Bangsa Arab Pra Islam Makalah

MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
BANGSA ARAB PRA ISLAM
(Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam)

Dosen Mata Kuliah:
Dede Gunawan, M.Pd.
Disusun Oleh:
Yusup Abdul Rahman

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-IHSAN BALEENDAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KABUPATEN BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kita nikmat sehingga kita dapat bernafas dan menjalani kehidupan sampai
sekarang ini. Dan atas rahmat dan pertolongannyalah sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam ini yang berjudul “Bangsa Arab

Pra Islam”. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadikan kita suri tauladan yang baik.
Ucapan terima kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah
memberikan kepercayaan, bimbingan, dorongan, dan juga ilmu yang bermanfaat
bagi kita. Lalu kepada rekan-rekan yang telah memberi saya motivasi dan
dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Atas segala perhatian dan
bantuan semua pihak saya mengucapkan terima kasih.
Sekalipun penulisan Makalah ini saya selalu upayakan seoptimal mungkin,
agar dapat dijadikan bahan acuan referensi bagi pengetahuan tentang Sejarah
Peradaban Islam. Saya berharap kritik dan saran rekan-rekan selalu tersampaikan
guna memperbaiki, menambahkan, dan juga mengoptimalkan makalah ini. Dan
agar dapat berguna bagi ilmu pengetahuan. Amin.
Baleendah, 14 November 2014
Penulis
Yusup Abdurrahman

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………

i


DAFTAR ISI……………………………………………………

ii

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang…………………………………………..

1

B.

Rumusan Masalah………………………………………

2

C.


Tujuan Masalah…………………………………………

2

BAB II PEMBAHASAN
A.

Kondisi Agama dan Kepercayaan………………………

3

1.

Sembahan-Sembahan Yang Mereka Percayai………

4

2.

Macam-Macam Berhala……………………………


5

B.

Kondisi Sosial Budaya Arab…………………………..

5

1.

Perilaku Dan Kebiasaan……………………………

5

2.

Macam-Macam Pernikahan………………………..

7


C.
1.

Kondisi Ekonomi dan Perdagangan……………………

Nama-Nama Tempat Perdagangan…………………
D.

Kondisi Politik dan Pemerintahan……………………..

8
9
10

1.

Macam-Macam Penemuan Inkripsi………………..

11


2.

Berbagai Kerajaan…………………………………

11

E.
1.

Kondisi Bahasa dan Seni Sastra……………………….

Macam-Macam Sebutan Al-Mu’allaqat……………

12
14

BAB III PENUTUP
A.


Kesimpulan…………………………………………….

16

B.

Kritik dan Saran……………………………………….

18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….

19

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kehidupan bangsa Arab pra Islam mengalami kekacauan yang luar biasa.


Mereka menyekutukan Allah SWT karena belum adanya kepercayaan kepadaNya. Mereka berbuat maksiat, berbagai bentuk kebobrokan moral, tidak memiliki
norma, dan percaya kepada Khurafat dan berhala. Adapun yang menyembah
sebuah batu, benda-benda mati yang mereka anggap itu adalah hal yang dapat
memberikan berkah dan hikmah bagi kepercayaan mereka. Berbagai paradigma
umat sekarang bahwa keJahiliahan, kebodohan, kekacauan bangsa Arab ketika
waktu itu selalu tersimpan dan terkemuka dalam pikirannya. Padahal bukti-bukti
yang telah terkemuka zaman sekaranglah yang dapat menggambarkan zaman
Jahiliah ketika itu. Hanya umat sekarang saja yang belum menerima dan belum
pernah menyadari bahwa merekalah yang sekarang mengalami selama ini.
Berbagai hal muncul dan terkemuka pada zaman bangsa Arab pra Islam. Baik
dalam hal kepercayaan, perilaku moral, akhlak, sikap, dan lain sebagainya.
Namun tidaklah selalu menitikberatkan bahwa kata Jahiliah adalah kebodohan.
Hal ini dapat terbukti dengan banyaknya karya-karya sastra bangsa Arab pra Islam
ketika itu. Mereka telah memiliki peradaban dengan berbagai karyanya, baik
dalam hal puisi, tulisan, para orator ulung, dan rasa kebersamaan sesama kabilah.
Walau dalam kenyataannya bangsa Arab belum memiliki agama yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW.
Maka selayaknya kita dapat merubah paradigm kita, bahwa yang disebut
dengan Jahiliah itu bukanlah dalam hal yang dipandang secara global saja. Karena

