makalah durahakan terhadap orang tua.doc

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang.
Islam telah mensyariatkan bahwa orang tua memiliki porsi tertinggi untuk

diberikan pelayanan oleh seorang anak. Oleh karena itu, membuat kedua orang tua
menangis adalah salah satu larangan yang harus dijauhi.
Defenisi durhaka adalah menyakiti (mengganggu) kedua orangtua dengan jenis
gangguan apa saja, baik tingkatan gangguan tersebut rendah atau tinggi, mereka
melarang gangguan itu atau tidak, atau sang anak menyelisihi perintah mereka
berdua atau larangan mereka berdua dengan syarat (perintah atau larangan mereka)
bukanlah kemaksiatan.
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam
kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat.
Ibu bapak merupakan sebab lahirnya kita di dunia ini. Oleh karena itu, perhatikanlah
bahwa Allah telah menunjukkan besarnya hak orang tua dengan menggandengkan
antara perintah untuk berbuat baik kepada keduanya dengan perintah untuk bertauhid
kepada-Nya, sebagaimana dalam potongan surat Luqman, ayat 14 berikut ini, yang
artinya. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu.” Dengan

demikian, melakukan kedurhakaan kepada orang tua merupakan perbuatan keji dan
termasuk dosa besar yang diancam dengan siksa neraka.
B.

Rumusan masalah
1.

Apakah yang dimaksud durhaka kepada orang tua?

2.

Apakah termasuk menyakiti kedua orang tua orang lain menyakiti orang
tua sendiri?

3.

Apa bentuk-bentuk durhaka terhadap orang tua?

1


BAB II
PEMBAHASAN
A.

Durhaka terhadap Orang Tua
Orang yang durhaka kepada orang tuanya berarti telah melakukan dan ia akan

mendapat hukuman berat di hari kiamat nanti. Bahkan, ketika hidup di dunia pun, ia
akan mendapat azab-Nya.
Allah SWT mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada ibu bapaknya.
Bagaimanapun keberadaan seseorang di muka bumi tidak terlepas dari peran ibu dan
bapaknya. Ibunya yang telah mengandung dan bapaknya yang telah bersusah payah
mencari rezeji, tanpa mengenal lelah untuk membiayai anaknya. Allah SWT.
berfirman:
.‫ص ْي ُر‬
ْ ‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا‬
َ ‫َو َو‬
َ ِ‫سانَ ِب َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُمهُ َو ْهنًا َعلَي َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫ال ْن‬
ِ ‫ش ُك ْرلِ ْي َولِ َوالِ َديْكَ اِلَ َي ا ْل َم‬

ِ ْ ‫ص ْينَا‬
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada orang dua orang ibu
bapaknya; ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu baopakmu, hanya kepada-Kulah kamu semuanya kembali.” (Q.S. Luqman: 14)
Setiap anak tidak boleh menyakiti kedua ibu bapaknya, baik dengan perkataan
maupun perbuatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, dalam AlQur’an disebutkan bahwa seorang anak tidak boleh mengatakan “ah”1[1],
sebagaimana firman-Nya.
‫سانًا اِ َما يَ ْبلُ َغنَ ِع ْن َد َك ا ْل ِكبَ َر أَ َح ُد ُه َما أَ ْو ِك َل ُه َمََا فَ َل تَقَُ ْل لَ ُه َمََا أُفٍ َو َل‬
َ ‫ضي ُربُ َك أَ َل تَ ْعبُد ُْوا اِ َل اِيَاهُ َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن اِ ْح‬
َ َ‫َوق‬
ُ ‫اح‬
ْ ‫ َو‬.‫تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًل َك ِر ْي ًما‬
.‫ص ِغ ْي ًرا‬
ْ ‫الذ ِل ِمنَ ال َر ْح َم ِة َوقُ ْل َر ِب‬
ْ ِ‫اخف‬
َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَيَانِ ْي‬
َ َ‫ض لَ ُه َما َجن‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kepada
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik1[1] Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Dailami dinyatakan bahwa

seandainya Allah memandang kata-kata yang lebih dekat pada kata “ah”,
pasti Allah akan melarangnya pula.
2

baiknya, jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan “ah” (“his”,
”cis”, “uf” dan semacamnya yang sifatnya menghina). Dan janganlah kamu
membentak mereka, (akan tetapi) ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka sebagimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil. (Q.S. Al-Isra: 23-34)
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat
baik terhadap orang tua. Menurut ibn Abbas, dalam Al-Qur’an ada tiga hal yang
selalu dikaitkan penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu:2[2]
a.

