Pesantren Sebagai Basis Dakwah Islam di (1)

PESANTREN SEBAGAI BASIS DAKWAH ISLAM DI JAWA
BARAT
Dikki Wahyu Afandi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Email : dikkirainbow20@gmail.com

Abstrak
Tidak bisa dilepaskan bagaimama kontribusi para ulama dalam menegakan panji-panji
dakwah Islam dari mulai pedalaman hingga perkotaan yang ramai dengan segala warna warni
kehidupannya. Banyak berbagai hal yang melatar belakangi terutama disini karena peran
Pesantren sebagai wadah dakwah, kaum intelek dan penyebaran Islam di Nusantara bahkan
sebagai basis perlawanan para santri terhadap kaum penjajah, entah itu Belanda ataupun
Jepang. Dakwah Islam di Jawa Barat terhitung menarik, dikarenakan hanya ada seorang Wali
dari Wali Songo (Sembilan Wali) yang menyebarkan Islam di Jawa Barat, dan nilai dari ke
Islaman masyarakat Jawa Barat hingga saat ini masih mengakar kuat. Banyak juga yang
menyebut provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang religius, selain dari pada
Nanggro Aceh Darussalam. Banyak hal unik seputar Islam di Jawa Barat, yang menurut umat
Kristen merupakan provinsi gelap, karena cahaya Yesus sangat sulit menyala di Jawa Barat
khususnya orang Sunda. Pesantren juga berhasil membendung Kristenisasi di Jwa Barat, bisa
kita lihat saat ini, sangat sedikit orang bernama tradisional Sunda, ber agama selain dari Islam
atau Sunda Wiwitan (Agama mereka sebelum Islam datang. Semua pertahanan dan akar yang

kuat dalam Islam di Jawa Barat tak bisa dilepaskan dari banyaknya pesantren di Jawa Barat
juga berbagai jenis metode pembelajarannya. Pesantren berfungsi sebagai lembaga
pendidikan, da’wah dan kemasyarakatan bahkan lembaga perjuangan.
Kelebihan yang selama ini dimiliki pesantren tentunya menjadi aspek
pendukung yang kuat bagi kehidupan kultur pesantren hingga saat ini.
Tujuan dari penulisan ini selain dari pada kembali mengkaji peran
pesantren di Jawa Barat, juga mengajak kita untuk lebih menghargai jasa
pesantren dan para pahlawan da’i Islam di Jawa Barat yang telah
memberikan cahayanya di tanah Sunda ini, serta memberi hadiah alfatihah kepada mereka para mujahid dakwah Islam di Jawa Barat juga di
seluruh dunia.
Kata Kunci : Peran Pesantren, Dakwah di Jawa Barat
A. Pendahuluan
Dalam membicarakan masalah peranan Pondok Pesantren dalam
penyebaran agama Islam, kiranya akan lebih baik ditinjau dahulu masalah
yang berkaitan dengan permasalahan umum yaitu tentang peranan
Pondok Pesantren dalam pembangunan masyarakat.Pesantren pada
mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran
agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin
memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan


mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi
juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial).
Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis
keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi
juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (societybased curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa
semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga
(seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons
carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang
merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia
dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem
pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum
kedatangan Islam.Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat
akar di negeri ini, Pondok Pesantren diakui memiliki andil yang sangat
besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Banyak pesantren di Indonesia
hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah,
meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang
lebih tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi
pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.
Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki

pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ormas Islam lainnya yang juga
memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah danHidayatullah. 1Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tua turut membina
kerakter bangsa.Menurut KH. M. Yusuf Hasyim: Pondok Pesantren tidak
sekedar mencetak individu pendakwah yang melakukan amar ma’ruf nahi
munkar, melainkan pesantren sebagai lembaga itu sendirilah yang
berperan sebagai pendakwah, dan bahkan telah menjadi prototipe
dakwah bil alhal bagi masyarakat.2
B. Metode
Metode penulisan yang dilakukan adalah metode desk research dengan melakukan analisa
terhadap sumber-sumber sekunder yang berasal dari buku dan internet yang membahas
tentang sejarah dakwah Islam Indonesia khususnya dakwah pesantren. Dari sumber-sumber
tersebut kemudian dianalisa perjalanan aliran tersebut dan siapa saja tokoh yang berpengaruh.
Serta hubungan yang muncul antara satu pesantren dengan pesantren yang lainnya. Hasil
analisa dijelaskan melalui berbagai tulisan yang akan diuraikan setelah bab ini.Kesimpulan
dibuat untuk mendapatkan pembelajaran dari analisa yang telah dibuat
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Pesantren Sebagai Pusat Dakwah Islamiyah
Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, da’wah dan
kemasyarakatan bahkan lembaga perjuangan. Kelebihan yang selama ini

