Contoh Latar Belakang Skripsi Pendidikan

Contoh Latar Belakang Skripsi Pendidikan Matematika
Pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik dan memuaskan adalah
merupakan harapan orang tua peserta didik dan seluruh pihak yang terkait. Namun pada
kenyataannya bahwa harapan tersebut seringkali tidak terwujud, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri, materi pelajaran, guru dan orang tua. Strategi
belajar mengajar yang disiapkan guru paling tidak guru harus menguasai materi yang diajarkan
dan terampil dalam mengajarkan.
Dalam menyiapkan suatu materi pelajaran sampai pada saat pelaksanaannya, guru harus selektif
menentukan strategi belajar yang akan diterapkan. Hal ini tergantung dari pendekatan dan
metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Jadi pendekatan yang perlu
dikembangkan sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan agar
proses belajar mengajar lebih efektif dan efesien adalah metode yang benar-benar melibatkan
siswa secara aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian, seorang guru
tidak hanya dituntut menguasai materi saja, tetapi dituntut untuk mampu mengolah pengajaran
dengan baik, yang mana sangat terkait dengan kemampuan seorang guru untuk menerapkan
model pembelajaran yang tepat terhadap suatu materi.
Salah satu pendekatan yang paling sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah
pendekatan konvensional (ceramah). Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pendekatan
konvensional (ceramah) terdapat fenomena pembelajaran yang hanya berorientasi pada target
penguasaan materi. Salah satu contoh fenomena pembelajaran konvensional (ceramah) adalah
menghapal. Menghapal terbukti berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi gagal dalam

pembekalan anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan pembelajaran metematika tersebut
adalah pemilihan model dan pendekatan pengajaran yang tepat sehingga mampu melibatkan
siswa secara aktif baik fisik, emosi, maupun sosial. Salah satu pendekatan dan model
matematika yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah pendekatan pembelajaran matematika
realistik dengan model kooperatif.
Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap
pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education). RME
menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika
dan bagaimana matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh
dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika
yang sudah jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan
berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka
sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dari berbagai situasi (konteks), yang dirasakan
bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Konsep matematika muncul dari proses
matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkaitan dengan konteks (context-link
solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat
yang lebih formal. Model-model yang muncul dari aktivitas matematika siswa dapat mendorong
terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematik yang lebih tinggi.


Perbedaan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sangat menentukan efektivitas
pelaksanaan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengalami pembelajaran bermakna yang
mendukung peningkatan hasil belajar khususnya mata pelajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengangkat permasalahan dengan judul Keefektifan
Pembelajaran Matematika Realistik pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tinambung
Kabupaten Polewali Mandar.

Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika. Setelah sebelumnya saya menulis beberapa
Judul Skripsi Matematika dan Judul Skripsi Matematika Terbaru, maka kali ini saya akan
memberikan contoh bagaimana cara membuat latar belakang skripsi matematika. Latar Belakang
Skripsi Matematika ini menjadi masalah pokok yang dibahas di awal pembuatan skripsi. Ada
baiknya pembuatannya singkat, padat dan jelas.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa sehingga diperlukan manusia yang utuh, yaitu manusia yang tidak hanya memiliki
pengetahuan dan keterampilan akan tetapi mempunyai kemampuan untuk berpikir rasional kritis
dan kreatif. Sikap kritis dan cara ingin maju merupakan sifat ilmiah yang dimiliki oleh manusia.
Sifat ini menjadi motivator bagi seseorang untuk terus menambah pengetahuan. Jadi untuk dapat
membentuk manusia yang berhasil maka diperlukan penguasaan matematika.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan

formal memegang peranan penting, karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang
sangat mendukung untuk mengkaji IPTEK. Realisasi pentingnya pelajaran matematika diajarkan
pada peserta didik, tercermin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar
untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan matematika maka prestasi belajar matematika setiap sekolah
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Olehnya itu, para siswa dituntut untuk menguasai
pelajaran matematika, karena disamping sebagai ilmu dasar juga sebagai sarana berpikir ilmiah
yang sangat berpengaruh untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diupayakan penguasaan materi kepada peserta
didik yang dianggap masih rendah. Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal dan rendahya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan
semester, maupun UN. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru
memberikan tugas secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi ternyata latihan tidak sepenuhnya
dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.

Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka banyak strategi, model, pendekatan dan metode
pengajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Namun dalam penerapannya,

perlu disadari bahwa tidak setiap metode dan pendekatan sesuai dengan materi yang diajarkan.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sullivan (Upu, 2003:7) yang menyatakan bahwa
pembelajaran matematika di kelas pada umumnya hanya terpusat pada guru yang mengakibatkan
siswa menjadi malas dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran. Ini menunjukkan bahwa
salah satu penyebab kurang berpartisipasinya siswa dalam pengajaran adalah karena penerapan

metode dan pendekatan mengajar yang kurang tepat. Padahal pemilihan strategi, model, metode,
dan pendekatan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Keera, dari hasil
wawancara dengan guru bidang studi matematika, dikatakan bahwa hasil belajar matematika
siswa kelas VIII masih rendah, hal ini dapat dilihat dari salah satu nilai rata-rata ulangan harian
siswa, semester genap tahun ajaran 2010/2011 yaitu 56,59. Padahal kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang ditentukan adalah 63. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diant aranya metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran
masih berpusat pada guru, akhirnya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga
mereka tidak terlatih berpikir kreatif dalam menemukan jawaban sendiri dalam pemecahan
masalah matematika.
Dari uraian permasalahan di atas, diperoleh bahwa umumnya siswa hanya terbiasa mengerjakan
model soal yang keterangannya terperinci, seperti pada contoh di atas. Sehingga dengan mudah
siswa langsung menggunakan rumus. Hal ini disebabkan oleh karena siswa tidak menguasai atau

memahami konsep dasar bagaimana proses menemukan rumus tersebut. Sebagian siswa hanya
menghafal rumus, sehingga saat model soal sedikit diubah padahal maknanya sama, siswa
akhirnya tidak dapat menyelesaikannya. Sewaktu duduk di bangku sekolah dasar, siswa memang
langsung dihadapkan pada rumusnya. mereka tidak mengetahui bagaimana proses rumus itu
diperoleh.
Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika

Jadi, berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mencoba menerapkan suatu strategi
pembelajaran yang dianggap lebih efektif untuk meningkatkan kualitas belajar dan pemahaman
konsep khususnya dalam pokok bahasan lingkaran. Strategi pembelajaran yang dianggap tepat
adalah strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada proses
menemukan. Melalui strategi pembelajaran inkuiri, siswa diharapkan mampu mengetahui
bagaimana proses menemukan rumus luas dan keliling lingkaran. Sehingga pada akhirnya siswa
mampu mengerjakan berbagai model soal yang berkaitan dengan luasan dan keliling lingkaran.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa agar merasa ikut ambil bagian dan berperan
aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang
diberikan oleh guru.

Strategi pembelajaran inkuri dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan
sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri
terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan
mengurangi bahkan menghilangkan rasa takut terhadap matematika yang banyak dialami para
siswa.

Dengan dasar pemikiran itulah peneliti termotivasi untuk melaksanakan penelitian tentang
“Peningkatan Kualitas Belajar Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada
Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Keera”. Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika.

latar belakang masalah
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pengalaman belajar diberbagai lingkungan yang berlangsung
sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Karena dalam
pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang
diperlukan. Oleh sebab itu, pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cirinya adalah dimilikinya kemampuan
berpikir kritis.Matematika merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang dapat
melatih siswa untuk berpikir kritis. Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika sekolah,
matematika sekolah berperan: (1) untuk mempersiapkan anak didik agar sanggup