(59 :‫ )النساء‬.‫أطي وا ل وأطيع الرسول‬

b.


(77 :‫ )الساء‬.‫وأقيموا اللةة وآتوا الزكاة‬

c.

(14 :‫ )لقمان‬.‫أن اش ُكرْ لي ولوالديك‬

Dari Abu Hurairah r.a mengatakan: Rasulullah SAW. bersabda:
,‫ًتيم ظُ ْل ًمًًا‬
َ ‫يُد ِخلَهم‬
ِ ً‫ًال الي‬
ِ ً‫ وآكً ُل م‬,‫ وآ ِك ُل الرِ بًًَا‬,‫ ُمد ِمنُ َخ ْم ٍر‬:‫ و يُذيقَهم نَ ي َمها‬,َ‫الجنَة‬
ُ ‫و ْال ا‬.
‫ اِ َ أن يَتُوْ بُوْ ا‬,‫ق لِوال َد ْي ِه‬
َ

ٌ ‫أرب ةُ نَفَ ٍر َح‬
‫ق علي لِ أن‬

“Empat golongan manusia yang benar-benar Allah tidak akan memasukkan mereka

ke dalam surge dan tidak akan dapat merasakan kenikmatannya, yaitu:
1.

Orang yang membiasakan diri minum-minuman keras (khamar).

2.

Orang yang makan harta riba.

3.

Orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang kejam.

4.

Orang yang durhaka kepada orang tuanya, kecuali kalau mereka itu

bertobat.”

2[2] Lihat Syamsuddin Adz-Dzahaby, 75 Dosa Besar (Penyadur M. Ladzi

Safroni), Surabaya: Media Idaman Press), cet II hlm. 68.
3

(Riwayat Hakim –dengan sanad dha’if/lemah).
Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan
Allah SWT. sehingga Rasulullah SAW. bersabda:
.(‫ )رواه الترمذي والحاكم بشرط المسلم‬.‫رضي ل في رضي الوالدين وسخط ل في سخط الوالدين‬
“Keridaan Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu-bapaknya dan kemurkaan
Allah terlatak pada kemurkaan kedua ibu-bapak pula.”
Allah SWT. sangat murka terhadap orang-orang yang menyakiti orang tuanya
sendiri dan mengharamkannya untuk masuk surga meskipun ia sangat rajin
beribadah. Sebagaimana kisah seorang sahabat yang mengalami kesulitan untuk
meninggal dunia karena ibunya murka kepadanya dan setelah ibunya memaafkan
dosa anaknya –setelah Rasulullah SAW. berkata kepadanya bahwa anaknya akan
dibakar –sahabat tersebut meninggal dengan mudah.
Lebih jauh dalam hadis dinyatakan bahwa terhadap yang menyakiti orang
tuanya sendiri, oleh Allah tidak akan mengakhirkan untuk menyiksanya.
Rasulullah SAW. bersabda:
ُ ُ‫ُكل‬
ُ ْ‫ب يُؤَ ِخ ُر لُ ِم ْنهَا ما شاء الي يوم القيامة اِ َ ُعقًًُو‬

‫ًر‬
َ ًَ ْ‫ق ْال َوالًِ َد ْي ِن لِيَج‬
ِ ‫الذنُو‬
ِ ً‫ًل لًًه ال ًًذابُ واِ َن لَ لَيَ ِز ْيً ُد في ُع ْم‬
(‫ )رواه ابن ماجه‬.‫َاجا‬
َ ِ‫ْال َ ْب ِد اِ َذا كان بَا ًّرا لِ َوالِ َد ْي ِه لِيَ ِز ْي َدهُ بِ ًّرا َوخيرًا َو ِم ْن بِ ِر ِهما أن يُ ْنف‬
َ ‫ق علي ِهما اِذا احْ ت‬
“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat, kecuali
orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat
azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat
baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah kebaikan kepada siapa
saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah kepada mereka,
jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)
Termasuk menyakiti orang tua sendiri adalah menyakiti ibu bapak orang lain
karena anak dari orang tua yang disakitinya akan membalasnya. Dengan demikian,
hal ini sama saja dengan menyakiti orang tuanya sendiri.
Setiap anak harus selalu ingat bahwa pengorbanan kedua orang tuanya sangatlah
besar, bahkan tidak mungkin dapat dibalas dengan harta sebesar apapun. Alangkah