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren diakses pada tanggal 26 Mei 2017

2

M. Dian Nafi’, Abd A’la, Hindun Anisah, Abdul Aziz dan Abdul Muhaimin, Praksis

Pembelajaran Pesantren, (Insite For Training and Defelopment (ITD) Amherst, MA, Forum
Pesantren, Yayasan selasih. Yogyakarta. 2007) 62

dimiliki pesantren tentunya menjadi aspek pendukung yang kuat bagi
kehidupan kultur pesantren hingga saat ini.
Secara mendasar peranan Pondok Pesantren yang lebih fungsional dan
berpotensi antara lain sebagai berikut :
1. Pusat Kajian Islam
Pada dasarnya Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu
pengetahuan agama islam melalui buku-buku klasik atau modern
berbahasa arab. Dengan demikian secara tidak lansung Pondok

Pesantren telah menjadikan posisinya sbagai pusat pengkajian
masalah keagamaan islam, dalam kata lain Pondok Pesantren
berperan sebagai pusat kajian Islam.
2. Pusat Pengembangan Dakwah
Dakwah Islamiyah dapat diartikan sebagai penyebaran atau
penyiaran ajaran dan pengetahuan agama islam yang dilakukan
secara islami, baik itu berupa ajakan atau seruan untuk
meningkatkankeimanan dan ketaqwaan maupun berupa uswah
hasanah (contoh yang baik).
Peranan Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan Dakwah
Islamiyah dapat dikategorikan kedalam tiga peranan pokok:
a. Peranan Institusi/Kelembagaan.
Dakwah Islamiyah merupakan hal pokok yang menjadi tugas
Pondok Pesantren untuk dilkukan, karena pada mula berdirinya
suatu Pondok Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang
dipakai oleh para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan,
Pondok Pesantren menyelenggaran kegiatan pengajian atau
tafaqquh fi al-din yang dimaksudkan agar para santri mengerti dan
paham secara integral tentang ajaran dan pengetahuan agama
islam.

b. Peranan instrumental
Upaya penyebaran dan pengamalan ajaran agama islam
selain dilembagakan dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya
memerlukan adanya saranasarana yang menjadi media dalam
upaya aplikasi tujuan tersebut. Dalam wacana inilah peranan
Pondok Pesantren sebagai sarana Dakwah Islamiyah tampak sangat
berperan dan kemudian melahirkan peranan lain Pondok Pesantren
dalam Dakwah Islamiyah dan sumber daya manusia.
c. Peranan sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan Pondok Pesantren diupayakan
pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka mencapai
tujuan Pondok Pesantren termasuk dalam hal ini tentunya Dakwah
Islamiyah. Pondok Pesantren dalam tataran ini berperan dalam

menyediakan dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang
terampil
dalam
pemenuhan
Dakwah
Islamiyah.Dalam

melaksanakan Dakwah Islamiyah, ada dua metode dakwah yang
terkenal; dakwah bi al-lisan (lisan atau seruan) dan dakwah fi al-hal
(aksi).
1) Dakwah bi al-lisan
Dakwah Islamiyah yang dilakukan Pondok Pesantren yang
bersifat seruan atau ajakansecara lisan dapat dipahami sebagai
sebuah dakwah yang menyerukan kepada anggota masyarakat
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT
senantiasa ada dan cukup relevan dengan apa yang terjadi dewasa
ini.
2) Dakwah fi al-hal
Dakwah yang dilakukan dengan aksi atau pemberian contoh
adalah salah satu metode dakwah yang efektif dalam upaya
mengajak ummat dan masyarakat untuk berbuat kebaikan dan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
3. Pusat Pelayanan Beragama dan Moral
Pelayan kehidupan beragama di Indonesia tidak menjadi
tanggung jawab pemerintah saja. Namun keterlibatan masyarakat
cukup signifikan dalam upaya
membantu pemerintah