ada berbagai hal yang telah ditonjolkan oleh mereka. Karena mereka pulalah awal
terbentuknya sastra-sastra Arab yang bernilai tinggi. Karenanya kitab suci AlQur’an diturunkan di wilayah mereka, karena bahasa dan sastranyalah yang sulit
ditiru dan hanya satu yang dimiliki oleh umat Islam.
Mulai sekaranglah kita harus membuka pikiran kita, bahwa ketika zaman
mereka pun peradaban sudah ada, lantas mengapa pada zaman sekarang hal yang
dapat dibilang zaman teknologi terutama bangsa Indonesia yang mayoritasnya

umat Islam belum mencapai sikap dan adab sebagaimana layaknya umat Islam
pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Maka dari itu pentingnya kita mempelajari Sejarah Peradaban Islam guna
melihat contoh dan cerminan bagi kita yang berada pada zaman sekarang. Bukan
hal yang buruk dari segi sosialnya, namun dalam segi seni dan budayanya. Dari
sinilah perlunya saya membuat makalah tentang hal ini agar pembaca dapat
mengambil kesimpulan yang baiknya dan dapat mengambil pelajaran dari hal
yang buruknya agar tidak kita lakukan pada zaman sekarang
B.

Rumusan Masalah
Setelah terpaparkannya latar belakang di atas, maka dapat saya simpulkan


rumusan masalah sebagai berikut.
1.

Seperti apakah kondisi agama dan kepercayaan bangsa Arab pra Islam

ketika dulu?
2.

Bagaimana kondisi sosial budaya bangsa Arab pra Islam ketika itu?

3.

Seperti apakah kondisi perekonomian dan perdagangan bangsa Arab pra

Islam?
4.

Bagaimanakah kondisi politik dan pemerintahan bangsa Arab pra Islam

ketika itu?

5.

Bagaimanakah kondisi bahasa dan seni sastra bangsa Arab pra Islam ketika

itu?
C.

Tujuan Penulisan
Atas kumpulan rumusan masalah di atas yang telah saya paparkan, maka

berikut adalah tujuan dari penulisan makalah ini yang semoga dapat dijadikan
dasar kita memahami dengan mudah point-point penting dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.

Agar pembaca dapat mengetahui kondisi berbagai kepercayaan dan agama

bangsa Arab pra Islam.
2.

Agar pembaca dapat mengetahui dan dapat mengamalkan hal yang baik dari

keadaan sosial budaya bangsa Arab pra Islam.
3.

Agar pembaca dapat mengetahui kondisi perekonomian dan perdagangan

pada bangsa Arab pra Islam.

4.

Agar pembaca mengetahui keadaan politik dan pemerintahan bangsa Arab

pra Islam.
5.

Agar pembaca dapat mengetahui dan dapat mengambil ilmu dari keadaan

bahasa dan seni sastra bangsa Arab pra Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Kondisi Agama dan Kepercayaan bangsa Arab pra Islam
Keadaan kepercayaan bangsa Arab pra Islam ketika itu mereka menyembah

berhala, batu-batu, kayu, cincin, logam, bebatuan kecil yang digenggam oleh
tangan mereka dan lain sebagainya. Sebelum mereka menyembah dan melakukan
peribadatan seperti itu, mereka telah diberi kepercayaan dan agama oleh Nabi
Ibrahim A.S. yang selalu kita dengar dengan Agama Hanif. Salah satunya ialah
bangsa Arab Qathan (Saba) yang berada di Yaman, mereka menganut agama
Shabaiyyah. Agama Shabaiyah ini muncul setelah risalah Nabi Ibrahim putus oleh
pengikutnya dan pudar. Setelah itu keadaan kepercayaan mereka pun semakin hari
semakin kacau tanpa adanya agama yang benar.
Ketika kota Makkah berada di bawah kepemimpinan Juhrum yang dipegang
oleh Amr bin Lubayi, letak Kakbah pun dijadikan titik tengah pusat peribadatan
penyembahan berhala. Salah satu berhala yang terkenal ketika itu ialah berhala
Hubal.[1] Posisi berhala tersebut berada di sekeliling Kakbah yang perkiraannya
berjumlah kurang lebih 360 buah. Selain di daerah Kakbah, berhala pun
diletakkan di bukit Safa dan Marwah. Sehingga orang yang datang ke Kakbah pun
mengikuti peribadatan mereka hingga kaum Quraisy dan yang lainnya pun
mengikuti hal ini.
1.

