Makalah Bahasa Indonesia Mengenal Bahasa

Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Makalah “Mengenal Bahasa Indonesia“

Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Doris Rahmat, SH.MH
Disusun oleh :
Kusumaning Rahayu
17210099
Akuntansi 03

Fakultas Ekonomi
Universitas Slamet Riyadi
2018

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memlimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih
bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Dan berkat rahmat serta hidayah-Nya
pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas
tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Doris Rahmat,SH.MH. selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa
Indonesia
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari ksempurnaan dan
masih ada kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini dan dapat dijadikan pedoman dalam penulisan ke
arah yang lebih baik lagi. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Surakarta, 11 Maret 2018

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi kehidupan manusia,
karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau mengerti.
Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara
apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan. Untuk itu
keseragaman berbahasa sangatlah pentingg, supaya komunikasi berjalan
dengan lancar.
Maka dari itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam UUD 1945.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak
hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa Indonesia. Bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang unik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah
seperti berikut :
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia ?
2. Peristiwa penting apakah yang berkaitan dengan bahasa Indonesia ?
3. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia ?

4. Apa saja fungsi bahasa Indonesia ?
5. Jelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia ?
6. Jelaskan ragam bahasa Indonesia ?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia
2. Untuk memahami tentang bahasa Indonesia
1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui tentang sejarah Bahasa Indonesia
2. Pembaca dapat mengetahui berbagai peristiwa penting yang berkaitan
tentang bahasa Indonesia
3. Pembaca dapat mengetahui lebih luas tentang bahasa Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia adalah lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh
salah satu negara kepulauan di Asia Tenggara. Bahasa ini diangkat dari Bahasa
Melayu, yaitu salah satu rumpun dari bahasa Austronesia.
2.1 Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

&

Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung
antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas
dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
 Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada
tahun 1380
 Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
 Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
 Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
 Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
a. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
b. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar Indonesia.

c. Bahasa resmi kerajaan.
d. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan.
e. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam
bahasa Melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan
bahasa halus).

f. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-Suku yang lainnya dengan
sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
g. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
h. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan sastra.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang
dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di
terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar
pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan

mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
&

Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu,
para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dan para
pemuda berikrar:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahsa Indonesia
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.
Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa
indonesia.
Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya
sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya


sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat
itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan
bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36).
&

Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Indonesia dan bahasa
persatuan

bangsa

Indonesia.

Bahasa

Indonesia

diresmikan


penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya
sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di
Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut
pandang Linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak
ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau
dari abad ke-19.
Dalam

perkembangannya

ia

mengalami

perubahan

akibat

penggunaannya sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial

dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan
“Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari
varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan
maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di
pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian
besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada
di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali
menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian , bahasa Indonesia digunakan sangat luas di
perguruan-perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, suratmenyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa bahasa Indonesia di gunakan oleh semua warga
Indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara

serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa Melayu yang dipakai di daerah-daerah di wilayah nusantara
dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa
Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam
berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah
nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan
dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan
persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh
bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang
cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuangan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran
bahwa di samping fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa
nasional sebagai salah satu ciri cultural, yang ke dalam menunjukkan
sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat

menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
1. Bahasa

Melayu

merupakan

lingua

franca

(bahasa

perhubungan dan bahasa perdagangan yang digunakan
sebagai alat komunikasi sosial diantara orang-orang).

2. Sistem bahasa Melayu yang sederhana, yang mudah
dipelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal
tingkatan bahasa (bahasa halus dan bahasa kasar)
3. Suku Indonesia memberikan kerelaan untuk menerima
bahasa Melayu untuk menjadi bahasa nasional Indonesia.
4. Kesanggupan

bahasa

Melayu

untuk

dipakai

bahasa

kebudayaan dalam arti yang luas.
2.2 Peristiwa Penting Perkembangan Bahasa Indonesia


Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit bukubuku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman
Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya
dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa
Melayu di kalangan masyarakat luas.



Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad,
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.



Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan
agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.



Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.



Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia.



Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.



Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.



Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai
pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.



Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad
bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia
yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa
negara.



Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan
pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.



Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan

Pedoman

Umum

Ejaan

Bahasa

Indonesia

yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku
di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).


Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.



Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
dapat tercapai semaksimal mungkin.



Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh
ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari
negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda,
Jerman,

dan

Australia.

Kongres

itu

ditandatangani

dengan

dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.


Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia,
Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia,
Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.



Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya
Badan Pertimbangan Bahasa.