dalam
pelayanan beragama ini. Pondok Pesantren sebagai
lembaga keagamaan yang mengakar pada masyarakat
tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan
pelayanan kehidupan beragama dan sebagai benteng ummat dalam
bidang akhlak.
4. Pusat
Pengembangan
Solidaritas
dan
Ukhuwah
Islamiyah
Selain dari bentuk ajakan atau seruan atau pemberian contoh
untuk berbuat baik, dakwah islamiyah yang diselenggarakan oleh
Pondok Pesantren dapat bermacam-macam bentuknya meskipun
dikategorikan sebagai dakwah bi al-hal. Kegiatan ini bahkan lebih
efektif dan berpotensi jika diselenggarakan oleh Pondok Pesantren.3
Demikian juga, pedoman penyebaran
pengembangan islam mempunyai tiga bagian:


dan

a. Orang menyeru atau mengajak orang lain kejalan islam
dengan “hikmah”
b. Menyampaikan dengan tutur bahasa yang baik (mauidhotul
hasanah).
c. Manakala harus terjdi adu argumentasi atau berdebat dengan
cara yang baik pula.4

3

Pola Pengembangan Pondok Pesantren, DT.II.II (Departemen Agama RI, Jakarta, 2003)

82-98

Dengan demikian Pondok Pesantren
telah
memberikan
keikhlasan sendiri dalam penyelenggaraankegiatan dengan
mentransformasikan

dirinya
sebagai
pusat
pengembangan
solidaritas dan ukhuwah islamiyah.

B. Peran Pesantren Sebagai Pusat Dakwah di Jawa Barat
Ada tiga peranan pokok pesantren sebagai pusat pengembangan
dakwah Islam, peranan institusi atau kelembagaan, peranan
instrumental dan peranan sumber daya manusia. Sebagai contoh kita
lihat salah satu pesantren berpengaruh di Jawa Barat pesantren Buntet
di Cirebon pesantren ini yang mengawali berdirinya pesantrenpesantren di Jawa Barat, DKI dan Banten.
1. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan ini diawali dengan berdirinya pesantren
Buntet, salah satu satu pesantren tertua di Indonesia, pertama kali
didirikan pada abad tahun 1750 M, oleh KH. Muqoyyim bin Abdul
Hadi, atau orang Buntet menyebutnya Mbah Muqoyyim. Beliau
sebagai pejabat mufti (Pengadilan Agama Resmi) Keraton.Salah
satu sifat beliau adalah tidak mau koopratif dengan Belanda, yang
banyak mencampuri urusan internal keraton, sehingga beliau lebih

memilih tinggal di luar keraton dan mendirikan pesantren.
2. Aspek Instrumental
Dalam perantauan inilah beliauKH. Muqoyyim bin Abdul Hadi
memulai kehidupan sebagai kyai dengan mendirikan masjid dan
gubuk kecil dan mulai mengajar agama. Melihat luasnya keilmuwan
beliau dan dikenal sebagai orang Keraton serta tauladan yang
beliau tunjukan masyarakat membuat pesantren beliau didatangi
banyak murid, sehingga semakin berkembanglah pesantren dengan
pesat dan terus berkembang hingga saat ini.
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Para santri didik ilmu agama agar nantinya dapat
mengembangkan ilmunya di masyarakat. Setelah lulus menjadi
santri kyai mengharapkan bahwa kelak mereka akan meneruskan
perjuangan kyai nya dalam mendakwahkan syiar Islam khususnya di
Jawa Barat. Dakwah Islam di Jawa Barat juga kelak melahirkan
banyak tokoh dan juga ormas-ormas yang berkemang di Jawa Barat
seperti Persis dan juga PUI
Beberapa kyai yang pernah memimpin pesantren sekaligus
sebagai kader penerus dari kyai-kyai sebelumnya; Mbah Muqoyim,
Kyai Mutta'ad (1785–1852), Kyai Abdul Jamil (1842–1919), Kyai
Abbas (1879–1946), Kyai Mustahdi Abbas (1913–1975), Kyai
4