Sembahan yang mereka percayai ialah sebagai berikut. Diantaranya ialah

sebagai berikut.
a.

Malaikat yang dianggap sebagai puteri Tuhan.

b.

Jin, ruh, setan, hantu dan lain sebagainya. Darahim adalah salah satu tempat

peribadatan bagi yang mempercayai hantu. Adapun yang percaya pada setan ialah
selalu disebut dengan Ifrid.
c.

Bintang, bulan, matahari. Mereka percaya bahwa benda itulah yang

menggerakan alam ini.
d.

Tahayyul atau percaya kepada hal yang tidak mungkin, diantaranya:

1)

Di dalam perut orang ada ular, dan ularlah yang menyebabkan kita lapar;

2)

Bila mengharap hujan, mereka mengikat rumput kering pada ekor kambing;

3)

Cincin, tembaga, dan logam yang dianggap akan menambah kekuatan.

2.

Macam-macam berhala ketika itu ialah:

a.

Hubal yang terletak di Kakbah;

b.

Uzza yang berada di Hijaz;

c.

Latta yang berada di Thaif;

d.

Manah yang berada di Madinah;

e.

Asaf, Nailah, Wudd, Yaghuts, Suwa, Ya’ng. Mereka menjadikan berhala-

berhala ini sebagai perantara kepada Tuhan.[2]
Namun setelah peribadatan ini berjalan, ada sekelompok orang yang
menentang mereka. Diantaranya ialah Waraqah bin Naufal, Umayyah Ibn Salath,
Qus Saidah, Usman Ibn Hudairis, Abdullah Ibn Jahsyi, Zainal bn Umar. Mereka
yang menolak dan menjadi pelopor pemberontakan terhadap keadaan peribadatan
bangsa Arab pra Islam.[3]
B.

Kondisi Sosial Budaya bangsa Arab pra Islam
Bangsa Arab pra Islam sering disebut dengan Jahiliah yang berarti

kebodohan, ketidaktahuan, tidak adanya bimbingan Nabi, agama dan Al-Quran.
Seperti itulah nyatanya yang kita ketahui, bahwa mereka mempunyai kebiasaan
yang sangat buruk, tidak bermoral, berperilaku layaknya orang primitif dan lain
sebagainya.
1.

Perilaku dan kebiasaan

Berikut diantara perilaku dan kebiasaan mereka yang dikatakan Jahiliah ialah
sebagai berikut.
a.

Meminum arak (khamr), berjudi (maisir), merampok harta orang lain.

b.

Membunuh anak yang dianggap akan miskin di masa depannya.

c.

Para wanita ber-Tabarruj (wanita berjalan ke tengah banyaknya laki-laki

dengan cantik agar mengikat pandangan mereka kepadanya).
d.

Salah satu suku yang tradisinya adalah mengubur anak perempuan karena

tidak mau memiliki anak yang akan hina dan menjatuhkan martabat orang tuanya.
Hal ini terkemuka di dalam Al-Quran.
#sŒÎ)ur tÏe±ç0 Nèd߉ymr& 4Ós\RW{$$Î/ ¨@sß ¼çmßgô_ur #tŠuqó¡ãB
uqèdur ×LìÏàx. ÇÎÑÈ

3“u‘ºuqtGtƒ z`ÏB ÏQöqs)ø9$# `ÏB Ïäþqß™ $tB uŽÅe³ç0

ÿ¾ÏmÎ/ 4 ¼çmä3Å¡ôJãƒr& 4’n?tã Acqèd ôQr& ¼çm”™ß‰tƒ ’Îû É>#uŽ—I9$# 3
Ÿwr& uä!$y™ $tB tbqßJä3øts† ÇÎÒÈ
‘’Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.’’(58)
‘’Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hiduphidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.’’(59) Q.S.
An-Nahl ayat :58-59
e.

Berperang antar kabilah.

f.

Orang merdeka bekerja dengan berdagang, bersyair, menunggang kuda, dan

sombong akan hartanya.
g.
h.

Orang-orang budak berkerja dengan rasa keras dan sulit.
Wanita diperlakukan seperti halnya binatang, semaunya dan

sekehendaknya.
i.
2.