2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
Dilihat dari kedudukan dalam khazanah kehidupan dan berbangsa,
bahasa Indonesia memiliki pengertian dan fungsi, yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara.
 Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal
kelahirannya, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Lambang kebanggaan nasional
artinya, bahwa bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang mendasari rasa kebangsaan Indonesia.
2. Lambang jati diri atau identitas nasional
artinya, bahwa bahasa Indonesia merupakan cerminan kepribadian
bangsa Indonesia secara eksistensi.
3. Alat pemersatu masyarakat yang berbeda latar belakang sosial,
budaya dan bahasanya
artinya, bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi
diseluruh pelosok Indonesia.
4. Alat perhubungan antar budaya dan antar daerah
artinya, bahwa dengan adanya bahasa Indonesia dan penggunaan
bahasa Indonesia bangsa Indonesia mendahulukan kepentingan
nasional ketimbang keperntingan daerah, suku ataupun golongan.
 Bahasa Negara
Didasarkan pada UUD 1945 BAB XV, pasal 36 yang berbunyi “ Bahasa
negara adalah bahasa Indonesia “.Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai bahasa resmi negara
 digunakan untuk berbagai keperluan kenegaraan baik lisan
maupun tulisan.
2. Sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
 digunakan sebagai sarana penyampaian ilmu pengetahuan kepada
anak didik.

3. Sebagai bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional baik
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
maupun untuk kepentingan pemerintah.
 bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi
timbal balik antara pemerintah dan masyarakat, melainkan juga
digunakan sebagai alat komunikasi penduduk diseluruh pelosok
Indonesia.
4. Sebagai bahasa resmi didalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
 bahasa Indonesia dipakai sebagai alat untuk mengembangkan
dan membina IPTEK dan kebudayaan nasional sehingga tercipta
satu ciri khas yang menandakan satu kesatuan negara Indonesia
dan bukannya kedaerahan.
2.4 Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi
secara umum dan secara khusus :
 Fungsi bahasa secara umum :
1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan
diri.
 mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan
perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka
segala sesuatu yang tersirat dalam hati dan pikiran kita.
2. Sebagai alat komunikasi
 menggunakan bahasa sebagai media komunikasi, berarti
memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran
utama

perhatian

seseorang.

Sebagai

makhluk

sosial

kita

memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi. Manusia
memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal.
Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan
alat/media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi

secara non verbal dilakukan menggunakan aneka simbol, isyarat,
kode dan bunyi yang diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3. Sebagai alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial
 pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan
memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi
yang dihadapi. Hal ini, memudahkan seseorang untuk berbaur dan
menyesuaikan diri dengan masyarakat di lingkungan tersebut.
4. Sebagai alat kontrol sosial
 artinya, bahasa dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta
tutur kata seseorang.
 Fungsi bahasa secara khusus :
1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari
 Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan
komunikasi dengan makhluk sosial yang lain. Komunikasi yang
berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2. Mewujudkan seni (sastra).
 Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan
melalui media seni, seperti syair, puisi, dll. Terkadang bahasa yang
digunakan yang memiliki makna yang tersirat. Dalam hal ini,
diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui
makna yang ingin disampaikan.
3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.
 Dengan mempelajari bahasa kuno, kita dapat mengetahui
peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi
kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang
akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan
tentang latar belakang dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui
asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno
atau penemuan prasasti-prasasti.

4. Mengeksploitasi IPTEK.
 Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta
akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia,
maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki
oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya manusia
lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi
kebaikan manusia itu sendiri.
2.5 Ciri-ciri bahasa Indonesia
1.

Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat
dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara
kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat
yang

bisa

dikendarai’

adalah

tidak

bisa

dijelaskan.

Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap
penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’
hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang
dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika
dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
2. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur
yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir
tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai
kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut
dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

3. Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari
berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan
itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis,
semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata
baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak
digunakan lagi.
4. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama,
namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang
mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka
bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis,
sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di
Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga
bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di
Arab Saudi.
5. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia.
Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat
komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif
dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif
atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu
bersifat manusiawi.

2.6 Ragam bahasa Indonesia
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbedabeda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman,
1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang
baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik,
di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas)
disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan
pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah,
di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya
dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
Macam-macam ragam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu berdasarkan media, cara pandang tutur dan topik pembicaraan.
1.

Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media
 Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelepasan kalimat. Namun, hal
itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian,
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena
situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan
kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak
formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa
itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh
karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan

ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam
tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara.
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu.
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
d.
e.
f.
g.

intonasi serta bahasa tubuh.
Berlangsung cepat.
Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu.
Kesalahan dapat langsung dikoreksi.
Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.

Kelebihan ragam bahasa lisan:
a.

Dapat disesuaikan dengan situasi.

b.

Faktor efisiensi.

c.

Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain
berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti
apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak
pembicara.

d.

Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar
terhadap apa yang dibicarakannya.

e.

Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas
pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.

f.

Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan
penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.

Kelemahan ragam bahasa lisan :
a.

Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan
terdapat frase-frase sederhana.

b.

Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.

c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
 Ragam bahasa tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat
yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian,
sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya

ditunjang

oleh

situasi

pemakaian

sehingga

kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,
dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan
dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsurunsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.

Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.

2.

Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.

3.

Harus memperhatikan unsur gramatikal.

4.

Berlangsung lambat.

5.

Selalu memakai alat bantu.

6.

Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi.

7.

Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka,
hanya terbantu dengan tanda baca.

Kelebihan ragam bahasa tulis :
a.

Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai
media atau materi yang menarik dan menyenangkan.

b.

Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyarakat.

c.

Sebagai sarana memperkaya kosakata.

d.

Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan
informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
mencanggihkan wawasan pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis :

a.

Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa
lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih
sempurna.

b.

Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur,
jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap
cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.

c.

Yang

tidak

ada

dalam

bahasa

tulisan

tidak

dapat

diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan
diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis
N
o
1.

2.

Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa tulis

2.

Ayah bilang saya harus Ayah mengatakan bahwa saya
segera pulang
harus segera pulang
Adik lagi baca buku
Adik sedang baca buku

3.

Saya tinggal di Solo

Saya bertempat tinggal di Solo

Berdasarkan cara pandang tutur
 Ragam bahasa berdasarkan daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan
pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang
yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang
digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masingmasing memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
 Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama
dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks, vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan

mungkin

akan

mengucapkan pitnah,

komplek,

pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam

bidang

tata

bahasa,

misalnya mbawa seharusnya membawa,

nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun
sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1.

Ajeng mau nulis surat seharusnya Ajeng menulis surat.

2.

Saya akan ceritakan tentang Timun Mas seharusnya Saya akan
menceritakan tentang Timus Mas.

 Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika
dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan
kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada
atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau
penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau
bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan
makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
3.

Berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam
bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial,
ragam kedokteran dan ragam sastra.
 Ragam bahasa ilmiah :
Ciri-ciri ragam ilmiah
a. Bahasa Indonesia ragam baku.
b. Penggunaan kalimat efektif.
c. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda.

d. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan
menghindari pemakaian kata dan istlah yang bermakna
kias.
e. Menghindari penonjolan pesona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan.
f. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan
antarlinea.
 Ragam hukum
Contoh : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana
 Ragam bisnis
Contoh : Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan
diskon.
 Ragam agama
 Ragam psikologi
Contoh : Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang
intensif.
 Ragam kedokteran
Contoh : Anak itu menderita penyakit kuorsior.
 Ragam sastra
Contoh : Cerita itu menggunakan unsur flashback.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia wajib dijunjung
tinggi dan dipertahankan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
pemersatu rakyat Indonesia yang tertulis di dalam undang-undang 1945
tercantum pasal khusus (BAB XV, pasal 36) mengenai kedudukan bahasa
Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928. Kedua, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang–undang
dasar 1945.
Fungsi bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi antara
masyarakat Indonesia. Bahsa juga menunjukkan perbedaan antara satu
penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat
kelompok

penuturnya

dalam

satu

kesatuan

sehingga

mampu

menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu,
fungsi bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga
melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah
laku seseorang.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara.

3.2 Saran
Kita pemuda Indonesia harus bangga terhadap negara dan bahasa
kita yaitu Indonesia. Yang paling penting adalah kita tidak akan berhenti
mempelajari bahasa kita (bahasa Indonesia) secara baik dan benar. Agar
dikemudian hari, anak-cucu kita bisa terus menerapkan bahasa Indonesia
secara baik dan benar. Walaupun jaman terus berkembang, tetapi bahasa
Indonesia tetap menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku catatan bahasa Indonesia
http://dewirahmawati001.blogspot.co.id/2013/09/ragam-bahasaindonesia.html
http://dewirahmawati001.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-perkembanganfungsi-dan_2066.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://rurialhayat.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-ciri-cirikarakteristik.html

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1