Makalah Bahasa Indonesia DELLA. docx

MAKALAH
BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA
NASIONAL DAN BAHASA NEGARA

OLEH
NAMA: DELLA FUSPITHA SYAM
NIM:105611112216

S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB 1 BAHASA INDONEIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL DAN BAHASA NEGARA
1.
2.

3.
4.

ASAL MULA BAHASA INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA
POLITIK BAHASA NASIONAL
KEDUDUKAN DAN FUNGSI
RAGAM BAHASA INDONESIA

BAB 2 EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
1.
2.
3.
4.

PEMAKAIAN HURUF
HURUF KAPITAL ATAU HURUF BESAR
PENULISAN KATA
PEMAKAIAN TANDA BACA

DAFTAR PUSTAKA


Kata Pengantar

Penulis memanjatankan puji syukur kepada yang maha kuasa atas segala rahmat
dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat disusun sebagaimana adanya.
Makalah ini berisikan tentang BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA
NASIONAL DAN BAHASA NEGARA atau yang lebih khususnya membahas
mengenai Sejarah Bahasa Indonesia ini, Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua, pada khususnya
mahasiswa/mahasiswi Universitas Muhammadiyah Makassar tentang Sejarah
Bahasa Indonesia.
Kami menyadari bahwa ,makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dalam kesempatan ini penulis
juga ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada pihak kampus yang
sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini.
Tidak lupa juga kepada teman-teman yang selalu menemani, membantu dan
mensuport selama pembuatan makalah ini. Maka, makalah ini dapat
terselesaikan tidak lepas dari kerjasama dari semuanya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Terima Kasih

ABSTRAK

Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan sesuatu, alat berkomunikasi untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep dan perasaan. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional Negara Indonesia, seluruh warga negara kesatuan
Republik Indonesia sudah seharusnya mengetahui, mempelajari, dan mendalami
serta menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Yang paling penting kita
sebagai warga Negara Indonesia seharusnya bangga terhadap bangsa sendiri
Dengan merealisasikan Bahasa Indonesia tersebut. Sehingga adanya penerapan
Penggunaan Bahasa Indonesia oleh diri kita di dalam masyarakat, bangsa dan
negara, kita dapat mengetahui hal–hal yang sebelumnya kita tidak tahu menjadi
tahu.

BAB 1


BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL DAN BAHASA NEGARA
A. Asal Mula Bahasa Indonesia dan Perkembangannya
Bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu. Yang pada
awalnya adalah salah satu bahasa daerah diantaranya berbagai bahasa daerah di
kepulauan Indonesia. Bahasa Melayu sebagai bahasa daerah dituturkan oleh suku Melayu
yang mendiami pesisir timur pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, dan pesisir barat
Kalimantan oleh Steinhaver dinyatakan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa yang
kurang berarti.
Para ahli bahasa mengemukakan berbagai alas an-alasan tentang proses perkembangan
bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia. Proses perkembangan bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia (nasional) didasari beberapa faktor:
1. Bahasa Melayu mempunyai sejarah panjang sebagai Lingua Franca
 Abbas Husain menyebutkan bahwa jauh sebelum Negara Kesatuan Republik
Indonesia lahir, bahasa Melayu telah menjadi bahasa pergaulan(lingua franca). Di
Kepulauan Nusantara baik antara warga baik itu suatu suku atau ethnic (norma
intrantnik) maupun sebagai bahasa pergaulan antar bangsa terutama untuk
kawasan Asia Tenggara (normasupranasional)
2. Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan pada dua kerajaan besar
 Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit adalah dua buah kerajaan yang sangat
terkanl di kawasan Nusantara pada abad yang lalu. Bahasa resminya adalah salah