H. A. Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, (LP3NI, Jakarta, 1998) 191 skripsi

santri pondok kencong : syafa'at mubari

Mustamid Abbas (1975–1988), Kyai Abdullah Abbas (1988– 2007),
Kyai Nahduddin Abbas (2007 - .... )
4. Aspek Perjuangan dan Perlawanan
Kita ketahui banyak terjadi perlawanan yang dilakukan oleh
banyak tokoh khususnya tokoh-tokoh santri dan ulama dalam
mengahadapi penjajah yang semena-mena menjajah tanah air.
Lewat Pesantren juga, selain dari pada mengjadi basis dakwah dan
pengkajian ilmu agama, pesantren juga menjadi basis perlawanan.
Tak sedikit dari pesantren yang mempelopori perlawanan. Mungkin
perlawanan yang paling terkenal dan familiar di telinga masyarakat
Jawa Barat adalah perlawanan yang dilakukan oleh Pesantren
Sukamanah yang dikomandoi oleh KH Zainal Mustofa melawan
balatentara Jepang yang saat itu sedang mengalami fase
disintegrasi dan memerlukan banyak sekali makanan dari petani.
a.
Perlawanan
Pesantren
Cimerah,
Sukamanah
Tasikmalaya
Dengan pengaruh yang besar, para ulama berhasil
mendapatkan pengikut yang cukup banyak untuk menentang
kekuasaan Jepang,. Perlawanan yang dipimpin oleh ulama itu terjadi
di Caringin Banten dan Cimareme. Perlawanan yang paling terkenal
adalah perlawanan yang dipimpin oleh K.H Zainal Mustofa, seorang
pemimpin Pesantren di Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat.
K. H Zainal Mustofa adalah seorang ulama yang teguh pada
pendiriannya lagi tegas. Beliau tidak bersedia melakukan Saikeirei,
yaitu memberi penghormatan kepada kaisar Jepang (yang dianggap
dewa) dengan membungkukan badan kearah Tokyo. Hal itu sangat
menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena dianggap
menduakan Allah. Karena sikapnya itu, hubungan antara K.H Zainal
Mustafa dan Jepang semakin lama semakin tegang.
Beliau telah bertekad untuk melawan Jepang karena ia tidak
tahan lagi melihat kehidupan rakyatnya yang sangat sengsara.
Untuk menghindari segala kemungkinan, ia mempersiapkan muridmuridnya dengan mempertebal keyakinan agama dan mengajarkan
kemahiran beladiri, seperti silat. Melihat hal itu, pemerintah Jepang
mulai melakukan tidakan
Pada suatu hari, Jepang mengirim utusan untuk menangkap
beliau karena tidak bisa diajak kompromi. Utusan Jepang itu
dikeroyok oleh warga dan dalam keadaan luka-luka ia sempat
melarikan diri ke Tasikmalaya. Melihat keadaan demikian. Pihak
Jepang mengirim pasukan untuk menggempur Sukamanah dan
menangkap K.H Zainal Mustofa. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25
Februari tahun 1944 sehabis shalat Jum’at. Pertempuran terjadi
antara Jepang melawan Pesantren Sukamanah. Dalam peristiwa
tersebut, banyak tentara Jepang jadi korban. Pertempuran tak
seimbang antara senjata api dan senjata tajam menjadikan jumlah
korban di pihak rakyat dan santri mencapai ratusan. Akhirnya beliau
berhasil dikalahkan dan bersama pengikutnya beliau ditangkap