4


kejam dan tidak berakalnya orang yang berani menyakiti hati kedua orang tuanya
sendiri.
Tidak heran, jika Allah SWT, memberikan keistimewaan kepada setiap orang tua,
terutama seorang ibu yang disakiti oleh anaknya sendiri dengan mengabulkan
doanya. Dengan demikian, jika orang tuanya mendoakan agar anaknya celaka, sang
anak dipastikan akan celaka. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Turmudzi:
ُ ‫ ثَ َة‬: ‫ قال رسول ل صلي ل عليه وسلم‬:‫ع َْن أَبِ ْي هُريرةَ رضي ل عنه قال‬
ٌ َ‫ت ُم ْس ًتَ َجاب‬
َ ً ‫ات َ َش‬
‫ك فِي ِه َن‬
ٍ ‫ث َد َعً َوا‬
ْ ‫َد ْع َوةُ ْال َم‬
(‫ )رواه الترمذي‬.‫ظلُوْ ِم َو َد ْع َوةُ ْال ُم َسافِ ِر َو َد ْع َوةُ ْال َوالِ ِد َعلَي َولَ ِد ِه‬
“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Ada tiga doa yang
mustajab dan tidak diragukan lagi, yaitu doa orang teraniaya, doa orang bepergian,
dan doa kedua orang tua kepada anaknya.” (H.R. Turmudzi)
B.


Menyakiti Hati Orang Tua
Menyakiti kedua orang tua artinya menentang apa yang diperintahkan oleh

keduanya dengan syarat bukan perintah berbuat maksiat kepada Allah atau
melakukan suatu perbuatan yang tidak mendapatkan suatu perbuatan yang tidak
mendapat restu keduanya.
Perbuatan ini termasuk dosa besar. Dan dalam hal ini Rasulullah memperingatkan
kepada kita agar tidak menyakiti kedua orang tua:
ُ ‫ك بِالِ وعُقو‬
ُ ‫ ا ِل ْش َرا‬: ‫ بَلَي يارسو َل لِ قَال‬: ‫ قُ ْلنَا‬,‫اَ َ اُنَبِئُ ُك ْم بِأ َ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر ثةثًا‬
: ‫ال‬
َ َ‫س فَق‬
َ َ‫ق ْال َوالِ َد ْي ِن َو َكانَ ُمتَ ِكئًا فَ َجل‬
ُ ‫اِ َ َوقَوْ َل‬.
‫ رواه البخاري ومسلم‬. َ‫الزوْ ِر فَ َما زَ ا َل يُ َك ِر ُرهَا َحتَي قُ ْلنَا لَ ْيتَهُ َسكَت‬
“Apakah kalian mau kuberitakan tentang tiga macam dosa besar?” Para sahabat
menjawab: “Betul wahai Rasulullah, kami mau mendengarnya.” Rasulullah saw.
bersabda: “Menyekutukan Allah, dan menyakiti kedua orang tua.” Ketika itu
melanjutkan pembicaraannya: “Ingatlah (jangan kau lakukan) perkataan bohong