Fanatisme antar kabilah atau kaum.[4]
Macam-macam pernikahan

Abu Daud meriwayatkaan dari Aisyah R.A. bahwa pernikahan pada masa bangsa
Arab pra Islam ialah sebagai berikut.
a.

Pernikahan secara spontan, ialah seorang laki-laki datang kepada wali

perempuan dan jika wali perempuan tersebut mengkendaki, seketika itu pula
pernikahan itu syah.
b.

Pernikahan Istibdha’, ialah seorang laki-laki menyerahkan istrinya kepada

laki-laki lain guna mempunyai keinginan agar anaknya menjadi pintar, cerdas, dan
baik.
c.

Poliandri, ialah seorang perempuan yang dikawini oleh 10 orang laki-laki

kurang lebih, lalu perempuan tersebut mengumpulkan para lelaki yang
menggaulinya dan menunjuk salah satu dari mereka agar menjadi pengurus anak
yang ada dalam kandungannya.
d.

Wanita pelacur, yaitu wanita memasang bendera merah di depan rumahnya

dan perempuan tersebut mengadakan undian setelah penggaulan yang dilakukan

oleh orang para laki-laki, dan yang mendapatkan undian tersebut dapat mengambil
anak yang dikandungnya. (Prostitusi)
e.

Poligami yang tidak terbatas jumlahnya.[5]
Atas point-point di atas yang menandakan keJahiliahan mereka, maka adapula

kelebihan dari segi sosial budaya yang mereka miliki, yaitu rasa pertahanan setiap
kabilah, rasa percaya diri, kuat, rasa pejuang, cinta kebebasan, bersyair, mahir,
erat kekeluargannya, solidaritasnya tinggi, dan lain sebagainya. Adapula pria yang
ingin berkuasa adalah pria yang harus banyak dibicarakan para wanita. Mereka
memiliki berbagai kelas, terbagi atas kelas bangsawan, perbudakan, dan kelas
merdeka.[6]
Bangsa Arab pra Islam mempunyai berbagai suku dan kabilah,
terkelompokan berdasarkan sistem patrinial (Patriarchat-Agnatic) atau sistem
keturunan, lazim pula disebut dengan Bani atau Dinasti. Setiap suku dikepalai
oleh Patriarkh, Perimus Interpares, atau disebut juga Sekh.
Mereka dikatakan masyarakat Feodal, yaitu memiliki sistem perbudakan, dan
hukum rimbalah yang berlaku ketika itu, yakni siapa yang menang ialah yang
berkuasa. Dengan demikian garis besar kondisi sosial budaya bangsa Arab pra
Islam ialah ammoralitas, primitive, otoriter penguasanya, lemah, bodoh,
perpempuan diperlakukan layaknya binatang, penuh dengan kebebasan, namun
dipenuhi pula oleh rasa pejuang, solidaritas, dan lain sebagainya.
C.

Kondisi Perekonomian dan Perdagangan bangsa Arab pra Islam
Keadaan perekonomian dan perdagangan bangsa Arab pra Islam ketika itu

tergantung letak geografis dan keadaan sosial mereka. Dengan keadaan yang
tandus dan gersangnya keadaan disana, maka keadaannya pun tidak akan jauh dari
pertanian dan perdagangan. Salah satu tempat yang terkenal di Makkah sebagai
pusat perdagangan ialah Hijaz. [7]
1.

Nama-nama tempat perdagangan

Selain itu adapula nama-nama tempat perdagangan yang terkenal, diantaranya
adalah sebagai berikut.

a.

Pasar Ukazh berada di Makkah, diadakan pada bulan-bulan tertentu seperti

bulan Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram yang bertepatan dengan ibadah
haji.
b.

Dzi Majaz.

c.