setelah melakukan perlawanan yang gigih terhadap Jepang. Mereka
dimasukan ke dalam tahanan di Tasikmalaya. Yang tidak terbukti
melakukan perlawanan dibebaskan. K.H Zainal Mustofa dan tokoh
lainnya dipindahkan ke Jakarta. Sesudah mengalami siksaan yang
berat dalam penjara, akhirnya beliau menjalani eksekusi di Ancol
dan gugur sebagai shuhada.
b. Perlawanan Pesantren di Lohbener, Indramayu
Gerakan Pesantren Cimerah, Sukamanah Tasikmalaya ternyata
membangkitkan semangat perlawanan Ulama Indramayu. Tidak
takut dengan serangan kilat Jepang yang diikuti oleh pembantaian
santri dan penangkapan Ulamanya. Dapat dipahami bila di wilayah
pedesaan
Indramayu,
akan
mudah
bangkit
semangat
perlawanannya. Indramayu dikenal sebagai wilayah yang kurang
subur. Bahaya kelaparan, wabah penyakit dan penderitaan lainya
tak dapat dihindari.
Hasil sawah ladang disita semua oleh Jepang. Padahal tentara
Jepang mendarat di Jawa salah satu gerbang masuknya adalah
Eretan Indramayu. Kedatangan Jepang disambut sebagai
pembebasan dari penjajah barat. Namun, mengapa setelah
pendudukan justru petanni ditindas oleh tentara Jepang
Para Ulama tidak tahan lagi melihat rakyat petani Muslim
menderita. Secara masal terkena wabah penyakit, kelaparan dan
dengan busana yang menyedihkan dengan karung gonni. Maka
pada 30 Juli 1944, pecahlah perlawanan yang dipimpin oleh Haji
Madrijas, Haji Kartiwa, Kyai Srengseng, Kyai Mukasan dan Kyai
Kusen.
Para Ulama menyadari penderitaan rakyat terjadi karena dijajah.
Oleh karena itu dia bertekad membangun Indonesia bebas dari
penjajahan berdasarkan Islam. Gerakan protes sosial ini dilancarkan
setelah Uslama dan Santri selesai shaum Romadhon dan selesai
menjalankan shaum enam hari syawalan . pemilihan waktu yang
demikian, dengan harapan bila gugur dalam menegakan kebenaran
dan gugur sebagai Syuhada. Namun mereka ditangkap dan
mengalami nasib yang sama, yaitu disiksa dan dieksekusi ditembak
mati.
E. Penutup
Pada dasarnya Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama
islam melalui buku-buku klasik atau modern berbahasa arab. Dengan
demikian secara tidak lansung Pondok Pesantren
telah menjadikan
posisinya sbagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalam kata
lain Pondok Pesantren berperan sebagai pusat kajian Islam.

Peranan Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan
Dakwah Islamiyah dapat dikategorikan kedalam tiga peranan
pokok:
a. Peranan Institusi/Kelembagaan.
Dakwah Islamiyah merupakan hal pokok yang menjadi tugas
Pondok Pesantren untuk dilkukan, karena pada mula berdirinya
suatu Pondok Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang
dipakai oleh para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan,
Pondok Pesantren menyelenggaran kegiatan pengajian atau
tafaqquh fi al-din yang dimaksudkan agar para santri mengerti dan
paham secara integral tentang ajaran dan pengetahuan agama
islam.
b. Peranan instrumental
Upaya penyebaran dan pengamalan ajaran agama islam
selain dilembagakan dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya
memerlukan adanya saranasarana yang menjadi media dalam
upaya aplikasi tujuan tersebut. Dalam wacana inilah peranan
Pondok Pesantren sebagai sarana Dakwah Islamiyah tampak sangat
berperan dan kemudian melahirkan peranan lain Pondok Pesantren
dalam Dakwah Islamiyah dan sumber daya manusia.
c. Peranan sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan Pondok Pesantren diupayakan
pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka mencapai
tujuan Pondok Pesantren termasuk dalam hal ini tentunya Dakwah
Islamiyah.Dalam melaksanakan Dakwah Islamiyah, ada dua metode
dakwah yang terkenal; dakwah bi al-lisan (lisan atau seruan) dan
dakwah fi al-hal (aksi).

F. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren diakses pada tanggal 26 Mei 2017
Nafi, M. Dian dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, (Insite For
Training and Defelopment (ITD) Amherst, MA, Forum Pesantren,
Yayasan selasih. Yogyakarta. 2007
Pola Pengembangan Pondok Pesantren, DT.II.II (Departemen Agama
RI, Jakarta, 2003)
Fadjar ,Malik, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, (LP3NI, Jakarta,
1998)
Suryanegara, Ahmad Mansur, Api Sejarah II, (Salamadani Pustaka
Semesta, Bandung, 2010)
Muhtadi, Asep S.dkk, Meretas Jalan Dakwah (MUI Kota
Bandung,2012)