5

dan kesaksian palsu.” Beliau mengulangi perkataannya itu sehingga kami
mengharapkan beliau menghentikan sabdanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Maka perhatikanlah hubungan antara berbuat jelek kepada orang tua dengan
orang yang berbuat syirik kepada Allah (yaitu sama-sama dosa besar).
ٌ َ‫ َو َ َمن‬,‫ق‬
ٌ ‫ يدخل الجنة عا‬.
‫ َو َ ُم ْد ِم ًُن خَ ْم ٍر‬,‫ان‬
“Tidak akan memasuki surge orang yang durhaka kepada orang tuanya, yang
menunjuk-nunjukkan pemberiannnya dan orang yang kecanduan minuman keras.”
(H.R. Bukhari Muslim).
َ ‫لَ َ نَ لُ ْال َ ا‬.
‫ق لِ َوالِ َد ْي ِه‬
“Allah mengutuk orang yang durhaka kepada orang tuanya. (Riwayat Thabrani –
sebagai hadits dha’if).
Termasuk dalam kategori menyakiti kedua orang tua ialah memukul atau
menempeleng kedua orang tua, melontarkan kata-kata makian, atau menambah
beban yang keduanya tidak mampu memikulnya, seperti minta uang secara terusmenerus, pada hal keduanya tidak mampu memenuhinya. Apalagi andaikata
permintaan itu dilakukan secara paksa atau tidak peduli dengan keadaan orang tua.
Di samping itu, membiarkan kedua orang tua dan tak bersedia menanggung
biaya penghidupannya, sedang seseorang mengerti bahwa kedua orag tuanya dalam
keadaan tidak mampu sedang keadaan dirinya mampu menolong, juga termasuk di
dalam dosa tersebut.
Mengasingkan kedua orang tua juga termasuk dosa besar. Membiarkan orang
tua berada jauh dan tidak pernah mau berziarah. Kadang-kadang kejadian ini bisa
terjadi ketika anak mempunyai kedudukan tinggi disbanding orang tuanya.
Memaki orang tua juga termasuk dosa terhadap orang tua. Dalam hal ini Rasulullah
melarang keras sikap tersebut:
ُ‫ يَسُبُ اَبَا ال َر ُجً ِل فَيَ ُسًب‬: ‫ِم ْن أَ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر أَ ْن يَ ْل َ نَ ال َر ُج ُل َوالِ َد ْي ِه قِ ْي َل يارسو َل لِ وكيفَ يل ن الرجل والديه ؟ قال‬
ُ‫ال َر ُج ُل اَبَاه‬.
“Termasuk di antara dosa-dosa yang paling besar ialah seseorang melaknati kedua
orang tuanya.” Seseorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana

6

seseorang melaknati kedua orang tuanya?” Rasulullah menjawab: “Seseorang
memaki orang tuanya orang lain, kemudian orang tersebut balik memaki kedua
orang tuanya.”3[3]
Apabila seseorang memaki kedua orang tua temannya, berarti secara tidak
langung telah memaki kepada kedua orang tuanya sendiri. Pengertian menyakiti pada
kasus ini ialah meremehkan kehoramatan kedua orang tua, dan menjadikan namanya
sebagai sasaran penghinaan. Padahal kedua orang tua tersebut telah membesarkan
sejak kecil hingga dewasa, yang merupakan jasa tak ternilai harganya.4[4] Siapa saja
yang taat kepada Allah tetapi tidak taat kepada orang tua, maka Allah tidak akan
menerima amalnya.
Di dalam wasiatnya, Rasulullah menerangkan keutamaan berbakti kepada
kedua orang tua melalui sabdanya:
‫ َم ْن َس َرهُ أَ ْن يَ ُم َد لَهُ فِي ُع ْم ِر ِه َويُ َزا َد فِي ِر ْزقِ ِه فَ ْليُبِ َر َوالِ َد ْي ِه‬.
“Barang siapa yang umurnya ingin diperpanjang dan rizkinya bertambah banyak,
maka hendaknya ia berbakti kepada dua orang tuanya dan menyambung
persaudaraannya.5[5]
Abdulah bin Mas’ud mengatakan dalam salah satu riwayatnya:
ُ ,‫ي ؟ بًًِرُ ْال َوالًِ َد ْي ِن‬
ُ ‫ قُ ْل‬.‫اللًةةُ لِ َو ْقتِهًًَا‬
ُ
َ : ‫ أيُ ْال َ َم ِل أَ َحبُ اِلَي لِ ؟ قًًال‬.ِ‫سألت رسو َل ل‬
: ‫ي ؟ قًًال‬
ٌ ‫قلت ثُ َم أ‬
ٌ ‫ت ثُ َم أ‬
‫الجها ُد في‬.
ِ‫سبيل ل‬
ِ
“Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Amal apakah yang paling disenangi oleh
Allah swt.?” Rasulullah menjawab: “Melakukan shalat pada waktunya.” Kemudian
saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Rasul menjawab: “Berbakti kepada
kedua orang tua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”: maka Rasul
menjawab: ”Berjuang di jalan Allah.”6[6]
3[3] Hadits riwayat Bukhari da Muslim.
4[4] Drs.H.Abu Ahmadi.Dosa Dalam islam. Rineka Cipta : Jakarta. 1996
5[5] Hadits riwayat Imam Ahmad.
6[6] Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
7