menghadapi perubahan-perubahan didalam keadaan didalam kehidupan dunia yang
senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional,
kritis dan cermat, objektif, kreatif, efektif, dan diperhitungkan secara analisis sintesis. (2)
untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam
kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan. Yang dimana peran
matematika tersebut diatas diwujudkan dalam kegiatan belajar-mengajar, yang bertujuan
agar: (1) siswa memahami pengertian-pengertian matematika, memiliki keterampilan
untuk menerapkan pengertian tersebut baik dalam matematika sendiri, mata pelajaran
lainnya, maupun dalam kehidupan sehari-hari, menyadari dan menghargai pentingnya
matematika dan meresapi konsep struktur, dan pola dalam matematika. (2) siswa memiliki
pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian matematika, memiliki kemampuan
menganalisa dan menarik kesimpulan, serta mamiliki sikap dan kebiasaan berpikir logis,
kritis dan sistematis, bekerja cermat, tekun dan bertanggung jawab.Kemampuan berpikir
kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja serta membantu dalam
menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Orang yang
berpikir kritis dapat memberikan jawaban atau argumen yang logis berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis sangat
dibutuhkan dalam pemecahan atau pencarian solusi terhadap permasalah yang
berkembang. Pentingnya berpikir kritis bagi kehidupan suatu bangsa adalah adanya
sumber daya masyarakat berkualitas yang dapat memberikan solusi terbaik dalam

menyelesaikan permasalahan yang ada. Karena kemampuan berpikir kritis sendiri adalah
menelaah, menganalisis, dan mengorganisasikan informasi yang diterima kemudian
diperiksa dan dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki
sebelumnya sehingga mampu memberikan kesimpulan terhadap informasi tersebut
dengan alasan yang tepat.Menurut Halpen (Komarudin, 2010), berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses
tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan,
dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif
dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasimempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa

faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed
thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.Dalam pemaparan
diatas, dibutuhkan sebuah inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Sebuah pembelajaran
yang berorientasi pada proses dan produk matematika, kegiatan belajar yang bermakna,
mendorong siswa aktif dalam membangun, menemukan, dan menerapkan
pengetahuannya, melatih komunikasi dengan guru maupun siswa lain melalui kegiatan
diskusi, serta mengembangkan pengetahuannya untuk memecahkan permasalahanpermasalahan baru. Salah satu alternative solusi yang dapat digunakan adalah dengan
penggunaan strategi pembelajaran REACT dalam proses pembelajaran. REACT

merupakan strategi pembelajaran yang memunculkan lima strategi yaitu Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring.Relating berarti menghubungkan
dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Experiencing berarti
memberikan pengalaman belajar siswa melalui kegiatan membangun dan menemukan
pengetahuannya sendiri. Applying berarti menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Cooperating berarti mendiskusikan teknik,
metode strategi dan solusi yang telah diperoleh. Transferring berarti menggunakan
pengetahuannya pada konteks permasalahan baru (Crawford, 2001).
Melalui strategi REACT, siswa dapat memperdalam pemahaman, menumbuhkan sikap
saling menghargai dengan siswa lain, mengembangkan sikap kebersamaan,
mengembangkan keterampilan, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(Crawpord, 2001).Ketidaksenangan siswa kelas VII SMPN 1 Telagasari terhadap pelajaran
matematika kemungkinan disebabkan oleh sukarnya memahami pelajaran matematika
dan juga desain pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Ketidaksenangan terhadap
mata pelajaran matematika dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar matematika
siswa SMPN 1 Telagasari. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kemampuan analisis siswa
SMPN 1 Telagasari terhadap suatu permasalahan. Siswa terbiasa memperoleh informasi
dengan instan yang tidak mendukung terlatihnya kemampuan analisis.
Permasalahan lainnya yang timbul di lapangan yaitu di SMPN 1 Telagasari adalah
meskipun para siswa mendapatkan nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran,

namun mereka kurang mampu menerapkan apa yang diperolehnya, baik berupa
keterampilan, pengetahuan, maupun sikap kedalam situasi yang lain. Didukung kemajuan
ilmu pengetahuan saat ini, diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan di lingkungan
pendidikan yang mengarahkan pembelajaran ke dalam situasi berpikir kritis. Banyak
yang beranggapan bahwa berpikir kritis memerlukan suatu tingkat kecerdasan yang tinggi
dan sulit.Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah
pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika melalui
strategi pembelajaran REACT yang dituangkan dalam judul Pengaruh Strategi
Pembelajaran REACT Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMPN 1
Telagasari Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang.



