaran
campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder mesin, yang
akhirnya untuk membangkitkan tenaga mekanik.

5.

Kesalahan Kalimat Pasif
Kesalahan ini dapat terjadi ketika penulis merubah kalimat aktif intransitif

menjadi kalimat pasif. Padahal kalimat aktif intrasitif tidak dapat diubah dengan
tetap mempertahankan maknanya sehingga akan terjadi kesalahan dalam
pemahaman. Sebagai contohnya adalah
Aktif Intrasitif:
Penelitian ini berhasil mengungkap berbagai kesalahan manajer.
Pasif:
Berbagai kesalahan manajer berhasil diugkap melalui penelitian ini.
Dari kalimat pasif dalam contoh tersebut timbul pertanyaan. Benarkah yang
berhasil adalah berbagai kesalahan manajer?

15

BAB III
PENUTUP

3.1

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa KTI adalah suatu tulisan

yang membahas permasalahan berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan
metode penulisan sistematis yang telah disepakati, untuk menghasilkan sebuah
pemecahan masalah dan harus bersifat objektif serta empiris. Dan untuk
memberi nilai ilmiah dalam suatu karya ilmiah maka seorang penulis karya ilmiah
harus memperhatikan syarat-syarat dan apa saja karakteristik karya ilmiah. Satu
saja persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka nilai keilmiahannya pun akan
hilang.
Dalam karya ilmiah, bahasa adalah hal yang sangat penting. Ia merupakan
alat untuk menyampaikan informasi, baik melalui lisan ataupun tulisan. Oleh
sebab itu, dalam penggunaannya pun harus mendapat perhatian khusus. Jelas,
lugas, dan tidak boros kata atau kalimat adalah di antara sifat bahasa yang harus
digunakan oleh penulis dalam karya ilmiahnya. Karena kesalahan bahasa dalam
suatu karya ilmiah dapat mengakibatkan gagasan yang diungkapkan tidak
mudah dipahami oleh pembaca, bahkan gagasan pembaca berbeda dengan
gagasan yang dimaksud oleh penulis.
3.2

SARAN
Setelah dipaparkan berbagai hal mengenai KTI, disarankan bagi setiap

penulis karya ilmiah untuk dapat membuat karya ilmiah yang baik dan benar.
Oleh sebab itu, para penulis harus mempelajari segala hal yang berkaitan
dengan karya ilmiah, baik berupa sistematika penulisan atau bahasanya.
Tiada lah manusia yang tak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu, bagi
siapa saja yang meneliti mengenai karya ilmiah nantinya, diharapkan kritik dan
saran atas tulisan ini. Kesempurnaan hanyalah milikNya. Maka tak sepantasnya
bila kesalahan yang telah ada tidak disertai dengan evaluasi setelahnya.

16

3.3

DAFTAR PUSTAKA

Bahdin, Nur Tanjung dan Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis
Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
Ekosusilo, Madyo dan Triyanto, Bambang. 1995. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Dahara Prize.
Dharma, Surya. 2008. “Penulisan Karya Ilmiah” from
https://teguhsasmitosdp1.fileswordpress, (diakses 21 Oktober 2014).
Siahaan, Sudirman. 2012. “Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Pemahaman Tentang
Karya Tulis Ilmiah/Artikel Ilmiah)” from
http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/ (diakses 21 Oktober 2014).

17

18

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147