Majinnah. [8]
Masyarakat pedalaman atau pedesaan memliki keseharian sebagai

penggembala unta, biri-biri, dan kambing. Dengan hewan ternaknyalah bangsa
Arab pra Islam pedesaan hidup, yang selanjutnya dapat dijadikan dagangan
bahkan kebutuhan makanan bagi kesehariannya. Salah satu suku pedalaman ialah
suku Badui. Mereka hidup dengan bertani dan pertanianlah yang menunjang
kehidupan mereka. Salah satu sektor pertanian disana ialah sering dinamakan
Oase. Hingga di tengah-tengah Jazirah Arab pun terdapat pertanian dan tempat
penggembalaan hewan.
Adapula masyarakat perkotaan yang hidup dengan perdagangan. Salah
satunya kaum Quraisy, mereka berdagang setiap dua

musim sekali dalam

setahun. Mereka pergi ke Syam setiap musim panas, lalu berdagang ke Yaman
setiap musim dingin. Namun, walau adanya perdagangan dan perekonomian yang
dibilang berkembang tetap saja hasil kerajinan bangsa Arab bukanlah asli dari
mereka, melainkan berasal dari Yaman, Hirrah,dan pinggiran Syam.
Tetapi semua ini masih saja menimbulkan adanya kemiskinan, orang
telanjang yang dirasa tidak asing lagi di hadapan masyarakat banyak, peperangan
antar suku, dan berpindah-pindah. Semua ini karena setiap suku selalu ingin
berebut lahan yang memiliki air dan rumput yang digunakan untuk bertahan
hidup. Inilah yang dinamakan Jahiliah, walau sudah ada perdagangan namun tetap
saja keterpurukan masih ada.[9]
D.

Kondisi Politik dan Pemerintahan bangsa Arab pra Islam
Bangsa Arab pra Islam tidak pernah mengalami penjajahan oleh bangsa

Asing, bahkan tidak pernah ada terciptanya kesatuan politik di seluruh jazirah
Arab. Kerajaan-kerajaan kecil yang berada di Jazirah Arab bagian selatan pun
umumnya berdaulat atas wilayah mereka yang keadaannya sempit. Mereka lebih
suka memilih kabilah yang dipimpim oleh seorang ketua yang disebut dengan

Sekh. Hubungan per kabilah pun sukar terjadi, hanya sebatas kerjasama yang
didasari kepentingan bersama saja. Maka dari itu, rasa solidaritas mereka antar
kabilah kurang, namun antar individu yang berada di kabilah itu solidaritasnya
sangat erat. Seperti apa yang di paparkan dalam keadaan sosial di atas.
Kerajaan-kerajaan kecil yang berada di sekitar Jazirah Arab diantaranya ialah
Kerajaan Mu’in Himyar, Saba’ Hirrah, Gassan dan yang lainnya. Salah satu suku
yang berada dikota Makah ialah suku Quraisy. Mereka berasal dari keturunan
Qusai bin Kilab.
Pemerintahan di kota tersebut berjalan dengan lancar ketika kekuasaan
dipegang oleh Qusai bin Kilab. Mereka disegani dan dihormati karena bersal dari
keturunan Quraisy. Namun, kota Makah mengalami perselisihan antar pemimpin
yang ketika itu dipimpin oleh anaknya Qusai, yakni Abdul Al-Dar. Dia berselisih
dengan anak saudaranya Abdul Al-Manaf yang disebabkan oleh kota Makkah. Hal
ini pun berlanjut sampai lahirnya Nabi Muhammad SAW.
1.

Macam-macam penemuan inkripsi

Catatan sejarah yang disusun oleh Wahb ibn Munabih pada 729 M dan ekspedisi
yang dilakukan oleh Edward Glaser pada 1894 telah menemukan 2000 inkrpsi,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a.

Nazar atau kaul

Lukisan pada lempengan perunggu yang merupakan bagian dari benda untuk
menyembah dewa.
b.

Prasasti

Terdapat pada dinding bangunan lama untuk mengingat pendirinya.
c.

Pemakaman

Beberapa nama dari anggota kerajaan kuno arab.[10]
2.

Berbagai Kerajaan

Catatan sejarah dan beberapa peninggalan yang dapat membuktikan bahwa
struktur pemerintahan berbentuk kerajaan ketika itu sudah dikenal dalam
kehidupan arab sebelum Islam. Kerajaan-kerajaan arab tersebut adalah sebagai
berikut.
a.

Kerajaan Saba’

Kerajaan saba merupakan kerajaan arab pertama yang lahir di peradaban arab
praIslam, yang berasal dari sebuah suku dari keturunan Qahthan. Kerajaan ini
mengalami masa keemasannya pada pemerintahan ratu Balqis.
b.

Kerajaan Minaiyah

Kerajaan yang berdiri di daerah Yaman yang beribukotakan Qarnaw (Ma’in).
Bahasa yang digunakan memliki kesamaan dengan bahasa dari kerajaan Saba’.
c.