satu diantaranya bahasa Melayu
3. Bahasa Melayu sebagai bahasa perjuangan
 Secara psikologis, seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia menerima dengan
suka rela bahasa Melayu menjadi bahasa nasional pada waktu dicetuskannya
Sumpah Pemuda 1928. Mereka menyadari bahwa dengan bahasa Melayu dapat
dipupuk rasa persatuan bangsa.
4. Bahasa Melayu mudah dipelajari dan dikembangkan
 Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan susunan
yang sederhana serta luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya yang
berlaku pada bidang tata bunyi (fonologis),bentuk kata (morfologis), dan
tatakalimat (sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat untuk menerima pengaruh
dari bahasa lain, tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya. Unsure-unsur bahasa lain
yaitu:
- Bahasa Sansekerta: Negara, raja, bangsa, permaisuri, agama
- Bahasa Arab: zakar, zina, arwah, ibadah, amal
- Bahasa Belanda: lampu, buku, sekolah, rel, sopir
- Bahasa Inggris: formal, informal, actual, studi, tim
B. Politik Bangsa Indonesia
1. KebijaksanaanNasional
Politik bahasa nasional adalah kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan,

pengarahan,dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar pengelolahan

keseluruhan masalah kebahasaan. Masalah kebahasaan di Indonesia merupakan
jalinan dari (1) masalah bahasa nasional,(2) masalah bahasa daerah, (3) masalah
pemakaian dan pemanfaaatan bahasa asing tertentu.
2. Bahasa Nasional dan Bahasa Resmi
Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928, dan yang terdapat dalam UUD 1945 bab IV, pasal 36,
serta yang dirumuskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan pada tahun 1954,
danpada tanggal 18 Agustus 1945 bahasa nasional/bahasa Indonesia diresmikan
sebagai Bahasa Resmi Negara RI.
3. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa yang disamping bahasa nasional yang dipakai sebagai
bahasa perhubungan intradaerah di Wilayah Republik Indonesia.
4. Bahasa Asing
Bahasa asing untuk indonesia adalah semua bahasa kecuali bahasa Indonesia, Melayu
dan bahasa daerah.
C. Kedudukan dan Fungsi
Salah satu masalah kebahasaan yang perumusan dan dasar penggarapan perlu dicakup
oleh kebijaksanaan nasional di dalam bidang kebahasaan adalah kedudukan dan fungsi

bahasa-bahasa yang ada di Indonesia
1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan
ini dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak dicetuskannyaSumpah Pemuda, dan
dimungkinkan bahwa bahasa Melayu yang menjadi cikalbakal bahasa Indonesia telah
dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara.
Di dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambing kebanggaan nasional, (2) lambing identitas nasional, (3) alat pemersatu
berbagai warga masyarakat yang berbeda latar belakang social budaya dan bahasanya,
(4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Sedangkan kedudukan sebagai
bahasa Negara, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi didalam
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintahan ,(4) bahasa resmi di pengembangan kebudayaan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah
Bahasa daerah berfungsi sebagai (1) lambing kebanggaan daerah, (2) lambing
identitas daerah, (3) alat perhubungan di dalam keluarga danmasyarakat daerah.
Sedangkan dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi

(1) pendukung bahasa Indonesia, (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daera
tertentu, (3) alat pengembangan dan pendukung kebudayaan daerah
3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing

Dalam kedudukannya dengan bahasaindonesi, bahasa asing seperti Arab, Inggris,
Prancis dan bahasa-bahasa lainnya selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah,
berkedudukan sebagai bahasa asing
Bahasa asing berfungsi sebagai (1) alat penghubung antarbangsa, (2) alat bantu
pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, (3) alat pemanfaatan ilmu
pengetehuan dan teknologi modern untuk pengembangan nasional

BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Ejaan yang disempurnakan yang lebih dikenal sebagai EYD adalah bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972 yang ditetapkan Presiden Republik Indonesia pemakaiannya dalam
penggunaan dan pemakaian bahasa Indonesia.
Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia sebelum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
(EYD) yakni:
1. Ejaan Van Ophuisjen berlaku sejak tahun1901


2. Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik berlaku sejak 1947
3. Ejaan Melindo (MelayuIndonesia) pernah ditetapkan pemberlakuannya tetapi
tidak pernah digunakan, dan
4. Ejaan yang disempurnakan (EYD) berlaku sejak 1972
A. Pemakaian Huruf
1. Pemenggalan kata
a. Jika ditengah ada kata vokalyang berurutan, pemenggalan dilakukan
diantara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-in
b. Jika ditengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, di antara dua buah huruf vokal pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan misalnya: ba-pak
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berturut-turut,
pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan
huruf konsonan tidak pernah diceraikan, misalnya: man-di
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua,misalnya: in-stru-men
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya
ditulisserangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada

pergantian baris, misalnya: makan-an, me-ra-sa-kan, pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar padakata turunan sedapa-dpatnya tidak dipenggal
b. Akhiran –I tidak dipenggal
c. Pada kata yeng berimbuhan sisipan, pemenggalankata dilakukan
sebagai berikut, misalnya: Te-lun-juk, ge-li-gi
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsure yang lain, pemenggalan dapat
dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsure gbungan
itu sesuai dengan kaidah 1a 1b 1c dan 1d diatas. Misalnya: kilo-gram,
pasca-panen, bio-grafi
4.
B. Huruf Besar atau Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat, misalnya: Dia mengantuk
2. Huruf kapital atau huruf besar sebagai huruf pertama petikan langsung,
misalnya: Adiknya bertanya, “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital biasanya dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci termasuk kata
ganti Tuhan, misalnya: Allah,Yang Maha Pengasih.


4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang, misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikut dengan
nama orang, misalnya: Tahun ini ia pergi naik haji.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yangdiikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, misalnya: Wakil
Presiden Jusuf Kalla, Perdana Mentri Nehru
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang,
misalnya: Amir Hamzah
8. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsure jabatan dan
pangkatyang tidak diikuti nama orang atau nama tempat, misalnya:
Siapakah gubernur yang dilantik itu?
9. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran, misalnya: mesin
disel.
10. Huruf kapital sipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa
dan bahasa, misalnya: bangsa Indonesia
11. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan, misalnya:
mengindonesiakan kata asing
12. Hurufkapital dipakai sebagai huruf pertama nama bulan, tahun, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah, misalnya: tahun Hijriah, tahaun
Masehi
13. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama, misalnya: Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanya
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, misalnya:
Asia Tenggara
15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri,misalnya: berlayar ke teluk, mandi di
kali
16. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis, misalnya: garam inggris, gula jawa
17. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama Negara,
lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi kecuali kata seperti dan, misalnya: Republik Indonesia, Majelis
PermusyawaratanRakyat
C. Penulisan Kata
1. Kata dasar ditulis sebagai suatu kesatua, contoh: Buku ini sangat tebal

2. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya, contoh: membeli,
dikelola
3. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, maka imbuhan ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuri atau mendahuluinya,
contoh: Air matanya menganak di sungai
4. Jika gabungan kata mendapat konfiks maka unsur gabungan kata
ditulis serangkai dengan imbuhannya, contoh: Menggarisbawahi
5. Kata ganti ku, mu, kau dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, contoh: Apa yang kumiliki boleh kauambil
6. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya, contoh: Saya pergi ke sana mencarinya ternyata dia ada
di sini
7. Partikel lah, kah, dan tah, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya, contoh: Apakah yang tersirat dalam puisi itu?
8. Parikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, contoh: Apa
pun yang dimakannya, ia tetap kurus juga
9. Gabungan kata termasuk kata majemuk bagian bagiannya ditulis
terpisah, contoh: daur ulang, duta besar, kantor pos
10. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dansudah
senyawa harus ditulis serangkai, contoh, daripada, barangkali,
matahari
11. Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kata yang mengandung arti penuh ditulis serangkai, contoh:
amoral, antarbangsa, antarkota.
D. Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada:
a. Akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan, contoh: Anwar
datang dari Jakarta
b. Memisahkan angka, jam, menit, detik, yang menunjukkan waktu,
contoh: Fitri tiba dari Australia pukul 08.46.20
c. Memisahkan angka ribuan dengan kelipatannya yang menyatakan
jumlah, contoh: Desa itu berpenduduk 25.800 jiwa
d. Di antara nama penulis, judul tulisan, contoh:Siregar, Merari 1920.
Azab dan Sengsara.balai Pustaka
2. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai pada:
a. Untuk memisahkan unsur dalam suatu pemerian, atau
pembilangan, contoh: Evi membeli kertas, pena, dan tinta
b. Untuk memisahkan kalimat serta yang mendahului kata tetapi,
melainkan, contoh: Fifi mau datang, tetapi hari hujan
c. Jika anak kalimat mendahului induk kalimat, contoh: Karena
sibuk, Seto lupa akan janjinya