Beranda



About




Artikel



Biodata



Foto



Materi Kuliah

« Pembelajaran Matematika dengan Tugas Bentuk Superitem
Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing »
23 Nov

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Posted 23 November 2009 by madfirdaus in Kompetensi Matematika. 2 Komentar
Oleh: Ahmad Firdaus
A. Pengertian dan Hakekat Pemecahan Masalah
Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya
pendapat Polya (1985) yang banyak dirujuk pemerhati matematika. Polya mengartikan
pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai
suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sementara Sujono (1988) melukiskan
masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian
dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan penjelasan Sujono tersebut maka sesuatu
yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin tidak merupakan masalah bagi orang lain
atau merupakan hal yang rutin saja.
Ruseffendi (1991b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi
seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada
saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain
Ruseffendi (1991a) juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi
seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu
menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya; terlepas daripada
apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan
pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.
Lebih spesifik Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika

dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji
konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan
masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical
power) terhadap siswa.
Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagné,
dkk (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya.
Gagné, dkk (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan
aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah
menguasai aturan dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat
dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Setelah itu untuk memahami konsep
konkrit diperlukan keterampilan dalam memperbedakan.
Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digolongkan Gagné berdasarkan tingkat
kompleksitasnya dan disusun dari operasi mental yang paling sederhana sampai pada tingkat
yang paling kompleks. Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digambarkan oleh Gagné,
dkk (1992) secara hierarki seperti pada Gambar 1.
PEMECAHAN MASALAH
|
melibatkan pembentukan
|
ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI
|
membutuhkan prasyarat
|
ATURAN dan KONSEP-KONSEP TERDEFINISI
|
membutuhkan prasyarat
|
KONSEP-KONSEP KONKRIT
|

membutuhkan prasyarat
|
MEMPERBEDAKAN
|
Gambar 1. Tingkat-tingkat Kompleksitas
|
dalam Keterampilan Intelektual
Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka pemecahan masalah
dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan
dalam mencapai tujuan. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah merupakan
persoalan-persoalan yang belum dikenal; serta mengandung pengertian sebagai proses berfikir
tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Bahkan
tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi. Tuntutan akan kemampuan
pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai
kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang
sesuai.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga
oleh Branca (1980),
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti
dan utama dalam kurikulum matematika .
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam memecahkan
persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya
kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.
Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika,
berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikannya daripada hanya sekedar hasil. Sehingga keterampilan
proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi

kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemam-puan yang tidak mudah dicapai,
akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan masalah ini
hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan hal ini, Ruseffendi
(1991b) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada
siswa,
(1)

dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif.

(2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan
adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar;
(3)
dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat
menambah pengetahuan baru;
(4)

dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;

(5) mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan
sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi tehadap hasil pemecahannya;
(6) merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang
studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.
B. Langkah-Langkah Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika
Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Dewey dan Polya.
Dewey (dalam Rothstein dan Pamela 1990) memberikan lima langkah utama dalam
memecahkan masalah,
1) mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah jika bukan
merupakan masalah; 2) mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekan-kan
pentingnya definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian; 3)
mengembangkan beberapa hipote-sis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan
masalah; 4) menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kele-mahan dan kelebihan hipotesis; 5)
memilih hipotesis yang terbaik.
Sebagaimana Dewey, Polya (1985) pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap
langkah pemecahan masalah. Proses tersebut terangkum dalam empat langkah berikut: 1)
memahami masalah (understanding the problem). 2) merencanakan penyelesaian (devising a
plan). 3) melaksanakan rencana (carrying out the plan). 4) memeriksa proses dan hasil (looking
back).
Lebih jauh Polya merinci setiap langkah di atas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun
seorang problem solver menyelesaikan dan menemukan jawaban dari masalah. Sebagai contoh
pada langkah memahami masalah diajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang tidak diketahui?