Kerajaan Himyariah

Kerajaan yang didirikan oleh Bani Himyar yang mempunyai hubungan darah
dengan kerajaan Saba’. Oleh karena itu kerajaan ini memiliki kesamaan bahasa
dengan kerajaan Saba’.[11]
E.

Kondisi Bahasa dan Seni Sastra bangsa Arab pra Islam
Bangsa Arab sebelum Islam mengalami distribusi ilmu pengetahuan yang di

dapatkan dari berimigrasinya bangsa Babilonia yang dijajah oleh bangsa Persia.
Mereka telah mengenal Ilmu Astronomi, Perbintangan, dan lain sebagainya. Lalu
selain dari mereka pun ada bangsa lain yang mendistribusikan peranannya
terhadap kondisi ilmu pengetahuan bangsa Arab pra Islam. Mereka adalah bangsa
Kaldam, bangsa Kaldam memberikan distribusi ilmu pengetahuannya berupa cara
pengobatan penyakit yang disebut AL-Tahib.
Telah kita ketahui bahwa jika adanya ilmu pengetahuan, maka bahasa pun
sudah berkembang di kalangan bangsa Arab pra Islam. Mereka yang berdiam
dalam berbagai suku dan wilayah pun memiliki satu bahasa yang satu. Baik dari
Qhataniyah maupun Adnaniyah, karena mereka dituntut oleh watak dan filsafat
bahasanya. Itulah alas an mengapa mereka dapat mempunyai satu bahasa walau
dalam keadaan masayarakatnya yang berbagai macam suku dan wilayah.
Sastra bangsa Arab pra Islam memiliki nillai yang sangat tinggi dan berharga.
Hal ini terbukti dalam catatan sejarah bahwa, berbagai naskah puisi, sayir,
sajak,dan para orator ulung memiliki derajat dan keadaan yang tinggi. Mereka
para penyair dan orang yang mahir dalam berpidato selalu tampil dalam suatu
festival seperti sekarang ini. Adapun tiga tempat yang dikenal di waktu ialah pasar
Ukaz, Dzul-Majaz, dan Dzul-Majinnah. Pameran tersebut dilakukan secara

berkala, baik dalam mingguan, bulanan, dan tahunan. Para pujangga syair pun
sangat dihormati dan di tinggikan kedudukannya di kalangan masyarakat lainnya.
Karena dengan adanya merekalah, kedudukan masyarakat sejahtera dan disegani
oleh wilayah lain.
Lalu karya syair terbaik pun akan di simpan di depan Kakbah, atau disebut
dengan Mu’allaqat. Karya ini bernilai tinggi karena di dalamnya terdapat makna
yang menggambarkan kehidupan dan pandangan masyarakat bangsa Arab pra
Islam ketika itu. Hal pemasangan karya ini di Kakbah adalah bukan sesuatu yang
aneh, karena suatu apapun yang di anggap penting dan bersifat informatif pasti
akan disimpan di dinding Kakbah.
Atas semua paparan di atas, maka keadaan bahasa dan sastra bangsa Arsb pra
Islam ketika itu berkembang dan maju. Hal ini karena dorongan bangsa Babilonia
dan Kaldam yang dilanjutkan oleh para penyair ulung yang kedudukannya
disegani dan karyanya sangat bernilai tinggi. Dan makna syair atau karya lainnya
pun didalamnya tergambarkan sosok kehidupan dan keadaan mereka.
1.

Macam-macam sebutan Al-Mu’allaqat

Puisi al-Mu’allaqat di atas dapat berbentuk qasidah (ode) panjang, dan memiliki
tema bermacam-macam, yang menggambarkan keadaan, cara, dan gaya hidup
orang-orang Arab Jahiliah. Selain memiliki sebutan al-Mu’allaqat, puisi-puisi
yang digantungkan tersebut juga memiliki sebutan lain, antara lain adalah sebagai
berikut.
a.

As-Sumut (Kalung), adalah rangkaian puisi-puisi yang tergantung pada

dinding Kakbah berbentuk seperti kalung yang tergantung pada dada wanita.
b.

Al-Mudzahhabaat (yang ditulis dengan tinta emas), adalah puisi yang

tergantung pada dinding Kakbah dan ditulis dengan menggunakan tinta yang
terbuat dari emas.
c.