d. Memisahkan petikan langsungdari bagian laindalam kalimat,
contoh: Kata Ivan, “Saya gembira sekali”.
e. Untuk mengantarai nama dan alamat, bagian-bagian alamat,
tempat dan tanggal, nama wilayah atau negeri yang ditulis secara
berurutan, contoh: Untuk Rishian Nugroho, jalan Gunung
Bawakaraeng 125 Makassar
f. Memisahkan bagian nama depan dengan gelar dalam daftar
pustaka, contoh:Alisyahbana, Sultan Takdir. 1949. Semantik.
Jakarta: P.T Pustaka Rakyat
g. Memisahkan bagian nama dengan gelar akademik yang
mengikutinya, contoh: Ahmad Arfandi, S.E
h. Angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen, contoh: Jarak
antara rumahku dan rumahnya adalah 12,5 m.
i. Mengapitketerangan tambahan, contoh: Rahmat, siswa yang cerdas
itu, pindah ke Bandung
j. Tanda koma tidak dipakai pada petikan langsung bila akhir
kalimatnya diikuti oleh tanda seru atau tanda Tanya,
contoh:”Berdiri dengan tegap!” perintahnya
3. Tanda Titik Dua ( : )
a. Akhir suatu pernyataan yang diikuti oleh pemerian, contoh:yang
kita butuhkan adalah benda-benda seperti: kursi, meja, dan lemari
b. Ungkapan yang memerlukan pemerian, contoh:
Ketua: A. Nurul Falah IsjarSyamsuri
Sekretaris: Muh. Erwin
Bendahara: Adnan
c. Teks drama seperti petunjuk pelaku dalam percakapan, contoh:
Andis: (membuka buku-buku) “Buku siapa ini Nur?”
Nur: (melihat buku tersebut) “Oh, bukunya teman yang baru
pindah dari Jakarta
d. Antara jilid atau nomer dan halaman, di antara bab dan ayat dalam
kitab suci, di antara judul dan anak judul dalam suatu karangan,
serta nama kota dan penerbit suatu buku, contoh: Hidayatulla,
(1989), 27:9
4. Tanda Tanya (?)
a. Akhir kalimat Tanya, contoh: Mengapa Fajar tidak ikut?
b. Untuk menanyakan kalimat yang disanksikan atau kurang
meyakinkan, contoh: Uangnya lima juta hilang?
5. Tanda Petik (‘’)
a. Petikan langsung dari pembicaraan atau naskah lain, contoh: “
Tunggu sebentar,” kata Fuad
b. Mengapit judul syair atau karangan yang dipakai pada kalimat,
contoh: Bacalah “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 27 buku ini

c. Mengapit ungkapan yang mempunyai arti khusus, contoh: Karena
rajin membaca, Kiki mendapat julukan “Si kutu buku”
6. Tanda Garis Miring (/)
a. Pemisahan nomer surat dengan kode serta tahun, nomer lengkapan
pada alamat, serta penandaan satu tahun yang terbagi dua tahun
takwin, contoh: Jalan Perintis Kemerdekaan VII/69
b. Pengganti kata “atau” dan tiap, contoh: Harga barang itu Rp.
2.500/buah
7. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) contoh:
Anto ‘kan datang nanti
Malam’lah baru tiba
8. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalmiat yang sejenis dan setara, contoh: Malam makin larut;
pekerjaan belum selesai juga
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk,
contoh: Ayah mengurus tanamannya dikebun itu; Ibu sibuk bekerja
di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik mendengaran siaran “Pilihan Pendengar”
DAFTAR PUSTAKA
https://dibustom.wordpress.com/.../pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa- dan-fungsi-bahasakajian-sosiolinguistik/
arief.m@unismuh.ac.id
Abbas, Husen. 1987. Indonesian As Unifying Language of Winder Communication: A Historical
and Sociolinguistics Perspective. The Australian National University.
Chaer, Abdul 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bharatara Karya Aksara

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1