Islam juga mengistimewakan seorang ibu lebih dari seorang ayah di dalam hak
menerima keabktian dari anaknya. Sebab sang ibu lebih banyak berkorban dibanding
sang ayah. Kasih sayang ibu lebih banyak, jerih payahnya lebih berat, seprti
mengandung, melahirkan, menyusui, menjaga bayi, mencuci kotorannya dan lain
sebagainya. Pendeknya, jerih payah ibu lebih banyak dibanding sang ayah.
Al-Qur’an telah memberikan isyarat mengenai pengalaman ibu:
َ ‫َو َو‬
....‫لالُهُ ثَ َةثُوْ نَ َش ْهرًا‬
َ ِ‫ض َ ْتهُ ُكرْ هًا َو َح ْملُهُ َوف‬
َ ‫ال ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه اِحْ َسانًا َح َملَ ْتهُ أُ ُمهُ ُكرْ هًا َو َو‬
ِ ْ ‫ص ْينَا‬
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik keapda dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah (pula), mengandungnya sampai
menyepihnya adalah tiga puluh bulan.” (Q.S Al-Ahqaf : 15)
Terdapat sebuah hadits mengenai jerih payah ibu:
ُ ‫ َم ْن أَ َح‬.‫ يا رسو َل ل‬:‫أَ َن َرج ًُة َجآ َء اِلَي النَبِ ِي فقال‬
ْ ‫اس بِح‬
‫ ثم َم ْن؟ قًال أُ ُمكَ قًًال ثم‬.‫ك‬
َ ‫صً َحابَتِ ْي؟ قًًال أُ ُم‬
َ ‫ُسً ِن‬
ِ َ‫ق الن‬
.َ‫ك قال ثم َمن؟ قال ثُ َم أَبُوْ ك‬
َ ‫َم ْن؟ قال أُ ُم‬
“Seseorang datang kepada Rasulullah saw. bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah
yang paling berhak untuk saya berbuat baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu.”
“kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab: “Ibumu.” “kemudian siapa lagi?”
Rasul menjawab “Ibumu.” “ kemudian siapa lagi?” Jawab Rasul: “Bapakmu.”
(H.R Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadis tersebut Rasulullah mengulangi jawaban dengan kata-kata
“ibumu” sebanyak tiga kali. Hal ini merupakan isyarat bahwa sang ibu berhak
mendapatkan perhatian yang lebih banyak ketimbang sang ayah.
Rasulullah juga mengamanatkan pesan mengenai hak anak kepada ayahnya, yang
ketika itu Rasul kedatangan seseorang mengadukan suatu masalah yang
bersangkutan dengan ayahnya sendiri. Orang tersebut bertanya: “Ayahku telah
merampas harta bendaku.” Rasulullah menjawab: “Dirimu dan harta bendamu adalah
milik ayahmu. Anak-anakmu adalah hasil yang paling baik, oleh karenanya
makanlah harta benda mereka.”7[7]

7[7] Hadits riwayat Ibnu Majjah.
8

Selain itu Allah memerintahkan kepada sang anak agar mendoakan kedua orang tua,
meminta kepada Allah sebagai tanda balas jasa yang telah mereka lakukan terhadap
dirinya.
َ ‫ هل بَقِ َي ِم ْن بِ ِر أَبَ َو‬,‫ يارسول ل‬:‫ي صلي ل عليه وسلم فقال‬
‫ي َشً ْي ٌء أُبِ َرهُ َمًًا بِ ً ِه ب ًًد موتِهًًا؟‬
َ ِ‫وقَ ْد َسأ َ َل َر ُج ٌل النَب‬
‫ص ِد ْيقِ ِه َما‬
َ ‫أكر ُم‬
َ ‫ص ُل ِا َ بِ ِه َما َو‬
َ ْ‫صلَةُ ال َر ِح ِم الَتِ ْي َ تُو‬
ِ ‫ َو‬,‫ َواِ ْنفَا ِذ َع ْه ِد ِه َما ِم ْن بَ ْ ِدهَا‬,‫ اللةة عليهما‬,‫ ن م‬:‫قال‬.
“Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang : “Wahai Rasulullah apakah ada
sesuatu jalan yang bisa memungkinkan saya membaktikan diri kepada kedua orang
tua sepeninggal mereka?”. Rasulullah menjawab : “Ya masih ada, mendoakan
keduanya, melaksanakan janjinya setelah mereka mati, mempererat hubungan
silaturrahmi yang telah dirintis oleh keduanya dan menghormati teman-teman
keduanya”.8[8]
Kata Bisyr Al-Hafi (seorang zuhud/sufi): “Seseorang yang mendekat pada
ibunya dan bersedia mendengarkan kata-katanya, maka yang demikian adalah lebih
utama dari pada memukulkan pedangnya dalam perang di jalan Allah, sedangkan
orang yang melihat ibunya adalah lebih utama dari segala sesuatu. (Ini adalah
pendapat Bisyr peribadi).9[9]
Di antara bentuk durhaka (uquq) adalah :
1

Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan)
ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.

2.

Berkata 'ah' dan tidak memenuhi panggilan orang tua.

3.

Membentak atau menghardik orang tua.

8[8] Hadits riwayat Abu Daud dan ibnu Majjah.
Dr.Afif Abdullah Faattah Tabbarah,Dosa-dosa menurut Al-Qur’an. Gema
Risalah Press : Bandung. 1993 hlm 138.
9[9] Imam Abu Abdullah Adz-Dzahab.Dosa-dosa Besar. Bina Ilmu Surabaya
1993. Hlm 67.
9

4.

Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain
dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

5.

Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua,
mengatakan bodoh, 'kolot' dan lain-lain.

6.

Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan
nama baik orang tua.

7.

Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisap
rokok, dll.

8.

Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka
sudah tua atau lemah. Tetapi jika 'Si Ibu" melakukan pekerjaan tersebut dengan
kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima
kasih.

9.

Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang
dengan teganya mengusir ibunya

demi menuruti

kemauan istrinya.

Na'udzubillah.
10.

Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan
orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak
diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan
termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BAB III
PENUTUP

10

A.

Simpulan
Orang yang menyia-nyiakan hukum, yang durhaka kepada kedua orang tuanya,

yang melupakan apa yang menjadi kewajibannya dan apa yang ada di depannya
hendaklah berbuat baik kepada mereka. Itu adalah ketetapan agama, sedangkan kamu
telah menerima hukum itu tetapi kamu masih melakukan kejelekan.
Sang ibu telah mengandung kamu dalam perutnya selama sembilan bulan yang
seolah-olah seperti sembilan tahun. Wanita tersebut mengalami kesulitan ketika
melahirkan kamu dengan perasaan yang tidak enak. Kamu disusui dengan teteknya,
dan karena itulah hingga akhirnya ibu itu mengantuk. Dalam beberapa malam dia
bangun, karena kamu menangis. Kamu bisa membayagkannya sejak lahir. Kesulitan
itu telah menghimpit jantung ibu. Beberapa kali ibu membersihkan kotoran kamu.
Itupun dengan tangan kanan.dll.
Tetapi ketika orang tua itu berusia lanjut,maka kamu memberikan hinaan bagi
mereka,durhaka kepada mereka. Semuanya itu tidak dibenarkan, Allah dan Rasul
telah melarang durhaka kepada orang tua dan itu adalah termasuk dosa-dosa besar.
Jadilah anak yang shaleh-shalehah, yang berbakti kepada orang tua, InsyaAllah Allah
akan memberikan surganya untuk kita.
Demikian makalah ini kami buat, Salah dan khilaf itu semua datangnya dari
kami, dan yang benar semuanya hanya dari Allah. Wallahua’lam bis-shawaab.
Mudah-mudahan bermanfa’at di dunia di akhirat. Aamiin.

11

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Fattah,Afif.Dosa-dosa Menurut Al-Qur’an,Gema Risalah Press: Bandung
1993.
Ahmadi Abu,Dosa Dalam Islam.Rineka Cipta : Jakarta 1996.
Abdullah Adz-Dzahabi Abu,Dosa-dosa Besar,Bina Ilmu : Surabaya 1993.
Syafi’I Rachmat,Al-Hadis (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum,Pustaka Setia :
Bandung 2000.

12