Al-Qasha’id al-Masyhuraat (Kasidah-kasidah yang terkenal), adalah puisi

yang tergantung pada dinding Kakbah dan puisi tersebut terkenal saat itu
dibandingkan dengan puisi-puisi yang lainnya.
d.

As-Sab’u at-Tiwal (Tujuh buah puisi yang panjang-panjang), adalah puisi

yang tergantung pada dinding Kakbah. Benda ini terdiri dari tujuh buah puisi yang

panjang. Nama ini diberikan oleh orang yang berpendapat bahwa puisi yang
tergantung pada dinding Kakbah tersebut ada tujuh buah.
e.

Al-Qasha’id al-Tis’u (Sembilan buah kasidah), adalah puisi yang tergantung

pada dinding Kakbah yang terdiri dari sembilan buah puisi. Nama ini diberikan
oleh orang-orang yang berpendapat bahwa puisi-puisi yang tergantung tersebut
terdiri dari sembilan buah puisi.
f.

Al-Qasha’id al-‘Asru (Sepuluh buah kasidah), adalah puisi yang tergantung

pada dinding Kakbah yag terdiri dari sepuluh buah puisi. Nama ini diberikan oleh
orang-orang yang berpendapat bahwa puisi-puisi yang tergantung tersebut terdiri
dari sepuluh buah puisi.
Sejarah sastra Arab mencatat ada sepuluh penyair al-Mu’allaqat, diantaranya
yaitu Umru al-Qais bin Hujrin bin al-Harits al-Kindi, Zuhair bin Abi Sulma, anNabigah adz-Dzibyani, al-A'sya al-Qaisi, Lubaid bin Rabi'ah al-Amiri, Amr' bin
Kultsum at-Taghlibi, Tharafah bin Abdul Bakri, Antarah bin Syaddad al-Absi, alHarits bin Hiliziah al-Bakri, dan Umayyah bin ash-Shalt.
Penyair Jahiliah lain yang sangat terkenal, tetapi tidak termasuk penyair alMu’allaqat, adalah al-Khansa' (w. 664, penyair wanita dari kabilah Mudhar yang
akhirnya memeluk Islam), al-Khutaiyah (w.679, juga berasal dari kabilah Mudhar
dan masuk Islam), Adi bin Rabi'ah (w. 531, dikenal dengan nama al-Muhalhil),
Sabit bin Aus al-Azdi (w.510, dikenal dengan nama Asy-Syanfari.[12]

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Atas paparan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan

bangsa Arab pra Islam ketika itu tidak selayaknya dikatakan Jahiliah. Karena
berbagai aspek yang mendukung keberadaan mereka, diantaranya adalah:
1.

Kondisi Agama dan Kepercayaan

Bangsa Arab pra Islam banyak yang mempercayai benda-benda mati dan mereka
menyembah berhala, batu, kayu, logam, besi, dan lain sebagainya. Mereka
percaya bahwa Tuhan mereka adalah Malaikat, Jin, Ruh, dan benda-benda yang
selayaknya bukan Tuhan.
2.

Kondisi Sosial Budaya Arab

Keadaan sosial mereka adalah masyarakat yang berkabilah dan berwilayah.
Artinya mereka hidup dengan banyaknya suku yang masing-masing ingin
menguasai suku yang lainnya. Mereka hidup dengan sisitem keturunan yang
setiap sukunya di pimpin oleh ketua yang disebut dengan Sekh. Banyak dari
mereka yang melakukan hal yang negatif, baik yang mabuk-mabukan, Judi,
mencuri, dan lain sebagainya.
Keadaan perempuan dan cara mereka menikah pun banyak macamnya, baik yang
Poligami, Nkah Spontan, Poliandri, dan lain sebagainya. Anak perempuan disana
adalah masa depan yang buruk bagi anggapan mereka. Karena keadaannya akan
membawa hal yang sial, selain sial perempuan disana pun disamakan seperti
binatang. Karena para perempuan diperlakukan menjadi seorang pelacur dan
bukan selayaknya perempuan.
3.