Data apa yang diberikan? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
hubungan lainnya? Buatlah gambar dan tulislah
notasi yang sesuai.
Pada langkah merencanakan penyelesaian diajukan pertanyaan di antaranya seperti: Pernah
adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang lama
digunakan dalam masalah yang sekarang?
Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan: Periksalah bahwa tiap langkah sudah
benar? Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar? Dalam langkah
memeriksa hasil dan proses, diajukan pertanyaan: Dapatkah diperiksa sanggahannya? Dapatkah
jawaban itu dicari dengan cara lain?
Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan strategi heuristik.
Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh banyak orang dalam
penyelesaian masalah matematika.
Berangkat dari pemikiran yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk menyelesaikan
masalah diperlukan kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan kemampuan
melakukan hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Pada sisi lain berdasarkan
pengamatan Soleh (1998), salah satu sebab siswa tidak berhasil dalam belajar matematika selama
ini adalah siswa belum sampai pada pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat
menjelaskan hubungan antar konsep. Hal itu memberikan gambaran kepada kita adanya
tantangan yang tidak kecil dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika.
Daftar Pustaka:
Branca, N.A (1980). Problem Solving as a Goal, Process and Basic Skill. Dalam Krulik,S dan
Reys,R.E (ed). Problem Solving in School Mathematics. NCTM: Reston. Virginia
Gagné,R.M, Briggs, L.J dan Wager, W.W (1992). Principles of Instructional Design (4nd ed).
Orlando: Holt, Rinehart and Winstone, Inc.
Polya, G (1985). How to Solve It . A New Aspect of Mathematical Method (2nd ed).
Princeton, New Jersey : Princeton University Press.
Rothstein dan Pamela,R (1990). Educational Pyschology. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Ruseffendi,E.T (1991a). Pengantar kepada Membantu Guru Mengem-bangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Ruseffendi,E.T (1991b). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam
Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tidak diterbitkan.
Soleh,M (1998). Pokok-Pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta: Depdikbud

Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo,U, Dedy, E dan Rahmat (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan
Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA. Laporan Hasil Penelitian FPMIPA
IKIP Bandung

PENGERTIAN KREATIVITAS DAN TEORI KREATIVITAS
PENDAHULUAN :
A. PENGERTIAN KREATIVITAS

Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga
kini hanya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal itu disebabkan adanya
kesulitan metodologi dan karena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu
faktor bawaan individual sehingga hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk
mengendalikannya.
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya ;

a.
Utami Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum
untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya.

b.
Imam Musbikin (2006 : 6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide,
melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan
memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru
untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab.
c.
Mangunhardjana (1986 : 11) adalah kegiatan yang mendatangkan hasil
yang sifatnya berguna (useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah,
mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau
banyak.

d.
Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara
tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
e.
Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

f.
Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005 : 15)
mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya
eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas,
diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.

g.
Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa
kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas
individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam,
dan dengan orang lain.

h.
Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press,
Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang
melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan
(Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

i.
Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole
personality on the environment in an unique and characteristic way”. Dimana
tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi
dengan lingkungannya.

j.
Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasikombinasi baru yang mempunyai makna social.

k.
Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati
adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan
menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan
akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan
makna dari kreativitas penulis mengambil kesimpulan bahwa kreativitas adalah
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat
diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat.

Adapun Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat
didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi
Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :

1.
Definisi kreativitas dalam dimensi Person. Definisi pada dimensi person adalah
upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari
individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are
characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk,
2001). “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the
environment in an unique and characteristic way
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang,
hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa
tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi
dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus
pada segi pribadi.

2.
Kreativitas dalam dimensi Process. Definisi pada dimensi proses upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga
memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self
in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam
Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas
adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada
definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Dari pendapat diatas kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak
manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih
inovatif dan variatif (divergensi berpikir).

3.
Definisi Kreativitas dalam dimensi Press. Definisi dan pendekatan kreativitas
yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri
berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif,
maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson
(1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal
dengan rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his
power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan
fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang

berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang
terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

4.
Definisi Kreativitas dalam dimensi Product. Definisi pada dimensi produk
merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa
yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah
elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something
new into existence” (Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti
yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula
menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai
makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu
yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan
makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi
saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai
definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli.

Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas
peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang
orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.

B. KONSEP DASAR KREATIVITAS BERDASAR 4 P

Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli
dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa
mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua
dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan
dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
Pribadi

Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan
kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :


Memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat,
minat, maupun keinginan.



Menghargai keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan
mengharapkan hal-hal yang sama antara satu anak dengan anak lainnya,
karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas juga
merupakan sesuatu yang unik.



Jangan membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat,
bakat, kelebihan serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah
kekurangan anak dan kembangkanlah bakat dan kelebihan yang dimilikinya.

Pendorong
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam
mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya
berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :


Berilah fasilitas dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui
mainan-mainan yang bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balokbalok susun, lego, mainan alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan
mainan yang tinggal pencet tombol atau mainan langsung jadi.



Ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan
memberikan susana aman dan nyaman.



Hindari membatasai ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada
barang-barang yang pecah atau rusak, karena cara ini justru bisa memasung
kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau mengalah dengan
menyimpan dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang aman,
atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak
bebas berkreasi.



Disiplin tetap diperlukan agar ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.

Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan
kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara
kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok,
merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:


Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan
tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.



Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai
dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini
justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.



Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar
anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara
seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.”
Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai
lingkungannya

Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa
dilakukan:


Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.



Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau tempat-tempat lain yang
memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga karena
karyanya dihargai.

TEORU MENGENAI KREATIVITAS :
C. TEORI PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF :

a. Teori Psikoanalisa

Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang
biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai
seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan
memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:

Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang
merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang
tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya
mekanisme pertahanan merintangi produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan
mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme
sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.

Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke
perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak
berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.

Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat
penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk
oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul
penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang
menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis
tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas
pada usia lima tahun pertama.
Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar
yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan
Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang
tertinggi.

Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah
keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai
dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk
‘bermain’ dengan konsep-konsep.

C.

Teori Cziksentmihalyi

Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis
(genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap
warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi
pemusik.

a.

Minat pada usia dini pada ranah tertentu:

Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu,
sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.

b.

Akses terhadap suatu bidang:
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang
diminati sangat membantu pengembangan bakat.

c.

Access to a field:
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh
penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir,
mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang
diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orangorang penting.
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk
menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang
perlu untuk mencapau tujuannya.
D. KESIMPULAN
Kreativitas merupakan usaha melibatkan diri pada proses kreatif yang didasari oleh
intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi, juga merupakan kemampuan
untuk menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru.
Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli
dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa
mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua
dalam mengembangkan kreatifitas tersebut.
Teori pembentukan pribadi kreatif didasari oleh 3 teori yaitu psikoanalisa,
humanistic dan Cziksentmihalyi.
KELOMPOK :
- Amalia Kusuma Wardhani.
- Sharah Hanifah.
- Yanuar Dimas.
REFERENSI :
Munandar,Utami. 2004. “Pengembangan Emosi dan Kreativitas”. Jakarta ; Rineka

Cipta
M.M Sutopo, Tjetjep.2005.”Pengembangan Kreativitas Anak”.Bandung:Depdiknas
Basuki, Heru. 2006. “pengembangan kreativitas” melalui,
http://www.heru.staff.gunadarma .ac.id
Winkel, W. S. 2004. “Psikologi Pengajaran” . Yogyakarta: Media Abadi
S.pd,Trihardiyanti.2005.”Perekembangan Aktivitas Anak Melalui Pembelajaran
Bermasalah”Melalui (http://binatalenta.com)

Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya
ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude
maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan
semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak
pengertian kreativitas, misalnya ada yang mengartikan kreativitas sebagai upaya melakukan
aktivitas baru dan mengagumkan. Di lain pihak, ada yang menganggap bahwa kreativitas adalah
menciptakan inovasi baru yang mencengangkan.

Pengertian Kreativitas
Berikut ini kami sajikan beberapa pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli:


Pengertian Kreativitas Menurut Widayatun: Kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptif
fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.