Kondisi Ekonomi dan Perdagangan

Keadaan ekonomi dan perdagangan masayarakat bangsa Arab pra Islam ketika itu,
mereka dibagi menjadi 2 golongan. Yaitu golongan perkotaan dan pedesaan.
Orang-orang perkotaan sudah terbiasa berdagang, mereka sangat pintar dalam
berdagang. Dan barang dagangannya tersebut ada yang dihasilkan dari masyarakat
pedesaan dan ada juga yang dari daerah lain seperti Yaman, Hirrah, dan lainnya.
Kebanyakan mereka adalah hidup bertani dan berdagang.

4.

Kondisi Politik dan Pemerintahan

Bangsa Arab pra Islam dalam catatan sejarahnya tidak pernah mengalami
penjajahan dari bangsa asing, melainkan setiap wilayahnya berusaha untuk
mendaulatkan keberadaannya. Mereka hidup bersuku dan berwilayah. Dan belum
ada kesatuan politik ketika itu. Mereka hidup dikelilingi dengan kerajaankerajaan, salah satunya adalah Kerajaan Saba dan lain sebagainya. Hal ini terbukti
dalam catatan penemuan yang ketuai oleh Wahb Ibn Muhaib dalam ekspedisinya,
bahwa adanya kerajaan terbukti dalam penemuan Nazar, Makam, dan lain
sebagainya.
5.

Kondisi Bahasa dan Seni Sastra

Pada kondisi ini bangsa Arab pra Islam menjadi pendobrak sastra Arab. Mereka
yang mengawali adanya sastra Arab degan kelihaiannya membuat sebuah syair,
puisi, sajak dan karya-karya sastra yang lainnya. Keadaannya pun semakin
berkembang sampai ke zaman setelah agama Islam masuk.
B.

Saran
Alhamdulillah makalah ini dapat saya sajikan dengan bantuan dari berbagai

pihak. Namun agar makalah ini dapat menjadi bahan acuan bagi pelaku
pendidikan, maka kami mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca.
Selain itu pun hal ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi kami selaku pembuat dan
dapat dijadikan sebuah langkah agar makalah ini dapat berguna dan akurat
adanya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu, Su’ud. 2003. Islamologi, Sejarah Ajaran, dan Peranannya Dalam Peradaban
Umat Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. QS. An-Nahl : 58-59.
Fauzi, Imron. Sumber: www.mahluktermulia.wordpress.com
Hourani, Albert.Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim.Bandung : Mizan. 2004.
Ibrahim, Hassan. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang. 1989.
Karim, Khali Abdul. Hegemoni Quraisy: Agama, Budaya, Kekuasaan.
Yogyakarta: Lkis. 2002.
Shafiyyurahman, Syaikh. 2007. Sirah Nabawiyah. Jakarta: PUSTAKA ALKAUTSAR.
Yatim, Badri. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://www.taqrib.info/indonesia
http://sejarahstpm.blogspot.com/2009/04/agama-dan-kepercayaan-masyarakatarab.html,
http://kumpulan-makalah-7.blogspot.com/2013/03/makalah-arab-pra-islam.html
http://archiple.blogspot.com/2014/07/lanskap-puisi-arab-pra-islam.html
http://archiple.blogspot.com/2014/07/lanskap-puisi-arab-pra-islam.html
[1] Hubal adalah salah satu berhala yang terletak di Kabah berjumlah 360 dan
muncul setelah Makkah dikuasai oleh Juhrum dan terbuat dari batu akik merah
berbentuk patung manusia.
[2] Badri Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, hlm. 29
[3] Ibid., halaman 35
[4] Imron Fauzi. Sumber: www.mahluktermulia.wordpress.com
[5] Badri Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Hlm 11

[6] Su’ud Abu. 2003. Islamologi, Sejarah Ajaran, dan Peranannya Dalam
Peradaban Umat Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, hlm. 53
[7] Ibid., hlm. 56
[8] Syaikh Shafiyyurahman. 2007. Sirah Nabawiyah. Jakarta: PUSTAKA ALKAUTSAR.hlm. 62
[9] Ibid., hlm. 62
[10]

Hassan

Ibrahim.

Sejarah

Kebudayaan

Islam.Yogyakarta:

Kota

Kembang.1989.
[11]

Khalil

Abdul

dan

Karim.

Hegemoni

Quraisy:Agama,

Budaya,Kekuasaan.Yogyakarta: LkiS.2002.
[12] http://archiple.blogspot.com/2014/07/lanskap-puisi-arab-pra-islam.html

NB: Mohon di comment yah gais ! ma'lum baru semester 1 :) berbagi !