Pengertian Kreativitas Menurut James R. Evans: Kreativitas adalah keterampilan
untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek perspektif baru, dan membentuk
kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran



Pengertian Kreativitas Menurut Santrock: Kreativitas adalah kemampuan untuk
memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk
mendapatkan solusi-solusi yang unik.



Pengertian Kreativitas Menurut Semiawan: Kreativitas adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude,
seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari
pengalaman-pengalaman baru.



Pengertian Kreativitas Menurut Munandar: Kreativitas adalah kemampuan untuk
mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan
operasional anak kreatif.

Sekian uraian tentang Pengertian Kreativitas Menurut para Ahli, semoga bermanfaat.

Referensi:


Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Psikologi
Pengertian Kreativitas adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling
tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang
dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi
(ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).

Definisi Kreatifitas
Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education)
(dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil
yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan
kreativitas adalah:
“the achievement of something remarkable and new, something which transforms
and changes a field of endeavor in a significant way . . . the kinds of things that
people do that change the world.”

Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang
diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan
(kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi
(dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu
tindakan, ide, atau
produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.

Rhodes (dalam Munandar, 2009) menganalisis lebih dari 40 definisi tentang
kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam
istilah pribadi (person), proses, produk, dan lingkungan yang mendorong (press)
individu ke perilaku kreatif. Berikut beberapa definisi tentang kreativitas
berdasarkan empat P, menurut para pakar:

a) Definisi Pribadi

Menurut Hulbeck (dalam Munandar, 2009) Tindakan kreatif merupakan hal muncul
dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of
creativity” oleh Stenberg (dalam Munandar, 2009), yaitu kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: inteligensi, gaya kognitif, dan
kepribadian.

b) Definisi Proses
Definisi proses dikemukakan oleh Torrance (dalam Munandar, 2009) yang pada
dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu proses
merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan, membuat
dugaan dan
memformulasikan
hipotesis,
merevisi
dan
memeriksa
kembali
hibgga
mengkomunikasikan hasil.

c) Definisi Produk
Baron (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut
Haefele (dalam Munandar, 2009) kreativitas adalah kemampuan membuat
kombinasi-kombinasi baru. Rogers (Munandar,2009) menekankan produk kreatif
harus bersifat observable, baru, dan merupakan kualitas unik individu dalam
interaksi dengan lingkungannya.

d) Definisi Press
Definisi Simpson (dalam Munandar, 2009) merujuk pada aspek dorongan internal,
yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai inisiatif yang dihasilkan individu
dengan kemampuannya untuk mendobrak pemikiran yang biasa.

Guilford (dalam Purwanto, 2008) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah
satu operasi mental dalam model struktur intelektual yang dinamakan kemampuan
berpikir divergen. Oleh karena intelegensi dalam struktur intelektual Guilford
mempunyai tiga dimensi yaitu operasi, bahan dan produk

a) Operasi

Proses atau operasi berpikir dalam struktur intelektual Guilford mempunyai lima
faktor, yaitu kognisi, memori, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan evaluasi.
Dari segi operasi, kreativitas berpikir adalah kemampuan menghasilkan secara
divergen yang
merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur
intelektual Guilford. Kreativitas melibatkan berpikir divergen yang merupakan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan tidak biasa.
Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir yang mampu
menghasilkan jawaban yang bervariasi dari suatu masalah. Dalam berpikir
divergen, pemikiran menyimpang dari jalan yang telah dirintis sebelumnya dan
mencari variasi. Pemikiran melampaui dari apa yang jelas dan nyata,
mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah,
bukan hanya satu penyelesaian yang benar. Dalam memecahkan masalah, pemikir
divergen mengajukan beberapa solusi. Dengan kemampuan itu, dia mampu
menghasilkan sesuatu yang berbeda

b) Bahan
Dalam model struktur intelektual Guilford, intelegensi mengolah bahan berupa
figural, simbol, semantik dan perilaku. Proses berpikir divergen hanya mengolah
bahan berupa figural dan simbolik, sehingga kreativitas berpikir mempunyai dua
jenis konten yaitu figural atau visual dan simbolik